PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
OLEH :
PEMBIMBING :
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu organ penting bagi manusia. Organ mata
merupakan salah satu alat komunikasi manusia terhadap dunia luar. Fungsi mata
sebagai salah satu panca indera menerima rangsang sensoris cahaya yang kemudian
akan divisualisasikan oleh otak kita sehingga kita dapat memahami keadaan di sekitar
kita. Mata merupakan panca indera yang halus yang memerlukan perlindungan
Begitu banyak kelainan pada mata, hal yang paling sering dilihat adalah mata
merah. Mulai dari iritasi ringan sampai perdarahan karena trauma akan memberikan
penampakan mata merah terang hingga gelap pada mata. Secara umum bekuan darah
Namun begitu mata merah juga tidak boleh dianggap sebagai hal yang biasa
karena teriritasi oleh debu atau benda tertentu. Pasien dengan hipertensi diyakini
visus, sering kambuh atau bahkan menetap maka harus segera dikonsultasikan ke
dokter spesialis mata. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang cukup untuk mengetahui
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : An. A
Umur : 9 Tahun
Alamat :-
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
2.2 ANAMNESIS
Pasien anak berumur 9 tahun datang ke poliklinik Mata RS Ibnu Sina bersama
ibunya dengan keluhan mata kiri merah sejak 1 minggu yang lalu, disertai rasa tidak
nyaman. Mata merah timbul setelah riwayat trauma terbentur pintu di rumahnya,
awalnya berwarna merah seperti bercak darah pada tepi dalam mata dan semakin lama
3
semakin melebar, tetapi tidak mengenai bagian hitam bola mata. Keluhan ini tidak
disertai rasa nyeri, gatal, mata berair, keluar kotoran berlebihan, ataupun penurunan
penglihatan. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya batuk, demam, mual muntah
sebelumnya. Tidak ada keluhan sering mimisan atau mudah lebam serta luka yang
4. Riwayat Pengobatan
Tidak ada
5. Riwayat Operasi
Tidak ada
6. Riwayat Keluarga
Tidak ada
4
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
OD OS
Margo
OD Edema (-), Visus Edema (-),
OS
- Sekret (-),
Koreksi Sekret (-),-
- Madarosis
Visus (-)
dekat dengan Madarosis(-)
koreksi -
Apparatus
terbaik
Lacrimal Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Konjunctiva Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
perdarahan perdarahan
Bilik Mata
Inderct
Light Reflex
5
RAPD - -
Tekanan Tekanan
Palpasi
normal normal
6
Tidak Tidak
Kelenjar Pre Auriculer
terpalpasi terpalpasi
Foto Klinis
7
2.4 RESUME
Seorang anak berumur 9 tahun dating ke poliklinik Mata RS Ibnu Sina bersama
ibunya dengan keluhan mata kiri merah sejak 1 minggu yang lalu, disertai rasa tidak
nyaman. Mata merah timbul setelah riwayat trauma terbentur pintu di rumahnya. Nyeri
(-), gatal (-), mata berair (-), sekret (-), penurunan penglihatan (-). Tidak ada riwayat
batuk, mual muntah, mimisan, penyakit sistemik dan konsumsi obat tertentu.
jernih dan intake (+), pupil isokor, tepi regular, reflek cahaya (+).
1. Episkleritis
3. Konjungtivits Alergi
2.6 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
8
Polydex 4 x 1 tetes OS
2.7 PROGNOSIS
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
•Sklera : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
•Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.
•Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan
di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
•Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
10
•Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
•Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual dari retina ke
otak.
•Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
•Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
A. Anatomi Konjungtiva2,3
Konjungtiva palpebra dimulai dari hubungan mukokutaneus pada tepi kelopak dan
posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior
tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan
bulbi
Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera anterior dan bersambung dengan epitel
kornea pada limbus. Punggungan limbus yang melingkar membentuk palisade Vogt.
Stroma beralih menjadi kapsula tenon kecuali pada limbus dimana dua lapisan
melipat berkali – kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
11
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Lipatan konjungtiva bulbaris tebal,
mudah bergerak dan lunak (plika semilunaris) terletak di kanthus internus dan
membentuk kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil
semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung elemen kulit dan
membran mukosa.
B. Histologi Konjungtiva2,3
Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel
epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. Sel-sel epitel superfisial mengandung
sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air
mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu
lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak
12
berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari
jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada
mata.
Arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini
beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola
arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe
konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan
pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya. Konjungtiva
menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini hanya relatif sedikit
A. DEFINISI
Darah terdapat di antara konjungtiva dan sklera. Sehingga mata akan mendadak terlihat merah dan
13
B. EPIDEMIOLOGI
umur, namun hal ini dapat meningkat kejadiannya sesuai dengan pertambahan umur.
jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%). Kondisi hipertensi memiliki
(14.3%). Kondisi lainnya namun jarang adalah muntah, bersin, malaria, penyakit sickle
Pada kasus melahirkan, telah dilakukan penelitian pada 354 pasien postpartum
C. ETIOLOGI
Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang mudah
pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara konjungtiva
keadaan-keadaan:2,6,7
14
heterozigot faktor XIII Val34Leu merupakan faktor predisposisi dari perdarahan
subkonjungtiva spontan, alel Leu34 diturunkan secara genetik sebagai faktor resiko
bola mata)
4. Hipertensi
5. Gangguan perdarahan (jika terjadi berulang pada pasien usia muda tanpa adanya
riwayat trauma atau infeksi), termasuk penyakit hati atau hematologik, diabetes,
6. Berbagai antibiotik, obat NSAID, steroid, kontrasepsi dan vitamin A dan D yang
penggunaan warfarin.
7. Sequele normal pada operasi mata sekalipun tidak terdapat insisi pada konjungtiva.
malaria, dan virus (influenza, smallpox, measles, yellow fever, sandfly fever).
15
10. Penggunaan lensa kontak, faktor resiko mayor perdarahan subkonjungtiva yang
pinguecula.
11. Konjungtivokhalasis merupakan salah satu faktor resiko yang memainkan peranan
D. KLASIFIKASI
Sesuai namanya perdarahan subkonjungtiva ini adalah terjadi secara tiba – tiba
(spontan). Perdarahan tipe ini diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga
pembuluh darah rapuh dan mudah pecah. Keadaan yang dapat menyebabkan
Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan ini biasanya terjadi unilateral. Namun pada
keadaan tertentu dapat menjadi bilateral atau kambuh kembali; untuk kasus seperti
dahulu.1,2
mata langsung atau tidak langsung yang mengenai daerah orbita. Perdarahan yang
terjadi kadang - kadang menutupi perforasi jaringan bola mata. Pada fraktur basis
kranii akan terlihat hematoma kaca mata karena berbentuk kacamata yang berwarna
16
biru pada kedua mata (racoon eyes). Trauma tumpul yang mengenai konjungtiva
a. Edema konjungtiva
pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak
terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat
venaorbital dan dalam kasus yang parah konjungtiva dapat menjadi edema
mata. Hal ini terjadi terutama dengan peradangan tetapi juga dapat terjadi secara
Selain itu kemosis konjungtiva mungkin terjadi karena alergi, meskipun agen
bersinar atau tidak sama sekali. Selanjutnya keratinisasi dari sel epitel dapat
terjadi. Xerosis biasanya berkembang sebagai akibat dari paparan jangka panjang
terjadi, tetapi biasanya khas untuk xerosis, yang sering ditekankan diregio fisura
17
edemakonjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan
keluar melalui insisi tersebut. Selain karena trauma tumpul kemosis konjungtiva
kavernosus,angioedema
intrakranial,oftalmopati tirotoksis
b. Hematoma subkonjungtiva
Bila perdarahan ini timbul sebagai akibat trauma tumpul maka perlu
lebih buruk seperti perforasi bola mata. Pemeriksaan funduskopi perlu pada
18
tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan
E. PATOGENESIS
Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian putih dari bola
pelindung terluar dari bola mata. Konjungtiva mengandung serabut saraf dan sejumlah
besar pembuluh darah yang halus. Pembuluh-pembuluh darah ini umumnya tidak
pembuluh darah di konjungtiva cukup rapuh dan dindingnya mudah pecah sehingga
sklera. Karena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat menyebar secara
difus di jaringan ikat subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus, yang biasanya
yang lebih rendah lebih sering terkena daripada bagian atas. Pendarahan berkembang
tidak berbahaya. Apabila tidak ada kondisi trauma mata terkait, ketajaman visual
tidak berubah karena perdarahan terjadi murni secara ekstraokulaer, dan tidak disertai
rasa sakit. Secara klinis, perdarahan subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan yang
datar, berwarna merah, di bawah konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga
menyebabkan kemotik kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi
19
kelopak mata. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi secara spontan, akibat trauma
ataupun infeksi. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah konjungtiva atau
F. MANIFESTASI KLINIK
Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang berhubungan dengan perdarahan
permulaan. Ketika perdarahan terjadi pertama kali, akan terasa tidak nyaman,
2. Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis) atau
3. Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasanya peradangan yang ringan.
Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu kemudian akan
G. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat secara klinis dan anamnesis tentang riwayat dapat membantu
penegakan diagnosis dan terapi lebih lanjut. Ketika ditemukan adanya trauma, trauma
dari bola mata atau orbita harus disingkirkan. Apabila perdarahan subkonjungtiva
idiopatik terjadi untuk pertama kalinya, langkah-langkah diagnostik lebih lanjut biasanya
tidak diperlukan. Dalam kejadian kekambuhan, hipertensi arteri dan kelainan koagulasi
harus disingkirkan.7,8
20
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan memberi tetes mata proparacaine
(topikal anestesi) jika pasien tidak dapat membuka mata karena sakit; dan curiga etiologi
traumatik dan hubungannya dengan luka / injuri lainnya oleh Lima dan Morales di rumah
sakit Juarez Meksiko tahun 1996 – 2000 menyimpulkan bahwa sejumlah pasien dengan
ketajaman visus < 6/6 meningkat dengan adanya kerusakan pada selain konjungtiva.
Maka dari itu pemeriksaan ketajaman visus merupakan hal yang wajib pada setiap
trauma di mata sekalipun hanya didapat perdarahan subkonjungtiva tanpa ada trauma
Selanjutnya, periksa reaktivitas pupil dan mencari apakah ada defek pupil, bila
perlu, lakukan pemeriksaan dengan slit lamp. Curigai ruptur bola mata jika perdarahan
subkonjungtiva terjadi penuh pada 360°. Jika pasien memiliki riwayat perdarahan
prothrombin, parsial tromboplastin, dan hitung darah lengkap dengan jumlah trombosit.8,9
21
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Episkleritis
Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara
reumatoid artritis, lues, SLE, dan lainnya. Merupakan suatu reaksi toksik, alergi atau
merupakan bagian daripada infeksi. Dapat saja kelainan ini terjadi secara spontan
dan idiopatik.1,2
berupa mata terasa kering, dengan rasa sakit yang ringan, mengganjal, dengan
konjungtiva yang kemotik. Terlihat mata merah satu sektor yang disebabkan
22
2. Konjungtivitis Hemoragik Akut
perdarahan konjungtiva, disebabkan infeksi virus pikorna atau enterovirus 70. Masa
inkubasi 24-48 jam, dengan tanda mata iritatif, seperti kelilipan, dan sakit periorbita.
lakrimasi.1
sekunder.1
3. Konjungtivitis Alergi
noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat
sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik.
23
atopi. Semua gejala pada konjungtiva akibat konjungtiva bersifat rentan terhadap
benda asing.1,2
Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan
panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya adalah
terhadap papil besar pada konjungtiva, datang bermusim, yang dapat mengganggu
I. PENATALAKSANAAN
dilakukan sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan. Pemberian air mata
buatan juga dapat membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dicari penyebab utamanya, kemudian terapi dilakukan sesuai dengan
memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan multivitamin. Air mata buatan untuk iritasi
ringan dan mengobati faktor risikonya untuk mencegah risiko perdarahan berulang.5
melihat)
24
3. Terdapat riwayat gangguan perdarahan
4. Riwayat hipertensi
J. PROGNOSIS
sifatnya yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh. Namun untuk keadaan tertentu seperti
K. KOMPLIKASI
Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh dalam waktu 1 – 2
minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi. Namun adanya perdarahan
subkonjungtiva harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata apabila ditemui berbagai hal
seperti yang telah disebutkan diatas. Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya
menetap atau berulang (kambuhan) harus dipikirkan keadaan lain. Penelitian yang
dilakukan oleh Hicks D dan Mick A mengenai perdarahan subkonjungtiva yang menetap
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang anak berumur 9 tahun datang ke poliklinik Mata RS Ibnu Sina bersama
ibunya dengan keluhan mata kiri merah sejak 1 minggu yang lalu, disertai rasa tidak
nyaman. Mata merah timbul setelah riwayat trauma terbentur pintu di rumahnya. Nyeri
(-), gatal (-), mata berair (-), sekret (-), penurunan penglihatan (-). Tidak ada riwayat
batuk, mual muntah, mimisan, penyakit sistemik dan konsumsi obat tertentu.
jernih dan intake (+), pupil isokor, tepi regular, refleks cahaya (+).
fisik, yang mana keluhan dan hasil dari beberapa pemeriksaan fisik mengarah pada
perdarahan subkonjungtiva, antara lain : merah pada mata kiri, pada awalnya pasien
merasa tidak nyaman seperti ada yang mengganjal di mata, tidak ada keluhan nyeri,
kotoran yang berlebihan dan keluarnya air mata yang banyak, tidak ada keluhan sering
mimisan atau mudah lebam serta luka yang sukar sembuh, pasien juga tidak sedang
timbulnya perdarahan subkonjungtiva pada pasien ini adalah trauma, karena pada
pasien ini memiliki riwayat trauma sebelum timbul gejala. Pasien ini tidak
mengeluhkan adanya batuk, flu, mual muntah sebelumnya. Tidak ada keluhan sering
mimisan atau mudah lebam serta luka yang sukar sembuh, pasien juga tidak sedang
26
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan
yaitu terdapat konjungtiva bulbi okuli sinistra hiperemi, kornea tampak jernih dan
intak, pupil isokor, reflek cahaya normal, lensa juga tampak jernih. Temuan yang
mengarah pada diagnosis banding lain seperti konjungtivitis dan skleritis adalah
hiperemis.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas HS, Yuliyanti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 4. Jakatra : Balai penerbit
FKUI; 2008.
2. Vaughan, Asbury. 2012. Oftalmogi umum. Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
st
4. Graham, R. K. Subconjuntival Hemorrhage. 1 Edition. 2009. Medscape’s
dari http://emedicine.medscape.com/article/1192122-overview
York
7. Bickley LS. 2003. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
8. Graber MA, Toth PP, Herting RL. 2000. Buku saku dokter keluarga University of
hemorrhage in patients with factor XIII Val34Leu mutation. Ferrara, Itali. 2012.
28
Diakses pada tanggal 18 Desember 2019, dari http//pubmed.com/ac12/ Recurrent
Val34Leu mutation/9372
hemorrhage/42u3-upr2
29