Anda di halaman 1dari 17

MANUSKRIP

HUBUNGANPEMBERIAN MPASI DENGAN STUNTING DI DESA


KORONCONG, KECAMATAN KORONCONG, KABUPATEN
PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

Disusun oleh : kelompok1

Annisa Ayu Rahmawati 1102014031


Bimasena Arya Yudha 1102013060
Humaerah 1102014122
Santi Dwi Rahmawati 1102013262
Widia Siti Sarah 1102013301
Pembimbing:
dr. Siti Maulidya Sari, M.Epid, Dipl.DK

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
11 November 2019 – 13 Desember 2019
Hubungan Pemberian MPASI denganStuntingDi Desa Koroncong, Kecamatan
Koroncong, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Periode 11 November- 13
Desember Tahun 2019

Annisa Ayu Rahmawati1, Bimasena Arya Yudha1 , Humaerah1, Santi Dwi


Rahmawati1, Widia Siti Sarah1
dr. Siti Maulidya Sari, M.Epid, Dipl.DK2
1
Mahasiswa Kepaniteraan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

2
Dosen Departemen Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Yarsi

ABSTRAK
Pendahuluan:.Kabupaten Pandeglang termasuk dalam 100 kabupaten yang menjadi
prioritas intervensistunting. Semua anak memiliki hak untuk mendapatkan gizi yang
optimal untuk kelangsungan hidup mereka, terutama untuk pertembuhan dan
perkembangan. Kejadian stunting pada balita merupakan salah satu permasalahan gizi
secara global.Balita yang mengalami stunting memiliki risiko terjadinya penurunan
kemampuan intelektual, produktivitas dan peningkatan risiko penyakit degenerative
dimasa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubunganpemberian
MPASI dengan stuntingpada balita di Desa Koroncong.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Teknik pengambilan
sampel dengan cara total sampling yakni 85 responden bayi berusia 24-60 bulan.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hasil analisa data responden antara pengetahuan
pemberian MPASI yang baik dan buruk. Responden yang memiliki anak stunting dan
pengetahuan ibu tentang pemberian MPASI buruk yaitu 16 responden dan ibu dengan
pengetahuan yang baik namun memiliki anak stunting yaitu 10 responden. Dari
analisis bivariat dengan P value 0.054, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang pemberian MPASI dengan
kejadianstunting pada balita di Desa Koroncong, Kecamatan Koroncong, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten.
Diskusi: Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang buruk
tentang pemberian MPASI tidak terlalu berpengaruh dengan kejadian stunting pada
balita. Masalah gizi kurang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik.

Kata Kunci: Pengetahuan Ibu, MPASI, Stunting


ABSTRACT

Introduction: Pandeglang Regency is included in 100 districts which are the priority
of interviewing. All children have the right to get optimal nutrition for their survival,
especially for growth and development. The incidence of stunting in children under
five years old is one of the global nutritional problems. Stunted children have a risk
of decreased intellectual ability, productivity and increased risk of degenerative
diseases in the future. This study aims to determine the relationship of MPASI
(complementary feeding) with stunting in toddlers in Koroncong Village.
Method: This type of research is cross sectional study. The sampling technique is by
total sampling, that is 85 respondent toddlers aged 24-60 months.
Results: In this study the results of the analysis of respondents' data obtained
between good and bad knowledge about giving MPASI. Respondents who have
stunting children and poor mother's knowledge about giving MPASI are 16
respondents and mothers with good knowledge but have stunting children are 10
respondents. From the bivariate analysis with a P value of 0.054, it shows that there is
no meaningful relationship between the knowledge of mothers about the provision of
MPASI with the incidence of pregnancy in toddlers in Koroncong Village,
Koroncong District, Pandeglang Regency, Banten Province.
Discusion: In this study it shows that poor mother's knowledge of the provision of
MPASI is not very influential with the incidence of stunting in infants. Malnutrition
problems are caused by various factors such as poverty, lack of food supply, poor
environmental sanitation.

Keywords: Mother’s Knowledge, MPASI, Stunting


PENDAHULUAN indeks panjang badan dibanding umur
Semua anak memiliki hak untuk (PB/U) atau tinggi badan dibanding
mendapatkan gizi yang optimal untuk umur (TB/U) dengan batas (z-score)
kelangsungan hidup mereka, terutama kurang dari -2SD. Kejadian stunting
untuk pertembuhan dan perkembangan. pada balita merupakan salah satu
Di dunia hampir 51 juta anak di bawah permasalahan gizi secara global. Bila
usia 5 tahun terjadi peningkatan risiko dibandingkan dengan batas “non public
kematian, dan juga stunting pada anak health problem” menurut WHO untuk
(UNICEF, 2012). Stunting menurut masalah stunting sebesar 20%, maka
WHO adalah kondisi kronis hampir seluruh negara di dunia
terhambatnya pertumbuhan karena mengalami masalah kesehatan
malnutrisi jangka panjang. Child masyarakat. (WHO, 2010). Masalah
Growth Standart didasarkan pada stunting/ pendek pada balita di
Indonesia sebesar 37,2 %. Prevalensi mental. Balita yang mengalami
pendek secara nasional tahun 2013 stuntingmemiliki risiko terjadinya
adalah 37,2 % yang berarti terjadi penurunan kemampuan intelektual,
peningkatan dibandingkan tahun 2010 produktivitas dan peningkatan risiko
(35,6 %) dan 2007 (36,8 %). Prevalensi penyakit degenerative dimasa
pendek sebesar 37,2 % terdiri dari 18,0 mendatang. (Prihutama, N.Y., dkk.
% sangat pendek dan 19,2 % pendek. 2018).
Pada tahun 2013 prevalensi sangat Tingkat pengetahuan ibu
pendek menunjukkan penurunan, dari mengenai makanan pendamping ASI
18,8 % tahun 2007 dan 18,5 % tahun memunculkan masalah hubungan sebab
2010. Prevalensi pendek meningkat akibat pemberian makanan
dari 18,0 % pada tahun 2007 menjadi pendamping ASI yang kurang tepat
19,2 % pada tahun 2013. sehingga menyebabkan stutus gizi yang
(Riskesdas,2013). Menurut hasil kurang.
Pemantauan Status Gizi 2018, terdapat ( Widyawati, W., 2016). Bayi berusia
peningkatan prevalensi stunting pada 0-6 bulan, hanya memerlukan Air Susu
tahun 2016 sebesar 27,5% menjadi Ibu (ASI) saja sebagai nutrisi utama.
29,6% pada tahun 2017 (PUSDATIN, Setelah 6 bulan, dapat diberikan
2018). Sedangkan pada tahun 2018 Makanan Pendamping ASI (MPASI).
didapatkan prevalensi stunting semakin Bayi berusia >6 bulan memerlukan
meningkat sebesar 30,8% MP-ASI sebagai nutrisi tambahan
(RISKESDAS, 2018). untuk pertumbuhan optimal. Salah satu
Stunting pada balita perlu masalah yang banyak terjadi di
menjadi perhatian khusus karena dapat Indonesia terutama di daerah-daerah
menghambat perkembangan fisik dan terpencil adalah berhentinya pemberian
mental anak. Stunting berkaitan dengan ASI sebelum usia 6 bulan dan
peningkatan risiko kesakitan dan pemberian MP-ASI secara dini.
kematian serta terhambatnya Menurut penelitian Teshome, anak
pertumbuhan kemampuan motorik dan yang diberi MP- ASI terlalu dini (<4
bulan) berisiko menderita kejadian Kadumaneuh, Pasirdurung, Koroncong,
stunting. Dalam penelitian yang Pakuluran, Pasirkarag, dan
dilakukan di wilayah kerja puskesmas Tegalongok. (Yulianto, 2019)
Rowosari Semarang hasilnya yaitu Lokasi Penelitian ini adalah di
terdapat hubungan bermakna antara Desa Koroncong, Kecamatan
pemberian MP-ASI dini sebagai faktor Koroncong, Kabupaten Pandeglang,
risiko kejadian stunting pada anak usia Provinsi Banten. Desa Koroncong
2-3 tahun. (Prihutama, N.Y., dkk. merupakan salah satu lokus stunting
2018). yang terdapat di Kabupaten
Kekurangan gizi umumnya terjadi pada Pandeglang. Kementerian Kesehatan
balita karena pada umur tersebut balita menetapkan enam kecamatan di 3
mengalami pertumbuhan yang pesat Kabupaten Pandeglang sebagai lokus
dan merupakan golongan paling rawan permasalahan stuntingyang disebabkan
terhadap kekurangan kalori protein . kurangnya asupan gizi yaitu,
masalah gizi kurang disebabkan oleh Koroncong, Saketi, Banjar,
kemiskinan, kurangnya persediaan Sindangresmi, Cipeucang dan
pangan, sanitasi lingkungan yang Kaduhejo (Kosasih, 2018). Pada tahun
kurang baik, kurangnya pengetahuan 2017 sekitar 46.000 balita mengalami
masyarakat tentang gizi dan kesehatan. stunting (PUSDATIN, 2018)
(Widyawati, W., 2016) sedangkan pada tahun 2018 terdapat 37
Kabupaten Pandeglang termasuk balita stunting di Desa Koroncong
dalam 100 kabupaten yang menjadi (Kemenkes, 2018). Untuk data
prioritas intervensi stunting. Pada tahun penelitian 2019 tentang status gizi
2018 terdapat prevalensi stunting balita di Desa Koroncong, Kabupaten
sebanyak 38,5 % dengan jumlah balita Pandeglang, Sehingga tujuan utama
stunting sekitar 8.303 balita. Terdapat penelitian ini adalah untuk mengetahui
beberapa desa yang mendapatkan hubungan pemberian MPASI dengan
intervensi khusus yaitu Langensari, stuntingdi Desa Koroncong, Kabupaten
Koncang, Kadugadung, Bayumundu, Pandeglang pada bulan November
tahun 2019. Selanjutnya dianalisa secara
bivariat dengan SPSS 21.0. Lokasi
METODE PENELITIAN penelitian dilakukan di tiga posyandu
Jenis penelitian yang digunakan di Desa Koroncong, Kabupaten
adalah deskriptif dengan desain Pandeglang, Provinsi Banten pada
penelitian yang digunakan yaitu cross bulan November 2019.
sectional. Data yang diambil Pengambilan sampel pada
merupakan data primer yang penelitian ini menggunakan teknik total
dikumpulkan sendiri dengan cara sampling dengan jumlah responden
mewawancarai keluarga binaan, bidan sebanyak 85 orang. Sampel yang
desa, dan kader. Skala ukur yang diambil berdasarkan kriteria inklusi
digunakan adalah skala rasio yaitu yaitu bayi berumur 24-60 bulan.
umur dalam bulan, berat badan dalam Sedangkan kriteria eksklusi yaitu data
kilogram (kg) dan panjang badan tidak terisi lengkap. Dalam penelitian
dalam sentimeter (cm) serta skala ukur ini variabel yang digunakan adalah
ordinal yaitu PB/U atau TB/U dalam Pengetahuan ibu dan status stunting
status sangat pendek, pendek, normal balita.
dan tinggi.

HASIL Jenis Kelamin n %


Responden dalam penelitian ini Laki-laki 54 63.5 %
Perempuan 31 36.5 %
adalah bayi usia 24-60 bulan dan Total 85 100 %
ibunya di Desa Koroncong, Kecamatan
Koroncong, Kabupaten Pandeglang, Berdasarkan Tabel 1 diatas,

Provinsi Banten pada bulan November jumlah balita yang menjadi sampel

2019. Jumlah Sampel sebanyak 85 sebanyak 85 responden dengan jenis

balita dan 83 Ibu. kelamin terbanyak yaitu laki-laki

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis sebanyak 54 responden ( 63.5 %).

Kelamin Balita di Desa Koroncong Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status


Stunting Balita di Desa Koroncong Status Stunting Balita di Desa
Status n % Koroncong.
Stunting
Stunting
Sangat 7 8.2 %
Pendek
Pendek 19 22.4 %
Total 26 30.6 %
Tidak
Stunting
Normal 58 68.2%
Tinggi 1 1.2 % Berdasarkan tabel 4, menunjukkan
Total 60 69.4 % bahwa jumlah ibu yang mengetahui
MPASI lebih banyak pada balita yang
Pada tabel 2 dengan data 85 responden tidak mengalamistunting dengan
didapatkan balita yang jumlah 49 responden (70%).
stuntingberdasarkan indeks Z- score Tabel 5. Pengertian MPASI Terhadap
PB/U atau TB/U sebanyak 26 orang Status StuntingBalita di Desa
(30.6 %) dengan jumlah balita pendek Koroncong
sebanyak 19 anak dan sangat pendek
sebanyak 7 anak.
Tabel 3. Status Stunting di Desa
Koroncong
n %
Stunting 26 30.6 %
Pada Tabel 5 menunjukkan sebagian
Tidak Stunting 59 69.4 % besar ibu yang memiliki balita dengan
status stunting tidak tahu pengertian
stuntingdengan benar dengan jumlah
Pada tabel 3 didapatkan 26 balita
18 responden (33.3%).
stunting dan 59 balita tidak stunting.
Tabel 4. Pengetahuan Ibu terhadap
stunting menjawab jenis makanan
pertama kali untuk balita adalah jenis
makanan selain makanan lunak.

Tabel 6. Usia Diberikan Makanan Tabel 8. Makanan Pendamping ASI


Tambahan Terhadap Status Terhadap Status StuntingBalita di Desa
StuntingBalita di Desa Koroncong Koroncong.

Tabel 8 menunjukkan jumlah ibu


Berdasarkan tabel 6 sebanyak 18
dengan balita tidak stunting yang
responden (25.0%) yang memiliki
memberikan bubur susu sebagai
balita dengan status stuntingmenjawab
MPASI lebih banyak sebanyak 54
makanan tambahan sebaiknya
reponden (69.2%) dibandingkan
diberikan > 6 bulan.
dengan ibu yang memiliki balita
Tabel 7. Jenis Makanan yang pertama
stunting sebanyak 24 responden
kali saat usia > 6 terhadap status
(30.8%).
Stunting Balita di Desa Koroncong
Tabel 9. Jumlah Pemberian MPASI
Dalam Sehari Untuk Usia 6-8 bulan
Terhadap Status StuntingBalita dui
Desa Koroncong

Pada tabel 7 menunjukkan sebanyak 2


reponden (100%) ibu dengan balita
StuntingBalita di Desa Koroncong.

Tabel 9 menunjukkan jumlah


pemberian MPASI dalam sehari > 3 Pada tabel 11 didapatkan ibu dengan
kali untuk ibu dengan balita status balita stunting sebanyak 9 responden
stunting sebanyak 2 responden (50.0%) (30.0%) tidak mengetahui pengaruh
pemberian makanan bayi sebelum usia
6 bulan terhadap pencernaannya.

Tabel 10. Alasan Bayi Perlu Diberi Table 12. Usia > 6 bulan Diberikan
PMT Status StuntingBalita di Desa Nasi tim Terhadap statusStunting Balita
Koroncong di Desa Koroncong

Tabel 12 didapatkan ibu dengan balita


Pada tabel 10 menujukkan alasan bayi
status stunting sebanyak 5 reponden
perlu diberi PMT yang menjawab
(35.7%) tidak mengetahui bayi usia > 6
selain agar gizi anak terpenuhi sesuai
bulan hingga setahun dapat diberikan
dengan pertambahan usianya sebanyak
nasi tim.
10 reponden (52.6%) pada ibu dengan
Table 13. Usia PMT Terhadap
balita statuts stunting.
StatusStunting Balita di Desa
Tabel 11. Pengaruh Pemberian Makan
Koroncong.
Bayi Sebelum Usia 6 Bulan Terhadap
Kesehatan Bayi Terhadap Status
Status StuntingBalita di Desa
Koroncong.

Pada tabel 13 sebanyak 10 reponden


(38.5%) ibu dengan balita status
stunting tidak mengetahui usia yang
Tabel 15 menunjukkan ibu dengan
pas untuk diberikan makanan tambahan
balita status stunting sebanyak 14
pada balitanya.
responden (31.1%) mengetahui bahwa
balita disapih saat usia < 24 bulan

PEMBAHASAN
Tabel 14. Menunda PMT Mengurangi
Penelitian ini memiliki responden
Resiko Alergi Makanan Terhadap
sebanyak 85 orang balita dengan usia
Status StuntingBalita di Desa
24-60 bulan . Dari hasil analisis
Koroncong
bivariat antara pengetahuan ibu tentang
pemberian MPASI dengan kejadian
stunting, dari dua belas pertanyaan
tentang pengetahuan ibu mengenai
pemberian MPASI hanya tiga

Pada tabel 14 menunjukkan sebanyak pertanyaan yang memiliki hubungan

20 reponden (31.3%) ibu dengan balita yang bermakna dengan kejadian

stunting tidak mengetahui apakah stuntingdengan menggunakan uji Chi-

menunda PMT dapat mengurangi Square yaitu pengetahuan ibu tentang

resiko alergi makanan. usia pemberian makanan tambahan

Tabel 15 Usia Bayi Disapih Terhadap dengan P value 0.009 dan OR sebesar
0.208 yang artinya bahwa bayi yang tidak terdapat hubungan yang
diberi makanan tambahan pada usia > 6 bermakna antara pengetahuan ibu
bulan akan berisiko lebih kecil dengan tentang pemberian MPASI dengan
kejadian stunting. Pengetahuan ibu kejadian stunting pada balita di Desa
tentang jenis makanan tambahan yang Koroncong, Kecamatan Koroncong,
pertama kali diberikan dengan P value Kabupaten Pandeglang, Provinsi
0.031 dan OR sebesar 3.458 yang Banten.
artinya jika bayi diberi makanan selain Pengetahuan ibu tersebut meliputi
makanan lunak pada usia >6 bulan pengertian MPASI, waktu pemberian
akan meningkatkan resiko bayi MPASI, jenis MPASI yang baik serta
stuntingsebanyak 3.458 kali lebih besar dampak dari pemberian MPASI terlalu
dibandingkan yang tidak diberikan. dini.
Pengetahuan ibu tentang alasan Pada penelitian ini menunjukkan
mengapa bayi perlu diberi makanan bahwa secara statistik tidak adanya
tambahan dengan P value 0.018 dan hubungan yang bermakna antara
OR sebesar 0.288 yang artinya bayi pengetahuan ibu dengan kejadian
yang diberi makanan tambahan pada stunting, pengetahuan ibu yang buruk
usia>6 bulan dapat memenuhi tentang pemberian MPASI tidak selalu
kebutuhan bayi akan zat gizi dan berpengaruh dengan kejadian
bertambah sesuai dengan pertambahan stuntingpada balita di Desa Koroncong.
umurnya dan akan berisiko lebih kecil Banyak faktor yang dapat
terhadap kejadian stunting . Namun mempengaruhinya. Kekurangan gizi
dari hasil keseluruhan antara umumnya terjadi pada balita karena
pengetahuan ibu tentang pemberian pada umur tersebut balita mengalami
MPASI dengan kejadian stunting pertumbuhan yang pesat dan
menunjukkan bahwa tidak adanya merupakan golongan paling rawan
hubungan yang bermakna dengan P terhadap kekurangan kalori protein,
value 0.054 yang berarti P value>0.05, masalah gizi kurang disebabkan oleh
sehingga dapat disimpulkan bahwa berbagai faktor seperti kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, sanitasi hasil analisis bivariat menunjukkan
lingkungan yang kurang baik, bahwa hasil uji chi-square P-Value< α
kurangnya pengetahuan masyarakat dengan nilai 0.054. Namun dari dua
tentang gizi dan kesehatan. belas pertanyaan tentang pengetahuan
(Widyawati, W., 2016). ibu mengenai pemberian MPASI tiga
Hal ini sesuai dengan penelitian yang pertanyaan yang memiliki hubungan
dilakukan oleh Hildagardis, dkk, bahwa yang bermakna dengan kejadian
pemberian MPASI bukan merupakan stunting dengan menggunakan uji Chi-
faktor risiko kejadian stunting , akan Square yaitu pengetahuan ibu tentang
tetapi, peningkatan jumlah kelompok usia pemberian makanan tambahan
makanan yang dikonsumsi dalam dengan P value 0.009 dan OR
sehari dapat menurunkan risiko menunjukkan bahwa bayi yang diberi
kejadian stunting pada anak usia 6-23 makanan tambahan pada usia > 6 bulan
bulan. (Nai, H.M.E., Gunawan, I.M.A., akan berisiko lebih kecil dengan
Nurwanti, E. 2014) kejadian stunting. Pengetahuan ibu
Hasil penelitian ini yang tentang jenis makanan tambahan yang
menunjukkan bahwa tidak ada pertama kali diberikan dengan P value
hubungan yang bermakna dapat 0.031 dan OR menunjukkan jika bayi
disebabkan juga karena keterbatasan diberi makanan selain makanan lunak
penelitian berupa kurangnya responden pada usia >6 bulan akan meningkatkan
dan tingkat pendidikan ibu yang resiko bayi stunting sebanyak 3.458
berbeda. kali lebih besar dibandingkan yang
tidak diberikan. Pengetahuan ibu
KESIMPULAN tentang alasan mengapa bayi perlu
Tidak ada hubungan antara diberi makanan tambahan dengan P
pengetahuan ibu tentang MPASI value 0.018 dan OR menunjukkan
dengan kejadian stuntingpada balita di bahwa bayi yang diberi makanan
Desa Koroncong, Kabupaten tambahan pada usia>6 bulan dapat
Pandeglang, Provinsi Banten. Dari memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi
dan bertambah sesuai dengan anaknya dan diharapkan agar dapat
pertambahan umurnya dan akan menurunkan angka kejadian stunting.
berisiko lebih kecil terhadap kejadian Bagi peneliti selanjutnya
stunting.Pada status diharapkan dapat meneliti variabel lain
stuntingberdasarkan indeks Z-score dan melakukan penelitian mendalam
PB/U atau TB/U dan sesuai mengenai faktor yang berpengaruh
pembahasan diatas, maka dapat terhadap kejadian stunting.
dikemukakan sebagai berikut:
Hubungan antara Pemberian MPASI UCAPAN TERIMA KASIH
dengan Stunting Di Desa Koroncong, Puji syukur penulis panjatkan kepada
Kecamatan Koroncong, Kabupaten Allah SWT yang telah memberikan
Pandeglang, Provinsi Banten rahmat dan karunia-Nya sehingga
didapatkan berdasarkan kategori penulis dapat menyelesaikan
kelompok pengetahuan ibu secara penyusunan penelitian ini. Dalam
akumulasi tentang pemberian MPASI kesempatan ini penulis mengucapkan
Terhadap status stunting balita tidak terimakasih kepada:
ada hubungan yang bermakna. 1. Kepala Puskesmas Bangkonol
Kabupaten Pandeglang, ProvinsiBanten
serta jajarannya.
SARAN 2. Kepala Desa Koroncong, Kabupaten
Diperlukan intervensi berupa Pandeglang serta jajarannya.
penyuluhan kepada 20 orang ibu yang 3. Bidan Desa Koroncong, Kabupaten
memiliki balita stunting serta Pandeglang serta jajarannya.
pembinaan kepada keluarga dengan 4. Kader Desa Koroncong, Kabupaten
balita stunting, sehingga orang tua dari Pandeglang Provinsi Banten serta
balita stunting dapat lebih jajarannya atas kesediaannya
memperhatikan pentingnya gizi membantu jalannya penelitian.
khususnya pengetahuan pemberian 5. Dosen IKM Universitas YARSI atas
MPASI terhadap tumbuh kembang bimbingannya.
DAFTAR PUSTAKA Diambildari:http://www.unicef.org/eap
ro/Workshop
UNICEF. 2012. Asia Pasifik Regional Report_ReductionOfStunting_2010-
Workshop on The Reduction of 06-07_FINAL.pdf
StuntingTrough Improvement of
Complementary Feeding and Maternal World Health Organization. Training
Nutrition. Bangkok. 2 Desember 2019. Course on Child Growth Assesment.
Internet. United States America: Child .com/2018/09/26/enam-kecamat an-di-
Growth Standards. 2013. Cited 2017, pandeglang-masuk-lokus- stunting

Prihutama, N.Y.M., Rahmadi, F.A., Badan Penelitian dan Pengembangan


Hardaningsih, G. 2018. Pemberian Kesehatan Kementerian Indonesia.
Makanan Pendamping ASI Dini 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
sebagai Faktor Risiko Kejadian Kementerian Kesehatan RI. p. 212-213.
Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun.
Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol. 7, Kementerian Kesehatan. 2019. Hasil
Nomor 2, Mei 2018. Kementerian Kesehatan RI.
Pusat Data dan Informasi Kementrian
Yulianto, Agus. 2019. Penanganan Kesehatan Indonesia. 2016. Situasi
Penurunan Stunting di Pandeglang. Balita Pendek. Jakarta: Kementrian
Diakses:2 Desember Kesehatan RI. p1-2.
2019.https://nasional.republika.co.id/be
rita/pv7br9396/penanganan-penurunan- Pusat Data dan Informasi Kementrian
stunting-dipandeglanghtml Kesehatan Indonesia. 2018. Situasi
Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.
Kosasih, Engkos. 2018. Enam Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. p1-
Kecamatan di Pandeglang Masuk 2.
Lokus Stunting. Diakses: 1 Desember
2019. http://bantenhits
Widyawati, W. 2016. Hubungan Kecamatan Pasar Kliwon Kota
Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Surakarta. Diakses tanggal: 5
Mengenai Pemberian Makanan Desember 2019.
Pendamping ASI (MPASI) dengan http://eprints.ums.ac.id/47246/4/NAPU
Status Gizi pada Balita Usia 6-24 B%20FIX.pdf
bulan di Kelurahan Semanggi

Anda mungkin juga menyukai