Short Case
Oleh:
Nurul Yuli Permata Sari, S. Ked
04084821820046
Pembimbing:
dr.Sri Daryati Sp.M
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Kasus
Oleh:
Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 13 Agustus s.d 16
September 2018.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
berkat-Nya laporan kasus yang berjudul “Hordeulum Eksternum Palpebra
Superior OD” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan kasus ini dibuat untuk
memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian Mata RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Sri Daryati Sp.M atas
bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
telaah ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
5
BAB I
PENDAHULUAN
Hordeolum adalah peradangan supuratif yang menyerang kelenjar sebasea kelopak mata
baik kelenjar meibom, zais maupun moll. Hal ini menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi
dengan manifestasi berupa kalor, rubor, dolor, tumor dan fungsio lesa pada daerah tersebut
yang biasanya bersifat akut. Hordeolum diklasifikasikan berdasarkan area inflamasinya yaitu
internum dan eksternum.
Kejadian ini sangat umum terjadi, namun belum ada data yang memberikan angka pasti
tentang insidensi penyakit ini baik di negara berkembang maupun di negara maju seperti
Amerika. Hingga saat ini belum diketahui adakah predileksi ras maupun jenis kelamin yang
berpengaruh terhadap kejadian hordeolum. Penyakit ini lebih sering terjadi pada orang
dewasa daripada anak-anak.
Staphylococcus aureus merupakan penyebab infeksi yang paling umum pada hordeolum,
sehingga tatalaksana farmakologis penyakit ini terfokus pada pemberian antibiotik, walaupun
sebenarnya penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari sampai
minggu, terutama pada kasus hordeolum eksternum. Tatalaksana kombinasi non-farmakologi
dan farmakologi berupa kompres dan pemijatan ditambah dengan pemberian antibiotik
topikal terbukti memberikan efek yang sangat baik.
Tatalaksana yang tepat akan membawa prognosis yang sangat baik pada kasus ini, jika
sebaliknya maka bisa terjadi komplikasi seperti onjungtivitis, simblefaron, abses, atau
selulitis palpebra. Penyakit ini sangat berhubungan erat dengan sanitasi, sehingga diperlukan
edukasi tentang pentingnya menjaga sanitasi pada kelopak mata dan tangan yang sering
berkontak langsung dengan mata.
6
BAB II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Nn. SN
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jln. Perindustrian II No. 1279 Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 22 Agustus 2018
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,9o C
b.
8
KBM Ortoforia
GBM
Fundus
Papil Bulat, batas tegas c/d 0,3 a/v Bulat, batas tegas c/d 0,3 a/v
2/3, warna merah normal 2/3, warna merah normal
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Slit lamp
5. Diagnosis banding
Hordeolum Eksternum Palpebra Superior OD
Hordeolum Internum Palpebra Superior OD
Kalazion Palpebra Superior OD
6. Diagnosis Kerja
Hordeolum Eksternum Palpebra Superior OD
7. Tatalaksana
1. Informed Consent
- Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan yang terjadi akibat infeksi dan
peradangan di kelopak mata.
- Menjelaskan kepada pasien tentang rencana pengobatan yang akan dilakukan.
2. KIE
- Dianjurkan kepada pasien untuk menjaga kebersihan mata disertai dengan
rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan sesudah menyentuh mata.
- Hindari menggosok-gosok mata bila kemasukan benda asing pada mata.
- Menjelaskan pada pasien untuk tidak menekan atau menusuk benjolan.
3. Non Farmakologi
- Kompres hangat 3-4 kali/hari selama 10-15 menit
- Kontrol ulang setelah 3 hari. Bila tidak ada perbaikan, pasien rujuk ke dokter
spesialis mata
4. Farmakologi
- Antibiotik topical Kloramfenikol 1% EO setiap 8 jam/hari OD
- Asam mefenamat 3x500mg tab P.O prn
8. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
10
9. Lampiran
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 HORDEOLUM
3.1.1 DEFINISI
Hordeolum atau stye adalah infeksi pada kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh
spesies Staphylococcus. Infeksi ini lebih tepatnya menyerang kelenjar sebasea yang berada di
jaringan kelopak mata baik kelenjar meibom, zais maupun moll sehingga menyebabkan
terjadinya reaksi inflamasi dengan manifestasi klinis berupa kalor, rubor, dolor, tumor dan
fungsio lesa pada daerah tersebut yang biasanya bersifat akut.1
3.1.2 Etiologi
Hordeolum paling banyak disebabkan oleh adanya infeksi Staphylococcus aureus, baik
internum maupun eksternum. Namun terdapat beberapa faktor risiko lain yang bisa
menyebabkan penyakit ini, seperti: 2
Diabetes
Blefaritis
Dermatitis seboroik
Rosacea
Hiperlipidemia
Kurangnya kebersihan kelopak mata
Adanya Staphylococci di nasal
Trikiasis
Cicatricial ectropion
3.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan letaknya, hordeolum dibagi menjadi dua yaitu hordeolum internum dan
hordeolum eksternum (gambar 1).2
Hordeolum internum ( meiboman stye):
Infeksi yang terjadi pada kelenjar meibom kelopak mata
12
3.1.5 Diagnosis
Penegakkan diagnosis hordeolum berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang berupa kultur, namun kultur tidak dianjurkan untuk kasus hordeolum
tanpa komplikasi. Tidak ada indikasi untuk memeriksa kadar serum lipid karena hubungan
antara hiperkolesterolemia dengan penyakit ini masih belum diketahui. 2
13
3.1.7 Tatalaksana
Tujuan utama penatalaksanaan hordeolum adalah meredakan gejala dan mencegah
komplikasi. Jika belum terlalu parah dan belum terjadi “pointing” maka bisa dilakukan
tatalaksana awal non-farmakologis dan farmakologis
Terapi non-farmakologis berupa kompres dan pemijatan. Kompres mata dilakukan
sebanyak 2-4 kali sehari selama 5-10 menit menggunakan air hangat (40.5’C) yang
bertujuan untuk melembutkan granuloma sehingga terjadi drainase secara spontan. Lakukan
pemijatan lembut pada area yang terinfeksi dengan scrub atau shampo bayi yang bertujuan
untuk membersihkan kelopak mata, mencegah penyebaran infeksi dan membersihkan debris
14
dari margin kelopak mata, lalu lakukan pencabutan bulu mata pada area terinfeksi untuk
memperlancar drainase pada kasus hordeolum eksternum. Terapi farmakologis bisa
dilakukan melalui pemberian antibiotik topikal dan sistemik, berikut beberapa antibiotik yang
bisa digunakan:2
Antibiotik topikal:
eritromisin: dosis dan cara pemakaiannya sama untuk anak-anak sampai dewasa yaitu
oleskan sepanjang 1 cm pada area yang terinfeksi sebanyak enam kali per hari,
tergantung keparahan infeksi
bacitracin: dosis dan cara pemakaiannya sama untuk anak-anak sampai dewasa yaitu
oleskan tipis pada konjungtiva pada mata yang terinfeksi, sebanyak empat kali sehari
pada fase akut dan dua kali seminggu untuk selanjutnya
Sulfacetamide: dosis dan cara pemakaiannya sama untuk anak-anak sampai dewasa
yaitu teteskan 1-2 tetes pada mata yang terinfeksi setiap 1-3 jam pada siang hari dan
kurangi frekuensi saat malam hari
Antibiotik sistemik:
Eritromisin: 250-500mg 4x1 tablet (base, estolate, stearate),atau 400-800mg 4x1 tablet
(ethylsuccinate)
Dicloxacillin: <40kg dosisnya 12,5-25 mg/kg/hari setiap 6 jam untuk yang ringan
sedang, 25-50 mg/kg/hari setiap 6 jam untuk kondisi yang parah
Terbukti bahwa hordeolum berespon baik terhadap terapi ini dimana terjadi drainase
spontan dan perbaikan dalam dalam 5-7 hari. Jika terapi tersebut tidak berhasil maka
biasanya akan dilakukan insisi dan drainase, namun terdapat indikasi dan kontra-indikasi
dilakukannya tindakan tersebut.5
Indikasi:
Hordeolum yang tidak berespon baik terhadap manajemen medis
Hordeolum yang menyebabkan nyeri yang signifikan
Hordeolum dengan akumulasi pus yang terlokalisasi secara signifikan
Riwayat atau baru saja menderita selulitis kelopak mata yang berhubungan dengan
hordeolum
Kontra indikasi:
Jika hordeolum terletak di dekat punctum lakrimal ( antara nasal sampai kantus medial),
maka rujuk ke dokter spesialis mata karena berisiko merusak sistem drainase lakrimal
Prosedur insisi dan drainase:
15
Persiapan pasien
Pasien dilarang mengkonsumsi antiplatelet selama 1 minggu sebelum tindakan dan
antikoagulan selama 4 hari sebelum tindakan kecuali yang benar-benar berisiko
tinggi untuk mengalami kejadian kardiovaskular
Informed consent tentang risiko luka, rekurensi dan tindakan ulang,
pembengkakan dan lebam sementara pada kelopak mata, dan pasien mungkin
merasa tidak nyaman selama tindakan anestesi.
Pasien diberitahu agar jangan banyak begerak selama tindakan.
Teknik
1. Teteskan anestesi mata topikal, lalu injeksikan lidokain 2% dengan epinephrine
melalui kulit sehingga menginfiltrasi area sekitar hordeolum, gunakan chalazion
clamp untuk fiksasi hordeolum dan kelopak mata
2. Buat insisi menggunakan scalpel blade no.11 hingga pus terlihat
3. Setelah pus keluar, tekan menggunakan gauze pads untuk mencapai hemostasis (5-
10 menit)
4. Jika terjadi kelainan berupa penebalan kelopak mata maka jangan dijahit karena
bisa menyebabkan infeksi bakteri akut, pertimbangkan untuk memberikan
antibiotik sistemik untuk selulitis yang signifikan. Jika terjadi kerusakan pada
duktus lakrimalis maka segera rujuk ke dokter spesialis mata.
16
BAB IV
ANALISIS KASUS
Nn. JF berusia 18 tahun datang dengan keluhan utama muncul benjolan kemerahan di
kelopak mata atas mata kanan sejak 1 minggu yang lalu. Benjolan awalnya kecil sebesar
kepala jarum pentul, lalu membesar. Pasien mengeluh nyeri pada kelopak mata atas sebelah
kanan (+), kemerahan pada kelopak mata atas sebelah kanan (+), terasa panas (+), gatal (+),
rasa mengganjal (+), kotoran mata (-), sulit membuka mata (-), mata berair (-), mata merah
(-), penglihatan kabur (-), pus (+), darah (-), bulu mata rontok (-), benjolan berulang (-).
Pasien berobat ke RSMH Palembang. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-), riwayat
memakai kacamata (-), riwayat penggunaan obat (-), riwayat alergi (-), riwayat kencing manis
(-), riwayat darah tinggi (-). Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Kemungkinan kalazion sebagai diagnosis utama pada pasien ini dapat disingkirkan
karena pada riwayat perjalanan penyakitnya bersifat akut, ditemukan hiperemis dan nyeri
tekan pada benjolan di kelopak mata tersebut. Hordeolum internum biasanya hanya terlihat
apabila dilakukan pemeriksaan eversi kelopak mata dan seringkali terjadi bersamaan dengan
reaksi yang lebih berat seperti konjungtivitis. Hordeolum eksternum muncul pada lokasi
dimana kelenjar keringat berada. Sehingga pasien dapat didiagnosis dengan hordeolum
eksternum palpebra superior OD.
Hordeolum dapat sembuh sendiri namun dapat juga dilakukan insisi yang terlebih
dahulu diberikan anastesi topikal dengan pantocain tetes mata. Cara insisi hordeolum
eksternum adalah dengan cara membuat insisi sejajar dengan margo palpebra (horizontal).
Kemudian dilakukan kuretase seluruh isi jaringan yang meradang di dalam kantongnya dan
kemudian diberi salep antibiotik.
Komplikasi pada hordeolum jarang terjadi, namun apa bila tidak diterapi dengan baik
dapat terjadi komplikasi berupa konjungtivitis, simblefaron, abses, atau selulitis palpebra
yang merupakan radang jaringan ikat palpebra di depan septum orbita.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Mueller JB et al: Ocular infection and inflammation. Emerg Med Clin North Am.
26(1):57-72, vi, 2008
2. Bragg KJ et al: Hordeolum. StatPearls. NCBI Bookshelf. Updated October 10, 2017.
Diakses tanggal 22 Agustus 2018. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441985/
3. Leonid SJ et al: Eyelid inflammation; Approach to hordeolum, chalazion and
pyogenic granuloma. Consultant, 2017
4. Ozdal PC et al: Accuracy of the clinical diagnosis of chalazion. Eye (Lond).
18(2):135-8,2004
5. Jackson JL et al: Pfenninger and Fowler’s procedures for priary care 3rd edition.
Phildelphia,PA:Elsevier; 201: 427-432