Anda di halaman 1dari 19

Definisi

Blepharitis adalah iritasi pada kelopak mata. Ini memiliki berbagai penyebab, mulai dari alergi dan

infeksi iritasi serta kanker kulit. Ini adalah penyakit mata yang paling umum.7

Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi. Kadang dikaitkan dengan

infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit,

dan folikel bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri (blefaritis

posterior).4

Gambar 2 : Radang pada kelopak mata (blefaritis)


dan disfungsi kelenjar meibomian (Altlas of Ophtalmology)

Etiologi

Blefaritis dapat disebabkan oleh peradangan, bakteri, alergi, kondisi lingkungan, atau mungkin terkait

dengan penyakit sistemik:7

a. Blefaritis inflamasi atau alergi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar kelopak.

b. Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh iritasi di atmosfer (misalnya, bahan kimia di tempat kerja) atau

dengan banyak obat, baik mata atau sistemik. Pada banyak orang, blefaritis disebabkan oleh paparan

hewan seperti anjing atau kucing.

c. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret kuning atau kehijauan.

d. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari berbagai jenis.

Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe pada kulit

kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini juga dapat terjadi karena kombinasi faktor, atau mungkin akibat

alergi atau kutu dari bulu mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan oleh produksi minyak tidak teratur oleh

kelenjar pada kelopak mata (meibomian blefaritis) yang menciptakan lingkungan yang menguntungkan

untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya seperti

jerawat rosacea dan ketombe kulit kepala.2


Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh dan pintu dari kelenjar minyak

kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada keterlibatan tepi luar dari tepi kelopak mata yang

berdekatan dengan kulit atau dan tepi bagian dalam kelopak mata yang bersentuhan dengan bola mata.

Perubahan pada kulit kelopak mata atau permukaan mata itu sendiri biasanya bisa menjadi penyebab

sekunder yang mendasari terjadinya kelainan pada kelopak mata.1

Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak di kelopak. Ada sekitar 40

kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah. Ketika kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak,

terlalu sedikit, atau salah jenis minyak, tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi, dan gatal.1

Patofisiologi

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya pembentukan

minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh

bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara

langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi

kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi

kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.8

Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan mungkin disebabkan

infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap hasil dari respon mediasi sel abnormal pada

komponen dinding sel S. Aureus yang mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat

kornea perifer yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis

seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum.

Karena hubungan erat antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan

inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh

disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar meibomian. Lipase bakteri dapat

mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum yang

menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin

1
memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak sebagai

surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.9

Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:10

a. Infeksi bakteri langsung

b. Respons melawan toksin bakteri

c. Delayed hypersensitivity reactionterhadap antigen bakteri

Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi sekresi dari kelenjar

meibomian. Kelenjar Meibomian mengeluarkan meibum, lapisan lipid eksternal dari tear film, yang

bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan

struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior telah ditunjukkan dengan meibography, selain

itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang

dapat menghalangi kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar

sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah diferensiasi sel asinar dan

karenanya mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi

perubahan komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester kolesterol telah

terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih tinggi dari pada yang tampak di

kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya muara kelenjar.10

Insiden

Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Hubungan

yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi penyakit dengan angka kematian yang

dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik, mungkin terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala yang

ditemukan. Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual, kesejahteraan, dan kemampuan untuk

melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada

pelupuk mata dengan trichiasis, entropion notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat mengakibatkan

peradangan, jaringan parut, hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan kejelasan penglihatan. Jika

2
peradangan yang parah berkembang, perforasi kornea dapat terjadi. Tidak ada studi yang diketahui

menunjukkan perbedaan ras dalam kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang berkulit putih,

meskipun temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis pada ras ini.8

Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan dalam insiden dan klinis

blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua

dengan usia rata-rata adalah 50 tahun.8 Akan tetapi apabila dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis

staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda (42 tahun) dan sebagian besar adalah wanita (80%).11

Klasifikasi

Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:2

1. Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,tempat dimana bulu mata tertanam.

Blefaritis anterior biasanya disebabkanoleh infeksi bakteri (stafilokokusblefaritis) atau ketombe di kepala

danalis mata (blefaritis seboroik). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.2

Gambar 3. Blefaritis Anterior (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

2. Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam, bagian yang kontak langsung

dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak

mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang

diperlukan bakteri untuk bertumbuh. Selain itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti

jerawat atau ketombe.2

3
Gambar 4. Blefaritis Posterior (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:3,11,12

A. Blefaritis bakterial

1. Blefaritis superfisial

Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan yang

terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian

antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah.Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan

penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom

(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.3

Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan eritema pada tepi kelopak

mata dan collarette formation pada dasar bulu mata. Infeksi kronis dapat disertai dengan eksasebasi

akut yang mengarah pada terjadinya blefaritis ulseratif. Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata,

keterlibatan kornea termasuk erosi epitelial, neovaskularisai dan infiltrat pada tepi kelopak.11

2. Blefaritis Seboroik

4
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Biasanya

terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.

Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus lateral,

hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,

madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan

dan membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres

hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi. Penyulit

yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan

madarosis.3

Gambar 5. Blefaritis seboroik(Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 5)

Pasien dengan blefaritis seboroik mempunyai sisik berminyak pada kelopak mata depan, dan

sering di antara mereka juga menderita dermatitis seboroik pada alis dan kulit kepalanya.11 The

American Academy of Dermatology mencatat bahwa penyebab kondisi ini belum dipahami dengan

baik. Tapi dermatitis seboroik terkadang muncul pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

Jamur atau ragi jenis tertentu yang memakan minyak (lipid) di kulit juga dapat menyebabkan

dermatitis seboroik, dengan blefaritis menyertainya.12

3. Blefaritis Skuamosa

Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada pangkal

bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinyaluka kulit. Merupakan peradangan tepi

kelopak terutama yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang

berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitis seboroik.Penyebab blefaritis skuamosa

adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien akan merasa panas dan gatal. Pengobatannya

5
ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat

disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi antara lain: keratitis,

konjungtivitis.3

4. Blefaritis Ulseratif.

Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibatinfeksi

staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan yang bila

diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis

ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan

disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam

dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok(madarosis).3

Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis ulseratif

dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanyadisebabkan stafilokok maka diberi

obat staphylococcus. Apabila ulseratif luaspengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi

roboransia.Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut,

trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini

sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.3

5. Blefaritis Angularis.

Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut kelopak mata atau kantus.

Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga

dapat mengakibatkan gangguan padafungsi punctum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan oleh

Moraxella lacunata atau Staphylococcus aureus meskipun bakteri lain atau sangat jarang herpes

simplex juga terlibat. Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu tepi kelopak

mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus lateral dan medial, juga dapat terjadi

konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati

dengan sulfa (kloramfenikol, eritromisin), tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit terjadi pada punctum

lakrimal bagian medial sudutmata yang akan menyumbat duktus lakrimal.3,9

6
Gambar 6. Blefaritis angularis

(Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

6. Meibomianitis.

Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda peradangan lokal

pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan

pengeluaran nanah dari dalamberulang kali disertai antibiotik lokal.4

Gambar 7. Meibominiatis (Atlas of Opthalmology)

B. Blefaritis virus3

1. Herpes zoster

Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf trigeminus.

Bilayang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata

dan kelopak mata atas.Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang

terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa demam. Pada kelopak

mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik

saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.

Pengobatan hanya asimtomatik; steroid superfisial untuk mengurangi gejala radang dan analgesik

7
untuk mengurangi rasa sakit. Penyulit yang mungkin terjadi adalah uveitis, parese otot perggerak

mata, glaukoma dan neuritis optik.3

2. Herpes simplek

Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang sama pada bibir

merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simpleks yang merupakan

radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang

mengakibatkan kedua kelopak lengket. Tidak terdapat pengobatan spesifik pada penyakit ini. Bila

terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik sitemik atau topikal.3

3. Vaksinia

Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak berupa pustula dengan indentasi

pada bagian sentral. Tidak terdapat pengobatan spesifik untuk kelainan ini.3

4. Moluskum kontagiosum

Moluskum kontagiosum pda kelopak akan terlihat sebagai benjolan dengan penggaungan

ditengah yang biasanya terletak di tepi kelopak. Dapat ditemukan kelainan berupa konjungtivitis yang

bentuknya seperti konjungtivitis inklusi klamidia atau trakoma. Pengobatan moluskum tidak ada yang

spesifik atau dilakukan ekstirpasi benjolan, antibiotic local diberikan untuk mencegah infeksi

sekunder.3

C. Blefaritis jamur3

1. Infeksi superfisial

Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk epidermomikosis, diberikan 0.5-

1 gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan nistatin

topikal 100.000 unit per gram.3

2. Infeksi jamur profundus

Pengobatan menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan Nocardia efektif menggunakan

sulfonamid, penicillin atau antibiotik spektrum luas. Spesies lain bisa digunakan Amfoterisin B

dimulai dengan 0.05-0.1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam dilarutkan dekstrose 5% dalam air.3

8
D. Phitiriasis palpebrarum9

Phthirus pubis sebenarnya hidup di rambut pubis. Seseorang yang terinfeksi kutu dapat kedaerah

lain yang berambut seperti axila, dada atau bulu mata. Pitiriasis palpebarum merupakan kutu dari bulu

mata yang biasanya menjangkiti anak-anak yang hidup ditempat yang memiliki higinitas yang buruk.9

Gambar 8. Phitiriasis palpebrarum (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

Gejala meliputi iritasi kronis dan gatal pada kelopak mata. Ditandai oleh kutu yang menempel

kebulu mata dengan cakarnya. Telur dan kulitnya yang kosong muncul seperti bentuk oval,

coklat, keputihan seperti mutiara dan melekat pada dasar cilia. Kunjungtivitis tidak lazim ditemukan.

Kutu diangkat beserta bulu mata secara mekanik dengan menggunakan pinset, lalu diberikan

topikal yellow mercuric oxide 1% atau petroleum jelly pada bulu mata dan kelopak mata dua kali sehari

selama 10 hari. Menghilangkan kutu pada pasien, keluarga, baju dan tempat tidur penting untuk

menghindari kekambuhan.9

Gambaran Klinik

A. Blefaritis stafilokokus9

- sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu mata .

- hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler kronis.

9
- Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan (tylosis) dari tepi kelopak mata.

Madarosis, trichiasis dan poliosis.

- Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi kelopak mata dan sesekali terjadi

phlyctenulosis.

- Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering yang umumnya terjadi.

B. Blefaritis seboroik9

- Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan menempel bersama-sama

pada bulu mata

- Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan bulu mata.

C. Blefaritis posterior9

- Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sebagai menyumbat lubang kelenjar

meibomian dengan tetesan minyak

- Berkerut, resesi, atau penyumbatan lubang kelenjar meibomian

- Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.

- Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan cairan meibomian keruh atau seperti pasta gigi.

- Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan dilatasi kistik duktus

meibomian.

- Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tei kelopak atau dalam kantus.

- perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi kornea epitel inferior.

Diagnosis

Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif. Pengujian, dengan

penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan depan bola mata, termasuk:11

- Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan adanya masalah kesehatan

umum yang mungkin berkontribusi terhadap masalah mata.

- Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan penampilan bulu mata.

10
- Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar meibomian menggunakan cahaya

terang dan pembesaran.

- Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.

Gambar 9. Algoritma untuk mendiagnosis pasien dengan kelopak mata merah

(Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid, 2007)

Kondisi yang berkaitan dengan blefaritis kronis:9

1. Ketidakstabilan tear film ditemukan pada 30-50% pasien, mungkin sebagai akibat dari

ketidakseimbangan antara komponen cair dan lipid dari tear film memungkinkan peningkatan

penguapan. Waktu pemecahan tear film biasanya berkurang.

11
2. Chalazion, yang mungkin multipel dan berulang, umumnya terjadi terutama pada pasien dengan

blefaritis posterior.

3. Penyakit membran epitel basal dan erosi epitel berulang dapat diperburuk oleh blepharitis posterior.

4. Kulit: A. Jerawat rosacea sering dikaitkan dengan disfungsi kelenjar meibomian.

B. dermatitis seboroik terdapat pada>90% dari pasien dengan blefaritis seboroik.

C. Pengobatan acne vulgaris dengan isotretinoin dikaitkan dengan perkembangan blepharitis

pada sekitar 25% dari pasien; hal itu mereda ketika pengobatan dihentikan.

5. Keratitis bakteri dikaitkan dengan penyakit sekunder permukaan okular untuk blefaritis kronis.

6. Atopik keratokonjungtivitis sering dikaitkan dengan blefaritis stafilokokus. Pengobatan blefaritis sering

membantu gejala konjungtivitis alergi dan sebaliknya.

7. Intoleransi lensa kontak. Pemakaian jangka panjang lensa kontak berhubungan dengan penyakit tepi

pelupuk mata posterior. Penghambatan gerakan tutup dan ekspresi normal dari minyak meibomian bisa

menjadi penyebabnya. Ada juga mungkin terkait konjungtivitis giant papil membuat pemakaian lensa

tidak nyaman. Blefaritis juga merupakan faktor risiko untuk keratitis bakteriterkait lensa kontak.

Table 1.Summary of characteristics of chronic blefaritis

(Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

Anterior blefaritis
Feature Posterior blefaritis
Staphylococcal Seborrhoeic

Lashes Deposit Hard Soft

Loss ++ +

Distorted or trichiasis ++ +

12
Anterior blefaritis
Feature Posterior blefaritis
Staphylococcal Seborrhoeic

Lid margin Ulceration +

Notching + ++

Cyst Hordeolum ++

Meibomian ++

Conjunctiva Phlyctenule +

Tear film Foaming ++

Dry eye + + ++

Cornea Punctate erosions + + ++

Vascularization + + ++

Infiltrates + + ++

Associated disease Atopic dermatitis Seborrhoeic dermatitis Acne rosacea

Diagnosis Banding13

Condition Signs and symptoms Treatment


Conditions typically presenting bilaterally
Angioedema Often, but not always Often self-limited; avoid inciting agents
bilateral Emergency medical attention is required in patients with
Abrupt onset over minutes upper airway obstruction; administer 0.3 mg of intramuscular
to hours; may follow an epinephrine
exposure Mild cases may benefit from oral antihistamines and/or
Scaling usually absent glucocorticoids:
Diphenhydramine hydrochloride (Benadryl), 25 to 50 mg
three or four times daily (dosage for children: 4 to 6
mg per kg per day, in three or four divided doses)
Loratadine (Claritin), 10 mg daily (dosage for children
two to five years of age: 5 mg daily)
13
Condition Signs and symptoms Treatment
Prednisone, 0.5 to 1.0 mg per kg per day, then taper after
three or four days

Atopic Fine scaling usually present Oral antihistamines (see above)Topical corticosteroids:
dermatitis Less edema than with Desonide (Tridesilon) 0.05%
contact dermatitis Alclometasone dipropionate (Aclovate) 0.05% twice
Other signs of atopic daily for five to 10 days
dermatitis may be present Second-line treatments:
Family or personal history Tacrolimus (Protopic) 0.1% ointment twice daily
of allergic rhinitis or atopic Pimecrolimus (Elidel) 1% cream twice daily
dermatitis
Blepharitis Yellow scaling at eyelid Local measures: eyelid massage, warm compresses, and
margins gentle scrubbing twice daily with a cotton swab and 1:1
Patients may have pruritus solution of dilute baby shampoo or commercially available
or burning eyelid cleanser
Less edema than with For staphylococcal infections, bacitracin or erythromycin
cellulitis or contact ointment to eyelid margins at bedtime or one to two weeks
dermatitis; edema more For meibomian gland dysfunction, may add tetracycline, 250
prominent at eyelid margin mg four times daily, or doxycycline (Vibramycin), 100 mg
three times daily, then taper after four weeks

Contact Onset follows exposure Avoid inciting agents


dermatitis Pruritus in allergic contact For allergic dermatitis, desonide 0.05% or alclometasone
dermatitis; burning or dipropionate 0.05% cream or ointment twice daily for five to
stinging in irritant contact 10 days
dermatitis For irritant dermatitis, cool compresses and a petroleum-
Minimal scaling based emollient applied at bedtime
Edema may be profound

Rosacea Telangiectasias often Local measures as for blepharitis


present Systemic tetracyclines:
Onset over weeks to months Tetracycline, 250 mg four times daily
Eyelid changes often Doxycycline, 100 mg three times daily
accompany flushing, Topical metronidazole 0.75% cream (Metrocream) or gel
papules, and pustules of the (Metrogel) twice daily
nose, cheek, forehead, and Azelaic acid gel (Finacea) twice daily
chin

Systemic Onset over weeks to months Maximize treatment of the underlying disorder
processes Other cutaneous and
systemic findings present

Conditions typically presenting unilaterally


Cellulitis* Often presents with severe Suggested oral regimen for patients with preseptal cellulitis
edema, deep violaceous only†:
color, and pain Amoxicillin/clavulanate (Augmentin), 875 mg twice
Onset over hours to daily or 500 mg three times daily (dosage for children
daysHistory of preceding older than three months: 40 mg per kg three times
trauma or bite daily; dosage for children younger than three months:
30 mg per kg every 12 hours)

14
Condition Signs and symptoms Treatment
Suggested intravenous regimens:
Ampicillin/sulbactam (Unasyn), 1.5 to 3 g every six
hours (dosage for children: 300 mg per kg daily,
divided every six hours)
Ceftriaxone (Rocephin), 1 to 2 g daily or divided every
12 hours (dosage for children: 50 to 75 mg per kg
daily, divided every 12 hours)
Parenteral antibiotics are often given for seven days in orbital
cellulitis; transition to oral antibiotics if clinical improvement
is noted after one week, to complete a total treatment course
of 21 days

Herpes simplex Vesicles often present Often self-limited; use supportive measures such as
Pain or burning may be compresses
present Topical bacitracin may help prevent secondary infection
Onset over hours to days Recurrent cases can be treated with long-term suppressive
therapy:
Acyclovir (Zovirax), 400 mg twice daily
Valacyclovir (Valtrex), 500 mg to 1,000 mg daily
Famciclovir (Famvir), 250 mg twice daily
Herpes zoster Older adults Cool compresses
ophthalmicus Vesicles often present Acyclovir, 800 mg five times daily for seven to 10 days;
Pain or burning valacyclovir, 1 g three times daily for seven days; or
Onset over hours to days famciclovir, 500 mg three times daily for seven days
Early initiation of tricyclic antidepressants (desipramine
[Norpramin], 25 to 75 mg at bedtime) may inhibit
postherpetic neuralgia
Patients may require additional treatment for complications
such as keratitis and glaucoma

Tumors Older adultsInsidious onset Depending on tumor type, Mohs micrographic surgery or
Typically painless nodule wide local excision

*— Alternative empiric regimens may be necessary in patients with community-acquired methicillin-


resistant Staphylococcus aureus cellulitis. See reference 42 for suggested therapies.
†— The presence of proptosis, decreased visual acuity, pain with eye movement, and limitation of
extraocular movements distinguish orbital cellulitis from preseptal cellulitis.
(Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid, 2007)

Penatalaksanaan

Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga kebersihan kelopak mata

adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan

blefaritis adalah sebuah proses, yang harus dilakukan untuk jangka waktu yang lama.8
15
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk variasi dari 3 langkah

penting 8,9

1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk memicu evakuasi dan

pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting. Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan

kompres hangat basah dan menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa

direndam, atau dimasak dengan microwave, kain yang telah direndam dapat digunakan. Pasien harus

diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas yang berlebihan.8

2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang menempel, seperti ketombe,

dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau

dengan kain kasa. Air biasa sering digunakan, meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa beberapa tetes

shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air hangat untuk membentuk larutan pembersih.

Harus diperhatikan untuk menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri,

bukan kulit kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan mungkin

berbahaya.8

3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum digunakan adalah salep

eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun

penggunaannya kurang tepat untuk pengelolaan jangka panjang.8

Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus refrakter blefaritis sering

respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau dua bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu

dalam mengurangi gejala pada pasien dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya

untuk mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme dan mengurangi disfungsi

kelenjar. Penggunaan metronidazol sedang dipelajari.8

Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep air mata, dan

penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes simplex, varicella-zoster, atau penyakit kulit

staphilokokal, bisa memerlukan terapi antimikroba spesifik berdasarkan kultur. Penyakit seboroik sering

16
ditingkatkan dengan penggunaan shampoo dengan selenium, meskipun penggunaannya di sekitar mata tidak

dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon terapi kortikosteroid topikal.8

Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan memerlukan pengobatan

tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran antibiotik-kortikosteroid dapat mengurangi peradangan

dan gejala konjungtivitis. Infiltrat kornea juga dapat diobati dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus

tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara empiris, tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau atipikal

harus dikerok dan spesimen dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan pengujian sensitivitas.8

Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat memngakibatkan penyakit

kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching kelopak dapat mengakibatkan gejala keratitis berat.

Trichiasis diobati dengan pencukuran bulu, perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau

dengan eksisi bedah. Entropion atau ectropion dapat mengembangkan dan mempersulit situasi klinis dan

mungkin memerlukan rujukan ke ahli bedah oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan

hanya untuk komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau penyakit

kornea.8

Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin atau kloramfenikol

digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas dalam kasus-kasus lama. Setelah kelopak

dibersihkan salep harus digosok ke tepi kelopak anterior dengan cotton bud atau jari yang bersih. Oral

azitromisin (500 mg setiap hari selama tiga hari) dapat membantu untuk mengontrol penyakit blefaritis

ulseratif.9

Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan tetapi tidak boleh

digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau pada wanita hamil atau menyusui karena disimpan dalam

tulang dan gigi tumbuh, dan dapat menyebabkan noda pada gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah

alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah kemampuan mereka untuk memblokir produksi

lipase stafilokokal jauh di bawah konsentrasi penghambatan minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama

diindikasikan pada pasien dengan phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan

mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12 minggu, Doksisiklin 100 mg b.d.

17
selama satu minggu dan kemudian setiap hari selama 6-12 minggu, Minocycline 100 mg sehari selama 6-12

minggu; (pigmentasi kulit dapat berkembang setelah penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250 mg

perhari atau b.d digunakan untuk anak-anak.9

Komplikasi

Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling sering terjadi pada

pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya disarankan untuk sementara waktu

menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang.1

1. Hordeolum: adalah suatu infeksi bakteri pada salah satu kelenjar minyak yang tersumbat. Hasilnya

adalah benjolan yang nyeri di tepi atau di dalam kelopak mata.

2. Chalazion: Sebuah chalazion atau granuloma konjungtiva terjadi ketika penyumbatan di salah satu

kelenjar minyak menyebabkan kelenjar yang menjadi membesar dan menimbulkan jaringan parut.

3. Mata merah: blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah (konjungtivitis).

4. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang meradang atau salah arah bulu

mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di kornea.

Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun defisiensi tear film kadang

dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan berbagai derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari.1

Prognosis

Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol tanda-tanda dan

gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk

pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan

kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea,

mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa

episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,

kekambuhan dapat terjadi. 1

18

Anda mungkin juga menyukai