Disusun oleh :
Maulidya Nur Amalia - 1102012156
Pembimbing :
Mayor CKM dr. Leidina R Sp.M
Kolonel (Purn) dr. Dasril Dahar Sp.M
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. DT
Agama : Islam
II. ANAMNESA
2
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak
mempunyai riwayat diabetes melitus sebelumnya. Pasien mempunyai riwayat hipertensi.
Pasien menggunakan kacamata.
Status generalis:
Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/ mnt
Respirasi : 20 x/ mnt
Suhu : 36,5 ºC
STATUS OFTALMOLOGIS
3
Komponen Keterangan (OD) Keterangan (OS)
4
Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan OD OS
Visus Jauh 6/30 6/30
Refraksi - -
Koreksi C-1,50 (6/6) C-1,50 (6/6)
Visus dekat 2,50 2,50
Proyeksi sinar Baik Baik
Persepsi warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan slitlamp
IV. RESUME
Seorang perempuan berusia 55 tahun datang dengan keluhan rasa pegal dan berair
pada kedua mata. Pasien telah merasakan keluhan ini sejak 2 minggu yang lalu sebelum
diperiksakan ke rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus jauh pasien 6/30,
visus dekat pasien 2,50.
5
V. DIAGNOSIS BANDING
ODS Miopi
VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Cendo lyteers (4 dd gtt 1 ODS)
Edukasi
Menjelaskan cara pemakaian obat dan pentingnya menggunakan obat dengan
teratur dan sesuai petunjuk.
Menjelaskan pentingnya menjaga higenitas kedua mata, Segera cuci tangan
dengan sabun setelah kontak dengan mata, terutama sebelum dan sesudah
membersihkan mata dan memakai obat.
Menjelaskan kepada pasien tidak boleh menyentuh mata yang sakit dan
menguceknya.
Kontrol di poliklinik mata jika tidak ada perbaikan.
Rencana Monitor / Evaluasi
Evaluasi klinis pasien
VIII. PROGNOSIS
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang
dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu
titik di depan retina. Miopia berasal dari bahasa yunani “muopia” yang memiliki arti
menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya
adalah “nearsightedness.1,5
Astigmat adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak
terpusat pada satu titik saja. Astigmat merupakan kelainan pembiasan mata yang
menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari
bidang sudut. Pada astigmat berkas sinar tidak difokuskan ke retina tetapi di dua garis
titik api yang saling tegak lurus.2,6
II. Epidemiologi
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3 milyar. Di
Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata.
Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan
jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau
sekitar 55 juta jiwa.4
Insidensi miopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal umur, negara, jenis
kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan faktor lainnya. Prevalensi miopia
bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga mencapai 70-90% di beberapa
negara. Sedangkan menurut Maths Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka
kejadian astigmat bervariasi antara 30%-70%.4
III. Etiologi
1. Miopia
7
Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis myopia, yaitu:
Miopia aksial
Adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang lebih panjang dibandingkan
panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini, panjang fokus media refrakta adalah normal
(± 22,6 mm) sedangkan panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
Myopia aksial disebabkan oleh beberapa faktor seperti;
o Menurut Plempius (1632), memanjangnya sumbu bola mata tersebut disebabkan
oleh adanya kelainan anatomis.
o Menurut Donders (1864), memanjangnya sumbu bola mata tersebut karena bola
mata sering mendapatkan tekanan otot pada saat konvergensi.
o Menurut Levinsohn (1925), memanjangnya sumbu bola mata diakibatkan oleh
seringnya melihat ke bawah pada saat bekerja di ruang tertutup, sehingga terjadi
regangan pada bola mata. 2,9
Miopia refraktif, adalah miopia yang disebabkan oleh bertambahnya indek bias
media refrakta.
Pada miopia refraktif, menurut Albert E. Sloane dapat terjadi karena beberapa macam
sebab, antara lain:
8
Perilaku. Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat memperbesar
resiko miopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan penerangan yang
kurang memadai.9
2. Astigmat
Penyebab terjadinya astigmatisme adalah:
Kornea
Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea,
yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatisme, sedangkan media lainnya adalah lensa
kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea
dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bola mata.
Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital,
kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan
kornea.3
Lensa Kristalin
Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga
semakain berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang
dapat menyebabkan astigmatisme. Astigmatisme yang terjadi karena kelainan pada lensa
kristalin ini disebut juga astigmatisme lentikuler.3
IV. Klasifikasi
1. Miopia
Menurut perjalanan miopia:
o Miopia stasioner, miopia simpleks, miopia fisiologis.
Miopia yang menetap setelah dewasa.
o Miopia progresif
Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola
mata.
o Miopia maligna, miopia pernisiosa, miopia degenerative
Miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina atau
kebutaan.2
9
Menurut klinis:
o Simpel miopia: adalah miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang
terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalinaa yang terlalu
tinggi.
o Nokturnal miopia: adalah miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi sekeliling
kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap
level pencahayaan yang ada. Miopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang
membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga
menimbulkan aberasi dan menambah kondisi miopia.
o Pseudomiopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme
akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot–otot siliar yang memegang
lensa kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu, karena memang sifat
myopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat
direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru–buru memberikan lensa koreksi.
o Degenerative miopia: disebut juga malignant, pathological, atau progressive
myopia. Biasanya merupakan miopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya juga
di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Miopia jenis ini bertambah
buruk dari waktu ke waktu.
o Induced (acquired) myopia: merupakan miopia yang diakibatkan oleh pemakaian
obat–obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus
lensa, dan sebagainya.5
Menurut derajat beratnya miopi 2
o Ringan: lensa koreksinya < 3,00 Dioptri.
o Sedang: lensa koreksinya 3,00 – 6,00 Dioptri.
o Berat: lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita miopia kategori ini rawan
terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut terbuka.
Menurut umur2
o Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
o Youth-onset myopia (< 20 tahun)
o Early adult-onset myopia (20-40 tahun)
10
o Late adult-onset myopia (> 40 tahun).
2. Klasifikasi Astigmatisme
Berdasarkan letak titik astigmatisme
o Astigmatisme regular.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu:
11
Jika meredian horisontal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian vertikal.
Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis horisontal atau dengan Cyl + pada
axis vertikal.
Titik fokus dari daya bias terkuat akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya
bias terlemah akan disebut titik B.
12
Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl +Y
atau Sph +X Cyl -Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.
13
Astigmatismus Mixtus.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y,
atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X
menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.
Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu:
Astigmatisme Simetris.
Astigmatisme ini, kedua bola mata memiliki meredian utama yang deviasinya simetris
terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali adalah axis cylindris mata kanan dan kiri
yang bila dijumlahkan akan bernilai 180° (toleransi sampai 15°), misalnya kanan Cyl -
0,50X45° dan kiri Cyl -0,75X135°.
14
Astigmatisme Asimetris.
Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bola matanya tidak memiliki hubungan
yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl -0,50X45° dan kiri Cyl -
0,75X100°.
Astigmatisme Oblique.
Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bola matanya cenderung searah dan
sama-sama memiliki deviasi lebih dari 20° terhadap meredian horisontal atau vertikal.
Misalnya, kanan Cyl -0,50X55° dan kiri Cyl -0,75X55°.
o Astigmatisme Irregular.
Bentuk astigmatisme ini, meredian-meredian utama bola matanya tidak saling tegak
lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh ketidak beraturan kontur
permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa disebabkan oleh adanya kekeruhan
tidak merata pada bagian dalam bola mata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus
katarak stadium awal). Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa
kacamata atau lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan
memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal.
Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh ketidak beraturan kontur
permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi dengan optimal masih cukup besar,
yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku (hard contact lens) atau dengan tindakan
operasi (LASIK, keratotomy).
o Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada
astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
15
o Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya >3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat mutlak
diberikan kacamata koreksi.
V. Gambaran Klinis
1. Miopia
Gejala subyektif:
Kabur bila melihat jauh.
Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi), astenovergens.
Gejala obyektif:
Miopia simpleks:
o Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
o Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar papil syaraf
optik.
Miopia patologik:
o Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
o Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada:
Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau degenerasi yang
terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca.
Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan miopia.
Papil syaraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat
lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke
seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid
yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
16
Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer.
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut
sebagai fundus tigroid.
2. Astigmat
Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatisme tinggi menyebabkan gejala-
gejala sebagai berikut:
Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya keluhan
ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.
Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
Menyipitkan mata seperti halnya penderita miopia, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga
menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.
Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati
mata, seperti pada penderita miopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar
bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala
sebagai berikut:
Sakit kepala pada bagian frontal.
Ada pengaburan sementara/sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita
akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.
VI. Diagnosis
Pemeriksaan Untuk Kelainan Refraksi
Uji pinhole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam
penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan, atau
kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole
17
berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila
ketajaman pennglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media
penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.10
Uji Refraksi
o Refraksi Subyektif:
Optotipe dari Snellen & Trial lens
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6
meter / 5 meter / 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata
penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan
visus / tajam penglihatan masing-masing mata.10
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis
positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien
dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif
menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan
tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia.10
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan
maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini
lakukan uji pengaburan (fogging technique).11
Contoh Perhitungan Ukuran kacamata
Seseorang dapat normal melihat benda di titik dekat (pp = 25 cm), tetapi mengalami
kelainan pada lensa mata, dimana ia hanya mampu melihat benda paling jauh pada jarak
2 meter. Agar penglihatannya normal, orang tersebut ditolong dengan kacamata.
Perhitungan ukuran kacamata yang dipakai sbb:
Jarak terjauh obyek/benda yang mampu dilihat 2 meter, sehingga jarak bayangan pada
kacamata harus berada -2 meter (bayangan maya berjarak 2 m) S1 = -2 m
18
P=-0,5 D
o Refraksi Obyektif
Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan
komputer. 9
Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan
respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi
yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.6
Automated refractometer
19
Streak Retinoskop
Yaitu dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak
berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi
dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.11
Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan
kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga namun mempunyai
keterbatasan4
20
Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-
kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis
juring pada 90 derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa
silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan
lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama
tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila
dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta
melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat
jelas.10
Kipas astigmat
Dioptri adalah ukuran kekuatan lensa yang diturunkan dari metode aljabar kalkilasi
optis.
VII. Penatalaksanaan
Sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah kelainan
refraksi atau mencegah jangan sampai menjadi parah.3
Koreksi lensa
Koreksi miopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif, perlu diingat
bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila permukaan
refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada miopia, kelebihan daya
bias ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.8
Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata myopia ditentukan
dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakan sebuah lensa kuat dan
21
kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan
tajam penglihatan yang terbaik. 8
Pasien miopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi
dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis -
3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan
istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi. 1
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Karena
dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat membiaskan sinar
sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.3
Obat-obatan
Beberapa penilitian melaporkan penggunaan atropine dan siklopentolat setiap hari
secara topikal dapat menurunkan progresifitas dari miopia pada anak-anak usia kurang 20
tahun.1
Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari
satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan miopia.
Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Tergantung dari respon
individu dalam orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan miopia sampai
dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien, dan rata-rata penurunan yang dilaporkan
dalam penelitian adalah 0.75-1.00 dioptri. Beberapa dari penurunan ini terjadi antara 4-6
bulan pertama dari program orthokeratology, kornea dengan kelengkungan terbesar
memiliki beberapa pemikiran dalam keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea
secara menyeluruh. Dengan followup yang cermat, orthokeratology akan aman dengan
prosedur yang efektif. Meskipun miopia tidak selalu kembali pada level dasar, pemakaian
lensa tambahan pada beberapa orang dalam beberapa jam sehari adalah umum, untuk
keseimbangan dalam memperbaiki refraksi. 1
Beberapa lensa kontak yang didesain secara khusus untuk mengubah secara maksimal
sesuai standarnya. Kekakuan lensa pada kelengkungan kornea lebih tinggi dari pada
permukaan kornea. Hasil yang didapatkan dapat menurunkan miopia hingga 2.00 dioptri.
Orthokeratology dengan beberapa lensa seragam, dapat mengurangi permukaan kornea
22
yang tidak rata. Orthokeratology adalah penampilan yang umum pada anak muda
walaupun menggunakan lensa yang kaku tetapi dapat mengontrol miopia, lensa kontak
yang permeable pada anak-anak menjadi pilihan yang disukai. 8
Mengurangi kelengkungan (artinya, membuat kondisinya menjadi lebih flat/rata)
permukaan depan kornea, yang tujuannya adalah mengurangi daya bias sistem optis
bolamata sehingga titik fokusnya bergeser mendekat ke retina. Metode non operatif untuk
ini adalah orthokeratology, yaitu dengan menggunakan lensa kontak kaku untuk (selama
beberapa waktu) memaksa kontur kornea mengikuti kontur lensa kontak tersebut. 8
Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang
tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan
memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea
tertutup rata dan terisi oleh film air mata.5
Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft contact lens) atau
rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan kornea. Lensa kontak
menmberikan koreksi penglihatan yang lebih baik dibanding kacamata. Lensa kontak
dapat diresepkan untuk mengoreksi miopia, hiperopia, astigmatisma, anisometropia,
anisokonia, afakia, setelah operasi katarak, atau pada keratokonus. Soft contact lens atau
rigid gas permeable lens dapat mengoreksi miopia, hiperopia, dan presbiopia. Lensa
kontak toric yang memiliki kirvatura berbeda yang disatukan pada permukaan depan
lensa dapat diresepkan untuk mengoreksi astigmatisma. 6,12
Komplikasi yang dapat terjadi adalah microbial keratitis yang dapat menyebabkan
hilangnya penglihtan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah tarsal papillary
conjunctivitis dan perubahan bulbar conjunctival, epithelial keratopathy, corneal
neovascularization, nonmicrobial infiltrates, dan corneal warpage. Perubahan endotel
23
dapat terjadi termasuk polymegethism, pleomorphism, dan jarang berupa reduksi densitas
sel endotelial. Stromal edema sering terjadi, penipisan kornea juga pernah dilaporkan.
Gejala klinisnya dapat bermacam-macam. Asupan oksigen ke kornea penting
diperhatikan terutama pada pasien dengan kelainan refraksi tinggi akibatnya lensa kontak
yang dipakai lebih tebal dan lebih berpotensi menimbulkan masalah.12
24
Lensa RGP memberikan penglihatan yang lebih tajam dibanding soft contact lens,
pertukaran oksigen yang lebih baik sehingga dapat mencegah infeksi dan gangguan mata
lain. Durasi pemakaian lensa RGP dapat lebih lama dibanding soft contact lens. Lensa
RGP disesuaikan ukurannya pada setiap mata dengan lebih tepat dan teliti. Kerugiaannya
adalah lensa RGP kurang nyaman dibanding soft contact lens dan masa adaptasinya yang
lebih lama. Lensa RGP dapat mengoreksi kelainan seperti keratoconus dimana terdapat
irregularitas bentuk kornea yang tidak dapat dikoreksi soft contact lens. 6,12Lensa kontak
toric dipakai untuk mengoreksi astigmat. Lensa ini memiliki dua power untuk sferis dan
silindris. Agar berada pada posisi yang tepat dan stabil biasanya lensa ini lebih berat dan
memiliki penanda di bawah. 6,12
o Gabungan
Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft contact lens dan RGP yang
memadukan keuntungan keduanya yakni lebih mudah dipakai dan pertukaran oksigen
yang baik.
25
Bedah Refraksi
Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:
o Radial keratotomy (RK)
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang
lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan tergantung
pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi. Meskipun pengalaman
beberapa orang menjalani radial keratotomy menunjukan penurunan myopia, sebagian
besar pasien sepertinya menyukai dengan hasilnya. Dimana dapat menurunkan
pengguanaan lensa kontak.5
Komplikasi yang dilaporkan pada bedah radial keratotomy seperti variasi diurnal dari
refraksi dan ketajaman penglihatan, silau, penglihatan ganda pada satu mata, kadang-
kadang penurunan permanen dalam koreksi tajam penglihatan dari yang terbaik,
meningkatnya astigmatisma, astigmatisma irregular, anisometropia, dan perubahan secara
pelan-pelan menjadi hiperopia yang berlanjut pada beberapa bulan atau tahun, setelah
tindakan pembedahan. Perubahan menjadi hiperopia dapat muncul lebih awal dari pada
gejala presbiopia. Radial keratotomy mungkin juga menekan struktur dari bola mata. 5
o Photorefractive keratectomy (PRK)
Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat
kornea. Dari kumpulan hasil penelitian menunjukan 48-92% pasien mencapai visus 6/6
(20/20) setelah dilakukan photorefractive keratectomy. 1-1.5 dari koreksi tajam
penglihatan yang terbaik didapatkan hasil kurang dari 0.4-2.9 % dari pasien. 5
Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah photorefractive
keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan
koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum
operasi. Photorefractive keratectomy refraksi menunjukan hasil yang lebih dapat
diprediksi dari pada radial keratotomy. 5
o Laser Assisted in Situ Interlameral Keratomilieusis (lasik)
Merupakan salah satu tipe PRK, laser digunakan untuk membentuk kurva kornea
dengan membuat slice (potongan laser) pada kedua sisi kornea.5
26
DAFTAR PUSTAKA
27