Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN September 2022


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

HORDEOLUM EKSTERNUM

OLEH :
Zahra Rana Aqilah
105101105820
PEMBIMBING:
dr. Yusuf Bachmid, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Zahra Rana Aqilah

NIM : 105101105820

Judul Laporan Kasus : Hordeolum

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus dalam rangka Kepaniteraan Klinik Pada

Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, September 2022

Pembimbing

dr. Yusuf Bachmid, Sp.M

DAFTAR ISI

i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS .............................................................................2

BAB III TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6

A. Anatomi...................................................................................................6
B. Definisi....................................................................................................8
C. Epidemiologi ..........................................................................................9
D. Etiologi ...................................................................................................9
E. Patofisiologi ...........................................................................................9
F. Gejala Klinis ...........................................................................................10
G. Diagnosis.................................................................................................11
H. Tatalaksana..............................................................................................11
BAB IV DISKUSI..............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, biasanya


disebabkan oleh stafilokokus dan streptokokus.1 Hordeolum adalah kelainan pada
kelopak mata yang cukup sering di temukan di masyarakat. Dapat terjadi pada semua
umur, terutama pada usia dewasa dan lebih jarang pada anak-anak.1,2

Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.


Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar zeis atau moll dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Hordeolum internum merupakan infeksi
kelenjar meibom dengan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal.1,2,3

Penderita hordeolum biasanya menunjukan gejala radang pada kelopak mata


seperti bengkak, terasa mengganjal, kemerahan disertai nyeri jika ditekan. Nyeri yang
dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau hanya berupa perasaan tidak nyaman.1

Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak


ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak
dapat memecah sendiri. Hordeolum eksternum tonjolan kearah kulit, ikut dengan
pergerakan kulit, dan mengalami supurasi, memecah sendiri kearah kulit.4

Pengobatan hordeolum bisa berupa tindakan konservatif maupun operatif.


Tindakan konservatif dapat diberikan berupa kompres hangat untuk mempercepat
peradangan kelenjar. Sedangkan untuk medikamentosa dapat diberikan antiinflamasi
topikal maupun antibiotik dan antibiotik topikal maupun antibiotik sistemik. Operasi
dilakukan dengan anastesi lokal, berupa tindakan insisi untuk mengeluarkan nanah.1

1
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. W
Umur : 29 tahun
Alamat : Jl. Datuk Ditiro, Kalukuang Tallo
Tanggal Pemeriksaan : 1 September 2022
Tempat Pemeriksaan : JEC-ORBITA
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan di kelopak mata kanan atas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang ke JEC-Orbita dengan keluhan
terdapat benjolan di kelopak mata kanan atas sejak 1 bulan yang lalu.
Awalnya berupa benjolan kecil kemerahan dan makin membesar.
Benjolan disertai rasa nyeri, terutama saat disentuh. Keluhan penglihatan
kabur (-), air mata berlebih (-), kotoran mata (-), pasien pernah seperti ini
sebelumnya sejak 3 bulan yang lalu dan sembuh sendiri.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat operasi mata : (-)
Riwayat memakai kacamata : (-)
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya : (+)
Riwayat trauma pada mata : (-)
Riwayat alergi : (-)

2
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Vital Sign
Tekanan Darah : 120/90 mmgHg
Nadi : 86 kali / menit
Suhu : 36,5 oC
Respiration Rate : 20 kali / menit
Keadaan Umum : Compos mentis (E4V5M6)
2. Pemeriksaan Oftalmologi
 Inspeksi
OD OS
Palpebra Superior Edema (+) Edema (-)
Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Benjolan (+) Benjolan (-)
Palpebra Inferior Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Silia Kesan normal Kesan normal
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal
Gerak Bola Mata Ke segala arah Ke segala arah
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Normal Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, Bulat, sentral,
regular, regular,
Ø 3mm Ø 3mm
Lensa Jernih Jernih

3
 Palpasi
OD OS
Tonometri Tidak di lakukan Tidak di lakukan
Nyeri Tekan Terdapat nyeri tekan Tidak terdapat
nyeri tekan
Massa/Tumor Terdapat massa Tidak terdapat
massa
Glandula Tidak teraba Tidak teraba
Preaurikuler

 Visus
VOD : 20/20
VOS : 20/20
 Penyinaran Obliq
OD OS
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat (kripte+) Coklat (kripte+)
Pupil Isokor, bulat, sentral, Isokor, bulat, sentral,
RCL/RCTL (+/+) RCL/RCTL (+/+)
Lensa Jernih Jernih

 Pemeriksaan Slit Lamp


SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), Lensa Jernih
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), Lensa Jernih

4
D. RESUME
Pasien datang ke JEC-Orbita dengan keluhan terdapat benjolan di kelopak
mata kanan atas sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya berupa benjolan kecil
kemerahan dan makin membesar. Benjolan disertai rasa nyeri, terutama
saat disentuh. Keluhan penglihatan kabur (-), air mata berlebih (-), kotoran
mata (-), pasien pernah seperti ini sebelumnya sejak 3 bulan yang lalu dan
sembuh sendiri.
Pada pemeriksaan Visus didapatkan ODS 20/20, pada pemeriksaan
oftalmologi pada Palpebra OD didapatkan adanya benjolan (+), edema
(+), hiperemis (+), Konjungtiva OD Hiperemis(+), dan pemeriksaan
lainnya dalam batas normal.

E. DIAGNOSIS KERJA
Hordeolum Eksternum

F. TATALAKSANA
Non Medikamentosa
 Kompres air hangat 10-15 menit 3-4x sehari

Medikamentosa

 Cendo Xitrol EO 2x1 OD

5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI
Kelopak mata terdiri dari palpebra superior dan palpebra inferior yang
dapat menutup dan berfungsi untuk melindungi bagian mata anterior.
Berkedipnya bola mata berfungsi untuk menyebarkan lapisan air mata
sehingga dapat membasahi konjungtiva dan kornea.5

1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.3

2. Muskulus Orbikularis okuli


Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian
orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat
di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian
orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.3

3. Septum orbital
Septum orbital adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis yang
terletak diantara tepian orbital dan tarsus serta fungsi sebagai sawar antara
palpebra dan orbita. Septum orbitalis ditembus oleh pembuluh dan saraf
lakrimal, pembuluh dan saraf supratroklear, pembuluh dan saraf
supraorbital,saraf infratroklear, anastomose antaravena angularis dan vena
ophthalmica, muskulus levator palpebra superiosis.1

4. Lemak orbital
Lemak orbital terletak di posterior dari septum orbital dan anterior dari
aponeurosis levator (kelopak mata atas). Pada kelopak mata atas, terdapat

6
dua kantung lemak yaitu di bagian nasal dan sentral. Sedangkan kelopak
mata bawah terdapat tiga kantong lemak yaitu di bagian nasal, sentral dan
temporal. Kantong tersebut dikelilingi oleh selubung fibrosa tipis yang
berkelanjutan ke depan sistem orbital anterior. Lemak orbita memberikan
perlindungan yang lunak pada bola mata dan mempermudah pergerakan
bola mata.5

5. Muskulus levator palpebra


levator palpebra superior berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan
dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam
yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis
superior).5

6. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak
atas dan 20 buah di kelopak bawah).6

7. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.1

Gambar 1. Anatomi Palpebra.

7
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan)
menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata,
glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea
kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula
Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).6

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.


Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. 6

Gambar 2. Anatomi kelenjar palpebra.

B. DEFINISI

Hordeolum adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi


kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah. Hordeolum dapat timbul
pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut
meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.1

8
Hordeolum eksternum merupakan infeksi kelenjar sebaceous dari Zeis
di dasar bulu mata, atau infeksi pada kelenjar keringat apokrin dari Moll.
Hordeolum eksternum terbentuk pada bagian luar palpebra dan dapat dilihat
sebagai benjolan merah kecil.3

Pada hordeolum eksternus benjolan ikut bergerak dengan pergerakan


kulit, benjolan menonjol ke arah kulit, dan bila mengalami supurasi benjolan
memecah sendiri ke arah kulit.7

C. EPIDEMIOLOGI
Hordeolum adalah penyakit yang umum terjadi, insidensi pastinya
tidak diketahui. Setiap usia dan demografi dapat mengalami hordeolum dan
terdapat sedikit peningkatan insidensi pada pasien-pasien berusia 30 hingga
50 tahun. Tidak diketahui perbedaan prevalensi pada populasi di seluruh
dunia. Pasien-pasien dengan kondisi penyakit kronis seperti dermatitis
seboroik, diebetes melitus, dan kadar kolesterol yang tinggi memiliki risiko
yang lebih tinggi terkena hordeolum.8

D. ETIOLOGI
Hordeolum merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus dan Streptoccocus pada kelenjar kelopak mata.
Staphylococcus aureus merupakan agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum. 1

E. PATOFISIOLOGI
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri
Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar
kelopak mata. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari
kelenjar Zeiss atau Moll. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan
reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. 1

9
F. GEJALA KLINIS

Gejala 1,2
- Pembengkakan
- Rasa nyeri pada kelopak mata
- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
- Riwayat penyakit yang sama

Tanda 9
- Eritema
- Edema
- Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata
- Seperti gambaran absces kecil
Keluhan utama dapat berupa bengkak dan kemerahan pada kelopak
mata yang terasa nyeri untuk hoedeolum internum, dan bisul atau benjolan
kmerahan, dapat disertai nanah atau tidak pada hordeolum eksternum.

Gejala Tambahan
Selain keluhan utama diatas hordeolum juga dapat disertai dengan
beberapa gejala tambahan, yaitu :
- Benjolan di kelopak mata atas atau bawah
- Pembengkakan lokal kelopak mata
- Nyeri lokal kelopak mata
- Kemerahan pada kelopak mata
- Nyeri sentuh
- Pengerasan kulit dari margo kelopak mata 
- Sensasi terbakar di mata
- Terasa berat pada kelopak mata
- Gatal pada bola mata
- Iritasi pada mata

10
- sensitivitas cahaya
- Tearing
- Ketidaknyamanan selama berkedip
- Sensasi benda asing di mata

G. DIAGNOSIS

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis


yang muncul pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan mata yang
sederhana. Karena kekhasan dari manifestasi klinis penyakit ini pemeriksaan
penunjang tidak diperlukan. Kultur tidak diindikasikan pada kasus-kasus
hordeolum yang terisolasi dan tanpa komplikasi.8

H. PENATALAKSANAAN

Hordeolum umumnya dapat sembuh sendiri, dan membaik secara


spontan dalam kurun waktu satu hingga dua minggu.8

1. Non Farmakologi 10
- Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
- Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat
mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
- Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius.
- Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi.
- Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke
kornea.

11
2. Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar
daerah hordeolum. Antibiotik topikal umumnya tidak efektif, sehingga
tidak diindikasikan kecuali disertai dengan blefarokonjungtivitis.
Antibiotik sistemik diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau
terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Antibiotik
sistemik yang diberikan ciprofloxacin 250-500 mg atau amoksisilin 3x
sehari.1
3. Pembedahan
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal
dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain
atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila:1

- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak


lurus pada margo palpebra.

- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase


seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian
diberikan salep antibiotik.1

BAB IV
DISKUSI

12
Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan data berupa adanya benjolan di
kelopak mata kanan atas sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya berupa benjolan kecil
kemerahan dan makin membesar. Benjolan disertai rasa nyeri, terutama saat
disentuh. Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa
hordeolum awalnya hanya berupa benjolan kecil yang berwarna kemerahan yang
makin lama makin besar disetai nyeri jika tertekan. Benjolan ini menjadi besar dan
mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman stafilokokus atau streptokokus pada
kelenjar Zeis dan Moll.

Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya edema dan hiperemi pada


palpebra superior dextra yang disertai nyeri. Benjolan menonjol kearah kulit. Hal
ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa hordeolum eksterna
merupakan injeksi pada kelenjar Zeis atau Moll sehinga ia tumbuh kearah kulit.

Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat selama 10-15 menit
sebanyak 3-4 kali sehari kemudian memijat bagian benjolan pelan-pelan serta
diberikan salep mata berupa cendo xytrol yang dioleskan 2 kali sehari. Maksud
pemberian kompres hangat yaitu untuk mempercepat peradangan kelenjar sampai
nanah keluar. Sedangkan pemberian cendo xytrol EO merupakan antibiotik yang
dikombinasi dengan steroid untuk mengobati infeksi akibat bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

13
1. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta, 2018 : 94-96.

2. Emergency Medicine News.

http://journals.lww.com/em-news/Fulltext/2002/06000/Diagnosis__A_Hordeo

lum.8.aspx. diakses : september 2022

3. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta, 2017: Hal 15-18

4. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam : Ilmu Perawatan Mata. Sagung Seto. Jakarta,

2004 : 96-7.

5. Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta,

1989

6. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta, 2018 : 1-2.

7. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta, 2017: Hal 78-79

8. Soebagjo HD. Hordeolum. Dalam : Penyakit Sistem Lakrimal. Cetakan I.

Airlangga University Press. Surabaya, 2019 : 41- 46

9. Raftery AT., Lim, Eric., Churchill’s Pocketbook of Differential Diagnosis.

Elsevier’s : 2010

10. Yanoff, M., Duker, J. Textbook Of Ophtalmology. Moaby Elsevier’s : 2010

14

Anda mungkin juga menyukai