Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN

KASUS Partus Prematurus


Iminens

Siti Shaihany Yustikawari, S.Ked


712017057

Dosen Pembimbing :
dr. Ratih Pratiwi, Sp. OG
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Angka kejadiaan prematur di Indonesia 19% dan


merupakan penyebab utama kematian perinatal.

Berdasarkan RISKESDAS, proporsi BBLR mencapai 11,5%,


hal ini mengkhawatirkan karena persalinan, terutama yang
terjadi sebelum usia kehamilan 34 minggu.

Persalinan prematur adalah persalinan dengan


usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat
bayi kurang dari 2500 gram.
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Diharapkan dokter muda dapat memahami setiap kasus
partus prematurus imminens
2. Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah dilakukan
diskusi mengenai materi partus prematurus imminens
3. Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman
yang didapat mengenai kasus partus prematurus imminens.
MANFAAT TEORITIS
Bagi Institusi
Diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi sumber ilmu
pengetahuan dan sebagai tambahan referensi dalam bidang Ilmu
Obstetri dan Ginekologi.

Bagi Akademik
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan landasan penulisan
karya ilmiah selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

PARTUS PREMATURUS
IMMINENS

Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur


kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang insidennya 7% dari seluruh persalinan. masalah
prematuritas  masalah penting  salah satu faktor dari kematian bayi di
Indonesia.

Kelahiran di Indonesia diperkirakan 5.000.000 orang/tahun, dapat diperhitungkan


kematian bayi 56/1000 kelahiran hidup, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang
artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal.
ETIOLOGI
Janin dan plasenta Ibu
• Perdarahan trimester awal • DM
• Perdarahan antepartum (plasenta • Pre eklampsia
previa, solusio plasenta) • ISK
• Ketuban pecah dini • Infeksi dengan demam
• Pertumbuhan janin terhambat • Kelainan bentuk uterus,
• Cacat bawaan lahir • Riwayat partus preterm atau abortus
• Kehamilan ganda/gemeli berulang
• Polihidramnion • Inkompetensi serviks
• Pemakaian obat narkotik
• Trauma
• Perokok berat
• Kelainan imun/resus.7
PATOFISIOLOGI

Aktivasi prematur dari


pencetus terjadinya Inflamasi/infeksi
persalinan

Peregangan yang
Perdarahan plasenta
berlebihan pada uterus
DIAGNOSIS
Beberapa kriteria sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm (Wiknjosastro,
2010), :
1. Kontraksi sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam 10 menit
2. Nyeri pada punggung bawah (low back pain)
3. Perdarahan  bercak
4. Perasaan menekan daerah serviks
5. Pemeriksaan serviks pembukaan sedikitnya 2 cm & penipisan 50-80%
6. Presentasi janin rendah, sampai mencapai ischiadika
7. Selaput ketuban pecah
8. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
DIAGNOSIS

Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The American
Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk mendiagnosis PPI ialah
sebagai berikut:
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau delapan
kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm
3. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
PENUNJANG

USG  untuk mengetahui


Laboratorium  darah rutin,
usia gestasi, jumlah janin,
kimia darah, golongan ABO,
besar janin, kativitas biofisik,
faktor rhesus, urinalisis,
cacat kongenital, letak dan
bakteriologi vagina,
maturasi plasenta, volume
amniosentesis : surfaktan, gas
cairan tuba dan kelainan
dan PH darah janin.7
uterus.7
PENATALAKSANAAN

• Tirah baring
• Monitor kotraksi uterus dan DJJ

• Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian


tokolisis
• Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid

• Bila perlu di lakukan pencegahan terhadap infeksi


PENATALAKSANAAN

Pemberian Tokolitik

• Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam
sampai kontraksi hilang.
• B-mimetik : terbutalin, ritrodin. Salbutamol
• Magnesium sulfat dan antiprostaglandin
PREDILEKSI KEBERHASILAN DARI AGEN TOKOLISIS
PENATALAKSANAAN
Pemberian Kortikosteroid

1. Betametason: 2 x 12 mg IM dengan jarak pemberian 24 jam


2. Deksametason: 4 x 6 mg IM dengan jarak pemberian 12 jam
Pemberian Antibiotik

1. Eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari.


2. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari atau
dapat menggunakan antibiotik lain seperti klindamisin.
Cara Persalinan

Masih sering kontroversi dalam cara persalinan kurang


bulan seperti apakah pasien sebaiknya persalinan
berlangsung pervaginam atau seksio sesaria terutama
pada berat janin yang sangat rendah dan preterm
sungsang, pemakaian forseps untuk melindungi kepala
janin dan apakah ada manfaatnya dilakukan episiotomi
profilaksis yang luas untuk mengurangi trauma kepala.1
Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan
persalinan pervaginam. Seksio sesaria tidak
memberikan prognosis yang lebih baik bagi bayi
bahkan merugikan ibu. Prematuritas janganlah dipakai
sebagai indikasi untuk melakukan seksio sesaria. Oleh
karena itu, seksio sesaria hanya dilakukan atas
indikasi obstetrik.1

Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio


sesaria dapat dipertimbangkan. Setelah kehamilan lebih
dari 34 minggu, persalinan dibiarkan terjadi karena
morbiditas dianggap sama dengan kehamilan aterm.1
KOMPLIKASI

1. Sindrom gawat napas (penyakit membran hialin)


2. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat
3. Ketidakmatangan sistem pencernaan
4. Penyakit jantung
5. Ikhterik
6. Sistem kekebalan tubuh pada bayi yang belum berkembang sempurna
7. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat
8. Keterbelakangan mental dan motorik.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA

Ibu hamil dengan perut mules mau melahirkan.


RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Pasien datang dengan keluhan perut mules ingin melahirkan sejak


pagi tadi. Keluhan tidak disertai dengan keluar darah, lendir ataupun
air-air dari jalan lahir. Pasien mengaku akhir-akhir ini sering kelelahan
karena melakukan aktivitas rumah tangga yang berat. Riwayat
keputihan, trauma, perut diurut-urut, minum jamu atau obat, sakit
kepala hebat, demam disangkal. Os mengaku hamil anak kedua dan
gerakan anak masih dirasakan.
ANAMNESIS
Riwayat Menstruasi
Riwayat ANC
Riwayat Perkawinan

Riwayat Persalinan
Riwayat Kontrasepsi

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Keluarga


PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN
SPESIFIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS

G2P1A0 hamil 33-34 minggu dengan partus


prematurus imminens dan riwayat sc 1x janin
tunggal hidup presentasi kepala.
TATALAKSANAAN
BAB IV
PEMBAHASAN
G2P1A0 hamil 33-34 minggu dengan partus prematurus imminens
dan riwayat sc 1x janin tunggal hidup presentasi kepala.

Penulisan diagnosis pada pasien ini sudah tepat apabila ditinjau


dari penulisan diagnosis obstetri, dimana diawali dengan diagnosis
ibu, diagnosis persalinan dan terakhir diikuti dengan diagnosis
janin.
Diagnosis partus prematurus imminens berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Persalinan preterm adalah persalinan yang
berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Anamnesis, pasien mengeluh perut mulas sejak pagi tadi (pukul 07.00 WIB).
Mules yang dirasakan makin lama semakin sering. Keluhan mules tidak
disertai dengan tanda-tanda inpartu seperti keluar darah bercampur lendir
ataupun air-air dari jalan lahir. Pasien mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering
kelelahan karena melakukan aktivitas rumah tangga yang berat. HPHT tanggal
30 Juni 2018  Usia kehamilan 33-34 minggu.

Kriteria diagnosis partus prematurus imminens dari anamnesis yaitu usia


kehamilan 20-37 minggu, adanya kontraksi uterus yang berulang sedikitnya
setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit, mengeluarkan
lendir pervaginam yang bercampur darah.
Pemeriksaan dalam  Tidak dilakukan.

Partus Prematurus Imminens pada pemeriksaan dalam 


pemeriksaan serviks telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan
penipisan 50-80% dan presentasi sudah janin rendah.

Tinggi fundus uteri 27cm atau 3 jari dibawah processus xiphoideus


 kehamilan yang preterm (33-34 minggu).

Penegakkan diagnosis partus premmaturs imminens sudah tepat.


Pemeriksaan penunjang  USG

Pemeriksaan penunjang berupa ultrasonografi (USG) dapat berguna


untuk mendapati bila ketebalan serviks <3 cm, dapat dipastikan
akan terjadi persalinan preterm dan berguna untuk memastikan usia
kehamilan.
Dalam menghadapi kasus PPI ada 3 kemungkinan, yaitu :
• Mempertahankan kehamilan
• Menunda persalinan 2-3 hari untuk dapat memberikan obat pematangan paru
janin
• Membiarkan terjadi persalinan
Penanganan awal yang diberikan pada pasien ini adalah dengan melakukan
observasi keadaan umum, tanda vital ibu, denyut jantung janin, his dan
pemberian O2 5liter dengan nasal canul.
IVFD RL + MgSO4 40% 15cc gtt XV x/menit dan dilanjutkan dengan
pemberian MgSO4 40% 10cc + Aquades 10cc bolus pelan.

• Di Amerika Serikat  obat tokolitik utama karena murah, mudah cara


pemakaiannya, resiko terhadap sistem kardiovaskular rendah dan
menimbulkan efek samping yang minimal terhadap ibu, janin dan neonatal.
• MgSO4  dosis awal 4-6 gr secara intravena yang diberikan selama 15-30
menit dan diikuti dengan dosis 2-4 gr/jam selama 24 jam.
• Intoksikasi MgSO4 dapat dihindari dengan memastikan bahwa pengeluaran
urin yang memadai, refleks patella ada, dan tidak ada depresi pernapasan.
• Untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya intoksikasi dari MgSO4
maka perlu disedakan kalsium glukonas 1 gr sebagai anti dotum.
Pemberian Nifedipine 4x10 mg tab/PO

Kalsium antagonis, nifedipin 10 mg/oral dapat diulang 2-3 kali/jam,


dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat
diberikan lagi jika timbul kontaksi berulang dengan dosis
maintenance 3x10 mg.7 Pemberian Nifedipine berperan sebagai
penghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik.
Cefotaxime 2x1 gr/IV (skin test)

Pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka kejadian


korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Obat diberikan per oral,
yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat
pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat
menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan
pemberian ko-amoksiklaf karena risiko necrotising enterocolitis.7
Deksametason 1x6 mg /IV

Kortikosteroid  pematangan surfaktan paru janin, menurunkan insidensi


RDS, mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya menurunkan
kematian neonatus.7 Pematangan surfaktan paru janin perlu diberikan jika usia
kehamilan <35 minggu (pada pasien ini usia kehamilan 33-34 minggu)
sehingga pemberian Deksametason pada kasus ini sudah tepat. Pemberian
steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Selain
Deksametason pilihan kortikosteroid lainnya adalah Betametason 2 x 12 mg
i.m dengan jarak pemberian 24 jam.
Skor tokolisis Baumgarten = 1 sehingga dengan pemberian agen tokolisis
tingkat keberhasilan sebesar 97% yaitu kemungkinan persalinan preterm 97%.

Masih sering kontroversi dalam cara persalinan kurang bulan seperti apakah
sebaiknya persalinan berlangsung pervaginam atau seksio sesaria terutama
pada berat janin yang sangat rendah dan preterm sungsang, Bila janin
presentasi kepala, maka diperbolehkan persalinan pervaginam. Seksio sesaria
tidak memberikan prognosis yang lebih baik bagi bayi bahkan merugikan ibu.
Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor yaitu keadaan
selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak dihambat bilamana selaput
ketuban sudah pecah, pembukaan serviks mencapai 4 cm, persalinan dapat
dipertimbangkan berlangsung bila TBJ> 2000 atau usia kehamilan > 34
minggu, penyebab/ komplikasi dari persalinan preterm. Pada kasus ini,
kehamilan pada pasien ini dapat dipertahankan karena pada pemberian agen
tokolisis tingkat keberhasilan sebesar 97% yaitu kemungkinan persalinan
preterm 97%. Sehingga penatalaksanaan terhadap pasien ini sudah tepat.
BAB V
SIMPULAN
SIMPULAN
1. Penegakan diagnosis partus prematurus
iminens pada pasien ini sudah tepat
sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada
pasien ini sudah tepat dari segi maternal
dan neonatal.
SARAN
1.Edukasi kepada semua ibu hamil  agar
rutin melakukan pemeriksaan kehamilan,
sehingga jika terdapat keluhan selama
kehamilan dapat ditatalaksana dengan tepat.
2.Pencegahan terhadap partus prematurus
imminens dengan berkonsultasi ke dokter
Sp. OG di rumah sakit.
Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai