Anda di halaman 1dari 5

PREMATURITAS DAN POST MATUR

Ferdinand Rambu Tandung, DR.dr. Deviana Soraya Riu, Sp.OG

A. PREMATURITAS
TIU : memahami patofisiologi, permasalahan, pencegahan, dan pengeloalaan persalinan prematur,
sehingga membantu tenaga medic dalam pengelolaan persalinan prematur dan memberi pengertian
kepada ibu hamil dan keluarga untuk ikut serta dalam meningkatkan upaya pencegahan persalian
prematur bagi kehamilannya

TIK :

1. Mendefinisikan persalinan premature


2. Mengidentifikasi masalah yang terkait akibat persalinan prematur
3. Menjelaskan faktor predisposisi dan penyebab persalinan prematur
4. Mendiskusikan cara mendiagnosis
5. Menjelaskan pengelolaan yang benar sesuai evidence based medicine (EBM)

Permasalahan yang dapat timbul akibat persalinan preterm bukan saja pada kematian perinatal,
melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan kelainan, baik kelainan jangka pendek, maupun
jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang seringkali timbul siperti respiratory distress syndrome,
perdarahan intra atau periventricular, NEC (Necrotizing Entero Colitis), dysplasia bronkopulmoner sepsis,
dan paten duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka panjang sering berupa kelainan neurologic seperti
serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi
sekolah yang kurang baik (1).

DEFINISI

Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 20 – 36 minggu 6 hari dihitung
dari hari pertama haid terakhir (2). Menurut FIGO dan WHO persalinan prematur adalah persalinan yang
terjadi <37 minggu (3, 4).

INSIDENS

Kejadian persalinan prematur di seluruh dunia pada tahun 2012 mencapai 15 juta kelahiran dan
memiliki kecenderungan meningkat, lebih dari 60% kejadian persalinan prematur ini terjadi di Afrika dan
Asia bagian Selatan. Menurut servey yang dilakukan pada seluruh penjuru dunia tahun 2010, Indonesia
menduduki peringkat ke-9 sebagai negara dengan persalian preterm terbanyak (5).
ETIOLOGI

Persalinan prematur merupakan kelainan dengan proses yang multifaktorial. Kombinasi dari keadaan
obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik diketahui mempengaruhi terjadinya persalinan prematur
(1). Oleh karena kompleksitas dari penyebab terjadinya persalinan prematur ini menyebabkan
banyaknya ditemukan faktor perancu lainya yang menyulitkan dalam mengatasi penyebab dari
persalinan prematur(3).

Proses persalinan secara umum dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti faktor anatomis, biokimia,
imunologis, endokrinologi dan perubahan klinis. Pada sirkulasi perifer terjadi peningkatan CRH
(corticotropin- releasing hormone) yang bebas yang akan merangsang untuk terjadi peningkatan kadar
nuclear factor kappa N (NF-KB) mediator ini berperan dalam withdrawal progesterone, peningkatan
produksi prostaglandin. Namun masih menjadi perdebatan mengenai faktor manakah yang berperan
terutama dalam memicu terjadinya persalinan prematur (6).

Ada 4 rute penyebab utama yang memicu terjadinya persalinan prematur yaitu (3):

a) Presalinan spontan tanpa penyebab yang jelas dengan selaput amnion yang utuh
b) Adanya robekan selaput amnion pada masa kehamilan preterm yang idiopatik
c) Persalianan atas indikasi medis ibu maupun janin
d) Kehamilan ganda atau lebih

TANDA DAN GEJALA

Gejala klinis yang dapat diamati pada persalinan premature adalah adanya kontraksi Rahim yang regular,
rasa penekanan pada panggul ( menstrual like cramp, low back pain) disertai dengan pemendekan
serviks. gejala lain dapat juga diamati bergantung pada penyebab yang dicurigai memicu terjadinya
inisiasi persalinan premature (1, 6). Gejala tambahan yang dapat diamati adalah misalnya pada
persalinan premature yang diinisiasi oleh ketuban pecah prematur preterm.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda klinis yang mendahului terjadinya persalinan premterm adalah adanya kontraksi uterus
yang dapat diamati baik dari pemeriksaan klinis manual ataupun dengan menggunakan alat
tokodinamometer. Tanda lain yang dapat diamati adalah adanya pemendekan serviks yang apabila
masuk dalam fase persalinan akan diikuti dengan adanya pelepasan lendri bercampur darah yang
didapatkan dari hasil pemeriksaan dalam vagina (4).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan


premature adalah antara lain

- Pemeriksaan ultrasonografi : pemeriksaan ultrasonografi yang digunakan adalah usg


trasnvaginal dimana pengukuran menggunakan transvaginal dibandingkan transabdominal
memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur
terjadinya penipisan/pemendekan serviks. dimana pada usia kehamilan 24 minggu didapatkan
panjang serviks rata-rata adalah 35mm.(3)
- Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mencari penyebab
terjadinya persalinan preterm seperti kadar leukosit, kadar fibronektin janin, kadar Corticotropin
Releasing Hormon (CRH), sitokin inflamasi ( IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α), kadar isoferritin
plasenta, dan juga kadar ferritin serum ibu.(1, 4)

DIAGNOSIS (1, 4)

Diagnosis suatu persalinan premterm yang membakat didasarkan atas gejala klinis yang ditandai dengan
adanya kontraksi Rahim yang teratur dengan interval <5-8 menit yang ditemukan pada usia kehamilan
20 – 37 minggu, yang disertai dengan satu atau lebih gejala-gejala berikut :

- Perubahan serviks yang progresif


- Pembukaan serviks 2 cm atau lebih
- Pendataran serviks 80% atau lebih

PENATALAKSANAAN

1.Tokolisis (1-3)

Pemberian tokolisis perlu dipertimbangkan bila terjadi kontraksi uterus yang reguler dengan adanya
perubahan serviks. walaupun pemberian tokolisis dikatakan tidak sepenuhnya efektif untuk mencegah
terjadninya persalinan sampai dengan 48 jam (2, 3, 7), pemberiannya berdasarkan alasan klinis yaitu
adalah:

- Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur. Walaupun berdasarkan evidence
based hal ini tidak terbukti.(7)
- Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulasi surfaktan  paru janin.
- Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap Beberapa macam
obat yang digunakan sebagai tokolisis adalah :
o Kalsium antagonis : Nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam
sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi berulang.
o Obat β-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil.
o Magnesium Sulfat dan anti prostaglandin (endometasin) : jarang dipakai karena efek
samping pada ibu maupun janin.
o Untuk menghambat proses persalinan prematur selain pemberian tokolisis, adalah
dengan membatasi aktivitas atau tirah baring.
Apabila pada praktek klinis telah diputuskan untuk pemberian tokolisis maka sebaiknya tokolisis
tidak diberikan secara bersamaan untuk menghindari terjadinya efek samping yang dapat
terjadi.
Tokolisis tidak direkomendasikan jika ada kemungkinan dengan pemberian tokolisis dapat meningkatkan
adanya komplikasi pada janin, misalnya pada kasus dengan KPD/ PPROM (Preterm premature rupture of
the membrane).(7)

2. Kortikosteroid (2, 7)

Tujuan pemberian terapi kortikosteroid adalah untuk pematangan surfaktan paru  janin, menurunkan
insidens RDS, menccegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya menurunkan angka kematian
neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan pada usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang
diberikan adalah deksametason atau betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang karena
merupakan resiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid
adalah:

- Betametason 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam


- Deksametason 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam

Antibiotik Antibiotik diberikan pada kasus kehamilan dengan risiko terjadinya infeksi seperti  pada kasus
KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah : eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan
lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotik lain seperti
klindamisin. Tidak dianjurkan  pemberian ko-amoksiklaf karena risiko NEC.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pasien dengan KPD/ PPROM (Preterm
premature rupture of the membrane) adalah :

- Semua alat yang digunakan untuk periksa vagina harus steril.


- Periksa dalam vagina tidak dianjurkan, tetapi dilakukan dengan pemeriksaan spekulum.
- Pada pemeriksaan USG jika didapat penurunan indeks cairan amnion (ICA) tanpa adanya
kecurigaan kelainan ginjal dan tidak adanya IUGR mengarah  pada kemungkinan KPD.

Persiapan persalinan prematur perlu pertimbangan berdasarkan :

- Usia gestasi
 Usia gestasi 34 minggu atau lebih : dapat melahirkan di tingkat layanan  primer,
mengingat prognosis relatif baik. Apabila terdapat riwayat rupturnya membrane amnion
maka ada kasus tersebut diberikan pfrofilaksis antibiotik dan dilakukan induksi
persalinan.
 Usia gestasi kurang dari 34 minggu : harus dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas
perawatan neonatus yang memadai.

- Keadaan selaput ketuban Bila didapat KPD dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, maka
ibu dan keluarga dipersilahkan untuk memilih cara pengelolaan setelah diberi konseling dengan
baik.

PROGNOSIS

Prognosis dari persalinan preterm tergantung dari penatalaksanaan yang tepat serta fasilitas tempat
perawatan bayi yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono P, Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan2010. 268-9 p.


2. Practice Bulletin No. 127: Management of Preterm Labor. Obstetrics & Gynecology.
2012;119(6):1308-17. PubMed PMID: 00006250-201206000-00049.
3. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Spong CY, Dashe J. Williams Obstetrics 24/E2014.
4. Hariadi R. Ilmu Kedokteran, Fetomaternal2004.
5. Organization WH. Born too soon: the global action report on preterm birth. 2012.
6. Buhimschi CS, Norman JE. Creasy and Resnik's Maternal-Fetal Medicine: principles and practice:
Elsevier Health Sciences; 2013.
7. Duley L. Tocolytic drugs for women in preterm labour. RCOG (Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists, UK) Guideline. 2011 (1B).

Anda mungkin juga menyukai