Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan sebuah penyakit yang menjadi


penyebab utamanya adalah oleh virus dengue yang sangat berbahaya dikarenakan
gigitan seekor nyamuk terutama aedes aegypti. Demam berdarah adalah penyakit yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk serta demam berdarah ini penyakit yang sangat cepat
berkembang di dunia
di iklim tropis dan subtropis, risiko tertular virus tinggi. masalah ini terkait dengan
kenaikan suhu tinggi dan perubahan musim hujan dan kekeringan dikatakan sebagai
faktor risiko penyebaran virus dengue (Kemenkes RI, 2011).

Faktor pencetus DBD memiliki angka peningkatan yang pesat ditambah dengan siklus
rantai kehidupan pada aedes sebagai penyebab DBD yang sangat cepat menjadikan
alasan pentingnya melakukan tindakan pengendalian pada vektor. Tindakan ini
merupakan sebuah ciptaan kondisi yang tidak sesuai bagi pengendalian vektor.
Penyebab utama vektir memiliki peran sebagai media transmisi penyakit DBD yang
akan menghantarkan virus dengue kepada manusia berperan sebagai host sehingga
terjadinya peknyakit DBD. Apabila sejumlah aeddes dijadikan sebagai vektor DBD
ditekankan , maka dari itu jumlah pada media transmisi DBD menjadi sangat minimal
(Widoyono, 2011)

Demam berdarah dengue masih menjadi persoalan di Indonesia karena angka


morbiditas DBD sekarang belum mencapai target pemerintah yaitu kurang dari 49 per
100.000 penduduk. Pada tahun 2015 angka kesakitan DBD mencapai 50,7 per 100.000
penduduk (Kemenkes RI, 2015).

Sekitar 73,5 ribu kasus DBD dilaporkan di Indonesia pada tahun 2021. Selama periode
pengukuran, jumlah kasus DBD tertinggi terjadi pada tahun 2019, dengan lebih dari 137
kasus terkonfirmasi. Di Jawa Barat, angka DBD tertinggi sejak dua tahun lalu, tercatat
22.613 kasus pada 2020 dan 21.857 kasus pada tahun sebelumnya. mulai tahun 2021.
Berdasarkan data dari Jawa Barat terdapat 5 daerah dengan prevalensi DBD tertinggi.
Di antaranya Kota Bandung sebanyak 4.196 kasus, Kabupaten Bandung sebanyak
2.777 kasus, Kota Bekasi sebanyak 2.059 kasus, Kabupaten Sumedang sebanyak
1.647 kasus dan Kota Tasikmalaya sebanyak 1.540 kasus. Menurut Dinas Kesehatan
Cianjurt, terdapat 477 kasus DBD dengan 5 kematian dari Januari hingga Juni.

Sindrom syok dengue (SRD) merupakan masalah serius bagi hampir semua orang
pasien demam berdarah. Sindrom syok dengue disebabkan oleh kebocoran plasma.
Penanganan yang tepat dan dini pada pasien DBD dan SRD,
merupakan faktor penting dalam keberhasilan pengobatan pasien (Soedarmo, 2015).

24
Patofisiologi utama DBD adalah manifestasi perdarahan dan kegagalan
ke dalam sirkulasi. Perdarahan biasanya disebabkan oleh trombositopenia dan
trombositopenia. Itu sebabnya perlu dilakukan tes trombosit. Peningkatan hemoglobin
dan hematokrit menunjukkan derajat hemokonsentrasi, sehingga penting dalam
penilaiannya
penetrasi plasma. Kehadiran trombosit, hematokrit dan beberapa nilai
Setiap hemoglobin dari klinik DBD diharapkan sangat bermanfaat bagi petugas
untuk memudahkan diagnosis dan prognosis
DBD (Syumarta, Hanif dan Rustam, 2014).

Hemoglobin adalah protein yang ditemukan dalam sel darah merah fungsi utamanya
adalah mengantarkan oksigen ke paru-paru. Hemoglobin bisa meningkat atau menurun
(Gersten T, 2014). Nilai ambang batas hemoglobin 12,0 g/dl pada wanita dewasa dan
13,5 g/dl pada pria (Nugraha, 2013). Kandungan hemoglobin dapat meningkatkan
hemokonsentrasi (polisitemia, ulkus luka bakar), penyakit paru-paru kronis, gagal
jantung kongestif dan pada orang yang selamat di dataran tinggi (Kemenkes RI, 2011).

Hemoglobin berperan penting dalam diagnosis DBD terutama jika aliran plasma dapat
menyebabkannya terkejut Pada fase awal atau non-syok, hemoglobin normal untuk
beberapa hari pertama normal atau sedikit menurun. Tapi kemudian levelnya meningkat
peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal
ditemukan pada DBD (Mayeti, 2010).

1.1 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan
perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Desa Cijati
Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Selatan"

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
masyarakat dengan perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue
(DBD) di Desa Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Selatan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi peran hubungan tingkat pengetahuan masyarakat
dengan perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di
Desa Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Selatan.

2. Mengidentifikasi Hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan


perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Desa
Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Selatan.
25
3. Menganalisis Hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan
perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Desa
Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Selatan.

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Bagi Desa Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Selatan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam menyusun
strategi pengetahuan tentang hubungan kebiasaan merokok serta
bertambahnya ilmu dan wawasan sebagai acuan bagi penelitian
selanjutnya.
1.3.2 Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan mahasiswa tentang penelitian ilmiah
terutama pada hubungan perilaku pencegahan penyakit demam berdarah
dengue (DBD).
1.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan digunakan sebagai bahan tambahan (referensi),
informasi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya agar bisa
meneliti variabel lain yang berhubungan dengan perilaku pencegahan
penyakit demam berdarah dengue (DBD).
1.2.4 Bagi Responden
Sebagai bahan masukan pada responden tentang pentingnya
perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD).

26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue (DBD)


2.1.1Pengertian
Demam berdarah dengue (DBD) adalah bentuk parah dari demam
berdarah (DF) yang dapat mengancam jiwa. Demam berdarah dengue (DBD)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Ada risiko tinggi tertular virus di negara-
negara dengan iklim tropis dan subtropis. Hal ini terkait dengan peningkatan suhu
yang tinggi serta perubahan musim hujan dan kemarau yang diyakini sebagai
faktor risiko penyebaran virus dengue. (Kemenkes 2022)

Kejadian DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sebagian besar


dapat dimodifikasi. Contohnya adalah kurangnya partisipasi masyarakat dalam
pengendalian DBD, kurangnya kualitas dan kuantitas petugas penanggulangan
DBD, infrastruktur dan air bersih yang tidak memadai yang menyebabkan
penyebaran vektor. DBD merupakan penyakit lingkungan yang kejadiannya
dapat dikurangi dengan tindakan pengendalian infeksi. (Kemenkes 2022)

Vektor utama DBD adalah nyamuk Aedes aegypti. Aedes berkembang


biak di genangan air, bukan di tanah. Hingga 100-200 telur dapat diletakkan di
taman sekaligus. Telur nyamuk Aedes dewasa membutuhkan waktu 7-10 hari.
Pengendalian vektor penting dilakukan karena vektor berperan sebagai media
penularan DBD yang mengantarkan virus dengue ke tubuh manusia sebagai
hospes, sehingga penyakit DBD tidak terjadi. Bila nomor Aede sebagai vektor
DBD dihalangi, maka jumlah penular DBD diminimalkan. Hasil akhir yang
diharapkan adalah penurunan jumlah kejadian DBD. Aedes aegypti, nyamuk
tropis dan subtropis hitam-putih kecil yang ditemukan di Amerika Tengah,
Amerika Latin, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat, adalah vektor utama
(Departemen Kesehatan 2022).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia karena prevalensinya yang tinggi dan penyebarannya
yang luas. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau dikenal juga dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1968.
Hingga saat ini DBD masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena
prevalensinya yang masih tinggi dan prevalensinya terus meningkat. Kejadian
darurat DBD (DBD) terjadi hampir setiap tahun di beberapa provinsi, bahkan
terjadi wabah besar pada tahun 1998 dan 2004, dimana jumlah kasus meningkat
menjadi 79.480 kasus dan angka kematian mencapai 800 orang. (Kawiani, 2013).
27
DBD disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue ditularkan
dari orang ke orang melalui air liur nyamuk saat nyamuk menghisap darah. Virus
berada dalam aliran darah selama 4-7 hari. Akibat infeksi virus bermacam-
macam, tergantung daya tahan tubuh orang tersebut yaitu demam ringan, demam
berdarah dengue (dengue) dan demam berdarah dengue (DBD/DBD) Pasien tanpa
gejala dan demam ringan merupakan sumber infeksi yang efektif karena bisa
kemana-mana dan menyebarkan demam berdarah - virus. Satu-satunya cara untuk
memberantas DBD saat ini adalah dengan membunuh nyamuk penularnya untuk
memutus rantai penularan, karena vaksin untuk mencegah DBD masih dalam
tahap penelitian dan belum ada obat yang efektif untuk virus tersebut ditemukan
(Kawiani, 2013).

Tidak semua orang yang terinfeksi virus dengue mengalami gejala DBD
yang parah. Ada yang hanya mengalami demam ringan yang sembuh dengan
sendirinya, atau bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).
Lainnya hanya menderita demam berdarah, yang tidak mengakibatkan kebocoran
plasma dan kematian. (Kementerian Kesehatan, 2012).

2.2 Etiologi
Empat jenis demam berdarah yang berbeda diketahui menyebabkannya.
Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit nyamuk yang terinfeksi virus.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan spesies utama yang menularkan penyakit ini.
Lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah didiagnosis di seluruh dunia
setiap tahun. Beberapa dari mereka berkembang menjadi demam berdarah.
Sebagian besar infeksi di Amerika Serikat diimpor dari negara lain. Antibodi
terhadap virus dengue dari infeksi sebelumnya merupakan faktor risiko dengue
(Vyas et al, 2014).

Virus dengue termasuk genus Flavirus, famili flaviridae, virus ini


memiliki 4 serotipe DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya terdapat di
Indonesia, den-3 merupakan serotipe terbanyak. . . Infeksi oleh satu serotipe
menghasilkan antibodi terhadap serotipe tersebut, sedangkan antibodi terhadap
serotipe lainnya sangat lemah, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotipe lainnya. Seseorang yang tinggal di daerah
epidermal dengue dapat terinfeksi tiga atau empat serotipe selama hidupnya.
Empat serotipe virus dengue telah ditemukan di beberapa wilayah Indonesia
(Nurarif dan Hardhi, 2015).

2.3 Patofisiologi
Terdapat tiga faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit DBD yaitu
pejamu, vektor dan lingkungan.

2.3.1 Penjamu
28
Virus dengue dapat menginfeksi manusia dan beberapa spesies primata.
Manusia merupakan reservoir utama virus dengue di perkotaan. Beberapa
variabel yang berhubungan dengan karakteristik inang antara lain umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, imunitas, status gizi, ras dan perilaku (Widodo,
2012).
2.3.2.Vektor
Vektor adalah organisme yang membawa patogen dan parasit dari satu
orang (atau hewan) yang terinfeksi ke orang lain. Vektor penyakit adalah penyakit
yang disebabkan oleh patogen dan parasit ini pada populasi manusia. Mereka
paling sering ditemukan di daerah tropis dan tempat-tempat di mana akses ke air
minum bersih dan sanitasi diblokir. Penyakit yang ditularkan melalui vektor
paling mematikan, malaria, menyebabkan sekitar 660.000 kematian pada tahun
2010. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak Afrika. Namun, penyakit yang
ditularkan melalui vektor yang paling cepat menyebar di dunia adalah demam
berdarah, yang telah mengalami peningkatan insiden 30 kali lipat selama 50
tahun terakhir. Globalisasi, perdagangan, perkembangan transportasi, dan isu-isu
lingkungan seperti perubahan iklim dan urbanisasi mempengaruhi penyebaran
penyakit yang ditularkan melalui vektor dan menyebabkan penyakit muncul di
negara-negara yang sebelumnya tidak ada. (Dinkes 2018).

2.3.3 Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor terpenting yang
berhubungan dengan terjadinya infeksi dengue. Lingkungan hidup memegang
peranan yang sangat penting dalam penyebaran penyakit menular. Kondisi
kehidupan yang tidak memenuhi syarat rumah sehat ditinjau dari kondisi
kesehatan lingkungan berpengaruh terhadap masyarakat itu sendiri. Efeknya bisa
dilihat pada penyakit lingkungan seperti DBD yang bisa menular. (Ita Maria,
Hasanuddin Ishak, 2013).

2.3.4. Gejala
Menurut (Kemenkes, 2022) tanda dan gejala penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) antara lain sebagai berikut :
1. Demam
DBD didahului oleh demam tinggi di atas 39°C yang berlangsung selama
2-7 hari. Gejala utama yang disebutkan di atas diperburuk oleh demam dan sakit
kepala yang terus-menerus, sakit perut yang parah atau nyeri tekan, muntah terus-
menerus, hematemesis, melena, petechiae, mudah memar, gelisah, lesu,
mengantuk, lekas marah, pendarahan atau memar subkutan. Setelah 2-7 hari
demam, penurunan suhu yang cepat seringkali disertai dengan tanda-tanda
gangguan peredaran darah dengan berbagai tingkat keparahan. Pasien mungkin
berkeringat, gelisah, dengan ekstremitas dingin dan perubahan denyut nadi dan
tekanan darah Hemostasis abnormal dan kebocoran plasma diamati 24-48 jam
setelah timbulnya tanda spesifik DBD.
2. Manifestasi perdarahan
29
Perdarahan pada penderita DBD dapat terjadi pada semua organ tubuh dan
umumnya terjadi pada 2-3 hari setelah demam. Bentuk perdarahan yang terjadi
dapat berupa :
1) ptechiae (bintik – bintik darah pada permukaan kulit)
2) purpura
3) ecchymosis (bintik – bintik darah di bawah kulit)
4) pendarahan konjungtiva
5) pendarahan dari hidung ( mimisan atau epitaksis )
6) perdarahan pada gusi
7) hematenesis (muntah darah)
8) meiena (buang air besar berdarah)
9) hematuna (buang air kecil berdarah)

3. Hepatomegaly atau pembesaran hati


Sifat pembesaran hati yang dialami pada penderita DBD, yaitu dialami
pada awal perjalanan penyakit dan nyeri bila ditekan.
4. Shock atau Renjatan
Syok dapat terjadi bila penderita mengalami demam tinggi, yaitu 3-7. hari
setelah onset demam. Syok disebabkan oleh perdarahan atau kebocoran plasma
darah melalui kapiler yang rusak ke area ekstravaskular. Tanda-tanda syok, mis.
kulit dingin di ujung hidung, jari tangan dan kaki, gelisah, denyut nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi turun (mencapai 20 mmHg atau kurang), tekanan darah turun
(tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang).
5. Komplikasi
Menurut (Sembel, 2009), DBD dapat menimbulkan gangguan kesehatan,
komplikasi tersebut dapat berupa kerusakan atau perubahan struktur otak
(ensefalopati), kerusakan hati atau bahkan kematian.

6. Penyebab
Penyebab Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue disebarkan
oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini menularkan virus ketika menggigit dan
menghisap darah korbannya. Nyamuk jenis ini biasanya menyerang pada pagi dan
sore hari. Secara visual, nyamuk ini cukup mudah dikenali karena warnanya yang
belang hitam putih dan ciri fisiknya yang kecil. Mereka tidak mau tinggal di
tempat yang kotor, mereka mengincar tempat yang bersih seperti bak mandi.
Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang membuat Anda lebih rentan terhadap
demam berdarah, antara lain tinggal di atau bepergian ke daerah tropis tempat
terjadinya infeksi dengue, anak-anak, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan
yang lemah.

7. Penularan
Demam berdarah ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti/Aedes
albopictus betina dewasa yang sebelumnya telah membawa virus ke dalam
tubuhnya dari penderita demam berdarah lainnya. Nyamuk Aedes aegypti sering
30
menggigit manusia pada pagi hari (setelah matahari terbit) dan siang hari
(sebelum matahari terbenam). Anak-anak di bawah usia 15 tahun berisiko terkena
DBD dan sebagian besar tinggal di lingkungan yang lembab dan kumuh..

8. Pengobatan
Sampai saat ini belum diketahui obat yang dapat menyembuhkan penyakit
ini. Ekstrak jambu biji dianggap banyak orang sebagai salah satu obat yang
diberikan, namun jambu bangkok sendiri saat ini masih dalam tahap penelitian.
Penderita demam berdarah diobati dengan mengganti cairan tubuh dengan cara
memberi penderita satu kali minum sebanyak 5-2 liter dalam 24 jam (teh dan
gula, sirup atau susu) atau bisa juga dengan Gastroenteritis oral solution / diare
kristal yaitu garam elektrolit ( oralit) , bila perlu 1 sendok setiap 3,5 kali per
menit.
9. Pencegahan
Saat ini, tidak ada vaksin yang tersedia untuk demam berdarah. Oleh
karena itu, pencegahan terbaik adalah menghilangkan genangan air yang dapat
membuat sarang nyamuk, mencegah gigitan nyamuk dan membunuh nyamuk
penyebar virus dengue. Ini adalah cara untuk mencegah penyebaran DBD. Di
Indonesia, dalam menangani DBD, peran masyarakat dalam menekan kasus ini
sangat penting. Oleh karena itu, Program Pembasmian Nyamuk (PNS) yang
diterapkan dengan 3M plus harus diterapkan secara terus menerus sepanjang
tahun, terutama pada musim hujan. (Kemenkes, 2016) Program PNS adalah:
1) Drainase adalah pembersihan area yang sering digunakan sebagai tempat
penampungan air, seperti bak mandi, tangki air, tangki air minum, dll.
2) Segel, itu wadah air yang tertutup rapat seperti tong, menara air, kendi, dll.
3) Menggunakan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menjadi
tempat berkembang biak nyamuk pembawa demam berdarah. Apa yang
dimaksud dengan 3M dan segala bentuk pencegahannya seperti :
4) Taburkan bubuk larvasida pada tangki air yang sulit dibersihkan.
5) Gunakan penolak serangga atau nyamuk.
6) Gunakan kelambu saat tidur.
7) Perawatan ikan buruan untuk jentik nyamuk.
8) Tanam tanaman anti nyamuk.
9) Sesuaikan pencahayaan dan ventilasi rumah dll.

10. Diagnosis keperawatan


Diagnosa pengobatan untuk anak dengan demam berdarah dengue
tergantung dari informasi yang ditemukan.
1) Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan infeksi virus (hipertermia).
2) Nyeri yang berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah tepi.
3) Kemunduran dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang lebih kecil dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, kehilangan nafsu
makan.
4) Perdarahan yang berhubungan dengan trombositopenia.
31
2.4 Nyamuk Aedes aegypti
2.4.1 Pengertian
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus
dengue penyebab penyakit demam berdarah yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes. Nyamuk Aedes Aegypti tetap menjadi vektor atau vektor utama
DBD. Selain DBD, Aedes Aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning dan chikungunya. Jenis ini memiliki persebaran yang sangat luas,
meliputi hampir seluruh wilayah tropis di seluruh dunia (Indira et al, 2017).

2.4.2 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti


Secara umum morfologi nyamuk Aedes aegypti seperti serangga lainnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut.
2) Kepala memiliki sepasang antena berbulu dan moncong panjang (pupa) yang
menembus kulit hewan atau manusia dan menghisap darahnya.
3) Toraks memiliki 3 pasang kaki beruas dan sepasang sayap depan dan sayap
belakang yang lebih kecil yang berfungsi sebagai penyeimbang (Aradilla,
2009).

2.4.3 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti


Siklus hidup Aedes aegypti sangat kompleks dan terjadi perubahan yang
signifikan pada aktivitas dan habitatnya. Nyamuk betina bertelur pada dinding
yang basah, kemudian telur tersebut menetas dan menjadi larva, kemudian pupa
dan akhirnya baru menjadi nyamuk dewasa.Tahapan siklus nyamuk Aedes
aegypti adalah sebagai berikut:
1. Sebutir telur
Aedes aegypti betina dapat bertelur hingga 80-100 butir sekaligus. Telur
Aedes aegypti berwarna putih saat dilepaskan dan berubah menjadi hitam dalam
waktu 30 menit. Gambar 2.1 Telur Aedes aegypti berbentuk lonjong, berukuran
kecil, panjangnya kurang lebih 6,6 mm dan berat 0,0113 mg, bertorpedo dan
ujung telurnya runcing. Jika dilihat di bawah mikroskop, garis-garis dinding luar
(exo chorion) tampak membentuk struktur ubin.
2. Larva
Setelah menetas, telur berkembang menjadi larva. Kelangsungan hidup
larva pada stadium ini dipengaruhi oleh suhu, pH air pembiakan, ketersediaan
pakan, cahaya, kepadatan larva, habitat dan keberadaan predator (Aradilla, 2009).
Larva memiliki kepala yang agak besar dan dada serta perut yang jelas. Larva
tergantung pada permukaan air untuk oksigen udara. Larva menyaring
mikroorganisme dan partikel lain di dalam air. (Palgunadi dan Rahayu, 2011).
Adapun ciri-ciri larva Aedes aegypti adalah sebagai berikut :
1) Adanya corong udara (siphon) pada segmen terakhir
32
2) Pada segmen terakhir tidak ditemui adanya rambut-rambut berbentuk
kipas(Palmate hairs).
3)Sepasang rambut serta jumbai pada siphon.
4) Pada sisi torak terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya
sepasang rambut di kepala.
5) Siphon dilengkapi pecten

3. Pupa
Pupa nyamuk Aedes aegypti memiliki tubuh melengkung dan dadanya
lebih besar dari perutnya, sehingga tampak seperti alat musik. Pada ruas ke 8
terdapat alat bantu pernapasan berbentuk terompet (siphon) yang bertugas
mengambil oksigen dari udara dan tumbuhan. Segmen perut kedelapan memiliki
sepasang alat dayung yang berguna untuk berenang, dan dua segmen terakhir
yang melengkung ke perut terdiri dari duri dan insang. Posisi tidur saat istirahat
sejajar dengan permukaan air (Susanna, 2011). Fase inaktif lebih tahan terhadap
kondisi kimia dan suhu (lingkungan). Tahap kepompong lebih sering berada di
permukaan air karena memiliki alat apung di dadanya dan lebih tenang serta tidak
makan (Susanna, 2011)
4. Nyamuk Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki tubuh kecil yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Nyamuk jantan
biasanya berukuran lebih kecil dari nyamuk betina, dan nyamuk jantan memiliki
bulu yang tebal pada antenanya, tubuhnya sebagian besar berwarna coklat
kehitaman, dan terdapat bercak putih pada badan dan kakinya. Kedua fitur
tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang. Umur nyamuk jantan sekitar 1
minggu dan umur nyamuk betina bisa 2-3 bulan. Nyamuk Aedes aegypti lebih
suka beristirahat di tempat gelap dan menggantung pakaian, dan saat hinggap
posisi perut dan kepala tidak boleh pada sumbu yang sama. dan digunakan untuk
menggigit/menghisap darah pada siang dan malam menjelang gelap. Nyamuk
Aedes aegypti lebih suka menggigit manusia dan hewan lain (antropofilik) dan
jarak terbangnya sekitar 100 meter (Putri, 2015).

2.5 Bionomik
2.5.1 Tempat perindukan Nyamuk
Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu :
1) Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari – hari, seperti drum,
tempayan, bak mandi, bak WC dan ember.
2) Tempat Penampungan Air (TPA) bukan untuk keperluan sehari – hari, seperti
tempat minuman hewan, ban bekas, kaleng bekas, perangkap semut dan vas
bunga.
3) Tempat Penampungan Air (TPA) alamiah yang terdiri dari lubang pohon,
lubang batu, pelepah daun, pangkal pohon pisang, tempurung kelapa dan kulit
kerang.
2.5.2 Perilaku menghisap darah
33
Aedes aegypti, spesies nyamuk penghisap darah manusia, adalah spesies
nyamuk betina Aedes aegypti. Cara nyamuk Aedes aegypti menghisap darah
manusia yaitu pada pagi dan sore hari (siang hari). Di pagi hari, nyamuk Aedes
aegypti biasanya aktif menghisap darah pada pukul 09:00-10:00 WIB. Pada sore
hari, nyamuk Aedes aegypti aktif menghisap darah pada pukul 16.00-17.00 WIB.
Posisi nyamuk Aedes aegypti saat menghisap darah manusia membentuk posisi
sejajar dengan permukaan.
Kulit manusia Sebagai vektor pengganggu, nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri
hidup endophagic dan esophagus, yaitu hidup di dalam dan di luar kebiasaan
menghisap darahnya, termasuk spesies hematophagous antropofilik, yaitu. hewan
yang menghisap darah manusia. (Kemenkes, 2012).
2.5.3 Peranan Jumantik
Dinas kesehatan mencatat bahwa peran jumantik dalam pengobatan DBD
adalah dengan mengajak larva swamantik (mem jumantik) di lingkungan tempat
tinggal dan selalu saling bergotong royong menjaga kebersihan. daerah
lingkungan dan rumah, pengendalian dan pencatatan secara berkala terhadap
jentik-jentik yang ditemukan di lingkungan lembar pemantauan dan peta rumah
yang digantung di depan rumah masing-masing warga, pertolongan pertama dan
konseling keluarga untuk membawa mereka ke dokter hewan atau rumah sakit
jika terdeteksi gejala penyakit lanjut . Warga dengan gejala DBD dan pengawas
ikut melakukan penyelidikan ketika warga ditemukan menderita DBD.

2.5.4 Juru Pemantau Jentik (Jumantik)


Kader Pengawasan Jentik (Jumantik) merupakan kelompok kerja
pemberantasan DBD di tingkat desa. Tujuan pembentukan kader Jumantik adalah
untuk melibatkan masyarakat dalam pemberantasan penyakit DBD khususnya
jentik nyamuk, sehingga penyebaran demam berdarah dengue dapat dicegah atau
dibatasi di tingkat desa. (Kemenkes, 2012) Peran kader jumantik dalam
penatalaksanaan DBD.
1) Sebagai anggota PJB di rumah-rumah atau tempat umum.
2) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang PSN
3) Mencatat dan melaporkan hasil PJB kepada kepada kepala dusun atau
Puskesmas secara rutin minimal setiap minggu atau bulan.
4) Mencatat dan melaporkan kejadian DBD kepada kepala dusun atau
Puskesmas.
5) Melakukan PSN secara sederhana seperti pemberian bubuk abate dan ikan
pemakan jentik.
6) Pelaksanaan PSN
Salah satu tugas Jumantik dalam penanggulangan DBD adalah menggerakkan
masyarakat secara PSN DBD secara berkesinambungan dan berkesinambungan.
PSN DBD adalah operasi pemberantasan telur, jentik, dan pupa nyamuk penular
DBD (Aedes aegypti) di tempat perkembangbiakannya untuk mengendalikan
populasi nyamuk Aedes aegypti guna mencegah atau mengurangi penyebaran
penyakit DBD. Fungsi PSN dapat dilakukan dengan 3M plus, yaitu:
34
1) Fasilitas penyimpanan air yang dikeringkan secara teratur seperti bak mandi
dan kolam. Karena bisa mengurangi perkembangbiakan nyamuk itu sendiri, atau
menaruh beberapa ikan kecil di kolam atau bak mandi, lalu taburkan bubuk
abalon di atasnya.
2) Penutupan kolam air, apabila setelah kegiatan yang berhubungan dengan
kolam air harus ditutup untuk mencegah nyamuk berkembang biak bertelur di
badan air. Nyamuk demam berdarah menyukai air yang sangat jernih.
3) Gunakan barang-barang yang dapat mengubah genangan air menjadi
komoditas yang bermanfaat..
4) Menaburkan bubuk abate (larvasida) di tempat-tempat yang terakumulasi air,
beri makan ikan dan hindari gigitan nyamuk.
5) Gunakan alat pelindung diri (APD): kelambu, baju lengan panjang, celana
panjang, gunakan obat nyamuk atau semprotan, obat nyamuk, jaga kebersihan dan
kerapian.
6) Pencahayaan dan ventilasi yang baik dan memadai
7) Pengasapan atau fogging yang bermanfaat membunuh nyamuk Aedes dewasa
untuk mencegah penyebaran demam berdarah walaupun tidak sepenuhnya dapat
mengatasi, karena telurnya masih mampu berkembang biak (Kemenkes, 2012)

Tugas dan tanggung jawab petugas pemantau jentik (Jumantik):


1) Menyusun rencana/jadwal kunjungan rumah dan tempat umum di area kerja.
2) Penyuluhan (individu/kelompok) dan pemantauan jentik di rumah/bangunan 30
rumah/hari/orang.
3) Berperan sebagai penggerak dan fasilitator masyarakat dalam pemberantasan
nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD).
4) Membuat catatan/ringkasan hasil pemeriksaan jentik setiap hari kerja.
5) Melaporkan hasil pemeriksaan jentik kepada koordinator Jumantik setiap hari
kerja.
6) Menggerakkan masyarakat untuk memperhatikan potensi tempat berkembang
biak nyamuk penular DBD
7) pemberdayaan Masyarakat di PSN DBD. B. Beroperasi sebagai kabupaten
kesehatan (Buku pegangan Jumantik, 2015).

Apa peran Jumantik dalam pengobatan demam berdarah?


1) Masyarakat sekitar tempat tinggal diajak untuk menjadi penertiban jentik
(Jumantik sendiri) dan selalu bergotong royong menjaga kebersihan lingkungan
dan rumah terutama dalam pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN
DBD).
2) Secara berkala lakukan pemeriksaan jentik di lingkungan dan catat pada
formulir pemantauan dan pada peta rumah yang digantung di depan rumah
masing-masing.
35
3) Jika menemukan warga dengan gejala DBD, berikan pertolongan pertama dan
beritahu pasien/keluarga untuk membawanya ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
4) Jiika ditemukan warga yang positif DBD, Jumantik juga akan melakukan
studi epidemiologi untuk melacak prevalensi dan sumber kasus DBD. (Buku
Panduan Jumantik, 2015).

2.6 Kerangka Teori

A. Demam Berdarah B. Gejala


Dengue 1.Demam
1.Pengertian 2. Manifestasi Pendarahan
2.Etiologi 3. Hepatomegaly atau
3.Patofisiologi pembesaran hati
4. Shock dan renjatan
5. Komplikasi
6. Penyebab
7. Penularan
8. Pengobatan
9. Pencegahan
10. Diagnosis Keperawatan

C. Nyamuk Aedes aegypti


1. Pengertian
2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypty
3.Siklus hidup nyamuk aedes aegypty
4.Bionomik

36
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Bredasarkan pada landasan teori yang telah disebutkan pada bab

sebelumnya maka dapat penulis gambarkan kerangka konsep dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Iklim
sinar matahari - Pengetahuan
kelembaban - Sikap
Kecepatan angin - Perilaku

Kejadian Demam Kepadatan


Berdarah Vektor

Pelayanan
Lingkungan Fisik kesehatan
Lingkungan Sosial

Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti

37
G
a
m
b
a
r

4
.

K
e
r
a
n
g
k
a

K
o
n
s
e
p

B
e
r
p
i
k
i
r

38
3.2 Hipotesis

Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan pengetahuan masyarakat dengan kejadian hubungan


tingkat pengetahuan masyarakat dengan perilaku pencegahan penyakit
demam berdarah dengue (DBD) di Desa Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten
Cianjur Selatan
Ho : Ada hubungan sikap masyarakat dengan tingkat pengetahuan
masyarakat dengan perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue
(DBD) di Desa Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Selatan

Ada hubungan perilaku masyarakat dengan kejadian DBD di Kelurahan Bebalang


Kecamatan Bangli.

3.3 Definisi operasional

Definisi masing-masing variable yang akan diteliti diberikan batasan sesuai

dengan tujuan penelitian yang tertuang dalam beberapa batasan operasional

seperti pada tabel :

39
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel

Cara
No Variabel Definisi Pengukuran dan Skala
kriteria
1 Pengetahuan Tingkat pengetahuan Kuesioner Nominal
responden yaitu ibu rumah Skor tertinggi
tangga yang di ukur dan Skor terendah
diketahui melalui Dengan katagori :
kemampuan menjawab Baik : 6 - 10
beberapa pertanyaan Kurang : 1 - 5
kuesioner yang
2 Sikap berhubungan
Sikap dengan
responden DBD
yaitu ibu Kuesioner Nominal
rumah tangga yang di ukur Skor tertinggi
dan diketahui melalui Skor terendah
beberapa pertanyaan Dengan katagori :
kuesioner yang Baik : 6 - 10
berhubungan dengan sikap Kurang : 1 - 5
pengendalian dan
pemberantasan nyamuk
3 Perilaku Aedes aegypti.
Perilaku responden yaitu Kuesioner Nominal
ibu rumah tangga yang Skor tertinggi
diukur dan diketahui Skor terendah
melalui jawaban beberapa Dengan katagori :
pertanyaan kuesioner yang Baik : 6 - 10
berhubungan dengan Kurang : 1 - 5
perilaku dalam
pengendalian dan
pemberantasan nyamuk
4 Kejadian Kasus penyakit/insiden
Aedes dan dg observasi. Melalui Nominal
DBD demam berdarah dengue pengumpulan data
yang terjadi di Kelurahan sekunder.
Bebalang Kecamatan
Bangli.

40
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah rangkaian kegiatan yang digunakan untuk mencari


kebenaran suatu karya ilmiah penelitian yang diawali dengan ide yang membentuk hipotesis
awal, menghasilkan pernyataan masalah menggunakan penelitian dan pengamatan
sebelumnya untuk memproses dan menganalisa penelitian yang pada akhirnya membentuk
kesimpulan. (Prof. dr. Suryana 2012).
Pengertian penelitian atau riset itu sendiri, maka Nazir (2014) penelitian merupakan
suatu kegiatan yang ditujukan untuk menyelidiki sebuah keadaan dari, sebuah alasan dari,
serta konsekuensi-konsekuensi terhadap suatu set keadaan khusus, bisa sebuah fenomena atau
variabel yang artinya kegunaan tertentu yang dicari dalam metode penelitian merupakan
kegiatan penyelidikan sistematis terhadap sesuatu dengan cara yang ilmiah. Nazir (2014, hlm.
26) juga menyatakan bahwa metode penelitian ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran
terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.

4.1 Rancangan Penelitian


Rancangan ini adalah kerangka berpikir terkait dengan metodologi penelitian dan
teknik pengambilan sampel yang dipilih oleh peneliti dalam melakukan penelitian tersebut.
Artinya, peneliti menggabungkan berbagai komponen penelitian dengan cara logis sehingga
masalah-masalah yang akan dihadapi dalam penelitian bisa ditangani secara efisien.
Ini adalah strategi keseluruhan untuk mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis data
penelitian mulai dari awal sampai akhir. Rancangan penelitian biasanya sudah dibuat saat
proposal penelitian dibuat agar peneliti dan pihak-pihak lain juga berkaitan tahu bagaimana
penelitian ini akan dilakukan.Menurut Sekaran, rancangan penelitian merupakan proses
memutuskan soal hal-hal penelitian seperti bagaimana proses pengumpulan data, analisis, dan
menafsirkannya, sampai pada akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaan dalam
penelitian tersebut (sekaran 2022).

4.2 Variabel Penelitian


Pengertian variabel secara umum merupakan suatu objek yang bisa berbentuk apa
saja, yang ditentukan oleh peneliti dengan tujuan untuk bisa memperoleh informasi supaya
dapat ditarik sebuah kesimpulan dalam proses penelitian.
Secara teori, pengertian variabel penelitian juga dapat didefinisikan sebagai suatu objek, sifat,
atribut atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara
satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulan.
Pengertian variabel menurut Tia Mutiara adalah sesuatu yang menjadi fokus perhatian
yang memberikan pengaruh dan mempunyai nilai (value) sedangkan menurut Sugiarto
Variabel didefinisikan sebagai karakter yang dapat diobservasi dari unit amatan yang
merupakan suatu pengenal atau atribut dari sekelompok objek. Maksud dari variabel tersebut
adalah terjadinya variasi antara objek yang satu dengan objek yang lainnya dalam kelompok
tertentu.
4.3 Variabel independen
Variabel stimulus, prediktor dan antecedent merupakan sebutan lain dari variabel
independen atau bahkan dapat disebut juga dengan variabel bebas, variabel bebas merupakan
sebab munculnya sebuah perubahan variabel dependen (Abubakar ,2021). Variabel
independen yang akan dibahas serta diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan tingkat
pengetahuan masyarakat dengan perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue
(DBD) di Desa Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Selatan.

4.4Variabel dependen
(Variabel dependen) merupakan variabel yang bergantung pada variabel lain,
sehingga variabel dependen ini sangat mendasar bagi peneliti atau yang terpenting bagi
peneliti selanjutnya yang menjadi objek penelitian.

4.5 Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel

1.4.1 Populasi 
Populasi penelitian ini adalah 60 orang di Desa Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten
Cianjur selatan.
Populasi menurut Sugiyono (2017:215) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi bukan hanya manusia tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau objek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek
tersebut.
Populasi penelitian ini adalah 60 orang di Desa Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur
selatan.

1.4.2 Sampel penelitian

Menurut Sugiyono (2008: 118) sampel merupakan suatu bagian dari keseluruhan serta
karakteristik yang dimiliki oleh sebuah Populasi. Apabila Populasi tersebut besar, sehingga
para peneliti tentunya tidak memungkinkan untuk mempelajari keseluruhan yang ada pada
populasi tersebut beberapa kendala yang akan di hadapi di antaranya seperti dana yang
terbatas, tenaga dan waktu maka dalam hal ini perlunya menggunakan sampel yang di ambil
dari populasi itu. Selanjutnya, apa yang dipelajari dari sampel tersebut maka akan
mendapatkan kesimpulan yang nantinya di berlakukan untuk populasi.
Sampel ini digunakan untuk sampling agregat dengan jumlah yang cukup besar yaitu
kurang lebih 30 responden. Kriteria pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Kriteria Inklusi:
a. Kepala keluarga atau anggota keluarga yang bisa membaca dan menulis.
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga yang bersedia menjadi responden.
c. Laki- laki atau perempuan berusia >17 tahun.
d. Warga yang mengikuti penyuluhan DBD dan atau menerima leaflet tentang
pencegahan DBD.
Kriteria Eksklusi:
a. Kepala keluarga atau anggota keluarga yang tidak mengisi kuesioner secara
lengkap.
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga yang tidak bersedia untuk diperiksa
kontainer berisi air dirumahnya.

1.4.3 Teknik pengambilan sampel

Sampling adalah proses memilih sebagian dari populasi yang akan digunakan untuk
mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel ini merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk memperoleh sampel untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan fakta yang ada
pada objek penelitian (Sastroasmoro dan Ismail 1995 dan Nursalam, 2013). Metode
operasional, seperti sampling populasi, adalah metode penentuan sampel dengan cara
mengambil semua anggota populasi menjadi responden atau sampel.

4.6 Instrumen Penelitian


Instrumen yang dipilih berdasarkan karya penelitian adalah metode atau bahan yang
digunakan dalam pengumpulan data, yaitu. kuesioner (kuesioner), yang memiliki hubungan
dengan data yang terekam dan jenisnya (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan penggunaan informasi oleh responden, pertanyaan yang berbeda


disiapkan, yang ditafsirkan sebagai laporan yang mencakup pertanyaan yang berbeda, yang
sudah diketahui ditafsirkan sebagai kuesioner (Arikunto, 2010). Kuesioner tersebut meneliti
jawaban yang sudah ada, sehingga responden tinggal memilih, karena kuesioner yang
digunakan bersifat tertutup (Arikunto, 2010).

Menurut Purwanto (2018) instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen penelitian dibuat sesuai tujuan pengukuran
dan teori yang digunakan.

Dalam penelitian ini kuesioner terstruktur (kuesioner) selalu digunakan untuk


mengetahui faringitis dan hubungannya perokok maka perlu dilakukan pengukuran pada
Daerah Pada variabel bebas sebagai pemberi semangat, pendidik, pembimbing terhadap
respon dan terdapat 15 pertanyaan, jawaban Ya mendapat skor 1 dan jawaban Tidak
mendapat skor 0.
4.7 Metode Pengumpulan data

Data primer adalah informasi yang peneliti terima langsung dari subjek dan juga dari
tujuan penelitian. Topik dan juga jenis data mentah yang digunakan dalam meneliti topik
tersebut. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain. Jenis data utama yang
digunakan dalam penelitian ini adalah memperoleh data melalui kuesioner langsung dari
narasumber responden dan juga data sekunder yaitu data orang yang terkena DBD di Desa
Cijati Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Selatan.
Pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan izin penelitian dari direktur
POLTEKES Yapkesbi Sukabumi. Setelah mendapat izin, peneliti bertemu dengan responden
perokok, menjajaki kesediaan mereka menjadi responden dengan memberikan informed
consent, menentukan lokasi yang nyaman dan strategis, serta melengkapi alat-alat seperti
kuesioner dan pulpen. Dalam penelitian ini, responden mengisi informasi demografi meliputi
usia, pendidikan, pekerjaan, dan usia pelanggan. Saat mengisi kuesioner, peneliti
membacakan pertanyaan dan memberikan waktu kepada responden untuk berpikir sebelum
menjawab.

Pastikan semua pertanyaan dijawab oleh responden setelah selesai kemudian mengumpulkan
kuesionernya kembali.

4.8 Pengolahan Data

Jika semua data telah terkumpul menjadi satu, peneliti perlu melakukan pemeriksaan
apakah semua daftar pernyataan telah benar diisi oleh responden. Kemudian peneliti pun
akan melakukan:

4.8.1 Editing

Apakah tindakan yang dilakukan untuk memeriksa kembali kuesioner yang diisi oleh
responden sehubungan dengan pengumpulan data?Peneliti harus memeriksa apakah semua
pertanyaan yang diajukan oleh responden dapat dibaca, memeriksa apakah argumen yang
diajukan oleh peneliti dijawab oleh responden. , periksa apakah jawaban responden dapat
dimengerti dan sesuai dengan tujuan yang dicapai, dan periksa apakah kuesioner tidak
mengandung kesalahan lain.

4.8.2 Coding

Fungsi yang mengubah data berupa huruf menjadi data tertentu, seperti angka atau
angka. Kemudian masukkan data satu per satu ke dalam file komputer sesuai dengan paket
atau program statistik komputer yang Anda gunakan.
4.8.3 Tabulasi

Tabulasi adalah penyusunan menurut lajur yang telah tersedia; penyajian data dalam
bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan pengamatan dan evaluasi. Sedangkan dalam
definisi umum, tabulasi adalah kegiatan memasukkan data yang diperoleh dari lapangan ke
dalam bentuk tabel. Kegiatan tabulasi ini bertujuan agar data menjadi lebih sederhana,
ringkas, dan mudah untuk dipahami (KKBI).

4.9 Analisa Data

Menurut John Tukey istilah teknik dalam menganalisis data penelitian adalah
prosedur untuk menganalisis data. Prosedur ini mencakup teknik menafsirkan data yang
sudah dianalisa dan cara merencanakan teknik pengumpulan data penelitian sehingga analisis
menjadi lebih cepat.
Menurut Spradley analisis data pada penelitian merupakan cara berpikir yang berkaitan erat
dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan
antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan.

Analisis univariat bertujuan untuk melihat distribusi semua variabel. Pada penelitian
ini analisis univariat meliputi sebaran data responden hasil demografi lansia di Desa
Cipendawa dan mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel penelitian, serta
informasi keluarga (variabel independen) dan pengaturan kebersihan diri lansia (variabel
dependen). variabel ).
Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dengan nilai alpha 0,05.

4.10 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian : Desa Cijatu Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Selatan.

Waktu penelitian : Penelitian dilaksanakan pada bulan mei 2023.

4.11 Etika Penelitian

Etika penelitian manusia tidak boleh bertentangan dengan etika dan standar.

1.Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Dalam formulir persetujuan yang diberikan kepada responden, peneliti harus dapat
menjelaskan isi penelitian agar penelitian dilakukan dengan cara yang dapat dipahami dan
manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut. Subyek menandatangani formulir persetujuan
validasi setelah mereka menyetujui penelitian. Jika responden tidak mau, peneliti tidak perlu
memaksa.

2.Tanpa Nama (Anonimity)

Kerahasiaan atau privasi identitas responden menjadi tanggung jawab peneliti karena
hanya peneliti dan responden yang akan mendapatkan informasi dan kerahasiaan karena
jawaban dari semua pertanyaan nantinya hanya akan diketahui oleh peneliti. Responden
hanya perlu diberi kode dan urut, agar dapat mengisi jawaban pada lembar jawaban yang
telah disediakan oleh peneliti. Pengisian kuesioner merupakan langkah selanjutnya dan hanya
peneliti yang mengetahuinya.

3.Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti harus dapat menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden
dan kerahasiaan yang dijamin oleh peneliti. Laporan hasil pencarian disediakan, yang terbatas
pada kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah yang diselidiki.
Pada tahap utama, peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada direktur
Universitas Ilmu Terapan Yapkesbi Sukabumi, setelah mendapat izin, peneliti
mengumpulkan data yaitu. mengajukan pertanyaan kepada informan tentang pengumpulan
data dan pengumpulan dan analisis data. untuk melakukan survei, calon responden
diharapkan menjelaskan data dan survei yang dilakukan. untuk dipahami oleh responden.

Suatu penelitian yang dilakukan setelah ada persetujuan dari partisipan penelitian,
termasuk responden yang ingin berpartisipasi dalam penelitian, peneliti memberikan
penjelasan atau bahkan penjelasan dan informed consent untuk diproses lebih lanjut jika
responden tidak melakukannya. jika diinginkan, peneliti tidak dapat memaksa responden
untuk siap penelitian, karena penelitian ini tidak boleh dipaksa – an element, karena peneliti
harus dapat memahami dan menghargai keputusan responden. Peneliti menjamin penggunaan
objek penelitian tidak mencantumkan nama asli narasumber, karena bersifat rahasia, dan
hanya menuliskan kode pada bahan yang dikumpulkan atau penelitian yang disajikan, serta
menjaga kerahasiaan semua hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai