Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2022

UNIVERSITAS HALU OLEO

KATARAK SENILIS IMMATUR + HIPERTENSI OKULAR

Oleh :

Alfath Akbar J. Dundu, S.Ked

K1B1 21 035

Pembimbing :

dr. Suryani Rustam, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN

KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Alfath Akbar J. Dundu, S.Ked

NIM : K1B1 21 035

Judul : ODS Katarak Senilis Immatur + Hipertensi Okuler

Bagian : Ilmu Penyakit Mata

Fakultas : Kedokteran

Telah menyelesaikan Laporan Kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada

bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, September 2022

Pembimbing

dr. Suryani Rustam, Sp.M


BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Umur : 71 Tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Tolaki

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Komp BTN II Blok B/3

Tanggal Pemeriksaan : 16 Agustus 2022

Tempat Pemeriksaan : Rumah Sakit Umum Daerah

II. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama : penglihatan mata kiri buram dan

memburuk sejak 1 bulan yang lalu

b. Anamnesis Terpimpin : pasien datang ke poliklinik mata RSUD

Kota Kendari dengan keluhan penurunan penglihatan pada kedua mata

sejak 7 bulan lalu dan memberat 1 bulan sebelum masuk RS. Pasien

mengatakan padangan buram seperti berkabut. Keluhan lain seperti nyeri

kepala (-), pusing (-), mual (-), nyeri pergerakan bola mata (-), mata

merah (-), mata berair (-)

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya : pasien mengatakan hal ini baru pertama

kali terjadi
d. Riwayat Penyakit Keluarga : pasien mengatakan dikeluarga tidak ada

yang memiliki riwayat serupa

e. Riwayat Penyakit Lain : pasien mengaku memiliki riwayat DM sejak 10

tahun lalu

f. Riwayat Pengobatan : rutin kontrol di rumah sakit umum daerah kota

kendari

g. Riwayat kebiasaan: merokok (-), konsumsi alkohol (-), konsumsi jamu (-)

III. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Sakit sedang, gizi baik, kesadaran composmentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 136 /87 mmHg

Nadi : 71 kali/menit

Pernapasan : 20 kali/menit

Suhu : 36,5oC

SpO2 : 99%

IV. FOTO KLINIS

Gambar 1. ODS pasien saat masuk rumah sakit


V. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

Inspeksi

Pemeriksaan OD OS

Palpebra Udem (-) Hematom (-) Edema (-) Hematom

superior et inferior, Krusta (-) superior et inferior

(-) Krusta (-) Spasme (-)

Apparatus lakrimalis Hiperlakrimasi (-) Hiperlakrimasi (-)

Silia Sekret (-) sekret (-)

Konjungtiva hiperemis (-) Hiperemis (-)

Bola Mata Kesan intak Kesan intak

Mekanisme muscular

Kesegala arah Kesegala arah

Kornea Jernih Jernih

Bilik Mata Depan Kesan Normal Kesan Normal

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

Pupil Bulat, sentral,Refleks Bulat, sentral,Refleks

Cahaya (+) Cahaya (+)

Lensa Keruh Keruh


Palpasi

Palpasi OD OS

Tensi Okuler >25 >25

Nyeri Tekan (-) (-)

Massa Tumor Tidak tampak benjolan Tidak tampak benjolan

Glandula Preaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)

VI. PEMERIKSAAN VISUS

a. VOD : 6/12

b. VOS : 6/30

VII. PEMERIKSAAN TONOMETRI

TOD : >25

TOS : >25

VIII. RESUME

Seorang laki-laki berusia 71 tahun masuk ke poliklinik mata RSUD Kota

Kendari dengan keluhan penurunan penglihatan pada kedua mata sejak 7

bulan lalu dan memberat 1 bulan sebelum masuk RS. Pasien mengatakan

pandangan buram seperti berkabut. Pasien mengaku mata kanan juga buram

namun tidak seburam mata kiri. Pasien mengaku mempunyai riwayat

penyakit DM sejak yang dialami 10 tahun lalu.

Pemeriksaan fisik keadaan umum pasien sakit sedang, status gizi baik,

kesadaran komposmentis. Tekanan darah 136/87 mmHg, Nadi 71 x/menit,

pernapasan 20 x/menit, suhu 36,5oC, SpO2 99 %.


Pemeriksaan oftalmologi VOD 6/12, VOS 6/30, RCL ODS positif,

TOD : >25, TOS : >25

IX. DIAGNOSIS KERJA

ODS katarak senilis immatur + Hipertensi Okular

X. DIAGNOSIS BANDING

Katarak senilis matur

XI. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai katarak dan hipertensi Okular

2. Pemberian obat tetes mata timol 0,5% ODS 4X1

3. Pemberian obat tetes lyters ODS 4X1

XII. DISKUSI KASUS

Seorang laki-laki berusia 71 tahun masuk ke poliklinik mata RSUD Kota

Kendari dengan keluhan penurunan penglihatan pada kedua mata sejak 7

bulan lalu dan memberat 1 bulan sebelum masuk RS. Pasien mengatakan

pandangan buram seperti berkabut. Pasien mengaku mempunyai riwayat

penyakit DM sejak yang dialami 10 tahun lalu. Menurut jogi (2009), gejala

klinis yang timbul pada katarak senile diantaranya penglihatan kabur yang

disebabkan oleh kekeruhan lensa. Untuk katarak senile sering terjadi diusia

>50 tahun. Pasien memiliki riwayat penyakit DM terkontrol. Menurut

kiziltoprak (2019) salah satu factor risiko terkena katarak yaitu penyakit

berupa DM.1,2

Berdasarkan pemeriksaan fisik keadaan umum pasien sakit sedang, status

gizi baik, kesadaran komposmentis. Tekanan darah 136/87 mmHg, Nadi 71


x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,5oC, SpO2 99 %. Pemeriksaan

oftalmologi VOD 6/12, VOS 6/30, RCL ODS positif, TOD : >25, TOS : >25.

Menurut Yulianti (2011) dan Budiono (2013) Pada katarak senile, dijumpai

penurunan visus, sesuai dengan stadium dari katarak senile diantaranya

stadium insipient, imatur, matur, dan hipermatur.3,4

Penanganan yang dilakukan pada pasien ini yaitu dengan pemberian obat

tetes timolol. Menurut Aditya (2016) Timolol merupakan beta bloker non

selektif dengan aktivitas dan konsentrasi tertinggi pada COP yang dicapai

dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal. Beta bloker dapat

menurunkan TIO dengan cara mengurangi produksi akuos humor. Penggunan

beta bloker non selektif sebagai inisiasi terapi dapat diberikan 2 kali dengan

interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian.

Pemberian timolol 0,5% 2x1 tetes ODS sudah tepat. Timolol termasuk beta

bloker non selektif sehingga perlu diperhatikan pemberiannya pada pasien

dengan asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan penyakit jantung.

Terapi bedah pada katarak dilakukan ketika TIO dapat dikontrol. Ketika TIO

tidak dapat dikontrol atau terjadi kerusakan optik sedang sampai berat maka

terapi ekstraksi katarak dan trabekulektomi dapat dilakukan.5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA


Lensa adalah struktur kristal transparan, bikonveks, terletak di antara

iris dan vitreous. Diameternya 9-10 mm dan ketebalannya bervariasi menurut

usia dari 3,5 mm (saat lahir) hingga 5 mm (pada usia ekstrem). Beratnya

bervariasi dari 135 mg (0-9 tahun) hingga 255 mg (usia 40-80 tahun). Ia

memiliki dua permukaan: permukaan anterior kurang cembung (radius

kelengkungan 10 mm) daripada posterior (radius kelengkungan 6 mm).

Gambar1. Struktur lensa kristal

Struktur Lensa6

1. Kapsul lensa.

Merupakan selaput tipis, transparan, membran hialin yang

mengelilingi lensa yang lebih tebal pada permukaan anterior daripada


posterior. Kapsul lensa paling tebal di daerah pra-ekuator (14µ ) dan

paling tipis di kutub posterior (3 µ ).

2. Epitel anterior

Merupakan selapis sel kuboid yang terletak jauh di dalam kapsul

anterior. Di daerah ekuator, sel-sel ini menjadi kolumnar, aktif membelah

dan memanjang untuk membentuk serat lensa baru sepanjang hidup.

Tidak ada epitel posterior, karena sel-sel ini digunakan untuk mengisi

rongga sentral vesikel lensa selama perkembangan lensa.

3. Serat lensa

Sel epitel memanjang membentuk serat lensa yang memiliki

bentuk struktur yang rumit.Serat lensa matur adalah sel yang kehilangan

nukleusnya.Seiring serat lensa terbentuk sepanjang hidup, serat ini

tersusun kompak sebagai nukleus dan korteks lensa (Gambar 2) :

a. Nukleus

Ini adalah bagian tengah yang mengandung serat tertua. Ini terdiri

dari zona yang berbeda, yang diletakkan berturut-turut sebagai hasil

pengembangan Dalam berkas slit-lamp ini terlihat sebagai zona

diskontinuitas zona yang berbeda dari inti lensa termasuk:

- Nukleus embrionik

Merupakan bagian terdalam dari nukleus yang sesuai dengan

lensa sampai dengan 3 bulan pertama kehamilan, terdiri dari serat

lensa primer yang dibentuk oleh pemanjangan sel-sel dinding

posterior vesikel lensa.


- Nukleus fetal

Terletak di sekitar nukleus embrionik dan berhubungan dengan

lensa dari usia kehamilan 3 bulan sampai lahir. Serabutnya

bertemu di sekitar sutura yang berbentuk Y di anterior dan Y

terbalik di posterior (Gambar 2)

- Nukleus infantil sesuai dengan lensa sejak lahir hingga pubertas

- Nukleus dewasa sesuai dengan serat lensa yang terbentuk setelah

pubertas hingga sisa hidup

b. Korteks

Ini adalah bagian perifer yang terdiri dari serat lensa termuda.

4. Ligamen suspensi lensa (Zonules of Zinn).

Juga disebut sebagai zona siliaris, ini pada dasarnya terdiri dari

serangkaian serat yang lewat dari badan siliaris ke lensa. Ini menahan

lensa pada posisinya dan memungkinkan otot siliaris untuk bekerja di

atasnya. Serat-serat ini tersusun dalam tiga kelompok :

a. Serabut yang muncul dari pars plana dan bagian anterior ora serrata

berjalan ke anterior untuk berinsersi di anterior ekuator

b. Serabut-serabut yang berasal dari prosesus siliaris yang ditempatkan

secara komparatif di anterior berjalan ke posterior untuk diinsersi di

posterior ekuator.

c. Kelompok serat ketiga lewat dari puncak prosesus siliaris hampir

langsung ke dalam untuk dimasukkan di ekuator


Gambar 2. Jalinan berbentuk Y dari serat nukleus janin

Fisiologi

Lensa kristal adalah struktur transparan yang memainkan peran

utama dalam mekanisme fokus untuk penglihatan. Aspek fisiologis

meliputi transparansi lensa, aktivitas metabolisme lensa, dan akomodasi.

Faktor yang memainkan peran penting dalam menjaga kejernihan dan

transparansi lensa yang luar biasa adalah avaskularitas, sifat sel lensa

yang rapat, susunan protein lensa, sifat kapsul lensa yang semipermeabel,

mekanisme pompa membran serat lensa yang mengatur keseimbangan

elektrolit dan air dalam lensa, mempertahankan dehidrasi relatif dan

Auto-oksidasi dan konsentrasi tinggi glutathione tereduksi dalam lensa

mempertahankan protein lensa dalam keadaan tereduksi dan memastikan

integritas pompa membran sel.6 Khurana


B. DEFINISI

Katarak adalah penyakit mata yang serius menyumbang penyebab utama

kebutaan secara global. Hal ini ditandai dengan hilangnya transparansi dan

kekeruhan lensa mata; lensa buram akan menyebarkan cahaya saat

melewatinya dan mencegah ketajaman gambar di retina dan penglihatan

menjadi kabur. Kataraktogenesis dikaitkan dengan banyak faktor yang

bekerja selama bertahun-tahun. Alasan utama di balik pembentukan katarak

adalah kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, spesies

oksigen/nitrogen reaktif pada lensa kristalin.7sreelaksmi

C. ETIOLOGI

 Fisik

 Kimia

 Penyakitpredisposisi

 Genetik dan gangguan perkembangan

 Infeksi virus dinnasa pertumbuhan janin

 Usia3buku fkui

D. EPIDEMIOLOGI

Banyak penelitian pada tahun 2010 mengungkapkan bahwa katarak

paling sering terjadi pada ras kulit putih Amerika, di mana prevalensinya

berkisar antara 17 hingga 18% per 100 orang. Kulit hitam adalah yang

tertinggi kedua yang terkena katarak, dengan tingkat prevalensi 13%, diikuti

oleh Hispanik dengan tingkat prevalensi hampir 12%. Onsetnya bertahap dan
progresif umumnya pada kelompok usia yang lebih tua, biasanya pada dekade

kelima dan keenam, meskipun kasus telah dilaporkan pada anak-anak dan

orang tua juga. Studi terbaru mengungkapkan bahwa penyakit ini lebih sering

terjadi pada wanita daripada pria, dengan rasio pria dan wanita 1 hingga

sekitar 1,3.5NCBI

E. PATOFISIOLOGI

Lensa terdiri dari protein khusus (disebut kristalin), yang sifat

optiknya bergantung pada susunan halus struktur tiga dimensi dan hidrasinya.

Saluran protein membran mempertahankan keseimbangan osmotik dan ionik

di seluruh lensa, sedangkan sitoskeleton lensa menyediakan bentuk spesifik

sel lensa, terutama sel-sel serat nukleus Kelompok sulfhidril (SH)-terikat

protein dari kristalin dilindungi terhadap oksidasi dan cross-linking oleh

konsentrasi tinggi glutathione tereduksi -'ibu dari semua antioksidan'.

Komposisi molekul mereka, serta struktur tersier dan kuaterner memberikan

stabilitas spasial dan waktu yang tinggi (protein kejut panas) terutama dari

kristalin yang lebih besar, yang mampu menyerap energi radiasi (cahaya

tampak gelombang pendek, radiasi ultraviolet dan inframerah) dalam waktu

yang lebih lama. periode tanpa pada dasarnya mengubah kualitas optiknya.

Ini memberikan fungsi perlindungan yang substansial juga untuk aktivitas

berbagai enzim metabolisme karbohidrat.8 Andre Narti

Namun, seiring bertambahnya usia, stres oksidatif terjadi yang

mencerminkan ketidakseimbangan antara manifestasi sistemik spesies

oksigen reaktif dan kemampuan sistem biologis untuk segera


mendetoksifikasi zat antara reaktif atau untuk memperbaiki kerusakan yang

diakibatkannya. Gangguan pada keadaan redoks normal sel dapat

menyebabkan efek toksik melalui produksi peroksida dan radikal bebas yang

merusak semua komponen sel, termasuk protein, lipid, dan DNA. Telah

diketahui secara luas bahwa stres oksidatif merupakan faktor penting dalam

genesis katarak senilis (jenis katarak yang paling umum), baik pada hewan

percobaan maupun pada model lensa yang dikultur. Proses oksidatif

meningkat seiring bertambahnya usia pada lensa manusia, dan konsentrasi

protein yang ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada lensa buram. Hal

ini menyebabkan pemecahan dan agregasi protein, dan berujung pada

kerusakan membran sel serat. Lanjutan bahwa di mata yang menua,

penghalang berkembang yang mencegah glutathione dan antioksidan

pelindung lainnya mencapai nukleus di lensa, sehingga membuatnya rentan

terhadap oksidasi. 8 Andre Narti

Selain itu, penuaan umumnya mengurangi efisiensi metabolisme lensa

sehingga meningkatkan kecenderungannya terhadap faktor-faktor berbahaya.

Penuaan menjadi dasar di mana 'katarak noxae' dapat bertindak dan

berinteraksi untuk menginduksi pembentukan berbagai katarak. Sebagai hasil

dari penuaan, jalur metabolisme glukosa berfungsi secara aerobik dengan

efisiensi energi yang rendah membuat sintesis protein, transportasi dan

sintesis membran menjadi bermasalah. Selain itu, fungsi metabolisme

syncytial dari sel-sel serat terdenukleasi harus dipertahankan oleh epitel dan

kelompok kecil sel-sel serat, yang masih memiliki armamentarium


metaboliknya. Ini menghasilkan gradien metabolik luar-dalam yang curam,

yang diperumit oleh fakta bahwa lensa berperilaku seperti sistem

perombakan, mematikan kelompok sel serat yang rusak yang mengarah ke

pembentukan katarak baji atau sektoral. Semua sel epitel lensa mengalami

tekanan cahaya dan radiasi yang menyebabkan perubahan kode genetik.

Karena sel-sel yang rusak tidak dapat didekstrusi, sel-sel ini terdegradasi

(oleh apoptosis atau nekrosis), atau akan dipindahkan ke daerah kapsular

posterior, di mana hal ini berkontribusi pada pembentukan katarak

subkapsular posterior (PSC). 8Andre Narti

F. GAMBARAN KLINIS

Pasien mungkin datang dengan salah satu gejala berikut:

 Penglihatan berkurang atau kabur:

Bertahap dan tidak menyakitkan; unilateral atau bilateral tergantung

pada mata yang terkena tanpa dan pada tahap dewasa bahkan dengan

kacamata

 Diplopia atau poliopia:

Sebagian besar uniocular tetapi bisa juga binocular- ini disebabkan

oleh beberapa pembiasan melalui area bening di antara opasitas

 Lingkaran berwarna di sekitar cahaya:

Lingkaran pelangi; mungkin karena kumpulan tetesan air di antara

lapisan serat lensa yang bertindak sebagai prisma yang membelah cahaya

menjadi tujuh warnanya

 Sensitivitas terhadap silau:


Terutama lampu mobil dan sinar matahari

 Peningkatan frekuensi untuk mengganti kacamata bias:

Saat katarak matang, seseorang dapat mengunjungi ahli

hisoftalmologi lebih sering untuk pembiasan

 Gangguan penglihatan warna:

Memudar atau menguningnya objek5ncbi

G. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Anamnesis pasien katarak dapat dilakukan dengan menanyakan

gejala klinis dari katarak diantaranya penglihatan berkurang atau kabur,

diplopia atau poliopia, lingkaran berwarna di sekitar cahaya, sensitivitas

terhadap silau, peningkatan frekuensi untuk mengganti kacamata bias,

gangguan penglihatan warna, menanyakan riwayat penyakit sebelumnya

seperti DM dan riwayat kebiasaan merokok, alcohol.5ncbi

2. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan mata komprehensif5

1. Ketajaman penglihatan:

Dapat dinilai dengan grafik Snellen untuk mengidentifikasi

tingkat keparahan penyakit dan keterbatasan dalam aktivitas rutin

kehidupan

2. Refraksi:

Faktor penting untuk merencanakan manajemen


3. Tes penutup:

Penglihatan yang buruk yang disebabkan oleh katarak bisa

menjadi alasan untuk juling yang berbeda

4. Pemeriksaan slit-lamp

 Respon pupil:

Untuk memeriksa bentuk pupil, jalur aferen dan eferen dan

defek pupil aferen relatif

 Pemeriksaan adneksa:

Pemeriksaan menyeluruh diperlukan untuk menyingkirkan

patologi adneksa, yaitu, dakriosistitis, blefaritis, konjungtivitis

kronis, lagophthalmos, ektropion, entropion, dan kelainan film air

mata - kondisi ini dapat menjadi predisposisi endophthalmitis,

sehingga diagnosis dan optimalisasi diperlukan untuk mengobati

katarak

 Kornea:

Penting untuk menilai apakah kornea akan mampu

menangani trauma operasi - arcus senilis merupakan temuan

penting karena dapat menghalangi kejernihan lapangan operasi

 Ruang depan:

Ruang anterior yang dangkal dapat membuat operasi

katarak menjadi sangat sulit


 Lensa:

Bagian dari lensa yang terlibat dapat menjadi faktor

penting untuk merencanakan teknik bedah yaitu katarak nuklear

lebih keras disbanding katarak kortikal, lebih lunak dalam

konsistensi

 Pemeriksaan Fundus:

Setiap patologi di fundus, yaitu, degenerasi makula terkait

usia dapat menjadi faktor penting untuk menentukan hasil visual

setelah operasi itu sebabnya pemeriksaan fundus menyeluruh

sangat penting.

3. Pemeriksaan Penunjang

 Tekanan intraokular: untuk menyingkirkan glaukoma

 Tes kamar gelap: oftalmoskopi langsung dan tidak langsung

 Fundoskopi: untuk menyingkirkan patologi vitreous atau retina

 Biometri: untuk penempatan lensa intraokular (IOL) selama operasi

 Penilaian Retina Perifer: menguji proyeksi cahaya di semua kuadran

 Tes fungsi makula: seperti tes karton (diskriminasi dua titik), tes

batang Maddox, laserinterferometry, elektroretinogram foveal, tes

stres foto

 Pemindaian ultrasound: B-scan disarankan untuk melihat ablasi retina

atau patologi vitreous apa pun

 Penyakit sistemik: Kadar glukosa darah, elektrokardiografi,

ekokardiografi, ultrasonografi
 Tes dasar: Hitung darah lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal,

profil perdarahan, skrining Hepatitis B dan C, rontgen dadancbi

H. DIAGNOSIS BANDING

 Glaucoma

 Refractive errors

 Macular degeneration

 Diabetic retinopathy

 Corneal dystrophies and degenerations

 Optic atrophy

 Retinitis pigmentosa5ncbi

I. TATALAKSANA

Pilihan pengobatan tergantung pada tingkat opacitas yang cukup untuk

menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas penting sehari-hari.

Berikut modalitas pengobatan yang tersedia:

1. Medical : Jika ketajaman penglihatan 6/24 atau lebih baik, dilatasi pupil

dengan fenilefrin 2,5% atau kacamata refraktif cukup untuk melakukan

aktivitas rutin, dan tidak diperlukan pembedahan. Siklopentolat dan

atropin juga dapat berguna. Baru-baru ini, ada juga obat tetes katarak yang

sedang diuji coba, yang dapat melarutkan katarak.

2. Pembedahan: Jika ketajaman penglihatan lebih buruk dari 6/24 atau ada

indikasi medis (glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, ablasi retina) di


mana katarak berdampak buruk pada kesehatan mata, pembedahan selalu

diperlukan.

Katarak Bawaan: Tidak ada pengobatan yang diperlukan jika ketajaman

visual lebih dari 6/24, dan pasien dapat melakukan aktivitas rutin normal mereka.

Kacamata bias dapat disarankan untuk penglihatan kabur atau diplopia. Jika

ketajaman penglihatan turun di bawah 6/24, pembedahan diperlukan, dan ahli

bedah dapat memilih salah satu dari prosedur bedah berikut, tergantung pada

keluhan pasien dan tingkat keparahan penyakit.

1. Irigasi dan aspirasi lensa

2. Irigasi dan aspirasi lensa dengan implantasi lensa intraokular (IOL)

3. Aspirasi irigasi lensa dengan IOL, vitrektomi anterior dan kapsulotomi

posterior primer

Katarak Senile: Pilihan pengobatan adalah sebagai berikut:

1. Medis: Tidak ada perawatan medis yang efektif setelah katarak menjadi

dewasa.

2. Pembedahan: Katarak matur memiliki inti yang sangat keras, dan salah

satu metode berikut digunakan untuk mengekstraksi lensa:

- Ekstraksi katarak ekstrakapsular: prosedur pilihan

- Ekstraksi katarak intrakapsular: teknik lama yang jarang digunakan

karena komplikasi

- Phaco-emulsifikasi: modifikasi ekstraksi katarak ekstrakapsular

(ECCE) dengan sedikit astigmatisme dan pemulihan visual dini

- Fakolisis laser: kemajuan baru-baru ini dalam uji coba5ncbi


J. PROGNOSIS

Prognosis katarak tergantung pada beberapa faktor seperti:

 Derajat gangguan penglihatan

 Jenis katarak

 Waktu intervensi

 Modus intervensi

 Kualitas hidup

 Keterlibatan mata unilateral atau bilateral

 Adanya penyakit sistemik lain.5ncbi

Dalam kebanyakan kasus, operasi mengembalikan penglihatan dengan

sangat efektif. Kehadiran penyakit sistemik lain, waktu intervensi, dan cara

operasi dapat berperan dalam menentukan hasil visual. Studi terbaru

mengungkapkan bahwa di sebagian besar kasus, prognosisnya sangat baik

setelah operasi hampir 70 hingga 80%. Kebanyakan pasien menunjukkan

hasil yang sangat baik setelah operasi jika mereka secara ketat mengikuti

instruksi pasca operasi dan rejimen pengobatan yang disarankan oleh dokter

mata mereka.5ncbi

Pemeriksaan mata rutin dianjurkan, yang akan mendeteksi

perkembangan katarak di mata lainnya. Banyak pasien dengan IOL

amonofokal mungkin memerlukan kacamata refraktif untuk mencapai

ketajaman visual terbaik mereka setelah operasi pengangkatan katarak.5ncbi


Kekeruhan bertahap dari kapsul posterior dapat berkembang pada

sejumlah besar pasien yang dapat mempengaruhi penglihatan pasien (katarak

sekunder).5ncbi
DAFTAR PUSTAKA

1. Jogi R. 2009. Basic Ophthalmology. 4th Ed. New Delhi: Jaypee Brothers

Medical Publisher. p.3-13.

2. Kiziltoprak, H., Tekin, K., Inanc, M., & Goker, Y. S. (2019). Cataract in

diabetes mellitus. World Journal of Diabetes, 10(3), 140–153.

https://doi.org/10.4239/wjd.v10.i3.140

3. Ilyas S, Yulianti SR. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta:
Badan Penerbit FK UI
4. Budiono, S. (2013). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga

5. Nizami, A., Gulan, A., (2021). Cataract. NCBI: ,StatPearls Publishing.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539699/?report=printable

6. Khurana, A.K. Comphrehnsive Ophtalmology. 4th Ed. India. New Age

International. 2007.

7. Sreelakshmi, V., & Abraham, A. (2016). Age Related or Senile Cataract:

Pathology, Mechanism and Management. Austin Journal of Clinical

Ophthalmology, 3(2), 1067.

8. Nartey, A. (2017). The Pathophysiology of Cataract and Major Interventions

to Retarding Its Progression: A Mini Review. Advances in Ophthalmology &

Visual System, 6(3). https://doi.org/10.15406/aovs.2017.06.00178

Anda mungkin juga menyukai