Abstrak
PENDAHULUAN
Sindrom distres pernapasan akut (ARDS) adalah suatu kondisi yang ditandai
dengan hipoksemia berat, penurunan komplians paru, dan infiltrat bilateral pada
pemeriksaan radiologis.1 Strategi entilasi mekanis protektif, yaitu volume tidal
protektif [Vr = 6 ml/kg, berat badan prediksi (BBP)] dan tekanan akhir inspirasi
(plateau) lebih rendah dari 28 cmH2O berkaitan dengan kelangsungan hidup yang
lebih baik pada penelitian-penelitian terkontrol.2,3 Namun, penggunaan Vr saja
tampaknya tidak cukup untuk mempertahankan distribusi ventilasi secara
homogen sepanjang unit alveolus yang berbeda.4 Dalam hal ini, Vr yang dititrasi
sampai 6 ml/kgBBP dapat menyebabkan unit-unit tersebut membuka dan menutup
berulang kali sehingga menghasilkan atelektrauma kecuali jika diberikan tekanan
positif akhir ekspirasi (PEEP). Di sisi lain, overdistensi dan gangguan pada unit
alveolus dapat terjadi jika nilai PEEP terlalu tinggi.5
Artikel ini akan membahas tentang: (1) efek fisiologis manuver rekrutmen, (2)
jenis-jenis manuver rekrutmen dan tingkat keamanannya; (3) teknik titrasi tekanan
positif akhir ekspirasi; dan (4) perspektif mendatang dari manuver rekrutmen
dalam keberadaan strategi ventilasi protektif.
Viskoelastansi dan gaya yang bergantung waktu yang diperlukan untuk membuka
area yang kolaps merupakan fungsi dari tekanan dan waktu transpulmoner,13 yang
dikenal sebagai produk tekanan-waktu. Dalam usaha untuk mengevaluasi durasi
manuver rekrutmen dan perubahan hemodinamika, Amal dkk14 mengadakan
penelitian klinis prospektif pada 12 pasien ARDS. Penulis menemukan bahwa
sebagian besar rekrutmen terjadi dalam beberapa detik pertama dari inflasi
sustain, menunjukkan bahwa waktu tidak begitu penting sebagai penentu
keberhasilan manuver rekrutmen. Tetapi, waktu berperan penting dalam
perubahan hemodinamika, yang umumnya terjadi pada durasi inflasi yang lebih
lama.
Telah ditetapkan bahwa posisi pronasi memperbaiki oksigenasi pada pasien yang
memerlukan dukungan ventilasi mekanis untuk penanganan ARDS.37 Guerin
dkk38 baru-baru ini menunjukkan bahwa aplikasi dini posisi pronasi
berkepanjangan akan menurunkan angka kematian secara bermakna pada pasien
dengan ARDS berat. Pronasi dapat bekerja sebagai manuver rekrutmen,
meningkatkan tekanan transpulmoner pada daerah dorsal dan menurunkan
instabilitas serta hiperinflasi alveolus. Galiatsou dkk39 menilai gambaran CT scan
pasien ARDS pada posisi supinasi dan pronasi setelah aplikasi manuver
rekrutmen. Penulis menemukan bahwa posisi pronasi memiliki efek aditif pada
oksigenasi dan rekrutmen daerah-daerah paru dependen dan berkaitan dengan
penurunan daerah overinflasi ventral. Temuan ini dikonfirmasi oleh Comejo dkk40
yang mengevaluasi interaksi rekrutabilitas paru, nilai PEEP yang lebih tinggi, dan
posisi pronasi. Penurunan atelektasis dan/atau overdistensi diamati pada pasien
dari kedua kategori (rekrutabilitas rendah dan tinggi) baik dengan PEEP rendah
maupun tinggi dalam posisi pronasi. Lebih dari itu, dalam subkelompok pasien
dengan rekrutabilitas tinggi, posisi pronasi memberikan efek untuk PEEP tinggi
pada atelektrauma dan mencegah efeknya pada overinflasi tidal.
Tabel 2 Metode-metode manuver rekrutmen dan hasil yang dilaporkan dalam literatur tentang
penelitian klinis
Referensi Populasi Desain Intervensi Perbandingan Hasil
Rzezinski Hewan Penelitian Manuver (1) Hewan Manuver
dkk23 dengan eksperimental rekrutmen diventilasi dengan panjang
cedera acak bertahap Vr = 6 ml/kg dan memperbaiki
paru berkepanjangan PEEP = 5 cmH2O fungsi paru
ekstraparu dalam PIP 15- tanpa manuver; dengan
ringan 20-25 cmH2O di (2) Inflasi (40 kerusakan
atas PEEP 15 cmH2O selama 40 yang lebih
cmH2O (PIP detik); atau (3) sedikit pada
maksimal 40 Peningkatan epitel
cmH2O) bertahap Paw 15, alveolus,
20, 25 cmH2O di menyebabkan
atas PEEP 15 rendahnya
cmH2O (PIP cedera paru
maksimal = 40
cmH2O), dengan
periode interpose
Paw = 10 cmH2O
di atas PEEP 15
cmH2O
Steimback Hewan Penelitian Helaan dengan (1) Hewan Penurunan
dkk18 dengan eksperimental frekuensi dan diventilasi dengan frekuensi
cedera acak PIP yang Vr = 6 ml/kg dan helaan
paru berbeda PEEP = 5 cmH2O menyebabkan
ekstraparu tanpa manuver’ efek protektif
(2) Inflasi (40 pada paru
cmH2O selama 40 dan organ
detik); (3) distal
manuver (180
helaan/jam) dan
PIP (40 cmH2O)
(180/40); (4)
manuver (10
helaan/jam) dan
PIP (40 cmH2O)
(10/40); dan (5)
manuver (10
helaan/jam) dan
PIP (20 cmH2O)
(10/20)
Silva dkk8 Hewan Penelitian Manuver (1) Inflasi (30 Manuver
dengan eksperimental rekrutmen cmH2O selama 30 bertahap
cedera acak bertahap (5 detik); (2) mencegah
paru dan cmH2O/langkah, Peningkatan PIP fibrogenesis
ekstraparu 8.5 detik pada bertahap 30 dan
setiap langkah cmH2O selama 51 kerusakan sel
selama 51 detik (STEP-51); endotel
detik); manuver dan (3)
rekrutmen (5 Peningkatan PIP
cmH2O/langkah, bertahap selama
5 detik pada 30 detik dengan
setiap langkah PIP maksimum
selama 30 detik) dipertahankan
untuk 30 detik
berikutnya
(STEP-30/30)
Manuver rekrutmen mulai sering digunakan dalam praktik klinis dan bahkan jika
reekspansi paru penuh bisa diharapkan, efek samping tentu saja masih bisa terjadi,
terutama pada hemodinamika. Jenis manuver rekrutmen tampaknya merupakan
prediktor penting dari efek samping hemodinamik. Dalam sebuah penelitian klinis
prospektif, Iannuzzi dkk41 mengevaluasi perubahan hemodinamik pada 40 pasien
dengan ARDS yang diacak untuk menjalani manuver rekrutmen dengan inflasi
atau ventilasi tekanan terkontrol (PCV) yang diatur untuk memberikan produk
tekanan-waktu yang sama. PCV jika dibandingkan dengan inflasi, memberikan
oksigenasi yang lebih besar dan gangguan hemodinamik yang lebih sedikit yang
dicerminkan oleh tekanan arteri pulmonalis, daya kerja ventirkel kanan yang
rendah, dan curah jantung yang tinggi. Di samping itu, tingkat PEEP pasca
manuver rekrutmen dan rekrutabilitas paru harus diperhitungkan untuk
menghindari komplikasi yang berkaitan dengan tingginya tekanan intratoraks
selama manuver rekrutmen.42,43
Desaturasi dan barotrauma adalah komplikasi yang jarang terjadi. Hodgson dkk25
menunjukkan bahwa walaupun 8 dari 20 pasien mengalami desaturasi dan depresi
sirkulasi sementara selama manuver rekrutmen, mereka mengalami perbaikan
dalam hal fraksi pintas, oksigenasi, dan komplians sistem pernapasan 60 menis
setelah manuver diikuti oleh titrasi PEEP. Dalam sebuah penelitian terkontrol
acak oleh Meade dkk29, lima pasien dengan ARDS mengalami asinkronisasi
dengan ventilator, tiga di antaranya mengalami ketidaknyamanan selama manuver
rekrutmen, dua mengalami hipotensi, dan empat mengalami barotrauma. Namun,
beberapa isu harus diperhitungkan, seperti protokol sedasi yang memungkinkan
siklus spontan selama penggunaan manuver tersebut dalam 40 detik. Di samping
itu, tingkat PEEP dikembalikan ke nilai yang sama seperti sebelum manuver
rekrutmen dilakukan. Di sisi lain, dalam sebuah penelitian observasional, Borges
dkk44 mendemonstrasikan bahwa dua dari 26 pasien mengalami barotrauma; satu
kasus terjadi 24 jam dan kasus yang lain terjadi 12 jam setelah manuver
rekrutmen. Terlepas dari laporan-laporan tersebut, data terbaru mengonfirmasi
bahwa manuver rekrutmen tidak berkaitan dengan peningkatan resiko
barotrauma.10,45
Baru-baru ini, Caironi dkk58 menganalisis kohor besar pasien ARDS, bertujuan
untuk menjelaskan edema paru dan rekrutabilitas berdasarkan definisi Berlin dan
menerangkan apakah penilaian PaO2/FiO2 pada PEEP terstandardisasi (5 atau 15
cmH2O) memungkinkan deskripsi keparahan ARDS yang lebih akurat
dibandingkan penilaian klinisnya. Mereka melaporkan bahwa PEEP klinis yang
diaplikasikan ketika menilai PaO2/FiO2 dapat mengaburkan tingkat keparahan
ARDS yang mendasari, dan bahwa penggunaan definisi Berlin pada 5 cmH2O
lebih akurat dalam menentukan tingkat keparahan cedera paru pada ARDS dan
rekrutabilitasnya sehingga memberikan informasi yang penting untuk memandu
strategi ventilator dan menilai resiko kematian.
Dalam suatu penelitian pada 57 pasien ARDS, Huh dkk65 membandingkan titrasi
PEEP harian berdasarkan komplians dinamik terbaik yang dilakukan setelah
manuver rekrutmen vs seleksi PEEP yang disarankan oleh ARDSnet3 berdasarkan
tabel PEEP/FiO2. Dalam protokol ini, perbaikan dini dalam oksigenasi terjadi
pada pasien yang menerima titrasi PEEP setelah manuver rekrutmen
dibandingkan dengan yang menggunakan tabel PEEP/FiO2. Perbaikan dini ini
tidak berkaitan dengan mnafaat apapun pada mekanika pernapasan dalam satu
minggu atau angka kematian 28 hari dalam unit perawatan intensif.
Cressoni dkk66 melaporkan bahwa pada pasien dengan ventilasi mekanis dan
posisi supinasi, kolaps terjadi pertama kali di daerah paling dependen dan
overinflasi pada daerah yang kurang dependen. Hal ini diamati pada CT scan.
Temuan ini menimbulkan pertanyaan akan penggunaan parameter tekanan tunggal
untk menggambarkan seluruh struktur paru. Pintado dkk67 dalam sebuah
penelitian pilot terkontrol acak menyatakan bahwa penggunaan PEEP berdasarkan
komplians tertinggi berkaitan dengan lebih banyak hari bebas disfungsi organ dan
angka kematian hari ke-28 yang cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan
seleksi PEEP berdasarkan FiO2 tanpa perbedaan dalam rasio oksigenasi atau
tingkat PEEP antarkelompok.
Konsep baru dari tekanan transpulmonar untuk titrasi PEEP muncul sebagai
pengukuran stabilitas dan stres alveolus. Rodriguez dkk68 menunjukkan bahwa
nilai tekanan transpulmoner yang tinggi dan rendah berkaitan dengan overdistensi
dan penurunan oksigenasi dan kolaps paru. Di samping itu, hubungan positif telah
diamati antara tekanan transpulmoner dan jalan napas. Tekanan transpulmoner
mencerminkan tekanan pleura di sekitar daerah paru yang dependen pada titik
tertentu sedangkan tekanan jalan napas hanya mencerminkan unit alveolus yang
terbuka. Dalam konteks ini, tekanan transpulmoner dapat menjadi pengukuran
yang lebih representatif untuk memandu seleksi PEEP dan mencegah instabilitas
unit alveolus.
“PEEP open-lung”, pertama kali diperkenalkan lebih dari dua dekade yang lalu
oleh Lachmann dkk64 menggambarkan tingkat PEEP yang mengombinasikan
rekrutmen/derekrutmen tidal minimal, overinflasi, dan ruang mati dengan
oksigenasi dan komplians paru yang optimal. PEEP open-lung harus dilakukan
setelah manuver rekrutmen,44 yang dapat membuka unit alveolus yang kolaps, dan
kemudian harus dititrasi secarabertahap sampai nilai minimum yang dapat
menstabilkan paru yang tadinya sudah direkrut.67 Manuver rekrutmen dan titrasi
PEEP adalah kejadian interdependen untuk manajemen ventilasi yang sukses.
KESIMPULAN
Manuver rekrutmen adalah intervensi yang sederhana, layak guna, dan murah
yang dapat dilakukan di sisi pasien dalam unit perawatan intensif. Melimpahnya
data eksperimental dan klinis telah menunjukkan perbaikan oksigenasi, mekanika
paru, dan reaerasi paru setelah manuver rekrutmen. Tinjauan sistematis dan meta-
analisis terbaru menyatakan bahwa manuver rekrutmen berkaitan dengan angka
kematian pasien ARDS yang lebih rendah. Namun, metode manuver rekrutmen
yang optimal (yang paling seimbang manfaat dan kerugiannya) dan efeknya
terhadap prognosis masih didiskusikan, dan bukti-bukti masih diperlukan.