1102010180
Pembimbing :
dr. Diantinia, Sp.M
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae lakrimalis
aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.
Glandula lakrimalis terdiri atas struktur dibawah ini:
1.
Bagian orbita
Berbentuk kenari yang teretak didalam foss lakrimalis di segmen temporal
atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis
dari muskulus levator palpebrae. Untuk mencapai bagian ini dari kelenjar
secara bedah, harus diiris kulit, muskulus orbikuaris okuli, dan septum orbitale.
2. Bagian Palpebra
Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal
dari forniks konjungtivae superior. Duktus sekretorius lakrimalis, yang
bermuara kira-kira sepuluh lubang kecil, menghubungkan bagian orbital dan
palpebrae
glandula
lakrimalis
dengan
forniks
konjungtivae
superior.
Pasokan darah dari glandula lakrimalis bersal dari arteria lakrimalis. Vena
yang mengalir pergi dari kelenjar bergabung dengan vena oftalmika. Drenase
lime menyatu dengan pembuluh limfe konjungtiva untuk mengalir ke dalam
limfonodus pra-aurikula.
4. Persarafan
Pasokan saraf ke glandula lakrimalis adalah melalui:
a) Nervus lakrimalis (sensoris), sebuah cabang dari divisi trigeminus.
b) Nervus petrosus superfisialis magna (sekretoris), yang datang dari nukleus
salivarius superior.
c) Nervus simpatis yang menyertai arteria lakrimalis dan nervus lakrimalis.
diproduksi oleh
kelenjar lakrimalis.
Komponen ini meliputi sekitar 60 persen protein, elektrolit dan air. Enzim ini
bersifat glikolitik yang mampu memecahkan dinding sel bakteri. Laktoferin
berperan sebagai antibakterial dan antioksidan dan epidermal growth faktor (EGF)
yang berperan
normal
dan
mencetuskan proses penyembuhan kornea. Selain itu pada lapisan air mata juga
ditemukan adanya komponen albumin, transferin, immunoglobulin A (IgA),
immunoglobulin M (IgM) dan immunoglobulin G (IgG).
Defisiensi lapisan aqueous merupakan penyebab utama dari dry eye dan
ini disebabkan karena insufisiensi produksi air mata. Sekresi kelenjar lakrimalis
dikontrol oleh refleks neuralis dengan lengkung reflek saraf aferen ( serat saraf
sensoris trigeminal) di kornea dan konjunctiva yang kemudian melewati
pons( nukleus salivatorius superior), kemudian dari pons keluar jalur serat eferen,
saraf intermedius yang akan menuju ganglion pterigopalatina dan post ganglionik
simpatetik dan parasimpatetik yang kemudian berakhir di kelenjar lakrimalis.
B. Fisiologi
Sistem sekresi air mata
Komponen lipid air mata disekresi oleh kelenjar Meibom dan Zeis di
tepian palpebra. Sekresi lipid ini dipengaruhi oleh serabut saraf kolinergik yang
berisi kolinesterase dan agonis kolinergik seperti pilokarpin. Selain itu sekresi
kelenjar dipengaruhi oleh hormon androgen seperti testosteron yang dapat
meningkatkan sekresi, sementara hormon antiandrogen dan estrogen akan
menekan sekresi kelenjar lipid. Refleks mengedip juga memegang peran penting
dalam sekresi oleh kelenjar Meibom dan Zeis. Mengedip menyebabkan lipid
mengalir ke lapisan air mata.
Komponen akuos air mata disekresi oleh kelenjar utama, kelenjar Krause
dan Wolfring. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama
namun tidak mempunyai sistem saluran. Mekanisme sekresi akuos dipersarafi
oleh saraf kranial V. Stimulasi reseptor saraf V yang terdapat di kornea dan
mukosa nasal memacu sekresi air mata oleh kelenjar lakrimalis. Kurangnya
sekresi air mata oleh kelenjar lakrima dan sindrom dry eye dapat disebabkan oleh
penyakit maupun obat-obatan yang berefek pada sistem otonom.
Komponen musin lapisan air mata disekresi oleh sel Goblet konjungtiva
dan sel epitel permukaan. Mekanisme pengaturan sekresi musin oleh sel ini tidak
diketahui. Hilangnya sel Goblet berakibat mengeringnya kornea meskipun banyak
air mata dari kelenjar lakrimal.
Gambar 2. Anatomi air mata + sistem sekresi dan eksresi air mata
C. Dry eyes (keratokonjungtivitis sicca)
Dry eye merupakan penyakit multifaktorial pada kelenjar air mata dan
permukaan okuler yang menghasilkan gejala-gejala ketidaknyamanan, gangguan
pengelihatan, air mata yang tidak stabil sehingga berpotensi untuk menimbulkan
kerusakan pada permukaan okuler. Dry eye sering disertai dengan peningkatan
osmolaritas dari air mata dan peradangan dari permukaan okuler.
E. Etiologi
A. Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal
1. Kongenital
2. Didapat
a. Penyakit sistemik
1) Sindrom sjorgen
2) Hipertiroid
b. Cedera
1) Kerusakan kelenjar lakrimal
2) Banyak terpapar radiasi
3) Luka bakar kimiawi
c. Obat
1) Antihistamin
2) Antimuskarinik: atropin, skopolamin
G. Patofisiologi
Penurunan kadar hormon
Reseptor androgen dan estrogen terdapat di dalam kelenjar lakrimalis dan
meibomian. SS sering ditemukan pada wanita post menopause. Pada wanita
menopause, terjadi penurunan hormon seks yang beredar ( seperti estrogen,
androgen) dan juga mempengaruhi fungsi dari sekresi kelenjar lakrimalis. 40
tahun yang lalu, penelitian mengenai defisiensi estrogen dan atau progesteron
sering berkaitan dengan insidensi KCS dan menopause.
Disfungsi kelenjar
Disfungsi kelenjar meibom akan berakibat kehilangan lapisan lipid.
Kehilangan polaritas lemak akan mencetuskan terjadinya kehilangan air mata atau
evaporasi dan penurunan asam lemak tidak jenuh yang akan meningkatkan
produksi meibum, memicu penebalan serta sekresi air mata yang bersifat viskos
sehingga dapat mengobstruksi duktus dan menyebabkan stagnasi dari sekresi.
Reaksi inflamasi
Sitokin proinflamasi juga dapat menimbulkan destruksi seluler, meliputi
interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6), interleukin 8 (IL-8), TGF beta, TNF
alpha. IL-1 beta dan TNF-alfa juga ditemukan pada air mata dari KCS dimana
dapat menimbulkan pelepasan opioid yang akan mengikat reseptor opioid pada
membran neural dan menghambat pelepasan neurotransmiter melalui NF-K beta.
IL-2 juga dapat mengikat reseptor opioid delta dan menghambat produksi cAMP
dan fungsi neuronal. Kehilangan fungsi neuronal akan menurunkan tegangan
neuronal normal, yang dapat memicu isolasi sensoris dari kelenjar lakrimalis dan
atrofi kelenjar lakrimalis secara bertahap.
H. Gejala Klinis
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal
atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus
berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas,
merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri
paling luar biasa pada pemeriksaan mata adaah tampilan yang nyata-nyata normal.
Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya
meniskus air mata di tepian palpebra inferior.
Pemeriksaan fisik
- Dilatasi vaskuler konjuntiva bulbi
- Penurunan meniskus air mata
- Permukaan kornea yang ireguler
- Penurunan absorbsi air mata
- Keratopati epitel kornea punctata
- Kornea berfilamen
- Peningkatan debris pada lapisan air mata
- Keratitis puntata superfisialis
- Pada kasus berat, ulkus kornea
Gejala-gejala dry eyes tidak berhubungan dengan tanda-tanda dry eyes.
Pada kasus berat, juga ditemukan defek epitel atau infiltrasi kornea steril atau
ulkus kornea. Keratitis sekunder juga dapat terjadi. Baik perforasi kornea karena
steril atau infeksi dapat terjadi.
I. Pemeriksaan penunjang
Tes Schimer
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan lapisan air mata dan
memasukkan strip Schirmer ke dalam konjungtiva inferior pada batas
sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang
Untuk menjaga agar air mata tidak terdrainase dengan cepat dapat
digunakan punctal plug, dengan demikian mata akan lebih terasa lembab, tidak
kering, tidak gatal, tidak seperti terbakar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:
Widya Medika, 2000.
2. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FK
Universitas Indonesia, Jakarta. 2008.
3. James, Bruce. dkk. Lecture Notes: Oftalmologi. Edisi Kesembilan. Penerbit
Erlangga. Jakarta: 2006.
4. Eye Anatomy. Available at URL: http://www.biographixmedia.com/human
/eye-anatomy.html, accessed on October 2011.