Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Dengue Haemorragic Fever (DHF) atau yang dikenal dengan


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang
menyebabkan kematian sebanyak 5 % dan penyakit ini lebih banyak ditemukan
di daerah Urban dibandingkan daerah Rural. Penyakit ini dipengaruhi oleh
lingkungan dan perilaku dari suatu masyarakat, diamana penyakiit ini termasuk
kedalam sepuluh penyebab perawatan dirumah sakit serta kematian pada anak-
anak di delapan Negara tropis di Asia dan setiap tahunnya diperkirakan terdapat
200 juta kasus infeksi dengue di dunia (Susihar, 2017).
Peningkatan dan penularan penyakit DBD dipengaruhi oleh factor
Lingkungan dan factor yang paling berpengaruh diantaranya lingkungan fisik
seperti curah hujan kelembaban udara dan kepadatan penduduk. Lingkungan fisik
secara langsung dapat berpengaruh langsung pada habitat perkembangbiakan
nyamuk yang menjadi asal penyebab penyakit DBD (Roziqin, 2017).
Epidemic DBD pertama kali dilapoorkan di jakarta oleh David bylon pada
Tahun 1779. Pada Tahun 1952 Demam Berdarah ditemukan di MaanilaDan
Filipina, setelah itu menyebarke Negara-negaraa lain seperti Malaysia, Vietnam,
Thailand dan indoneesia. Pada tahun 1968 penyakit demanbberdarah Dengue
(DBD) dilaporkan di Jakarta dan surabaya dengan jumlah kematian yang sangat
meningkat, dimana penyakit demam berdrahh ini masih menjadi masalah
kesehatan di Negara Indonesia (Susihar, 2017).
World Health Organization (WHO) memperkirakan ada 50 juta orang
yang terinfeksi penyakit demam berdarah setiap Tahunnya. Di Negara-negara
yang Berkembang, Incidence Rate (IR), penyakit ini meningkat setiap tahunnya,
dengan Case Fatality Rate (CFR) berkisar antara 1-2,5%. Pada tahun 2012 smpai
Bulan Agustus, di Indonesia dilaporrkan 45.964 kasus DBD (Aprilliana, 2017).
Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 126. 675 penderrita DBD di 34 Provinsi di
Indonesia dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia, jumlah tersebut lebih
tinggi dbandingkan pada Tahun sebelumnya, yakni sebanyak 1100.347 penderita
DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia yakni pada Tahun 2014, hal
ini disebabkan oleh perubahan iklim dan rendahnya kesadaran Masyarakat dalam
Menjaga kebersihan Lingkungan (infodatin, 2016).
Kementrian kesehatan RI mencatat jumlah penderita penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia pada bulan Januari-Februari tahun 2016
sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 10 orang.
Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia yaitu pada usia 5-14
tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (infodatin, 2016).
Kasus DBD yang tertinggi di profinsi Sulawesi tengah yakni di kota palu
dengan jumlah 650 kasus dengan IR 168,50/100.000 penduduk. Pada golongan
usia15-44 tahun merupakan penderita kasus DBD yang tertinggi yaitu 401 kasus
(43,51%), kemudian disusul usia 5-14 tahun dengan jumlah kasusu yaitu 313
kasus (34,07%). Hal ini disebabkan karena pada usia 15-44 tahun dan usia 5-14
tahun lebih banyak melakukan kegiatan diluar rumah yaitu di perkantoran dan di
sekolah-sekolah, yang sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit DBD
(Dinas Kesehatan.2016). oleh karena itu menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi
peneliti untuk meneliti tingkat pengetahuan dan perilaku remaja mengenai DBD.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang ingin diketahui oleh peneiti dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana Tingkat pengetahuan dan perilaku Remaja Terhadap
pencegahan DBD pada Siswa SMK 2 palu Tahun 2017”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuaan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Tingkat
pengetahuan dan perilaku remaja terhadap pencegahan DBD
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat penegetahuan mengenai DBD pada Remaja
b. Untuk mengetahui perilaku mengenai DBD pada Remaja
c. Untuk mengetahui hubungan perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku
remaja terhadap pencegahan DBD

D. Manfaat penelitian
1. Bagi M asyarakat
a. Menambah pengetahuan Masyarakat khususnya Remaja terhadap
pencegahan DBD
b. Sebagai informasi untuk lebih menggiatkan kegiatan yang dapat
menurunkan angka kejadian DBD

2. Bagi Dinas Kesehatan


Untuk meremuskkan suatu langkah strategis yang dapat dilakukan dalam
menurunkan angka kejadian dan angka kematian akiibat DBD

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sebelumnya mendasari penelitian ini yaitu penilitian yang


dialkukan oleh Agus supriyadi dengan Judul “hubungan Tingkat pengetahuan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan upaya pencegahan Demam
Berdarah Dengue (DBD) di desa pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten
Sragen”. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan
masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan upaya
Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di desa pendem, Kecamatan
Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
Kuantitatif dan dilakukan dengan teknik cluster sampling. Hasil penelitian yang
diperoleh yakni ada hubungan tingkat pengetaahuan DBD dengan upaya
pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) didessa Pendem, kecamatan
sumberlawang, Kabupaten Sragen.

Marini Avila Wowling juga sebelumnya melakukan penelitian dengan


judul “hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan pencegahan demam
berdarah (DBD) didaerah Mogolaing, kuranji padang. Hasil penelitian yang
diperoleh yaitu ada hubungan pengetahuan keluarga dengan pencegahan Deman
Berdarah Dengue (DBD) dikelurahan Mogalaing

Penelitian saat ini berbeda dari penelitian Sebelumnya. Judul penelitan


saat ini “Tingkat pengetahuan dan perilaku remaja terhadap pencegahan DBD”
dengan metode pengisian Kuesioner oleh siswi SMK Negeri 2 Palu. Tujuan
penelitian ini untuk menganasis perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku
remaja terhadap pencegahan DBD. Penelitian ini menggunakan desckriptif
kuantitatif, dilakukan dengan teknik Non probability sampling menggunakan
purposive sampling dengan Uji Hipotesis yang dilakukan menggunakan uji Mann
Whitney.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Definisi DBD
Demam berdarah dengue merupakan suaatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkanoleh nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus sehingga menyebabkan demam selamaa 2-7 hari
diserta gejala penyerta seperti mual, muntah, sakit kepala, nyeri
diblakaang bola mata dan tanda perdarahan dikulit berupa bintik
perdarahan (Ndraha, 2017)

2. Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdaraah Dengue (DBD) adalah virus
dengue yang termasuk kedalam Arboviruses atau yang dikenal dengan
genus Flavivirus, family Flaviviridae, dan terdapat 4 serotip virus, yaitu;
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 daan dapat menyebabkan demam
berdarah dengue. Keempat dari serotype ditemukan dii Indonesia dengan
DEN-3 merupakan serotype terbanyakb (Setiati, 2015).

3. Gambaran Kliinis dan Diagnosis


Manifestasi klinis virus dengue dapat bersifat Asimtomatik dapat
berupa demam yang tidak khas. Pada Gambaran klinis DBD sering
tergantung dari umur penderita, umumnya penderita mengalami fase
demam seama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari.
Pada fase ini penderita sudah tidak mengalami demam, akan tetapi
mempunyai resiko untuk terjadi renjatan apabila tidak mendapat
pengobatan yang adekuat (Setiati, 2017)
Diagnosis daari DBD diteagkkan berdasarkan criteria diagnosi
menurut Who pada taahun 1997 terdiri dari criteria klinis dan
laboratorium. Penggunaan dari criteria ini bertujuan untuk mengurangi
diagnosis yang berlebihaan.
3.1 kriteria klinis
1. demam yng tinggi secara mendadak, tanpa sebab yang jelass dan
berlangsung terus-menerus selam 2-7 hari
2. terdapat manifestasi perdarahan yakni:
- uji tourniquet positif
- perdarahan pada mukosa, epistaksis dan perdarah gusi
- melena
- purpura, petekie, dan ekimosis
3. pembesaran hati
4. syok, yang ditandai dengan Nai cepat, lemah serta penurunan
tekanan nadi, kulit lembab, hipotensi, kaki dan tangan dingin dan
penderita tampak gelisah.
3.2 kriteria laboratories:
1. trombositopenia (100.000/uI atau kurang)
2. homokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan dari hematokrit
20% atau lebih.
Dua criteria tersebuta cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.
Efusi pleura daan atau hipoalbuminemia dapat memerkuat diagnosis
terutama padaa passion yang aanemi dan atau terjadi perdarahan
(Nddaraah, 2017)

4. Penularan
Virus DBD diduga menyebar secara cepat dari satu daerah ke
daerah lainnya yang berdekatan sehingga dapat mempengaruhi
penyebaran kasusu DBD. Penularan DBD dapaat terjadi disemua tempat
yang terdapat nyamuk penularannya sperti wilayah yang banyak kasus
DBD atau rawan endemis DBD. Tempat-tempat umum yang merupakan
tempat perkumpulan orang-orang dataang dari berbagaai Wilayah
sehingga kemungkinan besar terjadinya pertukaran tipe virus dengue
seperti sekolah, hotel, pasar, puskesmas, rumah saakit dan sebagainya.
Daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi kemungkinan menjadi
salah satu factor risiko penyyebaran kasus DBD (Jayanti, 2017)

5. Penatalaksanan
Pada penderita demam berdarah dengue (DBD) sebaiknya dirawat
ditempat yang terpisah dengan penderita penyakit lain, dimanapada
setiap kamar yang bebas Nyamuk diberi kelambu (Hendrawanto, 2013).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh keluarga apabila terdapat
slah satu atau lebih anggota keluarganya diduga terkena DBD yaitu
diberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang telahdimassak seperi
the,air susu atau oralit. Untuk menurunkan demam, beri kompres air
dingin atau air es dan berikan obat penurun panas misalnya parasetamol
(Jayanti, 2017)

6. Pengendalian Vektor DBD


Vaksin yang digunakan untuk pencegahan terhadap infeksi virus
dan obat untuk penyakit DBD belum ada dan masih dalam proses
penelitian, oleh karena itu pengendalian terutama ditujukan untuk
memutus rantai penularan, yaitu dengan pengendalian vectornya.
Pengendalian vector DBD hamper disemua Negara daan Daaerah
endemistidak tepat sasaran dan tidak berkesinambungan sehingga belum
mampu memutus rantai penularan. Hal ini disebabkan metode yang
diterapkan belum mengacu kepada data atau informasi tentang vector
(sukowati,2010).
Beberapa metode pengendalian vector telah banyak diketahui dan
digunakan dalm program pengendalian DBD ditingkat pusatdan daerah
yaitu:
6.1 Manjemen lingkungan
Manajemen lingkungan merupakan upaya pengelolaan lingkungan
untuk mengurangi bahkan menghilangkan habitat perkembangbiakan
nyamuk vector sehingga dapat mengurangi kepadatan populasi.
Manajemen lingkungan hanya akan berhassil dengan baik apabila
dilakukan oleh Masyarakat, lintas sector, para pemegang kebijakan
dan lembaga swadaya masyarakat melalui program kemitraan.
6.2 pengendalian Biologis
pengendalian secaara biologis adalah upaya pemanfaatan agent
biologi untuk pengendalian vector DBD. Beberapa agent biologis
yang telah digunakan dan terbukti mampu mengendalikan populasi
larva vector DBD yaitu dari kelompok bakteri dan predatorsperti
ikan pemakan jentik dan cyclop (copepod)
- predator
predator larva dialam cukup banyak, akan tetapi yang dapat
digunakan untuk pengendalian larva vector DBD tidak banyak
jenisnya, dan yang paling mudah didapat dan dikembangkan oleh
masyarakat serta murah yaitu ikan pemakan jentik. Di Indonesia
ada beberapa ikan yang berkembangbiak secara alami dan bisa
digunakan yaitu ikan kepala timah dan ikan cetul.
- Bakteri
Agen biologis yang sudah dibuat secara komersial dan digunakan
untuk larvasidasi dan efektif untuk pengendalian larva vektor
merupakan kelompok bakteri.dua spesies bakteri yang sporanya
mengandung endotoksin dan mampu membunuh larva yaitu
bacillus thuringiensis serotype (Bt. H-14) dan B. Spaericus (BS).
6.3 pengendalian kimiawi
pengendalian secara kimiawi masih paling populer baik
bagi program pengendalian DBD dan masyrakat. Penggunaan
insektisida dalam pengndalian vektor DBD seperti pisau yang
bermata dua, artinya yaitu bisa menguntungkan daan merugikan
sekaligus. Insektisida bila digunakan secar tepat sasaran, tepat dosis,
tepat waktu dan cakupan dapat mampu mengendalikan vektor dan
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan organisme
yang bukan sasaran.
6.4 partisipasi Masyarakat
partisipasi massyrakat merupakan proses yang panjang dan
memerlukan kesabaran, ketekunan dan upaya dalam memberikan
pemahaman daan motivasi kepada individu, kelompok dan
Masyarakatserta pejabat secara berkesinambungan. Program yang
meibatkan masyarakat yaitu mengajak masyarakat mau dan mampu
melakukan 3M plus atau PSN dilingkungan mereka.

2.2 Pengetahuan
1. Pengertian
“Pengetahuan adalah hasil dari Tahu yang terjadi melalui proses
sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang saangat penting untuk
terbentuknya perilaku terbuka” (overt, 2013). “pengetahuan adalah hasil
pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap onjek melalui
indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
Dengan sendirinya, pada waktu pengideraan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan
persepsi terhadap objek, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui
indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)”
(Notoatmodjo, 2012)

2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai ena,
tingktan sebagai berikut ini :
2.1 Tahu (Know)
Tahu djadikan sebagai pengingat atas suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini termasuk kedalam
yakni mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
keseluruhan yang telah dipelajari. Oleh Karen itu, tahumerupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerjauntuk mengukur
bahwa seseorang tahu mengenai apa yang dipelajarinya antara lain
dengan menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan
dan sebagainya. Contohnya”…dapat menyebutkan tanda-tanda
bahaya pada penderita demam berdarah degue”
2.2 Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagi suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang suatu objek yang telah diketahui, dapat
menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Oaring yang
sudah paham terhadap suatu objek atau materi tersebut harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contohnya: menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
2.3 Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikanseagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi dapat diartikan sebagai aplikassi atau penggunaan hokum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam suatu konteks
atau situasi yang lain.
2.4 Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuanuntuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
satu struktur organisasi, dan masih ada hubungannya satu sam lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), memisahkan,
mengelompokkan,membedakan dan sebagainya.
2.5 sintesis (synthesis)
sintesis marujuk pada suatu kemmpuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentukkeseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan suatukemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah
ada.
2.6 Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikassi atau penilaian terhadap materi atau objek . penilain-
penilain ini didassarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri,
taua menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo, 2012).

2.3 Perilaku
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas dari organism yang
saling bersangkutan jadi, perilaku Manusia merupakan suatu aktivitas dari
Manusai itu sendiri. Ada dua hal yang mempengaruhi perilaku manusia
yaitu factor genetic (keturunan) dan lingkungan. Fakor keturunan adalah
konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku dari mahluk hidup
selanjutnya, sedangkan Lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk
perkembangan perilaku Manusia tersebut.
Menurut Skinner mengemukakan bahwa bahwa perilaku merupakan
hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon), yang
dibedakan menjadi dua yakni:
a. Respondent respons: merupakan respon yang timbul akibat dari
rangsangan-rangsangan tertentu. Respon-respon yang timbul umumnya
relative sama.
b. Operant respons: merupaka respon yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan seperti ini disebut
reinforcing stimuli Karena perangsangan-perangsangan tersebut
memperkuat respon yang telah dilakukan organism.
Perilaku kesehatan merupakan suatu proses seseorang terhapad stimulus
yang berkaitan dengan suatu sakit dan penyakit, system
pelayanankesehatan dan makanan sreta lingkungan.
(Notoatmodjo, 2012).
2.4 kerangka teori

Demam Berra
Pencegahan DBD prilaku
Dengue (DBD)

Tingkat
Pengetahuan

Factor yang mempengaruhi


tinkat pengetahuan:

1. Pendidikan
2. pekerjaan
3. umur
4. faktor Lingkungan
5. sosial budaya

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Keterangan:

= diteliti

=tidak diteliti
2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian in adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

pengetahuan
Pencegahan DBD

perilaku

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

B. Landassan Teori
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi
pada Wilayah tropis yang meyerang sebagian besar anak berusia diabawah 15
Tahun dinegara yang berkembang dan memmpunyai penghasilan menengah
kebawah. Indonesia sebagai Negara tropis dan berkembang masih memiliki angka
Morbiditas dan Mortalitas yang tinggi akibat penyakit Demam Berdarah dengue
(DBD) dimana selama tahun 2011 terdapat 13 Kabupaten/kota dari tujuh provinsi
yang melaporkan timbulnya kejadian luar biasa (KLB) (Pranata, 2017).
Virus DBD diduga menyebar secara cepat dari satu daerah ke daerah
lainnya yang berdekatan sehingga dapat mempengaruhi penyebaran kasusu DBD.
Penularan DBD dapaat terjadi disemua tempat yang terdapat nyamuk
penularannya sperti wilayah yang banyak kasus DBD atau rawan endemis DBD
(Jayanti, 2017). Kementrian kesehatan RI mencatat jumlah penderita penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia pada bulan Januari-Februari tahun
2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang.
Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia yaitu pada usia 5-14
tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (infodatin, 2016).
C. Hipotesis
H0 : tidak ada perbedaan antara tingkat pengetahuan dan perilaku remaja
terhadap pencegahan DBD
H1 : ada perbedaan antara tingkat pengetahuan dan perilaku remaja terhadap
pencegahan DBD
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penliian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan/memaparkan peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi pada masa kini. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang
digunakan untuk mengolah data berbentuk angka, baik sebagai hasil
pengukuran atau pun hasil hasil konvensi (Notoatmodjo, 2012). Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional dimana data yang
menyangkut variabel indenpenden dan variabel denpenden dikumpulkan
dalam waktu secara bersamaan dengan cara menyebarkan kuesioner pada
responden.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 2 Palu pada Bulan Januari
Tahun 2018

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu, populasi dapat berupa organisme, benda, orang atau satu
kelompok, masyarakat, organisasi. Adapun sampel pada Penelitian ini adalah
seluruh siswa-siswi di SMK Negeri 2 Palu Tahun 2018.
2. Sampel
Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi, adapun sampel dalam
penelitian ini adalah Siswa-siswi Kelas X SMK Negeri 2 Palu Tahun 2018.
Metode pengambilan sampel yaitu Teknik Purposive Sampling. Besar sampel
yang diambil berdasarkan Rumus Slovin berikun ini:

N
n=
1+ Ne2

Keterangan:
n = besar sampel
N = besar populasi
e = tingkat kesalahan (peneliti menggunakan e = 0,1 atau 10%; 0.05 atau 5%).

Adapun Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
1) Sampel yang diteliti terdaftar sebagaai siswa-siswi kelas X di SMK
Negeri 2 palu tahun tahun 2018.
2) Sampel berusia 15-17 tahun
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1) Responden tidak dalam keadaan Sakit saat Intervensi dilakukan
2) Sampel yang tidak bersedia untuk menjadi Responden

C. Teknik Pengambilan Sampel


Penentuan Metode pengambilan sampel untuk penelitian ini
menggunakan Teknik Non random (Non Probability Sampling) dengan cara
teknik Purposive Sampling. Purposive Sampling merupakan pengambilan sampel
yang didasarkan dari suatu pertimbangan tertentu yang telah dibuat sendiri oleh
peneliti berdasarkan Kriteria-kriteria yang telah ditentukan (Notoatmodjo, 2010).
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan responden dari siswa-siswi kelas
X SMK Negeri 2 palu.
D. Variabel dan definisi Operasional
1. Identifikasi variabel
Variabel yang akan diteliti yaitu siswa-siswi SMK Negeri 2 Palu
2. Defenisi operasional
Defenisi operasional yaitu mendefenisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati (Nursalam, 2008).
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Skala Alat ukur Hasil


ukur Ukur
1 Pengetahuan Segala sesuatu yang ordinal kuesioner 1. Baik
diketahui dan 2. Sedang
dipahami oleh 3. Kurang
responden terhadap
DBD dan yang
berkaitan dengan
pencegahan DBD
2 Perilaku Aktivitas atau ordinal kuesioner 1. Baik
kegiatan yang 2. Sedang
dilakukan secara 3. Kurang
langsung maupun
tidak langsung yang
dilakukan oleh
Respondeng dalam
pencegahan DBD

E. Instrumen penelitian
Instrument penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data sehingga kegiatan tersebut
menjadi sistematis. Instrument penelitian yang digunakan yaitu kuesioner.
Kuesioner berisiskan daftar pertanyaan dan soal untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan perilaku terhadap pencegahan DBD yang ditujukan kepada
responden(Ridwaan, 2012).

F. Teknik Pengumpulan data


Pada penelitian ini data diperoleh melaui data Primer dan data sekunder.
Data primer adalah Data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian
perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Dalam penelitian ini data primer
didapatkan dari pengisian Kuesioner pengetahuan dan perilaku terhadap
pencegahan DBD, sedangkan data sekunder didapatkan dari pencatatan dan
Dokumen yang ada pada Sekolah SMK Negeri 2 Palu.

G. Analisis Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat hanya dapat menghassilkan Distribusi frekuensi dan
prosentase dari tiap Variabel (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini analisis
univariat yang digunakan untuk menjelaskan atau menilai karakteristik
responden, pengetahuan dan perilaku terhadap pencegahan DBD.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis tingkat pengetahuan dan
perilaku remaja terhadap pencegahan DBD. Teknik analisis pada penelitian
ini dengan skala data ordinal, diamana data dari kuesioner akan dimasukkan
kedalam program komputer dengan menggunakan SPSS versi 16.0, hasil
penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.

H. Pengolahan data
Teknik pengolahan daata, merupakan langkah terpenting untuk
memperoleh hasil atau simpulan dari suatu masalah yang diteliti. Data yang telah
terkempul sebelum dianalisis harus melalui pengolahan data terlebih dahulu.
Stelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Proses
pengolahan data (Notoatmodjo, 2012) yaitu:
3.1 Editing
kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data dari hasil jawaban
kuesioner yang telah dibagikan kepada responden dan setelah itu dilakukan
koreksi apakah sudah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan dilapangn
sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.
3.2 Coding
kegiatan ini memberikan kode angka pada kuesioner terhadap tahap-
tahap dari jawban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
berikutnya. Untuk variabel pengetahuan dan perilaku remaja terhadap
pencegahan DBD diukur dengan kuesioner.
3.3 Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung daata dari jawban
kuesioner responden yang telah diberikan kode, kemudian dimasukkan
kedalam Tabel.
3.4 memasukkan data (processing)
memasukkan data jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk
kode (huruf atau angka) dimasukkan kedalam program atau Software
komputer.
3.5 pembersihan data (Cleaning)
apabila semua data dari responden selesai dimasukkan, harus dicek kembali
untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, dan ketidak
lengkapan dan lain sebagainya, setelah itu dilakukan perbaikan atau koreksi.
I. Alur Peneliitian

Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada kepala SMK Negeri 2


Palu

Melaksanakan penelitian di SMK Negeri 2 Palu

Pengambilan surat tanda selassi melakukan penelitian di SMK Negeri 2 Palu

Mengkonsultasikan hasil penelitian dengan Dosen pembimbing

Mengelola dan menganalisis data penelitian

Menyajikan hasil dan pembahasan penelitian dan menarik kesimpulan


penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian

J. Etika Penelitian
Manusia memiliki Hak kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian
yang akan dilaksanakan berpedoman pada etika penelitian menurut Hidayat
(2011) yang meliputi yaitu:
1. Informed consent
Informed consent adalah bentuk persetujuan antara penelitia dan
responden peneliti dengan cara memberikan lembar persetujuan. Informed
consent diberikan sebelum melakukan penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent yaitu agar
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya,
jika subjek bersedia maka responden harus menandatangani lembar
persetujuan. Apabila responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama
responden dalam lembar aalat ukur dan hanya memberi kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasian)
Masalah ini merupakan suatu masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupu masalah-masalah lainya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2011).

Anda mungkin juga menyukai