Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Standar baku emas diagnosa demam tifoid adalah kultur darah dan kultur sumsum tulang.
Pemeriksaan lain yang umum digunakan untuk diagnosa demam tifoid antaral lain
Pemeriksaan Typhidot dan PCR.
Case fatality rate demam tipoid adalah 10 % tanpa terapi yang tepat, disamping itu dapat
menurun 1 % dengan terapi antibiotik yang tepat. Kira-kira 15 % pasien yang terinfeksi salmonella
meninggal di masa lalu di era pre-antibiotic.
The survivors used to have prolonged disability and illness lasting for weeks or even for
many months. Terapi antibiotik dibutuhkan untuk terapi demam tifoid. Multi Drug Resistance
(MDR) adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan resistensi untuk semua antimikroba
generasi pertama yang digunakan untuk terapi demam tifoid termasuk ampicillin, Trimethoprim-
Sulfamethoxazole dan chloramphenicol. Akibat strain MDR, fluroquinolones merupakan obat
pilihan. Penelitian yang dilakukan di india pada tahun 2001 menunjukkan 100% pasien susceptibility
pada strain salmonella yang diisolasi untuk Ciprofloxacin.
Peningkatan penggunaan fluoroquinolones kembali menjadi masalah pada terapi demam
tifoid karena kegawatan pada strain-strain yang resisten Fluoroquinolones. Resistensi ulang
membuat dokter umum mencari antibiotik terbaru yang sensitif terhadap salmonella. Lain halnya
dengan fluoroquinolones terbaru, Gatifloxacin merupakan alternativ terbaik. Sefalosporin generasi
ketiga seperti Ceftriaxone saat ini umum digunakan untuk terapi demam tifoid. Terapi ciprofloxacin
yang resisten demam tifoid saat ini dibawah generasi ketiga dan keempat sefalosporin,
Azithromycin, Penams dan Tigecycline.

Pasien dan Metode


Randomized controlled trail dilakukan di Departemen Pediatri Rumah sakit keluarga Holy,
Rawalpindi , dari bulan Maret 2012 sampai September 2012. Jumlah sampel dihitung dengan rumus
WHO. Total 230 pasien dalam penelitian ini terdiagnosa demam tifoid, usia berkisar antara 2-12
tahun. Pasien dengan demam >37°C dengan tanda dan gejala minimal satu atau lebih misalnya
demam persisten, nyeri atau perasaan tidak nyaman pada perut splenomegali / hepatomegali, rose
spots pada kulit dan muntah.115 pasien diberikan Azithromycin dan 115 pasien diberikan Ofloxacin
secara acak. Pasien dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok A dan B. Kelompok A diberikan
Azithromycin 10 mg/kg/hari setiap hari secara oral selama 7 hari. Kelompok B diberikan Ofloxacin
15mg/kg/hari terbagi menjadi 2 dosis diberikan secara oral selama 7 hari. Kedua kelompok diamati
durasi bebas demam pada hari kelima terapi.
Pemeriksaan yang telah digunakan selama masa perawatan adalah Typhidot (antibodi IgM) .
Chi-square digunakan untuk membandingkan keefektifan (bebas demam pada hari kelima) pada
kedua obat. Dikatakan signifikan bila P < 0.05.
BAB II
HASIL & PEMBAHASAN

Hasil
Usia antara 5 sampai 12 tahun dengan rata-rata usia 7.7 ±2.45 (Gambar 1). Mayoritas
perempuan (54.3 %). Berat anak berkisar antara 10 sampai 40 kg dengan rata-rata berat 23 7.48 kg.
Pada kelompok Azithromycin mayoritas (69.6 %) bebas demam pada hari kelima. Pada kelompok
Ofloxacin 48.7% pasien bebas demam pada hari kelima. Proporsi pasien bebas demam pada hari
kelima lebih tinggi pada kelompok azithromycin dibandingkan kelompok Ofloxacin (p=0.01)(Tabel 1)
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan anak antara usia 7-11 tahun, lebih sering terinfeksi demam
tifois. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang menunjukkan anak kurang dari 5 tahun beresiko
lebih tinggi. Laki-laki dilaporkan lebih sering dibandingkan perempuan pada penelitian ini dan hal
ini dikarenakan anak laki-laki lebih sering mengkonsumsi makanan jalanan. Hasil yang sama juga
diamati di Bangladesh yang menunjukkn pasien laki-laki lebih sering dibandingkan perempuan yang
terinfeksi demam tifoid. Pada kelompok Azithromycin 69.6 % pasien bebas demam pada hari
kelimaProporsi pasien bebas demam pada hari kelima secara signifikan lebih tinggi pada kelompok
Azithromycin dibandingkan kelompok Ofloxacin; p= 0.01). Laporan kasus dilaporkan di India selatan
menunjukkan penggunaan fluoroquinolone menurunkan strain dengan peringatan yang besar.
Penelitian lain membandingkan regimen antibiotik untuk terapi MDR (multidrug resistant)
(nalidixic acid resistant) Na (r) demam tifoid. Anak dan dewasa di vietnam dengan demam tifoid
tanpa komplikasi terlibat pada randomized controlled trial. Ofloxacin (20mg/kg berat badan/hari
selama 7 hari), dibandingkan dengan azithromycin (10mg/kg/hari selama 3 hari pertama).
Rasio keberhasilan klinis sebesar 64% dengan ofloxacin, 76% dengan ofloxacin-azitromisin,
dan 82% (51/62) dengan azitromisin. Nilai rata-rata (95% interval kenyamanan, demam, waktu
bersihan untuk pasien yang diterapi azithromycin (5.8 hari [5.1 sampai 6.5 hari]) lebih pendek
dibandingkan pasien yang diterapi dengan ofloxacin-azithromycin (7.1 hari [6.2 sampai 8.1 hari) dan
ofloxacin (8.2 hari [7.2 sampai 9.2 hari]) (p < 0.001). Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan di
Amirtasir India, keamanan penggunaan ofloxacin dan azithromycin sebanding untuk terapi demam
tifoid tampa efek samping yang besar. Biasanya azithromycin merupakan alternatif yang efektif pada
kondisi pasien yang kontraindikasi terhadap ofloxacin. Pada penelitian menunujukkan sekitar 20%
pasien dengan demam tifoid yang diterapi Ofloxacin memiliki hasil positif pada kultur feses setelah
periode terapi. Transien fecal carier setelah periode terapi menunjukkan transimisi yang potensial
terhadap S. Typhi kepada keluarga dan yang memiliki kontak tertutup. Sekitar 80% pasien pada
kelmpok penelituan yang lain yang diterapi dengan Azithromycin dosis 10mg/kg/satu kali sehari
selama 7 hari memiliki rata-rata waktu bersihan pada hari kelima terapi dan hasil ini dibandingkan
dengan penelitian lain yang menggunakan azithromycin.
Penelitian juga membandingkan regimen azitromisin pada dosis 20 mg/ kg/hari (maximum,
1 g / hari) pada anak atau 1 gr / hari pada dewasa yang diberikan selama 5 hari. Anak-anak di mesir,
94% (30/32) mengalami penyakit ini, dengan rata-rata bebas demam pada hari ke 4 dan kelima.
BAB III
Kesimpulan

1.Azithromycin merupakan pilihan terbaik dibanding Ofloxacin dalam hal waktu yang lebih pendek
untuk bebas demam.
2. Terapi demam tifoid dengan resistensi antibiotik memerlukan eksplorasi untuk menemukan
antibiotik yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai