DAKRIOADENITIS
Pembimbing :
Oleh :
Fatin Chaydar (201210330311064)
Ika Ummu Amaliah (201210330311081)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Wolfring identik dengan kelenjar utama, tetapi tidak memiliki duktulus. Kelenjarkelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama di forniks superior. Sel-sel
goblet uniseluler, yang juga tersebar di konjungtiva, mensekresi glikoprotein
dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea meibom dan zeis di tepian
palpebral memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar
keringat yang juga ikut membentuk film air mata. Sekresi kelenjar lakrimal dipicu
oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah
melewati tepian palpebral (epifora). Kelenjar lakrimal aksesorius dikenal sebagai
pensekresi dasar. Secret yang dihasilkan normalnya cukup untuk memelihara
kesehatan kornea. Hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kornea meskipun
banyak air mata dari kelenjar lakrimal. 2
Sistem eksresi terdiri atas punctum, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan
duktus nasolakrimalis. Setiap kali berkedip, palpebral menutup seperti ritsletingmulai dari lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan
menyalurkannya ke dalam sistem eksresi pada aspek medial palpebral. Pada
kondisi normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang kira-kira sesuai
dengan kecepatan penguapannya. Dengan demikian, hanya sedikit yang sampai ke
sistem eksresi. Bila sudah memenuhi sakus konjungtivalis, air mata akan
memasuki puncta sebagian karena sedotan kapiler. Dengan, menutup mata, bagian
khusus orbicularis pratarsal yang mengelilingi ampula akan mengencang untuk
mencegahnya keluar. Bersamaan dengan itu, palpebra ditarik ke arah krista
lakrimalis posterior, dan traksi fascia yang mengelilingi sakus lakrimalis berakibat
memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif di dalam sakus.
Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalam sakus, yang kemudai berjalan
melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan,
ke dalam meatus nasi inferior. Lipatan-lipatan serupa katup milik epitel pelapis
sakus cenderung menghambat aliran balik udara dan air mata. Yang paling
berkembang di antara lipatan ini adalah katup Hasner di ujung distal duktus
nasolakrimalis. Struktur ini penting karena bila tidak berlubang pada bayi,
menjadi penyebab obstruksi kongenital dan dakriosistitis menahun. 2
2.1.2 Air Mata
sebagai
antimikrobial
yang
aktif
karena
dalam
mengatasi
mikroorganisme tersebut, air mata lebih cenderung memiliki fungsi mekanik yaitu
membilas mikroorganisme tersebut dan produk-produk yang dihasilkannya. 3
K+, Na+, dan Cl- terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air mata
dari dalam plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea
(0,04 mg/dL) dan perubahannya dalam konsentrasi darah akan diikuti perubahan
konsentrasi glukosa dan urea air mata. pH rata-rata air mata adalah 7,35, meski
ada variasi normal yang besar (5,20-8,35). Dalam keadaan normal, cairan air mata
adalah isotonik. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295 sampai 309
mosm/L.
Berikut
adalah
ilustrasi
dari
elektrolit,
protein
dan sitokin
dalam
komposisi
air
mata.4
2.2 Dakrioadenitis
2.2.1 Definisi
Dakrioadenitis adalah peradangan pars sekretorik (kelenjar lakrimal)
yang jarang ditemukan dan bersifat unilateral atau bilateral. 2
2.2.2
Epidemiologi
Peradangan kelenjar lakrimal atau dakrioadenitis merupakan penyakit
yang jarang ditemukan dan dapat dalam bentuk unilateral ataupun
bilateral.2
2.2.3
Klasifikasi
Dakrioadenitis dapat berjalan akut maupun kronis:
1. Dakrioadenitis Akut
Pada dakrioadenitis akut sering ditemukan pembesaran kelenjar air
mata di dalam palpebra superior, hal ini dapat ditemukan apabila
kelopak mata atas dieversi, maka akan kelihatan tonjolan dari kelenjar
air mata yang mengalami proses inflamasi. Pada perabaan karena ini
merupakan suatu proses yang akut maka biasanya akan sangat nyeri
dan dapat diikuti oleh gejala klinis lainnya yaitu kemosis
(pembengkakan konjungtiva), konjungtival injeksi, mukopurulen
secret,
eritema
dari
kelopak
mata,
namun
mobile,
tanda-tanda
ocular
minimal,
ptosis bisa
ditemukan,
dapat
ditemukan
sindroma
mata
kering. 8
Etiologi
Dakriodenitis akut dan kronik dapat terjadi karena infeksi:
a. Virus: parotitis, herpes zoster, virus ECHO, virus sitomegali, coxsackie
virus A, dan mononukelosis. Pada anak dapat terlihat sebagai
komplikasi infeksi kelenjar liur, campak, influenza.
8
b. Bakteri:
Staphylococcus
aureus,
Streptococcus
gonokokus.
2.2.5
sporotrikosis.
d. Sarkoid dan idiopati 8
Patofisiologi
Patofisiologi masih belum jelas, namun beberapa ahli mengemukakan
bahwa proses infeksinya dapat terjadi melalui penyebaran kuman yang
berawal di konjungtiva yang menuju ke duktus lakrimalis dan menuju ke
2.2.6
kelenjar lakrimalis. 8
Manifestasi Klinis
Pasien dakrioadenitis akut umumnya mengeluh nyeri di daerah
glandula lakrimal (di superotemporal rongga orbita) disertai edema
palpebral, konjungtiva kemotik dengan sekret. Pada infeksi akan terlihat
bila mata bergerak akan terasa nyeri dengan pembesaran kelenjar
preaurikuler.
Dakrioadenitis akut perlu dibedakan dengan selulitisorbita, dengan
melakukan biopsy kelenjar lakrimal. Bila kelopak mata di balik tampak
pembengkakan berwarna merah di bawah palpebra superotemporal.
Pada keadaan kronik terdapat gambaran yang hamper sama dengan
keadaan akut tetapi tidak disertai nyeri. Apabila pembengkakan cukup
2.2.7
besar, bola mata terdorong ke bawah nasal tetapi jarang terjadi proptosis. 6
Diagnosis
Darioadenitis dapat didiagnosis dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis :
Akut
Pasien dengan dakrioadenitis akut akan merasa nyeri dan terdapat
pembengkakan pada kelopak mata.
Kronik
Terdapat pembengkakan tanpa rasa nyeri pada pasien dengan
dakrioadenitis kronik.
Pemeriksaan Fisik:
Akut
Bila kelopak mata dibalik tampak pembengkakan berwarna merah
di bawah kelopak mata atas temporal.
Kronik
Pada pemeriksaan fisik dakrioadenitis kronik didapatkan gambaran
hampir sama dengan akut, namun tanpa rasa nyeri. Bila
pembengkakan cukup besar, bola mata terdorong ke bawah nasal
tetapi jarang terjadi proptosis.
Pemeriksaan Penunjang :
2.2.8
2.2.9
Histopatologi
Terdapat gambaran radang kelenjar tergantung etiologinya, bisa
10
c. Menjelaskan pada pasien bahwa prognosis baik bila pengobatan yang baik,
cepat, dan tepat.
BAB III
RINGKASAN
Dakrioadenitis ialah suatu proses inflamasi pada kelenjar air mata pars
sekretorik. Dibagi menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut dan kronik, keduanya
11
dapat disebabkan oleh suatu proses infeksi ataupun dari penyakit sistemik
lainnya.
Patofisiologinya
masih
belum
jelas,
namun
beberapa
ahli
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiono, Sjamsu dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya:
Airlangga University Press.
2. Vaughan dan Asburys. 2012. Apparatus Lakrimalis. Dalam: Oftalmologi
Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.: 89-99.
3. Kanski JJ, Bowling B. 2011. Lacrimal Drainage System. Clinical
Ophtalmology. Seventh edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.
4. Scott, Clifford A., etc. Care of the Patient with Occular Surrface
Disorders. USA: American Optometric Association. Pp 4-10.
5. D. Nancy Kim M. 2005. Orbit or Oculoplastics. Digital Journal of
Ophtalmology.
Diakses
tanggal
24
Juli
2016.
<http://www.djo.harvard.edu/>.
6. Srivastava, VK. 2000. Acute Suppurative Dacryoadenitis. MJAFI.
Classified Specialist (Ophtalmology), Military Hospital, Jabalpur. Volume
56. Pp 151-152.
7. Thanc Foundation. 2016. Orbital Tumors. Head and Neck Cancer Guide.
Diakses tanggal 25 Juli 2016. http://www.headandneckcancerguide.org/
8. Singh, Gagan J, etc. 2015. Dacryoadenitis. Medscape. Diakses tanggal 24
Juli 2016. <http://emedicine.medscape.com/article/1210342-overview>
13