BAB I
PENDAHULUAN
infeksi virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk genus Aedes yang banyak
bentuk DD yang lebih berat dan disertai dengan perdarahan. Dengue masih
Indonesia. Dengue memiliki angka kejadian yang terus meningkat dan angka
ini mengalami peningkatan yang pesat. Pada tahun 2012, dilaporkan infeksi
virus dengue pada 2,2 juta orang dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 3,2
juta. Pada tahun 2015 di Amerika, dilaporkan kasus infeksi dengue sebanyak
2,35 juta , 10 dari 200 kasus didiagnosis sebagai DBD dan menyebabkan 1181
kematian.2
Jabodetabek. Pada tahun 2015 angka kejadian DBD mengalami penurunan dari
2
sebanyak 8.487 kasus dengan angka kematian sebanyak 108 jiwa. Golongan
terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia yaitu golongan usia 5-14 tahun
derajat II dari DD, DBD derajat III dan IV dikelompokkan pada Dengue Shock
perdarahan terbatas pada uji tourniquet positif dan atau mudah memar; pada
pada derajat III, terjadi kegagalan sirkulasi berupa nadi tekanan sempit dan
lemah, atau hipotensi, kulit dingin dan lembab dan pasien gelisah; derajat IV,
terjadi gejala awal syok berupa tekanan darah rendah dan nadi tidak dapat
diukur.1
meningkat > 20%, dan menurun >20% setelah diberi terapi cairan yang adekuat
hubungan antara kadar hematokrit awal pasien dengan derajat klinis DBD dan
Penelitian oleh G.A. Dian Listyanti Utamin dan I Wayan Putu Sutirta
yang lemah.22
dengan derajat keparahan demam berdarah pada anak menurut kriteria WHO.
ini juga ditujukan untuk melihat hasil pemeriksaan laboratorium apa saja yang
anak.
UKI?
UKI.
anak.
derajat keparahan demam berdarah dengue berdasarkan gejala klinis dan hasil
laboratorium.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penyakit demam akut yang dapat menyebabkan kematian dan disebabkan oleh
empat serotipe virus dari genus Flavivirus, virus RNA dari keluarga
Flaviviridae.1
Demam dengue adalah sebuah penyakit dengan gejala seperti flu yang
dapat menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa. Demam Berdarah Dengue
adalah sebuah komplikasi dari infeksi dengue yang mengancam nyawa dan
memiliki karakter demam tinggi yang bertahan selama 2-7 hari, fenomena
2.2. ETIOLOGI
disebabkan oleh virus Dengue (DEN). Virus Dengue adalah virus RNA
Virus DEN tersusun dari tiga protein struktural yaitu protein inti atau
nukleokapsid (C), protein membran (M) dan protein selubung (E) dan tujuh
protein non-struktural (NS) yaitu NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan
NS5. Protein selubung (E) terlibat dalam fungsi biologis utama dari virus
mengakibatkan virus dapat masuk ke dalam sel host. Protein selubung juga
dengan titer virus DEN dan ditemukan lebih tinggi jumlahnya pada pasien
Dengue (DD).1,4
Vektor virus DEN adalah nyamuk, yaitu nyamuk Ae. Aegypti dan
kurang baik dan bergantung pada tempat penampungan air untuk bertelur.
Habitat untuk larva Ae. aegypti adalah tempat penampungan air baik alami
maupun buatan (misalnya: vas bunga, ember, kaleng, dll), yang berada di
8
atau dekat dengan tempat tinggal manusia. Ae. aegypti jantan dan betina
hidup dengan memakan nektar dari tanaman, tetapi Ae. aegypti betina
membutuhkan darah untuk memproduksi telur dan aktif pada siang hari.1,7
kasa. Larva Ae. aegypti mempunyai pelana terbuka dan gigi sisir yang
berduri lateral.6,7,9
Ae. aegypti memiliki daur hidup yang terdiri dari empat tahap yaitu
telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Nyamuk Ae. aegypti betina
9
ember, dll) 1-2 cm di atas permukaan air. Seekor nyamuk betina rata-rata
dapat meletakkan 100 butir telur setiap kali bertelur. Telur nyamuk Ae.
aegypti memiliki konsistensi yang keras dan biasanya dapat bertahan sampai
pertumbuhannya.7,9
Telur nyamuk Ae. aegypti membutuhkan waktu dua hari dan kondisi
air menutupi telur untuk menetas. Hujan atau kegiatan manusia menambah
volume air dalam suatu wadah tempat perindukan nyamuk akan merangsang
yang ada di dalam air dan setelah melakukan pengelupasan kulit sebanyak 4
kali, larva bertumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk betina mengisap darah pada siang hari. Pengisapan darah dilakukan
dari pagi hingga sore hari dengan dua waktu puncak yaitu saat matahari
benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, dll. Ae.
aegypti betina umumnya memiliki umur 10 hari di alam bebas dan dua bulan
10
2.3. EPIDEMIOLOGI
sekitar 30-100 juta penderita demam dengue dan 500.000 penderita demam
berdarah dengue dengan 22.000 kematian terutama pada anak-anak. Sekitar 40%
penduduk dunia yaitu sekitar 2,5-3 miliar orang berasal dari 112 negara di
kawasan tropis dan subtropis hidup dalam resiko tertular infeksi Dengue.1
dalam beberapa dekade terakhir. Pada tahun 2010 dilaporkan infeksi virus
dengue pada 2,2 juta orang dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 3,2 juta. Di
Amerika, pada tahun 2015, dilaporkan kasus infeksi dengue sebanyak 2,35 juta,
dimana 10 dari 200 kasus didiagnosis sebagai demam berdarah dengue dan
daerah endemik, termasuk Jabodetabek. Pada tahun 2016, kasus demam berdarah
penurunan.3,20
11
DBD di Indonesia periode Januari 2016 – Februari 2016 sebanyak 8.487 kasus
dan angka kematian sebanyak 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami
DBD di Indonesia yaitu golongan usia 5-14 tahun (43,44%) dan usia 15-44 tahun
(33,25%).3,20
terkontrol sehingga terjadi kendala pada fasilitas sipil seperti persediaan air
Mikroevolusi virus
12
2.5. PATOGENESIS
Konsumtif
Konsumti
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa
renjatan dengue.14,17
replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody
sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun selular terhadap virus dengue.
Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan
limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10; c) Monosit
sekresi sitokin oleh makrofag; d) Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks
infection yang menyatakan bahwa DBD terjadi bila seseorang terinfeksi ulang
virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi amnestik
Kuranne dan Ennis, pada tahun 1994 merangkum pendapat Halsead dan
disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-, IL-1, PAF, IL-6 dan
kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh
plasma.14,19
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan
hiposelular dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi
degranulasi trombosit.14,19,20
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV.
Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur
ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi
15
complex)14,19
2.6. DIAGNOSIS
penderita. Bayi dan anak kecil dapat menderita demam yang tidak jelas,
dengan demam mendadak, menggigil, dan nyeri yang hebat pada kepala,
punggung dan ekstermitas. Demam berlangsung selama 2-7 hari dan demam
dapat mencapai 41°C. Demam lebih dari 10 hari kemungkinan besar bukan
dengue. Gejala-gejala yang dapat menyertai demam yang tidak khas tersebut
seperti, sakit kepala, nyeri retro-orbital (nyeri di belakang bola mata), nyeri
seluruh badan (arthralgia dan myalgia), mual dan muntah, kadang diare, ruam
kulit, rasa badan lemah, anoreksi, rasa kecap berubah, perdarahan ringan
itu bisa juga terjadi konjungtiva merah, radang faring dan limfadenopati.1,10
makuler pada wajah, dada, permukaan fleksor, yang timbul pada hari ke-3 dan
tetap ada selama 2-3 hari pertama. Ruam kulit yang kedua berbentuk
makulopapuler morbiliform timbul selama 1-5 hari dan terdapat pada telapak
16
tangan dan telapak kaki, dan kadang-kadang mengelupas. Ruam juga dapat
lambat, dengan rasa lelah dan lesu yang terjadi sesudah demam menghilang.
minggu.1,10
bervariasi antara tiap individu pada daerah epidemik, maupun antara suatu
berlangsung dengan lancar dan singkat tetapi bisa juga lebih lama. Pada orang
dibarengi dengan asthenia yang jelas dan depresi. Bradikardi umum terjadi
pada demam dengue. Walaupun jarang tetapi perdarahan yang parah (demam
berikut:
salah satu):
- Petakie
- Ekimosis
- Purpura
tiba-tiba suhu tubuh dibarengi dengan kemerahan pada wajah dan gejala
lainnya yang mencirikan demam dengue, Suhu tubuh pada umumnya tinggi
dapat bertahan selama 2-7 hari sebelum kembali normal atau subnormal. Pada
dan dapat ditemukan pada awal fase demam. Ruam makulopapular dan
petakie dapat ditemukan seperti pada demam dengue. Petakie terlihat jelas
pada wajah, ekstermitas, aksila dan kadang pada pallatum molle saat awal fase
demam.1,10
Fase kritis DBD, periode kebocoran plasma, berawal dari masa transisi
dari demam ke fase afebrile. Pada fase awal terjadinya kebocoran bisa jadi
tidak ditemukan gejala seperti efusi pleura dan asites pada pemeriksaan fisik,
hari setelah onset demam. Beberapa tanda bahaya dapat timbul seperti muntah
gelisa, tidak tenang, hipertensi postural dan oliguria. 1,10 Mendekati akhir fase
demam, seiring dengan waktu atau beberapa saat setelah suhu tubuh menurun,
atau 3-7 hari setelah onset demam, terdapat beberapa tanda terjadinya
frekuensi nadi menjadi cepat dan lemah. Beberapa pasien tampak letargik
tetapi biasanya pasien menjadi gelisah lalu secara cepat memasuki stadium
kritis dan syok. Nyeri abdomen akut sering dikeluhkan sebelum onset
syok.10,18
Syok ditandai dengan frekuensi nadi yang cepat dan lemah, hipotensi,
menjadi dingin, dan gelisah. Pasien pada kondisi syok berada dalam bahaya
dan dapat meninggal jika tidak ditangani dengan baik dan benar.1,10
DENGUE
- Derajat III : Kegagalan sirkulasi berupa nadi tekanan sempit dan lemah,
atau hipotensi, dengan gejala kulit dingin dan lembab dan penderita gelisah.
- Derajat IV : Terjadi gejala awal syok berupa tekanan darah rendah dan
2.8.1. Laboratorium
terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG. Diagnosis pasti
didapat dari hasil isolasi virus dengue ataupun deteksi antigen virus RNA
Reaction), tetapi karena teknik ini sulit sehingga lebih banyak digunakan tes
serologis.14,17
- Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limofitosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
21
plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
ke-8.
Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau
plasma.
- Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan diberikan
- IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14,
surveilans.
- NS1 : antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama
2.8.2. Radiologi
kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dalam posisi lateral decubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah
kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan
USG.14
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14
hari), timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti: nyeri kepala, nyeri
yaitu penggantian cairan dengan minum banyak air dan banyak istirahat, pada
dapat diberikan misalnya obat penurun panas dan obat analgesic, misalnya
intensif.14,16
berikan untuk mencegah muntah agar penderita dapat minum cairan. Jika
mg/kgBB secara rektal. Obat ini juga dapat diberikan sebagai upaya
saluran pencernaan bagian atas pada ulkus akibat stress, Ranitidine secara
intravenus dapat diberikan setiap 8 jam dengan dosis 1 mg/kgBB pada anak.
hari pada penderita yang baru sembuh dari trombositopeni yang berat atau
diberikan desmopressin dengan dosis 0.3 μg/kgBB selama 30 menit per hari
dilakukan pada masa krisis, yaitu antara hari ke-2 sampai hari ke-7 demam.
Untuk rehidrasi penderita harus minum banyak cairan dan jika tidak dapat
trombosit diberikan jika angkat trombosit kurang dari 20.000 atau jika terjadi
Perawat suportif diberikan di ruang ICU. Aspirin dan NSAID tidak dboleh
plasma, darah segar, atau packed cell. Mekanisme kerja dan tujuan pemberian
dengan pemberian cairan dijabarkan pada tabel yang dianjurkan oleh PAHO
Organization).14
sirkulasi
Infus Mempertahankan Bervariasi Mencegah/mengatasi
cairan dan memperbaiki Antara 5- syok penyebab
koloid volume 20mL/kgBB kematian pada infeksi
intravenus intravaskuler dan /jam dengue yang berat
mencegah/
mengatasi syok
akibat
perembesan
cairan
Transfusi Memperbaiki Bervariasi Mengatasi
konsentrat trombositopeni trombositopeni berat
sel berat dan
pembeku mencegah/mengobati
darah perdarahan
Plasma Memperbaiki Bervariasi, Mengatasi syok
beku segar koagulopati sekitar akibat perembesan
dengan mengganti 4U/hari jika plasma pada DBD
faktor pembeku tahan
Darah atau Mengganti Bervariasi Mengatasi syok
packed cell volume darah akibat perdarahan
pada penderita yang tak lazim
demam dengue
dengan
perdarahan yang
tak lazim
2.10. HEMATOKRIT
Nilai hematokrit adalam volume semua eritrosit dalam 100mL darah dan
disebut dengan (%) dari volume darah itu. Biasanya nilai hematokrit
peningkatan kadar sel darah atau penurunan kadar plasma darah. Sebaliknya,
Nilai normal kadar hematokrit pada anak dapat dilihat pada tabel berikut15:
Tabel. 2.2. Nilai Rujukan kadar Hematokrit pada anak (Sumber: Buku Ajar
Pediatri Rudolph, Vol.2, 2014)
0,5 – 4 bulan 36 32
5 – 10 tahun 38 33
Anak terinfeksi
virus dengue
Perembesan plasma
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
keparahan demam berdarah dengue pada pasien anak di RSU UKI tahun 2013-
2015.
UKI tahun 2013-2015 dilakukan selama satu bulan mulai dari bulan Oktober
2016 sampai dengan bulan November 2016. Penelitian ini dilakukan di ruang
penelitian ini adalah semua anak (usia 0 – 18 tahun) yang didiagnosis DBD dan
dirawat inap di RSU UKI periode Januari 2013 sampai Desember 2015, yaitu
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diambil. Sampel dalam
penelitian ini adalah rekam medik semua anak (usia 0-18 tahun) yang
didiagnosis DBD dan dirawat inap di RSU UKI pada Januari 2013-Desember
31
sampling, yaitu semua subyek yang datang sesuai dengan kriteria inklusi dan
105.
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi
2. Pasien dirawat di instansi rawat inap poli anak Rumah Sakit Umum
tertentu, yaitu:
keparahannya
1. Variabel bebas:
Kadar hematokrit pasien anak dengan diagnosis DBD sejak awal dirawat di
2. Variabel tergantung:
penelitian ini adalah derajat klinis berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh
Derajat III : Kegagalan sirkulasi berupa nadi tekanan sempit dan lemah,
atau hipotensi, dengan gejala kulit dingin dan lembab dan penderita gelisah.
Derajat IV : Terjada gejala awal syok berupa tekanan darah redah dan nadi
2. Anak : Menurut WHO, batasan usia anak adalah sejak anak masih
darah dana disebut dengan % dari volume darah itu. Biasanya nilai itu
mendapatkan data penelitian. Instrument penelitian ini adalah data rekam medik
bangsal anak RSU UKI Jakarta Periode Januari 2013 – Desember 2015.
Cara pengumpulan data dari data sekunder yaitu dari membaca rekam
medik dan melihat diagnosis serta hasil laboratorium pada pasien anak dengan
DBD yang dirawat di bangsal anak RSU UKI Periode Januari 2013 – Desember
2015.
- Perumusan masalah
- Mengumpulkan data rekam medik pasien anak DBD di RSU UKI Jakarta
1. Editing
2. Coding
pengolahan data.
3. Processing
Memasukkan atau entry data rekam medis sesuai kode-kode yang telah
dalam computer.
4. Cleaning
Excel 2010 for Windows (pre-entry) kemudian data pre-entry akan dianalasis
menggunakan uji korelasi Kendall’s Tau. Uji korelasi ini digunakan karena
ini akan dikerjakan dengan bantuan SPSS for Windows version 23.0.
Rekam medis
Kriteria Restriksi
Analisis Data
Kesimpulan
BAB IV
37
Minimu Maksimu
m m Mean Modus
Kadar Hematokrit
28 56 43,16 43
Awal(%)
Peningkatan Hematokrit ≤0% > 30 % ≤ 0 % (22)
Derajat Klinis I IV III (38)
Jenis Kelamin pr (47) lk (58)
Usia 0 16 8,91 10 (10)
derajat keparahan grade II, dan tiga orang dengan derajat keparahan
grade III.
tertinggi (56,2%), satu orang berjenis kelamin laki-laki dan satu orang
Hematokrit (1)
Peningkatan Diagnosis
Hematokrit DHF Grade I DHF Grade II
Awal (%) Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
Penurunan 8 7,62 11 10,48
> 0 - 5% 6 5,71 5 4,76
> 5 - 10% 5 4,76 3 2,86
> 10 - 15% 2 1,90 8 7,62
> 15 - 20% 1 0,95 2 1,90
> 20 - 25% 3 2,86 2 1,90
> 25 - 30% 1 0,95 0 0,00
>30% 2 1,90 2 1,90
Total 28 26,67 33 31,43
40
Hematokrit (2)
Diagnosis
Peningkatan Total
DHF Grade III DHF Grade IV
Hematokrit
Awal (%) Persen Persen Persen
Frekuensi Frekuensi Frekuensi
(%) (%) (%)
Penurunan 3 2,86 0 0,00 22 20,95
> 0 - 5% 2 1,90 0 0,00 13 12,38
> 5 - 10% 8 7,62 0 0,00 16 15,24
> 10 - 15% 4 3,81 0 0,00 14 13,33
> 15 - 20% 6 5,71 2 1,90 11 10,48
> 20 - 25% 4 3,81 1 0,95 10 9,52
> 25 - 30% 3 2,86 1 0,95 5 4,76
>30% 8 7,62 2 1,90 14 13,33
Total 38 36,19 6 5,71 105 100,00
kadar hematokrit > 30% ditemukan paling sering pada DBD grade III
(7,62%).
Tabel 4.4. Hasil Tes Korelasi Kendall’s Tau, untuk kategori: Diagnosis
(Derajat Keparahan DBD) dengan Peningkatan Kadar Hematokrit
Peningkatan
Diagnosis Ht Awal (%)
N 105 105
4.2. Pembahasan
koagulasi, sistem fibrinolysis, sistem komplemen, dan sistem kinin. Aktivasi dari
hipovolemia.1,15
mendadak, kontinua, kadang bifasik, berlangsung 2-7 hari. Demam juga disertai
dengan gejala lain yang sering ditemukan pada demam dengue seperti wajah
spontan pada daerah ekstermitas, aksila, muka, dan palatum molle. Epistaksis
43
dan perdarahan gusi dapat ditemukan, kadang dapat disertai dengan perdarahan
ringan saluran cerna, hematuria lebih jarang ditemukan. Perdarahan hebat juga
dapat ditemukan.17,19
Peningkatan nilai hematokrit (≥20% dari data dasar) dan penurunan kadar
protein plasma terutama albumin serum (>0,5 g/dL dari data dasar) merupakan
diagnosis.17,19
keparahan DBD.
kebocoran plasma.
44
normal.
hematokrit yang dimaksud belum mencapai peningkatan 20% dari kadar normal
normal tetapi telah didiagnosis sebagai demam berdarah dengue dapat terjadi
karena beberapa hal yaitu, pasien sudah ditatalaksana terlebih dahulu pada saat
pertama kali dilakukan pemeriksaan kadar hematokrit, atau dapat juga terjadi
peningkatan kadar hematokrit >20% dari kadar normal, dengan yang paling
sering ditemukan adalah >30% dari kadar normal yaitu pada 14 pasien dan
bahwa masalah yang mungkin dihadapi oleh tenaga medis dalam menghadapi
mencapai >20% namun dengan pemeriksaan klinis lainnya yang merujuk pada
Keterbatasan dari penelitian ini terletak pada jumlah sampel yang kurang,
yaitu hanya 105 sampel dan belum adanya nilai rujukan hematokit yang valid
secara umum untuk pasien anak. Peningkatan kadar hematokrit dengan variasi
yang luas juga menjadi penyulit bagi peneliti untuk membuat pengelompokan
data.
hematokrit rujukan normal memang memiliki perbedaan tetapi tidak begitu jauh
sehingga peneliti mengambil rerata dari kadar normal dapat menimbulkan celah.
Hipotesis pada penelitian ini adalah kadar hematokrit dapat digunakan sebagai
parameter menilai derajat keparahan DBD pada anak. Walaupun pada penelitian
ditemukan hubungan yang cukup kuat dan signifikan, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak dan lebih mendetail.
46
BAB V
5.1. Kesimpulan
3. Pasien anak penderita DBD yang dirawat di RSU UKI paling sering
5.2. Saran
pelayanan kesehatan
berikutnya
5.
47
DAFTAR PUSTAKA
2016.
7. Center for Disease Control and Prevention. Fact Sheet: Dengue and the Aedes
Gubler, D.J, Ooi EE, Vasudevan S, Farrar J, editors. Dengue and Dengue
Dalam: Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S, editor. Buku Ajar
11. Lei HY, Huang KJ, Lin YS, Yeh TM, Liu, HS, et al. Immunopathogenesis of
12. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kondisi
39-40.
Pohan TH, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: Pusat
15. Mentzer WC. Darah dan Jaringan Pembentuk Darah. Dalam: Rudolph AM
Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 20. Jakarta: EGC. 2014: 1285-88.
49
Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2014.
18. Lalani A. Demam dan Infeksi Tropis. Dalam: Lalani A, Schneeweiss S, editor.
19. Halstead SB. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever. In: Kleigman RM,
Derajat Klinik Infeksi Dengue pada Pasien Dewasa di RSUP Dr. Kariadi
22. Jaya I. Hubungan Kadar Hematokrit Awal dengan Derajat Klinis DBD.
Gejala Klinis
Catatan
52
Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik Berbagai Variabel pada Pasien DBD Anak
Hasil Perhitungan Crosstabulation antara Peningkatan Kadar Hematokrit Awal (%), Usia,
dan Diagnosis (Derajat Keparahan DBD)
Usia
11 tahun 15 tahun
0 bulan - 5 tahun - - 14 - 19
Diagnosis 4 tahun 10 tahun tahun tahun Total
DHF Peningkata Penurunan Count 0 2 5 1 8
Grad n Ht Awal % within
eI (%) Peningkata
n Ht Awal 0,0% 25,0% 62,5% 12,5% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 20,0% 41,7% 25,0% 28,6%
% of Total 0,0% 7,1% 17,9% 3,6% 28,6%
>0-5% Count 0 0 4 2 6
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 0,0% 66,7% 33,3% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 0,0% 33,3% 50,0% 21,4%
% of Total 0,0% 0,0% 14,3% 7,1% 21,4%
> 5 - 10 % Count 1 3 1 0 5
% within
Peningkata
n Ht Awal 20,0% 60,0% 20,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 50,0% 30,0% 8,3% 0,0% 17,9%
% of Total 3,6% 10,7% 3,6% 0,0% 17,9%
> 10 - 15 Count 0 1 1 0 2
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 50,0% 50,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 10,0% 8,3% 0,0% 7,1%
% of Total 0,0% 3,6% 3,6% 0,0% 7,1%
53
> 15 - 20 Count 0 1 0 0 1
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 10,0% 0,0% 0,0% 3,6%
% of Total 0,0% 3,6% 0,0% 0,0% 3,6%
> 20 - 25 Count 0 2 0 1 3
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 66,7% 0,0% 33,3% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 20,0% 0,0% 25,0% 10,7%
% of Total 0,0% 7,1% 0,0% 3,6% 10,7%
> 25 - 30 Count 0 0 1 0 1
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 0,0% 8,3% 0,0% 3,6%
% of Total 0,0% 0,0% 3,6% 0,0% 3,6%
> 30 % Count 1 1 0 0 2
% within
Peningkata
n Ht Awal 50,0% 50,0% 0,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 50,0% 10,0% 0,0% 0,0% 7,1%
% of Total 3,6% 3,6% 0,0% 0,0% 7,1%
Total Count 2 10 12 4 28
% within
Peningkata
n Ht Awal 7,1% 35,7% 42,9% 14,3% 100,0%
(%)
% within
Usia 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 7,1% 35,7% 42,9% 14,3% 100,0%
DHF Peningkata Penurunan Count 3 3 5 0 11
Grad n Ht Awal
% within
e II (%)
Peningkata
n Ht Awal 27,3% 27,3% 45,5% 0,0% 100,0%
(%)
54
% within
Usia 60,0% 25,0% 35,7% 0,0% 33,3%
% of Total 9,1% 9,1% 15,2% 0,0% 33,3%
>0-5% Count 1 1 2 1 5
% within
Peningkata
n Ht Awal 20,0% 20,0% 40,0% 20,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 20,0% 8,3% 14,3% 50,0% 15,2%
% of Total 3,0% 3,0% 6,1% 3,0% 15,2%
> 5 - 10 % Count 0 0 2 1 3
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 0,0% 66,7% 33,3% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 0,0% 14,3% 50,0% 9,1%
% of Total 0,0% 0,0% 6,1% 3,0% 9,1%
> 10 - 15 Count 0 5 3 0 8
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 62,5% 37,5% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 41,7% 21,4% 0,0% 24,2%
% of Total 0,0% 15,2% 9,1% 0,0% 24,2%
> 15 - 20 Count 0 0 2 0 2
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 0,0% 14,3% 0,0% 6,1%
% of Total 0,0% 0,0% 6,1% 0,0% 6,1%
> 20 - 25 Count 1 1 0 0 2
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 50,0% 50,0% 0,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 20,0% 8,3% 0,0% 0,0% 6,1%
% of Total 3,0% 3,0% 0,0% 0,0% 6,1%
> 30 % Count 0 2 0 0 2
55
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 16,7% 0,0% 0,0% 6,1%
% of Total 0,0% 6,1% 0,0% 0,0% 6,1%
Total Count 5 12 14 2 33
% within
Peningkata
n Ht Awal 15,2% 36,4% 42,4% 6,1% 100,0%
(%)
% within
Usia 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 15,2% 36,4% 42,4% 6,1% 100,0%
DHF Peningkata Penurunan Count 0 2 1 0 3
Grad n Ht Awal
% within
e III (%)
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 66,7% 33,3% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 10,0% 14,3% 0,0% 7,9%
% of Total 0,0% 5,3% 2,6% 0,0% 7,9%
>0-5% Count 0 1 1 0 2
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 50,0% 50,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 5,0% 14,3% 0,0% 5,3%
% of Total 0,0% 2,6% 2,6% 0,0% 5,3%
> 5 - 10 % Count 1 5 1 1 8
% within
Peningkata
n Ht Awal 12,5% 62,5% 12,5% 12,5% 100,0%
(%)
% within
Usia 11,1% 25,0% 14,3% 50,0% 21,1%
% of Total 2,6% 13,2% 2,6% 2,6% 21,1%
> 10 - 15 Count 1 2 0 1 4
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 25,0% 50,0% 0,0% 25,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 11,1% 10,0% 0,0% 50,0% 10,5%
56
% within
Usia 33,3% 0,0% 50,0% 33,3%
% of Total 16,7% 0,0% 16,7% 33,3%
> 20 - 25 Count 0 0 1 1
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 0,0% 0,0% 50,0% 16,7%
% of Total 0,0% 0,0% 16,7% 16,7%
> 25 - 30 Count 1 0 0 1
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 33,3% 0,0% 0,0% 16,7%
% of Total 16,7% 0,0% 0,0% 16,7%
> 30 % Count 1 1 0 2
% within
Peningkata
n Ht Awal 50,0% 50,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 33,3% 100,0% 0,0% 33,3%
% of Total 16,7% 16,7% 0,0% 33,3%
Total Count 3 1 2 6
% within
Peningkata
n Ht Awal 50,0% 16,7% 33,3% 100,0%
(%)
% within
Usia 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 50,0% 16,7% 33,3% 100,0%
Total Peningkata Penurunan Count 3 7 11 1 22
n Ht Awal
% within
(%)
Peningkata
n Ht Awal 13,6% 31,8% 50,0% 4,5% 100,0%
(%)
% within
Usia 15,8% 16,3% 31,4% 12,5% 21,0%
% of Total 2,9% 6,7% 10,5% 1,0% 21,0%
>0-5% Count 1 2 7 3 13
58
% within
Peningkata
n Ht Awal 7,7% 15,4% 53,8% 23,1% 100,0%
(%)
% within
Usia 5,3% 4,7% 20,0% 37,5% 12,4%
% of Total 1,0% 1,9% 6,7% 2,9% 12,4%
> 5 - 10 % Count 2 8 4 2 16
% within
Peningkata
n Ht Awal 12,5% 50,0% 25,0% 12,5% 100,0%
(%)
% within
Usia 10,5% 18,6% 11,4% 25,0% 15,2%
% of Total 1,9% 7,6% 3,8% 1,9% 15,2%
> 10 - 15 Count 1 8 4 1 14
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 7,1% 57,1% 28,6% 7,1% 100,0%
(%)
% within
Usia 5,3% 18,6% 11,4% 12,5% 13,3%
% of Total 1,0% 7,6% 3,8% 1,0% 13,3%
> 15 - 20 Count 2 4 5 0 11
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 18,2% 36,4% 45,5% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 10,5% 9,3% 14,3% 0,0% 10,5%
% of Total 1,9% 3,8% 4,8% 0,0% 10,5%
> 20 - 25 Count 3 3 3 1 10
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 30,0% 30,0% 30,0% 10,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 15,8% 7,0% 8,6% 12,5% 9,5%
% of Total 2,9% 2,9% 2,9% 1,0% 9,5%
> 25 - 30 Count 3 1 1 0 5
%
% within
Peningkata
n Ht Awal 60,0% 20,0% 20,0% 0,0% 100,0%
(%)
% within
Usia 15,8% 2,3% 2,9% 0,0% 4,8%
59
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Jenis Kelamin 105 1 2 1,45 ,500
Diagnosis 105 1 4 2,21 ,906
Usia 105 1 4 2,30 ,856
Hematokrit Awal 105 28 56 43,15 5,468
Peningkatan Ht Awal
105 0 7 2,94 2,373
(%)
Valid N (listwise) 105
Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu metode
dan computer. Metode langsung untuk menetapkan nilai hematokrit dengan cara
menurut wintrobe karena hasilnya dapat diperoleh dalam waktu singkat. Darah yang
biasanya digunakan untuk menetapkan nilai hematokrit adalah darah vena atau darah
kapiler.
mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit, salah satu ujung
tabung kemudian ditutup menggunakan nyala api atau bahan penutup khusus, tabung
lalu dimasukkan kedalam sentifuge khusus yang memiliki kecepatan besar (>16.000
rpm) selama 3-5 menit. Nilai hematokrit dibaca menggunakan grafik atau alat khusus.
RIWAYAT PENIDIDIKAN