Anda di halaman 1dari 28

BIMBINGAN UKMPPD

THT BATCH AGUSTUS


2021
Pembimbing: dr. Hastuti Rahmi, Sp.THT-KL
Penyusun: FKYarsi15
21. Laki-laki, 28 tahun, datang dengan keluhan pilek sejak tadi malam
setelah berkendara antar kota menggunakan sepeda motor. Pasien
mengeluh tidak bisa tidur karena hidung tersumbat dan sering berganti
posisi saat tidur.
Riwayat alergi dan merokok disangkal. Keadaan umum dalam batas
normal.

Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan edema konka inferior


berwarna merah gelap dengan sekret minimal.

Apakah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan


diagnosa?
A. Hitung eosinophil
B. Skin prick
C. IgG spesifik
D. Nasal brush
E. Rontgen
Rhinitis vasomotor
• Definisi :
– keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi,
eosinofilia, hormonal atau pajanan obat
– Rinitis non imunologis
• Etiologi :
– belum diketahui; Dicetuskan oleh rangsang non-spesifik seperti
asap, bau tertentu (parfum, asap rokok, cat semprot, tinta),
alkohol, makanan pedas, kelelahan, emosi/stress, faktor
lingkungan seperti suhu dan perubahan tekanan udara.
• Patofisiologi:
– Diduga disebabkan peningkatan aktivitas kolinergik (hidung berair)
dan peningkatan sensitivitas neuron nosiseptif (obstruksi nasal)
• Diagnosis:
– Ditandai dengan gejala obstruksi nasal, rinorea, dan kongesti.
– riw. hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan, tergantung
posisi pasien disertai sekret yang mukoid atau serosa yang
dicetuskan oleh rangsangan non spesifik
• Rinoskopi anterior:
– Edema mukosa hidung, konka merah gelap atau merah tua
dengan permukaan konka dapat licin atau berbenjol (hipertrofi)
disertai sedikit sekret mukoid
• Pemeriksaan penunjang
– Tidak ada pemeriksaan yang spesifik untuk rhinitis vasomotor,
pemeriksaan dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis lain,
terutama membedakan dengan rhinitis alergi
– Pada rhinitis alergi, pemeriksaan pilihan adalah skin prick test
dan IgE spesifik
• Kedua pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik
daripada hitung jenis eosinophil, nasal cytology, dan total serum IgE
https://www.aafp.org/afp/2005/0915/p1057.html
Skin Prick Test
Skin Prick Test
22. Pria 26 tahun riwayat keluar cairan dari telinga sejak 5 bulan.
Mula-mula cairan biasa. Kemudian cairan menjadi berwarna
kuning dan berbau. Sekarang datang dengan keluhan wajah
mencong.
Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan jaringan granulasi di telinga
tengah dengan membran timpani perforasi .

Diagnosis pada pasien ini adalah...


A. OMSK tipe benigna
B. OMSK tipe maligna
C. Kolesteatoma
D. Keganasan
E. Abses retroaurikuler
Otitis Media Supuratif Kronik
• OMSK merupakan suatu radang kronik
pada telinga tengah disertai perforasi
membrane timpani dengan/tanpa otorea
persisten.
• Otorea atau sekret yang keluar dari telinga
tengah secara terus menerus atau hilang
Large central perforation
timbul selama minimal 2-6 minggu.
• 2 tipe OMSK:
– OMSK tipe tubotimpani : perforasi bagian
sentral (TIPE AMAN)
– OMSK tipe atikoantral : perforasi baik pada
bagian atik atau marginal (TIPE BAHAYA) 
berhubungan dengan proses kerusakan
tulang akibat kolesteatoma, granulasi, atau
osteitis
Cholesteatoma at attic
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Otitis Media Supurasi type perforation
Kronik 2018
OMSK vs OMA
• Durasi waktu membedakan antara otitis
media akut dan otitis media supurasi
kronik belum ada keseragaman
• WHO: otorea ≥ 2 minggu  OMSK
• Otitis media akut dapat berlanjut menjadi
OMSK pada keadaan infeksi tidak teratasi
sehingga terjadi penyebaran ke area
mastoid, atau terdapat kolesteatoma
• Defintif: OMSK ditegakkan berdasarkan
otorea menetap atau hilang timbul selama
minimal lebih dari 2 minggu, disertai
adanya perforasi membrane timpani dan
tanda inflamasi telinga tengah

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Otitis


Media Supurasi Kronik 2018
Otitis Media Supuratif Kronik
• Dimulai dengan adanya episode infeksi akut  iritasi dan inflamasi
mukosa telinga tengah  edema dan inflamasi lanjutan
menyebabkan kerusakan epitel dan ulkus  granulasi
• Siklus di atas berulang  perforasi membran timpani dengan
drainase persisten
• Dapat terjadi dengan/tanpa kolesteatoma

Roland PS. Chronic supurative otitis media. Emedicine. 2017.


Otitis Media Supuratif Kronik
• Etiologi penyebab perforasi membran:
– Trauma
– Iatrogenik dengan tube placement
– Episode OMA (terutama kejadian berulang) yang
memicu dekompresi melalui perforasi membran.
Penyebab mikrobio:
• Pseudomonas aeruginosa  tersering
• Staphylococcus aureus
• Klebsiella pneumoniae

Roland PS. Chronic supurative otitis media. Emedicine. 2017.


Penyebab OMSK
• Bakteri
– Pseudomonas aeruginosa (22-44%)
– Staphylococcus aureus (17-37%)
– Klebsiella pneumoniae (4-7%)
– Proteus mirabilis (3-20%)
– Eschericia coli (1-21%)
– Proteus vulgaris (0,9-3%)
– Bakteri anaerob juga dapat menjadi penyebab, seperti
Bacteroides sp. (4–8%), Clostridium sp.(3–6%), Prevotella sp.(1–
3%) dan Fusobacterium nucleatum (3-4%).
• Jamur
– Aspergilus sp. (3-20%)
– Candida albicans (0,9-23%).

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Otitis Media Supurasi Kronik 2018
OMSK Maligna dan Benigna
Kelainan Tipe Benigna Tipe Maligna

Daerah terkena Tubotimpanik Atikoantral


Perforasi Anterior atau sentral Atik atau marginal
Nanah Mukoid, tidak berbau Tebal, berbau busuk
Granulasi Tidak biasa didapat Biasa didapat
Polip Jika ada, pucat, oedem Jika ada, hiperemi, lunak
Tuli Konduktif ringan-sedang Konduktif atau campuran
Radiografi mastoid Normal Tidak ada sel udara
Kolesteatoma Sangat jarang Sering
Diagnosis OMSK: pemeriksaan fisik
• Perforasi membrane timpani
– Daerah sentral (pars tensa)  tipe aman
– Daerah marginal (sebagian tepi berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum), atau
atik (pars flaksida)  tipe bahaya
• Otoskop:
– kanal eksternal dapat edema
– Tampak jaringan granulasi di telinga tengah
– Inflamasi mukosa telinga tengah: hiperemis, polypoid, edema dengan atau tanpa otorea
– Mukosa telinga tengah dapat tervisualisasi melalui lubang perforasi  tampak edema,
polipoid, pucat atau eritematos
– Adanya kolesteatoma ketika epitel skuamosa berkeratin ditemukan di telinga tengah atau area
pneuumatisasi lain di tulang temporal
• Atelektasis membrane timpani menyertai disfungsi tuba eustachius : adanya
retraksi atau kolaps membrane timpani
• Sekret telinga : serosa, mukopurulen, berbau, cheeselie, atau hemoragik
• Gangguan pendengaran  Tes penala
• Tanda sequelae  tuli konduktif, kolesteatoma, timpanosklerosis
• Timpanosklerosis: plak putih di membrane timpani dan deposit nodular di lapisan
submucosa telinga tengah

Roland PS. Chronic supurative otitis media. Emedicine. 2017.


23. Seorang laki-laki berusia 12 tahun diantar ayahnya ke
praktik dokter dengan keluhan rasa mengganjal dan gatal-
gatal saat menelan. Riwayat panas badan maupun batuk
pilek tidak ada.

Pada pemeriksaan didapatkan tonsil membesar T3/T3,


permukaan tidak rata dan tidak hiperemis.

Apakah diagnosis pada kasus tersebut?


A. Tonsilitis kronis eksaserbasi akut
B. Tonsilitis akut
C. Tonsilitis difteri
D. Tonsilitis kronis
E. Tonsilitis folikularis
Tonsiliti
s
• Acute tonsillitis:
– Bakteri penyebab: GABHS, pneumococcus,
S. viridan, S. pyogenes.
• Detritus  tonsilitis folikularis
• Detritus bergabung, membentuk alur
tonsillitis lakunaris
• Gejala: nyeri tenggotok, odinofagia,
demam, malaise, otalgia.
• Th: penicillin atau erythromicin

• Tonsilitis kronik
– Tonsil membesar dengan permukaan tidak
rata, kriptus melebar, & beberapa terisi
detritus.
– Gejala: rasa mengganjal, kering, & halitosis

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Tonsilitis Kronik
• Disebabkan oleh rangsangan terus menerus
seperti merokok, berbagai jenis makanan ,
kebersihan mulut yang buruk dna pengobatan
tonsilitis akut yang tidak adekuat.
• Peradangan berulangepitel mukosa limfoid
terkikis jaringan parut pelebaran kripta.
Kripta dapat diisi oleh detritus. Dapat disertai
pembesaran kelenjar limfa submandibula.
• Terapi: tergantung penyebab dan ditujukan pada
menjaga kebersihan rongga mulut.
Tonsiliti
s
• Indikasi tonsilektomi:
– Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun walau
dengan terapi adekuat
– Menimbulkan maloklusi gigi dan gangguan pertumbuhan
orofasial.
– Sumbatan jalan nafas
– Infeksi kronis seperti rhinitis, sinusitis dan peritonsilitis.
– Nafas berbau
– Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh grup A
streptococcus beta hemolitikus
– Hipertrofi tonsil yang curiga keganasan
– Otitis media efusa/ otitis media supuratif.
24. Seorang laki-laki usia 54 tahun datang ke praktek dokter
umum dengan keluhan nyeri pada telinga kiri sejak 3 hari yang
lalu.
Diketahui 1 minggu yang lalu pasien pergi berenang ke pantai. Pada
pemeriksaan fisis pasien tampak sakit sedang.

Pada pemeriksaan otoskopi, liang telinga kiri menyempit, dinding


hiperemis, edema dan tanpa sekret. Pendengaran pasien
terganggu.

Apa diagnosis pasien ini?


A. Serumen obturans
B. OE Sirkumskripta
C. OE nekrotikans
D. OE difusa
Otitis Eksterna
Tanda OE:
• Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang
atau tragus ditekan.
• Otitis externa sirkumskripta
(furuncle)
– Etiologi: Staph. aureus, Staph. albus
– Terbatas pada kelenjar minyak/rambut
yg terobstruksi
– Hanya pada bagian kartilago telinga,
tidak ada jaringan penyambung di
bawah kulit  sangat nyeri
– Th/: AB topikal, analgetik/anestesi
topikal.

Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Externa
• Otitis eksterna difus (swimmer’s ear)
– Etiologi: Pseudomonas, Staph. albus, E. coli.
– Kondisi lembab & hangat  bakteri tumbuh
– Sangat nyeri, liang telinga: edema, sempit, nyeri
tekan (+), eksudasi
– Jika edema berat  pendengaran berkurang
– Th/: AB topikal, kadang perlu AB sistemik
– AB: ofloxacin, ciprofloxacin, colistin, polymyxin B,
neomycin, chloramphenicol, gentamicin, &
tobramycin.
– Ofloxacin & ciprofloxacin: AB tunggal dengan
spektrum luas untuk patogen otitis eksterna.

Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Externa
• Malignant otitis externa (necrotizing OE)
– Pada pasien diabetik lansia atau imunokompromais.

– OE dapat menjadi selulitis, kondritis, osteitis,


osteomielitis  neuropati kranial.
– Liang telinga bengkak & nyeri, jaringan granulasi merah
tampak di posteroinferior sambungan kartilago dengan
tulang (Santorini's fissures), di 1/3 dalam.
– Awalnya gatal, lalu cepat menjadi nyeri (cenderung
pada malam hari, s.d TMJ  nyeri saat mengunyah),
sekret (+), & pembengkakan liang telinga.
– Th/: antibiotik sistemik (siprofloksasin 3x400 mg IV
atau 2x750 mg PO)
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
25. An. Jantan Tangguh Purnama, anak laki-laki berusia 17 tahun datang ke
dokter umum dengan keluhan mimisan banyak dan berulang. Hal ini mulai
terjadi sekitar 4-6 bulan ke belakang. Keluhan dirasakan sejak pasien
berusia 13 tahun. Terdapat keluhan hidung tersumbat.

Pada rhinoskopi posterior ditemukan massa lunak, kenyal, berwarna abu-


abu, dan rapuh.

Diagnosis dari kasus di atas adalah...


A. Ca tonsil
B. Tonsilitis
C. Ca nasofaring
D. Tonsilitis akut
E. Angiofibroma nasofaring tipe juvenile
Angiofibroma nasofaring tipe
juvenile
• Angiofibroma juvenile:
– jinak pembuluh darah di nasofaring
•Tumor

•Etiologi: masih belum diketahui, namun diduga berasal dari dinding posterolateral
•atap rongga hidung
– laki-laki, usia 7-19 tahun, jarang >25 tahun
•Ciri-ciri:

•Gejala klinis: hidung tersumbat yang progresif & epistaksis berulang yang masif Obstruksi  sekret tertimbun 

rinorea kronik  gangguan menghidu

•Bila menutup tuba  tuli, otalgia, bila ke intrakranial  sefalgia hebat
• Rinoskopi posterior:

Massa tumor kenyal, warna abu-abu, merah muda, kebiruan

Mukosa tumor hipervaskularisasi, dapat ulserasi

• Sifat: secara histologi jinak, secara klinis ganas karena dapat mendestruksi tulang
Diffuse swelling (arrow) is seen in the
molar region on the right side of the face.

Well-circumscribed, ovoid swelling


(arrow) is seen in the midline of the soft
palate.
• Macroscopic
well defined, mucosalised, red/purple
lobulated mass arising in the nasopharynx
from the lateral wall, posterior tomiddle
turbinate
Pemeriksaan Penunjang
• Plain radiograph
– Holman-miller sign  The anterior bowing of the posterior wall of the maxillary
antrum which is seen on lateral skull film or cross-sectional imaging.
– visualisation of a nasopharyngeal mass
– opacification of the sphenoid sinus
– widening of the pterygmaxillary fissure and pterygopalatine fossa
– erosion of the medial pterygoid plate
• CT Scan
– lobulated non-encapsulated soft tissue mass is demonstrated centred on
the sphenopalatine foramen
– Holman miller sign
• MRI
• Angiography
– Defining feeding vessels and preoperative embolization
• External carotid artery
• Internal carotid artery

Anda mungkin juga menyukai