PENDAHULUAN
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata
"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan
menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat kimia yang diproduksi
dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera, atau infeksi. Respon tubuh
menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan pembentukan ketombe
seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata yang umum yang
disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di kulit kepala atau
jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia. Meskipun tidak
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif,
dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus
alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan jaringan
sangat mudah digerakkan karena kulitnya paling tipis diantara kulit di bagian
tubuh lain.4 Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata,
karena kelopak mata juga berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva
dan kornea.3,5
a. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan ikat
yang halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga kulit dengan mudah
3
perdarahan mudah terkumpul disini, sehingga menimbulkan pembengkakan
palpebra.
b. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar
zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus dan bermuara pada
Kerusakan pada saraf ini atau perubahan - perubahan pada usia tua
mengangkat palpebra.
d. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan yang rapat dengan
2.2. DEFINISI
Inflamasi atau peradangan pada blefaritis sering terjadi pada palpebra dan tepi
palpebra yang melibatkan folikel dan kelenjar rambut. 3 Kadang dikaitkan dengan
4
tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar
2.3. ETIOLOGI
Blefaritis disebabkan infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
bahan kosmetik. Infeksi kelopak disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum selain dapat menjadi
penyebab, juga merupakan vektor untuk terjadinya infeksi staphylococcus.3
2.4. KLASIFIKASI
2.4.1.
Blefaritis Anterior
Blefaristis anterior adalah radang bilateral kronik yang umum di
tepi palpebra. Ada dua jenis utamanya: stafilokok dan seborreik. Blefaritis
bersamaan (infeksi campur). Seborrea kulit kepala, alis, dan telinga sering
5
jalur utama, yaitu infeksi bakteri secara langsung, hipersensitivitas
sitokin.8
dalam, bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior
itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti jerawat atau
ketombe.2
Blefaritis anterior dan posterior dapat timbul bersamaan. Dermatitis
atau infeksi strain stafilokok dalam jumlah memadai sering disertai dengan
penyakit kelejar meibom dan bisa menjadi salah satu penyebab gangguan
6
pada kelenjar meibom dan konjungtiva serta menyebabkan terganggunya
sitokin, dilatasi duktus, pelepasan produk lipolisis ke film air mata, dan
osmolaritas air mata terjadi penurunan aliran dan volume aquos air mata.
usia lebih dari 50 tahun. Hal ini dapat terjadi akibat penurunan efektifitas
7
terjadinya penurunan komponen lipid pada air mata. Hal ini yang
kronik. Bulu mata yang terdapat ketombe merupakan tanda dari infeksi
palpebra, organisme pada tepi palpebra, dan difungsi dari selaput prekorneal.
Lapisan lipid pada selaput mata menurunkan evaporasi air di bawah lapisan
terjadi kerusakan yang terjadi akibat sistem imunitas tubuh atau kerusakan akibat
produksi toksin dan enzim dari bakteri.12 Hal ini menyebabkan terjadi perubahan
sekunder dari inflamasi tepi palpebra. Pada blefaritis seborreik terjadi produksi
8
lipid secara berlebihan, sehingga menyebabkan terjadinya pembentukan kronis
blefaritis kronik. Penurunan polar lipid menyebabkan lipid tear layer menjadi
tidak stabil, selaput mata tidak melapisi keseluruhan mata, dan peningkatan
evaporasi aquos tear. Akibat dari obstruksi kelenjar meibom adalah tertahannya
mata .
- hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler
kronis.
- Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan
bulu mata.
C. Blefaritis posterior9
9
- Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sehingga
2.8. DIAGNOSIS
Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.
Pengujian, dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan
- Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan
masalah mata.
- Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan
10
Scaling usually absent glucocorticoids:
Diphenhydramine hydrochloride (Benadryl), 25 to
50 mg three or four times daily (dosage for
children: 4 to 6 mg per kg per day, in three or
four divided doses)
Loratadine (Claritin), 10 mg daily (dosage for
children two to five years of age: 5 mg daily)
Prednisone, 0.5 to 1.0 mg per kg per day, then taper
after three or four days
Cellulitis* Often presents with Suggested oral regimen for patients with preseptal
severe edema, deep cellulitis only:
11
violaceous color, and pain Amoxicillin/clavulanate (Augmentin), 875 mg
Onset over hours to twice daily or 500 mg three times daily (dosage
daysHistory of preceding for children older than three months: 40 mg per
trauma or bite kg three times daily; dosage for children
younger than three months: 30 mg per kg every
12 hours)
Suggested intravenous regimens:
Ampicillin/sulbactam (Unasyn), 1.5 to 3 g every six
hours (dosage for children: 300 mg per kg daily,
divided every six hours)
Ceftriaxone (Rocephin), 1 to 2 g daily or divided
every 12 hours (dosage for children: 50 to 75
mg per kg daily, divided every 12 hours)
Parenteral antibiotics are often given for seven days in
orbital cellulitis; transition to oral antibiotics if clinical
improvement is noted after one week, to complete a total
treatment course of 21 days
Herpes Vesicles often present Often self-limited; use supportive measures such as
simplex Pain or burning may be compresses
present Topical bacitracin may help prevent secondary infection
Onset over hours to days Recurrent cases can be treated with long-term suppressive
therapy:
Acyclovir (Zovirax), 400 mg twice daily
Valacyclovir (Valtrex), 500 mg to 1,000 mg daily
Famciclovir (Famvir), 250 mg twice daily
Herpes zoster Older adults Cool compresses
ophthalmicus Vesicles often present Acyclovir, 800 mg five times daily for seven to 10 days;
Pain or burning valacyclovir, 1 g three times daily for seven days; or
Onset over hours to days famciclovir, 500 mg three times daily for seven days
Early initiation of tricyclic antidepressants (desipramine
[Norpramin], 25 to 75 mg at bedtime) may inhibit
postherpetic neuralgia
Patients may require additional treatment for
complications such as keratitis and glaucoma
2.10.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada tes spesifik untuk mendiagnosis blefaritis, diagnosis pada
diindikasikan paada gejala yang berat atau terdapat tanda-tanda adanya penyakit
mata lainnya. Pemeriksaan swab diindikasikan paa kasus yang berat atau kasus
12
rekuren, dan biopsi diindikasikan ketika terdapat tanda-tanda keganasan (seperti
2.11. PENATALAKSANAAN
palpebra, selain itu dapat juga diberikan antibiotik sistemik dan topikal, dan pada
meletakkan handuk yang telah direndam air hangat pada palpebra yang
tertutup selama 5 sampai 10 menit. Hal ini dapat diikuti dengan sedikit
meibom.9
Dapat juga diberikan shampo bayi atau sodium bicarbonate
solution pada kulit kepala, alis mata, dan tepi palpebra (terutama pada
13
dapat menggunakan salep antibiotik jika gejala infeksi muncul (seperti
kloramfenikol) yang diberikan 2 kali sehari dan dioleskan pada mata atau
pada tepi palpebra dengan menggunakan ujung jari atau cotton bud. 16
eliminasi bakteri.12
Jika kebersihan palpebra dan pengobatan antibiotik topikal gagal,
mg 2 kali sehari selama 3-4 minggu, dan dilanjutkan dengan dosis 100 mg
dosis awal 250 mg 4 kali sehari, dan dosis diturunkan setelah 3-4 minggu
dan S. epidermidis.9
Dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid topikal dengan
dan lensa.9,17
Terapi blefaritis posterior tergantung pada perubahan-perubahan di
konjungtiva dan kornea yang terkait. peradangan yang jelas pada struktur-
14
struktur ini mengharuskan pengobatan aktif, termasuk terapi antibiotik
pada hasil biakan bakteri dari tepi palpebra, dan steroid topikal lemah
2.12. KOMPLIKASI
paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin
sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti
eratitis epitel sepertiga bawah kornea, dan infiltrasi kornea marginal. Kedua
kemudian bulu mata yang tumbuh melengkung ke dalam (trikiasis). Oleh karena
palpebra, sehingga palpebra menjadi berat. Jika hal ini terjadi pada palpebra
superior, maka dapat terjadi tilosis, dan apabila terjadi pada palpebra inferior
2.13. PROGNOSIS
15
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman
blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini
16
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTITAS
Nama : Tn. Y.J
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sentani
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Berkebun
Tanggal Pemeriksaan : 26 April 2017
No. Rekam Medik : 42 44 48
3.2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Nyeri pada mata kanan
b. Riwayat Penyakit
Pasien datang ke poli mata RSUD Jayapura dengan keluhan merasa
nyeri pada mata kanan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku mata
terasa kering, pandangan kabur serta kedua mata terasa seperti berpasir.
Pasien mengaku sudah diberi obat warungan berupa tetes mata tetapi tidak
sebelumnya.
Nyeri tekan (+) pada mata kanan. Keluhan mata merah (+), mata
berair (-), sekret (+), pandangan kabur (+), silau saat melihat sinar (+),
pandangan ganda (-), tidak ada kerontokan pada bulu mata, mata gatal (-),
17
Pasien berobat menggunakan KPS
a. Pemeriksaan Subyektif
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
b. Pemeriksaan Objektif
1. Penanganan Bagian Luar
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Inspeksi Edema + -
umum Hiperemis + -
Sekret + -
Lakrimasi - -
Fotofobia + -
Blefarospasme - -
Posisi bola mata Ortoforia Ortoforia
Benjolan/tonjolan - -
Supersilia - -
Palpebra Posisi Normal Normal
Warna Hiperemis Normal
Bentuk Normal Normal
Edema + -
Pergerakan Normal Normal
18
Ulkus - -
Tumor - -
Sekret P.inferior + -
Nyeri tekan + -
Margo Posisi Normal Normal
Inspeksi Ulkus - -
palpebra
Khusus Krusta - -
Silia Madarosis Madarosis
(-) (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distrikiasis Distrikiasis
(-) (-)
Skuama - -
Konjungtiva Palpebra Warna Hiperemis Hiperemis
(+) (-)
Sekret - -
Edema - -
Bulbi Warna Hiperemis Hiperemis
(-) (-)
Benjolam - -
Pembuluh - -
darah
Injeksi - -
Forniks Posisi Normal Normal
Gerakan Normal Normal
Warna Ikterik (-) Ikterik (-)
Sklera Perdarahan - -
Benjolan - -
Lain-lain - -
Kekeruhan - -
Ulkus - -
Sikatriks - -
Kornea Panus - -
Bulbus Okuli
Arkus - -
Senilis
Permukaan Merata Merata
Refleks - -
Kornea
Lain-lain - -
COA Cukup Cukup
dalam dalam
Perlekatan - -
Iris Warna Cokelat Cokelat
Lain-lain - -
19
Pupil Bentuk Bulat, Bulat,
regular regular
Refleks + +
Lensa Kekeruhan - -
Nyeri Tekan + -
Palpasi Tumor - -
TIO Digital Normal/ Normal/
palpasi palpasi
2. Pemeriksaan Kamar Gelap
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Obligus Iluminatum
Kornea Permukaan licin, Permukaan licin,
ulkus (-), sikatriks ulkus (-), sikatriks
Direct Ophtalmoscope (-), jaringan (-), jaringan
fibrovaskulker (-) fibrovaskulker (-)
COA Cukup dalam, Cukup dalam,
hipopion (-), hipopion (-),
hifema (-), flare (-) hifema (-), flare (-)
Iris Cokelat, sinekia (-) Cokelat, sinekia (-)
Badan Kaca Normal Normal
Refleks + +
Fundus
Pembuluh Normal Normal
Darah
Macula Lutea Normal Normal
Kornea Permukaan licin, Permukaan licin,
ulkus (-), sikatriks ulkus (-), sikatriks
Slit Lamp (-), jaringan (-), jaringan
fibrovaskulker (-) fibrovaskulker (-)
COA Cukup dalam, Cukup dalam,
hipopion (-), hipopion (-),
hifema (-), flare (-) hifema (-), flare (-)
Iris Cokelat, sinekia (-) Cokelat, sinekia (-)
Lensa Keruh (-) tes Keruh (-) tes
bayangan (-) bayangan (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bulbi
Tensi Oculi Schiotz Tde tde
Placido Test Tde tde
Pupil Distance (PD) 70/68
20
FOTO KLINIS
3.5. RESUME
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang dengan keluhan merasa nyeri
sekret
pada mata kanan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku mata terasa
kering, pandangan kabur serta mata terasa seperti berpasir. Mata terasa panas,
apabila ditekan semakin nyeri, sudah diberi obat warungan berupa tetes mata
hiperemis epiforia
Dry
edemaeye
edema
tetapi tidak membaik, keluar sedikit belek berwarna putih, mata merah,
pandangan kabur, tidak melihat pelangi di sekitar lampu, tidak silau saat
melihat sinar, tidak melihat pandangan ganda, tidak ada kerontokan pada bulu
perabaan hangat, nyeri tekan pada palpebra inferior, dan terdapat secret
mukoserous pada margo palpebra inferior okuli dextra. Pada pemeriksaan visus
jarak jauh didapatkan visus AVOD dan AVOAS 6/12 dengan koreksi S -0.75
maksimal visus 6/7.5 serta pada pemeriksaan visus jarak dekat didapatkan add
+2.00. Pada pemeriksaan direct opthalmoskopi dan slit lamp tidak ditemukan
adanya kelainan.
1 B
21
Gejala utama pada blefaritis anterior adalah iritasi, rasa terbakar, dan gatal
pada tepi palpebra. Banyak sisik atau granulasi terlihat menggaung di bulu
palpebra dan bulu mata cenderung rontok. Pada tipe seborreik, sisik
berminyak, tidak terjadi ulserasi, dan tapian palpebra tidak begitu merah.
Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala
-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas. Gejala tidak akan
mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa demam.
Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata
terkena.
akibat dari debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik.
4 Blefaritis Posterior OD
5 Konjungtivitis akut OD
22
yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak,
flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan adenopati preaurikular.
OD :
Edem palpebra (+)
Nyeri tekan palpebra (+)
Fotofobia (+)
Hiperemis (+) pada tepi palpebra
Pemeriksaan lain dalam batas normal
OS : tidak ada keluhan
3.8. TERAPI
Medikamentosa
Antibiotik topikal berupa salep mata, yang diberikan 4 kali per hari dan
dioleskan pada mata kanan atau pada tepi palpebra dengan menggunakan
Non Medikamentosa
cara:
23
4. Istirahat yang cukup
5. Tutup mata baik dengan kacamata maupun kain
6. Jangan dikucek
3.9. PROGNOSIS
Prognosis OD OS
Quo ad Vitam (berhubungan dengan tanda vital) Ad bonam Ad bonam
Quo ad Sanam (berhubungan dengan penyakit) Ad bonam Ad bonam
Quo ad Visam (berhubungan dengan tajam Ad bonam Ad bonam
penglihatan)
Quo ad Cosmeticam (berhubungan dengan Ad bonam
kosmetik)
BAB IV
PEMBAHASAN
dextra.
24
Dari anamnesis didapatkan pasien berusia 55 tahun, datang dengan
keluhan nyeri pada mata kanan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku mata
terasa kering, pandangan kabur serta kedua mata terasa seperti berpasir. Mata
terasa gatal, panas dan nyeri, apabila ditekan semakin nyeri, sudah diberi obat
warungan berupa tetes mata tetapi tidak membaik. Hal ini sesuai dengan
adanya sensasi benda asing, mata merah, fotofobia, nyeri, dan adanya penurunan
visus.
didapatkan AVOD dan AVOS 6/12, dan setelah dikoreksi didapatkan visus AVOD
Sedangkan pada pemeriksaan visus dekat dengan Jaegger Test didapatkan add
+2.00. Pada inspeksi umum mata kanan didapatkan edema ringan palpebra,
sekret,, hiperemis, fotofobia. Pada margo palpebra inferior terlihat adanya sekret
Maka dasar diagnosa pada kasus ini adalah sesuai dengan adanya faktor
resiko terjadinya blefaritis yaitu usia (>50 tahun), dan adanya dry eye /mata
kering. Berdasarkan teori bahwa blefaritis lebih sering terjadi pada usia lebih dari
50 tahun. Hal ini dapat terjadi akibat penurunan efektifitas dari kelenjar-kelenjar
meibom. Disfungsi kelenjar meibom ditandai dengan adanya inflamasi pada tepi
palpebra, terjadi perubahan anatomi dari kelenjar, dan perubahan karakter sekresi
25
air mata. Penurunan polar lipid menyebabkan lipid tear layer menjadi tidak stabil,
terjadinya penurunan komponen lipid pada air mata. Hal ini yang menyebabkan
Penurunan visus mata sebelah kanan, serta pada pemeriksaan mata kanan
tampak adanya edema, nyeri tekan palpebra, fotofobia, serta sekret berwarna
adanya gejala peradangan yang muncul (edema, nyeri, adanya sekret), diberikan
antibiotik topikal salep mata 2 kali sehari dan dioleskan pada mata kananatau pada
tepi palpebra dengan menggunakan ujung jari atau cotton bud. Selain itu diberikan
pula obat tetes air mata buatan dengan indikasi untuk mengurangi mata kering
serta iritasi akibat kondisi lingkungan pasien yang sering terpapar oleh debu. Di
higenitas atau kebersihan diri. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
blefaritis. Palpebra dapat dikompres dengan air hangat selama beberapa menit
dengan cara yang baik yaitu dengan meletakkan handuk yang telah direndam air
hangat pada palpebra yang tertutup selama 5 sampai 10 menit. Dapat juga
diberikan shampo bayi atau sodium bicarbonate solution pada kulit kepala, alis
26
mata, dan tepi palpebra untuk mencegah keparahan dari blefaritis dengan cara
membantu menghilangkan debris skuamosa pada mata. Istirahat yang cukup dan
meminta pasien untuk tidak mengucek pada mata yang iritasi agar tidak
blefaritis dilaporkan jarang terjadi. Prognosis pada pasien ini adalah quo ad
BAB V
KESIMPULAN
27
1. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan ophtalmologis,
maka pasien pada kasus ini di diagnosis dengan blefaritis posterior oculus
dextra.
2. Penanganan pada pasien ini yang utama yaitu untuk menjaga higenitas atau
kebersihan diri. Pemberian antibiotik topikal berupa salep mata 2 kali sehari
dan dioleskan pada mata kanan atau pada tepi palpebra, dan pemberian tetes
air mata buatan 4 kali sehari sebnyak 1-2 tetes untuk mengurangi mata kering
DAFTAR PUSTAKA
2017.
28
2. Johnson, Stephen M. Blefaritis in Midwest Eye Institute. 2017]. Diakses dari:
3. Ilyas, Sidarta. Ilmu penyakit Mata, edisi ketiga, Jakarta: balai penerbit FKUI,
2009; 89-97p.
4. Riordan P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17.
6. Popham, Jerry. In Cosmetic Facial and Eye Plastic Surgery : Eyelid Anatomy.
7. Wijana, Nana. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Unika Atma
optometrists, 2011.
12. Lowery RS. Adult blepharitis. Los Angeles: Medscape, 2016. Diakses dari:
April 2017.
29
13. Hadrill, Marilyn. Blefaritis Page updated September 21. Diakses dari:
April 2017.
30