2
Dosen Departemen Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Yarsi
ABSTRAK
Pendahuluan:.Kabupaten Pandeglang termasuk dalam 100 kabupaten yang menjadi
prioritas intervensistunting. Semua anak memiliki hak untuk mendapatkan gizi yang
optimal untuk kelangsungan hidup mereka, terutama untuk pertembuhan dan
perkembangan. Kejadian stunting pada balita merupakan salah satu permasalahan gizi
secara global.Balita yang mengalami stunting memiliki risiko terjadinya penurunan
kemampuan intelektual, produktivitas dan peningkatan risiko penyakit degenerative
dimasa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubunganpemberian
MPASI dengan stuntingpada balita di Desa Koroncong.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Teknik pengambilan
sampel dengan cara total sampling yakni 85 responden bayi berusia 24-60 bulan.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hasil analisa data responden antara pengetahuan
pemberian MPASI yang baik dan buruk. Responden yang memiliki anak stunting dan
pengetahuan ibu tentang pemberian MPASI buruk yaitu 16 responden dan ibu dengan
pengetahuan yang baik namun memiliki anak stunting yaitu 10 responden. Dari
analisis bivariat dengan P value 0.054, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang pemberian MPASI dengan
kejadianstunting pada balita di Desa Koroncong, Kecamatan Koroncong, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten.
Diskusi: Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang buruk
tentang pemberian MPASI tidak terlalu berpengaruh dengan kejadian stunting pada
balita. Masalah gizi kurang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Introduction: Pandeglang Regency is included in 100 districts which are the priority
of interviewing. All children have the right to get optimal nutrition for their survival,
especially for growth and development. The incidence of stunting in children under
five years old is one of the global nutritional problems. Stunted children have a risk
of decreased intellectual ability, productivity and increased risk of degenerative
diseases in the future. This study aims to determine the relationship of MPASI
(complementary feeding) with stunting in toddlers in Koroncong Village.
Method: This type of research is cross sectional study. The sampling technique is by
total sampling, that is 85 respondent toddlers aged 24-60 months.
Results: In this study the results of the analysis of respondents' data obtained
between good and bad knowledge about giving MPASI. Respondents who have
stunting children and poor mother's knowledge about giving MPASI are 16
respondents and mothers with good knowledge but have stunting children are 10
respondents. From the bivariate analysis with a P value of 0.054, it shows that there is
no meaningful relationship between the knowledge of mothers about the provision of
MPASI with the incidence of pregnancy in toddlers in Koroncong Village,
Koroncong District, Pandeglang Regency, Banten Province.
Discusion: In this study it shows that poor mother's knowledge of the provision of
MPASI is not very influential with the incidence of stunting in infants. Malnutrition
problems are caused by various factors such as poverty, lack of food supply, poor
environmental sanitation.
Provinsi Banten pada bulan November jumlah balita yang menjadi sampel
Tabel 10. Alasan Bayi Perlu Diberi Table 12. Usia > 6 bulan Diberikan
PMT Status StuntingBalita di Desa Nasi tim Terhadap statusStunting Balita
Koroncong di Desa Koroncong
PEMBAHASAN
Tabel 14. Menunda PMT Mengurangi
Penelitian ini memiliki responden
Resiko Alergi Makanan Terhadap
sebanyak 85 orang balita dengan usia
Status StuntingBalita di Desa
24-60 bulan . Dari hasil analisis
Koroncong
bivariat antara pengetahuan ibu tentang
pemberian MPASI dengan kejadian
stunting, dari dua belas pertanyaan
tentang pengetahuan ibu mengenai
pemberian MPASI hanya tiga
Tabel 15 Usia Bayi Disapih Terhadap dengan P value 0.009 dan OR sebesar
0.208 yang artinya bahwa bayi yang tidak terdapat hubungan yang
diberi makanan tambahan pada usia > 6 bermakna antara pengetahuan ibu
bulan akan berisiko lebih kecil dengan tentang pemberian MPASI dengan
kejadian stunting. Pengetahuan ibu kejadian stunting pada balita di Desa
tentang jenis makanan tambahan yang Koroncong, Kecamatan Koroncong,
pertama kali diberikan dengan P value Kabupaten Pandeglang, Provinsi
0.031 dan OR sebesar 3.458 yang Banten.
artinya jika bayi diberi makanan selain Pengetahuan ibu tersebut meliputi
makanan lunak pada usia >6 bulan pengertian MPASI, waktu pemberian
akan meningkatkan resiko bayi MPASI, jenis MPASI yang baik serta
stuntingsebanyak 3.458 kali lebih besar dampak dari pemberian MPASI terlalu
dibandingkan yang tidak diberikan. dini.
Pengetahuan ibu tentang alasan Pada penelitian ini menunjukkan
mengapa bayi perlu diberi makanan bahwa secara statistik tidak adanya
tambahan dengan P value 0.018 dan hubungan yang bermakna antara
OR sebesar 0.288 yang artinya bayi pengetahuan ibu dengan kejadian
yang diberi makanan tambahan pada stunting, pengetahuan ibu yang buruk
usia>6 bulan dapat memenuhi tentang pemberian MPASI tidak selalu
kebutuhan bayi akan zat gizi dan berpengaruh dengan kejadian
bertambah sesuai dengan pertambahan stuntingpada balita di Desa Koroncong.
umurnya dan akan berisiko lebih kecil Banyak faktor yang dapat
terhadap kejadian stunting . Namun mempengaruhinya. Kekurangan gizi
dari hasil keseluruhan antara umumnya terjadi pada balita karena
pengetahuan ibu tentang pemberian pada umur tersebut balita mengalami
MPASI dengan kejadian stunting pertumbuhan yang pesat dan
menunjukkan bahwa tidak adanya merupakan golongan paling rawan
hubungan yang bermakna dengan P terhadap kekurangan kalori protein,
value 0.054 yang berarti P value>0.05, masalah gizi kurang disebabkan oleh
sehingga dapat disimpulkan bahwa berbagai faktor seperti kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, sanitasi hasil analisis bivariat menunjukkan
lingkungan yang kurang baik, bahwa hasil uji chi-square P-Value< α
kurangnya pengetahuan masyarakat dengan nilai 0.054. Namun dari dua
tentang gizi dan kesehatan. belas pertanyaan tentang pengetahuan
(Widyawati, W., 2016). ibu mengenai pemberian MPASI tiga
Hal ini sesuai dengan penelitian yang pertanyaan yang memiliki hubungan
dilakukan oleh Hildagardis, dkk, bahwa yang bermakna dengan kejadian
pemberian MPASI bukan merupakan stunting dengan menggunakan uji Chi-
faktor risiko kejadian stunting , akan Square yaitu pengetahuan ibu tentang
tetapi, peningkatan jumlah kelompok usia pemberian makanan tambahan
makanan yang dikonsumsi dalam dengan P value 0.009 dan OR
sehari dapat menurunkan risiko menunjukkan bahwa bayi yang diberi
kejadian stunting pada anak usia 6-23 makanan tambahan pada usia > 6 bulan
bulan. (Nai, H.M.E., Gunawan, I.M.A., akan berisiko lebih kecil dengan
Nurwanti, E. 2014) kejadian stunting. Pengetahuan ibu
Hasil penelitian ini yang tentang jenis makanan tambahan yang
menunjukkan bahwa tidak ada pertama kali diberikan dengan P value
hubungan yang bermakna dapat 0.031 dan OR menunjukkan jika bayi
disebabkan juga karena keterbatasan diberi makanan selain makanan lunak
penelitian berupa kurangnya responden pada usia >6 bulan akan meningkatkan
dan tingkat pendidikan ibu yang resiko bayi stunting sebanyak 3.458
berbeda. kali lebih besar dibandingkan yang
tidak diberikan. Pengetahuan ibu
KESIMPULAN tentang alasan mengapa bayi perlu
Tidak ada hubungan antara diberi makanan tambahan dengan P
pengetahuan ibu tentang MPASI value 0.018 dan OR menunjukkan
dengan kejadian stuntingpada balita di bahwa bayi yang diberi makanan
Desa Koroncong, Kabupaten tambahan pada usia>6 bulan dapat
Pandeglang, Provinsi Banten. Dari memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi
dan bertambah sesuai dengan anaknya dan diharapkan agar dapat
pertambahan umurnya dan akan menurunkan angka kejadian stunting.
berisiko lebih kecil terhadap kejadian Bagi peneliti selanjutnya
stunting.Pada status diharapkan dapat meneliti variabel lain
stuntingberdasarkan indeks Z-score dan melakukan penelitian mendalam
PB/U atau TB/U dan sesuai mengenai faktor yang berpengaruh
pembahasan diatas, maka dapat terhadap kejadian stunting.
dikemukakan sebagai berikut:
Hubungan antara Pemberian MPASI UCAPAN TERIMA KASIH
dengan Stunting Di Desa Koroncong, Puji syukur penulis panjatkan kepada
Kecamatan Koroncong, Kabupaten Allah SWT yang telah memberikan
Pandeglang, Provinsi Banten rahmat dan karunia-Nya sehingga
didapatkan berdasarkan kategori penulis dapat menyelesaikan
kelompok pengetahuan ibu secara penyusunan penelitian ini. Dalam
akumulasi tentang pemberian MPASI kesempatan ini penulis mengucapkan
Terhadap status stunting balita tidak terimakasih kepada:
ada hubungan yang bermakna. 1. Kepala Puskesmas Bangkonol
Kabupaten Pandeglang, ProvinsiBanten
serta jajarannya.
SARAN 2. Kepala Desa Koroncong, Kabupaten
Diperlukan intervensi berupa Pandeglang serta jajarannya.
penyuluhan kepada 20 orang ibu yang 3. Bidan Desa Koroncong, Kabupaten
memiliki balita stunting serta Pandeglang serta jajarannya.
pembinaan kepada keluarga dengan 4. Kader Desa Koroncong, Kabupaten
balita stunting, sehingga orang tua dari Pandeglang Provinsi Banten serta
balita stunting dapat lebih jajarannya atas kesediaannya
memperhatikan pentingnya gizi membantu jalannya penelitian.
khususnya pengetahuan pemberian 5. Dosen IKM Universitas YARSI atas
MPASI terhadap tumbuh kembang bimbingannya.
DAFTAR PUSTAKA Diambildari:http://www.unicef.org/eap
ro/Workshop
UNICEF. 2012. Asia Pasifik Regional Report_ReductionOfStunting_2010-
Workshop on The Reduction of 06-07_FINAL.pdf
StuntingTrough Improvement of
Complementary Feeding and Maternal World Health Organization. Training
Nutrition. Bangkok. 2 Desember 2019. Course on Child Growth Assesment.
Internet. United States America: Child .com/2018/09/26/enam-kecamat an-di-
Growth Standards. 2013. Cited 2017, pandeglang-masuk-lokus- stunting