Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

PERDARAHAN SUBCONJUNGTIVA

Disusun oleh :
Istri Bela Cantika 1102015107
Salsabil Almas Khairana 1102015213
Anugrah Haba Lizandi 1102015032
Siti Hartina Rahmawati H 1102015224
Bagus Dian Pranata 1102013052

Pembimbing :
dr. Tri Agus Haryono, Sp.M

PJJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

0
BAB I
PENDAHULUAN

Konjungtiva merupakan membran mukus yang transparan yang membentang di


permukaan dalam kelopak mata dan permukaan bola mata sejauh dari limbus. Ini
memiliki suplay limfatik yang tebal dan sel imunokompeten yang berlimpah. Mukus
dari sel goblet dan sekresi dari kelenjar aksesoris lakrimal merupakan komponen
penting pada air mata. Konjungtiva merupakan barier pertahanan dari adanya infeksi.
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah
konjungtiva.3 Darah terdapat di antara konjungtiva dan sklera, sehingga mata akan
mendadak terlihat merah dan biasanya mengkhawatirkan bagi pasien. 4
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur namun hal
ini dapat meningkat kejadiannya sesuai dengan pertambahan umur.6 Penelitian
epidemiologi di Kongo rata – rata usia yang mengalami perdarahan subkonjungtiva
adalah usia 30.7 tahun.7 Perdarahan subkonjungtiva sebagian besar terjadi unilateral
(90%). Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak ditemukan hubungan yang
jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%). Kondisi hipertensi memiliki
hubungan yang cukup tinggi dengan angka terjadinya perdarahan subkonjungtiva
(14.3%). Kondisi lainnya namun jarang adalah muntah, bersin, malaria, penyakit sickle
cell dan melahirkan.

1
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 24 tahun
Agama : Katolik
Pekerjaan : Guru
Alamat : Bandung
Tanggal pemeriksaan : 30 Januari 2020

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 30 Januari 2020, pukul 11.00 WIB di Poli Mata, RSUD
Cibitung Kab. Bekasi
A. Keluhan Utama
Mata kiri merah
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien berobat ke poliklinik Mata RSUD Kabuaten Bekasi dengan keluhan mata
kiri merah seperti berdarah sejak 5 hari SMRS. Mata kiri dirasakan keluhan seperti ini
setelah bermain wahana bernama human gyroscope. Mata kiri langsung terlihat
berdarah seperti warna merah kecoklatan, dan awalnya terasa nyeri pada mata dan
pusing. Pasien merasa ada yang mengganjal pada mata sebelah kiri.

2
Pasien belum pernah menggunakan kacamata sebelumnya dan tidak ada
keluhan penglihatan terganggu. Tidak ada keluhan demam, rasa tidak enak badan
atau kesulitan dalam menggerakkan bola mata. Tidak ada keluhan nyeri pada mata
yang hebat, mual muntah, atau melihat lingkaran cahaya bewarna (pelangi) saat
melihat benda benda tertentu. Tidak ada riwayat mata kering, operasi/tindakan pada
mata, riwayat trauma benda tajam maupun tumpul sebelum timbul keluhan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat DM (-)
 Riwayat HT (-)
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat Penyakit Kulit (-)
 Riwayat Trauma (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat menderita penyakit yang sama dalam keluarga (-)

III.PEMERIKSAAN
A. Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : Dalam batas normal

3
IV. Status Ophtalmologi

OD OS

STATUS OFTALMOLOGIS

OD OS
20/25 Visus 20/25
Orthoforia Kedudukan bola mata Orthoforia
Bola mata bergerak ke segala Pergerakan bola mata Bola mata bergerak ke segala
arah arah

Dalam batas normal Palpebra superior Dalam batas normal


Dalam batas normal Palpebra inferior Dalam batas normal
Injeksi konjungtiva (+) Konjungtiva Injeksi konjungtiva (+)
Hiperemis (+)
Jernih Kornea Jernih
Jernih, dalam COA Jernih, dalam
Kripti normal Iris Kripti normal
Tepi reguler, bentuk Pupil Tepi reguler, bentuk bulat,
bulat,terletak di sentral, terletak di sentral, RCL(+) RCTL
RCL(+) RCTL (+) (+)
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
Normal/palpasi TIO Normal/palpasi
i. RESUME Subyektif
Telah diperiksa laki-laki dengan usia 24 tahun dengan kiri merah seperti
berdarah sejak 5 hari SMRS. Keluhan disertai dengan rasa mengganjal an berwarna
kemerahan. Tidak ada keluhan pandangan berawan, selaput yang menutupi mata,
bayangan disekitar lampu. Pasien sebelumnya belum pernah menggunakan kacamata
dan tidak ada gangguan penglihatan. Tidak ada keluhan demam, rasa tidak enak
badan atau kesulitan dalam menggerakkan bola mata. Tidak ada keluhan nyeri kepala
dan nyeri pada mata yang hebat, mual muntah, atau melihat lingkaran cahaya
bewarna (pelangi) saat melihat benda benda tertentu. Tidak ada riwayat mata kering,
operasi/tindakan pada mata.
Obyektif

OCULI OCULI
DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN SINISTRA(OS)
20/25 Visus 20/25
Konjungtiva
Injeksi Injeksi
konjungtiva (+) konjungtiva (+)
Hiperemis
perdarahan (+)

VII. DIAGNOSA KERJA


Perdarahan Subkonjungtiva OS
IX. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa:
Terapi topikal :
 Antibiotik dan antiinflamasi topikal
Tetes mata Cendo Xitrol® 4 tetes per hari
 Kompres dingin 3 - 4 kali sehari selama 10 - 15 menit tiap kalinya. Lakukan
dengan mata tertutup.

2. Edukasi Pasien
 Hindari pemakaian aspirin, ibuprofen, naproxyn, atau beberapa NSAID lain yang dapat
meningkatkan perdarahan untuk sementara.
 Kondisi ini akan membaik dengan sendirinya, perdarahan subkonjungtiva dapat diserap
dalam satu atau dua minggu. Biasanya, pemulihan terjadi utuh, tanpa adanya masalah
jangka panjang
 Kontrol ke poli setelah 1 minggu atau segera kembali jika perdarahan bertambah luas
(mata bertambah merah).

X. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanactionam : Ad Bonam
BAB IV
ANALISA KASUS

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan utama yaitu


mata kiri merah seperti berdarah. Keluhan ini dirasakan 5 hari sebelum pasien datang
ke poliklinik mata RSUD Kab. Bekasi. Visus pasien normal dan tidak terganggu.
Keluhan lainnya terdapat rasa mengganjal berwarna coklat kemerahan. Pasien
memiliki keluhan ini setelah naik wahana gyroscope.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tidak adanya penurunan visus, adanya
injeksi konjungtiva dan hiperemis seperti perdarahan pada konjungtiva mata kiri.
Ketika perdarahan terjadi pertama kali, akan terasa tidak nyaman, terasa ada yang
mengganjal dan penuh di mata. Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna
merah terang (tipis) atau merah tua kecoklatan (tebal). Tidak ada tanda peradangan.
Perdarahan terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu kemudian akan
berkurang perlahan ukurannya karena diabsorpsi. Dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik dapat dikatakan bahwa diagnosis kerja pada pasien ini adalah pendarahan
subkonjungtivitis OS.
Karena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat menyebar secara
difus di jaringan ikat subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus, yang biasanya
memiliki intensitas yang sama dan menyembunyikan pembuluh darah. Konjungtiva
yang lebih rendah lebih sering terkena daripada bagian atas. Pendarahan berkembang
secara akut, dan biasanya menyebabkan kekhawatiran, meskipun sebenarnya tidak
berbahaya. Apabila tidak ada kondisi trauma mata terkait, ketajaman visual tidak
berubah karena perdarahan terjadi murni secara ekstraokulaer, dan tidak disertai rasa
sakit.6
Terapi yang diberikan ke pasien ini adalah antibiotik spektrum luas, untuk
menghindari infeksi dikarenakan tidak baiknya dalam penanganan dirumah. Diagnosis
banding dari kasus ini adalah konjungtivitis hemoragik akut karena sama-sama
mengalami mata merah tanpa penurunan visus, serta beberapa edukasi antara lain untuk
menghindari pemakaian obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen, naproxyn, atau beberapa
NSAID lain yang dapat meningkatkan perdarahan, lalu untuk kontrol ke poli setelah 1
minggu atau segera kembali jika perdarahan bertambah luas (mata bertambah merah)
untuk mengevaluasi respon terapi yang telah diberikan dan perbaikan dari gejala klinis.
Berdasarkan literatur, perdarahan subkonjungtiva sebenarnya tidak memerlukan
pengobatan karena darah akan terabsorbsi dengan baik selama 1-2 minggu. Tetapi untuk
mencegah perdarahan yang semakin meluas, beberapa dokter memberikan vasacon
(vasokonstriktor) dan multivitamin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Deaniel. Ofthalmology Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya


Medika Jakarta, 2000. p.39-7.
2. Ilyas, Sidarta. Pendarahan Subkonjungtiva. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3.
Jakarta: Balai penerbit FK UI, 2010. p.94-6.
3. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11.
San Fransisco: MD Association, 2005-2006 [cited 2 Februari 2020]. Available
from: https://www.aao.org/eye-health/diseases
4. Kemenkes. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Menteri Kesehatan Indonesia [cited 2 Februari 2020].
Available from: http://www.idionline.org/wp-content/uploads/2015/01/Buku-
Panduan-Praktik-Klinis-Bagi-Dokter-di-Fasilitas-Pelayanan-Kesehatan-Primer
5. James B, Chew C, Bron A, Oftalmologi, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga,
Jakarta 2006. P. 185-7
6. Sitorus. Rita S, dkk. Buku Ajar Oftalmologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI. 2017. pp.413-5

Anda mungkin juga menyukai