Anda di halaman 1dari 28

Bagian Ilmu Kesehatan Mata Laporan Kasus & Referat

Fakultas Kedokteran Maret 2017

Universitas Hasanuddin

HORDEOLUM INTERNUM

Oleh:

Nurul Nabilah Azra binti Nor Azlan

C111 12 863

Pembimbing:

dr. George AN Sitanaya

Supervisor:

Dr Hasnah B., Sp M, M Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNVERSITAS HASANUDDIN

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa laporan kasus dan
referat dengan judul Hordeolum Internum, yang disusun oleh:

Nama : Nurul Nabilah Azra binti Nor Azlan

NIM : C111 12 863

Asal Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Telah diperiksa dan dikoreksi, untuk selanjutnya dibawakan sebagai tugas


pada bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
pada waktu yang telah ditentukan.

Makassar, Maret 2017

Supervisor Pembimbing, Residen Pembimbing,

Dr Hasnah B SpM, M Kes dr. George AN Sitanaya

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAGIAN I: LAPORAN KASUS ............................................................................1

BAGIAN II: REFARAT......9

2
BAGIAN I: LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
Umur : 18 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Makassar / Indonesia
RM : 68302
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : BTN Palu Permai Blok AB
Tgl. Pemeriksaan : 17 Maret 2017
RumahSakit : Klinik Spesialis Mata (ORBITA)

ANAMNESIS

KeluhanUtama : Benjolan di kelopak mata kiri atas


Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 7 hari yang lalu. Awalnya ada benjolan kecil dan terasa
nyeri bila ditekan. Lama kelamaan, benjolan semakin membesar, semakin merah
dan masih nyeri bila ditekan. Benjolan terasa lunak. Pasien juga mengeluh terasa
sesuatu yang mengganjal di mata kirinya. Pasien mengaku yang pasien kurang
mencuci muka selepas beraktifitas. Penggunaan alat kosmetik disangkal oleh
pasien. Kotoran keluar dari mata tidak ada. Air mata berlebihan tidak ada.
Riwayat mata merah sebelumnya tidak ada. Riwayat trauma sebelumnya tidak
ada. Riwayat pemakaian kaca mata ada, sejak SD tapi tidak diketahui berapa
ukuran sekarang.
Riwayat penyakit mata sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit mata dalam
keluarga tidak ada.
TANDA VITAL
Status Generalis : Sakit sedang/ Gizi baik/ Composmentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit

1
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,8 C

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1. Visus
- VOD : 20/20 (aided) - VOS : 20/20 (aided)

2. Campus visual : Tidak dilakukan pemeriksaan


3. Inspeksi

PEMERIKSAAN OD OS
Tampak benjolan di
palpebra superior bagian
medial, berwarna merah,
Palpebra Edema (-)
berbatas tegas, terfiksir,
permukaan rata,Hipermis
(+)
Apparatus lakrimalis HipeLakrimasi (-) hiperlakrimasi (+)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola mata Normal Normal
Kornea Jernih Jernih

2
Bilik Mata Depan Normal Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Bulat, isokor, sentral, RC Bulat, isokor, sentral, RC
Pupil
(+) (+)
Lensa Jernih Bulat, sentral
Mekanisme Muskular

Ke segala arah Ke segala arah


0 0
0
0 0 0
0 0 0 0
0 0
0 0
4. Palpasi 0 0
PEMERIKSAAN OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri Tekan (-) (+), pada palpebra
superior kiri
Massa Tumor (-) (-)
Glandula Preaurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
5. Tonometri
Non-Contact Tonometry: 18/19
6. Color sense : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Light sense : Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Penyinaran oblik
No Pemeriksaan Oculus Dextra Oculus Sinistra
1 Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)

2 Kornea Jernih Jernih

3 Bilik Mata Depan Normal Normal


4 Iris Cokelat, kripte (+) Cokelat, kripte (+)
5 Pupil Bulat, sentral, Bulat, sentral, refleks
refleks cahaya (+) cahaya (+)
6 Lensa Jernih Jernih
9. Slit lamp :

3
- SLOD: Konjungtiva hiperemis (-) kornea jernih, iris cokelat, kripte
(+), pupil bulat, sentral RC (+), lensa jernih.
- SLOS: Tampak benjolan di palpebra superior bagian medial,
berwarna merah, berbatas tegas, terfiksir, permukaan rata,
Konjungtiva hiperemis (-) kornea jernih, iris cokelat, kripte
(+), pupil bulat, sentral RC (+), lensa jernih
10. Tes Fluoresensi : Tidak dilakukan
11. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan

RESUME
Pasien laki-laki berumur 18tahun datang ke ORBITA dengan keluhan benjolan di
kelopak mata kiri atas. Dialami sejak 7 hari yang lalu. Awalnya ada benjolan
kecil dan terasa nyeri bila ditekan. Lama kelamaan, benjolan semakin membesar,
semakin merah dan masih nyeri bila ditekan. Benjolan terasa lunak. Pasien juga
mengeluh terasa sesuatu yang mengganjal di mata kirinya. Pasien mengaku yang
pasien kurang mencuci muka selepas beraktifitas. Penggunaan alat kosmetik
disangkal oleh pasien. Kotoran keluar dari mata tidak ada. Air mata berlebihan
tidak ada. Riwayat mata merah sebelumnya tidak ada. Riwayat trauma
sebelumnya tidak ada. Riwayat pemakaian kaca mata ada, sejak SD tapi tidak
diketahui berapa.
Riwayat penyakit mata sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit mata dalam
keluarga tidak ada.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan, inspeksi tampak palpebra superior
sinistra OS edema (+), hiperemis (+) dan pada palpasi palpebra OS didapatkan
nyeri tekan (+) dan terasa lunak. Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD : 20/20
VOS: 20/20, dengan pemakaian kaca mata sekarang (tidak diketahui berapa
minusnya). Pada pemeriksaan slit lamp, SLOS: Tampak benjolan di palpebra
superior bagian medial, berwarna merah, berbatas tegas, terfiksir, permukaan rata,
Konjungtiva hiperemis (-) kornea jernih, iris cokelat, kripte (+), pupil bulat,
sentral RC (+), lensa jernih.

4
DIAGNOSIS
OS Hordeolum Internum

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Hordeolum Externum
Kalazion

TERAPI
Terapi Topikal
-Obat salep: Cendo Xitrol Zalf mata (Dexamethasone 0.1 %, Neomicin Sulfat 3.5 mg/ml,
Polimiksin B Sulfat 6000 iu/ml)

Non Medikamentosa
Kompresi hangat 15-20 menit 4 kali per hari

5
PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : Bonam
2. Quo ad sanationem : Bonam
3. Quo ad visam : Bonam
4. Quo ad cosmeticum : Bonam

DISKUSI
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra disebabkan oleh bakteri dari

kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri Stafilokokus).1,2 Diagnosis pada pasien

ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis pada

pasien ini didapatkan data berupa adanya benjolan pada kelopak mata kiri atas.

Benjolan ini awalnya kecil berwarna kemerahan dan bengkak pada kelopak mata

kiri. Benjolan ini kemudian semakin membesar dan disertai nyeri bila disentuh.

Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa hordeolum

awalnya hanya berupa benjolan kecil yang berwarna kemerahan yang makin lama

makin membesar disertai nyeri bila tertekan. Benjolan ini menjadi besar dan

mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman stafilokokus atau streptokokus.3

Dari hasil pemeriksaan fisik khusus dengan membalikan kelopak mata

inferior kiri terlihat benjolan dan terdapat daerah yang berwarna kemerahan. Hal

ini sesuai dengan keadaan klinis hordeolum internum terjadi apabila yang terkena

kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke

daerah kulit konjungtiva tarsal. Hal ini membedakan hordeolum interna dengan

externa. Pada hordeolum eksternum terjadi apabila yang terkena kelenjar yang
berada di anterior palpebra yaitu pada kelenjar Moll atau Zeiss dengan kemerahan

dan bengkak yang mengarah ke kulit.2,4

Edema pada kelopak mata kiri inferior disebabkan adanya peningkatan

permeabilitas pembuluh darah. Gejala ini disebabkan infeksi atau peradangan

pada kelenjar Meibom di kelopak mata bagian bawah. Penyebab dari hordeolum

adalah infeksi bakteri, biasanya bakteri Staphylococcus (Staphylococcus

aureus).2,3,5 Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat yang

dilanjutkan dengan pemberian obat salep berupa Cendo Xitral. Maksud pemberian

kompres hangat yaitu untuk mempercepat peradangan kelenjar sampai nanah

keluar. C xytrol merupakan salah satu contoh antibiotika steroid yang memberikan

efek sangat baik pada peradangan utamanya pada hordeolum. Obat ini

mengurangi permeabilitas pembuluh darah, mengurangi gejala radang, dan

mengurangi pembentukan jaringan parut atau scar. Apabila dengan terapi

konservatif tidak ada perbaikan atau nanah tidak dapat keluar maka dapat

dilakukan tindakan operatif berupa insisi untuk mengeluarkan nanah pada

benjolan, diteruskan kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya.6


Gambar: Diagnosa dan Differential Diagnosis

Prognosis pada penderita ini adalah baik, asalkan kebersihan daerah mata

tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang

sesuai. Pada penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak

menyentuh daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk

mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder.

Penderita dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk memantau

perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.5,7


BAGIAN II: REFARAT

BAB I

PENDAHULUAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, bagian

atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman

Stafilokokus.1 Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum

merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan

pada praktek kedokteran. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.

Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka kejadian

paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Hordeolum dapat timbul pada
satu kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi

kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.2,3,4,5,7

Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum

merupakan infeksi pada kelenjar Zeis atau Moll. Hordeolum internum merupakan

infeksi kelenjar Meibom dengan penonjolan terutama yang terletak di dalam

tarsus.1

Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya

benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan. Gejala

disertai dengan rasa sakit dan mengganjal dan nyeri bila ditekan. Nyeri yang

dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau hanya berupa perasaan tidak

nyaman. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar. Adakalanya nampak bintik

berwarna keputihan atau kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak

mata. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan

mengeluarkan nanah.2,3,5,6

Hordeolum internum atau radang kelenjar Meibom memberikan penonjolan

terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran

lebih besar dibanding hordeolum eksternum. Hordeolum eksternum tonjolan ke

arah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah

sendiri ke arah kulit.1,5

Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited). Namun tak

jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan antibiotik topikal

maupun obat antibiotika sistemik.2,3 Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi
pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan

cara mencuci tangan terlebih dahulu ketika hendak menyentuh mata atau

kelopaknya.1-3

Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang

jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.1

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa

mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata

tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang

sesuai.7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A ANATOMI PALPEBRA 2,7,8,9
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri dari kulit, otot, dan
jaringan fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata
yang rentan. Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan
kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior.
Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra
superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan
pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial
ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli),
jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa
(konjungtiva palpebra)
Struktur palpebra :
1 Lapisan Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh
karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel
rambut, tanpa lemak subkutan.
2 Musculus Orbikularis Okuli
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ottnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas
sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke
pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra
dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra
disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh
nervus facialis.
3 Jaringan Areolar
Terdapat di bawah musculus orbikularis okuli, berhubungan
dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
4 Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapi
jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan
inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak
mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan
20 buah di kelopak bawah).
5 Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran
mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada
tarsus.
Gambar: Anatomi Palpebra
Gambar: Palpebra Normal

TEPIAN PALPEBRA7,8,9,10
Panjang palpebra adalah 25-30mm dan lebarnya 2mm. Tepian
ini dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior.
1 Tepian anterior
Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.glandula Moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata.
2 Tepian posterior
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang
telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
3 Punktum lakrimal
Terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum inu terfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
FISURA PALPEBRA8,9,11
Fisura palpebrae adalah ruang elips diantara kedua palpebra
yang terbuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis.
Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan
membentuk sudut tajam. Kanthus medialis lebih elips dari kanthus
lateralis dan mengelilingi lakus lakrimalis. Lakus lakrimalis terdiri atas
dua buah struktur yaitu karunkula lakrimalis, peninggian kekuningan
dari modifikasi kulit yang mengandung modifikasi kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea sebesar-besar yang bermuara ke dalam folikel
yang mengandung rmbut-rambut halus dan plica seminularis.

SEPTUM ORBITALE8,9,10,11
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan
berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale
superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan
tarsus superior; septum orbilae inferius menyatu dengan tarsus inferior.

REFRAKTOR PALPEBRA9,10
Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superior, yang
berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi
sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung
serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di
palpebra inferior, refraktor utama adalah muskulus rektus inferior,
yang menulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior
dan orbikularis okuli. Otot polos dari refraktor palpebrae disarafi oleh
nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh
nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a.
Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus
frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua
nervus V (n. Trigeminus).
Pada kelopak terdapat bagaian-bagian :
1 Kelenjar
a Kelenjar sebasea
b Kelenjar Moll atau kelenjar keringat
c Kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, berhubungan dengan
folikel rambut dan menghasilkan sebum
d Kelenjar Meibom (kelenjar tarsalis)
Terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini menghasilkan sebum
(minyak).
2 Otot-otot palpebra
a M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan
terletak di bawah kuit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
terdapat otot orbikularis okuli disebut sebagai M. Rioland. M.
Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi
N.fasialis.
b M. Levator Palpebra
Berorigo pada anulus foramen orbbita dan berinsersi pada
tarsus atas dengan sebagian menembus M.orbikularis okuli
menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh
N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.

Gerakan palpebra
1 Menutup
Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N. VII) dan relaksasi M.Levator
Palpebra Superior. M, Rioland menahan bagian belakang palpebra
terhadap dorongan bola mata.
2 Membuka
Kontraksi M. Levator palpebra superior (N.III). M. Muller
mempertahankan mata agar tetap terbuka.2

HORDEOLUM
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom
yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.
Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah
infeksi kelenjar Zeiss dan Moll.2,3

EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis
penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek
kedokteran. insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.4,5

ETIOLOGI
Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata
yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri
Stafilokokus). Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang
timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa timbul secara
berulang.9

PATOGENESIS
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya
mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis
hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara
histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris
nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar
Meibom di lempeng tarsal.1,12

KLASIFIKASI11,12
Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :

a) Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum, nanah
dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan
pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.

Gambar: Hordeolum Eksternum

b) Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam
tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal. Hordeolum
internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum.
Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut
bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak
memecah sendiri
Gambar: Hordeolum Internum

Terdapat 2 fase pada hordeolum yaitu :


- Fase inflitratif : pada fase ini terdapat gejala khas itu terdapat nyeri dan
tanda-tanda peradangan
- Fase supuratif : pada fase ini peradangan sudah reda dan tidak terdapat
rasa nyeri. Pada tahap ini perlu dilakukan insisi dan kuretase

GEJALA DAN TANDA


1 Gejala11
Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri
pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan
penderita merasa ada sesuatu di matanya. Biasanya hanya sebagian kecil
daerah kelopak yang membengkak, meskipun kadang seluruh kelopak
membengkak. Di tengah daerah yang membengkak seringkali terlihat bintik
kecil yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang
cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.

2 Tanda2
Palpebra bengkak, merah sakit dan terdapat tonjolan pada palpebra. Sering
disertai blefaritis, konjungtivitis yang menahun, anemia, kemunduran keadaan
umum, acne vulgaris. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak-anak
dan dewasa muda.
PENATALAKSANAAN1,2,3,4
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau
tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral (diminum).
Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut :
- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,
Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain.
Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama
pada fase peradangan.
- Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin,
Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak
menunjukkan perbaikan dengan antibiotik atopikal. Obat ini diberikan
selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya
atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan
sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan
keluhan nyeri, misalnya : Asetaminofen, Asam mefenamat, Ibuprofen, dan
sejenisnya.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi atopikal dengan
pentokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di
daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, lakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotik.
Gambar: Insisi Hordeolum Interna

PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa
mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang
sesuai.7
KOMPLIKASI
Penyulit dari hordeolum yaitu selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan
ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

BAB III
KESIMPULAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum


biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak mata.
Hordeolum terdiri dari hordeolum internum (glandula Meibom) dan ekstrenum
(glandula Zeiss atau Moll). Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak
mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila ditekan.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum
ekternum. Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum
bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang
sesuai.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1 Ilyas,Sidharta. 2014. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 5th
edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 94-6
2 Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis. Dalam
Oftamologi umum. Edisi 17. Jakarta : Widya Medika. 2007. Hal 81-82
3 Mitchell, dkk. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran. Edisi
ke-7. Jakarta: EGC; 2008.h.811.
4 Burnside, Thomas J. McGlynn. Diagnosis fisik. Edisi ke-17. Jakarta: EGC;
2005.h.117-23.
5 James, B. Oftalmologi. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 51-9.
6 Gibson, J. Fisiologi dan anatomi modern. Jakarta: EGC Buku kedokteran;
2005. h. 304-8.
7 Ilyas Sidarta H. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakiy Mata. Edisi keempat.

Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2004


8 Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta,

1989
9 The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy. McKinley Healt Center.

University Of Illionis. 17th Edition, 1999


10 Ehrenhaus M.P. MD. Hordeolum Treatment, Managemen & Clinical

presentation. 2012
11 Ilyas HS. Hordeolum. Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga.

Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2005 : hal. 45-46


12 Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan kesatu, Widya Medika,

Jakarta, 2000 : Hal. 17-20


13 Kanski JJ. Clinical Ophthalmologi A Synopsis. Butterworth-Heinemann,

Boston, 2009.
LAMPIRAN FOTO
Gambar :
Rekam Medik Pasien

Anda mungkin juga menyukai