PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Definisi
Endotalmitis adalah reaksi inflamasi/ infeksi intraokuler terutama mengenai
korpus vitreous dan COA, dengan atau tanpa mengenai lapisan atau dinding bola mata
seperti retina dan atau koroid.1,2
Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata
yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli
anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk
abses di dalam badan kaca.3
1.2.
Anatomi
korpus vitreous
Vitreus mengisi ruang antara lensa dan retina, dan terdiri atas matriks serat kolagen
tiga dimensi dan gel asam hialuronat dengan struktur seperti jelli, transparan dan memiliki
volume sekitar 4 ml. 98 % dari vitreus tersusun atas air. Badan vitreus dibagi atas dua bagian
yaitu1,2 :
Korteks, yaitu bagian yang berbatasan dengan posterior retina dan lensa, badan siliar
dan zonulli anterior. Densitas dari kolagen lebih baik pada bagian perifer ini.
Kondensasi dari bentuk fibril dikenal dengan nama anterior membran hyaloid.
Perlekatan anterior membran hyaloid ke bagian retina (posterior membran hyaloid)
akan melemah sejalan dengan adanya penuaan, perdarahan, trauma, dan proses lain
yang menyebabkan matriks kolagen vitreus berkontraksi.
Korteks vitreus posterior kemudian memisahkan diri dari retina pada daerah
yang perlekatannya lemah dan dapat menimbulkan traksi pada daerah-daerah yang
perlekatannya lebih kuat. Sebenarnya vitreus tidak pernah lepas dari basisnya. Vitreus
juga melekat pada nervus optikus dengan keeratan yang kurang, dan juga pada
makula dan pembuluh retina2.
Vitreus dapat berpindah ke inferior saat memisah dari retina, proses ini
menghasilkan gaya yang lebih kecil pada zona perlekatan vitreoretina dibandingkan
gaya traksi yang diberikan oleh gerakan mata yang sakadik. Gaya dinamik yang
terinduksi dari gerak sakadik tersebut berperan penting dalam robekan retina,
kerusakan permukaan retina dan pembuluh darah yang robek. Kontraksi vitreus lebih
lanjut akan invasi epitel pigmen retina, sel glia, atau sel radang dapat menimbulkan
traksi statik yang cukup kuat untuk melepaskan retina tanpa disertai robekan retina.
Badan vitreus (nukleus), memiliki struktur fibril yang lebih sedikit. Disini dimana
pencairan dari gel vitreus mulai pertama kali.
COA dibentuk oleh jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi
pengaliran keluar cairan bilik mata. Jika terjadi hambatan pengaliran keluar cairan mata
akan terjadi penimbunan cairan bilik mata didalam bola mata sehingga tekanan bola mata
meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut itu terdapat jaringan trabekulum,
kanal sclemm, garis schwalbe, dan jonjot iris3.
Garis schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Anyaman trabekula berbentuk
segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang mengarah ke korpus siliar, anyaman
ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik yang membentuk
suatu filter dengan pori yang semakin mengecilketika mendekati kanal sclemm. Bagian
anyaman ini yang menghadap ke COA dikenal dengan anyaman uvea bagian luarnya
dekat dengan kanal sclemm disebut anyaman korneosklera2.
3.1.
Klasifikasi endoftalmitis
Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Endoftalmitis Eksogen
Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari
lingkungan luar. Endoftalmitis eksogen paling sering disebabkan oleh trauma tembus,
atau infeksi sekunder atau komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang
membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing, seperti
glaukoma4
Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis post operasi dan
endolftalmitis post trauma
-
Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection,
3.2.
Epidemiologi endoftalmitis
60% kasus endoftalmitis eksogen terjadi pasca pembedahan intraokuler. Bentuk
endoftalmitis yang paling sering di Amerika adalah endoftalmitis pasca operasi katarak,
selain itu juga terdapat endoftalmitis pasca trauma sebanyak 4-13 %. Keterlambatan
penutupan luka akibat trauma tajam berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya
endoftalmitis. Di Amerika Serikat endoftalmitis endogen jarang terjadi, hanya berkisar
antara 2-15 % dari seluruh kasus endoftalmitis
3.3.
Etiologi
1. Bakteri - Post Operasi
a. Akut
Staphylococcus aureus
Bakteri gram negatif
b. Kronis
Endoftalmitis terjadi 6 minggu - 2 tahun setelah operasi
Stapylococcus epidermidis
5. Propionibacterium acnes
2. Bakteri - Post Trauma
6. Bacillus cereus
7. Staphylococcal sp
8. Streptococcal sp
3.
Bakteri-Endogen
Streptococcus sp (pneumococcus, viridens)
Staphylococcal sp
Neurospora
Fusarium
Candida
Fungal Endogen
Candida
Fungal Trauma
Fusarium
Aspergilus
3.4.
Patofisiologi
Pada keadaan normal, sawar darah okuler memiliki resistensi alami terhadap
organisme. Masuknya bakteri ke dalam mata terjadi karena rusaknya rintanganrintangan okular. Penetrasi melalui kornea atau sklera mengakibatkan gangguan
eksogen pada mata. Jika masuknya lewat sistem vaskular, maka jalur endogen akan
terbentuk. Setelah bakteri-bakteri memperoleh jalan masuk ke dalam mata, proliferasi
akan berlangsung dengan cepat. 3,7
Pada endoftalmitis endogen, organisme hematogen menembus sawar darah
okuler dengan cara invasi langsung ataupun dengan melepaskan substansi yang
menimbulkan perubahan pada endotel vaskuler pada saat infeksi. Destruksi jaringan
intraokuler dapat disebabkan karena invasi langsung organisme dan atau karena
mediator inflamasi respon imun.
Vitreus bertindak sebagai media yang sangat bagus bagi pertumbuhan bakteri.
Bakteri yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah stafilokokus, streptokokus,
pneumokokus, pseudomonas dan bacillus cereus. Bakteri, sebagai benda asing,
memicu suatu respons inflamasi. Masuknya produk-produk inflamasi menyebabkan
tingginya kerusakan pada rintangan okular-darah dan peningkatan rekrutmen sel
inflamasi. 7,8
Kerusakan pada mata terjadi akibat rusaknya sel-sel inflamasi yang
melepaskan enzim-enzim proteilitik serta racun-racun yang dihasilkan oleh bakteribakteri. Kerusakan terjadi di semua level jaringan yang berhubungan dengan sel-sel
inflamasi dan racun-racun. 2
radial)
dapat
menyebabkan
endoftalmitis
eksogen.
Gambaran
endoftalmitis dapat hanya berupa nodul-nodul putih di kapsul lensa, iris, retina, atau
koroid atau dapat berupa inflamasi seluruh jaringan okuler yang menyebabkan bola
mata penuh dengan eksudat purulen. Inflamasi ini dapat menyebar ke jaringan lunak
orbita.
Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat digunakan untuk membedakan etiologi dari
endoftalmitis, yaitu :5
Bakteri
9. Onset cepat ( 1-7 hari post operatif)
10. Nyeri, mata merah dan kemosis
11. Edem palpebra dan spasme otot palpebra
12. Visus menurun dengan cepat
13. Hipopion
14. Diffuse Glaukoma
Fungi
15. Onset terlambat (8-14 hari atau lebih)
16. Sedikit nyeri dan merah
17. Transient hipopion
18. Lesi satelit
19. Puff ball opacities pada vitreus
2.9 Komplikasi
Endoftalmitis bakteri dapat menyebabkan sepsis atau berkembang menjadi masqered
syndrome. Kemudian juga bisa terjadi katarak, lepasnya retina, perdarahan vitrous dan
suprakoroid.
2.10Prognosis
Prognosis ditentukan oleh ketepatan diagnosa, ketepatan pemberian obat, luasnyo
lakasi infeksi atau trauma, dan keterlibatan retina. Selain itu jika ditemukan adanya hipopion
pada pemeriksaan maka prognosa buruk.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. JZ
MR
: 86.98.80
Umur
: 58 tahun
Alamat
: Pasar Usang
Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 58 tahun dirawat di bangsal mata RSUP Dr. M. Djamil
Padang dengan :
Keluhan utama : Mata kanan sakit dan sakit kepala.
Riwayat penyakit sekarang :
Sebelumnya + 1 bulan yang lalu mata kanan kemasukan serbuk pinang waktu
membuka buah pinang. Lalu dibersihkan dengan air daun sirih 1x2 hari. Bagian hitam mata
semakin memutih. 1 minggu yang lalu diberi air daun katarak 1x1 hari. Mata semakin
memutih dan bertaambah sakit disertai sakit kepala. Pasien berobat ke RS Swasta lalu dirujuk
ke RSUP Dr. M. djamil.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak ada menderita penyakit diabetes mellitus, jantung, tidak ada
mengkonsumsi obat dalam jangka waktu lama.
:
:
Tekanan darah
130/70
88 x/menit
Frekuensi nad
Frekuensi napas
:19 x/menit
Suhu
:37,30 C
OD
OS
1/ proyeksi ragu-ragu
5/10f
Refleks fundus
(-)
(+)
Silia/Supersilia
Trichiasis (-)
Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Madarosis (-)
Palpebra Superior
Edema (+)
Edema (-)
Palpebra Inferior
Edema (-)
Edema (-)
Margo Palpebra
Trichiasis (-)
Trichiasis (-)
Aparatus Lakrimalis
(+)
(+)
Konjungtiva Tarsalis
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Kemosis (+)
Kemosis (-)
Sekret (+)
Sekret (-)
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Kemosis (+)
Kemosis (-)
Sekret (+)
Sekret (-)
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Kemosis (+)
Kemosis (-)
Sekret (+)
Sekret (-)
Konjungtiva Forniks
Konjungtiva Bulbi
Sklera
Kornea
Putih
Ulkus (+)
Bening
Hipopion (+)
Cukup dalam
Iris
Coklat
Pupil
Bulat, 2mm
Reflex cahaya +/+
Lensa
Bening
Korpus Vitreum
Bening
Fundus :
Media
Papil Optic
Retina
Aa/vv Retina
Makula
Tekanan Bulbus Okuli
N + 1 (palpasi)
N (palpasi)
Ortho
Ortho
Bebas
Bebas
Pemeriksaan lainnya
Gambar
Gambar 4 : Foto klinis pasien hari ke-1 dirawat dan hari ke-7dirawat
Diagnosis Kerja
: Suspek endoftalmitis OD
Suspek glaukoma sekunder OD
Diagnosis Banding
: panoftalmitis
Pemeriksaan Anjuran
: USG
Anjuran Terapi :
Floxa ed tiap jam OD
Solnazole ed tiap jam OD
SA ed 3x1 OD
Ceftriaxon fortified tiap jam OD
Glaukon 4x1 tablet
Aspar K 2x1 tablet
Timol 0,5% 2x1 OD
Ciprofloxon 2x500 mg
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: bonam
OD
OS
1/ proyeksi ragu-ragu
5/10f
Refleks Fundus
(-)
(+)
Supersilia/Silia
Trichiasis (-)
Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Madarosis (-)
Edema (+)
Edema (-)
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Margo Palpebra
Aparat Lakrimalis
Edema (-)
Trichiasis (-)
Trichiasis (-)
(+)
(+)
Konjungtiva Tarsalis
Konjungtiva Forniks
Konjungtiva Bulbi
Sklera
Putih
Kornea
Ulkus (+)
+ 8 mm
Kedalaman 2/3 stromal
Bening
Hipopion (+)
Cukup dalam
Iris
Sulit dinilai
Coklat
Pupil
Bulat, 2mm
Sulit dinilai
Reflex cahaya +/+
Lensa
Sulit dinilai
Bening
Korpus Vitreum
Sulit dinilai
Bening
Funduskopi :
- Media
- Papil
- Pembuluh darah
- Retina
- Makula
Tekanan Bulbus Okuli
N + 1 (palpasi)
N (palpasi)
Ortho
Ortho
Bebas
Bebas
Pemeriksaan USG
Vitreus keruh
Diagnosis Kerja
: Endoftalmitis OD
Glaukoma sekunder OD
Diagnosis Banding
:-
Anjuran Terapi :
Ceftriaxone fortified ed tiap jam
Floxa ed tiap jam OD
Odnatde ed tiap jam OD
Glaukon tablet 4x1/2
Aspar K tablet 2x1
SA ed 3x1 OD
Timolol 0,5% ed 2x1 OD
Ciprofloxon 2x500mg
EDTA ed 4x1 OD
Tetrasiklin 4x200mg
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: bonam
BAB IV
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 58 tahun dirawat di Bangsal Mata
RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 29 Mei 2014 dengan diagnosis endoftalmitis OD
dan glaukoma sekunder OD. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
Dari anamnesis didapatkan mata kanan pasien sakit dan pasien mengeluh sakit kepala.
Sebelumnya + 1 bulan yang lalu mata kanan pasien kemasukan serbuk pinang saat membuka
buah pinang, oleh karena itu diduga serbuk pinang tersebut masuk ke mata dan mencapai
bagian mata yang lebih dalam sehingga merusak sawar okuler. Riwayat pasien menggunakan
daun sirih untuk pengobatan diduga memperburuk dan menambah infeksi pada mata pasien.
Dari pemeriksaan fisik ophtalmikus OD ditemukan adanya edema pada palpebra,
kelopak mata sukar dibuka, penurunan visus, konjungtiva hiperemis, kemosis,kornea keruh,
tidak ada gangguan pada gerakan bola mata, dan dari pemeriksaan USG didapatkan
vitreusnya keruh sehingga mendukung diagnosis endoftalmitis dan menyingkirkan diagnosa
banding panoftalmitis. Pada pasien juga ditemukan peningkatan tekanan intra okuler, hal ini
diduga karena tersumbatnya trabekula akibat adanya proses inflamasi.
Prognosis fungsionam pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena fungsi mata nya
bisa kembali normal jika diobati dengan baik dan perluasan infeksi dapat di minimalisir
sehingga tidak meluas kebagian posterior.
Daftar pustaka
Ramana et all.2011.Intraoculaer Inflamation and Uveitis. Bobrow JC, dkk, 2008. Lens
and Cataract. Singapore : American Academy of Ophtalmology, p 269-273
Bobrow JC, dkk, 2008. Lens and Cataract. Singapore : American Academy of
Ophtalmology
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke-2, CV. Segung Seto, Jakarta, 2002,
hal 167- 171, 188.
Wijaya. N., et al, Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6, 1993, hal 149-150.
Daftar Gambar
Gambar 1 anatomi vitreus humor
Gambar 2 patofisiologi endoftalmitis
Gambar 3 gambaran klinis endoftalmitis
Gambar 4 Foto klinis pasien hari ke-1 dirawat dan hari ke-7 dirawat