Anda di halaman 1dari 40

Bagian Ilmu Kesehatan Mata Laporan Kasus & Referat

Fakultas Kedokteran September 2017


Universitas Hasanuddin

ODS KATARAK SENIL IMATUR TIPE NUKLEAR

Oleh:
Aiman Syazwan bin Zulkafli
C111 12 802

Pembimbing
dr. Ganesa Wardana

Supervisor
dr. A. Muhammad Ichsan, PhD, Sp.M (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa laporan kasus dan
referat dengan judul ODS Katarak Senil Imatur Tipe Nuklear, yang disusun oleh:

Nama : Aiman Syazwan bin Zulkafli


NIM : C111 12 802
Asal Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Telah diperiksa dan dikoreksi, untuk selanjutnya dibawakan sebagai tugas


pada bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
pada waktu yang telah ditentukan.

Makassar, September 2017

Supervisor Pembimbing Pembimbing

dr. A.Muhammad Ichsan, PhD, Sp.M (K) dr. Ganesa Wardana

ii
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.HH
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21-06-1952 / 63 tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Makassar / Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Alamat : Makassar
No. Register Pasien : 082923
Tanggal Pemeriksaan : 18 September 2017
Pemeriksa : dr.M
Rumah Sakit : Poliklinik Mata Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penglihatan kabur pada kedua mata
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu, secara perlahan- lahan, pada
saat melihat jauh maupun dekat. Pasien merasakan bahwa pandangannya
seperti ada bayangang kabut yang menghalangi. Silau tidak ada. Nyeri
kepala tidak ada. Mata merah tidak ada. Air mata berlebih tidak ada. Gatal
tidak ada. Kotoran mata berlebih tidak ada. Riwayat penggunaan kacamata
tidak ada. Riwayat diabetes melitus disangkal. Riwayat hipertensi
disangkal.. Riwayat keluarga dengan keluhan sama tidak ada.Riwayat
trauma tidak ada. Riwayat penyakit mata lain sebelumnya tidak ada.

3
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Sakit Ringan/Gizi cukup/Compos Mentis

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5o C

IV. FOTO KLINIS

Oculus Dextra Oculus Sinistra

V. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Apparatus lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal

Mekanisme
muscular

Kornea Jernih Jernih

4
Bilik mata depan Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, sentral, isokor Bulat,sentral, isokor
Lensa Keruh Keruh

B. Palpasi
Pemeriksaan OD OS
Tekanan Okular 16 15
Nyeri tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula pre-aurikular Pembesaran (-) Pembesaran (-)

C. Tonometri
NCT : 16/15 mmHg

D. Visus
VOD : 20/70, dengan koreksi C 0,75 75 menjadi 20/50 F
VOS : 20/80, dengan koreksi C 1.25 90 menjadi 20/50 F
ADD : +3.00 D
DP : 64/63 mm

E. Sensitivitas Kornea
Tidak dilakukan pemeriksaan

F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.

5
G. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
BMD Normal Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral, RC (+)
Lensa Keruh, Iris shadow (+) Keruh, Iris shadow (+)

H. Funduskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
I. Slit Lamp
SLOD : Palpebra edema (-). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea
jernih. BMD normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat, sentral, refleks
cahaya (+). Lensa keruh, NO3NC2, Iris shadow (+).
SLOS : Palpebra edema (-). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea
jernih. BMD normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral, refleks
cahaya (+). Lensa keruh, NO3NC2, Iris shadow (+).

J. Pemeriksaan Laboratorium
Belum dilakukan pemeriksaan laboratorium

K. RESUME
Seorang perempuan65 tahun datang dengan keluhan penglihatan kabur
pada oculi dextra et sinistra, dialami sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu,
secara perlahan- lahan, pada saat melihat jauh maupun dekat. Pasien
merasakan bahwa pandangannya seperti ada bayangang kabut yang
menghalangi. Silau tidak ada. Nyeri kepala tidak ada. Mata merah tidak
ada. Air mata berlebih tidak ada. Gatal tidak ada. Kotoran mata berlebih
tidak ada. Riwayat penggunaan kacamata tidak ada. Riwayat diabetes
melitus disangkal. Riwayat hipertensi disangkal.. Riwayat keluarga dengan

6
keluhan sama tidak ada.Riwayat trauma tidak ada. Riwayat penyakit mata
lain sebelumnya tidak ada.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan :
OD: Lensa keruh, Iris shadow (+)
OS: Lensa keruh, Iris shadow (+)
Visus :
VOD: 20/70, dengan koreksi C 0,75 75 menjadi 20/50 F
VOS: 20/80, dengan koreksi C 1.25 90 menjadi 20/50 F
ADD: +3.0 D
DP: 64/63 mm

L. DIAGNOSIS
ODS Katarak Senil Imatur tipe nuklear

M. PENATALAKSANAAN
Pakai kaca mata
Berikan C. Lyteers ED 4 X tetes ODS

N. RENCANA PEMERIKSAAN
Tidak ada

O. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanationem : Dubia et Bonam
Qua ad visum : Dubia et Bonam
Qua ad kosmeticum : Dubia et Bonam

7
DISKUSI KASUS
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa seorang perempuan usia 65
tahun datang dengan keluhan penglihatan kabur pada oculi dextra et sinistra,
dirasakan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu, secara perlahan-lahan, pada saat
melihat jauh maupun dekat. Penglihatan seperti ada kabut yang menghalangi.
Adanya suatu penurunan visus yang terjadi secara perlahan-lahan akibat
pandangan berkabut pada usia tua , dan jantina dan menopause
Dari pemeriksaan status generalis pasien sakit sedang, gizi cukup, dan
composmentis. Tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan oftalmologi
dan visus didapatkan :

OD: edema palpebra (-) konjungtiva hiperemis (-) lakrimasi (-) sekret (-) kornea
jernih, iris coklat, kripte (+). Lensa keruh,, NO3NC2, Iris shadow (+). Pergerakan
bola mata normal. VOD 20/70, dengan koreksi C 0,7575 menjadi20/50 F.
TOD 16 mmHg.

OS: edema palpebra (-) konjungtiva hiperemis (-) lakrimasi (-) sekret (-) kornea
jernih, iris coklat, kripte (+). Lensa keruh,, NO3NC2,Iris shadow (+). Pergerakan
bola mata normal. VOS 20/80, dengankoreksi C 1.25 90 menjadi 20/50 F.
TOS 15 mmHg.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi pada pasien ini,
maka dapat didiagnosa dengan ODS katarak Immatur

Kecurigaan akan adanya katarak pada pasien dapat timbul karena pasien
yang datang dengan penglihatan kabur dan faktor risiko utama yaitu usia tua
pasien.Dari hasil pemeriksaan fisis terlihat kekeruhan pada lensa dan iris shadow.
Pada pasien ini didapatkan kekeruhan pada lensa tidak menyeluruh sehingga
bayangan iris dapat kelihatan di lensa atau yang disebut iris shadow positif.

Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan


pada lensa yang menyebabkan kelemahan atau penurunan data penglihatan. Pada
umumnya sebagian besar penyebab katarak adalah usia tua atau penuaan dan
disebut juga sebagai katarak senil. Banyak juga faktor lain yang terlibat,
mencakup riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, trauma,pemakaian

8
tetes mata (steroid) secara rutin,dan kebiasaan merokok dan pajanan sinar
matahari.Katarak senil adalah jenis katarak yang semua kekeruhan lensa yang dan
yang paling sering dijumpai pada umumnya terjadi pada usia lanjut yaitu di atas
50 tahun, gejala yang biasa dirasakan adalah penglihatan yang semakin menurun
atau kabur .Kejadian katarak lebih sering paling perempuan ini disebabkan
perempuan mengalami mengalami monopouse pada usia 45 tahun, sehingga
mengakibatkan kemampuan metabolisme dalam tubuh semakin berkurang dan
terjadi kerusakan pada jaringan tubuh .

9
I. PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi(penambahan cairan) lensa atau denaturasi protein lensa dan bisa
terjadi akibat kedua duanya.Biasanya kekeruhan lensa bisa mengenai kedua
mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam
waktu yang lama.Katarak dapat ditemukan kelainan mata atau sistemik
(katarak senil,juvenil,herediter) atau kelainan kongenital mata .Terdapat
beberapa faktor yang dapat merupakan penyebab terbentuknya katarak lebih
cepat seperti , umur , diabetes mellitus , trauma mata , pekerjaan , riwayat
keluarga dengan katarak , merokok , dan terpajan banyak sinar ultra violet
(matahari).Pasien dengan katarak mengeluh gangguan penglihatan dapat
berupa merasa silau , berkabut atau berasap , sukar melihat dimalam hari atau
penerangan redup , melihat ganda , melihat warna terganggu , melihat halo
sekitar sinar dan penglihatan kabur1.

Tabel 1 . Sumber: Global Data on Visual Impairment 2010, WHO 2012


Berdasarkan table 1,WHO 2012 menyatakan distribusi penyebab kebutaan
terbanyak estimasi global tahun 2010 adalah penyakit katarak(51%),diikuti
oleh glaukomaa dan Age related Macular Degeneration (AMD).Sebanyak
21% tidak dapat ditentukan penyebabnya dan 4% adalah gangguan
penglihatan sejak masa kanak-kanak.(WHO 2012 ).Jadi dapat disimpulkan
insiden penyakit katarak amat tinggi di mana-mana negara. Perkiraan insiden

10
katarak adalah 0.1% tahun atau setiap tahun di antara 1.000 orang terdapat
seorang penderita baru katarak . Penduduk Indonesia juga memiliki
kecendurungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan
penduduk di daerah subtropis,sekitar 16-22% penderita2.
Prevalensi kebutaan nasional tahun 2013 sebesar 0,4 persen, jauh lebih
kecil dibanding prevalensi kebutaan tahun 2007 (0,9%). Prevalensi kebutaan
penduduk umur 6 tahun keatas tertinggi ditemukan di Gorontalo (1,1%)
diikuti Nusa Tenggara Timur (1,0%), Sulawesi Selatan, dan Bangka Belitung
(masing-masing 0,8%). Prevalensi kebutaan terendah ditemukan di Papua
(0,1%) diikuti Nusa Tenggara Barat dan DI Yogyakarta (masing-masing
0,2%).Prevalensi katarak tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi
(2,8%) dan Bali (2,7%). Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta
(0,9%) diikuti Sulawesi Barat (1,1%). Tiga alasan utama penderita katarak
belum dioperasi adalah karena ketidaktahuan (51,6%), ketidakmampuan
(11,6%), dan ketidakberanian (8,1%) 2 .
Perkiraan insiden katarak adalah 0.1% tahun atau setiap tahun di antara
1.000 orang terdapat seorang penderita baru katarak.Penduduk Indonesia juga
memiliki kecendurungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat
disbandingkan penduduk di daerah subtropis,sekitar 16-22% penderita katarak
diperoleh berusia di bawah 55 tahun2 .

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA


Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan
transparan1.Dibelakang terdapat iris, lensa digantung oleh zonula (zonula zinn)
yang menghubungkannya dengan korpus siliar.Di sebelah anterior lensa terdapat
humor aqueus dan disebelah posterior terdapat vitreus humor.Kapsul lensa adalah
membrane semipermiabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan
terdapat selapis epitel subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya.
Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub epitel terus diproduksi
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 66% air,
33% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada dalam jaringan tubuh
lainnya.Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di jaringan lainnya.Asam

11
askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak
ada serat nyeri, pembuluh darah, maupun saraf dalam lensa.Secara fisiologi lensa
mempunyai sifat tertentu yaitu kenyal atau lentur kerana memegang peranan
terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung dan jernih atau
transparannya lensa diperlukan sebagai media penglihatan.Pada keadaan patologik
lensa ini berupa tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan
presbyopia,keruh atau disebut sebagai lensa dan tidak berada di tempatnnya atau
subluksasi dan dislokasi1.
. Jari-jari kurvatur pada permukaan posterior 6 mm dan jari-jari pada
kurvatur anterior yaitu 10 mm. Berat lensa pada orang dewasa kira-kira 220 mg.

Gambar 1. Struktur lensa bikonveks, berada pada fossa hyaloids dan membagi
mata menjadi segmen anterior dan posterior.(Lang GK.2006)

Gambar 2.Struktur lensa.(Khurana AK.2007)

12
Lensa tidak mempunyai pembuluh darah dan tetap tumbuh secara aktif
sepanjang kehidupan sekalipun sangat lambat. Lensa menerima suplai nutrisi dari
humor aquos yang membasahinya. Lensa ditutupi oleh suatu kapsul yang elastis
ini adalah alasan mengapa lensa cenderung pada keadaan sferis.3

Struktur lensa4
a. Kapsul lensa. Struktur tipis, transparan, membrane hialin mengelilingi lensa
dimana bagian anterior lebih tebal dibanding bagian posterior. Kapsul lensa
paling tebal pada region pre-equator (14) dan paling tipis didaerah posterior
(3).
b. Epitel anterior. Ini merupakan lapisan tunggal dari sel kuboid yang terdapat
pada bagian dalam kapsul anterior. Pada region ekuatorial sel ini menjadi
kolumner secara aktif membagi dan memanjang untuk membentuk serat lensa
yang baru sepanjang kehidupan. Tidak ada epitel posterior karena sel ini
digunakan untuk memenuhi kavitas rongga sentral dari vesikel lensa
sepanjang perkembangan lensa.
c. Serat lensa. Sel epitel memanjang untuk membentuk serat lensa yang memiliki
struktur bentuk yang kompleks. Serat lensa yang matur, adalah sel yang telah
kehilangan nukleusnya. Selama serat lensa dibentuk sepanjang kehidupan, ini
tersusun rapat sebagai nucleus dan korteks dari lensa.
1. Nukleus. Ini adalah bagian sentral yang memuat serat yang tua. Ini terdiri
dari zona- zona yang berbeda yang terletak dibawah selama proses
perkembangan. Pada penyinaran slit lamp, dapat terlihat sebagai zona yang
diskontinu. Tergantung pada periode dari perkembangan zona yang berbeda
dari nucleus lensa ini terbagi menjadi:
a. Nukleus embrionik. Ini adalah bagian terdalam dari nukleus yang
berhubungan dengan lensa pada masa gestasi 3 bulan pertama .terdiri
dari serat lensa primer yang dibentuk oleh pemanjangan dari sel
dinding posterior vesikel lensa.

13
b. Nukleus fetal. Berada disekitar nucleus embrionik dan berkaitan
dengan lensa pada 3 bulan pertama pada masa gestasi sampai dengan
kelahiran.
c. Nukleus infantil. Berkaitan dengan lensa dari kelahiran sampai masa
remaja.
d. Nukleus dewasa. Berhubungan dengan serat lensa yang terbentuk
setelah masa remaja sampai dengan kematian.
2. Korteks. Ini adalah bagian perifer yang terdiri dari serat lensa yang masih
muda.
d. Ligamentum suspensorium dari lensa (Zonula Zinni). Juga dikenal dengan
nama Zonula siliar. Terutama terdiri dari rangkaian serat yang melintas dari
badan siliar ke lensa. Menahan lensa pada posisinya dan memungkinkan
muskulus siliaris untuk dapat digunakan bergerak. Serat ini tersusun dalam 3
kelompok:
1. Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior dari orra serrata.
Berjalan ke anterior untuk berinsersi pada anterior dari ekuator.
2. Serat yang berasal dari bagian anterior pada prosessus siliaris melintasi
bagian posterior untuk berinsersi dengan ekuator bagian posterior.
3. Kelompok ketiga dari serat ini melintas dari puncak prosessus siliaris
secara langsung masuk ke dalam untuk berinsersi pada ekuator.

Metabolisme Lensa3.
Suplai makanan dari lensa berasal dari proses difusi humor aquos. Ini
menyerupai suatu struktur jaringan dengan humor aquos sebagai substratnya dan
bola mata sebagai wadah yang menyediakan suatu suhu yang konstan.
Metabolisme dan proses biokimia yang lebih detail melibatkan proses penuaan
yang kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Karena itu, tidak
memungkinkan untuk mempengaruhi perkembangan katarak dengan pengobatan.
Metabolisme dan pertumbuhan dari sel lensa adalah suatu pengaturan diri
sendiri (self regulating). Aktivitas metabolik terutama untuk pemeliharaan
kesatuan, transparansi dan fungsi optik dari lensa. Epitel dari lensa membantu
untuk menjaga keseimbangan ion dan membolehkan transportasi nutrisi, mineral

14
dan air pada lensa. Tipe transportasi ini diartikan sebagai system pump-leak
yang membuat transport aktif dari natrium, kalium, kalsium dan asam amino dari
humor aquos masuk ke dalam lensa sebagai suatu proses difusi pasif sepanjang
kapsul lensa posterior. Pemeliharaan keseimbangan (homeostasis) adalah penting
untuk kejernihan lensa dan ini sangat berkaitan erat dengan keseimbangan cairan.
Muatan air dari lensa normalnya stabil dan dalam keadaan seimbang dengan
humor akuos disekitarnya. Muatan air dari lensa berkurang seiring dengan
perjalanan usia, dimana isi dari protein lensa yang insoluble (albuminoid)
meningkat. Lensa menjadi lebih keras, kurang elastis, dan kurang transparan.
Suatu penurunan dalam kejernihan lensa yang berkaitan dengan usia adalah
sesuatu yang tidak dapat dihindari sama halnya dengan pengerutan kulit dan
rambut putih. Gambaran klinik dari penurunan kejernihan muncul pada 95 % dari
seluruh orang. Porsi bagian tengah atau nukleus dari lensa menjadi sklerosis dan
sedikit kekuningan seiring dengan perjalanan usia.4
Lensa kristalina adalah sebuah struktur yang menakjubkan pada kondisi
normalnya berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Posisinya tepat disebelah
posterior iris dan disangga oleh serat zonula yang berasal dari korpus siliaris.
Serat-serat ini menyisip pada bagian ekuator kapsul lensa. kapsul lensa adalah
suatu membran basalis yang mengelilingi substansia lensa. sel-sel epitel dekat
ekuator lensa membelah sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi membentuk
serat-serat lensa baru sehingga serat-serat lensa yang tua dipampatkan pada
nucleus sentral; serat-serat muda, yang kurang padat disekeliling nucleus
menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat avaskuler dan tidak mempunyai
persarafan, nutrisi lensa didapat dari aquos humor. Metabolisme lensa terutama
bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aquos.

15
III. ETIOLOGI
Katarak senil adalah jenis katarak yang semua kekeruhan lensa yang dan yang
paling sering dijumpai pada umumnya terjadi pada usia lanjut yaitu di atas 50
tahun, gejala yang biasa dirasakan adalah penglihatan yang semakin menurun atau
kabur. Secara klinik proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadinya
pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis
lensa.Katarak senilis terdapat 3 macam1 :
a) tipe kortikal : proses kekaburan mulai pada bagian superficial dari
korteks lensa mata
b) tipe nuclear : proses kekaburan mulai bagian nucles(inti) lensa mata
c) tipe subkapsular posterior : terjadinya kekeruhan di bagian posterior
dan biasanya terletak sentral
Terdapat beberapa faktor yang dapat merupakan penyebab terbentuknya katarak
lebih cepat yaitu:
1. Umur 5
Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya dinegara
berkembang, menyebabkan bertambah banyaknya jumlah orang tua secara cepat.
Hal ini dapat menimbulkan fenomena pertambahan kasus katarak, karena dengan
sendirinya jumlah kebutaan karena katarak akan bertambah banyak.. Berdasarkan
teori yang dikemukakan bahwa proses degenerative mengakibatkan lensa menjadi
keras dan keruh karena terjadi penurunan kerja metabolisme dalam tubuh,artinya
semakin bertambahnya usia seseorang maka risiko terjadinya penyakit katarak
akan semakin besar pula.Hal tersebut didukung dengan penelitian ini dimana
ditemukan adnya hubungan antara usia dengan kejadian katarak.
2. Jenis kelamin6
Jenis kelamin erat kaitannya dengan kejadian katarak Menurut penelitian
bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian katarak yang
kebanyakan diderita berjenis kelamin perempuan ini disebabkan perempuan
mengalami mengalami monopouse pada usia 45 tahun, sehingga mengakibatkan
kemampuan metabolisme dalam tubuh semakin berkurang dan terjadi kerusakan
pada jaringan tubuh. Kejadian katarak lebih banyak terjadi pada perempuan dari
pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan 114 orang

16
(71,7%) penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang
(63,4%) penderita katarak berjenis kelamin.
laki-laki.
3. Pekerjaan7
Katarak saling berkait dengan faktor pekerjaan penderita seperti bekerja di
luar gedung, dimana sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko terjadinya
katarak. Sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari akan diserap oleh
protein lensa dan kemudian akan menimbulkan reaksi fotokimia sehingga
terbentuk radikal bebas atau spesies oksigen yang bersifat sangat reaktif. Reaksi
tersebut akan mempengaruhi struktur protein lensa, selanjutnya menyebabkan
kekeruhan lensa yang disebut katarak.Terdapat beberapa jenis pekerjaan yang
berisiko terpajan sinar matahari seperti petani dan nelayan.
4. Pendapatan
Katarak dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah.Seseorang
dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan memiliki
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya. Status
ekonomi juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang
yang berkaitan dengan kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan
katarak, sehingga munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari
oleh seseorang karena dirasakan masih belum menganggu. Tiga alasan utama
penderita katarak belum dioperasi adalah karena ketidaktahuan (51,6%),
ketidakmampuan (11,6%), dan ketidakberanian (8,1%)2.
5. Pendidikan
Menurut penelitian dari beberapa pengamatan dan survei di masyarakat
diperoleh prevalensi katarak lebih tinggi pada kelompok yang berpendidikan lebih
rendah.Meskipun tidak ditemukan hubungan langsung antara tingkat dan kejadian
katarak,namun tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status social ekonomi
termasuk perkerjaan dan status gizi.

17
6. Diabetes Mellitus
Menurut penelitian11, Katarak yang disebabkan oleh diabetes melitus
disebut katarak diabetik yang terjadi akibat adanya perubahan pada lintasan
sorbitol (poliol) di lensa mata. Penimbunan sorbitol di lensa mata akan
menimbulkan cedera sel osmotik yang akhirnya akan memberikan gambaran
opasitas pada lensa.
7. Merokok8
Asap rokok yang mengandungi radikal bebas dapat menyebabkan
perubahan molekul protein (denaturasi protein) sehingga dapat menimbulkan
kerusakan jaringan.Apabila protein lensa terganggu,terjadilah katarak.Jumlah
rokok juga mempengaruhi peningkatan risiko terjadinya katarak,dilaporkan
perokok dengan jumlah lebih 20 batang sehari akan meningkatkan risiko menjadi
katarak hamper 2 kali lipat lebih tinggi.Pada penelitian dilakukan oleh Departmen
kesehatan R.I, respoden perokok 2.17 kali lebih tinggi secara bermakna
dibandingkan dengan katarak respoden bukan perokok.
8. Status Nutrisi
Berlaku kejadian katarak sering dikaitkan dengan status nutrisi yang
buruk dan disertai dengan penyakit sistemik seperti penyakit
kardiovaskular,diabetis,ginjal,dan gangguan pencernaan.Secara normal,vitamin
dan nutrien yang lain dapat melindungi lensa dan retina dan secara langsung dapat
menjaga kesehatan tubuh badan.Protein juga sangat penting untuk metabolism sel
jaringan lensa.Lemak pula sangat berperan untuk sel sel fotoresptor di
retina.Apabila ada gangguan pada protein dan lemak akibat dari radikal
bebas,dapat mengganggu osmotik lensa dan strukur jaringan lensa,terus
mengakibat kajadian katarak9,10.

18
IV. PATOGENESIS
Mekanisme dari hilangnya kejernihan lensa. Pada dasarnya, berbeda antara
katarak senil nuklear dan katarak senil kortikal.4
1. Katarak senil kortikal. Gambaran biokimia utamanya adalah penurunan kadar
protein total dan asam amino, dan kalium yang terkait dengan peningkatan
kadar Natrium dan proses hidrasi dari lensa, yang diikuti dengan koagulasi
dari protein.
2. Katarak senil nuklear. Dalam perubahan degeneratif yang sering terjadi pada
katarak senil nuklear adalah intensifikasi dari sklerosis nuklear yang terkait
dengan usia yang dihubungkan dengan dehidrasi dan pemadatan dari nukleus
sehingga menyebabkan katarak yang keras (hard katarak). Ini disertai dengan
peningkatan yang bermakna pada protein yang tidak larut air. Bagaimanapun,
isi dari protein total dan distribusi kation-kation tetap normal. Hal ini
berkaitan atau tidak dengan deposisi pigmen urokrom dan atau melanin yang
berasal dari asam amino pada lensa.4
Seiring dengan pertambahan usia (senil)
katarak)

Penurunan fungsi mekanisme Penurunan reaksi oksidasi


pompa transport aktif dari lensa

Rasio Natrium/Kalsium Penurunan kadar asam


terbalik amino

Hidrasi dari serat lensa Penurunan sintesis


protein dalam serat lensa

Denaturasi protein lensa

Kekeruhan dari serat


kortikal lensa
Gambar 3 : Bagan yang menggambarkan kemungkinan penyebab dari terjadinya
katarak senil kortikal. 4

19
V. KLASIFIKASI

Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yang


berbeda.3
1. Waktu terjadinya (katarak didapat atau katarak congenital).
2. Maturitas atau kematangan.
3. Morfologi.
Klasifikasi berdasarkan maturitas disertai dengan derajat gangguan
penglihatan (visus) penting untuk didiagnosis lebih awal untuk menentukan waktu
pembedahan. Klasifikasi morfologik seperti kekerasan dan penebalan dari nukleus
sekarang berpengaruh pada prosedur pembedahan.

Tabel 1. Klasifikasi katarak berdasarkan waktu terjadinya.3


Ada 3 tipe umum age-related cataract yaitu nuklear, kortikal, dan subkapsular
posterior.Pada banyak pasien, lebih dari satu tipe bisa didapatkan.

20
1. Katarak nuklear
Pada dekade ke empat kehidupan, produksi serat tekanan pada lensa
perifer menyebabkan pengerasan keseluruhan lensa, terutama inti (nukleus). Inti
berubah warna menjadi coklat kekuningan (brunescent katarak nuklir). Perubahan
warna ini bervariasi dari coklat kekuningan sehingga kehitaman pada seluruh
lensa (black cataract). Oleh karena meningkatnya daya bias lensa, katarak nuklear
menyebabkan miopia lentikuler dan menghasilkan dua titik fokal pada lensa serta
menghasilkan diplopia monokuler. Perkembangan katarak nuklear sangat lambat.
Oleh karena terjadinya miopia lentikuler, visus dekat (tanpa kacamata) tetap baik
untuk jangka waktu yang lama. .3, (OliverJ & CassidyL.2005)

Gambar 4. Katarak Nuklear.3


2. Katarak kortikal
Yaitu kekeruhan pada korteks lensa, ditandai oleh hidrasi lensa. Gambaran
biokimia utamanya adalah penurunan kadar protein total dan asam amino, dan
kalium yang terkait dengan peningkatan kadar natrium dan proses hidrasi dari
lensa yang diikuti dengan koagulasi dari protein. Akibat dari penyerapan air
mengakibatkan lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan
indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan
kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah. .3, . (OliverJ &

CassidyL.2005)

21
Gambar 5. Katarak kortikal

3. Katarak Subkapsular Posterior


Yaitu terjadinya kekeruhan di bagian posterior dan biasanya terletak
sentral. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya
terang, serta penglihatan dekat menurun. Secara histologi, tipe ini berhubungan
dengan migrasi sel-sel epitel lensa di bagian akuator ke permukaan dalam kapsul
posterior. Bentuk khusus dari katarak kortikal ini dimulai pada aksis visual.
Dimulai dengan satu kelompok kecil kekeruhan pada granular, dan memperluas
ke perifer membentuk seperti disc. Peningkatan opasitas ini melibatkan nukleus
dan korteks. Perkembangannya sangat cepat dan memperberat ketajaman visual.
Penglihatan jarak jauh memburuk secara signifikan berbanding penglihatan jarak
dekat (bidang dekat-miosis). Penggunaan obat tetes untuk melebarkan pupil dapat
meningkatkan ketajaman visual.11

Gambar 6. Katarak Subkapsular posterior4

22
Katarak senil secara klinik katarak senil diklasifikasikan berdasarkan
maturitas,sebagai berikut :
1. Katarak Insipien.3
Dalam stadium ini ditemukan kekeruhan dengan area jernih. Diantara dari
kekeruhan tersebut. Dua perbedaan pada katarak kortikal senil dapat dikenali pada
stadium ini.
a) Katarak kortikal senil kuneiform. Dikarakteristikkan dengan kekeruhan
wedge-shape dengan area yang jernih diantarnya. Pemeriksaan iluminasi
oblik dapat ditemukan suatu gambaran tipikal seperti radial spok dengan
kekeruhan putih keabu-abuan.
b) Katarak kortikal senil kupuliform. Gambaran kekeruhan berupa cawan.
Berkembang pada bawah kapsul biasanya pada bagian sentral dari korteks
posterior dan kadang-kadang meluas ke bagian luar.

2. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang terjadi dimana
kekeruhannya hanya sebagaian belum mengenai seluruh lapis lensa. Lensanya
tampak putih keabu-abuan tetapi korteks tetap jernih, sehingga iris shadow dapat
terlihat. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.3

Gambar 7. Katarak senil imatur (A) Iris Shadow.

23
3. Katarak matur
Pada stadium ini kekeruhan lensa menjadi komplit, seluruh bagain lensa
telah terlibat sehingga warna lensa menjadi seperti warna mutiara. Bila proses
degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
desintegritas melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan berukuran normal
kembali. Sehingga iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila
dilakukan test bayangan iris atau shadow test akan terlihat negatif.4,11

Gambar 8. Katarak senil matur (B) Iris shadow tidak ada.


4. Katarak Hipermatur
Pada katarak hipermatur, kapsul anterior mengkerut karena kebocoran air
keluar dari lensa. Katarak hipermatur dapat terjadi dalam dua bentuk:3,11
Katarak hipermatur morgagni. Lensa mengeriput dan berwarna kuning. Akibat
pengeriputan lensa dan mencairnya korteks nukleus lensa tenggelam ke arah
bawah. Pada beberapa pasien, setelah terjadi maturitas keseluruhan korteks
mencair dan lensa berubah menjadi kantong berisi cairan seperti susu.
Katarak hipermatur tipe sklerotik. Kadang-kadang setelah maturitas terjadi,
korteks menjadi mengkerut dan mengeras karena proliferasi dari sel anterior
dan suatu kapsul katarak yang berdensitas putih akan terbentuk di daerah
pupil. Karena mengkerutnya lensa, bilik mata depan menjadi dalam dan iris
bergetar (iridodonesis).

24
Gambar 9. Katarak senil hipermatur
5. Katarak Traumatik
Katarak traumatik disebabkan oleh trauma okular sekunder baik trauma
tumpul atau tajam. Katarak yang disebabkan oleh trauma tumpul secara klasik
membentuk gambaran stellata atau rosette kekeruhan aksial posterior yand stabil
atau progresif. Sedangkan trauma tajam dengan gangguan kapsul lensa
membentuk perubahan kortikal yang tetap namun dapat progressif sehingga
menyebabkan kekeruhan total kortikal. Lensa menjadi putih segera setelah
measuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor
aquous dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa. (Graham.2014)

Gambar 10. Katarak traumatik

25
VI. GEJALA KLINIS
A. Gejala subjektif
Kekeruhan dari lensa dapat hadir tanpa menyebabkan berbagai gejala, dan
dapat ditemukan dalam pemeriksaan mata rutin. Gejala umum dari katarak adalah4
1. Silau. Satu dari gejala awal gangguan penglihatan pada katarak adalah silau
(glare), seperti sinar langsung dari matahari atau cahaya sepeda motor yang
datang menyinari. Tingkat dari silau akan bervariasi sesuai dengan lokasi dan
ukuran dari kekeruhannya.
2. Uniocular poliopia (penglihatan ganda dari suatu objek). Ini sering merupakan
salah satu gejala awal. Ini terjadi karena refraksi irregular oleh lensa yang
menyebabkan berbagai indeks refraktif sebagai suatu proses dari katarak.
3. Lingkaran cahaya yang berwarna (Coloured halos). Ini akan dirasakan oleh
beberapa pasien yang memberikan kerusakan sinar putih dalam spectrum
warna karena adanya tetesan air dalam lensa.
4. Titik hitam pada bagian depan mata. Titik hitam yang menetap akan dirasakan
oleh beberapa pasien.
5. Gambar kabur. Distorsi dari gambar dan penglihatan berkabut akan terjadi
pada stadium awal dari katarak.
6. Kehilangan penglihatan. Penurunan penglihatan karena katarak senil
mempunyai beberapa gambaran khusus.Ini tidak sakit dan berangsur
progresif.Pasien dengan kekeruhan sentral (katarak cupuliform) mempunyai
kehilangan penglihatan yang lebih awal. Pasien ini melihat lebih baik ketika
pupil melebar, ini karena biasanya pada malam hari cahaya menjadi suram
(KhuranaAK.2007)
(buta siang). Pasien dengan kekeruhan pada perifer (katarak
cuneiform) mengalami kehilangan penglihatan yang terlambat dan
penglihatan meningkat jika cahaya terang ketika pupil dikontraksikan. Pada
pasien dengan sklerosis nuclear penglihatan jauh terganggu karena miop
indeks yang progresif seperti pasien dapat membaca tanpa kacamata presbiopi.
Peningkatan dalam penglihatan dekat, dimaknai sebagai second sight karena
perkembangan kekeruhan. Penglihatan akan berkurang sampai hanya dapat
mempersepsikan cahaya dan proyeksi akurat dari sinar merupakan stadium
dari katarak matur.

26
B. Gejala objektif
Beberapa pemeriksan harus dilakukan untuk melihat berbagai tanda dari
katarak.:4
1. Pemeriksaan visus. Bergantung pada lokasi dan maturasi dari
katarak.ketajaman penglihatan berkisar 6/9 sampai persepsi cahaya.
2. Pemeriksaan iluminasi oblik. Ini menampakan warna dari lensa dalam area
pupil yang bervariasi dalam tipe katarak yang berbeda.
3. Pemeriksaan iris shadow. Ketika cahaya oblik menyinari pupil, bayangan
crescentric dari batas pupil dari iris akan membentuk kekeruhan keabu-abuan
dari lensa, sepanjang korteks bersih (clear korteks) tampak antara kekeruhan
dan batas pupil. Ketika lensa menjadi lebih transparan atau keruh sempurna,
tidak ada iris shadow yang terbentuk oleh karena itu adanya iris shadow tanda
dari katarak imatur.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi direk. Cahaya fundus yang kuning kemerahan di
observasi dalam tidak adanya kekeruhan dalam media. Lensa katarak parsial
menunjukkan bayangan hitam yang berlawanan dengan cahaya merah pada
daerah katarak. Lensa katarak yang lengkap tidak menunjukkan cahaya merah.
5. Slit lamp. Pemeriksaan ini harus dilakukan pada pupil yang berdilatasi
sempurna.Pemeriksaan menunjukkan morfologi lengkap dari kekeruhan
(tempat, ukuran, bentuk, warna, dan kekerasan nukleus).

27
Pemeriksaan ISC MSC HMSC (M) HMSC (S)
1 Visus 6/9 ke FC+ HM+ ke LP + LP + LP +
2 Warna lensa Putih ke Putih Putih seperti Putih kotor
coklat, hitam abu-abuan bercahaya susu
atau merah dengan
nukleus yang
kecoklatan
3 Iris shadow Terlihat Tidak terlihat Tidak Tidak
terlihat terlihat
4 Ophtalmoskopi Area gelap Tidak ada Tidak ada Tidak ada
langsung multipel di cahaya merah cahaya cahaya
sentral dan tetapi pupil merah dan merah
cahaya putih karena pupil yang
merah di katarak putih seperti
fundus sempurna susu
5 Slit lamp area normal Korteks Putih seperti Lensa
dengan katarak susu dan katarak
katarak sempurna nukleus yang
kecoklatan mengkerut
dengan
penebalan
kapsul
anterior
Tabel 2. Tanda dari katarak senil4

ISC: Immature senil cataract, MSC: Mature senil cataract, HMSC (M)
Hypermature senil cataract (Morgagnian), HMSC (S): Hypermature senil cataract
(Sclerotic), PL: Perception of light, HM: Hand movements, FC: Finger counting.
Derajat kekerasan nukleus pada lensa yang katarak adalah penting untuk
mengatur parameter dari mesin pada ekstraksi katarak teknik
phacoemulsification.4

28
Selain itu, sekarang lebih cenderung menggunakan Lens Opacities
ClassificationSystem (LOCS) dimana lensa dinilai dari warna nuclear (NC) dan
opasitas nuclear (NO), katarak kortikal, dan katarak subkapsular posterior (P).11
Klasifikasi katarak berdasarkan maturitas dari katarak, tingkat kekeruhan
atau perkembangan tidak cukup dalam epidemiologi katarak atau terapeutik studi.
Sistem Klasifikasi Kekeruhan Lensa III (LOCS III) adalah sistem standar yang
digunakan untuk grading dan perbandingan keparahan katarak dan type 1-2. Itu
berasal dari LOCS II classification 3, dan itu terdiri dari tiga set foto standar
(Gambar). Klasifikasi ini mengevaluasi empat fitur: opalesens nuklear (NO)
warna nuklear (NC), katarak kortikal (C), katarak posterior subcapsular (P).
Nuclear opalesecence (NO) dan warna nuklir (NC) yang dinilai pada skala
desimal 0,1 sampai 6,9, didasarkan pada seperangkat enam foto standar. Katarak
kortikal (C) dan posterior subcapsular cataract (P) yang dinilai pada skala
desimal dari 0,1 sampai 5,9, berdasarkan satu set lima foto standar masing-
masing. Tidak seperti klasifikasi LOCS II, klasifikasi LOCS III mempersempit
skala interval, memungkinkan perubahan kecil dalam keparahan katarak untuk
diamati. Batas toleransi 95% untuk reproduktifitas dalam-kelas dan antara-kelas
juga menyempit dalam klasifikasi LOCS III.4

Gambar. 11. Lens Opacities Classification System (LCOS) III


transparancies.

29
VII. TERAPI
Tidak ada obat-obatan yang efektif terhadap penanganan katarak.
Penaganannya adalah dengan pembedahan.12
Indikasi untuk operasi katarak
Apakah dengan operasi atau tidak terutama bergantung pada efek katarak
pada penglihatan pasien.Beberapa tahun yang lalu, dokter bedah menunggu
sampai katarak menjadi matur atau matang (ketika isinya menjadi cair) karena ini
membuat aspirasi dari isi lensa menjadi lebih mudah. Dengan kemajuan dalam
mikro surgery sekarang tidak lagi menunggu lama untuk katarak menjadi matur
dan pembedahan katarak dapat dilaksanakan pada berbagai stadium dengan resiko
yang minimal.11
1. Meningkatkan ketajaman penglihatan.
Adalah indikasi yang paling sering untuk operasi katarak, walaupun kebutuhan
dari orang ke orang berbeda. Operasi di indikasikan hanya jika dan ketika
katarak berkembang ke level yang cukup untuk menyebabkan kesulitan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Indikasi medis.
Adalah suatu keadaan dimana katarak menyebabkan gangguan kesehatan yang
merugikan pada mata.Contohnya glaukoma fakolitik atau glaukoma
fakomorfik. Operasi katarak untuk meningkatkan kejernihan dari media
penglihatan yang dibutuhkan dalam konteks proses patologi pada fundus
(contoh: retinopati diabetik) yang membutuhkan pengawasan atau penanganan
dengan laser fotokuagulasi.
3. Indikasi kosmetik.
Jarang dilakukan, seperti ketika katarak dalam keadaan matur. Dimana
kebutaan dihilangkan untuk mengembalikan pupil yang hitam.

Persiapan untuk operasi katarak: 12


1. Biometri: pengukuran ultrasound pada panjang mata dan keratometri untuk
mengukur kurvatur kornea dan kemudian menjumlahkan kekuatan dari
implant untuk dimasukkan ke mata selama pembedahan.

30
2. Memastikan masalah kesehatan umum dalam kondisi stabil, seperti hipertensi,
penyakit pernapasan, dan diabetes.
3. Beberapa pengobatan meningkatkan insidens perdarahan. Warfarin tidak
dianjurkan untuk dihentikan, tetapi INR harus dibawah 3. Aspirin harus
dihentikan seminggu setelah operasi
4. Informed consent pada pasien untuk hasil yang diharapkan dan komplikasi
dari operasi.
Tipe dan pilihan teknik pembedahan4
1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) merupakan teknik pembedahan
dengan cara mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan
pada zonula zinni yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus.
Karena alasan tersebut, teknik ini tidak dapat digunakan untuk pasien yang
lebih muda dimana zonula kuat. ICCE dapat dilakukan antara usia 40-50
tahun dengan menggunakan enzim alpha-chymotripsyn (yang akan
menguraikan Zonula).ICCE telah dilakukan pengetesan dari waktu ke waktu
dan telah dilakkan secara umum sekitar 50 tahun yang lalu diseluruh dunia.
Saat ini indikasinya hanyalah untuk subluksasi dislokasi lensa. 4

Gambar 12. Teknik operasi ICCE + implantasi IOL pada bilik mata depan.A.
Jahitan pada muskulus rektus superior; B. Flap konjungtiva; C.
Membuat alur; D. Memotong bagian kornea-skleral; E. Iridektomi
peripheral; F. Ekstraksi kriolens;G&H. insersi IOL Kelman
multiflex pada bilik mata depan; I. Jahit kornea-skleral. 4

31
2. Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE) Pengeluaran isi lensa
(epithelium, korteks dan nukleus) melalui kapsul anterior yang dirobek
(kapsulotomi anterior) dengan meninggalkan kapsul posterior. Indikasi saat
ini tekhnik ECCE adalah pilihan operasi untuk semua tipe dari dewasa
sampai anak-anak kecuali ada kontra indikasi. Kontra indikasi absolut untuk
ECCE adalah subluksasi dan dislokasi lensa yang nyata. 4

Gambar 13.Teknik operasi ECCE + implantasi IOL pada bilik mata belakang.A.
Kapsulotomi anterior dengan teknik Can-opener; B. Pengeluaran
kapsul anterior; C. Memotong bagian kornea-skleral; D. Pengeluaran
nukleus (metode pressure and counter-pressure); E. Aspirasi korteks;
F. Insersi inferior haptic IOL pada bilik mata belakang; G. Insersi
PCIOL superior haptic; H. Putar IOL; I. Jahit kornea-skleral.4

3. Small Incision Cataract Surgery (SICS) adalah modifikasi dari ekstraksi


katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik pilihan yang dipakai
dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler.4

32
Gambar 14. Teknik operasi SICS.A. Jahit muskulus rectus superior; B. Flap
konjungtiva dan buka sclera; C,D&E. Insisi sclera eksterna dan
membuat insisi terowong; F. terowong sclerakornea dengan pisau
berbentuk bulan sabit; G. Insisi kornea interna; H. Side port entry;
I. CCC besar; J. Hydrodissection; K. Prolapsus nukleus pada bilik
mata depan; L. Irigasi nukleus dengan wire vectis; M. Aspirasi
korteks; N. Insersi inferior haptic IOL pada bilik mata depan; O.
Insersi superior haptic PCIOL; P. Putar IOL; Q. Reposisi dan
konjungtival flap.4

4. Phaco Emulsification Fakoemulsifikasi adalah tekhnik ekstraksi katarak


ekstra kapsular yang paling sering digunakan. Tekhnik ini menggunakan
fibrator ultrasonik genggam untuk menghancurkan nukleus yang keras hingga
substansi nukleus dan korteks dapat diaspirasi melalui suatu insisi berukuran
sekitar 3 mm. ukuran insisi tersebut cukup untuk memasukkan lensa
intraokuler yang dapat dilihat. Jika digunakan lensa intraokuler yang kaku,
insisi perlu dilebarkan sekitar 5 mm. keuntungan yang dapat diperoleh dari

33
tindakan bedah insisi kecil adalah kondisi intraoperasi lebih terkendali,
menghindari penjahitan, perbaikan luka lebih cepat dengan derajat distorsi
kornea lebih rendah dan mengurangi peradangan intra okuler pasca operasi.

Gambar 15. Teknik operasi fakoemulsifikasi. A.Membuat kurvalinier


capsulirhexis; B. Lakukan hidrodiseksi; C. Hidrodelineasi; D&E.
Emulsifikasi nukleus menggunakan alat dan teknik conquer
(menghancurkan 4 kuadran); F. Aspirasi korteks. (KhuranaAK.2007)

Implantasi Lensa Intra Okuler


Saat ini implantasi intraocular adalah metode pilihan untuk mengoreksi
afakia. Tipe utama dari lensa intra okuler dibagi berdasarkan metode fiksasi pada
mata.4
1. Lensa intra okuler bilik mata depan (anterior chamber IOL). Lensa ini terdapat
didalam bagian depan iris dan dipertahankan oleh sudut bilik mata depan.
Anterior chamber IOL (AC IOL) dapat dimasukkan setelah ECCE atau ICCE.
2. Lensa iris-supperted. Lensa ini cocok digunakan pada iris dengan bantuan
jahitan, loop atau claw. Lensa ini jarang digunakan karena insiden komplikasi
post operatif yang tinggi.
3. Lensa intra okuler bilik mata belakang (Posterior Chamber IOL) dimasukkan
dibelakang iris. Lensa ini dipertahankan oleh sulcus siliaris atau pada bagian
dari kapsul.

34
Gambar 16. Jenis-jenis IOL: A, Kelman multiflex (IOL bilik mata depan); B,
Singh & Worsts iris claw; C, IOL bilik mata belakang Modified
C-loop type).4

Indikasi implantasi IOL. Tren terbaru pada operasi katarak adalah untuk
melakukan implantasi IOL pada setiap kasus, jika tidak ada kontraindikasi.

VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi dari katarak4
Fakoanafilaktik uveitis. Katarak hipermatur boleh menyebabkan kebocoran
protein lensa ke dalam bilik anterior. Protein ini boleh bertindak sebagai
antigen dan induce reaksi antigen-antibodi yang seterusnya menyebabkan
uveitis.
Glaukoma lens-induced. Boleh terjadi disebabkan oleh mekanisme yang
berbeda.
Katarak imatur (lensa intumescent) Glaukoma fakomorfik. Lensa
menerima cairan yang agak banyak selama perubahan kataraktous,
menyebabkan pertambahan ukuran. Ini mengganggu bilik anterior,
menimbulkan pupillary block dan sudut padat yang menyebabkan sudut
tertutup akut. Terapi adalah ekstraksi lensa bila tekanan intraokular sudah
terkendali secara medis.
Katarak hipermatur Glaukoma fakolitik. Beberapa katarak yang telah
lanjut boleh menyebabkan kebocoran pada kapsul lensa anterior yang
membolehkan protein lensa yang mencair masuk ke bilik anterior. Ini akan
menimbulkan reaksi inflamasi di bilik anterior, trabekular meshwork udem
dan obstruksi protein lensa yang seterusnya menyebabkan kenaikan yang akut
pada tekanan intraokular. Ekstraksi lensa adalah terapi definitif setelah

35
tekanan intraokular sudah ditangani secara teratur dan terapi intensif steroid
topikal sudah menurunkankan inflamasi intraokular.
Subluksasi atau dislokasi lensa. Ini boleh terjadi disebabkan oleh degenerasi
zonules pada stadium hipermatur.

Komplikasi dari operasi katarak4,13


Lebih dari 200000 operasi katarak dilakukan setiap tahunnya di Inggris,
dan meskipun teknik operasi modern memiliki tingkat keamanan yang
diharapkan, komplikasi masih terjadi.Harapan pasien untuk operasi katarak sangat
tinggi. Semua pasien harus diingatkan untuk kemungkinan resiko pembedahan
sebelum diberikan persetujuan untuk operasi. Komplikasi katarak dapat dibagi
menjadi komplikasi intraoperatif, early post operatif, dan late post operatif.
1. Komplikasi Intraoperatif :
Perdarahan suprakoroid. Perdarahan intraoperatif yang berat dapat
menyebabkan penurunan penglihatan yang serius dan permanen
Perforasi okuli. Jarum yang tajam digunakan untuk berbagai bentuk
anestesi intraokuler, dan perforasi bola mata sangat kecil
kemungkinannya. Bentuk modern dari anestesi okuler telah menggantikan
banyak teknik jarum tajam.
Iridodialisis. Iridodialisis adalah satu keadaan dimana iris robek yang
diakibatkan oleh manipulasi jaringan intraokuler. Kerusakan pada iris
diakibatkan oleh insersi dari phaco tip atau IOL.
Cyclodialisis. Satu keadaan dimana korpus siliaris lepas dari insersinya
pada sklera yang juga diakibatkan oleh manipulasi bedah pada jaringan
tisu intraokuler.
Conjungtival Ballooning. Terjadi pada kasus operasi yang menggunakan
teknik insisi pada konjuktiva atau peritomi, dimana cairan irigasi dapat
berkumpul di bawah konjuktiva dan kapsula Tenon dan mengakibatkan
konjuktiva membengkak. Keadaan ini akan menganggu operasi karena
cairan yang terkumpul akan menghasilkan refleksi dari cahaya mikroskop
yang akan menganggu operator.

36
Ablasio membran Descement. Keadaan ini akan mengakibatkan
pembengkakan pada stromal. Komplikasi ini diakibatkan apabila
instrumen atau IOL dimasukkan dan dapat juga diakibatkan oleh cairan
irigasi yang dimasukkan dekat lapisan stromal kornea dan membran
descement.
Ruptur kapsul posterior dan hilangnya cairan vitreus. Jika kapsul yang
lembut rusak selama pembedahan atau ligament yang halus (Zonula) yang
menahan lensa menjadi lemah, kemudian cairan vitreus akan prolaps ke
bilik mata depan. Komplikasi ini berarti bahwa lensa intraokuler tidak
dapat dimasukkan dalam pembedahan, pasien juga dalam resiko tinggi
ablasio retina post operatif.
2. Komlikasi early post operatif
Endophtalmitis infeksi. Infeksi yang merusak ini terjadi sangat jarang
(sekitar 1 dalam 1000 operasi) tapi dapat menyebabkan penurunan
penglihatan berat yang permanen. Banyak kasus infeksi post operatif
timbul dalam 2 minggu post operasi biasanya pasien datang dengan
riwayat penurunan penglihatan dan mata merah yang sangat nyeri. Ini
adalah kegawatdaruratan mata. Infeksi derajat rendah dengan pathogen
seperti Propioniobacterium dapat menyebabkan pasien datang dalam
beberapa minggu setelah operasi dengan uveitis refraktori.
Edema kornea. Komplikasi ini terjadi akibat kombinasi dari trauma
mekanikal, operasi yang lama, inflamasi, dan peningkatan IOP.
Uveitis. Peradangan post operatif lebih sering terjadi dalam berbagai tipe
mata. Sebagai contoh pada pasien dengan riwayat diabetes atau penyakit
radang mata sebelumnya.
3. Komplikasi late post operatif :
Ablasio retina. Ini adalah komplikasi post operatif yang serius dan jarang
terjadi, tetapi lebih sering terjadi pada pasien miop setelah komplikasi
intra operatif.
Kesalahan refraktif setelah operatif. Banyak operasi bertujuan untuk
membuat pasien menjadi emetrop atau sedikit miop, tetapi pada kasus

37
yang jarang kesalahan biometrik dapat terjadi atau suatu lensa intraokuler
dengan kekuatan yang salah digunakan.
Edema makular cystoids. Akumulasi cairan pada macula selama post
operatif dapat menurunkan visus pada minggu-minggu pertama setelah
operasi katarak berhasil dilakukan. Pada banyak kasus, ini dapat diobati
dengan penanganan radang post operasi.
Glaukoma. Peningkatan tekanan intraokuler secara persisten akan
membutuhkan penanganan post operatif.

IX. PROGNOSIS
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan pada
lensa yang menyebabkan kelemahan atau penurunan data penglihatan. Katarak
merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa. Normalnya lensa memusatkan arah
sinar. Kekeruhan pada lensa akan menyebabkan sinar menjadi menyebar atau
terhalang. Jika kekeruhan lensa berukuran kecil dan berada pada daerah perifer
lensa, hanya akan sedikt atau tidak ada gangguan pada penglihatan. Sebaliknya,
ketika kekeruhan terletak di tengah lensa dan bersifat padat atau tebal, arah sinar
akan terganggu. Hal ini akan menyebabkan penglihatan menjadi kabur.
Pada pasien diatas ditemukan kelainan refraksi yang seperti kita ketahui
kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina,
dimana terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi
dapat di depan atau di belakang retina dan/ atau tidak terletak pada satu titik
fokus. Dikenal istilah emetropia yang berarti tidak adanya kelainan refraksi dan
ametropia yang berarti adanya kelainan refraksi seperti miopia,
hipermetropia,astigmat, dan presbiopia.

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi


sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis
dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Prof.dr.H.Sidarta Ilysa, SPM,Dr,Sri Rahayu Yulianti,SPM,Ilmu Penyakit


Mata Edisi kelima,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2014,Hal.
210
2. Dr.TrihonO,MSc,Indikator kesehatan reproduksi ,RISKESDAS Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2013
, Hal 16
3. Lang GK. Lens. Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas. 2nd Ed. ed.
New York: Thieme Stuttgart; 2006. p. 169-98.
4 Khurana AK, editor. Comprehensive Ophthalmology. In: Diseases of the
lens. 4th Edition. New Delhi: New Age International; 2007.p.167-201.
5. Rijal Rasyidi, Rasdi Nawi, H.A.ZUKIFLI A, Faktor yang berhubungan
dengan kejadian katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar
(BKMM) tahun 2010,Hal 6
6. Lusianawaty Tana,Lutfah Rifati,Lannywati Ghani,Peranan pekerjaan
terhadapn kejadian katarak pada masyarakat Indonesia,RISET
KESEHATAN DASAR 2007.Hal 2

7. Herna Hutasioit,2009,Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Kabupaten


Tananuli Selatan,Universitas Sumatera Utara.

8. Lusianawaty Tana,Lutfah Rifati,Lannywati Ghani,2007,Merokok dan


usia sebagai faktor risiko katarak pada pekerja berusia >30 di bidang
pertanian,Departmen Kesehatan R.I

9. Nicholas Phelps Brown MD,2001,Nutrition and Cataract,Association of


Optometrists, hal 2

10. Rizkawati,2012,Hubungan antara kejadian katarak dengan diabetes


mellitus di Poli Mata RSUD DR.SOEDARSO PONTIANAK,,Universitas
Tanjungura Pontianak.

11. Galloway NR, Galloway PH, Browning AC, editors. Common Eye
Disease and Their management.3rd Edition. London: Springer; 2006.p.80-
90.

39
12. Olver J, Cassidy L. Cataract Assesment. In: Ophtalmology at a glance.
India: Blackwell science; 2014.p.72-77

13. Khalilullah, Said. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak


Senilis.Desember S2010 [27 Februari 2015].Available from:
http://padmanaba.web.id/file/patologi-pada-katarak1.pdf

40

Anda mungkin juga menyukai