Anda di halaman 1dari 19

JOURNAL READING

Incidence and Risk Factors for Preeclampsia in A Cohort of Healthynulliparous


Pregnant Women: A Nested Case-Control Study

Sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik Madya


Ilmu Kesehatan Obstetri dan Ginekologi

Disusun Oleh:
Aminah
H1A 015 006

Pembimbing:
dr. Agus Rusdhy Hariawan H., Sp.OG (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RSUD PROVINSI NTB
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penugasan Journal

Reading ini. Tugas ini saya susun dalam rangka memenuhi syarat dalam proses

mengikuti kepaniteraan klinik madya di bagian Ilmu Kesehatan Obstetri dan

Ginekologi RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat, Fakultas Kedokteran Universitas

Mataram. Ucapan terima kasih kepada dr. Agus Rusdhy Hariawan H., Sp.OG (K)

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam

menyusun Journal Readimg ini.

Penulis berharap Journal Reading ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya di bidang ilmu kedokteran. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk penyusunan Journal Reading yang lebih baik.

Mataram, 15 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2

DAFTAR ISI...................................................................................................... 3

IDENTITAS JURNAL....................................................................................... 4

ISI JURNAL....................................................................................................... 4

ANALISA JURNAL.......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19

3
I. IDENTITAS JURNAL
Judul : Incidence and risk factors for preeclampsia in a cohort of
healthy nulliparous pregnant women: a nested case-control
study

Penulis : Jussara Mayrink, Renato T. Souza, Francisco E. Feitosa,


Edilberto A. Rocha Filho, Débora F. Leite, Janete Vettorazzi,
Iracema M. Calderon, Maria H. Sousa, Maria L. Costa, Philip
N. Baker, Jose G. Cecatti dan Preterm SAMBA study group

Jurnal : Scientific Reports

Tahun terbit : 2019

II. ISI JURNAL

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kejadian, faktor-faktor risiko
sosio-demografi dan klinis untuk preeklampsia dan dampaknya bagi ibu dan
perinatal. Penelitian ini merupakan suatu nested case-control study yang berasal dari
studi kohort multisenter Preterm SAMBA, di lima senter berbeda di Brasil, dengan
wanita hamil nulipara yang sehat. Data klinis dikumpulkan secara prospektif, dan
faktor risiko dinilai secara komparatif antara kasus PE dan kontrol menggunakan risk
ratio (RR) (95% CI) dan analisis multivariat. Data lengkap tersedia untuk 1.165
peserta. Insiden preeklampsia adalah 7,5%. Indeks massa tubuh ditentukan pada
kunjungan medis pertama dan tekanan darah diastolik lebih dari 75 mmHg pada usia
kehamilan 20 minggu secara independen berhubungan dengan terjadinya
preeklampsia. Wanita dengan preeklampsia mengalami insiden yang lebih tinggi dari
dampak preeklampsia bagi ibu, termasuk operasi caesar (3,5 kali lipat), kelahiran
prematur di bawah 34 minggu kehamilan (3,9 kali lipat) dan perawatab lebih lama

4
lebih dari 5 hari (5,8 kali lipat) daripada kontrol. Mereka juga memiliki hasil perinatal
yang lebih buruk, termasuk berat badan lahir rendah (rata-rata 379 g lebih rendah),
kecil untuk usia kehamilan (RR 2.45 [1.52-3.95]), skor Apgar 5 menit kurang dari 7
(RR 2.11 [1.03-4.49]) , Perawatan NICU (RR 3.34 [1.61-6.9]) dan Neonatal Near
Miss (3.65 [1.78-7.79]). Tingkat kenaikan berat badan per minggu, obesitas dan
tekanan darah diastolik yang sama dengan atau lebih tinggi dari 75 mmHg pada usia
kehamilan 20 minggu terbukti berhubungan dengan preeklamsia. Preeklampsia juga
menyebabkan jumlah yang lebih tinggi untuk C-section dan perawatan rumah sakit
yang lama, di samping hasil neonatal yang lebih buruk.

Pendahuluan

Preeklamsia dianggap sebagai penyebab penting kematian ibu dan morbiditas ibu
yang berat. Untuk setiap wanita yang meninggal, diperkirakan sekitar 20 wanita lain
menderita morbiditas dan kecacatan yang parah. Mengingat implikasi sosial dan
ekonomi dari kondisi ini, upaya besar telah dilakukan untuk secara cepat mencegah,
mendiagnosis dan mengobati preeklampsia.

Besarnya masalah di beberapa tempat di dunia masih belum sepenuhnya diketahui,


terutama di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Secara khusus,
kejadian aktual preeklampsia sebagian besar masih belum diketahui. Biasanya ada
pelaporan suboptimal dari penyakit ini, yang mengarah pada kendala aplikabilitas
kesehatan masyarakat. Aspek penting lainnya adalah identifikasi wanita hamil yang
berisiko mengalami preeklampsia, terutama pada wanita nulipara yang tidak memiliki
catatan riwayat kehamilan. Dari faktor risiko klinis hingga teknologi 'omics', saat ini
belum ada satu pun prediktor yang baik untuk preeklampsia.

Faktor klinis tetap merupakan cara yang murah dan cepat untuk memprediksi
terjadinya preeklampsia. Studi saat ini bertujuan untuk mengevaluasi kejadian
preeklampsia dan sub-fenotipnya (onset dini dan onset lambat), faktor risiko sosio-

5
demografi dan klinis untuk preeklampsia, serta menilai kemampuan untuk
memprediksi gangguan ini dalam kelompok wanita hamil nulipara yang sehat di
Brazil.

Hasil

Gambar 1 : Alur penelitian

Di antara 1.373 peserta yang diskrining untuk kelayakan dalam studi Preterm
SAMBA, data hasil kehamilan lengkap tersedia untuk 1.165 wanita (Gambar 1).
Preeklamsia berkembang di 87 peserta (7,5%), di antaranya 14 peserta (16,1%)
memiliki preeklamsia onset dini sedangkan 73 sisanya onset lambat. Karakteristik

6
sosio-demografis wanita yang mengembangkan preeklampsia dan kontrol
ditunjukkan pada Tabel 1. Di antara karakteristik pasien, tingkat kenaikan berat badan
per minggu sama dengan atau lebih dari 0,75 kg, obesitas (BMI> 30,9 Kg / m2) dan
tekanan darah diastolik sama dengan atau lebih tinggi dari 75 mmHg pada usia
kehamilan 20 minggu dikaitkan dengan lebih dari dua kali risiko preeklampsia (Tabel
1).

Tabel 1. Karakteristik klinis dan sosio-demografi subjek penelitian

7
Preeklampsia berdampak buruk bagi keduanya, baik ibu dan neonatusnya (Tabel 2).
Wanita dengan preeklampsia memiliki risiko relatif 3,58 untuk operasi caesar,
sementara rawat inap selama 5 hari atau lebih hampir 6 kali lipat lebih tinggi. Wanita
dengan preeklampsia memiliki lebih banyak kelahiran prematur pada usia kehamilan
kurang dari 34 minggu (3,97 kali lipat) dibandingkan kontrol. Neonatus wanita

8
dengan preeklampsia memiliki berat lahir yang jauh lebih rendah (rata-rata 379 g
lebih rendah), dan ada risiko dua kali lipat hingga tiga kali lipat lebih tinggi untuk
terjadinya bayi kecil untuk usia kehamilan, skor Apgar 5 menit kurang dari 7,
perawatan NICU dan kejadian Neonatal Near Miss. Hanya ada satu kasus kematian
janin, yang terjadi pada seorang wanita berusia 26 tahun, pada usia kehamilan 26
minggu. Pasien tersebut dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala. Tekanan
darah arteri 170 × 110 mmHg, protein dalam urinalisis dipstik +3 dan tidak ada detak
jantung janin yang diidentifikasi. Induksi persalinan berlangsung selama 24 jam,
menghasilkan persalinan pervaginam dengan berat bayi 620 gram.

Tabel 2. Dampak preeklampsia bagi ibu dan neonatus

9
Pada analisis multivariat, tekanan darah diastolik pada usia kehamilan 20 minggu dan
BMI saat pendaftaran secara independen terkait dengan terjadinya preeklampsia,
dengan rasio risiko yang disesuaikan sebesar 1,04 (Tabel 3).

Tabel 3. Analisis multivariat

Diskusi

Penelitian ini mengungkapkan bahwa kejadian preeklampsia adalah 7,5% pada


kelompok wanita hamil nulipara yang sehat dari tiga wilayah Brasil yang berbeda,
yang lebih tinggi dari nilai yang diperoleh dari penelitian kohort lain. Analisis saat ini
hanya mampu mengidentifikasi tiga faktor yang secara signifikan terkait dengan
perkembangan preeklampsia: tingkat kenaikan berat badan per minggu, obesitas dan

10
nilai tekanan darah diastolik yang diukur pada usia kehamilan 20 minggu sama atau
lebih tinggi dari 75 mmHg. Rendahnya jumlah kasus preeklampsia dalam sampel ini
mungkin mencegah kami mengidentifikasi faktor-faktor tambahan, membatasi
kapasitas untuk memprediksi preeklampsia dengan menggunakan komposisi faktor.
Tidak mengherankan, temuan kami pada hasil ibu dan perinatal menambah dukungan
untuk penelitian lain, menunjukkan peningkatan frekuensi operasi caesar, kelahiran
prematur, neonatal near miss, skor Apgar 5 menit kurang dari 7 dan berat lahir
rendah pada kehamilan dipersulit oleh preeklampsia. Proporsi yang lebih tinggi dari
hasil perinatal yang merugikan ini, termasuk berat lahir rendah, juga terkait dengan
peningkatan kejadian kelahiran prematur di antara wanita preeklampsia.

Sepengetahuan kami, ini adalah pertama kalinya sebuah kelompok wanita hamil
nulipara yang sehat di Brasil menerima tindak lanjut dengan akuisisi data tentang
kejadian preeklampsia. Cara perhitungan tingkat kenaikan berat badan adalah
keterbatasan analisis penelitian ini. Pasien direkrut dari usia kehamilan 19-21 minggu
hingga akhir perawatan prenatal. Karena ukuran waktu terakhir dilakukan antara 37
dan 39 minggu kehamilan, seperempat kasus preeklampsia (22,9%) tidak
dimasukkan. Bias potensial - kausalitas terbalik - dapat terjadi, karena setelah
preeklampsia didiagnosis, berat badan dipengaruhi oleh edema, fitur potensial dari
penyakit ini. Karakteristik lain yang membatasi adalah bahwa database tidak
memiliki informasi tentang waktu yang tepat ketika obat antihipertensi (jika
digunakan) dimulai.

Dalam kohort kami, data tentang kejadian aktual preeklampsia benar-benar berbeda
dari temuan tinjauan sistematis yang diterbitkan pada tahun 2008 yang menunjukkan
prevalensi 1,5% untuk preeklampsia dan 0,6% untuk eklampsia. Menurut para penulis
tinjauan tersebut, jumlah mereka mungkin rendah di beberapa daerah karena
kurangnya informasi. Hampir 10 tahun kemudian, sebuah penelitian yang
dilaksanakan di Brasil menunjukkan bahwa prevalensi preeklampsia adalah 8,1% di
wilayah tertentu. Penelitian kami saat ini mengungkapkan bahwa kejadian

11
preeklampsia adalah 7,5% pada kelompok nulipara wanita hamil yang sehat, yang
lebih tinggi dari nilai yang diperoleh dari kohort lain. Tingginya prevalensi obesitas
pada populasi kami dapat menjelaskan tingginya kejadian preeklampsia pada
penelitian ini. Meskipun kurangnya data yang tersedia tentang topik ini di negara
kami, sebuah studi cross-sectional baru-baru ini yang melibatkan 1.279 wanita hamil
menunjukkan bahwa prevalensi kelebihan berat badan atau obesitas selama
kunjungan pranatal pertama hampir 40%.

Karena tingginya insiden dan potensi dampak preeklampsia, penting untuk


menemukan alat yang efektif yang menyediakan identifikasi awal wanita hamil yang
berisiko tinggi untuk penyakit ini, dalam rangka menerapkan tindakan pencegahan
dan menghindari konsekuensi berbahaya. Pencarian untuk model prediktif dengan
penerapan global yang luas telah dimulai, didorong oleh hasil yang dicapai oleh
penelitian yang menggunakan aspirin dosis rendah sebagai profilaksis. Namun,
prediksi preeklampsia cukup menantang, mengingat kompleksitas etiologinya. Tidak
mungkin bahwa faktor risiko tunggal akan dapat memprediksi terjadinya kondisi ini.
Selain itu, hasil kami berasal dari wanita yang awalnya diskrining sekitar 20 minggu,
setelah periode ketika beberapa tindakan pencegahan yang dikenal direkomendasikan
untuk dimulai.

Faktor klinis ibu telah muncul sebagai alternatif skrining yang menarik. Pada tahun
2010, pedoman dari National Collaborating Centre for Women’s and Children’s
Health merekomendasikan penggunaan faktor klinis ibu sebagai tes skrining.
Menurut pedoman itu, riwayat gangguan hipertensi gestasional sebelumnya, penyakit
autoimun (lupus eritematosa sistemik atau sindrom antifosfolipid), penyakit ginjal
kronis, diabetes, dan hipertensi kronis dianggap sebagai faktor risiko tinggi. Begitu
salah satu dari faktor-faktor ini ditemukan maka tindakan pencegahan harus dimulai.
Proposal skrining NICE dinilai dalam studi prospektif yang melibatkan populasi
heterogen yang terdiri dari wanita hamil nulipara dan multipara. Tingkat deteksi 37%
dan 28,9% diperoleh untuk onset dini (sebelum 34 minggu kehamilan) dan onset

12
lambat (pada atau setelah 34 minggu kehamilan), masing-masing kasus preeklampsia.
Angka-angka ini dikonfirmasi dalam penelitian lain yang menerapkan kriteria NICE
dengan sepertiga dari kasus preeklampsia yang diidentifikasi.

Kohort kami mengidentifikasi hanya tiga faktor yang berkaitan dengan peningkatan
risiko preeklampsia: tingkat kenaikan berat badan per minggu, obesitas dan nilai
tekanan darah diastolik yang diukur pada usia kehamilan 20 minggu sama dengan
atau lebih tinggi dari 75 mmHg. Sebuah kohort lebih dari 62.000 wanita hamil
nulipara menghasilkan temuan yang sama mengenai pengaruh kenaikan berat badan
per minggu pada risiko preeklampsia. Kami juga memperkuat bukti sebelumnya
bahwa obesitas merupakan predisposisi terjadinya preeklampsia, terutama pada
kasus-kasus dengan onset lambat. Ini mungkin terkait dengan sifat inflamasi jaringan
adiposa dan pengaruhnya terhadap fungsi endotel. Mempertimbangkan bahwa BMI
dan tingkat kenaikan berat badan adalah faktor risiko yang dapat dimodifikasi,
pengetahuan terkonsolidasi dari fungsi prediktifnya menekankan pentingnya
konseling antenatal dan tindak lanjut perawatan prenatal.

Kohort kami dari wanita hamil nulipara sehat juga menunjukkan bahwa tekanan
darah diastolik lebih tinggi dari 75 mmHg berkorelasi dengan terjadinya
preeklampsia. Temuan ini bertentangan dengan penelitian lain, yang menunjukkan
bahwa tekanan darah arteri rata-rata merupakan prediktor yang lebih baik terhadap
preeklampsia pada kelompok wanita hamil yang sehat.

Kekuatan prediktif sederhana yang dicapai melalui model dengan hanya faktor klinis
ibu telah mendorong studi prospektif di antara populasi heterogen. Studi-studi ini
menggunakan analisis multivariat yang menggabungkan faktor klinis ibu dengan
elemen lain seperti pemeriksaan Doppler arteri uterin dan serum biomarker, untuk
mengembangkan algoritma prediksi preeklampsia. Meskipun tingkat deteksi
algoritma yang dihasilkan adalah tinggi, penelitian ini dilaksanakan di antara populasi
wanita hamil yang heterogen dengan risiko tinggi mengalami preeklampsia. Selain

13
itu, penelitian ini tidak memisahkan wanita nulipara, yang merupakan batasan. Telah
diketahui bahwa faktor klinis prediktif yang paling konsisten untuk preeklamsia, yang
merupakan riwayat preeklampsia sebelumnya, tidak dapat diterapkan pada ibu yang
baru pertama kali hamil.

Faktor biokimia telah dipelajari, dengan hasil sederhana dalam hal potensi prediksi.
Selain itu, potensi biaya yang dikeluarkan dan teknologi yang tersedia untuk
pemrosesan biomarker merupakan faktor pembatas untuk digunakan dalam skala
besar, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Dengan
demikian, faktor risiko klinis terus memainkan peran penting sebagai instrumen
skrining yang murah dan nyata untuk preeklampsia.

Sampai saat ini, tidak ada tes skrining tunggal yang menunjukkan spesifisitas dan
sensitivitas yang cukup akurat untuk memprediksi kasus preeklampsia. Nilai faktor
risiko klinis, penanda biokimiawi, Doppler uterus sebagai penanda prediktif terbaik
untuk semua wanita yang diprediksikan akan mengembangkan preeklampsia. Ini
mungkin karena etiologi multifaktorial dari kondisi tersebut. Semua faktor genetik,
imunologis, lingkungan, dan maternal memberikan kontribusi terhadap kejadian
preeklampsia. Meskipun penelitian telah berlangsung beberapa dekade, sebuah teka-
teki masih ada seputar model tes skrining yang berguna dan akurat untuk
mengidentifikasi wanita hamil sejak dini, terutama pada kelompok nulipara, yang
berisiko tinggi untuk mengalami preeklampsia. Penelitian dalam bidang ini sangat
penting.

Metode

Penelitian ini merupakan nested case-control study yang berasal dari analisis
sekunder dari studi Preterm-SAMBA (Penapisan Awal dan Metabolomik di Brasil dan
Auckland), sebuah studi kohort multisenter prospektif yang dilakukan di lima senter
Brasil antara Juli 2015 dan Maret 2018. Protokol penelitian sebelumnya diterbitkan di

14
tempat lain. Secara singkat, desain penelitian asli didasarkan pada tujuan utama
mengembangkan model prediksi untuk kelahiran prematur. Studi ini dikembangkan
dalam dua fase: fase penemuan dan fase validasi. Fase pertama adalah studi kasus-
kontrol, yang melibatkan peserta dari studi yang dijelaskan sebelumnya. Pada fase
validasi, model prediksi divalidasi dalam kelompok Preterm SAMBA Brasil. Dampak
preeklampsia dianggap sebagai tujuan sekunder. Untuk pendekatan dalam studi ini,
kasus adalah wanita yang mengembangkan preeklampsia dan kontrol adalah semua
wanita yang terbebas dari preeklampsia. Studi preterm-SAMBA dilakukan sesuai
dengan pedoman Deklarasi Helsinki. Persetujuan yang tepat diperoleh dari lima
senter yang terlibat dalam penelitian ini. Semua peserta yang direkrut memberikan
persetujuan tertulis.

Partisipan

Studi ini mendaftarkan wanita hamil nulipara sehat antara 19 dan 20 + 6 minggu
kehamilan, dengan kehamilan tunggal, dari lima pusat berbeda di Brasil (dari
Campinas, Botucatu, Recife, Fortaleza dan Porto Alegre). Kriteria eksklusi adalah: 3
atau lebih aborsi sebelumnya; jahitan serviks; malformasi janin; hipertensi kronis
yang membutuhkan obat antihipertensi dan / atau diabetes dan / atau penyakit ginjal;
tekanan darah arteri lebih tinggi dari 160 × 100 mmHg pada saat pendaftaran; Lupus
Erythematosus sistemik dan / atau sindrom antifosfolipid; penyakit sel sabit; Infeksi
HIV; kelainan uterus kongenital (uterus bikornuata, uterus septat); biopsi serviks
sebelumnya; paparan kronis terhadap kortikosteroid atau kalsium pada dosis di atas 1
g atau minyak ikan dengan dosis di atas 2,7 g per hari atau vitamin C di atas 1000 mg
per hari atau vitamin E di atas 400 UI per hari; penggunaan heparin atau aspirin
(segala bentuk sediaan). Kriteria inklusi dan eksklusi kami diputuskan untuk
diselaraskan dengan penelitian lain, yang sebelumnya diterbitkan yang disebut
dengan SCOPE yang menggunakan kriteria yang persis sama. Ini adalah alasan

15
mengapa obesitas tidak dianggap sebagai kriteria eksklusi, meskipun bagi beberapa
penulis dianggap sebagai faktor risiko utama untuk preeklampsia.

Estimasi Jumlah Sampel

Ukuran sampel dihitung berdasarkan hasil primer - kelahiran prematur. Dengan


asumsi kesalahan tipe I 5% dan akurasi tes setidaknya 0,68 sesuai dengan area di
bawah kurva ROC, dan untuk menguji hipotesis dengan daya yang memadai (daya
80%, β = 0,2), ukuran sampel akan perlu untuk mendekati 80 kasus persalinan
prematur. Prevalensi minimum yang diharapkan dari hasil ini dianggap 7% di Brasil,
oleh karena itu ukuran sampel dihitung pada 1.150 wanita. Selain itu, mengingat
bahwa prevalensi rata-rata preeklampsia diamati dalam penelitian yang lebih besar
sekitar 5-6% di antara wanita nulipara, diantisipasi bahwa kohort ini akan
menggabungkan sekitar 58 hingga 69 kasus preeklampsia.

Prosedur

Semua langkah dari studi utama telah dijelaskan sebelumnya. Data dikumpulkan pada
tiga titik kunjungan yang berbeda selama masa tindak lanjut. Pada kunjungan
pertama, antara 19 dan 21 minggu kehamilan, penilaian lengkap dilakukan untuk
mengumpulkan informasi tentang karakteristik sosiodemografi, riwayat keluarga
reproduksi, penyakit saat ini atau sebelumnya, kebiasaan pribadi, dengan tindak lanjut
lengkap hingga pengiriman dan periode postpartum. Selama wawancara, data
dimasukkan ke dalam database pusat dengan akses internet dan jejak audit lengkap
(MedSciNet). Pengukuran antropometri ditambah penilaian gizi juga dilakukan.
Evaluasi yang sama dilakukan pada kedua kunjungan berikutnya, pada 27-29 minggu
kehamilan dan 37-39 minggu kehamilan.

Outcome

16
Hasil yang menarik untuk analisis saat ini adalah preeklampsia. Dalam penelitian ini,
preeklamsia didefinisikan sebagai hipertensi (SBP ≥ 140 dan / atau DBP> 90 mmHg)
dalam setidaknya dua periode waktu yang berbeda, dikombinasikan dengan
proteinuria (300 mg / 24 jam atau setidaknya 1 g / L [2] +] pada tes dipstik atau cari
protein / kreatinin urine> 30 mg / mmol [0,3 mg / mg]). Preeklamsia juga
diklasifikasikan sebagai onset dini ketika didiagnosis sebelum usia kehamilan 34
minggu dan onset lambat jika tidak. Dengan tidak adanya proteinuria, gangguan ini
juga didefinisikan sebagai terjadinya komplikasi sistemik / disfungsi organ termasuk:

• Komplikasi hematologis (trombositopenia - jumlah trombosit di bawah


100.000 / dL, DIC, hemolisis)

• Disfungsi hati (peningkatan enzim hati - setidaknya dua kali batas atas
kuadran kanan atas + kanan atau nyeri perut epigastrium)

• Disfungsi neurologis (eklampsia, perubahan status mental, kebutaan, stroke,


hiperrefleksia dengan clonus, sakit kepala parah, skotomata visual bila
persisten)

• Disfungsi ginjal (kreatinin> 1,2 mg / dL).

Analisis Statistik

Kami menentukan kejadian umum preeklampsia dan preeklampsia onset dini dan
onset lambat. Beberapa faktor sosio-demografis, faktor klinis dan kebiasaan gaya
hidup dianggap sebagai faktor risiko potensial. Lebih lanjut, hasil maternal dan
neonatal terkait dengan preeklampsia juga dibahas. Analisis bivariat dilakukan untuk
memperkirakan Rasio Risiko (RR) dan Interval Kepercayaan masing-masing 95%,
menggunakan Student’s t, chi-square or Fisher’s exact tests yang sesuai. Akhirnya,
analisis multivariat dengan model regresi Poisson dilakukan untuk mengidentifikasi
faktor mana yang secara independen terkait dengan preeklampsia dalam sampel ini,

17
memperkirakan RR yang disesuaikan untuk mereka yang diidentifikasi. Setiap pusat /
rumah sakit dianggap sebagai Unit Sampling Primer (PSU) dalam setiap analisis.
Perangkat lunak SPSS versi 20.0 dan perangkat lunak Stata versi 7.0 digunakan untuk
analisis.

Konsiderasi Etik

Studi saat ini adalah analisis tambahan (preeklampsia) dari hasil dari kohort Brasil
pada perempuan nulipara berisiko rendah berjudul "Preterm SAMBA" yang didukung
secara finansial oleh Bill and Melinda Gates Foundation dan CNPq Brasil. Studi
Preterm SAMBA telah ditinjau dan disetujui oleh Brazilian National Committee for
Ethics in Research (CONEP) dan oleh Institutional Review Board (IRB) dari pusat
koordinasi (Surat persetujuan 1.048.565 dikeluarkan pada 28 April 2015) dan dari
semua pusat peserta Brasil lainnya. Sebelum pendaftaran, setiap wanita dijelaskan
secara lengkap tentang penelitian ini dan menandatangani formulir persetujuan.

III. ANALISA JURNAL

3.1 Kelebihan Jurnal

 Judul dan abstrak disampaikan secara informatif dan sesuai dengan isi jurnal
 Latar belakang dan tujuan penelitian dari jurnal ini dijabarkan secara jelas
 Jurnal ini dilengkapi dengan berbagai tabel yang meringkas hasil penelitian
dengan lengkap
 Penelitian ini melakukan tindak lanjut pada subjek penelitian yang mengalami
preeklampsia

3.2 Kekurangan Jurnal

18
 Rendahnya angka kejadian preeklampsia dalam penelitian ini mungkin
membatasi peneliti dalam mengidentifikasi faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kejadian preeklampsia
 Skrining dilakukan pertama kali pada usia kehamilan 20 minggu yang mana
pada periode tersebut beberapa profilaksis preeklampsia direkomendasikan
untuk diberikan sehingga mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini
 Jurnal ini tidak disusun secara sistematis dimana hasil dan diskusi diletakkan
di depan sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami penelitian karena
metode dan cara penelitian dijelaskan di akhir

IV. DAFTAR PUSTAKA

Mayrink, J., Souza, R. T., Feitosa, F. E., et al. Incidence and risk factors for
preeclampsia in a cohort of healthy nulliparous pregnant women: a nested
case-control study. Scientific Reports. 2019. Vol. 9 (9517).

19

Anda mungkin juga menyukai