Anda di halaman 1dari 27

Kegawatdaruratan Mata

Kegawatdaruratan Mata
• Trauma Okuli
• Korpus Alienum Mata
• Trauma Kimia
• Ablasio Retina
• Fraktur Orbital
Trauma Okuli
Terminologi
• Closed-globe Injury > the eyewall (sclera and cornea) doesn’t have
a full thickness wound but there is intraocular damage
Contusion > resulting from blunt trauma
Lamellar laceration > partial thickness wound of the eyewall caused by a sharp
object or blunt trauma
• Open-globe Injury > full thickness wound of the sclera or cornea
or both
Rupture > caused by the impact of the blunt trauma (inside out injury mechanism)
Laceration > caused by sharp object (outside in mechanism)
 Penetrating Injury > single laceration caused by a sharp object
 Perforating injury > two full thickness laceration (one entry and one exit) caused
by a sharp object
Open-globe Injury
• Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT) yang dimaksud
trauma tembus adalah trauma yang mengakibatkan adanya "pintu
masuk“ terjadinya luka (injury with an entance wound) yang
menembus ke intraokular.
• Open globe injury tergolong kedalam luka rawan terserang tetanus.
• Manifestasi klinis : Berkurangnya volume mata, laserasi pada sklera
ataupun kornea, prolaps dari iris atau korpus siliaris, perdarahan
subkonjungtiva, penurunan visus
• Tatalaksana
• Prehospital Care
• Bebaskan mata yang terkena benda asing dari kontak dengan permukaan
yang kaku, Jangan berusaha untuk melepas benda asing yang berada pada
mata.
• UGD
• Hindari hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler yang dapat
berakibat ekstrusi dari bola mata
• Jangan berikan obat tetes mata (tetracaine, cyclolegics)
• Berikan ondansentron untuk mencegah Valsalva maneuver
• Berikan analgesic (IV fentanyl 1-2 mcg/kgbb dengan max initial dose 100mcg)
serta berikan sedasi (lorazepam 0,05mg/kgbb max 2mg). Berikan antibiotik
(IV ceftazidime 50mg/kgbb max 2gr)
• Rujuk ke spesialis mata
Korpus Alienum Mata
• Benda asing yang dalam keadaan normal tidak
dijumpai pada mata.
• Benda yang masuk kedalam bola mata terbagi
menjadi beberapa kelompok:
- Logam
- Bukan logam
- Inert
- Reaktif
Patofisiologi
Benda asing – inflamasi – udem pada kelopak, konjungtiva, dan kornea
– leukosit dilepaskan – reaksi pada kamera okuli anterior – infeksi dan
nekrosis jaringan
Gambaran Klinik
Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia,
mata merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi,
ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva
atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+)
Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan:
1. Anamnesis kejadian trauma
2. Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata
3. Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4. Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5. Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita
Tatalaksana
Keluarkan benda asing dengan cara:
1. Berikan tetes mata pantokain 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata dengan
benda asing.
2. Gunakan lup dalam proses pengangkatan benda asing.
3. Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas yang lembab atau
jarum suntik ukuran 23 G. (Apabila benda asing letak superfisial dan tidak
terlalu menempel dapat di irigasi dengan salin.)
4. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi.
5. Oleskan lidikapas yang dibubuhkan betadine pada tempat benda asing
6. Berikan antibiotic topical (salep atau tetes mata)
Pencegahan
Penggunaan kaca pelindung
Komplikasi
1. Visus turun
2. Reaksi inflamasi
3. Sikatrik maupun perdarahan
Trauma Kimia Mata
• Trauma yang mengenai bola • Pemeriksaan penunjang
mata akibat terpaparnya bahan Kertas lakmus untuk cek pH secara
kimia baik yang bersifat asam berkala
atau basa yang dapat merusak Slit lamp untuk mengecek bagian
struktur bola mata. anterior mata dan lokasi luka
Tonometri untuk mengecek
tekanan intra okuler
Funduskopi
• Trauma Asam
Bahan asam yang mengenai mata akan
menimbulkan koagulasi protein epitel
kornea yang mengakibatkan kekeruhan
pada kornea
Sebagian besar kasus hanya merusak
dibagian superfisial
Contohnya adalah asam sulfat, air accu,
asam hidroklorida, zat pemutih, asam
asetat, asam nitrat.
• Trauma Basa
Bahan kimia basa bersifat koagulasi
sel dan terjadi proses saponifikasi
disertai dengan dehidrasi
Basa akan menembus kornea,
kamera okuli anterior sampai retina
dengan cepat sehingga berakhir
dengan kebutaan
Pada trauma basa akan terjadi
penghancuran jaringan kolagen
kornea.
Contohnya NaOH, CaOH, amoniak,
freon, sabun, shampoo, semen,
tiner, lem, cairan pembersih rumah
tangga
• Tatalaksana Emergensi
Irigasi untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan kimia dan
menormalkan pH mata. Irigasi dengan larutan saline minimal 1 liter/mata
selam 15-30 menit.
Double eversi kelopak mata untuk memindahkan material
Debridemen pada epitel kornea yang nekrotik

• Tatalaksana Medikamentosa
Steroid untuk mengurangi inflamasi
Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iridosiklitis
Antibiotik untuk mecegah infeksi oleh kuman oportunis
Ablasio Retina
• Keadaan terpisahnya bagian lapisan
neurosensoris retina (fotoreseptor
dan lapisan jaringan dalam) dari
retinal pigmen ephitelium (RPE).

• Klasifikasi
Ablasio retina rhegmatogen (ablasio
retina primer)
Ablasio retina traksional (ablasio retina
sekunder)
Ablasio retina eskudatif (ablasio retina
sekunder)
Ablasio Retina Rhegmatogen
• Robekan pada retina menyebabkan cairan
subretinal yang berasal dari synchitic
vitreous masuk ke celah potensial dan
menyebabkan ablasio dari dalam
• Faktor Risiko : Usia, jenis kelamin laki-laki,
myopia, penggunaan antibiotic golongan
fluorokuinolon (menyebabkan destruksi
jaringan ikat dan kolagen pada retina
mata).
• Manifestasi Klinis : Floater, defek lapang
pandang tepi > sentral
Ablasio Retina Traksional
• Disebabkan tarikan retina kedalam
vitreous body.

• Etiologi : Post trauma, PDR, sickle cell


retinopathy, retinopathy of
prematurity.

• Manifestasi Klinis : Penurunan visus


dan lapang pandang, tampak adanya
vitreoretinal bands.
Ablasio Retina Eksudatif
• Disebabkan oleh timbunan cairan di
celah potensial karena ada kelainan
pada lapisan epitel pigmen retina dan
koroid tanpa didahului robekan.

• Etiologi : Penyakit sistemik (hipertensi,


polyarteritis nodosa), Penyakit mata
(neoplasia)

• Manifestasi Klinis : Penurunan visus atau


lapang pandang tanpa floater, area yang
detached berubah sesuai posisi (shifting
fluid)
Orbital Fracture
Blow-out Fracture
• Blow-Out Fracture
terjadi ketika trauma pada mata meningkatkan
tekanan di dalam rongga orbital, menyebabkan
lantai atau dinding medial yang lemah (lamina
papyracea) "meledak" ke dalam sinus maksilaris
atau tulang ethmoid.

• Klasifikasi secara radiologis : fraktur blow out


klasik, fraktur inferomedial, dan fraktur orbital
floor total.

• Patomekanisme : Fraktur ini disebabkan oleh


energi rendah dan terjadi pada bagian paling
rapuh dari orbital floor yang terdapat di sisi
medial dari kanal infraorbitalis, seperti
ditunjukkan pada gambar
• Manifestasi Klinis yang muncul
karena fraktur blow out adalah
enoftalmos, diplopia, dan
gangguan gerak bola mata ke
superior.

• Diagnosis fraktur blow out


ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang berupa
roentgen schedel
anteroposterior dan lateral,
roentgen waters, dan CT scan.
• Tatalaksana awal • Tatalaksana Lanjutan
Observasi tanda vital Operasi (pemasangan implant) dengan
Kompres dingin indikasi :
Antibiotik oral - diplopia yang menetap hingga 2
Kortikosteroid minggu pasca trauma pada pasien
Neuroprotektor apabila didapatkan yang telah dikonfirmasi secara
neuropati perifer radiologis.
- Enoftalmos >2 mm
• Komplikasi fraktur blow out yang dapat - Defek orbital floor lebih dari 0,5 orbital
terjadi antara lain adalah hematoma floor
orbita, emfisema orbita, infeksi laten dari
implan, neuropati optik dan saraf bagian
inferior orbita, diplopia, enoftalmos,
fistula naso-orbita, dan perpindahan
implan.
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai