Anda di halaman 1dari 17

Gangguan Haid

TIU

TIK

Pendahuluan

Gangguan haid dan siklusnya, khususnya dalam masa reproduksi dapat

digolongkan menjadi:

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid

a. Hipermenorea atau menoragia

b. Hipomenorea

2. Kelainan siklus

a. Polimenorea

b. Oligomenorea

c. Amenorea

3. Perdarahan di luar haid

a. Metroragia

4. Gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid

a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)

b. Mastodinia

c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)

d. Dismenorea
Hipermenorea atau menoragia

Menoragia adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau

lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).

Adapun etiologi gangguan tersebut:

 Uterus

a) Fibroid

b) Polip endometrium

c) Endometriosis

d) Pelvic Inflammatory Disease

 Sistemik

a) Gangguan koagulasi

b) Penyakit Von Willebrand

c) Idiopathic Thrombocytopenic Purpura

d) Defisiensi faktor V, VII, X, dan XI

e) Hipotiroid

 Iatrogenik

a) Kontrasepsi progesteron

b) Alat kontrasepsi dalam rahim

c) Antikoagulan

Langkah- langkah untuk penegakkan diagnosis:

 Anamnesis
a) Berapa lama waktu menstruasinya?

b) Apakah ada gumpalan darah?

c) Berapa lama biasanya mestruasinya berlangsung dan seberapa sering

terjadi?

d) Apakah terdapat perubahan antara menstruasinya?

e) Apakah ada perdarahan setelah berhubungan?

f) Apakah ada nyeri pinggang atau dispareunia?

g) Kontrasepsi apa yang telah digunakan?

 Pemeriksaan

a) Papsmear

b) Hematologi dan biokimia

Darah rutin harus dilakukan pada pasien yang mengeluh menoragia

karena sering menimbulkan anemia. Pemeriksaan terhadap gangguan

pembekuan hanya dilakukan jika terdapat indikasi klinis, misalnya,

menoragia sejak menarche dan riwayat perdarahan sejak lahir.

USG Transvaginal (TVS) biasanya menjadi pemeriksaan utama.

TVS mengukur ketebalan endometrium dan mendiagnosa polip dan

leiomioma dengan sensitivitas 80% dan spesifitas 69%.

c) Pengambilan sampel endometrium

Tujuan pengambilan sampel endometrium pada menoragia adalah

untuk menyingkirkan atau mendiagnosis kanker atau hiperplasia

endometrium. Pengambilan sampel endometrium direkomendasikan pada

wanita dengan umur lebih dari 40 tahun dan mereka dengan peningkatan
risiko keganasan endometrium. Risiko-risiko tersebut berupa obesitas,

DM, hipertensi, anovulasi kronik, nulipara dengan riwayat infertilitas,

riwayat keluarga dengan kanker endometrium. Pada wanita muda

pengambilan sampel endometrium juga bisa sebagai indikasi jika terjadi

perdarahan abnormal yang tidak membaik dengan pemberian obat. Metode

yang umum digunakan yaitu dengan aspirasi kuretase, dilatasi dan

kuretase, histeroskopi.

Terapi

Tujuan terapi adalah untuk menurunkan kehilangan darah, menurunkan

risiko anemia dan meningkatkan kualitas hidup. Terapi medis diindikasikan ketika

ada tanda abnormalitas pelvis dan wanita tersebut ingin mempertahankan

fertilitasnya.

Terapi medis dapat dibagi menjadi 2 kelas utama, yaitu nonhormonal dan

hormonal.

 Terapi Nonhormonal

Terapi nonhormonal diberikan ketika sedang terjadi menstruasi dan

harus menjadi lini pertama dalam penanganan yaitu menggunakan NSAID

seperti asam mefenamat atau antifibrinolitik seperti asam traneksamat.

NSAID memiliki kandungan untuk menghambat pembentukan

prostaglandin dan juga mengikat reseptor prostaglandin yang meningkat pada

uterus wanita dengan menoragi. Banyaknya darah yang hilang akibat

menstruasi juga telah dievaluasi untuk jenis NSAID seperti naproxen,

ibuprofen, sodium diklofenak, dan flurbiprofen.


Dosis optimal sangat sulit untuk ditentukan. Beberapa peneilitian telah

menganalisa regimen mulai dari menstruasi hari pertama dan dilanjutkan

sampai 5 hari atau sampai menstruasi berhenti. Efek samping yang umum

dengan penggunaan NSAID adalah iritasi saluran gastrointestinal dan inhibisi

agregasi platelet. Penghambat spesifik COX-2 mungkin dapat efektif pada

pengobatan menoragia, tetapi masih terdapat ketidak jelasan mengenai

keamanan dari obat ini. Obat lain yang dapat diberikan selain NSAID adalah

antifibrinolitik karena pada kasus menoragia terdapat peningkatan aktivitas

fibrinolitik endometrium.

 Terapi Hormonal

Untuk terapi hormonal terdiri dari progestogen, estrogen,

gonadotropin-releasing hormon agonist, anti-progestational agents.

 Operasi

Operasi mungkin diperlukan pada kasus-kasus seperti polip, fibroid,

atau ada massa pada endometrium. Tindakannya bisa melalui pengangkatan

polip pada endometrium, ablasi endometrium, miomektomi, hingga

histerektomi.

Hipomenorea

Hipomenorea adalah pendarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih

kurang dari biasa. Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti

darah sedikit-sedikit, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya
lama haid itu tetap. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada

uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin, dan lain-lain.

Tidak ada terapi yang khusus kecuali jika ditemukan sebab yang nyata,

terapi terdiri atas menenangkan penderita. Adanya hipomenore tidak mengganggu

fertilitas.

Polimenorea (Epimenoragia)

Polimenorea adalah siklus haid yang lebih pendek dari biasa (kurang dari

21 hari). Pendarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid yang biasa.

Disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan

ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah kongesti ovarium

karena peradangan, endometriosis dan sebagainya. Penanganan pada polimenorea

jika anovulasi lakukan induksi ovulasi, untuk pendeknya masa luteal dapat di

berikan Progesteron pada hari 16-25.

Oligomenorea

Di sini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya

siklus lebih dari 3 bulan, hal itu sudah mulai dinamakan amenore. Perdarahan

pada oligomenore biasanya berkurang.

Oligomenore dan amenore sering kali mempunyai dasar yang sama,

perbedaannya terletak dalam tingkat lamanya interval haid berlangsung. Pada

kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas


cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi lebih

panjang dari biasa.

Amenorea

Amenore ialah tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.

Amenore bersifat fisiologis pada perempuan usia prepubertas, hamil, dan

pascamenopause, diluar itu amenore menunjukkan adanya disfungi atau

abnormalitas dari sistem reproduksi.

Penyebab umum amenore:

 Defek Hipotalamus

o Defek pada transportasi GnRH. Adanya gangguan pada transportasi GnRH

dari hipotalamus ke hipofisis bisa diakibatkan oleh trauma, kompresi,

radiasi, tumor, infeksi.

o Defek pada produksi GnRH. Akibat adanya penurunan pada produksi

GnRH maka LH dan FSH yang dapat dilepas sangat sedikit atau bahkan

tidak ada, akibatnya tidak terjadi pembentukan folikel, tidak terjadi

pembentukan estradiol, dan terjadilah amenore. Hal ini terjadi pada wanita

yang belum puber, dan yang terlambat puber seperti anorexia nervosa,

stress berat, penurunan berat badan secara ekstrim, kegiatan olahraga

berlebihan, dan hiperprolaktinemia. Kadang juga penyebabnya masih

idiopatik.
o Defisiensi GnRH kongenital. Disebut juga hipogonadotopik

hipogonadisme idiopatik ketika terjadi fenomena terisolasi, dan

Kallmann’s Syndrome ketika berhubungan dengan anosmia.

 Defek Hipofisis

o Disfungsi hipofisis kongenital. Kondisi ini sangat jarang terjadi

o Disfungsi hipofisis didapat. Sindrom Sheehan yang ciri-cirinya adalah

amenore pasca melahirkan, yang terjadi akibat nekrosis hipofisis akibat

perdarahan hebat dan hipotensi, tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Operasi

dan pemaparan radiasi akibat tumor hipofisis juga dapat menyebabkan

amenore.

 Disfungsi Ovarium

Hal yang paling sering terjadi ialah disgenesis gonad. Gangguan ini

biasa berhubungan dengan abnormalitas kromoson, yang mengakibatkan

gangguan perkembangan gonad, deplesi prematur dari folikel ovarium dan

oosit, dan tidak adanya sekresi estradiol.

Kegagalan ovarium primer ditandai dengan meningkatnya

gonadotropin dan rendahnya estradiol (hipergonadotropic hipogonadisme).

Kegagalan ovarium sekunder hampir selalu diakibatkan oleh disfungsi

hipotalamus dan ditandai dengan normal atau rendahnya gonadotropin dan

rendahnya estradiol (hipogonadotropic hipogonadisme)

Amenore terbagi menjadi amenore primer dan amenore sekunder.

a. Amenore primer
Amenore primer adalah tidak terjadinya menarke sampai usia 15 tahun, dengan

atau tanpa perkembangan seks sekunder.

Etiologi tersering dari amenore primer :

 Abnormalitas kromosom yang menyebabkan disgenesis gonadal

 Psikologik akibat keterlambatan puberitas

 Mullerian agenesis

 Transvers septum vagina atau himen imperforata

 Tidak adanya produksi Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) oleh

hipotalamus

 Anorexia nervosa

 Hipopituitarism

Evaluasi diagnostik amenore primer

 Evaluasi riwayat klinis

1. Tidak adanya tanda-tanda pubertas termasuk percepatan pertumbuhan,

tidak adanya rambut ketiak dan kemaluan, atau kelenjar keringat

apokrin, atau tidak adanya perkembangan payudara, kurangnya

perkembangan pubertas menunjukkan kegagalan ovarium atau

hipofisis atau kromosom yang kelainan.

2. Keluarga tertunda atau tidak ada pubertas menunjukkan adanya

gangguan pada keluarga

3. Bertubuh pendek dapat menunjukkan sindrom Turner atau penyakit

pada hipotalamus-hipofisis.
4. Kesehatan yang menurun dapat merupakan manifestasi dari penyakit

hipotalamus-hipofisis. Gejala penyakit hipotalamus-hipofisis lainnya

yaitu sakit kepala, gangguan lapang pandang, kelelahan, atau poliuria

dan polidipsia.

5. Stres, perubahan berat badan, diet, atau kebiasaan latihan atau

penyakit mungkin dapat memberikan sugesti pada hipotalamus,

sehingga terjadi amenore

6. Heroin dan metadon dapat mengubah sekresi gonadotropin dari

hipotalamus

7. Galaktorea memberikan tanda dari kelebihan prolaktin. Beberapa obat

menyebabkan amenore dengan meningkatkan konsentrasi prolaktin

serum, termasuk metoclopramide dan obat-obatan antipsikotik.

 Pemeriksaan fisik

1. Evaluasi perkembangan pubertas harus termasuk tinggi saat ini, berat

badan, dan arm span (normal arm span untuk orang dewasa adalah

dalam 5 cm dari tinggi) dan evaluasi grafik pertumbuhan.

2. Perkembangan payudara harus dinilai dengan Tanner staging.

3. Pemeriksaan genital, untuk mengevaluasi ukuran klitoris,

perkembangan rambut pubertas, keutuhan selaput dara, kedalaman

vagina, dan adanya leher rahim, rahim, dan ovarium. Jika vagina tidak

dapat ditembus dengan jari, Pemeriksaan rectal memungkinkan

evaluasi internal organ tubuh. USG panggul juga berguna untuk

menentukan ada tidaknya müllerian structures.


4. Kulit diperiksa untuk melihat adanya hirsutisme, jerawat, striae,

peningkatan pigmentasi, dan vitiligo.

5. Ciri fisik yang klasik untuk sindrom Turner yaitu hair line, web neck,

shield chest, dan jarak antara kedua puting susu terlalu jauh.

 USG

Untuk melihat apakah ada kelainan kongenital pada uterus, ovarium dan

serviks.

Penatalaksanaan

Penanganan pada amenore primer ditujukan langsung terhadap kelainan

yang terjadi, membantu penderita untuk mendapatkan fertilitas, dan mencegah

komplikasi dari penyakit. Untuk kelainan anatomi kongenital biasanya dibutuhkan

operasi. Untuk kegagalan ovarium bisa diberikan terapi pengganti hormonal.

b. Amenore sekunder

Amenore sekunder ialah tidak adanya haid selama 3 siklus haid pada wanita

yang sebelumnya pernah mendapat haid atau selama 6 bulan berturut-turut.

Etiologi :

 Disfungsi hipotalamus

 Sindroma Ovarium Polikistik

 Kelainan hipofisis

 Kegagalan ovarium prematur

 Sindrom Asherman

 Diabetes

 Tuberkulosis
 Malnutrisi

 Radiasi dan kemoterapi

Diagnosis

o Anamnesis

 Riwayat stress (perubahan berat badan, pola makan)

 Penggunaan obat-obat yang berhubungan dengan amenore

 Gejala-gejala penyakit hipotalamus-hipofisis yaitu sakit kepala,

gangguan penglihatan, cepat lelah, poliuri dan polidipsi.

 Gejala-gejala defisiensi estrogen, seperti vagina kering, gangguan tidur

atau penurunan libido

o Pemeriksaan Fisis

Pengukuran berat badan, tinggi badan, tanda-tanda penyakit lain,

penilaian dari kulit, payudara, dan jaringan gential harus diperhatikan

untuk mengevaluasi defisiensi estrogen. Permeriksaan payudara untuk

melihat apakah terdapat galaktorea, pemeriksaan kulit untuk melihat

hirsutism, jerawat, stria vitiligo.

o Laboratorium

Tes kehamilan adalah langkah pertama dalam mengevaluasi

amenore sekunder. Pengukuran serum beta hCG adalah tes yang paling

sensitif. Selain pemeriksaan beta hCG, juga harus diperiksa serum

prolaktin, thyrotropin, FSH. Pemeriksaan TSH dan FT4 dilakukan karena

hipotiroid dapat menyebabkan hiperprolaktinemia yang dapat

mengakibatkan terjadinya amenore.


Penatalaksanaan

Pada wanita yg atletik harus dikonsultasikan tentang pemberikan intake

kalori yang lebih tinggi atau mengurangi latihan. Untuk wanita nonatletik yang

kurus harus diberikan konsultasi tentang nutrisi dan pengobatan masalah pola

makannya. Hiperprolaktinemia diterapi dengan dopamin agonis seperti

bromokriptin. Kegagalan ovarium diterapi dengan terapi pengganti hormonal.

Sindrom Asherman diterapi dengan melisiskan adhesi melalui histeroskopi.

Premenstrual tension (ketegangan prahaid)

Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai

satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang

sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid

berhenti. Gejala-gejala yang tidak seberapa berat banyak dijumpai, terutama pada

wanita-wanita berumur antara 30 dan 45 tahun. Keluhan-keluhan terdiri atas

gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomna, nyeri kepala, perut

kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mamma, sedang pada kasus-

kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi.

Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting

ialah ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan

dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam

hubungan dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi

luteal dan pengurangan produksi progesteron.


Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll. juga

memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid

adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid

dan terhadap faktor-faktor psikologis.

Terapi yang dapat diberikan :

a) Edukasi dan konseling

b) Diet makanan

c) Olahraga

d) Prostaglandin sintetik dinhibitor

e) Asam mefenamat (500 mg 3 kali dalam sehari)

f) Terapi antidepresan

Mastodinia

Mastodinia atau mastalgia ialah rasa nyeri dan pembesaran mamma

sebelum haid, sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan relative dari

kadar estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam. Pada pemeriksaan harus

diperhatikan adanya radang atau neoplasma.

Terapi biasanya terdiri atas pemberian diuretikum, sedangkan pada

mastalgia keras kadang-kadang perlu diberikan metiltestosteron 5 mg sehari

secara sublingual. Bromokriptine dalam dosis kecil dapat membantu pengurangan

penderitaan.

Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)


Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan

siklus haid, pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan, tetapi

mungkin juga berat. Lamanya mungkin hanya beberapa jam, tetapi pada beberapa

kasus sampai 2-3 hari. Rasa nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan

perdarahan, yang kadang-kadang sangat sedikit berupa getah berwarna coklat,

sedangkan pada kasus lain dapat merupakan perdarahan seperti haid biasa.

Faktor-faktor pada kondisi ini meliputi iritasi pada peritoneum karena

aliran cairan folikel pada saat ovulasi dan uterus atau kontraksi tuba. Penanganan

umumnya terdiri atas penerangan pada wanita yang bersangkutan umumnya yang

disarankan adalah analgetik. pil kontrasepsi juga dapat membantu.

Dismenore

Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yaang disebabkan oleh kejang

otot uterus. Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang

paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk

konultasidan pengobatan. Walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan

penyakit ini sudah lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum

dapat dipecahkaan dengan memuaskan.

Dismenore ada dua macam :

 Dismenore Primer

Dismenore primer apabila tidak tedapat gangguan fisik yang menjadi

penyebab dan hanya terjadi selama siklus-siklus ovulatorik. Penyababnya

adalah adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah


menstruasi, yang merangsang hiperaktivitas uterus. Gejala utama adalah

nyeri, tumpul, siklik, atau menetap, dapat berlangsung dalam beberapa jam

sampai 1 hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat lebih 1 hari tapi

jarang melebihi 72 jam. Gejala-gejala sistemik yang menyertai berupa mual,

diare, sakit kepala, dan perubahan emosional.

Penanganan

Pengobatan yang dipakai adalah agen-agen anti-inflamasi nonsteroid,

yang menyekat sintesis prostaglandin melalui penghambatan enzim

siklooksigenase. Terapi akan berhasil paling baik bila dimulai sebelum

awitan menstruasi dan diteruskan hingga gejala berkurang. Progesterone

juga akan menghambat sintesis prostaglandin endometrium. Sehingga

pengobatan menggunakan kontrasepsi oral juga efektif.

 Dismenore sekunder

Dismenore sekunder timbul karena adanya masalah fisik seperti

endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis servisis uteri, atau penyakit radang

panggul.

Penanganan

Bila ada kelainan organik ditangani secara kausal. Pada kasus-kasus

yang menolak tindakan operatif, makan untuk sementara dapat dicoba

pengobatan medikamentosa seperti padea disemenore primer. Pemberian

analog GnRH selama 6 bulan sangat efektif menghilangkan nyeri haid yang

disebabkan oleh endometriosis.


Referensi

1. Hanafiah MJ. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam : Ilmu Kandungan Edisi

Kedua Cetakan Ketujuh. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo;

2009. Hal. 203-8

2. Speroff, L. Fritz A. Menstrual Disorders. Dalam: Clinical Gynecologic


Endocrinology & Infertility, 8th ed. Lippincott Williams & Wilkins: 2011. Hal.
567-89
3. Speroff, L. Fritz A. Amenorrhea. Dalam: Clinical Gynecologic Endocrinology
& Infertility, 8th ed. Lippincott Williams & Wilkins: 2011. Hal. 435-93

Anda mungkin juga menyukai