REFERAT
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
Disusun Oleh:
HANA FADHILAH
1102013121
Pembimbing:
dr. Sa’adah, Sp. A
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb .
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul
berj udul “Dengue
Hemorrhagic Fever ” ini dapat diselesaikan.
diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Ilmu Penyakit Anak di RSUD Kabupaten
Bwkasi. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
2. Para Perawat dan Pegawai di Bagian SMF Ilmu Penyakit Anak RSUD
Kabupaten Bekasi.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan
bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan
tulisan yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam
menjalani aplikasi ilmu.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
membatasi diri dengan tingkat mortalitas <1%, DHF adalah penyakit yang parah dan
berpotensi mematikan,
memat ikan, karena DBD lebih
l ebih sering
se ring terjadi di antara kasus infeksi ulang
daripada di antara kasus infeksi primer. DHF jarang terjadi di daerah nonendemik.
Secara global 50 juta infeksi dengue dilaporkan setiap tahun. Demam Dengue
pertama di India dilaporkan pada tahun 1956 dari Vellore dan demam berdarah
dengue pertama terjadi di Calcutta pada tahun 1963. Di India, insiden tahunan
diperkirakan 7,5 hingga 32,5 juta. Di Odisha, sebuah negara bagian di India Timur,
wabah pertama dilaporkan pada tahun 2010, diikuti oleh wabah ekstensif pada tahun
2011, yang mempengaruhi sejumlah besar orang. Menurut WHO, tingkat kematian
kasus untuk demam berdarah adalah sekitar 5%. Aedes albopictus ditemukan menjadi
vektor yang paling melimpah di daerah yang disurvei, diikuti oleh Aedes aegypti.
DENV-2 adalah serotipe yang banyak ditemukan. Tingkat kematian kasus pada
pasien dengan infeksi dengue berat yang terdiri dari demam dengue haemorrhagic
(DBD) dan sindrom syok dengue (DSS) dapat setinggi 44%. Jika intervensi terjadi
lebih awal, mortalitas kurang dari 1%. Demam berdarah adalah demam virus yang
umum yang menyebabkan komplikasi berbahaya. Infeksi ulang dengue diamati lebih
parah pada anak-anak karena faktor imunologi. Pada tahun 2010, 25 kasus dan lima
kematian dilaporkan dari Odisha. Peningkatan cepat dalam kasus demam berdarah
pada tahun 2012 menjadi perhatian kesehatan masyarakat di India Timur karena
mayoritas kasus mempengaruhi remaja muda.
Dengue adalah penyakit virus yang paling banyak ditularkan oleh nyamuk.
Sebagian besar infeksi tidak menunjukkan gejala atau menghasilkan penyakit demam
ringan, tetapi virus dengue (DENV) juga mampu menghasilkan penyakit yang
mengancam jiwa. Gejala utama dari demam berdarah berat ditandai dengan
kebocoran plasma dengan atau tanpa pendarahan, yang dapat menyebabkan kolaps
sirkulasi, yang disebut Dengue Syok Syndrome (DSS). Perjalanan penyakit demam
berdarah dapat dibagi menjadi tiga fase utama: fase demam, fase kritis dan fase
pemulihan. Manifestasi penyakit klinis yang parah terjadi selama fase kritis yang
dimulai sekitar hari 4-7 setelah onset demam dan berlangsung biasanya 48-72 jam.
3
Selama fase kritis, kondisi pasien dapat membaik atau memburuk dengan cepat;
membutuhkan pemantauan yang ketat. Manajemen klinis awal berdasarkan pada
terapi penggantian cairan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait dengue
berat. Kendala utama untuk manajemen klinis yang efektif demam berdarah adalah
ketidakmampuan untuk memprediksi secara akurat, pada tahap awal infeksi, dimana
pasien cenderung mengembangkan bentuk
bentuk yang parah penyakit.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Arbovirus (Arthropod Borne Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
(Aedes Albopictus dan Aedes Aegypt). Dengue Haemorragic Fever (DHF) (DHF)
adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan,
yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.
2.2 Etiologi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus
Virus (Arbovirus) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus
Flavivirus,, famili Flaviviridae
Flaviviridae.. Virus ini
dalam bentuk filogenetis yang berbeda "sub-tipe" atau "genotipe". Saat ini, tiga
sub-tipe dapat diidentifikasi untuk-DENV 1, enam untuk DENV-2 (salah satu
5
yang ditemukan pada primata non-manusia), empat untuk DENV-3 dan empat
untuk DENV-4, dengan yang lain DENV-4 yang eksklusif untuk primata non-
manusia.
Gambar 1. V i r us Stru
S truct
ctur
uree and C omponents
onents
diketahui empat serotipe virus dengue yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
6
2.3 Epidemiologi
Menurut WHO, sekarang ada lebih dari 2,5 miliar orang yang tinggal di
daerah endemis dengue dan beresiko untuk terinfeksi virus dengue. Beberapa
7
faktor berkontribusi pada penularan virus oleh Aedes aegypti; termasuk suhu,
curah hujan, migrasi desa-kota, pertumbuhan populasi, air yang tersimpan,
meningkatkan limbah padat yang memungkinkan habitat larva untuk vektor. Juga
dapat terjadi KLB perjalanan terkait DBD. Demam berdarah adalah infeksi
arbovirus paling luas di seluruh dunia.
2.4 Patogenesis
Imunopatogenesis
Secara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi
berbagai komponen dari respons imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara
terintegrasi. Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus
dengue yaitu sel dendrit, monosit/makrofag, sel endotel, dan trombosit. Akibat
interaksi tersebut akan dikeluarkan berbagai mediator antara lain sitokin,
peningkatan aktivasi system komplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila
reaksi silang dengan serotipe lain selama enam bulan. Antibody yang
dihasilkan dapat menguntungkan dalam arti melindungi dari terjadinya
penyakit namun sebaliknya dapat pula menjadi pemicu terjadinya infeksi
yang berat melalui mekanisme antibody-dependent enhancement (ADE).
Antibody anti dengue yang dibentuk umumnya berupa immunoglobulin (Ig)
G dengan aktivitas yang berbeda. Antibody terhadap protein NS1 berperan
dalam menghancurkan (lisis) sel yang terinfeksi melalui bantuan komplemen
(complement-dependent lysis).
lysis).
Virus dengue mempunyai empat serotipe yang secara antigenic
berbeda. Infeksi virus dengue primer oleh satu serotipe tertentu dapat
menimbulkan kekebalan yang menetap untuk serotipe yang bersangkutan
8
Respon imun selular yang berperan yaitu limfosit T (sel T). Sama
dengan respon imun humoral, respons sel T terhadap infeksi virus dengue
dapat menguntungkan sehingga tidak menimbulkan penyakit atau hanya
berupa infeksi ringan, namun juga sebaliknya dapat terjadi hal yang
merugikan bagi pejamu. Sel T spesifik untuk virus dengue dapat mengenali
sel yang terinfeksi virus dengue dan menimbulkan respons beragam berupa
proliferasi sel T, menghancurkan (lisis) sel terinfeksi dengue, serta
memproduksi berbagai sitokin. Pada penelitian in vitro,
vitro, diketahui bahwa baik
sel T CD4 maupun sel T CD8 dapat menyebabkan lisis sel target yang
9
menimbulkan gangguan pada kedua sel tersebut serta dapat memacu respons
inflamasi. Sel endotel yang diaktivasi oleh antibody terhadap protein NS1
dengue ternyata dapat mengekspresikan sitokin, kemokin, dan molekul
adhesi. Selain antibody terhadap protein NS1, ternyata antibody terhadap
prM juga dapat menyebabkan reaksi autoimun. Autoantibodi terhadap protein
prM tersebut dapat bereaksi silang dengan sel endotel. Proses autoimun ini
diduga kuat karena terdapat kesamaan atau kemiripan antara protein NS1 dan
prM dengan komponen tertentu yang terdapat pada
pa da sel endotel dan trombosit
yang disebut sebagai molecular mimicry.
mimicry. Autoantibodi yang bereaksi dengan
komponen dimaksud, mengakibatkan sel yang mengandung molekul
mengalami kerusakan. Akibatnya, pada trombosit terjadi penghancuran
sehingga menyebabkan trombositopenia dan pada sel endotel terjadi
peningkatan permeabilitas yang mengakibatkan perembesar plasma.
derajat penyakit. Infeksi yang berat dalam hal ini DBD (apalagi SSD)
ditandai dengan peningkatan jenis dan jumlah sitokin yang sering disebut
sebagai badai sitokin (cytokine
( cytokine storm
storm atau cytokine tsunami).
tsunami). Dalam
melakukan fungsinya berbagai sitokin saling berhubungan dan saling
memengaruhi satu dengan yang lainnya berupa suatu kaskade. Dari beberapa
penelitian sitokin yang perannya paling banyak dikemukakan yaitu TNF-
TNF-α,
α,
IL-1β,
IL- IL-6, IL-8 dan IFN-ɣ
1β, IL-6, IFN-ɣ.
10
11
Gambar 2. T he Seco
conda
ndarr y He
H eter
ter ologous I nf
nfeecti
cti on
12
Gambar 3. M
Maanife
nif esta
stasi I nfeksi
nfeksi V i r us De
D engue
Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus memasuki
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul
oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi
secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka
ma ka virus
akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan pada saat ini manusia yang
terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam
tubuh manusia, maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap
virus ini antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berbeda,
dimana perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala
klinis dan perjalanan penyakit. Pada prinsipnya, bentuk reaksi tubuh manusia
terhadap keberadaan virus dengue adalah sebagai berikut :
13
B entuk rre
eaksi kedua
Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah
dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi
perdarahan.
B entuk rre
eaksi keti
keti ga
Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya
komponen plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga
perut berupa gejala ascites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura.
Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi bentuk 1 dan 2 saja maka orang
tersebut akan menderita demam dengue, sedangkan apabila ketiga bentuk reaksi
terjadi maka orang tersebut akan mengalami demam berdarah dengue.
14
Dengue Fever
Manifestasi klinis infeksi dengue fever ditandai gejala-gejala klinik berupa
demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan. Demam yang terjadi
pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-
40ºC) dan dapat disertai dengan menggigil. Begitu mendadaknya, sering kali
dalam praktik sehari-hari kita mendengar cerita ibu bahwa pada saat melepas
putranya berangkat sekolah dalam keadaan sehat walafiat, tetapi pada saat pulang
putranya sudah mengeluh panas dan ternyata panasnya langsung
lan gsung tinggi. Pada saat
anak mulai panas ini biasanya sudah tidak mau bermain. Demam ini hanya
berlangsung sekitar lima hari. Pada saat demamnya berakhir, sering kali dalam
bentuk turun mendadak (lysis), dan disertai dengan berkeringat banyak. Saat itu
anak tampak agak loyo. Kadang-kadang dikenal istilah demam biphasik, yaitu
demam yang berlangsung selama beberapa hari itu sempat turun di tengahnya
menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh
leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercak-
bercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam
tersebut hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi
bentuk spesifik seperti kaos tangan dan kaki. Yang terakhir ini biasanya timbul
setelah panas turun atau setelah hari ke-5.
Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DHF selalu disertai
dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat
secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda
perdarahan ini muncul setelah dilakukan tes tourniquet. Bentuk-bentuk
perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat
berupa perdarahan kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak besar di kulit
15
Gambar 5. Man
Manii fe
fest
sta
asi K linis
lini s I nfeksi
nfeksi V i r us D engue
(WHO, 2011)
dalam rongga perut dan rongga selaput paru. Fenomena ini apabila tidak segera
ditanggulangi dapat mempengaruhi manifestasi gejala perdarahan menjadi sangat
16
masif. Yang dalam praktik kedokteran sering kali membuat seorang dokter
j umlah yang tidak terbayangkan.
terpaksa memberikan transfusi darah dalam jumlah
Yang penting bagi masyarakat awam adalah dapat mengetahui atau
mendeteksi kapan seorang penderita DHF mulai mengalami keluarnya plasma
darah dari dalam pembuluh darah. Keluarnya plasma darah ini apabila ada
biasanya terjadi pada hari sakit ke-3 sampai dengan hari ke-6. Bias
Biasanya
anya didahului
oleh penurunan panas badan penderita, yang sering kali terjadi secara mendadak
(lysis) dan diikuti oleh keadaan anak yang tampak loyo, dan pada perabaan akan
didapatkan ujung-ujung tangan/kaki dingin serta nadi yang kecil dan cepat.
Banyak ditemui kasus dengan kondisi demikian, tampak suhu tubuh penderita
dirasakan normal mengira kalau putranya sembuh dari sakit. Kondisi tersebut
mengakibatkan orangtua tidak segera membawa putra mereka ke fasilitas
kesehatan terdekat. Pada keadaan ini penderita sudah dalam keadaan terlambat
sehingga kurang optimal untuk diselamatkan dari penyakitnya.
2.6 Diagnosis
Menurut WHO 1997 yang dikutip oleh Suhendro 2009 dan IDAI 2012, kriteria
diagnosis DBD ditegakkan melalui 2 kriteria :
A. Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 –
2 – 7
7 hari.
2. Didapati uji tourniquet positif dengan salah satu bentuk perdarahan:
a. Petekie, ekimosis, atau purpura
b. Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdara-han dari tempat lain.
c. Hematemesis dan atau melena.
3. Pembesaran hati.
17
4. Syok yang di tandai dengan nadi lemah dan cepat disertai penurunan
tekanan nadi (<20 mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistolik <80
mmHg) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, dan timbul sianosis di
sekitar mulut.
Gambar 6. P
Peer j ala
lana
nan
n De
D engue F ever
ver
18
Gambar 7. D
Dii gnostic
gnostic of
of D engue F ever
ver
Warni
Warning
ng Signs
Si gns pada Demam Berdarah Dengue
1. Nyeri abdomen
2. Muntah persisten
3. Akumulasi cairan; edema palpebra, perut tegang, efusi pleura, edema
ekstremitas
4. Pendarahan mukosa; epistaksis, gusi berdarah, bibir berdarah
5. Letargi atau gelisah
6. Pembesaran hati >2cm
7. Peningkatan hematokrit dengan penurunan cepat jumlah trombosit
19
Gambar 8. K lasi
lasififikasi
kasi D emam D engue
Gambar 9. D engue Ca
C ase C lassi
lassififi ca
cation
tion by
by Se
S ever
ver i ty
20
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk infeksi virus dangue adalah:
- Isolasi virus
- Deteksi asam nukleat virus
- Deteksi serum respons imun / uji serologi
ser ologi serum imun
21
Gambar 10. K i ne
netti k NS-
N S-1
1 ant
antii gen
gen de
dengue dan I gM ser
ser ta I gG anti
nti
dengue pada infeksi primer dan sekunder
Complement f
fii xati
xati on test
test (Uji
(Uji CFT)
Tidak hanya dipakai secara luas untuk tujuan menegakkan
diagnosis, sulit untuk dilakukan dan memerlukan dan memerlukan
petugas yang sangat terlatih.
22
Uji Neutralisasi
Pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik, metode yang paling
sering dipakai adalah plaque
adalah plaque reduction neutralization test (PRNT).
(PRNT).
Pemeriksaan ini mahal, perlu waktu, secara teknik cukup rumit,
oleh karena itu jarang dilakukan di laboratorium klinik. Sangat
23
2.7 Penatalaksanaan
24
30 1.700 3.200
B. Antipiretik
Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan apabila suhu >38.5 oC dengan
interval 4-6 jam, hindari pemberian aspirin/NSAID/ibuprofen. Berikan
kompres hangat.
C. Nutrisi
Apabila pasien masih bisa minum, dianjurkan minum yang cukup, terutama
minum cairan yang mengandung elektrolit.
25
D. Pemantauan
- Selama perawatan pantau keadaan umum pasien, nafsu makan, muntah,
perdarahan, dan tanda peringatan (warning
(warning signs).
signs).
- Perfusi perifer, harus sering diulang untuk mendeteksi awal gejala syok.
- Tanda-tanda vital, seperti suhu, frekuensi nadi, frekuensi nafas dan
DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV)
- Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan ringer laktat
10-20 mL/kgbb secara bolus diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila
syok belum teratasi tetap berikan ringer laktat 20 mL/kgbb ditambah
koloid 20-30 mL/kgbb/jam, maksimal 1500 mL/hari.
- Pemberian cairan 10ml/kgbb/jam tetap diberikan 1-4 jam pasca syok.
Volume cairan diturunkan menjadi 7mL/kgbb/jam, selanjutnya 5mL, dan
3 ml apabila tanda vital dan diuresis baik.
26
- Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok
teratasi.
- Oksigen 2-4 L/menit pada DBD syok.
- Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit pada DBD syok.
- Indikasi pemberian darah: Terdapat perdarahan secara klinis
27
Hematokrit stabil.
B-C-D.
Turunkan jumlah cairan menjadi 1 mL/kgBB/jam, bila tersedia cairan
28
intravascular.
Tatalaksana Ensefalopati
Ensefalopati
Pemberian oksigen
Untuk menurangi tekanan intrakranial :
- Berikan cairan IV dengan volume yang dibatasi, tidak lebih dari 80%
kebutuhan rumatan
- Ganti lebih cepat ke cairan koloid apabila nilai
nil ai hematokrit masih tinggi
- Pemberian diuretic segera
- Posisi pasien dalam keadaan lebih tegak, posisi kepala 3o derajat lebih
29
Pada hari-hari pertama, ITP dibedakan dengan DHF dengan demam yang
cepat menghilang dan tidak dijumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada fase
penyembuhan jumlah trombosit pada DHF
DHF lebih cepat kembali.
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia dan anemia aplastik. Pada
leukemia, demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat
anemis. Pada anemia aplastik anak sangat anemis dan demam timbul karena
infeksi sekunder.
30
2.9 Komplikasi
Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DHF dengan maupun tanpa syok.
Kelainan ginjal berupa gagal ginjal akut akibat syok berkepanjangan.
Edema paru, akibat over loading cairan
2.10 Pencegahan
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara
yang paling memadai saat ini. Ada 2 cara pemberantasan vektor :
Menggunakan insektisida
Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah adalah
malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultsida) dan temephos (abate)
untuk membunuh jentik (larvasida).
Tanpa insektisida
- Menguras bak mandi, tempayan, dan tempat penampungan air minimal
sekali seminggu.
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
- Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas dan benda lain
yang memungkinkan nyamuk bersarang.
- Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai kelambu atau lotion.
2.11 Prognosis
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DHF/DSS
mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya,
Semarang, dan Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit
umumnya lebih ringan daripada anak-anak.
31
BAB III
KESIMPULAN
Demam Dengue adalah demam akut yang diikuti oleh dua atau lebih dari
gejala berikut : nyeri retro-orbital, nyeri kepala, rash
rash,, mialgia, atralgia, leukopenia
atau manifestasi perdarahan (tes torniquet positif, petekie, purpura atau ekimosis,
epistaksis, gusi berdarah,
berdarah, darah dalam muntah, urine atau feses, serta perdarahan
vagina yang tidak termasuk dalam kriteria DBD.
D BD. Anoreksia, mual, muntah yang terus-
menerus, nyeri perut bisa ditemukan tetapi bukan merupakan kriteria DD.
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus
Virus (Arbovirus) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus
genus Flavivirus,, famili Flaviviridae
famili Flaviviridae.. Virus ini mengandung
m engandung
RNA untai tunggal sebagai genom.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas
daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas
dan kepadatan penduduk.
32
DAFTAR PUSTAKA
Antonius, Pudjiadi., dkk. 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) Ed. II hal 306 . Jakarta.
Halstead, SB. Dengue
SB. Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever . Dalam: Behrman
RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson
penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics Ed.
17 . Philadelphia; 2004, h. 1092-4.
https://www.creative-diagnostics.com/Dengue-Virus.htm
https://www.creative-diagnostics.com/Dengue-Virus.htm
Kusama, Y., Ken, I., Shigeru, T., Satoshi, K. 2017. A Pediatric Case of Imported
Japan. J Gen Fam Med. 2017
Dengue Hemorrhagic Fever in Japan. Med. 2017 Dec; 18(6): 414 –
417.
Mishra, S., Ramya, R., Sunil, K. 2016. Clinical Profile of Dengue Fever in
Children : A Study from Southern Odisha, India.
India. Scientifica (Cairo).
(Cairo). 2016;
2016
33
34