Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Endoftalmitis adalah inflamasi berat dalam rongga intraokuler (vitreus humour),


biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah atau endogen akibat sepsis. Meskipun
endoftalmitis bukan merupakan 5 besar penyebab kebutaan, tetapi endoftalmitis merupakan
kegawat daruratan bidang oftalmologi. Secara garis besar endoftalmitis dibagi menjadi
eksogen dan endogen. Penyebab endogen terbanyak adalah jamur candiddaa yang terinfeksi
melalui penyalahgunaan obat intravena, pembedhana, keganasan, DM, neutropenia, da obat
imunosupresif.1,2
Insiden endotalmitis bakteri dilaporkan mencapai 0,06% pada level terendah dan
tertinggi sebanyak 0,5%. Pada penelitian yang dilalukan oleh Weinstein dkk terhadap 22
kasus endotalmitis pada anak-anak, ditemukan bahwa 86% infeksi disebabkan oleh trauma
pada bola mata, dan pada hasil kultur ditemukan kuman gram positiv sebanyak 75%.
Endotalmitis merupakan penyakit yang memerlukan perhatian pada tahun-tahun
terakhir ini karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau
akibat pembedahan mata intra okular.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.

Definisi
Endotalmitis adalah reaksi inflamasi/ infeksi intraokuler terutama mengenai
korpus vitreous dan COA, dengan atau tanpa mengenai lapisan atau dinding bola mata
seperti retina dan atau koroid.1,2
Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata
yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli
anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk
abses di dalam badan kaca.3

1.2.

Anatomi
korpus vitreous

Gambar 1 vitreus humour1

Vitreus mengisi ruang antara lensa dan retina, dan terdiri atas matriks serat kolagen
tiga dimensi dan gel asam hialuronat dengan struktur seperti jelli, transparan dan memiliki
volume sekitar 4 ml. 98 % dari vitreus tersusun atas air. Badan vitreus dibagi atas dua bagian
yaitu1,2 :

Korteks, yaitu bagian yang berbatasan dengan posterior retina dan lensa, badan siliar
dan zonulli anterior. Densitas dari kolagen lebih baik pada bagian perifer ini.
Kondensasi dari bentuk fibril dikenal dengan nama anterior membran hyaloid.
Perlekatan anterior membran hyaloid ke bagian retina (posterior membran hyaloid)
akan melemah sejalan dengan adanya penuaan, perdarahan, trauma, dan proses lain
yang menyebabkan matriks kolagen vitreus berkontraksi.
Korteks vitreus posterior kemudian memisahkan diri dari retina pada daerah
yang perlekatannya lemah dan dapat menimbulkan traksi pada daerah-daerah yang
perlekatannya lebih kuat. Sebenarnya vitreus tidak pernah lepas dari basisnya. Vitreus
juga melekat pada nervus optikus dengan keeratan yang kurang, dan juga pada
makula dan pembuluh retina2.
Vitreus dapat berpindah ke inferior saat memisah dari retina, proses ini
menghasilkan gaya yang lebih kecil pada zona perlekatan vitreoretina dibandingkan
gaya traksi yang diberikan oleh gerakan mata yang sakadik. Gaya dinamik yang
terinduksi dari gerak sakadik tersebut berperan penting dalam robekan retina,
kerusakan permukaan retina dan pembuluh darah yang robek. Kontraksi vitreus lebih
lanjut akan invasi epitel pigmen retina, sel glia, atau sel radang dapat menimbulkan
traksi statik yang cukup kuat untuk melepaskan retina tanpa disertai robekan retina.

Badan vitreus (nukleus), memiliki struktur fibril yang lebih sedikit. Disini dimana
pencairan dari gel vitreus mulai pertama kali.

Camera Oculi Anterior (COA)

COA dibentuk oleh jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi
pengaliran keluar cairan bilik mata. Jika terjadi hambatan pengaliran keluar cairan mata
akan terjadi penimbunan cairan bilik mata didalam bola mata sehingga tekanan bola mata
meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut itu terdapat jaringan trabekulum,
kanal sclemm, garis schwalbe, dan jonjot iris3.
Garis schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Anyaman trabekula berbentuk
segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang mengarah ke korpus siliar, anyaman
ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik yang membentuk
suatu filter dengan pori yang semakin mengecilketika mendekati kanal sclemm. Bagian
anyaman ini yang menghadap ke COA dikenal dengan anyaman uvea bagian luarnya
dekat dengan kanal sclemm disebut anyaman korneosklera2.

3.1.

Klasifikasi endoftalmitis
Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Endoftalmitis Eksogen
Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari
lingkungan luar. Endoftalmitis eksogen paling sering disebabkan oleh trauma tembus,

atau infeksi sekunder atau komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang
membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing, seperti

operasi katarak, dan

glaukoma4
Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis post operasi dan
endolftalmitis post trauma
-

Endoftalmitis Post Operatif


Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan flora
normal pada kulit dan konjungtiva.
Endoftalmitis ini sering terjadi setelah operasi-operasi berikut ini : katarak,
implantasi IOL, glaukoma, keratoplasty, eksisi pterigium, pembedahan
strabismus paracentesis, pembedahan vitreus dll. 5

1. Endoftalmitis Post Trauma


Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang
menimbulkan luka robek pada mata.
b. Endoftalmitis Endogen
Pada endoftalmitis

endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah.

Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada :

Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit

jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll

Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis,

pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dll

Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection,

artritis, pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll8


1. Endoftalmitis endogen bakterial,
Adalah infeksi intraokuker yang berat yang yang terjadi melewati
aliran darah dan menyebar dari infeksi ditempat lain ditubuh kita atau
bersumber dari luar seperti cateter atau dari intravena. Infeksi bakterial
endogen relatif jarang terjadi, hanya sekitar 2-8 %dari semua kasus. Jackson
dan kawan-kawan menunjukkan ada 267 laporan kasus endoftalmitis bakterial
endogen. Dari kultur darah paling sering disebabkan oleh bakteri gram positif
seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae , dan Listeria
monocytogenes. Penyebab bakteri gram positif ini banyak ditemukan di
amerika utara dan eropa. Selain itu juga ada ditemukan penyebab nya gram
negatif seperti klebsiella, E coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Neisseria
meningitidis dan banyak ditemukan di asia timur. Endoftalmitis ini sering
menimbulkan kebutaan. Mortality rate pada pasien endoftalmitis adalah 5%.
Endoftalmitis endogen bakterial sering bisa terjadi bilateral sekitar 14-25 %
kasus4.
2. Endoftalmitis endogen jamur
Jamur adalah penyebab endoftalmitis paling sering , Insiden dari
endoftalmitis jamur antara 9-45 %, jamur yang paling sering menyebabkan
endoftalmitis ini adalah candida albicans sekitar 75-80% dari kasus jamur,
diikuti oleh aspergillus 5-78 % pasien, khususnya pasien dengan penggunaan
obat intravena. onset infeksi jamur pos operasi atau trauma lambat biasanya 2
bulan atau lebih, hal ini berhubungan dengan masa inkubasi jamur4.

Sumber paling penting dari penyebaran endoftalmitis jamur ini adalah


dari endocarditis, traktus gastrointestinal, traktus genitourinaria,infeksi kulit,
infeksi paru, meningitis, dan artritis. Faktor predisposisi lain termasuk
prosedur invasif, kemoterapi, prosedur dental, dan penyalahgunaan obat
intravena.
c. Endoftalmitis Fakoanafilaktik
Merupakan suatu proses autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat
lensa yang tidak terletak di dalam kapsul (membrane basalis lensa). Pada
endoftalmitis fokoanafilaktik, lensa dianggap sebagai benda asing oleh tubuh,
sehingga terbentuk antibodi terhadap lensa yang menimbulkan reaksi antigen
antibodi.3

3.2.

Epidemiologi endoftalmitis
60% kasus endoftalmitis eksogen terjadi pasca pembedahan intraokuler. Bentuk
endoftalmitis yang paling sering di Amerika adalah endoftalmitis pasca operasi katarak,
selain itu juga terdapat endoftalmitis pasca trauma sebanyak 4-13 %. Keterlambatan
penutupan luka akibat trauma tajam berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya
endoftalmitis. Di Amerika Serikat endoftalmitis endogen jarang terjadi, hanya berkisar
antara 2-15 % dari seluruh kasus endoftalmitis

3.3.

Etiologi
1. Bakteri - Post Operasi
a. Akut

Endoftalmitis terjadi 1-42 hari setelah operasi


Staphylococcus epidermidis
2.
3.

Staphylococcus aureus
Bakteri gram negatif

: Pseudomonas, Proteus, Escherichia coli dan

Miscellaneous ( Serratia, Klebsiella, Bacillus)


4. Streptococcus sp

b. Kronis
Endoftalmitis terjadi 6 minggu - 2 tahun setelah operasi
Stapylococcus epidermidis
5. Propionibacterium acnes
2. Bakteri - Post Trauma
6. Bacillus cereus

7. Staphylococcal sp
8. Streptococcal sp

3.

Bakteri-Endogen
Streptococcus sp (pneumococcus, viridens)
Staphylococcal sp

4. Fungal Post Operatif


Volutella

Neurospora
Fusarium
Candida
Fungal Endogen
Candida
Fungal Trauma
Fusarium
Aspergilus

3.4.

Patofisiologi
Pada keadaan normal, sawar darah okuler memiliki resistensi alami terhadap
organisme. Masuknya bakteri ke dalam mata terjadi karena rusaknya rintanganrintangan okular. Penetrasi melalui kornea atau sklera mengakibatkan gangguan
eksogen pada mata. Jika masuknya lewat sistem vaskular, maka jalur endogen akan
terbentuk. Setelah bakteri-bakteri memperoleh jalan masuk ke dalam mata, proliferasi
akan berlangsung dengan cepat. 3,7
Pada endoftalmitis endogen, organisme hematogen menembus sawar darah
okuler dengan cara invasi langsung ataupun dengan melepaskan substansi yang
menimbulkan perubahan pada endotel vaskuler pada saat infeksi. Destruksi jaringan

intraokuler dapat disebabkan karena invasi langsung organisme dan atau karena
mediator inflamasi respon imun.
Vitreus bertindak sebagai media yang sangat bagus bagi pertumbuhan bakteri.
Bakteri yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah stafilokokus, streptokokus,
pneumokokus, pseudomonas dan bacillus cereus. Bakteri, sebagai benda asing,
memicu suatu respons inflamasi. Masuknya produk-produk inflamasi menyebabkan
tingginya kerusakan pada rintangan okular-darah dan peningkatan rekrutmen sel
inflamasi. 7,8
Kerusakan pada mata terjadi akibat rusaknya sel-sel inflamasi yang
melepaskan enzim-enzim proteilitik serta racun-racun yang dihasilkan oleh bakteribakteri. Kerusakan terjadi di semua level jaringan yang berhubungan dengan sel-sel
inflamasi dan racun-racun. 2

Prosedur pembedahan yang merusak integritas bola mata (katarak, glaukoma,


keratotomi

radial)

dapat

menyebabkan

endoftalmitis

eksogen.

Gambaran

endoftalmitis dapat hanya berupa nodul-nodul putih di kapsul lensa, iris, retina, atau
koroid atau dapat berupa inflamasi seluruh jaringan okuler yang menyebabkan bola
mata penuh dengan eksudat purulen. Inflamasi ini dapat menyebar ke jaringan lunak
orbita.

Gambar 2 patofisiologi endoftalmitis


2.7 Diagnosis
Pada endoftalmitis pasien datang dengan keluhan utama berupa rasa sakit pada mata.
Selain itu pasien juga mengeluhkan kelopak mata merah dan bengkak, sukar dibuka,
kaburnya pandangan, nyeri ketika melihat cahaya. 3
Pada pemeriksaan luar mata, funduskopi dan slit lamp dapat ditemukan : palpebra
udem dan eritem, injeksi konjungtiva dan silier, hipopion, vitreitis, kemosis, red reflek
berkurang atau hilang, proptosis, papilitis, leukokoria, udem kornea, keratitis, gambaran flare
pada COA, dan uveitis. Pada pemeriksaan visus, ditenukan adanya penurunan visus yang
disertai dengan kehilangan proyeksi cahaya. 3

Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat digunakan untuk membedakan etiologi dari
endoftalmitis, yaitu :5
Bakteri
9. Onset cepat ( 1-7 hari post operatif)
10. Nyeri, mata merah dan kemosis
11. Edem palpebra dan spasme otot palpebra
12. Visus menurun dengan cepat
13. Hipopion
14. Diffuse Glaukoma
Fungi
15. Onset terlambat (8-14 hari atau lebih)
16. Sedikit nyeri dan merah
17. Transient hipopion
18. Lesi satelit
19. Puff ball opacities pada vitreus

Visus tidak begitu menurun

Gambar 2. Gambaran klinis endoftalmitis3


Pemeriksaan penunjang dapat berupa kultur dan sensitivitas terhadap sampel-sampel
aqueous, plak pada kapsul, dan sampel vitreus untuk menentukan jenis organisme dan
sensitivitas antibiotik. PCR dapat digunakan untuk melihat cairan intraokuler. Pada kondisi
vitreous yang tidak dapat ditembus oleh cahaya slit lamp, dilakukan pemeriksaan penunjuan
berupa USG untuk melihat keterlibatan vitrous. Diagnosa banding endoftalmitis adalah
panoftalmitis dan uveitis.5
2.8 Penatalaksanaan
Kortikosteroid dapat diebrikan namun pada beberapa kasus, terjadi perburukan setelah
kortikosteroid di tapering off. Pada endoftalmitis akibat bakteri dapat diberikan topical dan
sistemik. Terapi terbaik diberikan secara injeksi vancomisin intravitreal. Antibiotic yang
diberikan sesuai dengan jenis kuman seperti penisilin G untuk pneumokokus, dan gentamisin
pada bakteri gram negatif. Jika penyebabnya adalah jamur maka dapat diberikan antifungal
injeksi intraviteral seperti amfoterisin B 5-10 mikrogram/0.1 mL atau 100 mikrogram/0.1mL
vorikonazol. Antifungal sistemik diberikan minimal 6 minggu. Sikloplegik diberikan 3 kali
sehari dalam bentuk tetes mata. Vitrektomi dilakukan jika pengobatan dengan medika
mentosa mengalami kegagalan.

2.9 Komplikasi
Endoftalmitis bakteri dapat menyebabkan sepsis atau berkembang menjadi masqered
syndrome. Kemudian juga bisa terjadi katarak, lepasnya retina, perdarahan vitrous dan
suprakoroid.
2.10Prognosis
Prognosis ditentukan oleh ketepatan diagnosa, ketepatan pemberian obat, luasnyo
lakasi infeksi atau trauma, dan keterlibatan retina. Selain itu jika ditemukan adanya hipopion
pada pemeriksaan maka prognosa buruk.

BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama

: Ny. JZ

MR

: 86.98.80

Umur

: 58 tahun

Alamat

: Pasar Usang

Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 58 tahun dirawat di bangsal mata RSUP Dr. M. Djamil
Padang dengan :
Keluhan utama : Mata kanan sakit dan sakit kepala.
Riwayat penyakit sekarang :
Sebelumnya + 1 bulan yang lalu mata kanan kemasukan serbuk pinang waktu
membuka buah pinang. Lalu dibersihkan dengan air daun sirih 1x2 hari. Bagian hitam mata
semakin memutih. 1 minggu yang lalu diberi air daun katarak 1x1 hari. Mata semakin
memutih dan bertaambah sakit disertai sakit kepala. Pasien berobat ke RS Swasta lalu dirujuk
ke RSUP Dr. M. djamil.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak ada menderita penyakit diabetes mellitus, jantung, tidak ada
mengkonsumsi obat dalam jangka waktu lama.

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada keluargayang menderita penyakit jantung dan diabetes melitus
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Keadaan umum
Kesadaran

:
:

Tekanan darah

tampak sakit sedang


komposmentis kooperatif
:

130/70

88 x/menit

Frekuensi nad

Frekuensi napas

:19 x/menit

Suhu

:37,30 C

Pemeriksaan oftalmologis (tanggal 29 Mei 2014)


Status ophthalmikus

OD

OS

1/ proyeksi ragu-ragu

5/10f

Refleks fundus

(-)

(+)

Silia/Supersilia

Trichiasis (-)

Trichiasis (-)

Madarosis (-)

Madarosis (-)

Palpebra Superior

Edema (+)

Edema (-)

Palpebra Inferior

Edema (-)

Edema (-)

Visus tanpa koreksi


Visus dengan koreksi

Margo Palpebra

Trichiasis (-)

Trichiasis (-)

Aparatus Lakrimalis

(+)

(+)

Konjungtiva Tarsalis

Hiperemis (+)

Hiperemis (-)

Kemosis (+)

Kemosis (-)

Sekret (+)

Sekret (-)

Hiperemis (+)

Hiperemis (-)

Kemosis (+)

Kemosis (-)

Sekret (+)

Sekret (-)

Hiperemis (+)

Hiperemis (-)

Kemosis (+)

Kemosis (-)

Sekret (+)

Sekret (-)

Konjungtiva Forniks

Konjungtiva Bulbi

Sklera
Kornea

Putih
Ulkus (+)

Bening

Warna putih kekuningan


dengan + 10 mm
Permukaan tidak rata
Pinggir irregular
Endothelial plak (+)
Kamera Okuli Anterior

Hipopion (+)

Cukup dalam

Iris

Tidak bisa dinilai

Coklat

Pupil

Tidak bisa dinilai

Bulat, 2mm
Reflex cahaya +/+

Lensa

Tidak bisa dinilai

Bening

Korpus Vitreum

Tidak bisa dinilai

Bening

Tidak bisa dinilai

Bening, bulat, batas tegas,

Fundus :
Media

perdarahan (-), eksudat (-)

Papil Optic
Retina
Aa/vv Retina
Makula
Tekanan Bulbus Okuli

N + 1 (palpasi)

N (palpasi)

Posisi bola mata

Ortho

Ortho

Gerakan Bulbus Okuli

Bebas

Bebas

Pemeriksaan lainnya

Gram : negatif positif


Giemsa : PMN > MN
KOH : Hifa (-)

Gambar

Gambar 4 : Foto klinis pasien hari ke-1 dirawat dan hari ke-7dirawat

Diagnosis Kerja

: Suspek endoftalmitis OD
Suspek glaukoma sekunder OD

Diagnosis Banding

: panoftalmitis

Pemeriksaan Anjuran

: USG

Anjuran Terapi :
Floxa ed tiap jam OD
Solnazole ed tiap jam OD
SA ed 3x1 OD
Ceftriaxon fortified tiap jam OD
Glaukon 4x1 tablet
Aspar K 2x1 tablet
Timol 0,5% 2x1 OD
Ciprofloxon 2x500 mg
Prognosis

Quo ad vitam

: bonam

Quo ad fungsionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanam

: bonam

Follow up Pasien (tanggal 30 Mei 2014)


Status Ophtalmikus

OD

OS

1/ proyeksi ragu-ragu

5/10f

Refleks Fundus

(-)

(+)

Supersilia/Silia

Trichiasis (-)

Trichiasis (-)

Madarosis (-)

Madarosis (-)

Edema (+)

Edema (-)

Visus tanpa koreksi


Visus dengan koreksi

Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Margo Palpebra
Aparat Lakrimalis

Edema (-)
Trichiasis (-)

Trichiasis (-)

(+)

(+)

Konjungtiva Tarsalis

Konjungtiva Forniks

Konjungtiva Bulbi

Injeksi konjungtiva (+)


Injeksi siliar (+)

Sklera

Putih

Kornea

Ulkus (+)
+ 8 mm
Kedalaman 2/3 stromal

Bening

Endothelial plak (+)


Pinggir ulkus irregular
Kamera Okuli Anterior

Hipopion (+)

Cukup dalam

Iris

Sulit dinilai

Coklat

Pupil
Bulat, 2mm
Sulit dinilai
Reflex cahaya +/+
Lensa

Sulit dinilai

Bening

Korpus Vitreum

Sulit dinilai

Bening

Funduskopi :
- Media
- Papil

Bening, bulat, batas tegas,


perdarahan (-), eksudat (-)

- Pembuluh darah
- Retina
- Makula
Tekanan Bulbus Okuli

N + 1 (palpasi)

N (palpasi)

Posisi Bulbus Okuli

Ortho

Ortho

Gerak Bulbus Okuli

Bebas

Bebas

Pemeriksaan USG

Vitreus keruh

Diagnosis Kerja

: Endoftalmitis OD
Glaukoma sekunder OD

Diagnosis Banding

:-

Anjuran Terapi :
Ceftriaxone fortified ed tiap jam
Floxa ed tiap jam OD
Odnatde ed tiap jam OD
Glaukon tablet 4x1/2
Aspar K tablet 2x1
SA ed 3x1 OD
Timolol 0,5% ed 2x1 OD
Ciprofloxon 2x500mg
EDTA ed 4x1 OD
Tetrasiklin 4x200mg
Prognosis

Quo ad vitam

: bonam

Quo ad fungsionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanam

: bonam

BAB IV
DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 58 tahun dirawat di Bangsal Mata
RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 29 Mei 2014 dengan diagnosis endoftalmitis OD
dan glaukoma sekunder OD. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
Dari anamnesis didapatkan mata kanan pasien sakit dan pasien mengeluh sakit kepala.
Sebelumnya + 1 bulan yang lalu mata kanan pasien kemasukan serbuk pinang saat membuka
buah pinang, oleh karena itu diduga serbuk pinang tersebut masuk ke mata dan mencapai
bagian mata yang lebih dalam sehingga merusak sawar okuler. Riwayat pasien menggunakan
daun sirih untuk pengobatan diduga memperburuk dan menambah infeksi pada mata pasien.
Dari pemeriksaan fisik ophtalmikus OD ditemukan adanya edema pada palpebra,

kelopak mata sukar dibuka, penurunan visus, konjungtiva hiperemis, kemosis,kornea keruh,
tidak ada gangguan pada gerakan bola mata, dan dari pemeriksaan USG didapatkan
vitreusnya keruh sehingga mendukung diagnosis endoftalmitis dan menyingkirkan diagnosa
banding panoftalmitis. Pada pasien juga ditemukan peningkatan tekanan intra okuler, hal ini
diduga karena tersumbatnya trabekula akibat adanya proses inflamasi.
Prognosis fungsionam pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena fungsi mata nya
bisa kembali normal jika diobati dengan baik dan perluasan infeksi dapat di minimalisir
sehingga tidak meluas kebagian posterior.

Daftar pustaka

Khurana A K.2007. Comprehensive Ophthamology. New Delhi: New Age


International, p 243-244
Vaughan, Asburys.2011.General Ophtalmology. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran
EGC, hal 178
Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga. Jakarta : fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, hal 8, 175
Seal David,Uwe Pleyer.2007.Ocular Infection Second Edition. New York: Informa
Healthcare, p 239-242

Ramana et all.2011.Intraoculaer Inflamation and Uveitis. Bobrow JC, dkk, 2008. Lens
and Cataract. Singapore : American Academy of Ophtalmology, p 269-273
Bobrow JC, dkk, 2008. Lens and Cataract. Singapore : American Academy of
Ophtalmology
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke-2, CV. Segung Seto, Jakarta, 2002,
hal 167- 171, 188.
Wijaya. N., et al, Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6, 1993, hal 149-150.

Daftar Gambar
Gambar 1 anatomi vitreus humor
Gambar 2 patofisiologi endoftalmitis
Gambar 3 gambaran klinis endoftalmitis
Gambar 4 Foto klinis pasien hari ke-1 dirawat dan hari ke-7 dirawat

Anda mungkin juga menyukai