Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan
cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Kerugian sosial yang
terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota
keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk. Dampak ekonomi langsung pada
penderita DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan dampak ekonomi tidak langsung
adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain
untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita. 1

Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas
penyebarannya. Hal ini karena masih tersebarnya nyamuk Aedes aegypti (penular
penyakit DBD) di seluruh pelosok tanah air, kecuali pada daerah dengan ketinggian lebih
dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terutama menyerang anak-anak, namun


dalam beberapa tahun terakhir cenderung semakin banyak dilaporkan kasus DBD pada
orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan panas tinggi mendadak disertai kebocoran
plasma dan pendarahan, dapat mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah.

Untuk memberantas penyakit ini diperlukan pembinaan peran serta masyarakat yang
terus menerus dalam memberantas nyamuk penularnya dengan cara 3 M yaitu :
menguras tempat penampungan air (TPA), menutup TPA dan mengubur/menyingkirkan
barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan. Cara pencegahan tersebut juga
dikenal dengan istilah PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Upaya memotivasi
masyarakat untuk melaksanakan 3M secara terus menerus telah dan akan dilakukan
Pemerintah melalui kerjasama lintas program dan lintas sektoral termasuk tokoh
masyarakat dan swasta. Namun demikian penyakit ini masih terus endemis dan angka
kesakitan cenderung meningkat di berbagai daerah. Oleh karena itu upaya untuk
membatasi angka kematian penyakit ini sangat penting.
Puskesmas sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan juga merupakan tempat
sarana informasi yang didalamnya mencakup pelaporan data, dan surveilans merupakan
bagian terpenting dalam pelaporan data puksesmas. Data surveilans puskesmas terdiri
dari data harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang mencakup seluruh kejadian
penyakit di masing – masing wilayah tersebut.

Kejadian penyakit DBD di wilayah Jakarta Timur pada tahun 2016 berdasarkan data
Dinas Kesehatan meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu
kelompok kami akan membahas mengenai penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan
Cipayung Jakarta Timur Tahun 2016.

1.2 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu :

- Mengetahui data jumlah kasus DBD di wilayah Cipayung Jakarta Timur


- Data kejadian penyakit DBD berdasarkan jenis kelamin
- Data kejadian penyakit DBD berdasarkan golongan umur
- Data kejadian penyakit DBD berdasarkan tempat
- Data kejadian penyakit DBD berdasarkan hasil PE
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi DBD

Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke -18, seperti yang
dilaporkan oleh David Byfon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus
dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijfdaagse
koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut
demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai dengan nyeri
pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia
Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian.
Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi
klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke
negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit
DBD dilaporkan di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat


kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) Urbanisasi yang tidak terencana
& tidak terkendali. (3) Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis.
dan (4) Peningkatan sarana transportasi.

Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor antara lain status
imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi)
virus dengue, dan kondisi geografis setempat. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan
virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah
penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan
di seluruh propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa.
Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi
berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk. Pola berjangkit infeksi virus dengue
dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32°C) dengan
kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu
lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka
pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya
infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak
terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.2
Distribusi.

Wabah DBD baru-baru ini telah terjadi di Filipina, Kaledonia baru, Tahiti, Cina, Vietnam.
Laos, Kamboja. Maldives, Kuba, Venezuela. French Guiana, Suriname. Brasil. Kolombia.
Niakaragua dan Puerto Rico. Indonesia merupakan wilayah endemis DBD dengan sebaran
di seluruh tanah air. KLB terbesar dilaporkan di Vietnam pada tahun 1987, pada saat itu
kira-kira 370.000 kasus dilaporan. 3

Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia (Surabaya dan Jakarta) pada tahun
1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas,
sehingga pada tahun 1994 DBD telah tersebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Pada tahun
2006 selama periode Januari-September tercatat 3 propinsi mengalami KLB, yaitu; Jawa
Barat, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat di 8 kab/kota dengan jumlah kasus 1.323
orang, 21 orang diantaranya meninggal (CFR=1,59%). Jumlah KLB pada tahun 2006 ini
menurun tajam dibandingkan jumlah KLB pada tahun 2005 yang terjadi 12 propinsi di 35
kab/kota dengan jumlah kasus 3.336 orang, 55 orang diantaranya meninggal (CFR=1,65%).

Faktor Determinan.

1) Agent – Virus penyebab Demam Dengue adalah flavivirus dan terdiri dari 4 serotipe
yaitu serotipe 1,2,3 dan 4 (dengue -1.-2,-3 dan -4). Virus yang sama menyebabkan
Demam Berdarah Dengue (DBD). Semua serotipe dengue dapat menyebabkan
DHF/DSS pada unitan menurun menurut frekwensi penyakit yang ditimbulkan tipe 2.
3,4 dan 1.
2) Host
yaitu faktor intrinsik yang sangat dipengaruhi oleh genetik yang berhubungan dengan
meningkat atau menurunnya kepekaan individu terhadap penyakit tertentu. Faktor
pejamu yang merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit adalah genetik, umur,
jenis kelamin, keadaan fisiologi, kekebalan, penyakit yang diderita sebelumnya dan
sifat-sifat manusia.
3) Vektor – Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan
ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus) mempunyai warna dasar hitam
dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya. Morfologinya khas yaitu
mempunyai gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum).
Telur Ae.aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan menyerupai gambaran
kain kasa. Larva Ae.aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang
berduri lateral.
4) Reservoir – Virus dengue bertalian melalui siklus nyamuk Aedes aegypti-manusia di
daerah perkotaan negara tropis; sedangkan siklus monyet-nyamuk menjadi reservoir
di Asia Tenggara dan Afrika Barat.
5) Lingkungan (environment) – Yang dimaksud dengan lingkungan ialah agregat dari
seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua
macam yakni:
a. Lingkungan fisik. Yang dimaksud dengan lingkungan fisik ialah lingkungan
alamiah yang terdapat di sekitar manusia. Lingkungan fisik ini banyak
macamnya, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan struktur geologi.
Pada kasus DBD dapat berupa tempat perindukan Ae. aegypti yang merupakan
tempat-tempat berisi air bersihyang letaknya berdekatan dengan rumah
penduduk (±500m) dan udara yang lembab. Tempat perindukan buatan manusia;
speerti tempayan/gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, pot
bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah; juga
berupa tempat perindukan alamiah; seperti kelopak daun anaman, tempurung
kelapa, tinggak bambu dan lubang pohon yang berisi air hujan.
b. Lingkungan non-fisik.Yang dimaksud dengan lingkungan non-fisik ialah
lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia. Ke
dalam lingkungan non-fisik ini termasuk faktor sosial budaya, norma, nilai dan
adat istiadat.

Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacam-
macam. Salah satu di antaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental
reservoir). Adapun yang dimaksud dengan reservoir ialah tempat hidup yang dipandang
paling sesuai bagi bibit penyakit. 5

Cara Transmisi.

Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif terutama Aedes aegypti. Ini adalah spesies
nyamuk yang menggigit pada siang hari dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2
jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam. Nyamuk
tersebut mendapat virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu
(carrier) tidak harus orang yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai
kekebalan, tidak tampak sakit atau bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam
darahnya terdapat virus dengue. Dengan demikian orang ini dapat menularkan penyakit
kepada orang lain. Virus dengue akan berada dalam darah manusia selama ± 1 minggu.
Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue.

    Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam


berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat
penginapan) yang kebersihan lingkungannya tidak terjaga, khususnya kebersihan tempat-
tempat penampungan air (bak mandi. WC, dsb).

Tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada
saat viremia yaitu : sejak beberapa saat sebelum panas sampai saat masa demam berakhir,
biasanya berlangsung selama 3-5 hari. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap
darah penderita viremia dan tetap infektif selama hidupnya.

2.2 Pengertian DBD

Demam berdarah adalah suatu penyakit endemis yang disebabkan oleh virus. Virus ini
dibawa oleh nyamuk yang termasuk dalam genus Aedes. Nyamuk Aedes merupakan
nyamuk yang berkembangbiak dengan baik pada wilayah tropis, berhubung Indonesia
merupakan negara yang terletak diwilayah tropis maka ancaman demam berdarah memang
cukup besar. Sebagai catatan, Indonesia pernah dinobatkan oleh Badan WHO sebagai
negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara terhitung dari tahun 1968
hingga 2009. Sungguh angka yang membuat kita sangat prihatin dengan keadaan tersebut.
Dari Data Depkessendiri, provinsi di Indonesia yang memiliki angka kematian tertinggi akibat
demam berdarah adalah Bangka Belitung dengan 4,58 % diikuti dengan Bengkulu 3,08%
dan Gorontalo dengan angka 2,2%. Penyakit ini juga tergantung pada kondisi kekebalan
tubuh penderita, oleh sebab itu banyak sekali anak-anak yang menjadi korban demam
berdarah. Pada artikel terpisah, saya telah membahas mengenai demam berdarah pada
anak. Anak merupakan sasaran empuk bagi nyamuk Aedes Aegepty karena nyamuk aktif
pada saat jam-jam anak-anak bermain diluar ruangan yang mungkin tidak terawasi oleh
setiap orang tua. Kekebalan tubuh pada anak juga belumlah sempurna bila dibandingkan
dengan orang dewasa.

2.3 Penyebab Demam Berdarah

Gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang membawa virus dengue
merupakan penyebab demam berdarah yang utama. Aedes aegypti adalah nyamuk yang
aktif pada siang hari dan menyukai genangan air yang bersih untuk tempat berkembang
biaknya. Musim penghujan yang menimbulkan banyak genangan air bening di berbagai
tempat sangat disukai oleh nyamuk ini.

Proses terjangkitnya penyakit demam berdarah adalah sebagai berikut : virus dengue
masuk ke tubuh manusia lewat gigitan nyamuk aedes aegypti betina dan aedes albopictus.
“Nyamuk demam berdarah” tersebut membawa virus dengue pasca menghisap darah orang
lain yang sudah terinfeksi virus dengue sebelumnya. Setelah masa inkubasi virus di dalam
tubuh nyamuk selama 8 – 10 hari, nyamuk yang terinfeksi kemudian mentranfer virus
dengue itu ke manusia sehat yang digigitnya.

Pada sisi lain, nyamuk betina juga menyebarkan virus dengue tersebut pada keturunannya
melalui telur (transovarial). Selanjutnya, nyamuk-nyamuk kecil yang baru menetas itu
kemudian menyebarkan virus dengue pada manusia yang digigitnya.

Dalam beberapa kasus gejala demam berdarah tidak dapat serta merta dikenali, namun
perlu pengujian tes darah terlebih dahulu untuk memastikan bahwa korban terkena penyakit
demam berdarah atau penyakit lain. Demam berdarah memang sulit didiagnosis karena
gejalanya sangat mirip dengan penyakit flu atau tipes. Oleh karena itu dokter selalu
menganjurkan kepada siapa saja untuk segera memeriksakan diri apabila mengalami sakit
yang diduga demam berdarah.

2.4 Karakteristik Nyamuk Demam berdarah :

- Nyamuk tersebut lebih suka hidup dalam ruangan, tempat kumuh ataupun genangan
air
- Nyamuk mempunyai kemampuan terbang yang baik, jadi sulit ditangkap
- Biasanya aktif pada waktu pagi dan siang hari
- Biasanya gigitan terjadi pada area kaki atau pergelangan kaki
- Gigitannya kadang tidak sakit, sehingga kadang orang tidak menyadarinya

2.5 Gejala Demam berdarah :

Gejala demam berdarah biasanya muncul setelah masa inkubasi 3 – 8 hari setelah
virus masuk ke dalam tubuh manusia. Masa inkubasi adalah rentang waktu dimana virus
berkembang sejak awal gigitan nyamuk sampai timbulnya gejala. Jika daya tahan tubuh
orang itu kuat dan dapat mengatasi virus, maka gejalanya bisa ringan atau bahkan tidak
sampai menimbulkan gejala.

Namun, jika daya tahan tubuhnya lemah, virus tersebut berkembang dan menimbulkan
beberapa gejala demam berdarah diantaranya :
- Demam tinggi mendadak, suhu lebih dari 38° C, selama 2 – 7 hari; demam tidak
bisa diatasi dengan obat turun panas biasa; mual, muntah, dan nafsu makan
berkurang; nyeri sendi, nyeri otot (pegal-pegal); sakit kepala, pusing; nyeri atau rasa
panas di belakang bola mata; wajah kemerahan; sakit perut; konstipasi (sulit buang
air besar) atau diare.

Seseorang secara medis didiagnosis menderita demam dengue (dengue fever) Bila
sebagian atau seluruh gejala diatas ditemukan pada orang itu.

Sedangkan tanda atau gejala demam berdarah dengue (DHF) pada seseorang adalah jika
didapatkan :

- Muncul demam tinggi mendadak, suhu lebih dari 38° C selama 2 – 7 hari
- Muncul bentuk-bentuk perdarahan spontan, misalnya : bintik merah di kulit sekitar
siku pergelangan tangan, dan kaki. Bintik merah itu tidak hilang jika kulit ditekan;
gusi berdarah; mimisan; jika disuntik atau terluka, terjadi perdarahan yang sulit
dihentikan.
- Organ hepar (hati) dan limpa membesar
- Hasil uji laboratorium darah menunjukan adanya trombositopenia, yaitu jumlah
trombosit kurang dari 150 ribu / mm³ (normalnya 150 – 450 ribu / mm³); serta
hemokonsentrasi, yaitu pengentalan darah akibat perembesan plasma (komponen
darah cair non seluler), ditandai dengan nilai Hematokrit (Hct) yang meningkat 20%
dari angka normal.

Seseorang akan didiagnosis menderita DHF jika terdapat minimal dua tanda klinis dan dua
tanda laboratoris.

2.6 Pemeriksaan Laboratorium Demam Berdarah

Sebagai penunjang untuk menegakkan diagnose penyakit demam berdarah maka dilakukan
pemeriksaan :

2.6 a. Pemeriksaan hematologi darah rutine


a. Haemaglobin
b. Leukosit
c. Hematocrit
d. Trombosit
2.6 b. Pemeriksaan serologi NS1

BAB III
HASIL DATA YANG DIPEROLEH

3.1 Persentase Kasus DBD Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 293 60,3%

2 Perempuan 193 39,7%

Jumlah 486
Presentase Kasus DBD
Menurut Jenis Kelamin
39.7%

60.3%

Laki-Laki Perempuan

3.2 Persentase Kasus DBD Berdasarkan Golongan Umur

No Kelompok Umur Jumlah

1 0-4 Tahun 66 14%

2 5-9 Tahun 109 22%

3 10-14 Tahun 94 19%

4 15-19 Tahun 61 13%

5 20-24 Tahun 36 7%

6 25-29 Tahun 29 6%

7 30-34 Tahun 23 5%

8 35-39 Tahun 22 5%

9 40-44 Tahun 11 2%

10 45-49 Tahun 13 3%

11 ≥ 50 Tahun 22 5%
Jumlah 486 100%

Presentase Kasus DBD


3% Per Golongan Umur
5%
14%
2%
5%

5% 0-4 Tahun 5-9 Tahun

6% 10-14 Tahun 15-19 Tahun


22%
20-24 Tahun 25-29 Tahun
7%

30-34 Tahun 35-39 Tahun


13%
40-44 Tahun 45-49 Tahun
19%

≥ 50 Tahun

3.3 Persentase Kasus DBD Berdasarkan Tempat

No Kelurahan Jumlah
LUBANG
1 164 34%
BUAYA
2 SETU 58 12%
3 CEGER 54 11%
4 BAMBU APUS 50 10%
5 CILANGKAP 42 9%
6 CIPAYUNG 70 14%
7 MUNJUL 21 4%
PONDOK
8 27 6%
RANGGON
Jumlah 486

Presentase Kasus DBD Berdasarkan Tempat


40%
35% 34%

30%
25%
20%
14%
15% 12% 11% 10%
10% 9%
4% 6%
5%
0%
A R S P G L
Y TU GE U KA U ON
UA SE E AP UN NJ G
B C NG AY U NG
G BU LA CI
P M
RA
AN M CI
B BA OK
LU N D
PO
Presentase Kasus DBD
Berdasarkan Hasil PE
4.7%

45.1%

45.8%

4.4%
PE (+) PE (-) Bukan DBD
Tidak Ditemukan

3.5 Laporan Fogging

DALAM LUAR
KELURAHAN MENOLAK
RUMAH RUMAH
LUBANG
142 322 10
BUAYA
BAMBU
90 434 20
APUS
CEGER 136 724 22

CIPAYUNG 342 1005 34

CILANGKAP 270 625 22

SETU 514 2291 34


LAPORAN FOGGING BULAN JUNI TAHUN 2016
2500
2291

2000

1500

1005
1000
724
625
514
434
500 322 342
270
142 136
90
10 20 22 34 22 34
0
LUBANG BAMBU APUS CEGER CIPAYUNG CILANGKAP SETU
BUAYA

DALAM RUMAH LUAR RUMAH MENOLAK

3.6 Kasus DBD di Kelurahan Cipayung

RW 01 6

RW 02 12

RW 03 17

RW 04 17

RW 05 1

RW 06 14

RW 07 0

RW 08 5
Data Kasus DBD di Kelurahan Cipayung
17 17
18
16 14
14 12
12
10
8 6
5
6
4
1
2 0
0
RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 RW 08

3.7 Kasus DBD di Kelurahan Ceger

RW 01 16

RW 02 14

RW 03 8

RW 04 4

RW 05 15
Data Kasus DBD di Kelurahan Ceger
16
15
16 14
14

12

10 8
8

6 4
4

0
RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Kasus DBD berdasarkan jenis kelamin yaitu pada laki-laki dengan persentase
sebesar 60,3%
2. Kasus DBD berdasarkan gol.umur yaitu pada 0-4 tahun dengan persentase sebesar
14%
3. Kasus DBD berdasarkan tempat yaitu di kelurahan lubang buaya dengan persentase
sebesar 34%
4. Kasus DBD berdasarkan hasil PE yaitu di kelurahan Lubang Buaya dengan
persentase sebesar 34,1%

4.2 Saran & Tindak Lanjut

Saran

 Penanggulangan & Promosi Kesehatan


Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang
nyamuk). Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya
dilakukan melalui jalur- jalur informasi yang ada:7

o Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok


agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
o Penyuluhan perorangan:

1. Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu


2. Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas
3. Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas

 Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan
pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim
penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah
setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam
kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di
tingkat Puskesmas, usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam
berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.

Cara Melakukan Penyuluhan Kelompok

1. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan


arisan atau pada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan
atau pengajian, dan sebagainya.
2. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok:1

 Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap
muka satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.
 Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta
 Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara
lain bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama
anak-anak.
 Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan
menggunakan gambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik (flipchart)
atau leaflet/poster
 Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan
pertanyaan tentang materi yang dibahas

Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi
yang disampaikan telah dipahami.

Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan

1. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita


demam berdarah dengue menggunakan formulir :
1. W1/laporan KLB (wabah)
2. W2/laporan mingguan wabah
3. SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data
kematian. Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir
LB3/laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP).
2. Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen
darahnya (akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim
bersama-sama ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan
Dati II setempat.

Pencegahan & Pemberantasan vektor

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992: “upaya pemberantasan


penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan,
pelaporan penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidiomologi, penanggulangan
seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat.”

1. Cara memberantas nyamuk dewasa1

Fogging (pengasapan). Nyamuk Aedes aegypti dapat diberantas dengan fogging


(pengasapan) racun serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan sehari-
hari di rumah tangga. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan
pengasapan itu yang mati hanya nyamuk (dewasa) saja. Selama jentiknya tidak
dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat
perkembang biakannya Karena itu cara yang tepat adalah memberantas jentiknya
yang dikenal dengan istilah PSN DBD yaitu singkatan dari Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue.

Fogging tertutup adlah pada saat fogging dilakukan semua pintu dan jendela ditutup
rapat – rapat. Dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging
terbuka adalah pada saat fogging / pengasapan dilakukan semua pintu dan
jendeladibuka lebar – lebar. Dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 –
18.00. Fogging fokus adalah fogging yang dilakukan dititik fokus dan sekitarnya
dengan jarak radius 100 m atau ± 20 rumah sekitarnya. Dilakukan dua siklus dengan
jarak seminggu, diikuti abatisasi. Fogging fokus dilakukan setelah penyelidikan
epidemiologi positif.

Syarat PE /penyelidikan epidemiologi ( + ):

 Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ada 2 kasus DBD lainnya
 Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ditemukan ada kasus demam tanpa
sebab jelas
 Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ditemukan 1 kasus meninggal karena
sakit DBD

1. Cara memberantas jentik Aedes aegypti

PSN DBD dilakukan dengan cara 3M, yaitu:

1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu


sekali.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
3. Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan, atau menyingkirkan barang-
barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik
bekas, dan lain-lain.

Selain itu ditambah dengan cara lainnya (yang dikenal dengan istilah 3M plus),
seperti:
4. Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu
sekali
5. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
6. Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain misalnya
dengan tanah
7. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menapung air seperti
pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat- tempat lain yang
dapat menampung air hujan di pekaranga, kebun, pemakaman, rumah-rumah
kosong, dan lain-lain.
8. Lakukan larvasidasi, yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik (Abate 1 G,
Altosid 1,3 G dan Sumilarv 0,5 G (DBD)) di tempat- tempat yang sulit dikuras
atau di daerah yang sulit air
9. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk
10. Pasang kawat kasa di rumah
11. Pencahayaan dan ventilasi memadai
12. Jangan biasakan menggantung pakaian dalam rumah
13. Tidur menggunakan kelambu, dan
14. Gunakan obat nyamuk (bakar, gosok) dan lain-lain untuk mencegah gigitan
nyamuk.

Perlindungan perseorangan :

Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan
meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan
penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti
baygon, raid dan lain lain.

- Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)

Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha
peniadaan sarang nyamuk, vas bunga dikosongkan tiap minggu, menguras bak
mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam dari bak
mandi tersebut, tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu
sebelum diisi kembali. Maksudnya agar larva-larva dapat disingkirkan.Dalam
usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabah
DBD maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu: 1) Abatesasi untuk
membunuh larva dan nyamuk, dan 2) Fogging dengan malathion atau
fonitrothion.
Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah. Kegiatan Puskesmas adalah
membantu : a) Tim Propinsi/Dati II untuk survai larva dan nyamuk, b) Membantu
penyiapan rumah penduduk untuk di-fogging.

Larvasidasi. Larvasidasi adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik ke dalam


tempat- tempat penampungan air. Bila menggunakan Abate disebut Abatisasi. Cara
melakukan larvasidasi :

- Menggunakan bubuk Abate 1 G (bahan aktif: Temephos 1%) – Takaran penggunaan


bubuk Abate 1 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter cukup dengan 10 gram
bubuk Abate 1 G dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan
sendok makan, satu sendok makan peres (yang diratakan di atasnya) berisi 10 gram
Abate 1 G. Selanjutnya tinggal membagikan atau menambahkannya sesuai dengan
banyaknya air yang akan diabatisasi. Takaran tidak perlu tepat betul.
- Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) – Takaran penggunaan
Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram
bubuk Altosid 1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang
sudah tersedia dalam setiap kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada – alat penakar,
gunakan sendok teh, satu sendok teh peres (yang diratakan atasnya) berisi 5 gram
Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal membagikan atau menambahkannya sesuai
dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat betul.
- Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif:piriproksifen 0,5%) – Takaran
penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup
dengan 0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air.
Gunakan takaran khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram).
Takaran tidak perlu tepat betul.

 Feed back dari Sudin / Dinkes kepada Puskesmas Kecamatan Cipayung :

Anda mungkin juga menyukai