Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGENTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Pelaksanaan Program Penanggulangan Demam Berdarah Dengue

(DBD) Di Puskesmas Geumpang Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie”.

Selawat dan salam penulis sanjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu

pengetahuan.

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat

jumlah pasien serta semakin luas penyebarannya. Penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan

internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh dunia

terutama daerah perkotaan dan pinggiran kota. Distribusi geografis demam

berdarah, frekuensi, dan jumlah kasus DBD telah meningkat tajam selama dua

dekade terakhir. Frekuensi menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan

yang terdapat pada kelompok masyarakat sedangkan jumlah kasus adalah jumlah

mereka yang terkena atau terserang penyakit DBD.

Indonesia mempunyai resiko besar untuk terjangkit penyakit DBD, karena

hampir seluruh wilayah Indonesia beriklim tropis. Penyakit Demam berdarah

adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk genus

Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albocpitus. Penyakit DBD disebabkan

oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu virus yang disebabkan oleh

artropoda. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang

seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondis lingkungan dan

perilaku masyarakat (Kemenkes RI. 2014).

1
2

Pada awal tahun 2019 data yang masuk sampai tanggal 29 Januari 2019

tercatat jumlah penderita DBD sebesar 13.683 penderita, dilaporkan dari 34

Provinsi dengan 132 kasus diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih

tinggi jika dibandingkan dengan bulan Januari tahun sebelumnya (2018) dengan

jumlah penderita sebanyak 6.167 penderita dan jumlah kasus meninggal sebanyak

43 kasus. Dalam rangka mengantisipasi terjadinya peningkatan kasus DBD pada

akhir tahun 2018 dan awal tahun 2019 ini, Pemerintah dalam hal ini Kementerian

Kesehatan telah menghimbau kepada seluruh jajaran pemerintah daerah melalui

surat edaran Menteri Kesehatan RI nomor PV.02.01/Menkes/721/2018 tanggal 22

November 2018 perihal Kesiapsiagaan Peningkatan Kasus DBD.

Aceh salah satu wilayah beriklim tropis, di awal bulan Desember, Januari

hingga Februari memasukin musim hujan. Dinas Kesehatan Aceh meminta warga

terus menjaga kebersihan lingkungannya guna menghindari tumbuhnya jentik

nyamuk DBD. Dinas Kesehatan memaparkan bahwa dalam seminggu terakhir

penderita DBD di Aceh mencapai 32 orang. Jumlah terbanyak berada di Aceh

Barat Daya (Abdya) sebanyak 12 kasus, disusul Banda Aceh delapan kasus,

kemudian Pidie dan Aceh Barat masing-masing tiga kasus. Pada Januari 2019

pengidap DBD di Aceh mencapai 169 kasus dan dua di antaranya meninggal,

yaitu di Nagan Raya dan Banda Aceh. Bulan lalu Banda Aceh, Aceh Besar, dan

Pidie menjadi kawasan yang paling parah kasus DBD. Rinciannya Banda Aceh 40

kasus, Aceh Besar dan Pidie 14 kasus. Sedangkan di Abdya bulan lalu hanya ada

tujuh kasus. Dari 14 kasus di Kabupaten Pidie 10 di antarannya berada di

Kecamatan Geumpang dan kasus terbanyak di Gampong Bangkeh dengan 9 kasus


3

dan Gampong Pulo Lhoih 1 kasus. Pada tahun 2020 Dinas Kesehatan Kabupaten

Pidie mencatat 74 kasus DBD sedangkan pada tahun 2021 terdapat 13 kasus,

Kecamatan Kota Sigli, Pidie dan Peukan Baro adalah Kecamatan yang

menyumbang kasus DBD terbanyak.

Upaya untuk memberantas penyakit DBD telah di keluarkan Kemenkes

nomor PV.02.01/4/87/2019 tanggal 11 Januari 2019 kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia untuk ikut mendukung dan menggerakan

pelaksanaan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus di wilayahnya

serta mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada untuk upaya antisipasi dan

penanggulangan KLB DBD.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik

melalakukan penelitian lanjut dengan judul “PELAKSANAAN PROGRAM

PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS

GEUMPANG KECAMATAN GEUMPANG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program penanggulangan

deman berdarah dengue (DBD) di Puskesmas Geumpang Kecamatan Geumpang

Kabupaten Pidie.

C. Tujuan Penelitan

1. Tujuan Umum
4

Pelaksanaan program penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di

Puskesmas Geumpang Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui program penanggulan dalam melakukan pemberatasan

DBD di Puskesmas Geumpang Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie.

1. Untuk mengetahui penanggulangan PSN di Puskesmas Geumpang

Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie.

2. Untuk mengetahui kegiatan sosialisasi

3. Untuk mengetahui survelain jentik (ABJ)

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie dan

Puskesmas Geumpang dalam pelaksanaan program penanggulangan Deman

Berdarah Dengue (DBD) agar menjadi lebih baik.

2. Sebagai sarana belajar untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program

penanggulan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Geumpang.

3. Bagi masyarakat, sebagai tambahan pengetahuan dan informasi dalam

upaya pencegahan dan pemberantasan bagi penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD) sehingga mampu meningkatkan peran serta masyarakat

dalam program penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD).


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

1. Pengertian Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti. Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada

saat ini dia menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam

akut (viracmia) yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam

timbul.Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita

yang sedang viremia (periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap terinfeksi selama

hidupnya setelah melalui periode inkubasi ekstrinsi tersebut, kelenjar ludah

nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika

nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya kedalam luka

gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama

3-4 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara

mendadak, yang ditandai demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya

nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala lainnya (Ditjen PP & PL, 2014).

2. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue

dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, virus tersebut termasuk

dalam grup B Arthropod borne viruses (arbo virus, keempat tipe virus

tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus yang banyak


6

berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga

(Zulkoni, 2010).

3. Vektor Penularan Demam berdarah Dengue (DBD)

Indonesia nyamuk penular (vektor) penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD) adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus, tapi sampai saat

ini yang menjadi vektor utama penyakit DBD adalah Aedes aegypti

(Soegijanto, 2006). Nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan black white

mosquitoatau tiger mosquito karena tubuhnya memiliki cirri yang khas yaitu

adanya garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas warna hitam.

Sedangkan yang menjadi ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung

yang berwarna putih keperakan dikedua sisi lateral dan dua buah garis putih

sejajar digaris median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre

shaped marking).

Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur sehingga dewasa

memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Nyamuk betina yang mengigit dan

menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya,

sedangkan nyamuk jantan tidak bisa mengigit/menghisap darah, melainkan

hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Siklus hidupnya dan berkembang

biak pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak langsung

berhubungan dengan tanah seperti: bak mandi/wc, minuman burung, air

tendon, air tempayan/gentong, kaleng ban bekas,dan lain-lain. Tempat

istirahat yang disukainya adalah benda-benda yang bergantung yang ada


7

didalam rumah, seperti gorden, kelambu dan baju/pakaian di kamar yang

gelap dan lembab (Sri dan Hindra, 2004).

4. Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypi memiliki ciri-ciri yang khas antara lain :

a) Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris putih

b) Kaleng dan ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung dan

lain-lain.

c) Jarak terbang ±100 meter

d) Nyamuk betina bersifat `multiple biters`(mengigit berapa orang karena

sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat).

e) Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi (Widoyono, 2011).

5. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

a. Siklus Hidup

Nyamuk Aedes aegypti seperti jenis nyamuk lainnya mengalami

metamorfosis sempurna, yaitu : telur – jentik (larva) – pupa – nyamuk.

Stadium telur, jentik dan pupa hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan

menetas menjadi jentik/ larva dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam

air. Stadium jentik/larva biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium

kepompong berlangsung antara 24 hari. Pertumbuhan telur menjadi nyamuk

dewasa selama 9-10 hari, umur nyamuk dapat mencapai 2-3 bulan.

b. Perilaku Nyamuk Dewasa

Setelah keluar dari pupa nyamuk istirahat di permukaan air

untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu, sayap meregang


8

menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu mencari makanan. Nyamuk

Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk

keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk

betina lebih menyukai darah manusia daripada darah hewan (bersifat

antropofilik). Darah diperlukan untuk pematangan sel telur agar dapat

menetas. Wartu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan

telur mulai dari nyamuk mengisap darah samapi telur dikeluarkan,

waktunya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut

dengan siklus gonotropik.

6. Gejala dan tanda Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penderita penyakit DBD pada umumnya disertai tanda-tanda sebagai

berikut:

1) Hari pertama sakit : panas mendadak, badan lemah atau lesu pada tahap ini

sulit dibedakan dengan penyakit lain.

2) Hari kedua atau ketiga : timbul bintik perdarahan, lebam atau ruam pada

kulit muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu hati. Gejala perdarahan

seperti mimisan, BAB darah, muntah darah. Bintik perdarahan mirip

dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakanya kulit direnggangkan,

jika hilang bukan tanda penyakit DBD.

3) Antara hari ketiga atau ketujuh : panas turun secara tiba-tiba kemungkinan

yang selanjutnya :

a) Penderita sembuh
9

b) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan

kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat (Kemenkes RI, 2011).

7. Tempat Pembiakan Nyamuk Aedes aegypti

Habitat perkembangbiakan Aedes spialah tempat-tempat yang dapat

menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-tempat

umum. Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1) Tempat penampungan air (TPA) yang diperlukan untuk sehari-hari

seperti : drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc dan ember.

2) Tempat penampungan air yang bukan diperlukan untuk sehari-hari seperti:

tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrolpembungan air,

tempat pembungan air kulkas/dispenser, barang-barang bekas (contoh : ban,

kaleng, botol, plastik, dan lain-lain).

3) Tempat penampungan air yang alami seperti: lubang pohon, lubang batu,

pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu, dan

tempurung coklat/karet, dan lain-lain.

8. Penyebaran Nyamuk Aedes aegypti

Kemampuan terbang nyamuk Aedes sp betina rata-rata 40 meter,

namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat

berpindah lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luar di daerah tropis dan sub-

tropis, di Indonesia nyamuk ini tesebar luas baik di rumah maupun tempat

umum. Nyamuk Aedes aegypti dapat hidup dan berkembang biak sampai
10

ketinggian daerah ± 1.000 mdpl. Pada ketinggian diatas ± 1.000 mdpl, suhu

udara terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan nyamuk berkembang

biak.

9. Penularan Demam Berdarah Dengue

Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang

terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat

virus dalam darahnya). Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama

delapan sampai sepuluh hari terutama dalam kelenjar air liurnya dan jika

nyamuk menggigit orang lain maka virus Dengue akan berpindah bersama

air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang empat

sampai enam hari dan orang tersebut akan mengalami sakit DBD. Virus

Dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah

selama satu minggu (Widoyono, 2008).

B. Penanggulangan Fokus

1. Pengertian Penanggulangan Fokus

Penangulangan fokus (PF) adalah kegiatan pemutusan rantai

penularan DBD yang dilaksanakan mencukup radius minimal 200 meter

dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk penular demam

berdarah dengue (PSN 3M plus), larvasidasi selektif, penyuluhan dan

pengabutan panas (pengasapan/fogging) dan pengabutan dingin (ULV)

menggunakan insektisida yang masih berlaku dan dan efektif sesuai

rekomendasi WHOPES atau komisi pestisida.


11

2. Tujuan Penanggualangan Fokus

Penanggulangan fokus dilaksanakan untuk membatasi atau

memutus rantai penularan DBD dan mencegah terjadinya KLB di lokasi

tempat tinggal penderita dan rumah atau bangunan sekitar serta tempat-

tempat umum yang berpotensi menjadi sumber penularan DBD lebih

lanjut.

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan

a. Setelah Kepala Gampong menerima laporan hasil PE dari Puskesmas

dan rencana koordinasi penganggulangan fokus, memimta Kepala

Dusun/lorong agar warga membantu kelancaran pelaksanaan

penanggulangan fokus.

b. Kepala Dusun/lorong menyampaikan jadwal kegiatan yang diterima

dari petugas puskesmas setempat dan mengajak warga untuk

berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan penganggulangan fokus.

c. Kegiatan penanggualangan fokus sesuai hasil PE:

1) Penggerakan masyarakat dalam PSN DBD dan larvasidasi

 Kepala Dusun/lorong, Yasri (tokoh masyarakat) dan kader

memberikan pengarahan langsung kepada warga pada waktu

pelaksanaan PSN DBD.

 Penyuluhan dan penggerakan masyarakat PSN DBD dan

larvasidasi dilaksanakan sebelum dilakukan pengabutan dengan

insektisida (teknis pemberian larvasida agar dicantumkan).


12

2) Penyuluhan

Penyuluhan dilaksanakan oleh petugas kesehatan / kader atau

kelompok kerja (pokja) DBD Desa/Kelurahan berkoordinasi

dengan petugas puskesmas, dengan materi antara lain:

 Situasi DBD di wilayahnya.

 Cara-cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan oleh

individu, keluarga dan masyarakat disesuaikan dengan

kondisi setempat.

3) Pengabutan dengan insektisida

 Dilakukan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama dengan

dinas kesehatan kabupaten/kota. Petugas penyemprot adalah

petugas puskesmas atau petugas harian lepas berlatih.

 Kepala Dusun/lorong, Yasri atau kader mendampingi petugas

kegiatan pengabutan. (di lapangan tidak hanya mendampingi

tapi juga melakukan penyuluhan.

d. Hasil pelaksanaan penanggulangan fokus dilaporkan oleh puskesmas

kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada

camat dan kades/lurah setempat.

e. Hasil kegiatan pengendalian DBD dilaporkan oleh puskesmas kepada

dinas kesehatan kabupaten/kota setiap bulan dengan menggunakan

formulir K-DBD.
13

Bagan Penanggulangan Kasus


Penderita infeksi dengue
(DD/DBD/EDS

Penyidikan Epidemiologi (PE):


Kegiatan pencarian kasus infeksi dengue dan kasus suspek
infeksi dengue lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk
penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan
sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-
kurangnya 100 meter.

Positif: Negative:

 Bila ditemukan 1 atau lebih  Jika tidak memenuhi 2 kriteria


penderita infeksi dengue lainnya positif
atau ≥ 3 penderita demam tanpa
sebab yang jelas.
 ≥ jentik (HI) ≥ 5 %
Ditemukan

Pada area radius minimal 200 m Pada area radius minimal 200 m
dilakukan tindakan: dilakukan tindakan:
1. Intensifikasi PSN 1. Intensifikasi PSN
2. Larvasidasi 2. Larvasidasi
3. Penyuluhan
3. Penyuluhan
4. Fogging fokus (2 siklus
interval 1 minggu)

C. Program Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Berdasarkan surat edaran Menteri Kesehatan RI nomor

PV.02.01/Menkes/721/2018 tanggal 22 November 2018 perihal Kesiapsiagaan Peningkatan

Kasus DBD. Dalam surat tersebut Menteri Kesehatan menghimbau pemerintah daerah

untuk:
14

1. Meningkatkan upaya penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan menguras, menutup dan

memanfaatkan kembali barang bekas, plus mencegah gigitan nyamuk (3M

plus), dengan cara mengimplementasikan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik

(G1R1J).

2. Memeningkatkan surveilans kasus dan surveilans faktor risiko terhadap

kejadian demam berdarah dengue, diantaranya melalui kegiatan

Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan mengaktifkan Juru Pemantau Jentik

(Jumantik).

3. Mengaktifkan kembali Kelompok Kerja Operasional penanggulangan

DBD (Pokjanal DBD) pada berbagai tingkatan RT/RW, desa/kelurahan,

kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.

4. Meningkatkan kapasitas sumber daya pencegahan dan pengendalian DBD,

meliputi peningkatan kapasitas SDM, biaya serta bahan dan peralatan.

5. Menerbitkan Surat Edaran Gubernur kepada Bupati/Walikota dalam

rangka kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD.

D. Kegiatan Pokok Pengendalian Demam Berdarah (DBD)

1. Survelains Epidemiologi

Survelains pada pengendalian DBD meliputi kegiatan survelains

kasus secara aktif maupun pasif, survailens vektor (Aedes sp), survelains

laboratorium dan survelains terhadap faktor resiko penularan penyakit


15

seperti pengaruh curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban serta

survelains akibat adanya perubahan iklim (climate change).

2. Penemuan dan Tatalaksana kasus

Penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pemeriksaan

dan penanganan penderita di puskesmas dan rumah sakit.

3. Pengendalian Vektor

Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamuk

dewasa dan jentik nyamuk.Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan

cara pengasapan untuk memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang

terinfeksi pada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan

kegiatan 3M plus:

1) Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang

bekas.

2) Secara kimiawi dan larvasida.

3) Secara biologis dan pemberian ikan.

4) Cara lainnya (menggunakan repellent), obat nyamuk bakar, kelambu,

memasang kawat kasa, dan lain-lain).

Kegiatan pengamatan vektor lapangan dilakukan dengan cara:

1) Mengaktifkan pesan dan fungsi juru prmantau jentik (Jumantik) dan

dimonitor oleh petugas puskesmas.

2) Melaksanakan bulan bakti “Gerakan 3M” pada saat sebelum musim

penularan.
16

3) Pemeriksaan jentik berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali dan

dilaksanakan oleh petugas puskesmas.

4) Pemantauan wilayah setempat (PWS) dan dikomunikasikan kepada

pemimpinan wilayah pada rapat bulanan POKJANAL DBD, yang

menyangkut hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik (ABJ).

4. Pengendalian dan survei

Pengendalian dan upaya pengembangan kegiatan pengendalian

tetap terus dilaksanakan oleh berbagai pihak, antara lain universitas, rumah

sakit, litbang, LSM, dan lain-lain. Penelitian ini menyangkut beberapa

aspek yaitu bionomic vektor, penangana kasus, laboratorium, perilaku,

obat herbal, dan saat ini sedang dilakukan uji coba terhadap vaksin DBD.

E. Tata Laksana Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Jika diketahui adanya penderita DBD, segera ditinjaklanjuti dengan

kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE). Selanjutnya dalam melaksanakan

kegiatan pemberantasan DBD sangat diperlukan dalam peran masyarakat,

baik untuk membantu kelancaran pelaksana kegiatan pemberantasan maupun

dalam pemberantasan jentik nyamuk penularannya.

1. Penyelidikan Epidemiologi

Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian

penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik

nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan

sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius kurang-kurangnya

100 meter.Tujuan umum dari PE adalah mengetahui potensi penularan dan


17

pemberantasan DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang

perlu dilakukan diwilayah sekitar tempat tinggal penderita dan tujuan

khusus mengetahui adanya penderita dan tersangka DBD lainya,

mengetahui ada/tidaknya jentik nyamuk penular DBD dan menentukan

jenis tindakan (penanggulangan fokus) yang akan dilakukan (Ditjen PP &

PL 2014).

2. Penanggulangan Fokus

Penanggulangan fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk

penular DBD yang dilaksanakan dengan melakukan pemberantasan sarang

nyamuk demam berdarah Dengue (PSN DBD), larvasidasi, penyuluhan

dan pengabutan panas (pengasapan/fogging) dan pengabutan dingin ultra

low volume (ULV) menggunakan insektisida. Penanggulangan fokus

dilaksanakan untuk membatasi penularan DBD dan mencegah terjadinya

KLB di lokasi tempat tinggal penderita DBD dan rumah/bangun sekitar

serta tempat-tempat umum berpotensi menjadi sumber penularan DBD

lebih lanjut.

a. Kriteria penggulangan fokus

1. Bila ditemukan penderita DBD lainnya (1 atau lebih) atau

ditemukan 3 atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik ≥ 5%

dari rumah/bangunan yang diperiksa, maka dilakukan penggerakan

masyarakat dalam pemberantas sarang nyamuk DBD, larvasida,

penyuluhan dan pengasapan dengan insektisida di rumah penderita


18

DBD dan rumah/bangunan sekitarnya radius 100 meter sebanyak 2

siklus dengan interval 1 minggu.

2. Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut diatas,

tetapi ditemukan jentik, maka dilakukan penggerakan masyarakat

dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD, larvasidasi, dan

penyuluhan.

3. Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut diatas dan

tidak ditemukan jentik, maka dilakukan penyuluhan pada

masyarakat (Ditjen PP & PL, 2014).

b. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan

1. Setelah Kepala Gampong (Keuchik) menerima laporan hasil

Puskesmas dan rencana koordinasi penanggulangan, meminta

Kepala Dusun/lorong agar warga membantu kelancaran

pelaksanaan penanggulangan DBD.

2. Kepala Dusun/lorong menyampaikan jadwal kegiatan yang

diterima petugas puskesmas setempat dan mengajak warga untuk

berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan penanggulangan fokus.

3. Kegiatan penanggulangan fokus sesuai hasil PE:

a) Penggerakan masyarakat dalam PSN DBD dan larvasidasi.

1) Kepala Dusun/lorong Yasril (tokoh masyarakat) dan kader

memberikan pengarahan langsung kepada warga pada waktu

pelaksanaan PSN DBD.


19

2) Penyuluhan dan penggerakan masyarakat PSN DBD dan

larvasidasi dilaksanakan sebelum pengabutan dengan insektisida

(teknis pemberian larvasida agar dicantumkan).

b) Pengabutan dengan insektisida

1) Dilakukan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama dengan

dinas kesehatan kabupaten. Petugas penyemprot adalah petugas

puskesmas atau petugas harian lepas terlatih.

2) Kepala Dusun, Yasril mendampingi petugas dalam kegiatan

pengabutan (di lapangan tidak hanya mendampingi tapi juga

melakukan penyuluhan).

3) Hasil pelaksanaan penanggulangan fokus dilaporkan oleh

puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten dengan tembusan

kepada camat dan kades/lurah setempat.

4) Hasil kegiatan pengendalian DBD dilaporkan oleh puskesmas

kepada dinas kesehatan kabupaten/kota setiap bulan dengan

menggunakan formulir Kewaspadaan Dini (KD) (Ditjen PP &

PL, 2014).

F. Pelaksanaan Program Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Pengobatan dan Perawatan Penderita

Penderita DBD derajat 1 dan 2 dapat dirawat puskesmas yang mempunyai

fasilitas perawatan, sedangkan DBD derajat 3 dan 4 harus segera ditujuk

dirumah sakit.
20

2. Pemberantasan Vektor

a. Penyemprotan insektisida (pengawasan/ pengabutan)

Pelaksana : Petugas dinas kesehatan kabupaten/ puskesmas


dan tenaga lain yang telah dilatih.
Lokasi : Meliputi seluruh wilayah terjangkit
Sasaran : Rumah atau tempat-tempat umum
Insektisida : Sesuai dengan dosis
Alat : Hot fogging
Cara : Fogging dilaksanakan 2 siklus dengan interval satu
minggu
b. Pemberantasan sarang jentik/nyamuk demam berdarah Dengue (PSN

DBD).

Pelaksana : Masyarakat dilingkungan masing-masing.

Lokasi : Meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah

sekitarnya yang merupakan satu kesatuan epidemiologi.

Sasaran : Semua tempat potensial bagi perindu nyamuk:

tempat penampungan air, barang bekas(botol, pecahan gelas,

ban bekas) lubang pohon, tiang pagar, pelah pisang, tempat

minum burung, alas pot, dispenser, tempat penampungan air

dibawah kulsal,dibelakang kulkas, di rumah/ bangunan dan

tempat umum.

Cara : Melakukan kegiatan 3 M plus

Contoh :

1) Menguras dan menyikat Tempat Penampungan Air (TPA)

 Menutup TPA
21

 Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang dapat

menjadi TPA

2) PLUS

 Menaburkan bubuk larvasida

 Memelihara ikan pemakan jentik

 Menanam pohon pengusir nyamuk ( sereh, zodia, lavender,

geranium)

 Memakai obat anti nyamuk (semprot, bakar maupun oles).

 Menggunakan kelambu, pasang kawat kasa.

 Menggunakan cara lain disesuaikan dengan kearifan local.

3) Angka bebas jentik

Angka bebas jentik dihitung dengan melakukan pembagian jumlah

rumah warga yang tidak terdapat jentik dengan jumlah total rumah

yang dilakukan pemantauan jentik secara keseluruhan kemudian

hasilnya dikalikan 100%.

c. Larvasida

Pelaksana : Tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas

Puskesmas/ Dinas Kesehatan Kabupaten

Lokasi : Melipuiti seluruh wilayah terjangkit

Sasaran : Tempat penampungan Air (TPA) di rumah dan tempat-

tempat umum (TTU)


22

Larvasida : Sesuai dengan dosis

Cara : Larvasida dilaksanakan di seluruh wilayah KLB

G. KERANGKA TEORI

Menteri Kesehatan RI nomor


PV.02.01/Menkes/721/2018
tentang pemberantasan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD)

Kegiatan pokok pengendalian


Demam Berdarah (DBD)

Program penanggulangan
dan pemberantasan Demam
Beerdarah Dengue (DBD)
Tata laksana penanggulangan
Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pelaksanaan program
penanggulangan Demam
Berdarah Dengue (DBD)

Gambar 2.1. Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka teori yang sudah tersusun,

maka penulis dapat merumuskan variabel penelitian sebagai berikut

Variabel Independen Variabel Dependen

Program penanggulangan
1. Pemberantasan sarang nyamuk Jumlah kasus Demam
2. Sosialisasi Berdarah Dengue (DBD)
3. Survelains jentik

Gambar 3.1.Kerangka Konseptual

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah Pemberantas Sarang

Nyamuk (PSN), fogging, survelains jentik.

2. Variabel dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah jumlah kasus Demam

Berdarah Dengue (DBD).

23
24

E. Definisi Operasional

No Variabel Devinisi Cara Ukur Alat Hasil Skala


Penelitian Operasional Ukur Ukuran Ukur
Variabel Independen
1. Pemberantasan Petugas Wawancara Kuesioner -ada Ordinal
sarang nyamuk puskesmas -tidak ada
melakukan
kegiatan untuk
memberantas
sarang nyamuk
.
2. Sosialisasi Kegiatan yang wawancara Kuesioner -ada Ordinal
dilakukan -tidak ada
pihak
puskesmas
untuk
melakukan
informasi
kepada
masyarakat
3. Angka bebas Kegiatan yang Wawancara Kuesioner -tinggi Ordinal
jentik dilakukan oleh -rendah
pihak
puskesmas
untuk
menganalisis
ABJ di rumah
masyarakat
dan
lingkungan
kerja
puskesmas
Variabel Dependen
Jumlah kasus Angka dari wawancara Kuesioner -ada Ordinal
demam keseluruhan
berdarah kasus DBD -tidak ada
(DBD) yang terjadi
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif dengan DBD tentang Pelaksanaan Program Penanggulangan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Geumpang Kecamatan

Geumpang.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang bertanggung jawab dalam

penanggulangan DBD di Puskesmaas Geumpang di antarannya Kepala

Puskesmas dan Staf

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas dan Staf.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian di lakukan di Puskesmas Geumpang Kecamatan

Geumpang Kabupaten Pidie

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli 2022

25
26

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini yaitu dengan melakukam observasi

langsung pada tempat penelitian dengan menggunakan checklist dan

wawancara yang menggunakan kuisioner.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dan observasi di

Puskesmas Geumpang Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari perpustakaan, jurnal- jurnal, dan referensi-referensi

yang berhubungan dengan pelaksanaan program penanggulangan Demam

Berdarah Dengue (DBD).

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan

tahapan, adapun tahapan tersebut adalah :

1. Editing (pemeriksaan data)

Peneliti melakukan pemeriksaan pada kuesioner dan hasil observasi untuk

melihat kelengkapan penelitian.

2. Coding (memberikan kode)

memberikan tanda kode terhadap kuesioner yang telah isi dengan tujuan

untuk sfering (mentransfer data) yaitu tahap untuk memindahkan data

dalam tabel pengolahan data.


27
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Geumpang merupakan puskesmas rawat inap, rawat jalan dan

beroperasi 24 jam yang mempunyai 5 wilayah kerja, yaitu Gampong Bangkeh, Keune,

Leupu, Pucok, dan Pulo Loih/Lhoh, dengan luas Kecamatan Geumpang 1.576,00 Km2.

Puskesmas Geumpang beralamat Jln. Geumpang - Tutut Gampong Bangkeh Kecamatan

Geumpang Kabupaten Pidie. Puskesmas Geumpang Kecamatan Geumpang memiliki 12

Ruang dengan Fasilitas Ruang Pendaftaran, Poli Umum, Poli Gigi, Ruang Unit Gawat

Darurat (UGD), Ruang Pelayanan Anak, Ruang Pelayanan Ibu, Ruang Pelayanan Obat,

Ruang Persalinan, Ruang Dokter, Ruang Pelayanan Laboratorium, Ruang Administrasi

dan Aula. Puskesmes Geumpang memiliki 50 orang pegawai 21 PNS dan 29 Non PNS.

Puskesmas Geumpang memiliki Visi Misi dan Motto yaitu :

 Visi

Terwujudnya Pelayanan Dasar Berkualitas untuk Menjadikan Masyarakat Sehat dan


Mandiri
 Misi
1. Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Dasar Yang Transparan dan Professional
2. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Dasar yang bermutu, Merata, dan
Terjangkau dalam bentuk Promotif, Preventif dan Kuratif.
3. Meningkatkan Kemadirian Masyaratkat untuk hidup sehat
4. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi Pasien dan Pertugas
 Motto
Kesehatan anda kami utamakan

28
29

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari

1 (satu) Responden kepala Puskesmas, 1 (satu) Responden penanggung

jawab program penanggulangan DBD, 4 (empat) Responden petugas

Kesling.

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas Geumpang
Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie Tahun 2021

No Responden Jenis Kelamin Umur Pendidikan Jabatan


1. Hj. Megawati, S.Tr. Kes Perempuan 40 S1 Kepala Puskesmas

Penanggung Jawab
2. Rosdiani, Amd, Kep Perempuan 29 D III
P2DBD
3. Cut Mutia, AMKL Perempuan 27 D III Petugas Kesling

4. Delisa Aksari, AMKL Perempuan 25 D III Petugas Kesling

5. Maulinda Wahyuna Perempuan 28 D III Petugas Kesling

6. Mahdan, AMKL Laki -laki 29 D III Petugas Kesling

Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2022)

Dalam upaya pencegahan DBD, Puskesmas Geumpang dibantu oleh

jumantik yang bertugas melakukan PJB, pemberian penyuluhan, dan menggerakkan

masyarakat melakukan PSN.

2. ABJ di wilayah kerja Puskesmas Geumpang Kecamatan Geumpang

Pada penelitian ini ABJ di hitung oleh pihak Puskesmas dengan melihat hasil

permantauan jentik oleh jumantik berdasarkan rumah masyarakat yang

ditemukan jentik dan rumah yang dilakukan pemeriksaan. Dari hasil


30

perhitungan ABJ dikategorikan menjadi dua bebas jentik dan tidak bebas

jentik.

Hasil ABJ wilayah kerja Puskesmas Geumpang Kecamatan Geumpang di

tahun 2021.

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Angkat Bebas Jentik (ABJ) di Puskesmas
Geumpang Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie Tahun 2021

ABJ N %

Pemeriksaan 132

Bebas Jentik 348 2,63

Tidak bebas jentik 216 1,63

Berdasarkan hasil table 5.2 dari jumlah 132 rumah di wilayah kerja Puskesmas

Geumpang yang bebas jentik 348 (2,63%) rumah dan tidak bebas jentik 216

(1,63%) rumah.

3. Pemantauan Jentik Berkala (PJB), Pemberian Sosialisasi, Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN)

a. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)

Puskesmas Geumpang melakukan Pemantauan Jentik Berkala (PJB)

pada setiap tempat penampungan air yang ada, Pemeriksaan jentik

dilakukan dengan mengutamakan pemberantasan nyamuk demam

berdarah yaitu nyamuk Aedes Aegepty. Pada pemeriksaan ini petugas

Puskesmas melasanakan pemeriksaan jentik yang berada di Kecamatan


31

Geumpang. Gampong Keune 50 rumah terdapat 15 rumah berjentik dan

Pulo Loih/Lhoh 100 rumah terdapat 25 rumah berjentik.

b. Pemberian Sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Puskesmas Geumpang melakukan sosialisasi pada setiap Gampong

yang berada di Kecamatan Geumpang dengan melibatkan Aparatur

Gampong. Dalam memberi sosialisasi ke masyarakat setempat

mengenai pencegahan demam berdarah dengan memberikan bubuk

Abate ke rumah masyarakat dan melalaui 3M Plus untuk memutus

rantai penularan demam berdarah. Melalui kegiatan PSN dan

penyuluhan pencegahan demam berdarah melalui 3M Plus ini

diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

mencegah penularan penyakit DBD. Adapun 3M yang dimaksud seperti

Menguras (membersihkan tempat atau wadah penampungan air, seperti

ember, bak mandi, dan tempat air minum, Menutup (tidak membiarkan

terbuka tempat-tempat penampungan air, seperti kendi, toren air, dan

drum), Memanfaatkan kembali (menggunakan kembali barang-barang

yang berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk).

Sedangkan ‘Plus’ pada gerakan 3M Plus adalah:

 Menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air yang tidak

mudah untuk dibersihkan.

 Menggunakan obat nyamuk untuk pencegahan gigitan atau

penularan dari Aedes aegypti.

 Menggunakan kelambu di kamar atau tempat tidur.


32

 Menanam tanaman pengusir nyamuk seperti lavender dan geranium.

 Memelihara ikan yang dapat memangsa jentik nyamuk.

 Mengubah kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang

dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

 Mengatur ventilasi dan cahaya dalam rumah

C. Pembahasan

Sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam kegiatan

penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) meliputi Kepala Puskesmas

dengan latar belakang Pendidikan Sarjana Terapan Promosi Kesehatan,

penanggung jawab program penanggulangan DBD dengan latar belakang

Pendidikan Ahli Madya Keperawatan, Penanggung jawab bidang kesehatan

Lingkungan (Kesling) dengan latar Pendidikan Ahli Madya Kesehatan. Sumber

daya manusia yang berada di luar petugas Kesehatan meliputi Kepala Desa,

Kepala Dusun dan tokoh masyarakat yang memiliki wewenang dan kekuatan

untuk menggerakkan masyarakat di desa, mengingat dalam pelaksanaan

penanggulangan DBD ini harus melibatkan semua pihak baik itu petugas

Kesehatan, kepala desa, kepala dusun, tokoh masyarakat, imum mukim dan

masyarakat.

1. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang tersedia di Puskesmas Geumpang masing dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie. Oleh karena itu untuk melaksanakan

kegiatan penanggulangan DBD Puskesmas Geumpang masing kekurangan

alat, saat memberi penyuluhan petugas Kesehatan hanya berbicara dan


33

memberikan instruksi pada masyarakat. Hal ini menyebabkan kurang

meratanya informasi yang didapat oleh masyarakat, seharusnya juga ketika

melakukan penyuluhan petugas kesehatan harus membagikan Leaflet kepada

masyarakat dan perlu menempelkan poster pada tempat yang strategis

sehingga stiap masyarakat bisa melihat dan mempraktekkannya. Sarana yang

dibutuhkan untuk pelaksanaan fogging adalah mesin fogging, alat pelindung

diri yang berupa masker, bahan bakar seperti solar, dan insektisida. Jumlah

mesin fogging yang digunakan untuk pengasapan adalah milih Dinas

Kesehatan Kabupaten. Melaksanakan kegiatan penanggulangan DBD diperlukan

berbagai alat dan bahan. Dalam standar penanggulangan alat dan bahan yang

harus tersedia antara lain formulir pemeriksaan jentik, bahan penyuluhan seperti

leaflet, poster, proyektor, formulir penyelidikan epidemiologi, alat semprot

minimal empat unit per puskesmas kecamatan, kendaraan roda empat minimal

satu unit, solar dan bensin, insektisida sesuai kebutuhan, alat komunikasi minimal

satu unit (Depkes, RI 2007). Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa

salah satu penyebab terjadinya keterlambatan dalam memfogging dikarenakan

jumlah alat yang dari dinas masih kurang memadai.

a) Fogging

Perencanaan yang dilakukan untuk pelaksanaan fogging dilakukan oleh

Dinas Kesehatan. Pelaksanaan fogging dilaksanakan setelah adanya

pelaporan kasus dari masyarakat ke bidan desa ataupun ke kepala desa,

selanjutnya surat permohonan diteruskan oleh puskesmas ke dinas

kesehatan, pelaporan kasus DBD harus disertai dengan hasil laboratorium


34

positif DBD. Setelah surat sampai di dinas kesehatan maka akan ditindak

lanjuti oleh dinas dan dinas akan menentukan jadwal untuk di fogging,

pelaksanaan fogging akan dilakukan sesuai dengan giliran atau dengan

kata lain sesuai dengan urutan permohonan yang masuk dan dilakukannya

fogging setelah 2-3 hari setelah pelaporan. Hal ini juga disebabkan karena

keterbatasan tenaga lapangan untuk pelaksanaan fogging. Terbatasnya

sarana dan tenaga lapangan menyebabkan keterlambatan dilaksanakannya

fogging. Berdasarkan standar penanggulangan DBD tentang fogging

seharusnya dilaksanakan dalam waktu 1 X 24 jam setelah diterima

pelaporan penyelidikan epidememiologi. Hambatan dalam pelaksanaan

fogging adalah terbatasnya jumlah alat mesin yang dimiliki oleh dinas

kesehatan sedangkan permintaan fogging. Jarak antar kecamatan juga jadi

masalah karena harus menunggu giliran dari desa lain, dan petugas untuk

menggangkat alat fogging juga yang masih kurang karena sedikitnya

jumlah petugas, selain itu partisipasi masyarakat yang belum menyeluruh

karena masih ada beberapa masyarakat yang tidak mau membuka pintu

sewaktu dilakukannya pengasapan, dan pada saat dilaksanakannya

pengasapan ada beberapa warga yang tidak ada dirumah dan bekerja.

b) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Perencanaan untuk kegiatan PSN dibahas pada saat rapat bulanan

minilokakarya dan mengundang camat dan lurah, bidan desa yang disebut

kerja sama lintas sektoral. Rapat dilakukan di puskesmas oleh kepala

puskesmas membahas tentang perkembangan penyakit DBD. Bidan desa


35

juga memberi laporan mengenai kasus DBD yang ada di desa masing-

masing. Setelah itu kepala puskesmas menginstruksikan P2 DBD, bidan

desa dan berkordinasi juga dengan kepala desa dalam pelaksanaan

kegiatan seperti menghimbau masyarakat agar tetap menjaga lingkungan

sekitaran rumah, membuang ban-ban bekas, botol-botol plastik yang ada

disekitaran lingkungan rumah. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan

PSN DBD adalah masih kurangnya partisipasi masyarakat yang terlibat

dalam kegiatan PSN dengan alasan banyaknya kesibukan dari masyarakat,

susahnya di ajak untuk kerjasama dikarenakan ketidak pedulian

masyarakat terhadap lingkungan dan malah menyuruh petugas kesehatan

yang membersihkan selokan rumahnya.

c) Penyuluhan

Penyuluhan dibagi menjadi 2 bagian yaitu penyuluhan yang terprogram

dan yang tidak terprogram, penyuluhan terprogram dilakukan sekali dalam

satu tahun yang direncakan setelah membuat laporan dan data yang

diperoleh dari tahun sebelumnya. Perencanaan untuk melakukan

penyuluhan dikarenakan jumlah kasus DBD meningkat di Kecamatan

Geumpang, tempat yang dipilih untuk kegiatan penyuluhan sekolah,

disekolah dipilih sebagai tempat penyuluhan agar setiap siswa-siswi

memahami mengenai penyakit DBD, bagaimana pencegahan dan

penanggulangannya. Perencanaan tidak terprogram merupakan penyuluhan

yang dilakukan oleh petugas P2 DBD, Kesehatan Lingkungan. Penyuluhan

dilakukan pada saat posyandu dan setelah fogging dan alasan kenapa memilih
36

di posyandu karena banyak ibu-ibu yang datang dan supaya mereka juga

dapat mengetahui bagaimana pencegahan dan penanggulangan DBD.

Hambatan yang ditemui pada saat penyuluhan adalah sulitnya

mengumpulkan masyarakat untuk hadir penyuluhan karena sibuk bekerja

dan ada yang merasa tidak pentingnya penyuluhan itu. Hambatan lainnya

adalah kurangnya media penunjang yang digunakan untuk penyuluhan,

selain itu juga diharapkan masyarakat lebih meluangkan waktunya untuk

ikut penyuluhan mengenai penyakit DBD.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan yaitu :

1. Hasil penelitian angkat bebas jentik (ABJ) menunjukkan bahwa dari

jumlah 132 rumah di wilayah kerja Puskesmas Geumpang yang bebas

jentik 348 (2,63%) rumah dan tidak bebas jentik 216 (1,63%) rumah.

2. Petugas Puskesmas melaksanakan pemeriksaan jentik yang berada di

Kecamatan Geumpang pada Gampong Keune 50 rumah terdapat 15 rumah

berjentik dan Pulo Loih/Lhoh 100 rumah terdapat 25 rumah berjentik.

3. Pihak Puskesmas Geumpang masing kekurangan sarana saat sosialisasi

dan penyuluhan, karena sarana masih dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Pidie.
37

4. Partisipasi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan program

penanggulangan DBD sangat kurang dengan alasan kesibukan dari

masyarakat, susahnya di ajak untuk kerjasama dikarenakan ketidak

pedulian masyarakat terhadap lingkungan dan malah menyuruh petugas

kesehatan yang membersihkan selokan rumahnya.

B. Saran

1. Pada Dinas Kesehatan diharapkan menyediakan fasilitas penanggulangan

DBD di setiap Puskemas di Kabupaten Pidie.

2. Kepada pihak puskesmas Geumpang untuk tetap menghimbau masyarakat

menjaga lingkungan sekitar supaya bersih dan sehat, baik itu dalam bentuk

lisan maupun spanduk.

3. Pihak puskesmas memberi arahan kepada masyarakat untuk melakukan

3M.

4. Kepada masyarakat Geumpang harus lebih menjaga lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 1992. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.581


Tahun 1992 Tentang Pemberantasan Penyakit DBD. Jakarta.
Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Jakarta
Riyanti, Ervina. 2008. Evaluasi Pelaksanaan Program P2DBD Di WilayahKerja
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur Tahun 2007. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.Jakarta.
Sriwulandari, 2009. Evaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Demam Berdarah Dengue Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan
Tahun 2008. Skripsi Fakultas IlmuSosial dan Politik Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
2015. Report on Global Surveillance of Epidemic-prone Infectious Disease-
Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. http :// www.
who.int/publications /dengue/ CSR_ ISR_ 2000_/en/.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan dan Pemberantasannya.
Semarang : Erlangga.
2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan danPemberantasannya.
Jakarta : Erlangga.
http://hukor.kemkes.go.id/thread/Kepmenkes-no-581-tahun-1992-tentang DBD/65
https://infopublik.id/read/249726/kasus-dbd-di-pidie-capai-357-kasus.html
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1376:~:text=Program
%20penanggulangan%20DBD%20yang%20dilakukan,(PSN)%2C%20dan
%20Penyuluhan
https://sinarpidie.co/news/kasus-dbd-di-pidie-turun/index.html

38

Anda mungkin juga menyukai