Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN September 2017


UNIVERSITAS HASANUDDIN

RETINAL DETACHMENT REGMATOGENOSA

OLEH :
Muhammad Afif bin Mansor
C 111 12 838

PEMBIMBING:
dr. Idayani Panggalo

SUPERVISOR:
dr. Hasnah B, Sp. M, M. Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa:


Nama : Muhammad Afif bin Mansor
NIM : C 111 12 838
Judul Case Report : Retinal Detachment Regmatogenosa

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Makassar, September 2017

Konsulen, Pembimbing,

dr. Hasnah B, Sp. M, M. Kes dr. Idayani Panggalo

2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 19 tahun (08-05-1998)
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Makassar
RM : 085147
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Takalar
Tgl. Pemeriksaan : 11-09-2017
Rumah Sakit : Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
Dokter Pemeriksa : dr. A

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penglihatan kabur pada mata kanan.
Anamnesis Terpimpin:
Dialami sejak 1 tahun yang lalu secara perlahan-lahan. Awalnya mata seperti
kelilipan, kemudian diberi perasan jeruk pada mata, namun tidak membaik. Setelah itu
diberi ramuan-ramuan herbal pada mata tapi mata bertambah kabur. Riwayat mata merah
tidak ada. Riwayat melihat bayangan hitam tidak ada. Air mata berlebih tidak ada, kotoran
mata berlebih tidak ada, gatal pada mata tidak ada, silau tidak ada, riwayat nyeri pada
mata tidak ada, riwayat trauma disangkal, riwayat memakai kacamata tidak ada, riwayat
penyakit hipertensi tidak ada, riwayat penyakit diabetes melitus tidak ada, riwayat
penyakit sistemik lainnya tidak ada, riwayat penyakit mata sebelumnya disangkal,
riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.

3
III. PEMERIKSAAN FISIS
STATUS GENERALIS
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,6 C

IV. FOTO KLINIS

Gambar 1. Oculi dextra Oculi sinistra

V. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

1. Inspeksi
PEMERIKSAAN OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)

Apparatus lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)

Silia Sekret (-) Sekret (-)


Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Bola mata Normal Normal

Kornea Jernih Jernih


Bilik mata depan Normal Normal

4
Iris Coklat, Kripte (+) Coklat, Kripte (+)

Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral, RC (+)


Lensa Jernih Jernih
Mekanisme Muskular Kesegala arah Kesegala arah
0 0
0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0
0 0

2. Palpasi
PEMERIKSAAN OD OS
Tensi okuler Tn Tn

Nyeri tekan (-) (-)

Massa tumor (-) (-)

Glandula periaurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

3. Tonometri
Non-contact Tonometri
- TOD: 14mmHg
- TOS: 15mmHg
4. Visus
- VOD : 1/300
- VOS : 20/25
5. Light sense :
PEMERIKSAAN OD OS
Refleks cahaya langsung (-) (+)

Refleks cahaya tidak langsung (+) (+)

6. Color sense : Tidak dilakukan pemeriksaan

5
7. Penyinaran oblik
No Pemeriksaan Oculus Dextra Oculus Sinistra
1 Konjungtiva Hiperemis (-), Hiperemis (-)
2 Kornea Jernih Jernih
3 Bilik mata depan Normal Normal
4 Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
5 Pupil Bulat, sentral, refleks cahaya Bulat, sentral, refleks cahaya
(+) (+)
6 Lensa Jernih Jernih

8. Tes fluoresensi : OD (-)


OS (-)
9. Funduskopi :

Gambar 2. Gambaran Funduskopi Pasien

- FOD : Refleks fundus (+), corpus vitreus keruh, Papil N. II berbatas


tegas, CDR : 0,3, A/V : 2/3, Retina detach, Hole (+).
- FOS : Refleks fundus (+), corpus vitreus jernih, Papil N. II berbatas
tegas, CDR : 0,3, A/V : 2/3, Retina kesan normal.

6
10. Slit lamp :

- SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, flouresens (-), BMD


kesan normal, iris coklat kripte (+), pupil bulat, sentral, refleks
cahaya (+), lensa jernih.
- SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, fluoresensi (-), BMD
kesan normal, iris coklat kripte (+), pupil bulat, sentral, refleks
cahaya (+), lensa jernih.

11. USG B-Scan : Oculus dextra kesan retinal detach

VI. RESUME
Seorang pasien perempuan berumur 19 tahun datang dengan keluhan penglihatan
kabur pada mata kanan yang dialami sejak 1 tahun yang lalu secara perlahan-lahan.
Riwayat melihat bayang hitam tidak ada. Riwayat mata merah tidak ada. Visus mata
kanan berkurang berbanding mata kiri. Riwayat menggunakan kacamata tidak ada.
Riwayat trauma disangkal, riwayat pengobatan tidak ada. Riwayat penyakit darah tinggi
dan kencing manis tidak ada. Riwayat penyakit sistemik lainnya disangkal. Riwayat
keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.
Pada inspeksi tidak didapatkan sebarang kelainan. Pada pemeriksaan visus
didapatkan VOD : 1/300 dan VOS: 20/25. Pada pemeriksaan refleks cahaya langsung
pada ocular dextra didapatkan negatif manakala pada ocular sinistra positif. Pada
pemeriksaan funduskopi didapatkan ocular dextra, refleks fundus (+), corpus vitreus
keruh, Papil N. II berbatas tegas, CDR: 0,3, A/V: 2/3, Retina detach, Hole (+). Pada ocular
sinistra didapatkan refleks fundus (+), corpus vitreus jernih, Papil N. II berbatas tegas,
CDR: 0,3, A/V: 2/3, Retina kesan normal. Pada pemeriksaan Slit Lamp didapatkan ocular
dextra konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD normal, iris coklat kripte (+), pupil
bulat sentral, refleks cahaya (+), dan lensa jernih. Pada ocular sinistra didapatkan
konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat,
sentral RC (+), lensa jernih. Pada pemeriksaan USG B-scan didapatkan retinal detach
pada ocular dextra.

7
VII. DIAGNOSIS
OD Retinal Detachment Regmatogenosa

VIII. DIAGNOSIS BANDING


Retinoschisis
IX. TERAPI
Oculus dextra vitrectomy pars plana + endolaser + gas bubble

X. PROGNOSIS
Quo ad Sanam : Dubia
Quo ad Vitam : Dubia
Quo ad Cosmetican : Bonam
Quo ad Visam : Dubia

XI. DISKUSI
Pasien ini didiagnosa dengan retinal detachment regmatogenosa berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisis. Dari anamnesis didapatkan keluhan penglihatan kabur
pada mata kanan yang dialami sejak 1 tahun yang lalu secara perlahan-lahan. Pada
pemeriksaan visus didapatkan VOD: 1/300 dan VOS: 20/25. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan oftalmoskopi. Oftalmoskopi direk dapat mendeteksi pendarahan vitreus dan
retinal detachment yang luas. Fibrosis yang menimbulkan tarikan pada retina juga dapat
terlihat melalui pemeriksaan ini. Pada tipe regmatogenosa, kelainan yang terjadi
berbentuk konveks, sedangkan pada tipe traksi biasanya konkaf dan lebih terlokalisir.
Daerah detach ditandai dengan daerah abu-abu dengan warna pembuluh darah lebih gelap
yang terletak pada daerah yang melipat. Pada penderita didapatkan pada mata kanan papil
N II bulat, batas tegas, aa:vv = 2:3, fibrosis (-), eksudat (-), perdarahan (-), RM sulit
dievaluasi. Sedangkan pada mata kiri didapatkan papil N II bulat, batas tegas, aa:vv = 2:3,
fibrosis (-), eksudat (-), perdarahan (-), RM normal. Diagnosis juga didukung dengan hasil
USG B-Scan yang menunjukkan adanya retinal detachment pada oculus dextra dan foto
fundus pada oculus dextra, Ada refleks fundus, media keruh, Papil N. II berbatas tegas,
CDR: 0,3, A/V: 2/3, Retina detach, Ada hole. Dari pemeriksaan ini dapat ditegakkan
diagnosis retinal detachment.

8
Diagnosis banding pada kasus retinal detachment tipe regmatogenosa adalah
retinoschisis. Retinoschisis menyebabkan skotoma absolut sedangkan retinal detachment
menyebabkan skotoma relatif. Tobaco dust dan atau perdarahan jarang ditemukan pada
vitreus dengan retinoschisis sedangkan hal tersebut sering ditemukan pada retinal
detachment. Retinoschisis memiliki permukaan yang halus dan biasanya muncul
berbentuk kubah. Kebalikannya retinal detachment dengan permukaan yang tidak rata.
Pada kasus retinal detachment yang lama, retina dapat muncul halus dan tipis hampir
sama dengan retinoschisis. Pada retinal detachment yang lama biasanya epitel pigmen
retina di bawah garis demarkasi dan makrosit mengalami atrofi sedangkan pada
retinoschisis normal.
Penatalaksanaan yang sesuai pada retinal detachment tipe regmatogenosa pada pasien
ini adalah viterektomi. Prosedur ini dikenal juga dengan sebutan Trans Pars Plana
Vitrectomy (TPPV), dan telah digunakan sejak 20 tahun yang lalu untuk menangani
retinal detachment tipe regmatogenosa khususnya kasus-kasus yang berhubungan dengan
traksi vitreus atau pendarahan pada vitreus. Prosedur tersebut meliputi membuat insisi
kecil pada dinding bola mata agar dapat memasukkan alat yang disebut vitrector ke dalam
kavitas vitreus (bagian tengah bola mata). Langkah yang pertama dilakukan adalah
menghilangkan vitreus humor menggunakan vitreus cutter. Kemudian tergantung pada
tipe dan penyebab retinal detachment, berbagai macam instrumen (gunting, forcep, laser,
dll) dan teknik (eksisi lingkaran yang mengalami traksi, pertukaran gas-cairan, pemberian
minyak silikon, dll) dipergunakan untuk mengembalikan retina pada lapisan di bawahnya.
Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling
umum terjadi pada retinal detachment. Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan
atau persepsi cahaya adalah komplikasi yang sering dari retinal detachment yang
melibatkan makula.
Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi,
maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif, PVR).
PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan retinal detachment lebih lanjut.
Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya detachment,
diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.
Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai makula
atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil

9
melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula lepas
lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin
tidak dapat pulih sepenuhnya.

10
RETINAL DETACHMENT REGNATOGENOSA
BAB I
PENDAHULUAN

Retinal detachment merupakan suatu penyakit yang tidak umum atau jarang, terjadi hanya
pada satu orang setiap 10.000 penduduk per tahunnya dan tidak disebabkan oleh hanya
satu penyakit keadaan patologis spesifik tetapi merupakan hasil akhir dari berbagai proses
penyakit yang mana melibatkan cairan subretina. Terdapat tiga tipe retinal detachment:
eksudatif, traksi, dan regmatogenosa. Tipe yang paling umum adalah regmatogenosa yang
disebabkan oleh robekan retina akibat traksi vitreoretina. Faktor resiko retinal detachment
antara lain: umur tua, riwayat operasi katarak, myopia, dan trauma. Pasien biasanya
mengalami gejala fotopsia, floaters, kehilangan lapangan pandang bagian perifer, dan
pandangan kabur. Penyakit ini apabila tidak ditangani secara tepat akan mengakibatkan
hal yang terburuk bagi mata yaitu kebutaan. Apabila dideteksi secara awal, ternyata
penyakit ini dengan penanganan yang sesuai akan menghasilkan suatu perbaikan dalam
hal visus atau tajam penglihatan.
Oleh karena itu tulisan ini akan membahas secara umum mengenai penyakit
retinal detachment itu sendiri, sehingga nantinya dapat dipergunakan oleh tenaga
kesehatan untuk mendiagnosis retinal detachment secara dini untuk segera bisa merujuk
kepada ahli bedah mata untuk penangannya atau bahkan yang lebih baik lagi dapat
mendeteksi gejala awal robekan retina sehingga dengan penangannan yang awal dan
tepat, perjalanan penyakit ke arah retinal detachment dapat dihentikan sehingga outcome
yang dihasilkan akan lebih baik.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Retinal detachment adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina
dengan sel epitel pigmen retina. Hal ini disebabkan karena sesungguhnya tidak ada
perlekatan struktural antara sel batang dan kerucut dengan epitel berpigmen, sehingga
merupakan titik lemah yang mudah terlepas.1

Gambar 1. Retinal Detachment 2

2.2 Klasifikasi
Dikenal tiga bentuk retinal detachment:

1. Retinal Detachment Regmatogenosa


Tipe ini merupakan retinal detachment yang paling sering. Pada tipe ini
detachment timbul akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang
antara sel epitel berpigmen dengan sel batang dan sel kerucut. Terjadi pendorongan retina
oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan pada retina menuju
rongga subretina. Miopia, afakia, laticce degeneration, dan trauma okuli merupakan
faktor resiko terjadinya retinal detachment regmatogenosa.1,3

12
Gambar 2. Retinal Detachment Regmatogenosa4

2. Retinal Detachment Traksi


Retinal detachment tipe tarikan atau traksi merupakan tipe retinal detachment
yang tersering kedua. Tipe ini biasanya timbul akibat retinopati diabetika, proliferasi
vitreoretinopati, retinopati akibat prematuritas, atau trauma okuli. Pada retinal
detachment ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan
kaca yang akan melepaskan tautan retina. Berbeda dengan tipe regmatogenosa dengan
kelainan berbentuk koveks, bentuk kelainan pada tipe traksi biasanya konkaf dan lebih
terlokalisir. 1,3

Gambar 3. Retinal Detachment Traksi4

13
3. Retinal Detachment Eksudatif
Retinal detachment eksudatif terjadi tanpa adanya robekan atau traksi vitreoretina.
Detachment terjadi akibat penimbunan cairan pada ruang subretina akibat penyakit
primer pada epitel berpigmen dan koroid. Kelainan ini terjadi pada skleritis, koroiditis,
tumor retrobulber, uveitis, atau idiopatik.1,3

Gambar 4. Retinal Detachment Eksudatif4

2.3 Patogenesis
Dalam keadaan normal terdapat gaya yang menjaga agar bagian sensoris tetap melekat
pada epitel berpigmen. Gaya ini dibentuk oleh tekanan negatif pada ruang subretina
sebagai hasil metabolic pump epitel berpigmen dan tekanan onkotik yang relatif lebih
tinggi pada koroid, serta adanya lem yang terbuat dari mukopolisakarida yang melekatkan
epitel berpigmen dan sensori retina (sel batang dan kerucut). 5
Retinal detachment eksudatif atau tipe serous timbul akibat akumulasi cairan
serous atau hemoragik pada ruangan subretina akibat faktor hidrostatik seperti contohnya
akibat hipertensi akut yang berat. Dapat pula timbul akibat eksudasi cairan karena proses
inflamasi seperti pada uveitis atau efusi neoplastik. Cairan eksudat maupun darah akibat

14
perdarahan akan tertimbun pada ruangan subretina yang jika jumlahnya terus bertambah
akan mendorong retina dan menyebabkan retina terlepas.6
Tipe kedua yaitu retina detach traksi terjadi akibat tenaga sentripetal pada retina
akibat adanya jaringan fibrotik. Tenaga sentripetal ini kemudian akan menarik jaringan
retina sehingga terlepas dari lapisan epitel berpigmen tanpa adanya robekan.
Jaringan fibrotik ini timbul akibat perdarahan profuse, trauma, pembedahan, infeksi, atau
inflamasi. Penyebab tersering adalah proliferatif diabetic retinopathy. 5,7
Pada tipe regmatogenosa yang memegang perananan kunci adalah perubahan
pada badan kaca. Badan kaca merupakan gel dengan struktur yang terdiri dari matrix
kolagen dan mukopolisakarida. Sejalan dengan pertumbuhan umur maka struktur
makromolekul ini akan mencair dan kolaps, badan kaca menyusut dan timbullah daya
tarik atau traksi vitreus. Akhirnya vitreus sebagian akan terlepas dari permukaan retina
yang dikenal sebagai posterior vitreus detachment (PVD). Sekitar orang mengalami
PVD pada usia 61-70 tahun dan 1/3 mengalami PVD pada usia diatas 70 tahun. Pada
sekitar 10-15% pasien PVD dapat terjadi robekan retina atau pembentukan lubang karena
penarikan oleh vitreus ini, terutama terjadi pada daerah perifer dimana retina lebih tipis.
Detach regmatogenosa terjadi ketika cairan vitreus memasuki ruang subretina melalui
robekan retina. Sejalan dengan waktu daerah yang terlepas bertambah luas karena
semakin banyak cairan yang tertimbun.6

15
Gambar 5. Patogenesis Retinal Detachment Tipe Regmatogenosa6

Darimana sumber cairan subretina tersebut masih kontroversial. Konsentrasi asam


askorbat yang relatif tinggi pada badan kaca, dan lebih tinggi pada subretina dibanding
dalam plasma menimbulkan dugaan bahwa cairan subretina tersebut berasal dari cairan
badan kaca. Seiring berjalannya waktu, konsentrasi asam askorbat pada cairan subretinal
semakin menurun. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa cairan serum berpindah dari
koriokapiler mengisi ruang subretina. Konsep ini diperkuat dengan kenyataan bahwa
jumlah protein pada cairan subretinal mulanya rendah kemudian meningkat sejalan
waktu.
Kini gabungan kedua teori ini lebih diakui yang menyatakan bahwa cairan subretina
sebagian besar berasal dari cairan vitreus kemudian perlahan-lahan diperbanyak oleh
cairan serum yang berasal dari koriokapiler.5

16
2.4 Epidemiologi

1. Umur
Insiden retinal detachment meningkat antara usia 40-80 tahun, dengan insiden tertinggi
pada usia 60-70 tahun.

2. Jenis kelamin
Kurang lebih 60% retina detach ditemukan pada laki-laki. Insiden tetap lebih tinggi pada
laki-laki meskipun telah dikoreksi untuk trauma okuli karena trauma okuli umumnya
terjadi pada laki-laki. Kecuali pada miopia berat (lebih dari 6 dioptri) insiden retina detach
tetap lebih tinggi pada pria dibanding wanita.

3. Suku
Insiden retinal detachment lebih tinggi pada orang Yahudi dan relatif rendah pada Afrika-
Amerika

4. Herediter
Karena miopi dan lattice degeneration memiliki kecenderungan menurun secara
herediter, maka retina detach juga memiliki kecenderungan menurun. Namun kebanyakan
kasus terjadi secara sporadik.

5. Faktor-faktor lain
Kelainan yang paling sering dihubungkan dengan retina detach adalah miopi, afakia
termasuk pseudofakia, lattice degeneration, dan trauma. Kurang lebih 40-55% pasien
retina detach memiliki miopia, 20-30% memiliki lattice degeneration, dan 10-20%
memiliki riwayat trauma okuli langsung. Kurang lebih 30-40% retina detach berhubungan
dengan afakia pembedahan, pseudofakia, dan insidennya meningkat ketika terjadi ruptur
kapsul posterior, kehilangan vitreus, atau setelah YAG laser capsulotomy. Detach akibat
trauma paling sering pada anak-anak, detach miopi paling sering diantara orang-orang
berumur 25-45 tahun dan detach karena afakia meningkat sesuai dengan bertambahnya
umur.5

17
2.5 Gejala Klinis
Gejala klinis dari retinal detachment adalah:
1. Fotopsia.
Pada awal penyakit biasanya penderita mengeluh melihat kilatan cahaya
(fotopsia) maupun melihat adanya bercak bercak yang bergerak pada lapangan
penglihatanya (floaters). Setelah itu timbul bayangan pada lapangan pandang
perifer yang jika diabaikan akan menyebar dan melibatkan seluruh lapangan
penglihatan. 6
Dalam keadaan normal stimulasi terhadap retina terjadi jika terdapat
cahaya. Namun retina juga dapat terstimulasi jika terdapat kerusakan mekanik.
Saat terjadi kerusakan mekanik akibat separasi badan kaca posterior, akan terjadi
pelepasan fosfen lalu retina akan terstimulasi dan terjadilah sensasi cahaya yang
dirasakan oleh penderita sebagai kilatan cahaya (fotopsia).7
2. Floaters.
Floaters (melihat bercak bergerak) merupakan gejala yang umum di
populasi namun etiologinya harus dibedakan karena banyak penyakit dapat
menimbulkan gejala ini. Floaters yang timbul mendadak dan terlihat sebagai
bercak-bercak besar pada tengah lapangan penglihatan biasanya mengindikasikan
posterior vitreous detachment (PVD). Pasien akan mengeluh timbulnya floaters
seperti cincin jika vitreous terlepas dari insersinya yang anular pada papil nervus
optikus. Floaters berupa garis-garis kurva timbul pada degenerasi badan kaca.
Kadang-kadang timbul ratusan bintik-bintik hitam dibelakang mata. Hal ini
patognomonik untuk perdarahan vitreus sebagai akibat pecahnya pembuluh darah
retina akibat robekan atau lepasnya perlekatan badan kaca pada retina. Beberapa
saat setelah itu dapat timbul jaring laba-laba yang mengindikasikan pembentukan
klot (bekuan darah).
Sebagai catatan lokasi dari kilatan cahaya maupun floaters dalam lapangan
pandang ini tidak menunjukkan lokasi defek pada retina.
3. Penurunan visus
Gejala ini dapat terjadi jika retina detach melibatkan makula dan kadang kadang
benda terlihat seperti bergetar atau disebut pula metamorphopsia.
4. Defek lapangan pandang

18
Gejala ini adalah merupakan gejala lanjut dari retinal detachment. Berbeda
dengan lokasi fotopsia dan floaters yang tidak menunjukkan lokasi kerusakan,
defek lapangan pandang sangat spesifik untuk menentukan lokasi dari robekan
atau retina detach.
Detach di depan ekuator tidak dapat dinilai melalui pemeriksaan lapangan
pandang. Sedangkan lesi di belakang ekuator dapat ditentukan dengan
pemeriksaan lapangan pandang namun biasanya tidak jelas dirasakan sebelum
melibatkan makula. Defek lapangan pandang di superior menunjukan retinal
detachment di inferior, sedangkan defek lapangan pandang di superior
menunjukkan retinal detachment inferior.4

2.6 Diagnosis
Pemeriksaan pada kasus yang dicurigai retinal detachment meliputi pemeriksaan
dengan slit lamp biomicroscopy dimana biasanya kamera okuli anterior ditemukan dalam
batas normal. Pada pemeriksaan badan kaca kadang-kadang ditemukan adanya pigmen
yang terlihat sebagai tobacco dust. Hal ini merupakan tanda patognomonik untuk robekan
retina pada 70 % kasus tanpa riwayat penyakit mata atau pembedahan sebelumnya. 6
Diagnosis pasti ditegakkan dengan oftalmoskopi. Direct oftalmoscopy dapat
mendeteksi perdarahan vitreus dan detach retina yang luas. Daerah detach ditandai
dengan daerah abu-abu dengan warna pembuluh darah lebih gelap yang terletak pada
daerah yang melipat. Daerah detach akan terlihat berundulasi atau bergelombang ketika
mata digerakkan, namun jika detach masih dangkal akan sangat sulit untuk dievaluasi.
Dengan daya pandang pemeriksaan yang sempit sering diagnosis retinal detachment
terlewatkan, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan secara indirek yang secara
6,8
signifikan meningkatkan visualisasi fundus bagian perifer.

2.7. Diagnosis Banding


Penyakit utama yang merupakan diagnosis banding retinal detachment khususnya
tipe regmatogenosa adalah retinoschisis. Retinoschisis menyebabkan skotoma absolut
sedangkan retinal detachment menyebabkan skotoma relatif. Tobaco dust dan atau
perdarahan jarang ditemukan pada vitreus dengan retinoschisis sedangkan hal tersebut
sering ditemukan pada retinal detachment. Retinoschisis memiliki permukaan yang halus

19
dan biasanya muncul berbentuk kubah. Kebalikannya retinal detachment dengan
permukaan yang tidak rata. Pada kasus retinal detachment yang lama, retina dapat muncul
halus dan tipis hampir sama dengan retinoschisis. Pada retinal detachment yang lama
biasanya epitel pigmen retina di bawah garis demarkasi dan makrosit mengalami atrofi
sedangkan pada retinoschisis normal.9

Temuan klinik Retinal Detachment Schisis


Bergelombang/berkerut
Permukaan Kubah dan halus
(tidak rata)
Perdarahan/pigmen + -
Skotoma relatif Absolute
Reaksi fotokoagulasi - Biasanya ada
Cairan yang berpindah bervariasi -

Tabel 1. Perbedaan Retinoschisis dengan Retinal Detachment 9

2.8 Penanganan Retinal Detachment


Retina mendapatkan oksigen dan nutrien dari koroid yang mendasarinya (lapisan
vaskuler). Saat retinal detachment muncul, retina yang lepas mulai mengalami disfungsi
dan akhirnya nekrosis (mati) yang merupakan akibat apabila retina tidak dikembalikan
pada tempatnya semula pada koroid. Oleh karena itu retinal detachment merupakan
tindakan darurat yang mana retina yang terlepas harus dikenali dan diberikan penanganan
yang tepat.10
Apabila robekan retina ditemukan sebelum detachment terjadi, hal tersebut dapat
ditangani dan dicegah agar retina tidak lebih lanjut terlepas. Biasanya laser dapat
digunakan untuk menangani robekan retina. Laser tersebut dapat membuat luka bakar
baru disekitar robekan yang pada akhirnya nanti membentuk jaringan parut dan menahan
retina pada jaringan di bawahnya. Hal ini mencegah cairan (cairan vitreus) agar tidak
masuk melalui robekan dan melepaskan retina. 4

20
Gambar 6. Penggunaan Laser pada Retinal Detachment 2,6

Pada kasus-kasus yang lebih jarang, laser tidak bisa dipergunakan dan sebagai
gantinya dipakai cryoprobe retina untuk menangani robekan tersebut. Cryoprobe tersebut
dapat membuat suatu reaksi pembekuan yang dapat membentuk jaringan parut di sekitar
robekan.

Gambar 7. Penggunaan Cryoprobe pada Retinal Detachment2

Hal inilah yang menyebabkan pentingnya suatu pemeriksaan awal apabila


terdapat gejala PVD (flashes, floaters, shower of spots). Pemeriksaan menggunakan
oftalmoskopi indirek, pemeriksaan lensa kontak, dan depresi sklera diperlukan untuk
menemukan robekan retina secara dini dan daerah di sekitarnya yang beresiko terlepas.
21
Jika tidak ditemukan robekan pada pemeriksaan awal, sangat penting untuk mengadakan
pemeriksaan lagi dalam waktu 1 sampai 2 minggu atau lebih awal lagi apabila terdapat
gejala baru. Walaupun robekan ditemukan dan telah ditangani, pemeriksaan lanjutan
sangat diperlukan untuk memastikan reaksi laser bekerja dan tidak berkembang robekan
baru.4
Tidak semua robekan retina memerlukan penanganan. Banyak orang memiliki
lubang bundar atau atrofi pada retina mereka yang ditemukan pada pemeriksaan rutin dan
biasanya hal ini tidak perlu ditangani. Tetapi secara umum jika suatu robekan retina
ditemukan yang berhubungan dengan temuan gejala PVD atau terdapat faktor resiko
tinggi untuk mengalami retinal detachment diperlukan suatu penanganan yang tepat.4
Penanganan robekan retina dengan laser atau cryoprobe tersebut memiliki tingkat
kesuksesan yang tinggi dan biasanya retinal detachment dapat dihindari. Sayangnya pada
kasus-kasus tertentu, terkadang robekan retina secara cepat mengarah kepada retinal
detachment tanpa ada gejala PVD. Untuk ini dan alasan lainnya banyak orang didiagnosis
dengan retinal detachment pada awal pemeriksaan dan hampir selalu memerlukan
perbaikan melalui tindakan pembedahan. 4
Tindakan pembedahan untuk menangani retinal detachment meliputi berbagai macam
prosedur tergantung pada keadaan penyakit. Prosedur pembedahan yang dimaksud
meliputi scleral buckle procedure, vitrectomy dan pneumatic retinopexy.
1. Scleral Buckling
Posedur pembedahan ini telah dipergunakan lebih dari 30 tahun dan biasanya
dipergunakan untuk menangani retinal detachment tipe regmatogenosa. Operasi
pemasangan scleral buckle itu adalah merupakan prosedur yang paling umum untuk
memperbaiki retinal detachment. Prosedur ini meliputi melokalisir posisi keseluruhan
robekan retina, menangani semua robekan retina dengan cryoprobe dan mempertahankan
dengan menggunakan gesper sclera (scleral buckle). Gesper yang digunakan biasanya
adalah sebuah busa silicon atau silicon padat. Tipe dan bentuk gesper bervariasi
tergantung lokasi dan jumlah robekan retina. Gesper tersebut dipasang pada dinding luar
bola mata (sclera) untuk menciptakan sebuah indentasi atau efek gesper di dalam mata.
Gesper diposisikan di bawah muskulus rektus sehingga dapat menekan robekan retina
dan secara efektif menutup robekan dan dipertahankan pada tempatnya dengan jahitan
yang minimalis pada sklera mata. Setelah robekan tertutup, cairan di bawah retina

22
biasanya secara spontan akan kembali pada posisinya semula dalam 1 sampai 2 hari
(menghilangkan traksi vitreus). Pada banyak kasus dilakukan dreinase terhadap cairan
yang berada di bawah retina pada bagian retina yang terlepas dan kemudian menutup
4,10
lubang yang terjadi dengan laser atau cryoterapy.

Gambar 8. Prosedur Scleral Buckling2,4

2. Vitrectomy
Prosedur ini dikenal juga dengan sebutan Trans Pars Plana Vitrectomy (TPPV),
dan telah digunakan sejak 20 tahun yang lalu untuk menangani retinal detachment tipe
traksi pada pasien diabetes tapi dapat juga dipergunakan untuk retinal detachment tipe
regmatogenosa khususnya kasus-kasus yang berhubungan dengan traksi vitreus atau
pendarahan pada vitreus. Prosedur tersebut meliputi membuat insisi kecil pada dinding
bola mata agar dapat memasukkan alat yang disebut vitrector ke dalam kavitas vitreus
(bagian tengah bola mata). Langkah yang pertama dilakukan adalah menghilangkan
vitreus humor menggunakan vitreus cutter. Kemudian tergantung pada tipe dan penyebab
retinal detachment, berbagai macam instrumen (gunting, forcep, laser, dll) dan teknik
(eksisi lingkaran yang mengalami traksi, pertukaran gas-cairan, pemberian minyak
silikon, dll) dipergunakan untuk mengembalikan retina pada lapisan di bawahnya. 4,10

23
Gambar 9. Vitrektomi4

3. Pneumatic Retinopexy
Prosedur ini dilakukan untuk memperbaiki retinal detachment tipe regmatogenosa
khususnya yang memiliki robekan tunggal terletak di bagian superior retina (straight-
forward rhegmatogenous retinal detachment). Prosedur ini meliputi menginjeksikan
gelembung gas ke dalam bagian tengah bola mata (kavitas vitreus) baik sebelum atau
sesudah lubang pada retina dirawat dengan laser atau cryoterapy untuk menutup lubang
secara permanen. Gelembung gas tersebut harus diposisiskan di atas lubang agar dapat
mencegah cairan masuk ke lubang sementara retina menyembuh. Keuntungan utama dari
prosedur ini adalah dapat dilakukan di praktek dokter tanpa harus lama menginap di
rumah sakit dan juga dapat dihindari komplikasi dari prosedur sclera buckling walaupun
tentunya memiliki komplikasi tersendiri. Sedangkan keburukannya adalah prosedur ini
memerlukan posisi kepala yang tetap selama 7 10 hari mendatang dan memiliki angka
kesuksesan yang lebih rendah dibandingkan prosedur sclera buckling. 4,10

24
Gambar 10. Pneumatic Retinopexy4

4. Laser Photocoagulation (Fotokoagulasi Laser)


Terapi laser photocoagulation merupakan suatu metode untuk menangani retinal
detachment dengan laser argon. Sinar laser berintensitas tinggi ini dikonversi menjadi
energi panas, yang kemudian mampu mengubah molekul-molekul protein pada jaringan
yang ditarget dengan laser dan dapat mengatasi robekan pada retina. Jadi, tujuan dari
terapi laser ini adalah untuk merekatkan kembali suatu robekan ataupun detachment pada
bagian tertentu dari retina dan atau untuk mencegah pertumbuhan lebih jauh dari
pembuluh-pembuluh darah retina yang dapat menimbulkan detachment.

2.9. Prognosis
Jika makula sentralis belum terlibat saat perbaikan dilakukan, biasanya tajam
penglihatan diharapkan kembali normal seperti sebelum terjadi retinal detachment. Akan
tetapi jika makula sentralis telah terlepas saat perbaikan dilakukan dan penglihatan bagian
sentral telah terganggu, mungkin akan terdapat kehilangan penglihatan secara permanen
walaupun retina telah dikembalikan pada posisi anatomisnya. Semakin lama makula
terlepas, kemungkinan kehilangan penglihatan secara total semakin besar berhubung
terjadi kerusakan yang irreversible pada fotoreseptor (tergantung pada durasi dan derajat
elevasi lepasnya makula dan umur pasien). 4,10

25
BAB III
PENUTUP

Retinal detachment adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina
dengan sel epitel pigmen retina. Dikenal tiga bentuk retinal detachment: retinal
detachment regmatogenosa, retinal detachment traksi, dan retinal detachment eksudatif.
Dari ketiga tipe ini yang paling sering dijumpai adalah tipe regmatogenosa yang terjadi
oleh karena disebabkan oleh robekan retina akibat traksi vitreoretina.

Penanganannya diutamakan saat terjadi baru pada tahap robekan retina yang
tentunya dapat didiagnosis dengan pemeriksaan dini secara rutin sehingga hasil yang
didapatkan nanti lebih baik dalam artian tajam penglihatan diharapkan kembali normal
seperti sebelum terjadi retinal detachment. Adapun teknik pembedahan yang bisa
dilakukan untuk menangani retinal detachment diantaranya, sclera buckling, vitrectomy,
dan pneumatic retinopaxy yang mana diantara teknik ini dapat dikombinasikan dalam
pelaksanaannya sesuai dengan kasus yang ditemui.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua. Balai penerbit FK UI Jakarta. 2002.
2. A.D.A.M. Medical Illustration Team. Retinal Detachment Repair.
http://www.shands.org/health/surgeries/100132.html#. Akses; 20 Januari 2010.
3. Vaughan DV, Asbury T, Riordan-Eva P, General Ophthalmology. 5th Edition.
Prentice Hall, New Jersey 2003.
4. Angeles Vision Clinic. Retinal Detachment.
http://www.avclinic.com/RetinalDetachment.htm. Akses : 20 Januari 2010.
5. Hilton GF, Mc.Lean EB, Brinton DA, Retinal Detachment Principles and Practice.
2nd Edition, American Academy of Ophthalmology, San Francisco, 1989.
6. Gariano, Cang-Hee. Evaluation and Management of Suspected Retinal
Detachment. http://www.aafp.org/afp/20040401/1691.html. Update : 1 April
2004. Akses : 17 September 2017.
7. Gregory. Retinal Detachment. http://www.emedicine.com/emerg/topic504.htm.
Akses : 17 September 2017.
8. Khurana AK. Ophthalmology: Quick Text Revision & MCQ, 1st .Edition. CBS
publisher and Distributors, New Delhi, 1997.
9. LEO.Retina and Vitreous. Section 12. Hal: 245-255. American Academy of
Ophtalmology. USA. 2003.
10. Anonim. Retinal Detachment Repair.
http://www.eyemdlink.com/EyeProcedure.asp?EyeProcedureID=52.
EyeMDLink.com.2005. Akses : 17 September 2017.

27

Anda mungkin juga menyukai