Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

GLAUKOMA

Diajukan Untuk Salah Satu Syarat


Guna Mengikuti Kepaniteraan Klinik

Penyusun:
Lailatul Mufidah Zafarina 19710041

Pembimbing:
dr. Bambang Tuhariyanto, Sp.M
dr. Imama Qosidah, Sp.M
dr. Risty Arie Hardini, Sp.M

KSM ILMU MATA


RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Lailatul Mufidah Zafarina


NPM : 19710041
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Wijaya Kusuma Surabaya
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bidang Pendidikan : SMF Ilmu Mata
Periode Kepaniteraan Klinik : 18 Januari 2021 s/d 28 Februari 2021
Judul Laporan Kasus : Glaukoma
Pembimbing : dr. Bambang Tuhariyanto, Sp.M

SMF Ilmu Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Rumah Sakit Ibnu Sina Gresik

Disetujui Oleh

dr. Bambang Tuhariyanto, Sp.M

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus Ilmu
Penyakit Mata dengan judul GLAUKOMA.
Tak lupa kami sampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu kami dalam bentuk material maupun spiritual dalam menghadapi
kendala-kendala dalam penyusunan tugas ini. Untuk itu kami berterimakasih
kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Direktur RSUD IbnuSina Gresik, atas kesempatan yang diberikan, sehingga
kami dapat menimba ilmu di rumah sakit ini.
3. dr. Bambang Tuhariyanto, Sp.M selaku pembimbing saya dan kepala bagian
KSM Ilmu Penyakit Mata di RSUD Ibnu Sina Gresik yang dengan penuh
kesabaran memberikan kesempatan dan bimbingan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini dengan baik
4. Seluruh Dokter di KSM Ilmu Penyakit Mata RSUD Ibnu Sina Gresik beserta
staf poliklinik Mata RSUD Ibnu Sina gresik.
Akhirnya kami mohon maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak bila
mana kami telah melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak selama proses
penulisan tugas ini.

Gresik, Januari 2021

Penyusun

3
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

iv BAB I LAPORAN KASUS

........................................................................................ 1

A. Identitas Pasien ................................................................................................ 1

B. Anamnesa ........................................................................................................ 1

C. Pemeriksaan Fisik ........................................................................................... 3

D. Resume ............................................................................................................ 7

E. Diagnosa Klinis ............................................................................................... 8

F. Penatalaksanaan .............................................................................................. 8

BAB II PEMBAHASAN KASUS ............................................................................ 10

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 11


BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

No. Rekam Medis : 770200

Nama : Ny. S

Umur : 62 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Bangsa / Suku Pekerjaan Status : Jawa

: Tidak Bekerja

: Sudah menikah

B. ANAMNESA Keluhan Utama

Mata kanan terasa nyeri hebat

1
Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poli Mata RSUD Ibnu Sina Gresik dengan

keluhan mata kanan terasa sangat nyeri sejak ± 10 hari yang lalu

sebelum datang ke poli mata, nyeri diarasakan menjalar ke kepala,

kepala terasa cekot-cekot hingga pasien menggeluh mual tapi tidak

muntah. Keluhan disertai dengan pandangan yang kabur secara

mendadak, jika berjalan pasien selalu menabrak barang-barang yang

ada disekitar pasien. Selain itu pasien juga mengeluh sering melihat

bayangan lampu seperti pelangi. Pasien mengatakan awalnya mata

kanan pasien merah, lalu terasa kemeng dan nyerocoh. Pasien

sebelumnya belum pernah menggunakan kacamata.

Tidak ada keluhan demam, rasa tidak enak badan. Tidak ada

riwayat mata kering, benjolan pada kelopak mata, operasi/tindakan

pada mata, riwayat trauma benda tajam maupun tumpul sebelum

timbul keluhan disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Riwayat penyakit hipertensi disangkal

 Riwayat penyakit diabetes melitus ada

 Riwayat penyakit kulit disangkal

 Riwayat mengalami benturan atau trauma benda lain disangkal

 Riwayat asma, alergi obat,alergi makanan disangkal


Riwayat Penyakit Keluarga :

 Tidak ada yang sedang sakit mata didalam keluarga

 Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal

 Riwayat penyaki hipertensi disangkal

Riwayat Pengobatan :

 Pasien mengatakan belum pernah diobati sama sekali

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital :

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Nadi : 88 kali/menit

Respirasi : 18 kali/menit

Suhu : 36,50C

Kepala : Normocephali

Leher : KGB dan tiroid tidak teraba


Jantung : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Paru : Suara napas vesicular, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen : Bising usus (+) normal, hepatomegali (-),

splenomegali (-)

Ekstremitas : Akral superior: hangat (+/+), edema (-/-),

Akral inferior: hangat (+/+), edema ( /-)

Status Oftalmologi:

PemeriksaanOftalmologi

OD OS

Gerakan bola mata

Visus 6/50 6/25

0/5.5 = 5/10 = 41.5 5/5.5= 17,3 mmHg


TIO
mmHg

Edem (-) Ekimosis Edema (-)

Palpebra superior (-) Pseudoptosis (-) Ekimosis (-)


Pseudoptosis (-)

Edem (-) Edem (-)


Palpebra inferior Ekimosis (-)
Ekimosis (-)

Hiperemi (-) Hiperemis (-)


Konjungtivatarsalis
superior Hipertrofipapiler (-) Hipertrofipapiler (-)

Giant papil (-) Giant papil (-)

Hordeolum (-) Hordeolum (-)

Chalazion (-) Chalazion (-)

Edem (-) Sekret Edem (-) Sekret (-)

(-) Pseudomembran (-)

Pseudomembran (-)

Hiperemi (-) Hiperemi (-)

Hipertrofipapiler (-) Hipertrofipapiler (-)

Hipertrofifolikel (-) Hipertrofifolikel (-)

Giant papil (-) Giant papil (-)


Konjungtiva
Hordeolum (-) Hordeolum (-)
tarsalis inferior
Chalazion (-) Chalazion (-)

Edem (-) Edem (-)

Sekret (-) Sekret (-)

Pseudomembran (-) Pseudomembran (-)

Injeksi siliar (+) Injeksi siliar (-)


PCVI (+)
Sekret (-) PCVI (-) Sekret (-)
Konjungtivabulbi

Bleeding (-)

5
Pterigyum (-) Bleeding (-)

Pinguekula (-) Pterigyum (-)

Kemosis (-) Pinguekula (-)

Kemosis (-)

Kornea Edema (+) Edema (-)

Bilik mata depan Kedalaman Dangkal Kedalaman sedang

Bulat, Warna coklat, Bulat,Warna coklat,


Iris sinekia (-)
Sinekia (-)

Anisokor

Pupil diameter 6 mm Diameter 3 mm


(Midriasis)
Keruh, Test Shadow Jernih
Lensa
(+)

Vitreus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Fundus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

6
D. RESUME

Ny. S, perempuan, 62 th, Mata kanan nyeri hebat ± 10 hari yang lalu.

Nyeri menjalar ke kepala, terasa mual-mual. Penglihatan kabur mendadak,

melihat pelangi, mata kanan merah, kemeng dan nyerocoh. Visus OD

(6/50), Tekanan intraokular OD (41.5 mmHg), Injeksi siliar OD (+),

Edema kornea OD (+), BMD OD dangkal, Lensa OD keruh, Iris Shadow

(+), Pupil OD midriasis (diameter 6 mm).

E. DIAGNOSIS KLINIS

OD Glaukoma Akut

F. PENATALAKSANAAN

1. Planning Terapi :

Terapi Medikamentosa :

 Hiperosmoler

- Glyserin 50cc : 50cc sari buah

 Penurunan Produksi Humor Aquos

- Acetazolamide 250 mg 3 dd tab 1

- Potassium Chloride (KSR) 600mg 2 dd tab 1

- Timolol 0,5% 2 dd gtt 1 OD

 Membuka sudut (Miotikum)

- Pilocarpin 2% ( setiap 6 jam )

7
Terapi Non-Medikamentosa

- Pro trabekuletokmi OD

2. Edukasi Pasien

- Menjelaskan cara pemakaian obat dan pentingnya

menggunakan obat dengan teratur dan sesuai petunjuk.

- Menginformasikan tentang pengobatan yang diharuskan untuk

melakukan operasi secepatnya.

3. Rencana monitor/evaluasi:

- Evaluasi klinis pasien


BAB II

PEMBAHASAN

Dari anamnesa ditemukan adanya keluhan mata kanan terasa sangat nyeri

sejak ± 10 hari yang lalu, nyeri diarasakan menjalar ke kepala, kepala terasa

cekot-cekot hingga pasien menggeluh mual tetapi tidak muntah. Keluhan disertai

dengan pandangan yang kabur secara mendadak, jika berjalan pasien selalu

menabrak barang-barang yang ada disekitar pasien. Selain itu pasien juga

mengeluh sering melihat bayangan lampu seperti pelangi. Pasien mengatakan

awalnya mata kanan pasien merah, terasa kemeng dan nyerocoh. Pasien

sebelumnya belum pernah menggunakan kacamata.

Tidak ada keluhan demam, rasa tidak enak badan. Tidak ada riwayat mata

kering, benjolan pada kelopak mata, operasi/tindakan pada mata, riwayat trauma

benda tajam maupun tumpul sebelum timbul keluhan.

Okuli dextra Okuli sinistra

Visus 6/25
6/50
TIO 5/5.5= 17,3 mmHg
0/5.5 = 5/10 = 41.5 mmHg

Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (+) Injeksi siliar (-)

Kornea Edem (+) Edem (-)

Bilik mata depan Kedalaman Dangkal kedalaman sedang

Pupil Midriasis (6 mm) Sentral, Bulat, 3 mm

Lensa Keruh, Test Shadow (+) Jernih


Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan diatas pasien ini di diagnosis klinis

terkena penyakit mata yaitu Oculi Dextra Glaukoma Akut. Untuk planning terapi

nya sendiri bisa dilakukan secara medikamentosa. Medikamentosa sebagai

berikut : pemberian obat hiperosmoler, menurunkan produksi Humor Aquos,

Membuka sudut dengan Miotikum, kemudian pro operasi trabekulektomi karena

sudah melewati 2x24 jam. Edukasi Menjelaskan cara pemakaian obat dan

pentingnya menggunakan obat dengan teratur dan sesuai petunjuk dan

Menginformasikan tentang pengobatan yang diharuskan untuk melakukan operasi

secepatnya.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Galukoma

Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau

kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita

glaukoma. Glaukoma adalah suatu penyakit neuropati optik kronik yang

ditandai oleh pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapang

pandang dengan peningkatan tekanan intraokular sebagai faktor risiko

utama.1

Glaukoma adalah keadaa dengan tanda peningkatan tekanan intra

okuler dengan disertai gangguan integritas jaringan dan gangguan fungsi.

B. Etiologi Glaukoma

Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler yang dapat

disebabkan oleh bertambahnya produksi humor akueus oleh badan siliar

ataupun berkurangnya pengeluaran humor akueus di daerah sudut bilik

mata atau di celah pupil.5

Tekanan intraokuler adalah keseimbangan antara produksi humor

aquos, hambatan terhadap aliran aquos dan tekanan vena episklera.

Ketidakseimbangan antara ketiga hal tersebut dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intraokuler, akan tetapi hal ini lebih sering

disebabkan oleh hambatan terhadap aliran humor aquous.2


Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara

saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah

ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf

optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada

lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi,

lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada

akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.3

C. Klasifikasi

Berdasarkan klinis dibagi menjadi 2 :

- Glaukoma Akut : peningkatan Tekanan intra okuler secara mendadak

disertai denga edema kornea dan penurunan visus.

- Glaukoma Kronis : peningkatan Tekanan Intra Okuler secara perlahan

disertai pelebaran gaung papil dan penyempitan lapang pandang.

Biasanya terjadi tanpa gejala klinis.


Berdasarkan etiologi, antara lain :

A. Glaukoma Primer Glaukoma sudutterbuka

Glaukoma suduttertutup

B. Glaukoma Sekunder Glaukomapigmentasi

Sindromeksfoliasi

Akibat kelainan lensa(fakogenik)

Akibat kelainan traktusuvea

Sindrom iridokorneoendotelial
(ICE) Trauma

Pascaoperasi

Glaukomaneovaskular

Peningkatan tekananepisklera

Akibatsteroid

C. Glaukoma Kongenital Glaukoma kongenitalprimer

Glaukoma yang berkaitan dengan


kelainan perkembangan matalain

Glaukoma yang berkaitandengan

kelainan perkembangan
ekstraokular

D. Glaukoma Absolut Stadium akhir dari glaukoma


apabilatidak terkontrol

13
D. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis Glaukoma Manifestasi klinis glaukoma menurut

Tamsuri meliputi : 1

a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)

b. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu

c. Mual, muntah, berkeringat

d. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar

e. Visus menurun

f. Edema kornea

14
g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma

sudut terbuka)

h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya

i. TIO meningkat Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular,

akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat

disebabkan oleh beberapa faktor :

1) Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan

deganerasi berkas serabut saraf pada papil saraf optik.

2) Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan

papil saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan

paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf otak

relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi

penggaungan pada papil saraf optik.

3) Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini

masih belum jelas.

4) Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh

kerusakan serabut saraf optik.

E. Faktor Risiko

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Riwayat keluarga dengan glaukoma


4. Penderita penyakit degeneratif seperti DM, hipertensi dan kelainan

kardiovaskuler.

5. Pengunaan obat-obatan tetes mata yang terlalu lama

6. Seseorang dengan bilik mata depan yang dangkal

7. Penderita rabun jauh atau rabun dekat dengan ukuran lensa yang tinggi

F. Kriteria Diagnosis

Pada penyakit glaukoma ini ditegakkan dengan anamnesis dan

pemeriksaan oftalmologi.

1) Anamnesis

Dari anamnesis dapat ditemukan beberapa gejala yang dikeluhkan

oleh pasien dengan glaukoma yaitu:

(a) Hilangnya penglihatan sisi samping

(b) Sakit kepala

(c) Penglihatan kabur

(d) Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya terang (misalnya

lampu)7

Riwayat Penyakit sekarang :

 Glaukoma primer sudut terbuka : penurunan ketajaman

penglihata progresif, sakit kepala, sakit mata, halo/pelangi

disekitarlampu.

 Glaukoma primer sudut tertutup : penurunan ketajaman

penglihatan mendadak, nyeri hebat periorbita, pusing, mual


muntah, mata merah, bengkak, berair, halo/pelangi disekitar

lampu.
 Glaukoma sekunder : keluhan mengarah pada penyakit/keadaan

lain yang dapat menjadi penyebab peningkatanTIO.

 Glaukoma kongenital : mata berair berlebihan, bola mata

membesar, silau, bayi tidak tahan sinar matahari dan menjauhi

sinar dengan menyembunyikanmata.

 Glaukoma absolut : kebutaan total, mata lelah, matakeras

seperti batu, nyeri periorbita.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat penyakit mata seperti mata merah, gangguan

lapang pandang,katarak, uveitis, retinopati diabetic, oklusi

vascular dantrauma

 Riwayat penyakit dahulu seperti operasimata

 Riwayat penyakit sistemik hipertensi, DM,

penyakitCVS Riwayat Peyakit Keluarga

Glaukoma, miopi, penyakit CVS, DM, migraine, Hipertensi,

vasospasme.

Riwayat Penyakit Pengobatan

Antihipertensi dan steroid topikal

2) Pemeriksaan fisik

a. Visus : Ketajaman penglihatan dapat normal atau menurun

secara progresif tetapi terjadi penurunan ketajaman

penglihatan mendadak pada glaukomaakut.


b. Kornea : Edema dan keruh

c. Kamera
OkuliAnterior

 Glaukoma sudut terbuka : normal

 Glaukoma sudut tertutup :dangkal

 Glaukoma kongenital : dalamsekali

d. Pupil : Reflex cahaya pupil dapat poitif atau negative

e. Lensa : Bisa keruh dan adanya iris shadow

3) Pemeriksaan oftalmologi

(a) Tonometri

Tonometri adalah pengukuran tekanan intraokular, instrumen yang

paling banyak digunakan adalah tonometer aplanasi goldmann

yang ditempelkan pada slitlamp dan mengukur gaya yang

diperlukan untuk meratakan luas kornea tertentu.1 Ada 4 macam

tonometer yang dikenal: tonometer schiotz, tonometer digital,

tonometer aplanasi, tonometer Mackay Marg. Batas normal

Tekanan intraokular adalah 10-21 mmHg. Jika tekanan intraokular

meningkat secara konsisten dengan diskus optikus dan lapang

pandang yang normal (hipertensi okular), pasien harus diobservasi

secara berkala sebagai suspek glaukoma.1

(b) Gonioskopi
Gonioskopi dilakukan untuk memeriksa saluran pembuangan yaitu

dengan memeriksa sudut iridokornea dengan menggunakan lensa

kontak khusus yang disebut genioskop. Gonioskopi dapat

membedakan glaukoma sudut terbuka atau tertutup serta adanya

perlekatan iris bagian perifer, abnormalitas sudut dan adanya benda

asing. 1

(c) Pemeriksaan Diskus Optikus

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk memperhatikan

keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan

glaukoma kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil

saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Keberhasilan suatu pengobatan

berhasil dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus

membesar.1 Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian

tengahnya (depresi sentral) yang ukurannya tergantung jumlah

relative serat penyusun nervus optikus terhadap ukuran lubang

sclera yang harus dilewati oleh serat-serat tersebut.1

Pada glaukom, terdapat pembesaran konsentrasi cawan optik atau

cekungan (cupping) yang lebih cenderung berada disuperior

mupun inferior dengan takik fokal pada diskus optikus. Asimetri

diskus optikus sering kali menandakan terjadinya glaukoma.

(d) Pemeriksaan Lapang Pandang


Pemeriksaan lapanmg pandang rutin sangat penting untuk

doiagnosis dan pemantauan glaukoma. Berbagai cara untuk

menguji lapang pandang pada glaukoma meliputi perimeter

otomatis (misalnya Humphrey, Octopus, atau Henson), perimeter

goldmann. Pada metode perimeter goldmann dapat mmenguji

batas lengkap visus perifer dan selama bertahun-tahun telah

menjadi metode utama untuk memetakan lapang pandang pada

pasien glaukoma.1

G. Diagnosa Banding

1) Glaukoma akut:


Uveitisanterior

 Keratitis

2) Kornea Glaukoma kronis:

 Katarak


Kelainanrefraksi

 Retinopati
diabetes/hipertensi


Retinitispigmentosa

H. Penatalaksanaan Glaukoma

Penatalaksanaan glaukoma menurut Tamsuri meliputi :1


1) Pengobatan bagi pasien glaukoma Pengobatan dilakukan dengan prinsip

untuk menurunkan TIO, membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma

sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual,


muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup

ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

- Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan

hiperosmotik seperti gliserin (gliserol) per oral 1 mL/kgBB pada

larutan dingin 50% , alternatifnya dengan menggunakan isosorbid

oral atau manitol 20% intravena.1

- Upaya untuk menekan produksi aquous humor yaitu Penurunan

humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens

penghambat beta-adrenergic seperti larutan betaksolol 0,25%,

timolol maleat 0,25% dan 0,5% (Timopic), atau levobunolol 0,5%

(Begatan). Kontraindikasi utama adalah penderita dengan PPOK,

asma.

- Untuk melancarkan aliran keluar humor aqueus, juga dapat diberikan

analog prostaglandin yaitu, bimatropros 0,003%, latanopros 0,005%,

Taflupros 0,0015% dan tavapros 0,004% diberikan 1kali pada

malam hari. Efek samping analog prostaglandin menimbulkan

hiperemi konjungtiva, hiperpigmentasi periorbita, pertumbuhan bulu

mata, serta iris berwarna hijau-coklat.

- Untuk melancarkan aliran keluar humor aqueus dilakukan konstriksi

pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4%

setiap 3-6 jam. Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur setelah

1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum dilakukan apabila telah

terdapat tanda-tanda penurunan TIO.


2) Penanganan nyeri, mual, muntah dan peradangan dilakukan dengan

memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), antimuntah atau

kortikosteroid untuk reaksi radang.

3) Jika tindakan pengobatan tidak berhasil, dilakukan tindakan bedah dan

laser untuk membuka saluran Schlemm sehingga cairan yang banyak

diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan pembedahan dapat

dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila tindakan

ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (pemasangan selaput beku).

a. Iridoplasti, Iridektomi dan Iridotomi Perifer

Blokade pupil pada glaukoma sudut tertutup paling baik diatasi

dengan membentuk saluran langsung antara bilik mata depan dan

belakang sehingga tidak ada perbedaan tekanan di antara keduanya.

Iridotomi perifer paling baik dilakukan dengan laser

YAG:neodymium walaupun laser argon mungkin diperlukan pada iris

berwarna gelap. Tindakan bedah iridektomi perifer dilakukan bila

iridotomi laser YAG tidak efektif. Iridotomi laser YAG menjadi suatu

tindakan pencegahan bila dikerjakan pada sudut sempit sebelum

serangan penutupan sudut.4

b. Trabekuloplasti Laser

Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan bakaran

melalui suatu lensa – gonio ke anyaman trabekular akan memudahkan

aliran keluar aquous humor; ini terjadi karena efek yang dihasilkan

pada anyaman trabekular dan kanal Schlemm, atau adanya proses –


proses selular yang meningkatkan fungsi anyaman trabekular. Teknik

ini dapat diterapkan pada beragam bentuk glaukoma sudut terbuka,

dan hasilnya bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasari.

Trabekuloplasti laser dapat digunakan dalam terapi awal glaukoma

sudut terbuka primer. Pada sebagian besar kasus, tekanan intraokular

perlahan – lahan akan kembali ke tingkat praterapi dalam 2 – 5 tahun.

Hasil tindakan bedah drainase glaukoma berikutnya dapat dipengaruhi

tanpa disengaja. 4

b. Bedah Drainase Glaukoma Trabekulotomi

Prosedur yang paling sering digunakan untuk memintas saluran –

saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung aquous

humor dari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva dan orbita.

Komplikasi yang utama adalah fibrosis jaringan episklera, yang

menyebabkan penutupan jalur drainase baru tersebut. Terapi adjuvant

pra- dan pascaoperasi dengan antimetabolit, seperti 5-fluorouracil dan

mitomycin C memperkecil risiko kegagalan bleb dan dikaitakan

dengan kontrol tekanan intraokular yang baik.

Penanaman selang silikon untuk membentuk saluran keluar

permanen bagi aquous humor adalah tindakan alternatif untuk mata

yang tampaknya tidak berespons terhadap trabekulotomi. Ini meliputi

mata dengan glaukoma sekunder – terutama glaukoma neovaskular –

dan glaukoma pascabedah tandur kornea. 1


Viskokanalostomi dan sklerektomi dalam dengan implan kolagen

menghindarkan dilakukannya insisi ketebalan penuh ke dalam mata.

Penurunan tekanan intraokular yang dihasilkan tidak sebaik

trabekulektomi, tetapi komplikasi yang timbul mungkin lebih sedikit.

Secara teknis, tindakan ini sulit dikerjakan. Goniotomi dan

trabekulotomi adalah teknik – teknik yang bermanfaat untuk

mengobati glaukoma congenital primer, yang tampaknya terdapat

sumbatan drainase aquous humor di bagian dalam anyaman

trabekular. 1

b. Tindakan Siklodestruktif

Kegagalan terapi medis dan bedah pada glaukoma lanjut dapat

menjadi alas an untuk mempertimbangkan tindakan destruksi corpus

ciliare dengan laser atau pembedahan untuk mengontrol tekanan

intraokular. Krioterapi, diatermi, terapi laser YAG: neodymium

thermal mode, atau laser diode dapat digunakan untuk menghancurkan

corpus ciliare. Terapi biasanya diberikan dari luar melalui sclera,

tetapi telah tersedia system apliasi laser endoskopi. 1

I. Komplikasi

Apabila terapi ditunda, iris perifer dapat melekat ke anyaman trabekular

(sinekia anterior) sehingga menimbulkan oklusi sudut COA irreversible

yang memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Sedangkan jika


tidak diobati akan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang

progresif, biasanya melalui tahapan blind spot dan bisa menjadi kebutaan

total. 4
DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan, P., Whitcher, J. P. Vaughan & Asbury. 2019.Oftalmologi Umum.;

Edisi 19. New York: McGraw-Hill Companies

2. Scanlon, Valerie C., 2007. Essentials of anatomy and physiology/Valerie C.

Scanlon, Tina Sanders. — 5th ed.

3. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Jilid 1.

4. Laras, Maranatha Tobing. 2014. Acute Glaucoma on Right Eye. vol 1 (2).

Anda mungkin juga menyukai