Anda di halaman 1dari 33

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2018


UNIVERSITAS HASANUDDIN

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

OLEH:
SRI WAHYUNI HARLI
C11113559

PEMBIMBING:
dr. Witono Gunawan

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Abadi Aman Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Sri Wahyuni Harli


Nim : C11113559
Judul refarat : Pemeriksaan Ginekologi

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada


bagian Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Hasanuddin.

Makassar, Juli 2017


Pembimbing Supervisor Pembimbing Residen

dr. Abadi Aman Sp.OG dr. Witono Gunawan

Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Dr. dr. Elizabeth C. Jusuf, Sp.OG (K)

ii
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN REFERAT

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:


Nama : Sri Wahyuni Harli
NIM : C11113559
Benar telah membacakan referat dengan judul “Pemeriksaan Ginekologi” pada
Hari/tanggal :
Tempat : Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin
Konsulen : dr. Abadi Aman Sp.OG
Minggu dibacakan : Minggu
Nilai :

Dengan ini dibuat untuk digunakan sebaik-baiknya dan digunakan sebagaimana


mestinya.
Makassar, 2017
Pembimbing Supervisor Pembimbing Residen

dr. Abadi Aman Sp.OG dr. Witono Gunawan


Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Dr. dr. Elizabeth C. Jusuf, Sp.OG (K)

iii
DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFARAT

Nama : Sri Wahyuni Harli


NIM : C111 13 559
Hari/Tanggal :
Judul Refarat : Pemeriksaan Ginekologi
Tempat :
No. Nama Minggu Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Pembimbing Supervisor Pembimbing Residen

dr. Abadi Aman Sp.OG dr. Witono Gunawan

iv
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ......................................................................................... i


Halaman Pengesahan .................................................................................. ii
Surat Keterangan Pembacaan Referat ......................................................... iii
Daftar Hadir Pembacaan Referat ................................................................ iv
Daftar Isi...................................................................................................... v
Daftar Gambar ............................................................................................. vi
Bab I Pendahuluan ...................................................................................... 1
Bab II Pembahasan ...................................................................................... 3
A. Anatomi Serviks .............................................................................. 3
B. Histologi Serviks ............................................................................. 3
C. Fisiologi Perubahan Mukus Serviks ............................................... 4
D. Pemeriksaan Fern ............................................................................ 7
Bab III Kesimpulan ..................................................................................... 14
Daftar Pustaka ............................................................................................. 15

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mukus serviks yang mengalamai kristalisasi ............................ 8


Gambar 2. Contoh pembentukan pakis lendir serviks ............................... 14

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kesehatan


wanita terutama organ reproduksi. Pemeriksaan ginekologi adalah pemeriksaan
organ reproduksi wanita termasuk payudara. Dalam menghadapi seorang penderita
ginekologik, terutama pada pemeriksaan pertama kali diperlukan pengertian
(simpati), kesabaran dan sikap yang menimbulkan kepercayaan. Untuk
mengurangi/menghilangkan rasa malu penderita, sebaiknya anamnesis diambil
tanpa hadirnya orang lain. Waktu dilakukan pemeriksaan, dokter hendaknya
didampingi oleh seorang wanita tenaga kesehatan. Gadis muda belia dan anak kecil
perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekatnya.1
Sikap penderita wanita yang datang pada tenaga medis berbeda dengan
sikap penderita pria, terlebih jika penderita datang untuk keluhan
ginekologik.Seorang wanita yang mengajukan hal-hal yang sehubungan dengan
alat kelaminnya, cenderung menunjukkan gejala-gejala kecemasan, kegelisahan,
rasa takut, dan rasa malu. Seorang wanita yang mengalami keluhan sehubungan
dengan alat reproduksinya akan merasa cemas, gelisah dan malu untuk
mengungkapkan kepada tenaga medis. Dalam menghadapi pasien yang demikian,
sikap seorang tenaga medis sebaiknya sabar, pengertian dan menimbulkan
kepercayaan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa malu penderita, sebaiknya
anamnesis diambil tanpa hadirnya orang lain. 1
Faktor lain yang turut menunjang kepercayaan pasien adalah keterampilan
tenaga kesehatan dalam membantu mengurangi atau mengatasi penderita dengan
gangguan yang sehubungan dengan alat kelamin. oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan serta keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan pemeriksaan
ginekologi guna menegakkan diagnosa suatu penyakit. 2

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Genitalia

2.1.1 Genitalia Externa3

Gambar 1. Anatomi Genitalia Externa


a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum),
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,
vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding
vagina.

b. Mons pubis / mons veneris


Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

8
c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena.Homolog embriologik dengan skrotum
pada pria.Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia
mayora.Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada
commisura posterior).
d. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut.Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior
vagina.Homolog embriologik dengan penis pada pria.Terdapat juga
reseptor androgen pada clitoris.Banyak pembuluh darah dan ujung serabut
saraf, sangat sensitif.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora.Berasal dari sinus urogenital.Terdapat 6 lubang/orificium,
yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae
Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis.
g. Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat
coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak
beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk hymen
postpartum disebut parous.Corrunculae myrtiformis adalah sisa-sisa selaput
dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan/para. Hymen
yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata)

9
menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi
terkumpul di rongga genitalia interna.
h. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi
cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal
ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran:
fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis.Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina: untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk
jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk
dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis.Batas dalam secara klinis
yaitu fornices anterior, posterior dan late ralis di sekitar cervix uteri. Titik
Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3
anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.
i. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-
otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina.Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

10
2.1.2 Genitalia Interna3

Gambar 2. Anatomi Genitalia Interna

a. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi
peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat
implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan
adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi
dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
b. Serviks Uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan /
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3
komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin)
dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri
(dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi
epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam,
arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium
externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan
(primipara/multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa

11
serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein
kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air.
Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
c. Corpus uteri
Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah
serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai
siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di
atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks
uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita
d. Ligamentum penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum
rectouterina.
e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang
tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum
dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa,
muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta
pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan
dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
- Pars isthmica (proksimal/isthmus) : Merupakan bagian dengan lumen
tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.

12
- Pars ampularis (medial/ampula) : Tempat yang sering terjadi fertilisasi
adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik
(patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
- Pars infundibulum (distal) : Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium
tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium.
Fimbriae berfungsi "menangkap" ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
g. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
h. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan
ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium
di korteks), ovulasi (pengel uaran ovum), sintesis dan se kresi hormon-
hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron ol eh korpus
luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii
melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae "menangkap" ovum yang dilepaskan
pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium,
ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium.
Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

2.2 Tujuan Pemeriksaan Ginekologi

Pemeriksaan ginekologi terdiri dari beberapa prosedur pemeriksaan, yaitu


anamnesis, pemeriksaan umum, payudara, perut, genitalia eskterna dan genitalia
interna. Tujuan pemeriksaan ginekologi secara umum adalah sebagai pedomaan
diagnosis khususnya di bidang ginekologik. Anamnesis dan pemeriksaan umum
beguna untuk mengetahui keluhan utama, riwayat penyakit, dan keadaan umum
pasien. Pemeriksaan payudara berhubungan dengan diagnosis kelaiana endokrin,

13
kehamilan dan karsinoma mamma. Tujuan dari pemeriksaan ginekologi adalah
untuk mengetahui arah, besar, konsistensi uterus dan serviks, kondisi adneksa,
parametrium dan organ-organ disekitar genitalia interna (rongga pelvik).1,2

2.3 Indikasi Pemeriksaan Ginekologi

Indikasi utama dalam pemeriksaan pelvic termasuk pemeriksaan spekulum


adalah untuk evaluasi keluhan berikut ini :

 Kehamilan atau pasca persalinan


 Evaluasi pra-prosedural
 Evaluasi dan perencanaan pra-operasi
 Second opinion/Konsultasi ginekologi
 Nyeri
 Keputihan
 Infeksi
 Gatal
 Edema
 Perdarahan
 Kelainan Menstruasi
 Kelainan perkembangan seksual
 Trauma seksual
 Trauma Fisik
 Kondisi Neurologis
 Perdarahan vagina yang tidak dapat dijelaskan
 Trauma fisik
 Perdarahan vagina yang tidak dapat dijelaskan
 Kelainan dasar panggul

14
15
2.4 Aspek Etik Pemeriksaan Ginekologi

Diantara berbagai prosedur medis yang ada, pemeriksaan ginekologik


adalah salah satu prosedur yang sensitif dan menimbulkan rasa tidak nyaman
terhadap pasien. Karena itu dibutuhkan edukasi yang baik dan menyeluruh untuk
menjelaskan tujuan pemeriksaan ginekologi dan diikuti dengan informed consent
dari dokter ke pasien. Selain itu sudah menjadi kewajiban dokter untuk dapat
menyediakan ruangan atau lingkungan yang sifatnya privasi, sebagaimana
disebutkan dalam Panduan Etika dan Profesi Obstetri dan Ginekologi di Indonesia.
Disebutkan juga diharuskannya kehadiran pendamping apabila ingin melakukan
pemeriksaan dalam. Bila ada pihak lain (dokter lain atau mahasiswa), mereka harus
diperkenalkan lebih dahulu. Bila pasien keberatan, harus dihargai.5

2.5 Prosedur Pemeriksaan Ginekologi

2.5.1 Anamnesis1,6

Anamnesis meliputi:
1. Keluhan utama : hal yang dikeluhkan pasien yang membuat pasien datang ke
puskesmas/praktek dokter/rumah sakit. Misalnya nyeri perut, keluar darah,
keputihan, gangguan haid
2. Tanyakan perlangsungan, onset dan hal yang memperberat keluhan.
3. Tanyakan apakah hal tersebut pernah dialami sebelumnya atau tidak.
4. Tanyakan keluhan lain pasien.
5. Riwayat penyakit umum; apakah penderita pernah menderita penyakit berat,
TBC, jantung, ginjal, kelainan darah, diabetus melitus dan kelainan jiwa.
Riwayat operasi non ginekologik seperti strumektomi, mammektomi,
appendektomi, dan lain-lain.
6. Riwayat obstetrik; perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah
pernah mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau partus dengan
tindakan, dan bagaimana keadaan anaknya. Adakah infeksi nifas dan riwayat
kuretase yang dapat menjadi sumber infeksi panggul dan kemandulan.

16
7. Riwayat ginekologik; riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan
pengobatannya, khususnya operasi yang pernah dialami.
8. Riwayat haid; perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau tidak,
banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyeri atau tidak, dan
menopause. Perlu ditanyakan haid terakhir yang masih normal.
9. Keluhan utama; keluhan yang dialami pasien sekarang.
10. Riwayat keluarga berencana; riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien
menggunakan kontrasepsi alami dengan atau tanpa alat, hormonal, non
hormonal maupun kontrasepsi mantap.
11. Riwayat penyakit keluarga; perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada
yangmemiliki penyakit berat atau kronis.

2.5.2 Pemeriksaan Fisis Umum1

Pemeriksaan umum meliputi :

1. Kesan umum; apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya,


apakah tampak pucat, mengeluh kesakitan di daerah abdomen.
2. Pemeriksaan tanda vital; periksa tekanan darah, nadi, dan suhu.
3. Pemeriksaan penunjang; pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.

2.5.3 Pemeriksaan Mammae

Payudara dibagi dalam empat kuadran oleh garis horisontal dan vertikal
yang melalui papilla mamae (kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri
bawah). Untuk menunjukkan lokasi lesi pada payudara dapat ditunjuk dengan
jam dan dengan jarak tertentu dalam sentimeter dari papila mamae.3

17
Gambar 3. Pembagian kuadran payudara

1. Inspeksi3
a. Posisi duduk tegak, kedua lengan menggantung di samping badan.
Amati payudara secara keseluruhan :
- Bentuk kedua payudara
- Ukuran dan simetrinya, apakah terdapat perbedaan ukuran mamae,
areola mamae dan papila mamae.
- Warna kulit, adakah penebalan atau udem, adanya kulit berbintik
seperti kulit jeruk, ulkus, gambaran pembuluh darah vena.
- Adakah tampak massa, retraksi/lekukan, tonjolan/benjolan. Papila
mamae diamati : ukuran dan bentuk, arahnya, kelainan kulit atau
ulserasi, discharge

b. Posisi mengangkat kedua lengan di atas kepala.


c. Posisi kedua tangan di pinggang.
Kedua posisi ini adalah untuk melihat lebih jelas adanya kelainan
retraksi atau benjolan.

Amati sekali lagi bentuk payudara, perubahan posisi dari papila


mamae, lokasi retraksi, benjolan

18
d. Posisi duduk/berdiri dengan membungkukkan badan ke depan,
bersandar pada punggung kursi atau lengan pemeriksa.
Posisi ini diperlukan jika payudara besar atau pendular. Payudara akan
bebas dari dinding dada, perhatikan adakah retraksi atau massa.

2. Palpasi1,3
Penderita disuruh berbaring, jika payudara tidak mengecil, tempatkan
bantal tipis di punggung, sehingga payudara terbentang rata, dan lebih
memudahkan menemukan suatu nodul. Palpasi dilakukan menggunakan
permukaan volar tiga jari yang ditengah, dengan gerakan perlahan-lahan
memutar menekan secara halus jaringan mamae terhadap dinding dada. Lakukan
palpasi pada setiap kuadran, payudara bagian perifer, kauda aksilaris dan areola
mamae, bandingkan payudara kanan dan kiri.

Gambar 4. Metode palpasi payudara

Bila ditemukan adanya nodul perhatikan dan catat :

19
- Lokasi, dengan cara menggunakan kuadran atau jam dengan jarak berapa
centimeter dari papila mamae.
- Ukuran (cm)
- Bentuk, bulat/pipih, halus/berbenjol-benjol
- Konsistensi, kenyal/keras
- Batas dengan jaringan sekitar, jelas atau tidak
- Nyeri tekan atau tidak
- Mobilitas terhadap kulit, fascia pektoralis dan dinding dada di sebelah
bawahnya.

Palpasi papila mamae, tekan papila dan areola mamae sekitar dengan ibu jari dan
telunjuk, perhatikan adakah pengeluaran discharge. Jika dijumpai discharge, atau
riwayat mengeluarkan discharge, coba cari asalnya dengan menekan areola mamae
dengan ibu jari dan telunjuk dan pada sebelah radial sekitar papila mamae.
Perhatikan adakah discharge yang keluar dari salah satu duktus papila mamae.3

2.5.4 Pemeriksaan Abdomen1

Abdomen dibagi secara topografi menjadi 5 kuadran, yaitu :

 Kuadra n kanan atas/Right Upper Quadrant (RUQ).


 Kuadran kanan bawzh/Right Lower Quadrant (RLQ)
 Kuadran kiri atas/Left Upper Quadrant (LUQ)
 Kuadran kiri bawah/Left Lower Quadrant (LLQ)
 Garis tengah/Midline yang terdiri dari :
 Epigastrik
 Periumbilikal

20
 Suprapubik

Gambar 5. Topografi Abdomen

Untuk menemukan hal tertentu seperti nyeri atau massa, abdomen dapat dibagi
menjadi 9 daerah dengan cara membuat 4 garis khayal. Garis pertama sepanjang
batas bawah dari dada, selanjutnya garis paralel dari kedua SIAS dan akhirnya 2
garis linea mediana klavikula. Pembagian dan topografi organ dapat dilihat pada
tabel 1.

Hipokhondriaka kanan Epigastrium Hipokhondriaka kiri


• Right lobe of liver •Pyloric end of stomach • Stomach
• Gallbladder •Duodenum • Spleen
• Portion of duodenum •Pancreas • Tail of pancreas
• Hepatic flexure of colon •Portion of liver • Splenic flexure of colon
• Portion of right kidney • Upper pole of left kidney
• Suprarenal gland • Suprarenal gland

Lumbal kanan Umbilikal Lumbal kiri

•Ascending colon  Omentum  Descending colon


•Lower half of right  Mesentery  Lower half of left kidney
kidney  Lower part of duodenum  Portions of jejunum and
•Portion of duodenum and  Jejunum and ileum  ileum
jejunum

Inguinal kanan Hipogastrik (pubik) Inguinal kiri

 Appendix  Ileum • Sigmoid colon


 Cecum  Bladder • Left ureter
 Lower end of ileum  Uterus (in pregnancy) • Left spermatic cord
 Right ureter • Left ovary

21
 Right spermatic cord

Tabel 1. Topografi abdomen

 Penderita harus tidur telentang dan tenang


 Inspeksi Perhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan pernapasan,
kondisi kulit, parut operasi, dsb.
 Palpasi Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus yakin bahwa kandung
kemih dan rektum kosong karena kandung kemih penuh teraba seperti kista
dan rektum terisi menyulitkan pemeriksaan. Kalau perlu pasien
kencing/BAB terlebih dahulu atau dilakukan kateterisasi atau diberi klisma.
Jelaskan pemeriksaan pada penderita. Kedua tungkai ditekuk sedikit dan
disuruh bernafas dalam. Palpasi abdomen dengan seluruh telapak tangan
dan jari-jari dari atas atau daerah yang tidak dikeluhkan nyeri. Diperiksa
adanya rangsangan peritoneum, adanya nyeri tekan dan nyeri lepas. Baru
kemudian palpasi dalam, sebaiknya bersamaan dengan irama pernafasan.
Dimulai dari bagian-bagian yang normal yang tidak dirasakan nyeri dan
tidak membesar/menonjol.
 Perkusi Dapat ditentukan pembesaran yang disebabkan tumor atau cairan
bebas dalam rongga perut. Pada tumor, perkusi pekak terdapat di bagian
menonjol saat pasien tidur telentang. Daerah pekak ini tidak akan berpindah
walaupun pasien dipindah baringkan. Perkusi pada cairan bebas. Cairan
mengumpul pada bagian yang paling rendah, sedang usus-usus
mengambang di atasnya. Apabila pasien telentang, maka perkusi timpani di
bagian atas perut melengkung ke ventral dan pekak sisi kanan dan kiri.
Keadaan berubah bila pasien berbaring miring ke kanan, cairan berpindah
dan mengisi bagian kanan dan ventral. Daerah timpani pun berpindah
tempat. Tumor yang disertai dengan cairan bebas menunjuk ke arah
keganasan.

22
 Auskultasi. Detak jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan
yang cukup tua, sedang bising uterus dapat terdengar pada uterus gravidus
dan mioma uteri yang besar. Bising usus penting untuk diagnostik
peritonitis dan ileus.1

2.5.5 Pemeriksaan Genitalia Eksterna3

Posisi pasien :
Pasien diminta duduk di tepi meja.Jika pasien meminta agar tirai digunakan,
permintaan tersebut harus dihormati.Memposisikan pasien untuk pemeriksaan
dimulai dengan elevasi kepala meja periksa kira-kira 30 derajat dari
horizontal.Dokter atau asisten harus membantu pasien mengambil posisi
litotomi.Pasien harus diminta untuk berbaring, meletakkan tumitnya di sanggurdi,
lalu bokong pasienke ujung meja sampai rata dengan ujung meja. Setelah pasien
berada dalam posisi litotomi, cahaya dan duk disesuaikan sehingga tidak
mengaburkan pandangan dokter tentang perineum atau kontak mata yang tidak jelas
antara pasien dan dokter.
Dokter harus duduk di ujung meja periksa, dengan lampu pemeriksaan
disesuaikan pada perineum. Lampu diposisikan secara optimal di depan dada dokter
beberapa inci di bawah dagu, kira-kira jarak lengan jauh dari perineum. Dokter
harus meggunakan sarung tangan pada kedua tangan.Setelah kontak dengan pasien,
harus ada kontak minimal dengan peralatan seperti lampu. Melepaskan spekulum
dari laci sebelum menyentuh pasien akan membantu mencegah kontaminasi
spekulan dan peralatan lain (mis., Meja, laci, dan lampu). Setelah itu, lakukan
pemeriksaan.1

23
Gambar 6. Posisis Litotimi

Pemeriksaan panggul dimulai dengan pemeriksaan genital


eksternal.Inspeksi harus mencakup mons pubis, labia majora dan labia minora,
perineum, dan daerah perianal.Pemeriksaan dilanjutkandengan palpasi yang
dilakukan teratur, dimulai dengan klitoris,dan pemeriksaan kelenjar.Meatus uretra
dan area uretra dan kelenjar Skene harus diperiksa.Jari telunjuk diletakkan kira-kira
satu inci ke dalam vagina untuk meraba uretra dengan lembut. Jari telunjuk
kemudian diputar di posterior untuk meraba area kelenjar Bartholin.3

Dengan inspeksi perlu diperhatikan:


1. Perhatikan distribusi rambut pubis, labium mayor dan labium minor
2. Perhatikan bentuk, warna, apakah ada pembengkakan, dsb dari genitalia
eksterna perineum, anus dansekitarnya;
3. Apakah ada darah atau fluor albus, jika ada maka perlu diperhatikanbanyaknya,
warnanya, kentalatau encernya serta baunya.
4. Apakah hymen masih utuh dan klitoris normal, pertumbuhan rambut pubisperlu
pula diperhatikan;

24
5. Apakah ada peradangan, iritasi kulit, eksema, dan tumor;
6. Apakah orifisium uretra eksternum merah dan ada nanah;
7. Apa ada kurunkula, atau polip;
8. Apakah ada benda menonjol dari introitus vagina, apakah introitus
vaginasempit atau lebar;
9. Apakah ada parut diperineum;
10. Apakah ada sistokel dan rektokel;
11. Apakah ada kondiloma;

Inpeksi1
1. Buka labia: amati adanya lesi, kemerahan, pembengkakan, cauliflower(veneral
wart)
2. Amati antara lipatan kulit
3. Amati hymen
4. Kelenjar periurethral (Skene's glands).
5. Uretra: amati apakah ada cairan yang keluar

Palpasi 3
1. Palpasi labia majora atas: hernia labialis (melalui kanalis Nuck)
2. Palpasi labia majora bagian bawah dan tengah: bila ada massa kista bartolini

25
Gambar 8. Palpasi kelenjar Bartholini (A), Urethral dan Skene (B)

Perabaan Vulva dan Perineum3


Pemeriksaan dapat dimulai dengan perabaan glandula bartholini dengan
jari-jari dari luar, yang kemudian diteruskan dengan perabaan antara dua jari
didalam vagina dan ibu jari diluar dicari apakah ada Bartholinitis, abses, atau
kista.Dalam keadaan normal glandula bartholini tidak dapat diraba. Apabila ada
urethtritis gonoreika, maka nanah akan tampak sangat jelas keluar dari orifisium
uretra eksternum, glandula paraurethralis perlu pula diperhatikan. Selanjutnya,
periksa keadaan perium, bagaimana tebalnya, tegangnya dan elastisitasnya.

2.5.6 Pemeriksaan Genitalia Interna

2.5.5.1 Pemeriksaan Spekulum1

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan spekulum dan

hanya dilakukan apabila pasien telah menikah atau pernah melakukan

26
koitus. Spekulum yang sering digunakan adalah spekulum Sims atau

Graves. Spekulum Sims memberikan visualisasi yang lebih baik, tetapi

harus menggunakan 2 tangan, sementara Graves hanya membutuhkan 1

tangan, sementara tangan lainnya dapat melakukan hal lain. Pada

beberapa keadaan, Sims dapat digunakan dengan bantuan orang lain.

Pemasangan spekulum7
Kedua spekulum logam dan plastik tersedia untuk pemeriksaan

ini, masing-masing dalam berbagai ukuran untuk mengakomodasi

panjang dan keelastisan vagina. Spekulum plastik mungkin dilengkapi

dengan cahaya kecil yang memberikan pencahayaan, sedangkan

spekulum logam memerlukan sumber cahaya eksternal. Preferensi

antara kedua tipe ini tergantung provider. Vagina dan leher rahim

biasanya dilihat setelah penempatan baik spekulum Graves atau

Pederson. Sebelum penyisipan, spekulum bisa dihangatkan dengan air

mengalir atau dengan lampu pemanas yang dipasang di beberapa meja

pemeriksaan. Selain itu, pelumasan bisa menambah kenyamanan

penyisipan. Gel tidak meningkatkan kadar sitologi Pap smear yang tidak

adekuat atau menurunkan tingkat deteksi Chlamydia trachomatis

dibandingkan dengan pelumasan air. Jika pelumasan gel digunakan,

aliquot berukuran sepeser diaplikasikan secukupnya ke permukaan luar

dari speculum.6

27
Gambar 9 : Persiapan alat dan bahan untuk pemeriksaan spekulum vagina.

Segera sebelum penyisipan, labia minora dipisahkan dengan

lembut, dan uretra diidentifikasi. Karena sensitivitas uretra, spekulum

dimasukkan di bawah meatus. Sebagai alternatif, sebelum penempatan

spekulum, jari telunjuk dapat ditempatkan di vagina, dan tekanan

ditempatkan di posterior melawan otot bulbospongiosus. Pasien

kemudian nasihatkan untuk merilekskan dinding posterior ini untuk

meningkatkan kenyamanan dengan penyisipan spekulum. Metode ini

terbukti sangat membantu wanita yang menjalani pemeriksaan pertama

dan atau mereka yang memiliki koitus yang jarang serta dispareunia.7

28
Gambar 10: Cara menggunakan spekulum plastik Graves.

Sewaktu penyisipan spekulum, vagina biasanya berkontraksi,

dan seorang wanita mungkin merasakan tekanan atau ketidaknyamanan.

Jeda pada titik ini biasanya diikuti oleh relaksasi otot vagina. Sebagai

patokan jika spekulum benar-benar dimasukkan, itu adalah sekitar kira-

kira 30 derajat ke bawah mencapai serviks. Umumnya, posisi rahim

yaitu anteverted, dan ektoserviks terletak di posterior dinding vagina.

Saat spekulum dibuka, ektoserviks bisa diidentifikasi. Dinding vagina

dan leher rahim diperiksa jika terdapat massa, ulserasi, atau discharge

yang abnormal.7

1
Gambar 11. (A) Portio pada Nullipara. (B) Porsio pada multipara. (C) Bekas Robekan lebar dari
serviks. (D) Bekas robekan bilateral. (E) Erosio Porsionis. (F) Karsinoma porsionis 8

Gambar 12 : Contoh gambaran pra-lesi dan karsinoma serviks melalui

pemeriksaan spekulum

2.5.6.2 Pemeriksaan Bimanual7

Ukuran dan mobilitas uterus, adnexa serta nyeri dapat dinilai

selama pemeriksaan bimanual. Pada wanita dengan riwayat

histerektomi dan adneksektomi, pemeriksaan bimanual masih bernilai.

Selama pemeriksaan, jari tengah dan telunjuk dimasukkan

bersamaan kedalam vagina hingga mencapai serviks. Untuk

mempermudah pemasukan, lubrikan diberikan pada jari ini.ketika

serviks dicapai, orientasi serviks dapat dinilai dengan sweeping permukaan

anterior serviks. Pada uterus dengan posisi anteverted, ismus akan teraba

2
dibagian depan, sedangkan pada posisi retroverted, buli-buli akan teraba. Pada

uterus retroverted, jari terus ke arah posterior untuk menilai ukuran uterus dan

nyeri.

Untuk mengukur uterus pada posisi anteverted, jari diletakkan pada

serviks dan ditekan ke atas hingga fundus tertekan ke anterior abdomen.

Tangan lainnya diletakkan pada abdomen untuk menentukan fundus. Ukuran

normal fundus , tangan yang berada di abdomen terletak pada daerah atas

ligamen inguinal dan pubic rami. Untuk menilai adnexa, klinisi menggunakan

dua jari untuk mengangkat adnexa dari cul-de-sac ke arah anterior abdomen

sehingga adneksum terperangkap di jari pemeriksa dan tangan pemeriksa

lainnya.7

Gambar 13. Pemeriksaan Bimanual

3
BAB III
KESIMPULAN

Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu


parameter dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur
seperti daun pakis mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lender
dikeringkan di atas permukaan kaca objek. pembentukan struktur daun pakis pada
lendir serviks salah satunya ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus
menstruasi komponen tersebut merupakan garam dengan persentase tertinggi.
Konsentrasi garam tersebut mencapai puncaknya pada saat ovulasi. dimana
pemeriksaan tersebut dilakukan dapat menentukan proses ovulasi pada siklus
mestruasi, menilai mucus serviks dan penetrasi sperma, menilai insufisiensi
progresteron pada plasenta, menentukan kehamilan awal, memeriksa kebocoran
cairan amnion dan sebagai evaluasi infertilitas. Pelaksanaan Tes Fern dilakukan
dengan cara mengoles sampel lendir pada kaca gelas lalu dikeringkan. Kemudian
diamati dengan mikroskop perbesaran 10x10 dan ditentukan nilai ferning
berdasarkan pedoman penilaian ferning lendir serviks menurut WHO. Ketika
sampel lendir serviks dioleskan pada kaca gelas lalu dikeringkan, lendir serviks
akan mengering dan akan tampak gambaran daun pakis (fern-like pattern). Bentuk
daun pakis akan lebih jelas apabila diambil sampel lendir pada waktu yang
mendekati ovulasi. Ferning mengacu pada derajat dan pola kristalisasi yang diamati
ketika lendir serviks kering dipermukaan kaca.

4
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar, Mochamad. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo; 2011
2. Stormo AR, Hawkins NA, Cooper CP, Saraiya M. The pelvic examination as a
screening tool: practices of US physicians. Arch Intern Med. 2011 Dec 12.
171(22):2053-4
3. Charles R, Frank W, Barbara M, et al. Obtetric and Gynecology Sixth Edition.
Philadelphia :William and Lippincott ; 2010
4. Qaseem A, Linda L, Harris R, Starkey M. Screening Pelvic Examination in Adult
Women : A Clinical Practice Guideline From the American College of Physicians.
Am Coll Phys. 2014 July 1. 161(1) : 68-9
5. Affandi B. Paduan Etika dan Profesi Obstetri dan Ginekologi di Indonesia. Edisi
Pertama. Jakarta : POGI ; 2011. 5p.
6. Monga A, Dobbs S. The gynaecological history and examination.In: Monga A,
Dobbs S (editors). Gynaecology: by ten teachers. London: Hodder Arnold; 2011
7. Barbara L.Hoffman, J. O. Well Woman Care. In Williams Gynecology 2nd Edition.
United States: Mc Graw Hill Education; 2012. Pp. 2-7
8. Bain, C. M., Burton, K., McGavigan, C. J. Gynaecology Illustrated 6th Edition.
Elsevier Ltd ; 2011

Anda mungkin juga menyukai