Anda di halaman 1dari 435

BUKU ILMIAH FETOMATERNAL

"Better knowledge & Skills


for Better Prognosis"

Editor:
Budi Handono
Anita Deborah Anwar
Jusuf Sulaeman Effendi
Setyorini Irianti
Muhammad Alamsyah Aziz
Akhmad Yogi Pramatirta
Amillia Siddiq
Febia Erfiandi
Adhi Pribadi

Diterbitkan atas kerjasama:


Kedokteran Fetomaternal
Indonesia
&
Departemen
Obstetri & Ginekologi
FK Unpad /RS. Dr. Hasan Sadikin
Bandung
2019
Buku Ilmiah Fetomaternal
“Better knowledge & Skills for Better
Prognosis”

Editor:

Budi Handono
Anita Deborah Anwar
Jusuf Sulaeman Effendi
Setyorini Irianti
Muhammad Alamsyah Aziz
Akhmad Yogi Pramatirta
Amillia Siddiq
Febia Erfiandi
Adhi Pribadi

ISBN :
Layout : Asep Rahman
Diterbitkan Oleh,
Divisi Fetomaternal KSM/Dep Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan seba-
gian atau seluruh isi buku tanpa ijin tertulis dari penerbit
Sanksi pelanggaran pasal 72 Undang-Undang R.I. No.19 tahun 2002 tentang hak cipta :
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara masingmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling sedikit
Rp.1.000.000,00 (satu juta), atau pidana penjara paling lama 7 (Tujuh) tahun dan / atau
denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan , atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Salam sejahtera buat kita semua.

Kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan syukur bahwa buku ilmiah fetomaternal 2019 dapat
disusun dan diterbitkan. Saat ini tuntutan masyarakat untuk mendapatkan kesehatan kehamilan,
keamanan persalinan dan nifas serta kesehatan bayi yang dilahirkan semakin meningkat, sehingga
untuk tujuan tersebut perlu dilakukan upaya penyegaran ilmu dan keterampilan untuk dokter dan
spesialis obgyn salah satunya adalah melalui kegiatan dan buku ilmiah .
Buku ilmiah fetomaternal dibuat sebagai kompilasi dari makalah yang dikumpulkan agar dapat
disebarluaskan dan menunjang kegiatan klinis hari-hari. Tema yang kami usung untuk buku ini adalah
“BETTER KNOWLEDGE AND SKILLS FOR BETTER PROGNOSIS” yang mencerminkan tantangan semakin
besar yang dihadapi dalam bidang Fetomaternal. Dalam buku Ilmiah ini berusaha dikupas masalah-
masalah fetomaternal yang semakin menonjol di Indonesia dan juga di dunia, dari segi basic science
sampai aplikasi penerapannya di lapangan.
Penyusun ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi penulis yang bersusah payah
menyumbangkan makalahnya. Bagi pembaca mudah-mudahan dapat menambah manfaat dan
membantu dalam praktis klinis sehari-hari.
Terima kasih

Bandung Februari 2019

Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Prof. Dr. Jusuf Sulaeman Effendi, dr.,SpOG(K)
DAFTAR ISI

1. Abortus Berulang : Heparin atau LMWH 1


Donel Suhaimi
2. Aktivitas Antenatal dada Wanita Hamil Kelebihan Berat Badan dan Obesitas 6
I Nyoman Hariyasa Sanjaya
3. Apakah Masih Diperlukan Pemeriksaan TORCH pada Setiap Kehamilan ? 10
Sofie Rifayani Krisnadi
4. Peran Antitrombotik pada Kehamilan Risiko Tinggi 19
Ali Sungkar
5. Apakah Pemberian Anti Trombotik Harus Diberikan pada Seluruh Kehamilan 22
Dengan Autoimun ?
Deviana Soraya Riu
6. Cara Mengenali Risiko Abortus Berulang 27
Budi Handono
7. Detection of Aneuploidy During Pregnancy by Ultrasonography 36
Wiku Andonotopo
8. Efek Hipertiroid dan Hipotiroid pada Ibu Hamil dan Janin 40
Sarma Nursani Lumbanraja
9. Efek Teratogenik pada Penyakit Kronik dalam Kehamilan 43
Julian Dewantiningrum
10. Evidence Based : Peran Vitamin D dalam Program Pencegahan Preeklamsi 47
Setyorini Irianti
11. Faktor Prediktif Dan Upaya Pencegahan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) 50
John J. E. Wantania
12. Hubungan Infeksi Dengan Preeklampsia 56
Freddy W. Wagey
13. Is Early Detection Of Sflt-1/Plgf Ratio Effective ? 63
Letta Sari Lintang
14. Is There Alternative Therapy For Prevention Of Preeclampsia? 65
Cut Meurah Yeni
15. Kehamilan Dengan Kelainan Jantung pada Janin: Apa Yang Harus Dilakukan? 80
Rahmat Budi Kuswiyanto
16. Pertumbuhan Janin Terhambat 84
Johny Marpaung
17. Pencegahan Abortus pada Awal Kehamilan 88
Nuswil Bernolian
18. Persalinan pada Bekas Operasi Sesar 96
Putri Mirani
19. Prognosis Janin dengan Kelainan Kongenital 100
Efendi Lukas
20. Strategi Multi Modalitas Pencegahan Preeclampsia 104
Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma
21. Conjoined Twin : Prenatal Diagnosis, Obstetric Management and Prognosis; 114
A Literature Review
Herlambang herlambang1*, Muhammad Alamsyah Aziz 2, Amelia Dwi Fitri3
22. Tanda-Tanda Biomolekular Peradangan Serviks Sebagai Prediksi Persalinan 124
Preterm
Tjokorda Gde Agung Suwardewa
23. Prognosis pada Penyakit Jantung Kongenital 134
Adhi pribadi
24. Teknik USG Untuk Mendeteksi Edema Paru pada Preeklamsia 137
M. Alamsyah Aziz
25. Toleransi Imunologis pada Kehamilan dan Preeklampsia 141
Sri Sulistyowati
26. Twin To Twin Transfusion Syndrome : Apa yang Dapat Kita Lakukan Di Perifer? 149
M Adrianes Bachnas
27. Update Managemen Edema Paru pada Kasus Preeklampsia 153
I Wayan Artana Putra
28. Diagnosis Prenatal Hidrops Fetalis 159
Amillia Siddiq
29. Perkembangan Terkini Penyakit Autoimun pada Kehamilan 163
Anita Deborah Anwar
30. Kelainan Ekstremitas: yang Harus Terdiagnosa Selama Kehamilan 169
Makmur Sitepu
31. Terdiagnosis Kelainan Kongenital: Apa yang Dapat Dilakukan? 173
Ernawati
32. Patologi Sistem Saraf Pusat Janin. Waktu yang Tepat Untuk Mengidentifikasi 176
Aditiawarman, M Aldika Akbar, Ernawati D, Cininta P, Agus Sulistyono,
Erry Gumilar D
33. Obat Anti Koagulan Alternatif pada Kasus Obstetri Risiko Tinggi 179
Muhammad Ilham Aldika Akbar1
34. Sejauh Mana Penggunaan Modalitas Ultrasonik Dalam Pengembangan Bidang 181
Fetomaternal
Hidayat Wijayanegara
35. Tripel Eliminasi Hepatitis, Hiv Dan Sifilis Pencegahan Penularan dari Ibu Ke Bayi 185
Maisuri T. Chalid
36. Kelainan Apa yang Harus Dapat Dideteksi dalam Kehamilan untuk Pencegahan 189
PPROM
Besari Adi Pramono
37. Fetoscopy Laser Coagulation for Twin-to-twin Transfusion Syndrome: An 200
Experience of Single Center in Indonesia
Gatot Abdurrazak, Irvan Adenin, Sadina P Besar, Novan S Pamungkas,
Aditiya Kusuma, Adly Nanda Al Fattah, Lidomon Sali
38. What Can Be Done in Diagnosing,Estimating and Prevention of Pregnancy 207
Disturbance In First Trimester
Erry Gumilar D.
39. Persalinan pada Wanita Hamil dengan Penyakit Lupus (SLE) 210
Dovy Djanas
40. Pengakhiran Kehamilan Pada Plasenta Akreta 223
Agus Sulistyono
41. Asuhan Prenatal: Apa yang dapat Dilakukan pada Kehamilan dengan Kelainan 227
Autoimun?
Vaulinne Basyir
42. Adakah Upaya Pencegahan Pada Hidrops Fetalis? 231
Bambang Rahardjo
43. Aspek Genetik pada Preeklamsiaz 235
Johanes C. Mose
44. Cerclage vs Pesarium Arabin untuk Mencegah Kelahiran Preterm 238
Akhmad Yogi Pramatirta
45. Stunting Upaya Pencegahan Sejak Kehamilan 244
Erna Suparman
46. Sisi Lain Kematian Bumil dengan Kelainan Jantung Kelayakan Untuk Hamil 245
Hermanto Tri Joewono
47. Deteksi Kelainan Melalui Pendekatan 4 Chamber View dan Pembuluh Besar 246
Jantung
Adhi pribadi
48. Neurodevelopmental in Congenital Heart Diseases (CHD) 249
Adhi pribadi
49. Teknik Dasar dan Sistematika Pemeriksaan Jantung Janin 252
Akhmad Yogi Pramatirta
50. Amniosentesis dan Amnioreduksi 256
Johanes C. Mose
51. Anatomi Jantung 259
Amillia Siddiq
52. Doppler pada Obstetri 264
Makmur Sitepu
53. Identifikasi Edema Paru dengan USG 269
Triwedya Indra Dewi
54. Kelainan Kongenital pada Ekstremitas 272
Defrin
55. Kelainan Irama Jantung 278
Mintareja Teguh
56. Pengikatan Serviks (Cervical Cerclage) 284
Jeffry Iman Gurnadi
57. Placenta and Amnion Fluid 292
Aloysius Suryawan
58. Pre-Eclampsia and Iugr Screening With Doppler Ultrasound 304
Wiku Andonotopo
59. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik 308
Dudy Aldiansyah
60. Skoring MAP (Morbidly Adherent Placenta) 312
Yanuarman
61. Skrining Trimester Pertama 321
Aryani Azis
62. Teknik Pemasangan Pesarium 323
David Randel Christanto
63. Update Menagemen Edema Paru pada Kasus Preeklampsia 329
I Wayan Artana Putra
64. TRAP dan Cord Occlusion 335
I Wayan Artana Putra
65. Update Penatalaksanaan Sepsis Maternal 340
M. Alamsyah Aziz
66. Ultrasonografi (USG) Abdomen dan Ginjal 345
Rima irwinda
67. Update Neurosonografi 352
A.A.G. Putra Wiradnyana
68. Penanganan Syok Sepsis pada Pasien Peritonitis Diffusec Perforasi Duodenum 355
dengan Komplikasi Akut Kidney Injury di Ruang Intensif
Nurita dian Kestriani Saragi Sitio
69. Perubahan Fisiologi Ginjal dan Pencitraan Kelainan Ginjal dengan USG Pada 359
Kehamilan
Rudi Supriyadi
70. Identifikasi Syok Hipovolemik dengan Ultrasonografi 366
Indra Magda Tiara
71. Optimalisasi Penggunaan Alat Usg dalam Bidang Obstetri 371
Firman F. Wirakusumah
72. Up To Date Pemeriksaan Ultrasonografi Plasenta 374
Masita Fujiko
73. Fetal Anemia dan Transfusi Intrauterine 379
I Nyoman Hariyasa Sanjaya
74. Amniosintesis 384
A. A. G. Putra Wiradnyana
75. Infeksi Parvovirus B19 (B19) Pada Fetus 387
A. A. G. Putra Wiradnyana
76. Deteksi Dini Kelainan Bawaan : Anc Terfokus 390
Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma
77. Kontroversi Imunologi Preeklamsi 396
Anita Deborah Anwar
78. Manajemen Shock Hipovolemik 399
Lilia Mufida
79. Peran Doppler dalam Pengelolaan Kasus PJT 403
Yudianto Budi Saroyo
80. Biometri Janin 408
Isharyah Sunarno
81. Congenital pulmonary airway malformation (CPAM) 412
Dudy Aldiansyah
82. PPROM: Peran Amnioinfusion 416
M. Adrianes Bachnas
83. Fetal Heart Program at A Tertiary Center in Jakarta: One-year Surveillance 420
Irvan Adenin
84. Skrining USG Trimester 1 423
Eisenhower Sitanggang
85. Luaran Hasil Fetoskopi pada Kehamilan TTTS Tahun 2015-2019 di RSAB 426
Harapan Kita, Jakarta
Abburrazak Gatot
Abortus Berulang : Heparin atau LMWH

Donel Suhaimi
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau/
Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru

Pendahuluan abortus berulang.


ii. Faktor genetik; sebanyak 3%-5% kelainan
Abortus berulang adalah kehilangan janin lebih dari kromosom mempengaruhi terjadinya abortus
2 kali saat usia janin di bawah 20 minggu. Abortus berulang. Kelainan sistem imun menyebabkan
atau “pregnancy loss” adalah terminologi yang sering 50% kejadia abortus berulang.
digunakan secara umum. 1,2 Jika usia gestasi dapat iii. Aneuploid.
disebutkan secara spesifik, maka dipakai adalah iv. Kelainan anatomi; seperti leiomioma uterus,
“early embryo loss”, “first trimester pregnancy loss” Mullerian, Sindom Asherman.
dan “ trimester pregnancy loss”. Terminologi yang v. Uterus abnormal; defek uterus seperti uterus
tidak dianjurkan adalah abortus spontan dan blighted septate, bicornuate dan didelphic berhubungan
ovum. Abortus berulang terbagi menjadi 2, yaitu dengan kejadian abortus berulang.
abortus berulang primer yaitu abortus yang terjadi vi. Stress; dengan menggunakan Perceived Stress
pada kehamilan yang belum pernah berkembang Scal Kolte dkk (2015) mendapatkan tingkat stress
menjadi janin hidup dan abortus berulang sekunder, tinggi lebih banyak dimiliki oleh wanita dengan
yaitu abortus berulang yang diantara kehamilan abortus berulang. Selain itu, pada tingkat stress
masih terjadi kehamilan dengan janin yang hidup.3 sedang didapatkan 5 kali lebih banyak pada
wanita dengan abortus berulang.
Epidemiologi vii. Paparan lingkungan; beberapa penelitian
menunjukkan paparan logam, pestisida dan
Abortus merupakan komplikasi yang sering terjadi kurangnya jumlah mikronutrien berpengaruh
pada kehamilan muda. Data dari Skotlandia terhadap kejadian abortus berulang.
menunjukkan prevalensi kejadiannya sebesar 5%. viii. Endometritis Kronis; sebanyak 7%-58% wanita
Pada studi lain didapatkan prevalensi yang lebih dengan riwayat abortus berulang menderita
tinggi sekitar 10-15%. Kejadian abortus berulang endometritis. Namun keterbatasan data dan
lebih jarang terjadi.4 Penelitian Ford dan Schust penelitian membuat rekomendasi skrining
(2009) menunjukkan prevalensinya sebesar 1%- endometritis belum bisa dilakukan untuk melihat
2%. Sementara itu Larsen dkk (2013) mendapatkan kemungkinan terjadinya abortus berulang.
kejadian sebesar 2%-3%. Penelitian terdahulu ix. Desidual Endometrium; pengamatan terkini
menunjukkan bahwa sebesar 0,8%-1,4% wanita menunjukkan wanita dengan abortus berulang
dengan kehamilan lebih dari 3 kali akan mengalami meningkatkan terjadinya desidual endometrium
abortus berulang. Penelitian di Jepang (2013) yang mengakibatkan tempat untuk implantasi
menunjukkan sebanyak 0,88% wanita berusia 35-79 embrio akan menjadi banyak, namun tidak dapat
tahun dalam penelitian tersebut mengalami abortus mempertahankan janin. 6
berulang. Kejadian abortus berulang pada usia
kehamilan kurang dari 6 minggu sebesar 22%-57%, Penatalaksanaan
menurun menjadi 15% pada usia kehamilan 6-10
minggu dan pada usia lebih dari 10 minggu sebesar Pasangan suami istri yang mengalami abortus
2%-3%.5 berulang harus berobat secara multidisiplin
melibatkan beberapa bidang ilmu. Rekomendasi yang
Faktor resiko diberikan untuk menelusuri abortus berulang dapat
dilihat pada tabel 1 dan penatalaksanaannya pada
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tabel 2. Penggunaan low molecular weight heparin
abortus berulang adalah: (LMWH) menjadi suatu pilihan sebagai profilaksis
i. Usia; wanita yang berusia lebih dari 30 tahun terjadinya abortus berulang. Salah satu yang sering
beresiko 2 kali lebih tinggi untuk mengalami digunakan adalah Enoxaparin dan Tinzaparin. Hal
Buku Ilmiah Fetomaternal
1
Donel Suhaimi

ini berdasarkan penelitian oleh Holly B (2009) yang Heparin


menunjukkan etiologi terbanyak yang menyebabkan
abortus berulang adalah APS Thrombophillas.7,8 Heparin adalah satu-satunya pilihan untuk
Suatu penelitian oleh Halide dkk pada tahun antikoagulasi jangka panjang. Heparin memiliki
2014 membandingkan kejadian abortus berulang kelemahan yang menjadikannya agen lini kedua
pada pasien yang mendapat Enoxaparin atau pada populasi yang tidak hamil. Karena degradasi
Tinzaparin dengan populasi kontrol yang tidak enzimatik, heparin tidak dapat diberikan secara
mendapat kedua obat tersebut. Hasilnya adalah oral. Selain itu, karena ukurannya yang besar
keberhasilan kehidupan janin dengan LMWH didapat danmuatannya yang sangat positif, molekul induk
sebesar 85% dibandingkan dengan 64% pasien yang heparin - yang dikenal sebagai “un-fractionated”
tidak mendapat antitrombotik. LMWH merupakan heparin – dengan cepat dinonaktifkan oleh protein
antitrombotik yang bekerja dengan meningkatkan jaringan, membuat respons antikoagulasi yang tidak
efek faktor X(FXa), thrombin (FIIa), FIX, dan FXII. dapat diprediksi. Dosis yang kurang ataupun over
Sodium Tinzaparin memiliki tingkat keseimbangan dosis sangat sering terjadi, sehingga pemantauan
ratio anti-Xa dan anti-IIa yang lebih baik daripada harus dilakukan lebih sering. Heparin dikatakan
LMWH lainnya. Efek koagulasi dari LMWH bekerja bermanfaat untuk sindrom antibody antifosfolipid.
untuk mereduksi kehilangan janin, yaitu berikatan Sindrom antifosfolipid (APS) didefinisikan oleh
dengan fosfolipid yang akan melindungi trofoblas trombosis dan kehilangan kehamilan berulang
dari gangguan saat implantasi.9 dengan adanya antibodi antifosfolipid (aPL) dan
Dosis yang diberikan untuk profilaksis adalah umumnya diobati dengan terapi antikoagulasi.
2500-4500 UI/24 jam. Dosis tersebut menunjukkan Karena aktivasi komplemen sangatpenting dan
keberhasilan kehamilan sebanyak 81%. Dosis aman kausatif dalam cedera janin akibat antibody aPL,
untuk Enoxaparin adalah 40 mg per hari. Selain itu, terdapat hipotesa bahwa heparin melindungi pasien
beberapa penelitian juga menggunakan Aspirin APS hamil dari komplikasi melalui penghambatan
sebagai antitrombotik. Efek yang ditimbulkan dari komplemen.12
pemberian aspirin tunggal atau bersamaan dengan Pengobatan dengan heparin (LMWH ataupun
heparin tidak jauh berbeda. Meskipun pemberian UH) mencegah aktivasi komplemen in vivo dan in
aspirin lebih mudah karena pemberian heparin tidak vitro dan melindungi tikus dari komplikasi kehamilan
diperuntukkan bagi pasien dengan abortus berulang yang disebabkan oleh antibody aPL. Fondaparinux
karena sebab yang belum jelas. Heparin biasanya (LMWH) maupun hirudin, antikoagulan lain, tidak
diberikan pada pasien dengan thrombophilia.9,10 ada yang menghambat pembentukan produk split
Penelitian yang dilakukan oleh David Mo komplemen atau mencegah abortus, menunjukkan
(2009) memperlihatkan keberhasilan kehamilan bahwa terapi antikoagulasi lain tidak cukup untuk
sebesar 80% dengan memberikan 20 mg mencegah abortus terkait APS. Data menunjukkan
Enoxaparin dan 75 mg Aspirin pada wanita dengan bahwa heparin mencegah komplikasi obstetrik
usia kehamilan di bawah 6 minggu. Pemberian pada wanita dengan APS karena heparin memblokir
antitrombotik dihentikan saat persalinan atau satu aktivasi komplemen yang disebabkan oleh antibody
hari sebelumnya. Penggunaan dosis Enoxaparin aPL yang ditargetkan ke jaringan desidua, bukan
sebesar 40 mg atau 80 mg juga memperlihatkan hasil oleh efek antikoagulan mereka.13
yang baik. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut
mengenai hal ini. 11 LMWH
Tabel 1 memperlihatkan pemeriksaan yang
dapat dilakukan untuk mencari etiologi dari abortus Heparin dengan berat molekul rendah (LMWH)
berulang. Hal ini berguna untuk tatalaksana yang aman untuk ibu dan janin. Ini sama efektifnya pada
lebih akurat. Tabel 2 menunjukkan rekomendasi populasi yang hamil maupun yang tidak hamil, dan
tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati efek sampingnya minimal. LMWH juga memiliki
pasien dengan abortus berulang sesuai dengan rute dan interval dosis yang menguntungkan,
etiologinya. Setiap pasangan dengan riwayat abortus dengan lebih sedikit keharusan untuk pemantauan
berulang harus diperiksa secara komprehensif untuk dibandingkan dengan Unfractionated Heparin
membantu keberhasilan kehamilan selanjutnya. 9 (UH). ACOG maupun asosiasi fetomaternal lainnya
Beberapa Antikoagulan yang sering dipakai: mendukung penggunaannya dalam kehamilan
dengan konseling yang sesuai. Agen ini diproduksi
Buku Ilmiah Fetomaternal
2
Abortus Berulang : Heparin atau LMWH

Tabel 1 Penelusuran untuk abortus berulang9


Kelainan Ya Mungkin Tidak
USG 2D/3D dengan
Anatomi sonohysteroscopy atau kombinasi MRI
laparoskopi dan histeroskopi
Genetik Karyotype : POC Karyotype: parental

Thrombophilia Didapat : APS Anti B-2 glikoprotein Kongenital

LVS/HVS/klamidia dari biopsi dan


Infeksi TORCH
kultur endometrium

HLA
Imunologi Antibody antinuklear
Sel NK

Endokrin TSH Prolactin

DNA sperma
Faktor pria
Indeks fragmen
APS, antiphospholipid syndrome; DNA, deoxyribonucleic acid; HLS, human leukocyte antigens; HVS, high vaginal swab;
LVS, low vaginal swab; MRI, magnetic resonance imaging; POC, products of conception; TORCH, toxoplasmosis, other
agents, rubella, Cytomegalovirus and Herpes simplex; TSH, thyroid stimulating hormone

Tabel 2 Penatalaksanaan abortus berulang 9

Kelainan Ya Mungkin Tidak

Uterine septa
Anatomi Bedah fiboid submukosa Polip endometrium Anomali Mullerian
Uterine synechiae

Genetik Diagnosis genetik pre-implantasi Skrining genetik pre-implantasi

Thrombophilia Aspirin dan UFH Aspirin


A n t i b i o t i k
Infeksi Antibiotik sesuai dengan temuan profilaksis

Prednison
IVIG
Imunologi
Tranfusilimfosit
partner
Androgen
Kontrol DM Hipotiroid subklinis
Endokrin b-HCG
Kontrol hiper/hipotiroid Progesteron
LH
PICSI
Faktor pria Modifikasi gaya hidup IMSI
Antioksidan
Kurangi alkohol
Gaya hidup Mengurangi konsumsi kafein sebanyak
Kurangi rokok
kurang dari 3 cangkir per hari
Menjaga BMI tetap normal
APS, antiphospholipid syndrome; b-HCG, beta human chorionic gonadotropin; BMI, body mass index; IMSI, intracytoplasmic
morphologically selected sperm injection; IVIG, intravenous immunoglobulin; LH, luteinizing hormone; PICSI, physiological
intracytoplasmic sperm injection.

Buku Ilmiah Fetomaternal


3
Donel Suhaimi

dengan degradasi enzimatik terkontrol dari UH membutuhkan pemantauan yang lebih jarang dari
(yang berat molekulnya sekitar 10.000 hingga 15.000 pada unfractionated heparin dan dan memiliki efek
dalton) menjadi sekitar 5.000-dalton molekul. samping yang lebih sedikit pada kepadatan mineral
Meskipun mereka jauh lebih kecil dari molekul induk, tulang dan jumlah trombosit. 14,15
polimer ini masih membawa muatan positif yang
kuat. Heparin Berat Molekul Rendah (LMWH) adalah LMWH dalam kehamilan
antikoagulan baru yang menjanjikan yang tersedia
untuk digunakan selama kehamilan. Keamanan Keuntungan
obat ini telah terbukti pada trimester kedua dan Antikoagulasi yang lebih efektif, respons dosis
ketiga. LMWH memiliki profil keamanan yang lebih yang lebih baik, waktu paruh yang lebih lama,
baik dengan insidensi rendah trombositopenia dan penurunan kebutuhan untuk pemantauan, efek
osteoporosis yang diinduksi heparin. LMWH juga samping yang lebih sedikit. Dilaporkan bahwa hasil
memiliki paruh waktu lebih lama, sehingga interval yang menggembirakan penggunaan LMWH pada
injeksi lebih berjarak. Ia memiliki farmakokinetik yang pasien abortus berulang sekunder akibat sindrom
andal sehingga pemantauan lebih sedikit diperlukan. antifosfolipid. Keuntungan ini membuat LMWH
Risiko perdarahan ibu dan janin juga lebih sedikit. lebih menarik bagi pasien dan dokter daripada
LMWH juga memiliki aktifitasanti Xa yang lebih unfractionated heparin. 14,15
lama. Obat ini telah muncul menjadi favorit dokter
spesialis obgin dan infertilitas karena kelebihan yang Kekurangan
disebutkan di atas.12,14 Waktu paruh yang lebih lama, risiko hematoma
dengan anestesi epidural, tidak sepenuhnya
Beda Heparin dari LMWH reversible dengan protamine sulfate, efek anti
coagulasi sulit dipantau, biaya lebih tinggi. LMWH
LMWH lebih efisien. Baik UH dan LMWH mengandung lebih mahal dari unfractionated heparin. 14,15
penta sakarida esensial dalam struktur polimernya Berikut beberapa penelitian yang secara langsung
yang terikat pada anti-trombin III, yang pada membandingkan penggunaan unfractionated
gilirannya menghambat trombin dan activated factor heparin dengan LMWH pada kejadian abortus
X (Xa). Karena ukurannya yang lebih kecil, LMWH berulang :
secara kuat dalam menghambat Xa, yang posisinya 1. Enoxaparin versus heparin dalam abortus
lebih tinggi dalam kaskade koagulasi. Penghambatan berulang sekunder akibat sindrom
satu saja molekul Xa dapat mencegah pembentukan antifosfolipid. Dalam sebuah studi prospektif
banyak molekul trombin. LMWH memiliki efek acak, 60 wanita dengan riwayat 3 atau lebih
yang lebih tahan lama dan dosis subkutan. Ini juga aborsi spontan berturut-turut dan antibody
memiliki efek samping lebih sedikit daripada UH.14,15 antifosfolipid positif dibagi dalam jumlah
yang sama untuk menerima unfractionated
Keuntungan LMWH heparin(5000 unit, dua kali sehari) ditambah
LDA (low dose aspirin), atau LMWH (enoxaparin
Karena ukurannya yang lebih kecil, LMWH dapat 40 mg, satu kali sehari) )ditambah LDA segera
dengan cepat diserap dari injeksi subkutan. Dosis setelah kehamilan didiagnosis. Hasil: Dua puluh
intravena tidak diperlukan untuk mendapatkan empat wanita dalam kelompok LMWH (80%)
adekuasi kejaringan. Begitu berada di jaringan, dan 20 wanita dalam kelompok unfractionated
iadinon aktifkan lebih lambat dan karenanya ia heparin(66,67%) melahirkan bayi yang sehat(P
dapat mempertahankan efek antikoagulasinya lebih = 0,243). Tidak ada perbedaan yang signifikan
lama. Waktu paruh yang lebih lama juga menjadi dalam komplikasi kehamilan atau morbiditas
keuntungan pemilihan rute pemberian dosis neonatal antara 2 kelompok. Tidak ada insiden
(subkutan daripada IV) dan interval regimen yang perdarahan yang berlebihan, trombositopenia,
lebih lama (sekali atau dua kali sehari). Demikian pula, atau patah tulang akibat osteoporosis pada
dikarenakan respon dosis dapat diprediksi, maka kedua kelompok. Kesimpulan: LMWH plus
pemantauan respon pengobatan tidak harus sering aspirin dosis rendah (LDA) berhasil digunakan
dilakukan. Pasien dengan LMWH memiliki risiko sebagai alternative untuk unfractionated
yang lebih rendah untuk perdarahan, osteoporosis, heparin plus LDA dalam pengelolaan aborsi
dan antibody mediated trombositopenia. LMWH berulang sekunder untuk Sindrom Anti-
Buku Ilmiah Fetomaternal
4
Abortus Berulang : Heparin atau LMWH

Fosfolipid (APS).16 6. Royal College of Obstetricians & Gynaecologist.


2. Outcome kehamilan yang sukses pada wanita The investigation and treatment of couples with
dengan riwayat kebidanan yang buruk dan recurrent first-trimester dan second-trimeseter
abortus berulang karena trombofilia: efek UH miscarriage. RCOG Green-top Guideline No. 17.
dan LMWH. Secara keseluruhan, sampel terdiri 2011: 1-18.
atas 25 pasien abortus berulang dan 7 pasien 7. Jauniaux E, Farquharson RG, Christiansen
yang mengalami kehamilan muda dengan OB, Exalto N. Evidence-based guidelines for
trombosis vena dalam, dan hasil kehamilan investigations and medical treatments of
mereka dicatat. Semua wanita positif memiliki recurrent miscarriage. Hum Reprod. 2006;21:
trombofilia. Kemudian, 23 pasien diobati dengan 2216-22.
UH dan 9 pasien dengan LMWH. Hasilnya, 16 8. Khan R, Talaulikar V, Shehata H. Recurrent
dari 23 pasien (69,6%) yang diobati dengan pregnancy loss. Preconceptional Medicine.
UH dan 9 dari 9 (100%) yang diobati dengan 2014;17: 229-40.
LMWH memiliki hasil luaran kehamilan yang 9. Li YH, Marren A. Recurrent pregnancy loss.
baik.Terjadi resolusi lengkap thrombus dalam AJGP. 2018;47(7): 432-6.
semua kasus. Tidak ada pasien yang memiliki 10. American Society for Reproductive Medicine.
reaksi negative seperti trombositopenia yang Evaluation and treatment of recurrent
diinduksi heparin, trombosis, atau patah tulang. pregnancy loss: a committee opinion. Elsevier.
Baik UH dan LMWH efektif dalam kasus riwayat 2012:1-9.
kebidanan yang buruk dan abortus berulang 11. EMORY. Recurrent pregnancy loss. Available
karena trombofilia. Namun, heparin dengan from: www.genetics.emory.edu. Cited [01
berat molekul rendah (LMWH) ditemukan Februari 2019].
lebih efektif daripada UH. Ditambah dengan 12. Yuksel H, Kayatas S, Boza AT, Api M, Ertekin
keuntungan lain karena tidak memerlukan AA, Cam C. Low molecular weight heparin in
pemantauan laboratorium dan rute pemakaian unexplained recurrent miscarriage. Pak J Med
yang mudah. 16 Sci. 2014;30(6): 1232-7.
13. Ford HB, Schust DJ. Recurrent pregnancy loss:
DAFTAR PUSTAKA etiology, diagnosis, theraphy. Medreviews.
2009;2(2):76-82.
1. Bangal VB, Giri PA, Chalasani S, Fernando D. 14. Shaaban OM, et.al. Low-molecular-weight-
Low molecular weight heparin: a promising heparin for the treatment of unexplained
anticoagulant in pregnancy. International recurrent miscarriage with negative
Journal of Community Medicine and Public antiphospholipid antibodies : a randomized
Health. Oct 2014. Vol 1 Issue 1. controlled trial. Clinical and Applied Thrombosis/
2. Robin F, Lecuru F, Desfeux P, Boucaya V, Taurelle Hemostasis. 2017;23(6): 567-72.
R. Anticoagulant therapy in pregnancy. Eur J 15. Ghasemi N, Jahaninejad T, Mostafavi MS,
ObstetGynaecolReprod Biol. 2009;83(2):171-7. Aflatoonian A. Effectiveness of aspirin compare
3. Pettila V, Kaaja R, Leinonen P, Ekblad U, Kataja with heparin plus aspirin in recurrent pregnancy
M, Ikkala E. Thromboprophylaxis with low loss treatment: a quasy experimental study. Iran
molecular heparin in pregnancy. Throm Res. J Reprod Med. 2014;12(1): 73-6.
2009;96(4);275-82. 16. Mo D et al. Treatment of recurrent miscarriage
4. Fouda UM, Sayed AM, Abdou AM, Ramadan and antiphospholipid syndrome with low-
DI, Fouda IM, Zaki MM. Enoxaparin versus dose enoxaparin and aspirin. Reproductive
fractionated heparin in recurrent abortion Biomedicine Online. 2009;19(2): 216-20.
secondary to antiphospholipid syndrome. Int J
Gynaecol Obstet. 2011;112:211-5.
5. Ghosh K, Shetty S, Vora S, Salvi V. Successful
pregnancy outcome in women with bad
obstetric history and recurrent fetal loss due to
thrombophilia: effect of unfractionated heparin
and low-molecular weight heparin. Clin Appl
ThrombHemost. 2008 Apr;14(2):174-9.
Buku Ilmiah Fetomaternal
5
Aktivitas Antenatal pada Wanita Hamil Kelebihan
Berat Badan dan Obesitas .1

I Nyoman Hariyasa Sanjaya


Departemen Obsteri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar

Jumlah wanita yang memasuki kehamilan dalam rahim pada wanita yang kelebihan berat badan dan
keadaan kelebihan berat badan atau obesitas telah obesitas [13, 14]. Hal ini meningkatkan potensi terapi
meningkat secara mantap di negara maju selama tiga dalam rahim untuk mencegah obesitas hilir dan
dekade terakhir [1, 2, 3, 4], dan juga meningkat di negara obesitas penyakit kronis pada keturunannya, melalui
berkembang [5]. Kelebihan berat badan ibu dan intervensi gaya hidup yang menargetkan perilaku
obesitas berhubungan dengan hasil kehamilan yang yang menyebabkan perubahan partisi nutrisi dan
merugikan, termasuk risiko diabetes gestasional pertumbuhan berlebih janin [10, 13].
yang lebih tinggi, pre-eklampsia, persalinan operatif, Efek intervensi antenatal pada hasil keturunan
mortalitas dan morbiditas janin dan perinatal, dan sulit ditentukan. Berat lahir adalah hasil yang
berat lahir yang berlebihan [6, 7]. Obesitas ibu juga paling mudah diukur menilai dampak lingkungan
dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka intrauterin pada pertumbuhan janin, [11] dan kami
panjang untuk anak, sekunder untuk masalah berhipotesis bahwa pengurangan gizi berlebih janin
perinatal dan efek pemrograman intrauterin dan akan tercermin sebagai berat lahir rendah pada
postnatal [7, 8], termasuk peningkatan risiko obesitas keturunan ibu yang kelebihan berat badan dan
pada anak-anak dan dewasa [9]. obesitas. Hubungan antara berat lahir dan berat
Namun, dimungkinkan untuk mengubah dewasa menunjukkan bahwa ada efek yang bertahan
pemrograman keturunan wanita gemuk menjadi lama pada risiko obesitas di kemudian hari [11], dan
fenotipe yang lebih sehat dengan intervensi pada kami lebih lanjut mendalilkan bahwa pengurangan
kehamilan [10]. Ada semakin banyak bukti yang berat lahir akan memberikan efek perlindungan pada
menunjukkan bahwa lingkungan prenatal mungkin risiko obesitas di kemudian hari.
memainkan peran dalam pemrograman risiko Latihan antenatal dapat memainkan peran
obesitas [11]. Hubungan antara obesitas ibu dan anak positif pada kesehatan ibu dan anak [15, 16], dan
dapat dijelaskan dengan jalur ‘hiper-nutrisi awal- mungkin sangat bermanfaat bagi keturunan
kehidupan’ di mana paparan gizi berlebih selama perempuan yang kelebihan berat badan dan
janin atau awal kehidupan pascakelahiran dapat obesitas [17]. Sementara bukti tentang efek latihan
menyebabkan gangguan adipogenesis dan / atau antenatal pada hasil keturunan (termasuk berat
mekanisme kontrol nafsu makan, menciptakan lahir) tidak konsisten, tidak ada bukti dampak
kecenderungan untuk kemudian obesitas [8]. Ada bukti negatif dari latihan intensitas sedang [15, 18]. Selain
dari model hewan bahwa paparan obesitas ibu dalam itu, waktu latihan antenatal mungkin merupakan
rahim dapat menyebabkan keturunan adipositas dan faktor perancu penting yang mengarah ke berbagai
disfungsi kardiovaskular dan metabolik, yang mungkin efek latihan antenatal pada berat lahir [17]. Ada
merupakan hasil dari hiperfagia yang diprogramkan bukti bahwa olahraga antenatal pada paruh kedua
secara perkembangan, aktivitas fisik, dan perubahan kehamilan dapat mengurangi nutrisi berlebih janin,
metabolisme adiposit [12]. Catalano mendalilkan berat lahir dan adipositas pada anak, dan melindungi
adanya lingkaran setan obesitas, di mana obesitas terhadap obesitas di masa depan. Baraket et al.
ibu menyebabkan pertumbuhan berlebih janin dan menemukan bahwa latihan resistensi selama
selanjutnya obesitas pasca-melahirkan. Anak-anak trimester kedua dan ketiga kehamilan melemahkan
yang kelebihan berat badan / obesitas cenderung efek peningkatan berat badan ibu pada berat
menjadi orang dewasa yang gemuk, dan perempuan, lahir keturunan [19]. Clapp menunjukkan bahwa
ketika hamil, akan meningkatkan pasokan nutrisi kelanjutan latihan antenatal intensitas sedang
ke janin yang menyebabkan pertumbuhan berlebih hingga berat mengurangi berat lahir anak dan massa
janin pada generasi berikutnya [13, 14]. Lebih lanjut, lemak subkutan pada saat lahir, dengan efek yang
ada pandangan bahwa obesitas yang diturunkan berpotensi menguntungkan ini bertahan hingga usia
dapat meningkat pada awal kehidupan karena 5 tahun [20], dan mempertahankan volume tinggi
lingkungan metabolisme yang abnormal dalam olahraga selama pertengahan dan akhir kehamilan
Buku Ilmiah Fetomaternal
6
I Nyoman Hariyasa Sanjaya

menyebabkan penurunan massa lemak janin [21]. dengan intervensi [18]. Studi sebelumnya telah
Dalam uji coba terkontrol secara acak baru-baru menyarankan bahwa intervensi latihan berbasis
ini, kami menunjukkan bahwa latihan aerobik tanpa rumah dapat mengarah pada peningkatan
bantalan selama paruh kedua kehamilan pada kepatuhan, karena memungkinkan latihan dilakukan
wanita yang tidak mengalami obesitas menyebabkan dalam lingkungan yang nyaman dan akrab [31].
penurunan yang signifikan dalam berat lahir anak Oleh karena itu, intervensi berbasis rumah dipilih,
dan BMI, dalam kaitannya dengan penurunan untuk meningkatkan kelayakan olahraga teratur,
penanda metabolisme janin. nutrisi [22]. dan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol
Uji coba terkontrol acak ini memiliki beberapa latihan. Intervensi bersepeda stasioner berbasis
karakteristik unik. Pertama, ia menggunakan rumah sebelumnya pada wanita hamil yang tidak
intervensi latihan antenatal berbasis rumah yang obesitas [22] dan obesitas [31] telah melaporkan
tidak berbobot, yang sebelumnya diterapkan penerimaan yang tinggi dan tingkat kepatuhan yang
pada wanita yang tidak mengalami obesitas [22]. Ini baik. Lebih lanjut, selama kehamilan, latihan-latihan
akan memungkinkan perbandingan langsung hasil yang tidak mengandung beban dapat ditoleransi
intervensi olahraga serupa pada wanita gemuk dan dengan lebih baik, meminimalkan tekanan
kurus. Kedua, fokus utama dari percobaan olahraga sendi dan muskuloskeletal[32], dan bersepeda
antenatal ini adalah pada kesehatan anak, dengan stasioner dapat sangat cocok untuk wanita
penilaian longitudinal pertumbuhan janin dan yang kelebihan berat badan atau obesitas, yang
komposisi tubuh selama periode intervensi, serta cenderung terus menambah berat badan dengan
ukuran antropometri dan adipositas bayi baru lahir. memajukan kehamilan. Selain itu, resep olahraga
Sementara sejumlah uji coba terkontrol acak dari dalam penelitian kami telah dimodifikasi untuk
latihan antenatal yang ditentukan telah dilakukan menyesuaikan wanita hamil yang kelebihan berat
selama tiga dekade terakhir, fokus utama mereka badan dan obesitas, dengan peningkatan bertahap
adalah pada kesehatan ibu dan ada kurangnya bukti bertahap dalam frekuensi dan durasi sesuai dengan
kuat tentang efek latihan antenatal pada kesehatan rekomendasi[32], sambil mempertahankan intensitas
anak (18, 23) . Selain itu, sementara ada beberapa bukti sedang berdasarkan pada target denyut jantung
efek jangka panjang yang positif dari latihan antenatal spesifik untuk kelompok ini [ 24].
untuk anak dari ibu kurus (20), efek jangka panjang Meskipun penelitian Davies et al,.2003 telah
pada keturunan ibu yang kelebihan berat badan dirancang untuk mengoptimalkan kepatuhan, tetap
atau obesitas tampaknya hanya mendapat sedikit penting untuk memiliki penilaian obyektif tentang
perhatian. Oleh karena itu, uji coba ini juga bertujuan kepatuhan. Ini telah absen dari banyak percobaan
untuk membentuk kelompok ibu dengan kelebihan intervensi latihan, membuat penilaian manfaat
berat badan / obesitas dan keturunan dengan data bermasalah. Dalam penelitian ini, kami menggunakan
antenatal dan perinatal yang terdokumentasi dengan monitor detak jantung yang dapat diunduh. Ini tidak
baik untuk ditindaklanjuti untuk menentukan hanya memberikan bukti intensitas latihan, tetapi
efek jangka panjang dari latihan antenatal pada juga bukti kepatuhan yang dapat digunakan dalam
keturunan dan kesehatan ibu. Akibatnya, penelitian analisis hasil.[32]
ini membahas kurangnya data prospektif yang kuat Singkatnya, penelitian yang diusulkan oleh
tentang efek latihan antenatal pada hasil jangka Davies et al,.2003 akan menyediakan platform untuk
pendek dan jangka panjang ibu dan anak mereka (31). menilai secara objektif rezim latihan tanpa berat
Fitur lain dari uji coba ini adalah penggunaan badan pada wanita hamil yang kelebihan berat badan
metode untuk meningkatkan dan memantau dan obesitas, memberikan data hasil kuantitatif
kepatuhan terhadap latihan yang ditentukan. pada mereka dan bayi mereka, dan mengarah pada
Banyak intervensi latihan antenatal, terutama yang kelompok keturunan yang dapat diikuti sepanjang
melibatkan wanita yang kelebihan berat badan masa kanak-kanak.[32]
dan obesitas telah mengalami masalah dengan Setelah kehamilan risiko rendah telah
kepatuhan [25, 26]. Ini mungkin sebagian disebabkan ditetapkan, kegiatan berjalan kaki yang
oleh kecenderungan umum untuk tingkat aktivitas dikombinasikan dengan kontrol nutrisi mungkin
fisik menurun selama kehamilan [27, 28], terutama akan efektif dalam mencegah kenaikan berat
pada ibu yang mengalami obesitas [29, 30], Namun, badan yang berlebihan pada wanita yang kelebihan
banyak studi olahraga sebelumnya juga telah gagal berat badan dan obesitas. Resep latihan ibu harus
melaporkan secara memadai tentang kepatuhan menggunakan prinsip Frekuensi, Intensitas, Waktu
Buku Ilmiah Fetomaternal
7
Aktivitas antenatal pada wanita hamil kelebihan berat badan dan obesitas

yang dihabiskan dan Jenis latihan, dengan frekuensi Overweight exceeds underweight among
tiga hingga empat sesi per minggu disebut sebagai women in most developing countries. Am J Clin
ideal. Intensitas berdasarkan pada zona detak Nutr. 2005, 81 (3): 714-721.
jantung target 110 hingga 131 denyut per menit 6. Baeten JM, Bukusi EA, Lambe M: Pregnancy
untuk wanita berusia 20 hingga 29 tahun dan 108 complications and outcomes among overweight
hingga 127 denyut per menit untuk wanita usia 30 and obese nulliparous women. Am J Public
hingga 39 tahun, ditambah dengan penggunaan Health. 2001, 91 (3): 436
peringkat skala tenaga yang dirasakan dan “Tes 7. Vasudevan C, Renfrew M, McGuire W: Fetal and
Bicara” disarankan. Diet dan olahraga bersamaan perinatal consequences of maternal obesity.
adalah yang paling efektif dalam mengurangi retensi Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 2011, 96 (5):
berat badan setelah melahirkan dan kepatuhan 8. Gluckman PD, Hanson MA: Developmental and
dapat ditingkatkan dengan memasukkan perawatan epigenetic pathways to obesity: an evolutionary-
anak dan anak-anak ke dalam rutinitas latihan. developmental perspective. Int J Obes (Lond).
Setelah konsultasi medis, wanita postpartum harus 2008, 32 (7): S62-S71.
mulai berolahraga perlahan, mulai dari 15 menit, 9. Drake AJ, Reynolds RM: Impact of maternal
dan membangun setidaknya 150 menit aktivitas obesity on offspring obesity and cardiometabolic
aerobik per minggu, dengan aktivitas ini menyebar disease risk. Reproduction. 2010, 140 (3): 387-
sepanjang minggu.[33] 398.
Obesitas selama kehamilan dikaitkan dengan 10. Adamo KB, Ferraro ZM, Brett KE: Can we
hasil buruk untuk anak dan ibu. Intervensi gaya modify the intrauterine environment to halt the
hidup dalam kehamilan seperti latihan antenatal, intergenerational cycle of obesity?. Int J Environ
diusulkan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan Res Public Health. 2012, 9 (4): 1263-1307.
anak baik jangka pendek maupun jangka panjang. 11. Whitaker RC, Dietz WH: Role of the prenatal
Kami berhipotesis bahwa olahraga intensitas sedang environment in the development of obesity. J
secara teratur selama paruh kedua kehamilan akan Pediatr. 1998, 132 (5)
menghasilkan peningkatan hasil ibu dan anak, 12. Samuelsson A-M, Matthews PA, Argenton M,
termasuk pengurangan berat lahir dan adipositas Christie MR, McConnell JM, Jansen EHJM,
pada keturunan, yang mungkin dapat melindungi Piersma AH, Ozanne SE, Twinn DF, Remacle C,
terhadap obesitas di kemudian hari.[34] Rowlerson A, Poston L, Taylor PD: Diet-induced
obesity in female mice leads to offspring
Daftar Pustaka hyperphagia, adiposity, hypertension, and
insulin resistance: a novel murine model of
1. Kim SY, Dietz PM, England L, Morrow B, developmental programming. Hypertension.
Callaghan WM: Trends in pre-pregnancy obesity 2008, 51 (2): 383-392.
in nine states, 1993–2003. Obesity. 2007, 15 (4): 13. Catalano PM: Obesity and pregnancy - the
986-993. propagation of a viscous cycle?. J Clin Endocrinol
2. Heslehurst N, Rankin J, Wilkinson JR, Metab. 2003, 88 (8): 3505-3506.
Summerbell CD: A nationally representative 14. Catalano PM: Obesity, insulin resistance, and
study of maternal obesity in England, UK: trends pregnancy outcome. Reproduction. 2010, 140
in incidence and demographic inequalities in (3): 365-371.
619 323 births, 1989–2007. Int J Obes (Lond). 15. Gavard JA, Artal R: Effect of exercise on
2010, 34 (3): 420-428. pregnancy outcome. Clin Obstet Gynecol. 2008,
3. Callaway LK, Prins JB, Chang AM, McIntyre HD: 51 (2)
The prevalence and impact of overweight and 16. Ferraro ZM, Gruslin A, Adamo KB: An active
obesity in an Australian obstetric population. pregnancy for fetal well-being? The value of
Med J Aust. 2006, 184 (2): 56 active living for most women and their babies.
4. Frischknecht F, Bruhwiler H, Raio L, Luscher Br J Sports Med. 2013, 47 (13)
KP: Changes in pre-pregnancy weight and 17. Hopkins SA, Cutfield WS: Exercise in pregnancy:
weight gain during pregnancy: retrospective weighing up the long-term impact on the next
comparison between 1986 and 2004. Swiss generation. Exerc Sport Sci Rev. 2011, 39 (3):
Med Wkly. 2009, 139 (3–4): 52-55. 120-127.
5. Mendez MA, Monteiro CA, Popkin BM: 18. Kramer MS SWM: Aerobic exercise for women
Buku Ilmiah Fetomaternal
8
I Nyoman Hariyasa Sanjaya

during pregnancy. Cochrane Database Syst Rev. 400-407.


2006 29. Renault K, Norgaard K, Andreasen KR, Secher
19. Barakat R, Lucia A, Ruiz JR: Resistance exercise NJ, Nilas L: Physical activity during pregnancy in
training during pregnancy and newborn’s birth obese and normal-weight women as assessed
size: a randomised controlled trial. Int J Obes by pedometer. Acta Obstet Gynecol Scand.
(Lond). 2009, 33 (9) 2010, 89 (7): 956-961.
20. Clapp JFI: Morphometric and 30. Renault K, Norgaard K, Secher NJ, Andreasen KR,
neurodevelopmental outcome at age five years Baldur-Felskov B, Nilas L: Physical activity during
of the offspring of women who continued to pregnancy in normal-weight and obese women:
exercise regularly throughout pregnancy. J compliance using pedometer assessment. J
Pediatr. 1996, 129: 856-863 Obstet Gynaecol. 2012, 32 (5): 430-433..
21. Clapp J: Continuing regular exercise during 31. Ong MJ, Guelfi KJ, Hunter T, Wallman KE,
pregnancy: Effect of exercise volume on Fournier PA, Newnham JP: Supervised home-
fetoplacental growth. Am J Obstet Gynecol. based exercise may attenuate the decline of
2002, 186 (1): 142-147 glucose tolerance in obese pregnant women.
22. Hopkins SA, Baldi JC, Cutfield WS, McCowan Diabetes Metab. 2009, 35 (5): 418-421.
L, Hofman PL: Exercise training in pregnancy 32. Davies GA, Wolfe LA, Mottola MF, MacKinnon
reduces offspring size without changes in C: Joint SOGC/CSEP clinical practice guideline:
maternal insulin sensitivity. J Clin Endocrinol exercise in pregnancy and the postpartum
Metab. 2010, 95 (5): 2080-2088. period. Can J Appl Physiol. 2003, 28 (3): 329-
23. Sui Z, Grivell RM, Dodd JM: Antenatal exercise 341.
to improve outcomes in overweight or obese 33. Mottola MF. Exercise prescription for
women: A systematic review. Acta Obstet overweight and obese women: pregnancy and
Gynecol Scand. 2012, 91 (5): 538-545. postpartum. Obstet Gynecol Clin North Am.
24. Davenport MH, Charlesworth S, Vanderspank 2009 Jun;36(2):301-16.
D, Sopper MM, Mottola MF: Development and 34. Sumudu  N  Seneviratne, Graham  K  Parry,
validation of exercise target heart rate zones for Lesley ME McCowan, Alec Ekeroma,
overweight and obese pregnant women. Appl Yannan Jiang, Silmara Gusso, Geovana Peres,
Physiol Nutr Metab. 2008, 33 (5): 984-989. Raquel  O  Rodrigues, Susan  Craigie,
25. Santos IA, Stein R, Fuchs SC, Duncan BB, Ribeiro Wayne S Cutfield and Paul L Hofman. Antenatal
JP, Kroeff LR, Carballo MT, Schmidt MI: Aerobic exercise in overweight and obese women and
exercise and submaximal functional capacity its effects on offspring and maternal health:
in overweight pregnant women: a randomized design and rationale of the IMPROVE (Improving
trial. Obstet Gynecol. 2005, 106 (2): 243-249. Maternal and Progeny Obesity Via Exercise)
26. Poston L, Briley AL, Barr S, Bell R, Croker H, randomised controlled trial. BMC Pregnancy
Coxon K, Essex HN, Hunt C, Hayes L, Howard LM, and Childbirth201414:148
Khazaezadeh N, Kinnunen T, Nelson SM, Oteng-
Ntim E, Robson SC, Sattar N, Seed PT, Wardle
J, Sanders TA, Sandall J: Developing a complex
intervention for diet and activity behaviour
change in obese pregnant women (the UPBEAT
trial); assessment of behavioural change and
process evaluation in a pilot randomised
controlled trial. BMC Pregnancy Childbirth.
2013, 13 (1): 148-10.
27. Dufour DL, Reina JC, Spurr G: Energy intake and
expenditure of free-living, pregnant Colombian
women in an urban setting. Am J Clin Nutr.
1999, 70 (2): 269-276.
28. Evenson KR, Savitz DA, Huston SL: Leisure-time
physical activity among pregnant women in the
US. Paediatr Perinat Epidemiol. 2004, 18 (6):

Buku Ilmiah Fetomaternal


9
APAKAH MASIH DIPERLUKAN PEMERIKSAAN TORCH
PADA SETIAP KEHAMILAN ?

Sofie Rifayani Krisnadi


Divisi Kedokteran Fetomaternal KSM/Dep Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pendahuluan
2. Others
Infeksi perinatal terutama TORCH [Toxoplasmosis, Dahulu hanya sifilis yang dimasukkan
Others (sifilis), Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes kedalam golongan other, saat ini
virus], masih merupakan masalah di Indonesia. bertambah banyak yang dimasukkan
Meskipun kejadiannya relatif jarang, namun kedalam terminologi Others ini seperti
akibatnya buruk terhadap morbiditas dan mortalitas Varicella Zoster, Parvovirus B19, Zika virus,
neonatus dan berkontribusi terhadap kualitas hidup Enterovirus, Hepatitis dll. Golongan Others
di masa yang akan datang. Janin yang terinfeksi dapat yang sering ditemukan adalah infeksi
menunjukkan pangguan tumbuh kembang, atau Varicella Zoster. Ciri-ciri karakteristik infeksi
berbagai kelainan baik klinis maupun laboratoris. varicella kongenital termasuk bekas luka
Konsep dasar Infeksi TORCH [Toksoplasmosis, kulit; katarak, korioretinitis, mikrofthalmos,
O-(sifilis/ lainnya), rubela, sitomegalovirus, virus nistagmus; anggota badan hipoplastik; atrofi
herpes simpleks] adalah sekelompok infeksi perinatal kortikal; dan kejang.
yang mungkin memiliki presentasi klinis yang
serupa, termasuk “rash” /ruam dan temuan okular. 3. Rubella
Infeksi TORCH diketahui dapat melintasi plasenta Manifestasi klinis sindrom rubella kongenital
dan bersifat teratogenik. Infeksi ini menyebabkan (CRS) termasuk tuli sensorineural, katarak,
kematian janin dan neonatusyang signifikan. malformasi jantung (misalnya, patent ductus
Mereka adalah kontributor penting pada arteriosus, hipoplasia arteri pulmonalis),
morbiditas neonatus dan masa anak-anak . sekuela neurologis dan endokrinologis.
Kewaspadaan terhadap gambaran klinis TORCH yang Manifestasi neonatal dapat meliputi retardasi
menonjol dan infeksi intrauterin / perinatal lainnya pertumbuhan, penyakit tulang radiolusen
sangat penting untuk diagnosis tepat waktu dan (bukan patognomonik rubella kongenital),
memulai pengobatan. hepatosplenomegali, trombositopenia, lesi
Masih banyak dilakukan pemeriksaan kulit purpura (secara klasik digambarkan
laboratorium terhadap infeksi TORCH yang tidak sebagai lesi “blueberry muffin” yang
relevan , kadang kadang pemeriksaan lengkap mewakili hematopoiesis ekstramular), dan
dilakukan pada setiap kehamilan atau kehamilan hiperbilirubinemia.
berikutnya bahkan pada abortus berulang.
4. Cytomegalovirus (CMV)
Manifestasi Klinis infeksi TORCH : Sebagian besar bayi dengan sitomegalovirus
1. Toksoplasmosis. kongenital (CMV) tidak menunjukkan gejala
Tiga serangkai klasik toksoplasmosis sejak lahir. Di antara bayi yang bergejala,
kongenital terdiri atas korioretinitis, manifestasi klinis meliputi petechiae, ikterus,
hidrosefalus, dan kalsifikasi intrakranial. hepatosplenomegali, korioretinitis, dan
Tanda-tanda yang muncul saat lahir mungkin keterlibatan neurologis (misalnya mikrosefali,
termasuk demam, ruam makulopapular, kecacatan motorik, gangguan pendengaran
hepatosplenomegali, mikrosefali, kejang, sensorineural, kalsifikasi serebral, lesu,
ikterus, trombositopenia, dan, limfadenopati kejang). Baik bayi asimptomatik maupun
generalisata (jarang) . Sebagian besar bayi simptomatik dengan CMV kongenital
dengan toksoplasmosis kongenital tidak berisiko mengalami komplikasi lanjut
menunjukkan gejala atau tanpa kelainan termasuk gangguan pendengaran, gangguan
nyata saat lahir. penglihatan, kecacatan intelektual, dan

Buku Ilmiah Fetomaternal


10
Apakah Masih Diperlukan Pemeriksaan Torch Pada Setiap Kehamilan ?

keterlambatan perkembangan psikomotorik. dilakukan vaksinasi. Rubella dan Hepatitis B sangat


dianjurkan untuk diperiksa sebelum hamil, sehingga
5. Herpes Simpleks Virus. bila belum ada kekebalan, dapat segera diberikan
Sebagian besar kasus infeksi virus herpes vaksinasi sebelum hamil.
simpleks neonatal (HSV) neonatal didapat Penapisan rutin pada ibu hamil berbeda menurut
secara perinatal. Bayi baru lahir yang terkena aturan berbagai negara , di USA pemeriksaan
biasanya tampak normal saat lahir, meskipun Rubella dan Sifilis dilakukan pada saat pemeriksaan
banyak yang lahir prematur. Infeksi HSV kehamilan pertama kali, sedangkan di Perancis
neonatal biasanya berkembang dalam satu pemeriksaan untuk Toxoplasmosis diwajibkan
dari tiga pola: penyakit terlokalisasi pada dan diulang setiap trimester apabila hasil IgG dan
kulit, mata, dan mulut; penyakit terlokalisasi IgM nya negatif. Di Indonesia tidak ada kewajiban
pada sistem saraf pusat i (SSP); dan penyakit melakukan penapisan untuk infeksi TORCH, kecuali
sistemik. Manifestasi awal penyakit untuk sifilis dan HIV.
SSP sering tidak spesifik dan termasuk Penapisan universal pada semua ibu hamil
ketidakstabilan suhu, gangguan pernapasan, TIDAK dianjurkan. Pemeriksaan TORCH juga TIDAK
gangguan toleransu makan, dan kelesuan; dianjurkan diperiksa pada ibu hamil dengan riwayat
mereka dapat berkembang cukup cepat ABORTUS BERULANG, karena infeksi TORCH tidak
menjadi hipotensi, ikterus, apnea koagulasi bertanggung jawab terhadap abortus berulang.
intravaskular diseminata, dan syok. Lesi kulit
vesikular mungkin ada atau tidak ada. Penapisan hanya dilakukan pada ibu hamil yang
berisiko tinggi terhadap infeksi TORCH, misalnya :
Diagnosis yang tepat waktu infeksi perinatal - Terhadap Toksoplasmosis: ibu hamil
sangat penting untuk memulai terapi yang tepat. yang mempunyai hewan peliharaan dan
Indeks kecurigaan yang tinggi untuk infeksi bawaan membersihkan kandang atau kotoran
dan kesadaran akan ciri-ciri khas infeksi TORCH, kucing, Ibu ibu yang senang berkebun,
dapat membantu memfasilitasi diagnosis dini makan sayuran segar, mentah.
dan menyesuaikan evaluasi diagnostik yang sesuai - Terhadap CMV: ibu – ibu yang bekerja
. Tanpa hasil laboratorium ibu yang kompatibel dalam lingkungan/ komunitas balita/anak
dengan infeksi intrauterin, infeksi intrauterin dapat kecil (guru TK, pengelola daycare).
diduga pada bayi baru lahir dengan manifestasi
2. Mendiagnosis TORCH pada ibu hamil
klinis tertentu, atau kombinasi manifestasi klinis,
Diagnosis TORCH pada ibu hamil perlu
termasuk hidrops fetalis, mikrosefali, kejang,
dilakukan apabila pada kehamilan didapatkan
katarak, gangguan pendengaran, penyakit jantung
2.1. Kecurigaan terjadi infeksi kongenital yang
kongenital, hepatosplenomegali, penyakit kuning,
didapat dari pemeriksaan sonografi
penyakit kuning , atau adanya rash (ruam kulit)
seperti:
Penatalaksanaan infeksi TORCH dalam Kehamilan
- Hidrops fetalis
Pengelolaan infeksi TORCH pada kehamilan
- Lesi pada gambaran cerebral janin
mencakup langkah-langkah berikut:
- Pertumbuhan Janin Terhambat yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya
1. Penapisan infeksi TORCH pada ibu hamil
- Marka sonografi lain yang menunjukkan
2. Mendiagnosis infeksi TORCH pada wanita hamil.
infeksi ( kalsifikasi cerebral)
3. Penentuan waktu infeksi dalam kaitannya
2.2. Ruam kulit yang bukan vesikel disertai tanda
dengan usia kehamilan.
infeksi sistemik, maka ibu harus diperiksa
4. Mendiagnosis infeksi TORCH pada janin.
terhadap Rubella dan Parvovirus B19.
5. Menawarkan rencana manajemen.
2.3. Ibu hamil yang terpapar (signifikan, misalnya
ibu hamil yang merawat orang sakit) Rubella
1. Penapisan infeksi TORCH
atau parpovirus, meskipun tidak tampak rash.
Diagnosis infeksi pada ibu hamil
Dengan berkembangnya pelayanan obstetri
- Diantara berbagai pemeriksaan yang
pranikah, skrining yang benar benar diperlukan
paling efektif adalah pemeriksaan ELISA,
sudah dapat dimulai sebelum hamil, terutama
sensitivitas dan spesifisitas bervariasi,
terhadap infeksi yang dapat dicegah/ dapat
Buku Ilmiah Fetomaternal
11
Sofie Rifayani Krisnadi

sehingga hasil harus didiskusikan. perlu dilakukan.


- Diagnosis serologis berdasarkan serial, - Pemeriksaan usg detail serial harus
hanya berarti bila serum pertama diambil dilakukan pada ibu dengan IgM yang
saat infeksi klinis dan serum ke dua diambil positif.
4 minggu kemudian.
3. Penentuan waktu ibu terinfeksi
- IgM dan IgG yang negatif menunjukkan ibu
Adanya IgG positif dengan IgM negatif menu
hamil tidak terpapar infeksi atau belum
jukkan infeksi toksoplasmosis lebih dari 1 tahun
divaksin.
yang lalu.
- Antibodi IgM yang positif dengan IgG yang
Apabila didapatkan IgG dan IgM yang positif,
negatif menunjukkan infeksi primer atau
harus dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
infeksi akut, akan tetapi IgM yang positif
menentukan waktu ibu terinfeksi. Pemeriksaan
dapat juga positif palsu karena reaksi
serologi serial dan uji aviditas merupakan alat
silang dari penyakit lain.
bantu untuk menentukan kapan ibu terinfeksi.
- Tes serologis ulangan dianjurkan 4 minggu
Nilai aviditas yang tinggi menunjukkan bahwa
kemudian untuk mengetahui diagnosis
infeksi terjadi lebih dari 3-5 bulan yang
yang benar yakni kalau IgG muncul
lampau. Uji serial dilakukan apabila diketahui
- Adanya serokonversi dari IgM dan IgG
infeksi secara klinis, serum ibu diambil untuk
yang negatifmenjadi positif merupakan
pemeriksaan igG dan 4 minggu kemudian
diagnosis pasti infeksi.
diulangi pemeriksaan IgGnya. Apa bila terjadi
- IgG positif dengan IgM negatif umumnya
kenaikan titer lebih dari 2 kali lipat , infeksi akut
menunjukkan infeksi di masa lampau
sedang terjadi.
- Waktu terkena infeksi dapat diperkirakan
4. Menentukan apakah janin terinfeksi atau tidak.
dengan memeriksa uji aviditas spesifik.
Infeksi pada fetus dapat dilakukan apabila ibu
Aviditas tinggi menunjukkan infeksi lebih
terinfeksi atau apabila gambaran ultrasonografi
dari 3-5 bulan yang lalu, sedangkan aviditas
mencurigakan terjadi infeksi TORCH. Diagnosis
yang rendah menunjukkan uinfeksi terjadi
pasti infeksi fetus hanya dapat dilakukan dengan
pada masa 3 bulan.
pemeriksaan PCR pada cairan amnion. Diagnosis
Berdasarkan IgM, IgG yang positif dan igG
pada cairan amnion hanya akan positif apabila
avidity, dapat diperkirakan apakah fetus
infeksi telah terpapar lebih dari 4 minggu, jadi
terkena infeksi atau tidak.
harus cukup waktu untuk memastikan infeksi
- IgM dan IgG positif menunjukkan ibu
pada janin
telah terkena infeksi di masa lampau, oleh
karena itu mencari waktu kapan terinfeksi

Buku Ilmiah Fetomaternal


12
Apakah Masih Diperlukan Pemeriksaan Torch Pada Setiap Kehamilan ?

Berbagai Gambaran Klinis Infeksi TORCH (ruam dan lesi okuler)

Gambaran Klinis Klasik TORCH (TRIAS TORCH - dikutip dari UptoDate)

Sifilis kongenital, ruam pada telapak kaki Sifilis kongenital : interstitisl keratitis

Rubella: Blueberry muffin lesion Congenital Rubella cataract

Buku Ilmiah Fetomaternal


13
Sofie Rifayani Krisnadi

Congenital Rubella Retinopathy / Symptomatic congenital cytomegalovirus infection

Intrauterin herpes simplex virus

Vesikel pada mata neonatus dengan infeksi Herpes


virus intrauterin

Buku Ilmiah Fetomaternal


14
Apakah Masih Diperlukan Pemeriksaan Torch Pada Setiap Kehamilan ?

Penapisan Toxoplasmosis pada I bu hamil

Penapisan Rubella pada Ibu Hamil

Buku Ilmiah Fetomaternal


15
Sofie Rifayani Krisnadi

Penapisan Rubella pada Ibu Hamil

Buku Ilmiah Fetomaternal


16
Apakah Masih Diperlukan Pemeriksaan Torch Pada Setiap Kehamilan ?

Penapisan infeksi CMV ibu hamil

Buku Ilmiah Fetomaternal


17
Sofie Rifayani Krisnadi

Penapisan Herpes pada ibu hamil

Pemeriksaan Pada Kehamilan Berikutnya: 2. Guerina NG, Marquez L, Kaplan SL, Weisman
LE, Armsby C. Congenital toxoplasmosis: Clinical
1. Pemeriksaan terhadap adanya infeksi TORCH features and diagnosis, Uptodate Literature
hanya dilakukan pada kelompok ibu hamil risiko review current through: Jan 2019. | This topic
tinggi. last updated: Oct 20, 2017
2. Pemeriksaan infeksi TORCH tidak dilakukan 3. Dobson RS, , Kaplan SL, Weisman LE, Armsby
untuk abortus berulang C. Congenital syphilis: Clinical features and
3. Pada semua ibu yang hasil pemeriksaan pada diagnosis. Uptodate. Literature review current
kehamilan lampau menunjukkan IgG positif dan through: Jan 2019. |  last updated: Jan 29, 2019.
IgM negatif tidak perlu pemeriksaan ulangan. 4. Dobson RS, , Kaplan SL, Weisman L, Armsby C.
4. Apabila hamil yang lampau IgM positif dengan Congenital rubella syndrome: Clinical features
IgG negatif atau positif dan hamil yang sekarang and diagnosis. Uptodate, Literature review
lebih dari 5 bulan pasca infeksi yang terdahulu, current through: Jan 2019. | This topic last
tidak perlu dilakukan pemeriksaan ulangan. updated: May 09, 2018
5. Pemeriksaan hanya dilakukan apabila pada 5. Harrison GJD, Edwards MS, Weisman LE,
kehamilan yang lalu IgG dan IgM masih negatif Armsby C.Congenital cytomegalovirus infection:
6. Pemeriksaan ulangan harus dilakukan di awal Clinical features and diagnosis. Uptodate,
kehamilan (kunjungan PNC pertama kali pada Literature review current through: Jan 2019. | 
trimester pertama). last updated: Sep 21, 2018.
7. Apabila pada awal kehamilan didapatkan IgG 6. Harrison GJD, Kaplan SL, Weisman LE, Armsby C
dan IgM negatif, pada kelompok kehamilan Neonatal herpes simplex virus infection: Clinical
risiko tinggi harus diperiksa kembali IgM features and diagnosis. Uptodate,
setiap trimester untuk mengetahui apakah ibu 7. Literature review current through: Jan 2019.
terpapar pada usia hamil sekarang. last updated: Sep 11, 2018.

Pustaka Acuan:

1. Johnson KE,Weisman LE, Edwards MS, Armsby


C. Overview of TORCH infections. Uptodate.
Literature review current through: Jan
2019. | This topic last updated: Sep 19, 2017.
Buku Ilmiah Fetomaternal
18
Peran Antitrombotik pada Kehamilan Risiko Tinggi

Ali Sungkar
Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Cipto Mangunkusumo

Kehamilan berhubungan dengan perubahan pasien dengan katup jantung prostetik dengan
hemostasis, termasuk peningkatan sebagian besar riwayat VTE, adanya trombus di ruang jantung, atrial
faktor pembekuan, penurunan jumlah antikoagulan fibrilasi dengan risiko VTE tinggi, atau trombofilia.2
dan penurunan aktivitas fibrinolisis. Perubahan ini Jenis antikoagulan yang paling disarankan pada
menghasilkan keadaan hiperkoagulabilitas yang wanita hamil adalah heparin molekul kecil atau
kemungkinan disebabkan perubahan hormonal. LMWH. Keuanggulan heparin adalah heparin tidak
Keadaan hiperkoagulabilitas dapat meningkatkan melewati sawar plasenta sehingga tidak memiliki
risiko tromboemboli vena (VTE). Peningkatan potensi untuk menyebabkan perdarahan pada janin
aktivitas pembekuan mencapai puncaknya pada saat ataupun teratogenitas. LMWH dibandingkan dengan
persalinan setelah pelepasan plasenta. Koagulasi UFH memiliki bioavibilitas yang lebih besar, waktu
dan fibrinolisis umumnya akan kembali ke keadaan paruh dan aktif lebih panjang, dan efek samping yang
sebelum hamil pada 3 – 4 minggu postpartum.1 lebih kecil. Namun kekurangannya adalah harganya
Terapi antitrombotik selama kehamilan yang lebih mahal. Penggunaannya juga harus dengan
banyak digunakan untuk pengobatan dan profilaksis pemantauan rutin kadar faktor anti-Xa.2,4
tromboemboli vena, emboli yang berhubungan
dengan penyakit katup jantung, dan keguguran Tromboemboli vena (VTE)
berulang pada pasien dengan antiphospholipid
syndrome (APS). Dewasa ini banyak studi yang Kehamilan dan postpartum sendiri merupakan
meneliti penggunaan antitrombotik pada kehamilan faktor risiko dari VTE, namun risiko absolutnya kecil.
risiko tinggi untuk pencegahan preeklampsia, NICE mengatakan bahwa penggunaan LMWH dapat
pertumbuhan janin terhambat (PJT), maupun mengurangi risko VTE hingga 60 – 70% pada pasien
persalinan preterm.2,3 dengan indikasi medis dan bedah. Dari sebuah studi
Terdapat dua kategori antitrombotik yakni juga didapatkan penurunan risiko dari VTE sebesar
antikoagulan dan antiplatelet. Antikoagulan 88% pada pasien obstetri.5
memperlambat pembentukan clot, sehingga Banyak kejadian VTE fatal yang terjadi pada
mengurangi formasi fibrin dan mencegah trimester pertama, oleh karena itu profilaksis
pembentukan dan pertumbuhan clot. Sedangkan untuk wanita dengan riwayat VTE harus dimulai
agen antiplatelet mengcegah penggumpalan pada awal kehamilan. Risiko VTE meningkat seiring
platelet dan juga mencegah pembentukan dan bertambahnya usia kehamila, mencapai puncaknya
pertumbuhan clot. Antitrombotik yang banyak setelah melahirkan. Caesarean section merupakan
digunakan pada kehamilan adalah aspirin dan faktor risiko signifikan, namun wanita dengan
heparin (unfractionated heparin/UFH, low molecular persalinan pervaginam juga memiliki risiko. 5
weight heparin/LMWH).4 Berdasarkan pedoman RCOG, semua wanita
Namun penggunaan antitrombotik dalam harus menjalani penilaian faktor risiko VTE pada
kehamilan tidak terlepas dari risiko komplikasi awal kehamilan atau sebelum hamil. Semua
pada ibu dan janin, sehingga penggunaannya harus wanita dengan faktor risiko harus dipertimbangkan
berhati-hati dan mempertimbangkan besarnya pemberian LMWH profilaksis. Durasi dan waktu
manfaat dan risiko yang ditimbulkan. Hasil penelitian pemberian bergantung pada banyaknya faktor risiko
yang ada saat ini juga masih kontroversial.3 yang dimiliki. Pasien APS meskipun tanpa riwayat
VTE tetap dianggap berisiko untuk mengalami
Antikoagulan trombosis. Sehingga apabila pasien memiliki faktor
risiko lain, pemberian heparin profilaksis harus
Terapi antikoagulan diindikasikan pada kehamilan dipertimbangkan.5
dengan riwayat abortus berulang pada pasien
dengan APS, riwayat kegagalan implantasi berulang,
Buku Ilmiah Fetomaternal
19
Ali Sungkar

Keamanan heparin pada usia kehamilan <16 minggu menurunan 65%


risiko preeklampsia dengan persalinan preterm
Berdasarkan studi yang telah dilakukan didapatkan
(RR=0.35; 95% CI=0.13–0.94) namun tidak untuk
bahwa terapi heparin aman untuk janin, karena tidak
preeklampsia dengan persalinan aterm (RR=1.01;
dapat melewati sawar plasenta. Risiko perdarahan
95% CI=0.60–1.70).9  Berdasarkan studi RCT
pada wanita hamil yang mendapatkan heparin
multisenter (Rolnik DL dkk, 2017) yang melibatkan
adalah 2%, sama besarnya dengan risiko perdarahan
1776 wanita hamil tunggal dengan risiko tinggi
pada pasien tidak hamil yang mendapat terapi
preeklampsia preterm, didapatkan hasil penurunan
heparin atau warfarin.2
risiko preeklampsia preterm pada grup aspirin yakni
Aspirin 13 subjek dibandingkan pada grup plasebo sebanyak
35 subjek (RR 0,38; 95% CI, 0.20–0.74, p=0.004).10
Aspirin atau asam salisilat termasuk ke dalam
Penelitian RCT di atas menggunakan algoritma
golongan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID.
khusus untuk menskrining wanita hamil risiko tinggi.
Aspirin merupakan inhibitor enzim cyclooxygenase
Skrining terdiri dari berbagai pemeriksaan, meliputi
(COX-1 dan COX-2). Di samping itu, aspirin juga
faktor maternal, mean arterial pressure (MAP),
memiliki efek antiinflamasi dan antiplatelet.
uterine artery pulsatility index (UTPI), maternal serum
Sejumlah penelitian dan meta-analisis menunjukkan
pregnancy-associated plasma protein (PAPP-A) dan
manfaat dari penggunaan aspirin, umumnya untuk
placental growth factor (PLGF) pada usia gestasi 11
mencegah atau menunda onset dari preeklampsia.
– 13 minggu. Skrining tersebut dapat mendeteksi
Indikasi penggunaan aspirin lainnya yang disarankan
96% preeklampsia onset dini dan 77% onset lambat.
adalan PJT, persalinan preterm, dan abortus. Namun
Sayangnya, skrining ini belum dapat diterapkan
penggunaannya dalam praktik klinis obstetri masih
dalam praktik klinis di Indonesia, sehingga hasil yang
bervariasi.3,4
diharapkan mungkin dapat berbeda.10

Preeklampsia
Preterm

Preeklampsia diduga terjadi akibat gangguan


Efek aspirin dosis rendah pada persalinan preterm
vaskular dan koagulasi akibat ketidakseimbangan
sebagai luaran primer masih belum banyak diteliti.
mediator vasodilator dan vasokonstriktor sehingga
Aspirin dapat menurunkan risiko persalinan
menimbulkan disfungsi endotel. Ketidakseimbangan
preterm melalui penurunan kontraktilitas uterus
tersebut dapat dimanipulasi dengan aspirin dosis
dengan menginhibisi sintesis prostaglandin dari
rendah untuk mengembalikan keseimbangan.6
jalur COX. Selain itu, aspirin juga diduga dapat
Berdasarkan rekomendasi ACOG (2013),
menurunkan persalinan preterm spontan melalui
wanita hamil dengan riwayat preeklampsia onset
efek antiinflamasi dan inhibisi iskemik pada
dini dan persalinan preterm < 34 minggu, atau
uteroplasenta.6 Berdasarkan rekomendasi ACOG
riwayat preeklamsia pada lebih dari satu kehamilan
(2013), aspirin dosis rendah tidak dianjurkan untuk
disarankan mengkonsumsi aspirin dosis rendah
mencegah persalinan preterm spontan tanpa adanya
(60-80 mg) setiap hari dimulai dari akhir trimester
faktor risiko preeklampsia.6 Meta-analisis yang
pertama, antara miggu ke 16 - 28 kehamilan (paling
dilakukan oleh Meher S, dkk. yang menemukan
optimal sebelum minggu ke-16) dilanjutkan hingga
bahwa aspirin dosis rendah tidak menurunkan risiko
persalinan. Menurut World Health Organization
persalinan preterm <34 minggu pada penggunaan
(WHO), pemberian aspirin dosis rendah (75 mg)
<16 minggu (RR 0,90; 95% CI, 0.77–1.04) maupun ≥16
direkomendasikan sebelum kehamilan 20 minggu
minggu (RR 0,91; 95% CI, 0.82–1.00). 11 Namun pada
pada perempuan dengan risiko tinggi kehamilan,
beberapa studi didapatkan hasil yang bertentangan,
sedangkan US Preventive Services Task Force (USPTF)
dimana aspirin menunjukkan manfaat terhadap
merekomendasikan pemberian aspirin dengan dosis
pencegahan persalinan preterm. Berdasarkan meta-
81 mg/hari paling optimal sebelum usia kehamilan
analisis yang dilakukan Xu,dkk.12 pemberian aspirin
12 minggu pada perempuan dengan risiko tinggi
dosis rendah menurunkan insidens persalinan
kehamilan. 6,7,8
preterm dengan OR 0,81, 95% CI 0,75–0,88. Aspirin
Meta-analisis (Cui Y et al, 2018) yang dilakukan
dosis rendah juga diketahui dapat menurunkan
pada 10 studi RCT dan melibatkan 3.168 subjek,
insidens persalinan preterm sebanyak 19% menurut
menemukan bahwa pemberian aspirin dosis rendah
Xu ,dkk.12 dan 14% menurut Henderson,dkk.13
Buku Ilmiah Fetomaternal
20
Peran Antitrombotik pada Kehamilan Risiko Tinggi

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) 5. RCOG. Reducing the Risk of Venous


Thromboembolism during Pregnancy and the
Penggunaan aspirin dosis rendah untuk mencegah Puerperium. Green-top Guideline No. 37a.
PJT saat ini juga tidak direkomendasikan oleh 2015.
ACOG tanpa adanya risiko preeklampsia karena 6. American College of Obstetricians and
belum adanya bukti yang cukup kuat. Namun, pada Gynecologists. Low-dose aspirin use during
wanita dengan risiko preeklampsia, penggunaan pregnancy. ACOG Committee Opinion No. 743.
aspirin dosis rendah dapat menurunkan risiko Obstet Gynecol 2018;132:44–52.
PJT. Plasentasi abnormal yang disebabkan prefusi 7. LeFevre ML. Low-dose aspirin use for the
plasenta yang buruk atau insufisiensi plasenta prevention of morbidity and mortality from
merupakan patologi yang paling sering mendasari preeclampsia: U.S. Preventive Services Task
PJT. Pemberian aspirin dosis rendah pada trimester Force recommendation statement. U.S.
pertama kehamilan diduga dapat mencegah PJT Preventive Services Task Force. Ann Intern Med
melalui efek inhibisi terhadap agregasi platelet dan 2014;161:819–26.
meningkatkan perkembangan plasenta.6 Sebuah 8. WHO. Recommendations for Prevention and
meta-analisis (Roberge S dkk, 2017) menunjukkan Treatment of Pre- Eclampsia and Eclampsia.
penggunaan aspirin dosis rendah pada wanita risiko Geneva: World Health Organization; 2011.
tinggi preeklampsia yang dimulai <16 minggu, dapat 9. Cui Y, Zhu B, Zheng F. Low-dose aspirin at ≤16
menurunkan risiko PJT (RR 0,56; 95% CI 0,44–0,70).14 weeks of gestation for preventing preeclampsia
and its maternal and neonatal adverse
Keamanan aspirin outcomes: A systematic review and meta-
analysis. Exp Ther Med. 2 018 May; 15(5):
Di samping manfaat yang ditawarkan dari berbagai 4361–4369.
studi, perlu diperhatikan juga risiko yang dapat 10. Rolnik DL, et al. Aspirin versus Placebo
ditimbulkan oleh penggunaan aspirin. Berdasarkan in Pregnancies at High Risk for Preterm
laporan USPSTF, aspirin dosis rendah tidak Preeclampsia. The new englang journal of
meningkatkan risiko abrupsio plasenta, perdarahan medicine. 2017;377(70):613-22.
postpartum, dan rata-rata kehilangan darah pada 11. Meher S, Duley L, Hunter K, Askie L. Antiplatelet
maternal, dan juga tidak meningkatkan risiko therapy before or after 16 weeks’
perdarahan intrakranial pada neonatus.7 Namun
dari sebuah studi didapatkan insidensi abrupsio
plasenta ditemukan lebih tinggi pada wanita yang
mendapatkan aspirin.15 Sedangkan pada neonatus,
berdasarkan beberapa studi didapatkan penggunaan
aspirin dalam kehamilan dapat meningkatkan risiko
tuli sensorineural.16 Penggunaan aspirin dosis rendah
juga dapat berhubungan dengan resistensi aspirin,
yakni respons platelet yang suboptimal.17

Referensi
1. Thornton P, et al. Coagulation in pregnancy.
Best Practice & Research Clinical Obstetrics and
Gynaecology. 2010;24:339–52.
2. Antonijevic NM. Anticoagulation in Pregnancy
and Puerperium. Hospital Pharmacology. 2016;
3(1):328-40.
3. Ginsberg JS, Hirsh J. Use of Antithrombotic Agents
During Pregnancy. Chest 1995;108;305S-311S.
4. Katzung BG, et al. Basic and Clinical
Pharmacology. 9th Ed. United States; Lange:
2004.
Buku Ilmiah Fetomaternal
21
APAKAH PEMBERIAN ANTI TROMBOTIK HARUS DIBERIKAN PADA SELURUH
KEHAMILAN DENGAN AUTOIMUN ?

Deviana Soraya Riu


Divisi FetomaternalDepartemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Pendahuluan kronik, preeklamsia serta preeklamsia superimposed,


dan terjadi lebih awal pada lupus nefritis atau bila
Penyakit autoimun adalah kondisi klinis yang ditandai bersama dengan APS.(6)
dengan kerusakan jaringan atau organ akibat sistem Antitrombotik seperti unfractionated heparin
kekebalan tubuh menyerang sel sehat. Dalam kondisi (UH), low-molecular-weight heparin (LMWH) dan
normal, seseorang memiliki sel dan antibodi yang aspirin sering digunakan untuk meningkatkan
mampu mengenali antigen dan menginisiasi respon angka lahir hidup. Efek menguntungkan dari
imun. Jika regulasi tersebut terganggu, antibodi antitrombotik khususnya heparin telah diketahui
endogen di sirkulasi akan berinteraksi dengan sel sejak 1980, beberapa penelitian bertujuan untuk
sehat dan membentuk kompleks imun yang akan mengevaluasi pengaruh antitrombotik terhadap
disimpan di jaringan sehingga dapat menyebabkan angka melahirkan hidup pada wanita dengan riwayat
kerusakan jaringan. Penyakit autoimun yang keguguran berulang. Saat ini aspirin dosis rendah
sering ditemukan seperti artritis reumatoid, lupus direkomendasikan untuk diberikan kepada wanita
eritematosus sistemik (SLE), sindrom antifosfolipid dengan SLE atau APS, dan UH dan LWMH digunakan
antibody (APS), sklerosis sistemik (SSc), primary untuk wanita dengan APS. (7)

Sjogren’s syndrome (PSS) dan miositis inflamasi.
Sekitar 6–10 kali lipat ditemukan pada wanita Lupus eritematosus sistemik
dibandingkan pria, utamanya pada wanita muda usia
reproduksi, sehingga kehamilan pada penyakit ini Lupus eritematosus sistemik merupakan penyakit
membutuhkan perhatian serius. (1,2,3) autoimun sistemik yang melibatkan multiorgan
Lupus eritematosus sistemik (SLE), APS primer, dan ditandai dengan periode remisi dan relaps. Presentasi
SLE disertai APS merupakan penyakit autoimun yang klinik bervariasi, dapat mengenai persendian, kulit,
paling sering ditemukan pada wanita usia reproduksi. ginjal, membran serosa, sistem hematologik dan
(4)
sistem saraf. Wanita dengan SLE berisiko 2–4 kali
Selama beberapa dekade, wanita yang mengalami komplikasi kehamilan. Berdasarkan basis
menderita SLE/APS disarankan untuk tidak hamil data California dari 555 kehamilan dengan lupus (dari
karena tingginya angka hasil luaran yang buruk, 1.2 juta kehamilan), semua memiliki peningkatan
baik pada ibu maupun janin, dan penyakit dapat risiko untuk menderita hipertensi, penyakit ginjal,
mengalami perburukan (flare), serta masih preeklamsia, persalinan preterm, seksio sesar, PJT
kurangnya pengobatan yang terbukti aman. Wanita dan kematian janin. Analisis nasional melaporkan
dengan SLE/APS khususnya memiliki risiko tinggi bahwa risiko kematian maternal (8,9)
20 kali lipat lebih
untuk mengalami preeklamsia, pertumbuhan janin tinggi pada wanita dengan lupus.
terhambat (PJT), prematur dan kematian janin. Dikutip dari Bazzan, dkk, Cervera melaporkan
Namun dengan berkembangnya penanganan untuk hasil dari penelitian kohort terhadap 1000 pasien
penyakit ini, hasil luaran kehamilan menjadi lebih SLE, harapan hidup selama 10 tahun adalah 90%,
baik dan jumlah wanita dengan penyakit autoimun dan 25% kematian merupakan akibat sekunder
yang dapat hamil juga meningkat.(3.5) dari penyakit aktif, kejadian trombosis atau
Di Amerika Serikat, dari 16.7 juta kehamilan dari infeksi. Penelitian lain melaporkan angka harapan
tahun 2000 – 2003, 13.555 menderita SLE, insiden hidup sekitar 70%, dan komplikasi trombosis dan
sekitar 1 : 1250 kehamilan. Selama kehamilan, lupus kardiovaskuler merupakan komplikasi utama saat
ditemukan meningkat pada sepertiga kehamilan, SLE menagalami reaktivasi (flare) dan infeksi. Telah
sepertiga tidak berubah, dan sepertiga sisanya banyak dijelaskan bahwa SLE sendiri merupakan
mengalami perburukan. Sekitar 30% wanita hamil faktor risiko independen untuk terjadi trombosis
dengan lupus mengalami komplikasi hipertensi arteri maupun vena.(10) Penyakit autoimun kronik
Buku Ilmiah Fetomaternal
22
Apakah Pemberian Anti Trombotik Harus Diberikan Pada Seluruh Kehamilan Dengan Autoimun ?

dengan inflamasi sistemik meningkatkan risiko mempresentasikan b2-GP1 secara terus menerus di
gangguan kardiovaskuler, dengan aterosklerosis dan sel membrannya. Hal ini yang menjelaskan mengapa
perubahan vaskuler melalui perubahan molekul adesi terjadi komplikasi kehamilan pada wanita dengan
vaskuler, meningkatkan permeabilitas transendotel, APS. Sindrom antifosfolipid dapat menyebabkan
mengganggu antitrombotik dan menurunkan keguguran berulang, preeklamsia dan PJT disebabkan
produksi vasodilator dan ekspresi trombomodulin. adanya pembentukan trombin dan infak plasenta.
Trombomodulin berfungsi menghambat agregasi (9,12)

trombosit dan aktivasi alur komplemen. Hal tersebut Dikutip dari Schramm dkk, Chen dkk
berhubungan dengan disfungsi endotel pada SLE. melaporkan bahwa debris fagositosis trofoblast
Penderita SLE memiliki jumlah sel progenitor
yang nekrotik memungkinkan aPL mempengaruhi
endotel yang sama dengan orang sehat, sel tersebut
mengganggu zat untuk migrasi dan adesif, sehingga sel endotel untuk periode waktu yang lama. Setelah
di duga disfungsi endotel pada SLE berkontribusi dipicu, aPL dapat mempertahankan aktivasi sel
terhadap risiko terjadinya preeklamsia. (9) endotel bahkan tanpa adanya debris trofoblast
Perfusi plasenta yang buruk akan mengaktivasi nekrotik. Aktivasi kronik dari endotel memicu
trombosit dan kaskade pembekuan, menghasilkan ketidakseimbangan tromboksan A2 dan prostasiklin.
ketidakseimbangan diantara prostaglandin
Koreksi dari ketidakseimbangan ini menjelaskan
vasoaktif. Rasio antara tromboksan dan prostasiklin
memodulasi aliran darah vaskuler, tromboksan manfaat pemberian aspirin dosis rendah pada
A2 berfungsi sebagai vasokonstriktor dan memicu kehamilan dengan APS.(9)
agregasi trombosit, sementara prostasiklin sebagai Wanita dengan anti-fosfolipid antibodi
vasodilator dan menghambat agregasi. Peningkatan berisiko untuk mangalami APS katastropik (CAPS)
tromboksan dan penurunan kadar prostasiklin yang ditandai dengan evolusi cepat dari thrombosis,
dihubungkan dengan infark dan vaskulopati bahkan mikrotrombus di 3 organ atau lebih. Lebih
trombotik yang diketahui merupakan gambaran khas dari setengah wanita dengan CAPS mengalami
pada plasenta penderita preeklamsia.(9)
 kematian. Katastropik APS dapat muncul bersama
dengan preeklamsia dan atau sindrom HELLP
Sindrom Antifosfolipid (hemolysis, elevated liver enzyme, and low platelet).
(9)

Sindrom antifosfolipid (APS) merupakan gangguan


protrombotik yang dapat menyebabkan thrombosis, Peranan antotrombotik pada kasus autoimun
emboli atau stroke dan dihubungkan dengan khususnya SLE dan APS
komplikasi kehamilan yang tinggi seperti abortus
dan preeklamsia. Antibodi pada APS adalah antibodi The American College of Obstetricians and
anti-fosfolipid (aPL), yaitu anti-cardiolipin antibody Gynecologists and the Society for Maternal-Fetal
(aCL), lupus-anticoagulant (LAC) dan b2-glycoprotein Medicine mendukung pedoman yang dikeluarkan
antibodies (anti-b2-GP1). Diagnosis ditegakkan oleh U.S Preventive Service Task Force (USPSTF) yaitu
berdasarkan kriteria laboratorium yaitu antibodi pengunaan aspirin dosis rendah untuk mencegah
terdeteksi dan gejala klinis (termasuk trombosis, preeklamsia. Penyakit autoimun khususnya SLE dan/
emboli dan stroke) atau kegagalan obstetrik dengan APS merupakan salah satu faktor risiko untuk
(termasuk keguguran berualang, kematian janin menderita preeklamsia.(13)
pada trimester dua atau tiga, atau preeklamsia berat Mempertahankan SLE dalam fase tenang dapat
(9,11)
onset dini). menurunkan risiko terjadinya komplikasi dengan
Risiko preeklamsia pada pasien APS lebih meminimalkan pengaruh inflamasi kronik, tetapi
dari 9 kali lebih tinggi dibandingkan wanita sehat. disfungsi endotel akibat lupus tidak dipengaruhi.(9)
Komplikasi kehamilan pada APS akibat interaksi faktor Peningkatan risiko trombosis pada pasien
protrombotik, inflamasi dan patologi trofoblast. dengan APS tergantung pada beberapa faktor, yaitu
Phospholipid-binding protein-annexin V, protein C, profil aPL dan adanya faktor risiko lain. Klasifikasi
prothrombin atau anti-b2-GP1 merupakan antigen profil aPL yaitu risiko tinggi bila tes LA positif dengan
target untuk aPL. Sebagian besar sel pada manusia atau tanpa disertai kadar aCL atau IgG atau IgM
memindahkan b2-GP1 di permukaan sel hanya anti b2- GPI sedang-tinggi, risiko sedang bila tes LA
selama apoptosis atau kondisi patologis, trophoblast negatif disetai kadar aCL atau IgG atau IgM anti b2-

Buku Ilmiah Fetomaternal


23
Deviana Soraya Riu

GPI sedang – tinggi, dan risiko rendah bila tes LA gagal dengan monoterapi aspirin dosis rendah)
negatif dengan kadar aCL atau IgG atau IgM anti b2- atau pada wanita dengan kondisi tidak dapat
GPI rendah. Penentuan risiko ini dapat membantu menerima kegagalan kehamilan (keguguran
untuk menentukan apakah terapi antitrombotik berulang pada kehamilan dini, wanita usia tua,
dapat diberikan atau tidak. Aspirin direkomendasikan dampak besar terhadap kondisi psikologis akibat
untuk penceghan primer pada orang yang menderita keguguran). Monoterapi dengan aspirin dosis
SLE disertai aPL dan pada orang-orang yang tidak rendah diindikasikan untuk dimulai pada wanita
menderita SLE tetapi memiliki risiko tinggi. (14,15) muda dengan riwayat keguguran hamil muda yang
Trombofilaksis yang efektif wajib diberikan ke berulang tanpa adanya faktor risiko lain. Indikasi
pasien dengan aPL positif yang persisten, walaupun aspirin dosis rendah juga diberikan kepada wanita
riwayat klinis negatif, karena berisiko tinggi untuk hamil dengan aPL positif yang persisten walaupun
memicu terjadinya CAPS. Profil aPL risiko tinggi dan asimtomatik. Demikian juga pada pasien dengan
adanya faktor risiko kardiovaskuer yang lain dapat penyakit autoimun tanpa aPL dengan faktor risiko
memodulasi ekpresi klinik dari trombosis, untuk hal untuk preeklamsia seperti adanya hipertensi kronik
th
itu Task Force pada 13 International Congress on atau riwayat penyakit ginjal.
Antiphospholipid Antibodies merekomendasikan Penelitian meta-analisis mengkonfirmasi
profilaksis primer dengan aspirin dan modifikasi bahwa penggunaan aspirin dosis rendah pada pasien
gaya hidup. Terdapat 2 penelitian meta-analisis APS menurunkan risiko preeklamsia, persalinan
menganjurkan pemberian aspirin dosis rendah untuk preterm sebelum usia kehamilan 34(2) minggu dan
menurunkan risiko trombosis pada penderita aPL kehamilan dengan luaran yang buruk.
positif asimtomatik, pasien dengan SLE dan pasien Terdapat 2 tinjauan sistematik yang melaporkan
obstetri dengan APS, dengan atau tanpa SLE, dengan keuntungan pemberian heparin bersama dengan
profil aPL risiko tinggi dan
(11,16)
atau disertai faktor risiko aspirin dibanding aspirin saja. Pemberian aspirin saja
untuk alami trombosis. tidak menunjukkan perbedaan bila dibandingkan
Tinjauan sistematis dan penelitian meta- dengan tanpa pengobatan terhadap risiko keguguran
analisis terhadap perbandingan aspirin dosis rendah (RR 1.05, 95% CI 0.66–1.68), pada 3 penelitian
dengan aspirin dosis rendah dikombinasi dengan dengan sampel kecil. Sedangkan untuk LMWH
heparin pada wanita hamil dengan aPL dan keguguran terhadap aspirin menunjukkan efek mengurangi
berulang menunjukkan bahwa kombinasi antara risiko keguguran (RR 1.20, 95% CI 1.00–1.43). Untuk
aspirin dan heparin lebih baik dibandingkan aspirin heparin kombinasi aspirin dibandingkan aspirin saja
saja dalam memberikan manfaat, khususnya dalam menurunkan risiko keguguran pada trimester awal
hal hasil luaran berupa kelahiran hidup. Heparin (RR 0.26, 95%CI 0.14-0.48). Hal yang sama juga
tidak melewati sawar plasenta sehingga aman untuk dilaporkan beberapa penelitian lain. American College
embrio/janin. Low molecular weigt heparin memiliki of Chest Pysicians (ACCP) merekomendasikan UFH
beberapa kelebihan dibandingkan dengan UH, yaitu atau LMWH kombinasi dengan aspirin untuk wanita
bioavailabilitas LMWH lebih baik dibandingkan UH dengan APS dengan riwayat keguguran berulang tiga
dan risiko trombositopenia serta osteoporosis
(3)
lebih kali atau lebih. Royal College of Obstetrician and
rendah pada LMWH dibandingkan UH. Gynaecologist merekomendasikan bahwa wanita
Dari satu penelitian randomisasi terkontrol dengan APS seharusnya diterapi dengan aspirin dosis
dilaporkan bahwa penggunaan kombinasi UH dan rendah kombinasi dengan heparin untuk mencegah
(
aspirin dosis rendah, dibandingkan aspirin saja keguguran selanjutnya. 2,7)
menunjukkan peningkatan absolut dari angka Gubarnova dan Guliyeva melaporkan dari hasil
kelahiran hidup dari 41% menjadi 72%, hal tersebut penelitiannya bahwa aktivitas koagulasi menurun
dilaporkan juga oleh 2 penelitian lain. Tetapi terdapat pada wanita hamil dengan APS sehingga berisiko
2 penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda, untuk mengalami trombosis. Berdasarkan hasil
yaitu LMWH(12)
bersama aspirin tidak memberikan penelitiannya, disimpulkan bahwa wanita hamil
manfaat. dengan APS baik primer maupun sekunder yang
Danza dkk merekomendasikan pemberian diberikan profilaksis antitrombotik sejak awal, dapat
aspirin dosis rendah ± heparin secara individual. mencegah komplikasi tromboemboli, menjamin
Terapi kombinasi direkomendasikan kepada wanita pembentukan plasenta yang adekuat sehingga akan
dengan riwayat obstetrik buruk (riwayat kematian menurunkan risiko persalinan preterm, kematian
janin trimester kedua-ketiga, preeklamsia berat, janin dalam rahim, kematian ibu dan komplikasi
Buku Ilmiah Fetomaternal
24
Apakah Pemberian Anti Trombotik Harus Diberikan Pada Seluruh Kehamilan Dengan Autoimun ?

trombosis lainnya.(17) LMWH dianjurkan untuk diberikan dosis profilaksis,


Aspirin mempengaruhi proses vasokonstriksi, tetapi untuk wanita hamil dengan riwayat trombosis,
faktor prokoagulan dan platelet- activating state, dosis heparin diberikan sesuai dosis terapi.(9)

memodulasi rasio tromboksanA2/prostasiklin untuk Ringkasan
mengoptimalkan aliran darah ke plasenta sehingga
mencegah trombosis plasenta, yang akhirnya dapat Walaupun protokol penanganan yang ada tidak
mencegah preeklamsia. Penambahan antikoagulan,
berdasarkan pada bukti yang kuat, pemberian aspirin
heparin dapat menginterupsi interaksi antara
aPL dan b2-GP1, menghambat alur komplemen dosis rendah direkomendasikan pada wanita hamil
dan memberikan efek anti- inflamasi tetapi tidak dengan SLE untuk mencegah terjadinya komplikasi
mempengaruhi migrasi trophoblast atau plasentasi. preeklamsia. Wanita dengan SLE dan APS diberikan
Hal ini menjelaskan mengapa manfaat heparin aspirin sebagai profilaksis untuk preeklamsia dan
kurang signifikan dalam mencegah komplikasi diberikan juga heparin atau LMWH. Wanita hamil
kehamilan lanjut seperti preeklamsia, meskipun
tanpa riwayat trombosis, dosis heparin atau LMWH
efektif untuk mencegah
(9)
masalah kehamilan awal
pada pasien APS. diberikan sesuai dosis profilaksis tetapi wanita hamil
Efek antikoagulan heparin melalui interaksi dengan riwayat thrombosis diberikan dengan dosis
dengan antitrombin, meningkatkan kemampuannya terapi. Klasifikasi profil aPL dan adanya faktor risiko
untuk menginaktifkan enzim koagulasi trombin, lain juga diperlukan untuk menilai apakah terapi
faktor Xa dan faktor IXa. Produksi dan sekresi antitrombotik diperlukan atau tidak.
TFPI dari sel endotel meningkat, mempengaruhi
apoptosis, angiogenesis dan aktivasi komplemen.
Pengaruh heparin termasuk meningkatkan invasi Kepustakaan
trofoblat dimediasi dengan meningkatnya aktivitas
proteolitik matrix metalloproteinase 2 (MMP2) 1. Peaceman AM, Ramsey-Goldman R.
dan induksi heparin berikatan dengan epidermal Autoimmune COnnective Tissue Disease in
growth factor-like growth factor dan ekspresi Pregnancy [Internet]. 2008 [cited 2001 Sep 20].
CYR61. Peranan LMWH terhadap antibody aPL yaitu Available from: www.glowm.com
menghambat angiogenesis sel endotel endometrium 2. Danza A, Ruiz-Irastorza G, Khamashta M.
dianggap merupakan mekanisme tambahan sehingga Pregnancy in systemic autoimmune diseases:
pengobatan dapat melindungi kehamilan. (12) Myths, certainties and doubts. Med Clin (Barc)
Mekanisme kerja heparin terutama untuk [Internet]. 2016;(xx):1–7. Available from: http://
aktivitas antikoagulan, merupakan hasil dari ikatan dan dx.doi.org/10.1016/j.medcli.2016.03.019 

aksi antrombin. Aktivitas antikoagulan menurunkan 3. Marder W, Littlejohn EA, Somers EC. Pregnancy
tormbosis di mikrovaskularisasi plasenta. Selain itu, and autoimmune connective tissue diseases.
terjadi hambatan terhadap protein adesi (selectin) Best Pract Res Clin Rheumatol [Internet].
yang merupakan produk anti-inflamasi heparin. 2016;30(1):63–80. 
Available from: http://
Relevansi klinik pada kehamilan belum jelas tetapi dx.doi.org/10.1016/j.berh.2016.05.002 

ekspresi dan interaksi molekul adesif ini penting 4. Tabarkiewicz J, Selvan SR, Cools N. Editorial:
untuk keberhasilan implantasi. Pada penelitian Autoimmunity in reproductive 
health and
in vitro, heparin memicu diferensiasi trofoblast pregnancy. J Immunol Res. 2018;2018:3–6. 

ekstravili di jaringan plasenta. Low molecular weight 5. Gomes V, Mesquita A, Capela C. Autoimmune
heparin menurunkan ikatan antibodi antifosfolipid diseases and pregnancy: Analysis 
of a series of
ke sel trofoblast. Mekanisme kerja aspirin dalam cases. BMC Res Notes. 2015;8(1):1–7. 

meningkatkan kesempatan untuk melahirkan hidup 6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe
pada wanita dengan riwayat keguguran masih JS, Hoffman BL, Casey BM, 
editors. Connective
belum jelas. Tetapi, sebagai inhibitor trombosit, Tissue Disorders. In: Williams Obstetrics. 25th
aspirin menurunkan aktivitas koagulasi di plasenta. ed. New York: 
Mc Graw Hill education; 2018. p.
(7)
Wanita dengan SLE dan APS harus melanjutkan 2523–53. 

pengobatan aspirin untuk pencegahan preeklamsia 7. de Jong PG, Goddijn M, Middeldorp S.
dan menambahkan heparin atau LMWH. Untuk Antithrombotic therapy for pregnancy
wanita hamil tanpa riwayat trombosis, heparin atau loss. 
Hum Reprod Update. 2013;19(6):656–73. 


Buku Ilmiah Fetomaternal


25
Deviana Soraya Riu

8. Sammaritano LR, Salmon JE, Branch DW. 13. Committee on Obstetric Practice Society for
Pregnancy and Rheumatic Disease. In: 
Resnik Maternal-Fetal MEdicine. ACOG Committee
R, Lockwood CJ, Moore TR, Greene MF, Coper; Opinion. Low-dose aspirin use during pregnancy.
joshua A, SIlver RM, editors. Creasy and Resnik’s Obstet Gynecol. 2018;132(1):e44–52. 

Maternal-Fetal Medicine: Principles and 14. Lim W. Prevention of thrombosis in
Practice. 8th ed. Philadelphia: Elsevier; 2019. p. antiphospholipid syndrome. Hematology.
1192–6. 
 2016;2016(1):707–13. 

9. Schramm AM, Clowse ME. Aspirin for 15. Garcia D, Erkan D. Diagnosis and management
prevention of preeclampsia in lupus pregnancy. of the antiphospholipid syndrome. N Engl J
Autoimmune Dis. 2014;2014. 
 Med. 2018;378(21):2010–20. 

10. Bazzan M, Vaccarino A, Marletto F. Systemic 16. Bertero MT. Primary prevention in
lupus erythematosus and thrombosis. Thromb antiphospholipid antibody carriers. Lupus.
J. 2015;13(16). 
 2012;21(7):751–4. 

11. Corban M ichel T, Duarte-Garcia A, McBane 17. Gurbanova JF, Guliyeva MA. Comparative
RD, Matteson EL, Lerman LO, Lerman, A I. dinamics of the efficiency of antithrombotic
Antiphospholipid syndrome. Role of vascular prophylaxis before delivery in pregnant women
endothelial cells and implications for risk with different forms of antiphospholipid
stratification and targeted therapeutics. J Am syndrome. J Med Biomed Appl Sci. 2018;1–4. 

Coll Cardiol. 2017;69. 

12. Greer IA, Brenner B, Gris JC. Antithrombotic
treatment for pregnancy complications: Which
path for the journey to precision medicine? Br J
Haematol. 2014;165(5):585–99. 


Buku Ilmiah Fetomaternal


26
Cara Mengenali Risiko Abortus Berulang

Budi Handono
Divisi Kedokteran Fetomaternal KSM/Dep Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Keguguran berulang Resiko keguguran meningkat pada pasangan


dengan usia wanita ≥ 35 tahun dan pria ≥ 40 tahun.
Keguguran adalah kejadian kegagalan kehamilan Pada studi prospektif yang dilakukan oleh Nybo dkk.
yang ditandai dengan kematian janin dan dapat mengenai hubungan usia ibu dan resiko keguguran
disertai ekspulsi dari janin sebelum usia kehamilan berulang didapatkan : ibu dengan usia 12-19 tahun
20 minggu atau sebelum berat janin mencapai 500 memiliki resiko 13%, usia 20-24 tahun 11%, 25-29
gram. Keguguran berulang menurut European tahun 12%, 30-34 tahun 15%, 35-39 tahun 25 %, 40-
Society of Human Reproduction and Embryology 44 tahun 51% dan ≥ 45 tahun memiliki resiko hingga
(ESHRE) adalah keguguran sebanyak dua kali atau 93%.
lebih sebelum usia kehamilan 24 minggu. Royal Angka kejadian keguguran berulang
College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG) diperkirakan 1 dari 300 kehamilan. Tetapi menurut
mendefinisikan keguguran berulang sebagai kejadian data register dari Skotlandia didaptkan prevalensi
keguguran sebanyak tiga kali atau lebih berturut- keguguran mencapai 5%. Namun menurut data
turut sebelum usia kehamilan 24 minggu, sedangkan ACOG , 1% dari semua wanita dapat mengalami
menurut American Society for Reproductive Medicine kejadian keguguran berulang.
(ASRM) keguguran berulang adalah dua kejadian
keguguran sebelumnya. Keguguran sebenarnya Etiologi
merupakan kejadian yang sering terjadi tanpa
disadari oleh pasangan. Hampir 12-15% kehamilan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sugiura
klinis berakhir dengan keguguran antara 4-20 minggu ogasawara dkk. didapatkan penyebab keguguran
tetapi insiden keguguran sebenarnya adalah 2-4x berulang hampir ≥ 69% adalah tidak dapat dijelaskan,
lebih tinggi (30-60%). dari penyebab idiopatik tersebut diketahui hampir
41% disebabkan oleh kelainan kariotyping dari
Epidemiologi keguguran berulang embrio. Penyebab lain antara lain : kelainan
endokrin (6%) kelaianan anatomi uterus (5%),
Resiko kejadian keguguran berulang meningkat kelainan kromosom (10%), antiphospolipid sindrom
seiring dengan jumlah keguguran yang dialami. (3%). Menurut pedoman penanganan keguguran
berulang yang dikeluarkan oleh RCOG tahun 2011
Tabel 1 Resiko kejadian keguguran berulang dan konsensus keguguran berulang yang dikeluarkan
berdasarkan kejadian keguguran HIFERI dan POGI tahun 2018, dijelaskan bahwa
sebelumnya penyebab keguguran berulang adalah :
• Faktor epidemiologi
Abortus % Risiko Faktor epidemiologi yang dimaksud meliputi
Sebelumnya usia maternal, paternal dan kejadian keguguran
Wanita yang minimal 0 12 % sebelumnya. Selain itu faktor lingkungan juga
mempunyai 1 dijelaskan memiliki korelasi dengan kejadian
kelahiran hidup keguguran berulang. Ibu perokok dan yang
1 24 % mengkonsumsi kafein berhubungan dengan
2 26 % peningkatan resiko terjadinya keguguran
berulang. Konsumsi alkohol juga dijelaskan
3 32 %
menjadi faktor yang meningkatkan resiko
4 26 %
terjadinya keguguran berulang. Paparan logam
Wanita tanpa 2 atau lebih 40-45 % berat ( cadminium dan timbal) dan kurangnya
kelahiran hidup mikronutrien ( zinc, tembaga dan vitamin E)
menyebabkan keguguran. Faktor lain yang juga

Buku Ilmiah Fetomaternal


27
Budi Handono

mempengaruhi adalah paparan terhadap kadar pada wanita dengan keguguran berulang
peptisida organoklorin dan gas anasthesi. Indeks ditemukan lebih dominan respon sitokin
masa tubuh juga secara signifikan berhubungan T-helper 1
dengan keguguran trimester pertama. • Infeksi
• Sindrom antiphospolip Beberapa infeksi menyebabkan bakterimia dan
Sindrom antiphospolip mengacu pada hubungan viremia yang menyebabkan keguguran. Agen
antara antibodi antiphospolipid - antikoagulan infeksi yang menyebabkan keguguran berulang
lupus, antibodi anticardiolipid dan antibodi harus dapat bertahan di saluran genital, tidak
anti-B2 glikoprotein-I dan thrombus pembuluh terdeteksi dan tidak menimbulkan gejala yang
darah. Mekanisme sindrom antiphospolip mengganggu. Dengan mekanisme meliputi (1)
menyebabkan keguguran berulang melalui terjadi infeksi langsung pada rahim, janin atau
proses penghambatan fungsi tropoblastik, plasenta (2) menyebabkan insufisiensi plasenta
melalui pengaktifan respon inflamasi lokal (3) menyebab endometritis atau endocervitis
dan pada kehamilan lanjut melalui proses kronis (4) menyebabkan amnionitis dan (5)
thrombosis pada vaskularisasi uteroplasenta infeksi intrauterine. Toxoplasma, rubella,
• Faktor Genetik cytomegalovirus, herpes dan listeria tidak
Pada sebuah studi ditemukan kariotipe paternal memenuhi kriteria tersebut, sehingga
yang abnormal sebesar 1,9% pada pasangan pemeriksaan rutin TORCH tidak disarankan.
dengan keguguran berulang. Pemeriksaan Kondisi immunocompromised, infeksi
kariotipe paternal dapat direkomendasikan menular seksual dan infeksi kronis lain harus
pada pasangan dengan keguguran berulang dipertimbangkan dalam keadaan keguguran
hanya setelah dilakukan penilaian risiko berulang.
individu ( misalanya memiliki riwayat kelahiran
anak sebelumnya dengan kelainan kongenital
atau terdapat kelainan ketidakseimbangan
kromosom dalam keluarga)
• Kelainan Anatomi
Kejadian malformasi uterus terjadi lebih tinggi
pada wanita dengan keguguran berulang pada
trimester kedua.
• Faktor Endokrin
Kelainan endokrin seperti diabetes dan kelainan
thyroid yang tidak terkontrol berhubungan
dengan keguguran berulang. Kondisi sindrom
ovarium polikistik juga berhubungan dengan
keadaan keguguran berulang.
• Faktor imunologi
Sel natural killer (NK) ditemukan pada darah
perifer dan mukosa uterus. Namun sel NK
pada darah perifer berbeda secara fenotip dan
fungsi dengan sel NK pada uterus ( uNK). Sel
uNK memiliki peran dalam invasi trofoblast
dan angiogenesis. Namun hubungan sel uNK
dengan kejadian keguguran berulang masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut.
• Sitokin adalah molekul imun yang mengkontrol
sistem imun sel lain. T-helper 1 akan
memproduksi sitokin pro-inflamasi seperti
interleukin 2, interferon dan TNF alpha
sedangkan T-helper 2 memproduksi interleukin
2,6,10. Kehamilan normal menghasilkan secara
dominan respon sitokin T-helper 2 sedangkan
Buku Ilmiah Fetomaternal
28
Cara Mengenali Risiko Abortus Berulang

Klasifikasi keguguran berulang

Tabel 2 Klasifikasi kejadian keguguran berdasarkan usia kehamilan, hasil temuan ultrasonografi
dan evaluasi kadar hCG

Tipe keguguran Umur kehamilan Aktivitas Temuan USG Kadar βHCG


(minggu) jantung janin
Kegagalan biokimia / < 6 (0-6) Tidak pernah Kehamilan tidak Rendah kemudian
preembrionik teridentifikasi menurun

Kegagalan kehamilan dini Tidak pernah Kantung kehamilan


/ embrionik 6-8 (4-10) kosong atau besar Awalnya
dengan struktur meningkat
minimal tanpa kemudian
aktivitas jantung menurun
janin

Kegagalan kehamilan 8-20 (10-20) Hilang Tampak CRL dan


lanjut aktivitas jantung
janin sebelumnya Meningkat
kemudian
menetap atau
menurun

Tabel 3 Kejadian keguguran berulang berdasarakan usia kehamilan dikaitkan dengan kemungkinan
penyebab dan investigasi

Jenis Keguguran Jenis Keguguran Jenis Keguguran


Keguguran preembrionik dan Kelainan kromosom Pemeriksaan kromosom
embrionik Kelainan hormon Pemeriksaan hormon
Kelainan endometrium Pengambilan sample endometrium
Kelainan imunologi ACA dan LA

Keguguran janin Antiphospholipid ACA dan LA


Syndrome (APS) Pemeriksaan hemostatis dan skrining
Trombofilia untuk trombofilia

Keguguran trimester kedua Kelainan anatomi Histeroskopi,


Kelemahan USG USG
serviks

Buku Ilmiah Fetomaternal


29
Budi Handono

Tatalaksana keguguran berulang berdasarkan klasifikasi menurut HIFERI-POGI

Grafik 1 Tatalaksana keguguran berulang pada keguguran preembrionik dan embrionik berulan

Buku Ilmiah Fetomaternal


30
Cara Mengenali Risiko Abortus Berulang

Grafik 2 Tatalaksana keguguran berulang pada keguguran janin berulang.

Buku Ilmiah Fetomaternal


31
Budi Handono

Peran USG dalam mendeteksi keguguran berulang hematoma subkorionik, ketebalan trofoblas,
korpus luteum, dan sirkulasi uteroplasenta.
Kelainan vaskular berhubungan dengan kejadian
keguguran berulang namun penelitian yang Sirkulasi Uteroplasenta
membuktikan hal tersebut masihlah terbatas.
Untuk mencapai kehamilan yang normal perfusi Sirkulasi uteroplasenta terdiri dari bagian maternal,
uterus sangatlah penting. Dalam sejumlah plasenta, dan janin yang bergabung menjadi satu.
penelitian, pemeriksaan doppler ultrasonografi Bagian maternal dari sirkulasi uteroplasenta
menunjukkan perubahan aliran darah di rahim terdiri dari arteri uterina dan cabang-cabangnya.
dan ovarium selama siklus mentruasi. Terdapat Arteri uterina berasal dari arteri iliaka interna,
perbedaan aliran darah uterus pada wanita fertil dan kemudian meluas kurang lebih sepertiga
dan infertil. Sehingga kelainan perfusi uterus dapat ketebalan miometrium. Pada lokasi ini arteri
menjelaskan adanya kondisi infertil dan resistensi uterina bercabang menjadi arteri arkuata yang
aliran darah pada arteri uterina menjadi prediktor melingkari uterus. Dari jaringan tersebut, cabang-
terjadinya implantasi. Namun penggunaan metode cabang kecil, yang disebut arteri-arteri radialis yang
ini masih kontroversi. berjalan ke arah lumen uterus. Arteri-arteri radialis
Pada penelitian yang dilakukan oleh T. akan menjadi arteri-arteri spiralis endometrium
habara dkk, dijelaskan bahwa terdapat perbedaan atau desidua saat melewati batas endometrium-
signifikan pada ketebalan endometrium dan miometrium.
indeks pulsasi pada arteri uteri antara kelompok Semua sirkulasi uteroplasenta ini dapat
keguguran berulang dan kelompok kontrol. Pulsasi diidentifikasi pada uterus dengan kehamilan
indeks pada arteri uterina juga berkorelasi terbalik dengan mengetahui gambaran arus darahnya.
dengan kadar progesteron. Arteri uterina dapat diperlihatkan pada potongan
Penggunaan doppler ultrasonografi setinggi ostium uteri internum melalui pendekatan
meberikan metode non invasif untuk mengevaluasi sisi lateral uterus dan membentuk kurva ke atas
impedansi uterus, dan memberikan data fisilogis sepanjang korpus uteri. Arteri-arteri arkuata dapat
dari uterus, tidak hanya memberikan informasi dilihat pada sepertiga luar miometrium, sedangkan
mengenai anatomi saja. Adanya resistensi aliran arteri-arteri spiralis dapat diidentifikasi pada
darah pada arteri uterina berhubungan dengan duapertiga bagian dalam miometrium. Arteri-arteri
luaran yang buruk pada kehamilan seperti kondisi spiralis dapat terlihat dekat dengan trofoblas aktif.
preeklamsia atau IUGR. Perubahan aliran darah
pada arteri uterina dapat dideteksi pada minggu ke Doppler Arus Darah Arteri Spiralis Desidua
lima.
Doppler arus darah arteri-arteri kecil
Peranan Ultrasonografi menunjukkan aliran darah dan pulsatilitas yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh percabangan
Ultrasonografi memiliki peranan untuk sirkulasi arteri uterina dan peningkatan daerah
mendiagnosis kegagalan kehamilan dini. Pada potong-silang yang mengakibatkan resistensi
abortus iminens, ultrasonografi dibutuhkan untuk yang rendah dari aliran darah. Beberapa studi
menentukan apakah janin masih hidup sehingga menunjukkan penurunan resistensi arus darah
kehamilan dapat dilanjutkan. Ultrasonografi dapat pada arteri uterina dan cabang-cabangnya pada
juga digunakan untuk diagnosis abortus inkomplit awal kehamilan.
atau komplit, missed abortion, dan blighted ovum. Pada awal kehamilan, arteri-arteri spiralis
Saat ini ultrasonografi diharapkan dapat secara progresif berubah menjadi saluran
menentukan kehamilan mana yang akan mengalami berliku-liku dengan dilatasi nonmuskular. Arus
kegagalan pada penderita dengan perdarahan darah turbulen dengan resistensi rendah dari
kehamilan dini. Untuk dapat memprediksi arteri-arteri spiralis yang mengalami perubahan
kegagalan kehamilan tersebut, maka perlu dapat dideteksi dekat tempat implantasi
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi saat terjadi plasenta. Selanjutnya, invasi sejumlah besar
perdarahan. Beberapa gambaran ultrasonografi aliran darah maternal dengan tekanan tinggi
yang dapat dilihat antara lain kantong kehamilan, mengakibatkan arus darah dengan kecepatan
yolk sac, crown rump length, denyut jantung, tinggi dan komponen diastolik yang besar
Buku Ilmiah Fetomaternal
32
Cara Mengenali Risiko Abortus Berulang

Gambar 1 Skema arus darah a. uterina, a. arkuata, a. radialis, dan a. spiralis

Perdara han trimester pertama

ROS ↑ Disfungsi sel endotel Th -0

VCAM ↑

SO D ↓ Th-1
Th-2
Aliran da rah A spir alis desidua ↑ USG

H 2O2
IL4 ↓
O2

Loncata n elektron di mitokondria IL2 Sel B


INF γ ↑
Kerusa kan membr an sel endometr ium Ab
A ktifasi sitotosik

Perok sidasi lipid plasenta Sel p lasma


Tidak terk ontrol ak tivitas radikal bebas A ktifasi M akrofag
TNF Plasenta ↑
 A ntiok sidan
 Vitamin C A ktifasi Ag

Perok sidasi glutathione ↓


Perok sidasi lipid ↑

Ak tifasi N eutr ofil


O ksigen r ad ik al bebas (Multi organ)
↑ IL6, I L8

Abortus

Grafik 3 Perdarahan trimester pertama dan kejadian abortus

Gambar 2 Pemeriksaan USG arteri spiralis desidua

Buku Ilmiah Fetomaternal


33
Budi Handono

dari gambaran Doppler arus darah. Resistensi peningkatan resistensi vaskular plasenta, yang dapat
arteri-arteri spiralis akan menurun dengan diketahui melalui pemeriksaan pola arus darah pada
bertambahnya usia kehamilan akibat perubahan Arteri Spiralis Desidua.
muskulo-elastik dinding pembuluh darah menjadi Pada kehamilan trimester pertama dengan
saluran yang besar. perdarahan, jika dilakukan pemeriksaan kimiawi
akan dihasilkan sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi
Beberapa Penelitian Doppler Arus Darah Arteri cukup tinggi tetapi dari segi biaya jauh lebih mahal
Spiralis Desidua dibandingkan dengan pemeriksaan bukan kimiawi,
sehingga untuk diagnosis pada kasus abortus
Peranan Doppler arus darah arteri-arteri spiralis berulang dan memprediksi terjadinya abortus dapat
dalam prediksi kegagalan kehamilan telah dibuktikan juga digunakan pemeriksaan klinis Indeks Resistensi
melalui beberapa studi di bawah ini: arteri spiralis desidua dengan ultrasound dan dari
Jaffe dkk. melakukan pemeriksaan ultrasonografi segi biaya jauh lebih murah meskipun spesifisitasnya
Doppler pada 100 wanita dengan usia kehamilan 7-12 rendah dengan nilai titik potong untuk Indeks
minggu dan janin hidup. Studi ini menunjukkan Resistensi arteri spiralis desidua ³ 0,6.
bahwa arus darah abnormal dengan resistensi
tinggi dari ASD (RI ≥ 0,55) ditemukan pada penderita Kesimpulan
dengan risiko tinggi abortus spontan. Sensitivitas,
spesifisitas, serta nilai prediksi negatif dan positif Abortus berulang terjadi ± 5% pasangan. Penyebab
untuk prediksi luaran kehamilan adalah masing- keguguran berulang hampir ≥ 69% adalah tidak
masing 89%, 86%, 97%, dan 61%. dapat dijelaskan, dari penyebab idiopatik tersebut
Namun demikian, studi lainnya menunjukkan diketahui hampir 41% disebabkan oleh kelainan
hasil yang sebaliknya seperti ditunjukkan di bawah kariotyping dari embrio Investigasi harus mencakup
ini: etiopatogenesis contoh karyotype, TSH, prolactin,
Kurjak dkk. melakukan investigasi arus darah APA’s, faktor pembekuan, kultur cervix, dan
sirkulasi fetomaternal dari 60 wanita dengan pemeriksaan anatomi uterus. Penatalaksanaan
abortus iminens dan 90 wanita dengan kehamilan Abortus berulang masih terbatas. Terapi empirik
intrauterin normal. Dilakukan pengukuran RI (RI) mencakup dukungan terapi psikologi klinik.
pada sirkulasi maternal dan tidak didapatkan Pemeriksaan ultrasound Indeks Resistensi arteri
perbedaan yang bermakna nilai RI sirkulasi spiralis desidua dengan nilai titik potong ³ 0,6 dapat
maternal antara wanita dengan kehamilan normal memprediksi terjadinya abortus dan dari segi biaya
dan abortus iminens dengan perdarahan yang luaran jauh lebih murah meskipun spesifisitasnya rendah.
kehamilan normal.
Alcazar dan Ruiz-Perez melakukan studi Daftar Pustaka
terhadap 49 penderita dengan abortus iminens
pada trimester pertama dengan janin hidup dan 1. Kurjak A, Zudenigo D, Predanic M, Kupesic S,
129 wanita dengan kehamilan trimester pertama Funduk B. Assessment of the fetomaternal
yang normal. Ultrasonografi transvaginal dilakukan circulation in threatened abortion by
dan dilakukan pengukuran peak systolic velocity transvaginal color Doppler Fetal Diagnosis
dan indeks pulsatilitas arteri uterina dan arteri Therapy. 1994;9:341-7.
spiralis. Ternyata tidak ditemukan perubahan 2. Alcazar JL, Ruiz-Perez ML. Uteroplacental
Doppler arus darah sirkulasi uteroplasenta pada circulation in patients with first trimester
penderita dengan abortus spontan dibanding threatened abortion. Fertil Steril. 2000;73:130-
kehamilan normal sehingga penggunaan Doppler 5.
arus darah tidak membantu untuk prediksi luaran 3. Jaffe R. Development of early uteroplacental
kehamilan. circulation. Early Pregnancy. 2001;5:34-5.
Pemeriksaan Doppler ditujukan untuk 4. Leible S, Cumsille F, Walton R. Discordant
menilai perubahan resistensi vaskular uterus uterine artery velocity waveform as a predictor
plasenta janin melalui pengukuran velositas arus of subsequent miscarriage in early pregnancies.
darah dengan gelombang ultrasonik. Pada keadaan Am J Obstet Gynecol. 1998;1179:1587-93.
reperfusi plasenta terjadi perubahan abnormal pada 5. Hendarto H, Santoso B, Harzif AK. Konsensus
mikrosirkulasi plasenta yang akan menyebabkan keguguran berulang. Reproduksi, HIPER-POGI.
Buku Ilmiah Fetomaternal
34
Cara Mengenali Risiko Abortus Berulang

2018; 11. 11. Leible S, Cumsille F, Walton R. Discordant


6. The investigation and treatment of couples with uterine artery velocity waveform as a predictor
recurrent first-trimester and second-trimester of subsequent miscarriage in early pregnancies.
miscarriage. RCOG. 2011 Am J Obstet Gynecol. 1998;1179:1587-93.
7. Baziad A, Sumapraja K, Santoso B. Panduan Tata 12. 12. Hendarto H, Santoso B, Harzif AK.
Laksana Keguguran Berulang. HIPERI - POGI. Konsensus keguguran berulang. Reproduksi,
2010 HIPER-POGI. 2018;
8. Nakatsuka M, Habara T, Noguchi S, Konishi H, 13. 13. The investigation and treatment of couples
Kudo T. Impaired uterine arterial blood flow with recurrent first-trimester and second-
in pregnant women with recurrent pregnancy trimester miscarriage. RCOG. 2011
loss. Journal of ultrasound in medicine. 2003 14. 14. Baziad A, Sumapraja K, Santoso B. Panduan
Jan 1;22(1):27-31. Tata Laksana Keguguran Berulang. HIPERI -
9. 9. Alcazar JL, Ruiz-Perez ML. Uteroplacental POGI. 2010
circulation in patients with first trimester 15. 15. Nakatsuka M, Habara T, Noguchi S, Konishi
threatened abortion. Fertil Steril. 2000;73:130- H, Kudo T. Impaired uterine arterial blood flow
5. in pregnant women with recurrent pregnancy
10. 10. Jaffe R. Development of early loss. Journal of ultrasound in medicine. 2003
uteroplacental circulation. Early Pregnancy. Jan 1;22(1):27-31.
2001;5:34-5.

Buku Ilmiah Fetomaternal


35
Detection of Aneuploidy During Pregnancy by Ultrasonography

Wiku Andonotopo
Sub Divisi Fetomaternal, SMF Obsgin RSUD Kabupaten Tangerang, Banten
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Introduction priori risk for anomalies. This data cannot legitimately


be extrapolated to the low-risk population, making
Prenatal ultrasound has evolved from a method many studies often inherently biased.
to identify basic components of the intrauterine First Trimester
NT
Since the early 1990s, NT has
environment to one that can be used as a become an important component for first and
sophisticated screening tool for fetal aneuploidy. second-trimester screening for fetal aneuploidy and
Skilled practitioners can use specific findings on other related structural defects. NT is the lucent zone
ultrasound to assess which patients may be at at the posterior fetal neck observed sonographically
increased risk for isolated birth defects, genetic in the first trimester. This area, between the back of
syndromes, or chromosomal aneuploidy. the fetal neck and the overlying skin, can be reliably
This non-invasive approach can help measured and, if enlarged, may be suggestive of fetal
determine which patients may benefit from an structural defects or aneuploidy, specifically trisomy
invasive procedure for fetal diagnosis. At the present 21. Many studies, including large multicentre trials,
time, all trimesters of pregnancy can be used as a have been performed to evaluate the use of NT as
non- invasive method of ultrasound screening for a screening tool for fetal aneuploidy. Initial studies
aneuploidy. were retrospective in nature and focused on high-
Several investigations suggest that routine ultrasound risk populations. However, several investigations
in the low-risk population should be considered as one involving screening of the general population have
of the multiple tools to screen for aneuploidy. First been performed.
trimester screening with maternal serum pregnancy- The largest of these was performed by the
associated plasma protein-A, b-human chorionic Fetal Medicine Foundation in England. In this study,
gonadotropin, and nuchal translucency (NT) have the detection rate for trisomy was 82% with an 8%
detection rates from 82% to 87%. First plus second- false-positive rate. The serum, urine, and ultrasound
trimester screening tests using serum, from 85% to screening study (SURUSS) trial, performed in the
88%, and with ultrasound measurement of NT added, United Kingdom, found a false-positive rate of 21%
this increases to 94% to 96%. Although not directly with detection rate for trisomy 21 of 85%. A similar
comparable, the combinations of analyte screening trial in the United States, the first and second
with sonography improves detection of aneuploidy trimester evaluation of risk (FASTER) trial, had
more than sonography alone. Ultrasound may be a similar results. An NT measurement is usually used
valuable tool in the screening process for the low- in combination with maternal serum markers, such
risk patient, however, there are certain factors that as Human chorionic gonadotropin and pregnancy-
must be accounted for. The lack of standardization associated plasma protein-A. These markers are
of sonologist’s training and experience, differences independent of NT, allowing for the possibility of
in equipment quality, and maternal habitus, as well improved screening with the combination of the two.
as the ascertainment bias inherent in the population Detection rates for trisomy 21 using the combined
often referred for tertiary care, make data generated test have been tested in several studies, with the
from clinical trials with regard to ultrasound difficult results generally noting a sensitivity of anywhere
to standardize and apply. Furthermore, as the finding from 82% to 87% and a false-positive rate of 5%.
of aneuploidy in a low-risk patient is so infrequent, The use of NT measurements to screen
many more patients must be enrolled in studies to for aneuploidies other than trisomy 21 has been
detect a discernible difference in outcome. Because described, but is somewhat controversial. The Fetal
of this limitation, the majority of investigations with Medicine Foundation study found high detection
regard to aneuploidy detection with ultrasound are rates for trisomy 18, Turner syndrome and triploidy.
limited to high-risk patients who have a higher a However, the inability to predict first trimester

Buku Ilmiah Fetomaternal


36
Detection of Aneuploidy During Pregnancy by Ultrasonography

prevalence rates given the high rate of spontaneous and use of transvaginal approach have all been
fetal loss makes it difficult to determine true associated with suboptimal ascertainment of the
detection rates for these syndromes. presence of the nasal bone.
In addition to the use of NT measurement to
screen fetal aneuploidy, there are significant data DUCTUS VENOSUS
suggesting it is useful as a method to assign risk for
specific fetal structural abnormalities and adverse Abnormal Doppler flow patterns of the ductus
pregnancy outcomes. venosus have been associated with an increased
risk for trisomy 21. However, like the nasal bone,
CYSTIC HYGROMA difficulty in measuring ductus venosus flow limits the
use of this tool clinically.
A cystic hygroma is a thin-walled, subcutaneous
unilocular or multilocular mass filled with lymphatic CHOROID PLEXUS CYSTS
fluid. This congenital malformation typically occurs
in the posterior neck and is the result of a localized One of the most frequently seen structures during a
area of lymphatic dilatation and/or leakage from second trimester scan with a suggested association
the lymphatic vessels. It may be accompanied by with aneuploidy is the choroid plexus cyst. The
generalized lymphedema. In general, it is thought choroid plexus is an intracranial structure that
that a septated cystic hygroma confers a worse produces cerebrospinal fluid. This is mentioned
prognosis. A cystic hygroma can also be a second- in detail in the section of this chapter dealing with
trimester finding. trisomy 18, as approximately one-third of fetuses
The presence of a cystic hygroma on an with this aneuploidy have choroid plexus cysts.
ultrasound performed in the first trimester has long An ultrasound marker for aneuploidy is useful if
been associated with fetal aneuploidy. The FASTER detected in combination with other ultrasound
Trial evaluated 132 pregnancies with septated abnormalities. However, the issue of the ‘‘isolated’’
cystic hygroma diagnosed in the first trimester. Of choroid plexus cyst and its connection with karyotypic
these cases, 50.8% of them were associated with a abnormalities has been the subject of debate. In the
chromosomal anomaly, either trisomies 21, 13, 18, absence of other ultrasound markers or an abnormal
triploidy, or Turner syndrome whereas 33.8% of maternal serum screen, the presence of an isolated
the fetuses had a structural abnormality. Given the choroid plexus cyst should not precipitate an invasive
strong association between fetal aneuploidy and diagnostic evaluation for aneuploidy.
this finding, patients diagnosed with a fetal cystic
hygroma in the first trimester should be offered ECHOGENIC INTRACARDIAC FOCUS
counseling and antenatal karyotype evaluation with
either chorionic villus sampling or amniocentesis. Congenital heart disease is the most common serious
If aneuploidy is not identified, a fetal cardiac structural malformation at birth with an incidence
ultrasound and fetal anatomic survey should be of 8/1000. Although present in chromosomally
offered to evaluate the fetus for other nonaneuploid normal fetuses, there is a 33% to 42% incidence
syndromes. of chromosomal anomalies seen in fetuses with
prenatally diagnosed congenital heart disease.
NASAL BONE Unlike structural cardiac disease, a common
sonographic marker is the echogenic intracardiac
Given that a small nasal bone is an important focus. This finding describes calcification in the
phenotypic component of trisomy 21, it was expected papillary muscle or the chordae tendinae of the fetal
that antenatal measurement of this structure may heart and is seen in either the left or right ventricles.
be an important ultrasonographic screening tool. The finding is common, with an incidence between
However, the use of this measurement to detect fetal 5% and 10%. In addition, in the chromosomally
aneuploidy is controversial. There is considerable normal fetus, there is no correlation between this
technical difficulty involved with measurement of finding and structural heart disease, and no neonatal
the fetal nasal bone, requiring a perfectly aligned evaluation is necessary. This finding is neither
midsagittal image. Early gestational age, larger sensitive nor specific, with the high rate of normal
maternal body habitus, inadequate NT sonography, foetuses with an echogenic cardiac focus. Because of
Buku Ilmiah Fetomaternal
37
Wiku Andonotopo

this, further information, either from the ultrasound NUCHAL FOLD


or in conjunction with maternal serum screening is
necessary before recommending invasive testing if The nuchal fold measurement is obtained by imaging
this is an isolated finding. the soft tissue thickness posterior to the occiput.
Measurements >6mm between 15 and 20 weeks are
HYPERECHOIC BOWEL considered abnormal and should be interpreted as a
possible increased risk for aneuploidy, such as trisomy
Hyperechoic bowel is appreciated when small bowel 21, although it has also been linked to fetal heart
in the fetal abdomen and pelvis appears as echogenic defects and Noonan syndrome. It is widely accepted
as bone as seen during the second trimester as the single most sensitive and specific marker for
ultrasound. This is accomplished by decreasing the presence of chromosomal abnormalities in the
the gain on the fetal image and noting persistent second trimester.
echogencity, although this allows for a great deal of
subjectivity when identifying this finding. Further, Selected Syndromes
the higher the frequency of the transducer used,
the greater the difficulty indistinguishing echogenic TURNER SYNDROME
bowel from a normal finding. Unlike other markers,
echogenic bowel can represent a marker for other Turner syndrome is the most common sex-
types of birth defects, but can also represent a chromosome abnormality in the female conceptus,
structural malformation, such as meconeum ilius with a frequency of about 3%. Most Turner
or peritonitis, or a small bowel malrotation or syndrome conceptuses (99%) end in first trimester
obstruction. As a marker, hyperechoic bowel has miscarriage. The prevalence of the syndrome at
been associated with many disorders including birth is approximately 25 to 55 cases per 100,000
cystic fibrosis (CF), cytomegalovirus (CMV) infection, births. About 50% of affected individuals have
growth restriction, and aneuploidy.29 It can also be the karyotype 45,X with the other half of patients
associated with digestion of intra-amniotic blood being mosaic. The phenotype is represented by
by the fetus. If present, counselling should include short stature, broad chest, wide-spaced nipples,
a careful history for bleeding or trauma, family lymphedema, prominent ears, loose skin folds in
history of CF, and evaluation for maternal infection. the neck area, and underdeveloped gonads. Unlike
Depending on the patient’s desires, screening for the previously described trisomies, which occur as a
CF and CMV can be performed initially on maternal result of nondisjunction, Turner syndrome (45,X) is
blood for the common CF mutations and IgG and IgM not associated with advanced maternal age and can
levels to note recent CMV infection, and either serum be caused by several different mechanisms.
screening for aneuploidy, or review of prior maternal Many sonographic findings have been
aneuploidy screening. Alternatively, amniocentesis described in association with fetal Turner syndrome,
can be performed on the fetus for CF mutations, fetal most recognizable in the first and second trimester.
karyotype, and DNA for CMV infection. These include a large septate cystic hygroma, total
body lymphangiectasia, cardiac defects; the most
PYELECTASIS common of which being a coarctation of the aorta,
nuchal thickening, and short femur. The reliability of
The genitourinary finding most often associated these markers to aid in the diagnosis of this syndrome
with aneuploidy is the presence of pyelectasis. has been the result of many investigations. In addition
Although mild renal pyelectasis is a frequent finding to these ultrasound markers, other associated
during the second trimester ultrasound, there is an anomalies are renal in origin such as hypoplastic
association between this discovery and trisomy 21. or horseshoe kidneys. Down syndrome is the most
Approximately 17% to 25% of fetuses with trisomy common type of aneuploidy among newborns,
21 have hydronephrosis seen prenatally, compared occurring in one of 700 live births. The incidence
with 2% to 3% of karyotypically normal fetuses. is elevated early in pregnancy and decreases as
As with other sonographically identified gestation advances secondary to the high fetal loss
markers, the sensitivity and specificity for pyelectasis rate seen in this disorder. Because Down syndrome
is not good enough for use as a solitary finding of (remember, they are not all trisomy 21, but mosaics
aneuploidy. and translocations) can result in a viable infant, it is

Buku Ilmiah Fetomaternal


38
Detection of Aneuploidy During Pregnancy by Ultrasonography

particularly important to attempt to diagnose the TRISOMY 13


syndrome in the antenatal time period. This gives
families opportunities for all types of reproductive Although the third most common trisomy after
options and support groups before birth. trisomy 18 and 21, trisomy 13 is actually a quite rare
Approximately one-third of foetuses with chromosomal aneuploidy, with reported incidence
Down syndrome have one or more sonographically of 1 in 5000 to 1 in 20,000 births. Trisomy 13 is
detectable major structural malformations in considered lethal with a risk of in utero death of
the following systems: cardiovascular, central 80% and <5%of infants surviving to 1 year of life. It is
nervous system (CNS), gastrointestinal system, and associated with severe structural anomalies affecting
craniofacial abnormalities. The use of minor or multiple systems including the CNS, the cardiac
‘‘soft’’ markers in evaluation of the fetus for trisomy structure, and the gastrointestinal tract. Because of
21 using ultrasound is less straight forward. the clinical severity of this disorder, ultrasound is
These minor markers include slightly very useful in detection of trisomy 13.
shortened humerus, slightly shortened femur, In the first trimester, there are several
echogenic intracardiac foci, hyperechoic bowel, sonographic features that are associated with
pyelectasis, hypoplasia of the middle phalanx of the trisomy 13. Second and third trimester ultrasound
fifth digit, separation of the great toe (sandal gap can identify any of the findings with early IUGR in
toe), widened iliac angle, and hypoplastic nasal bone. 11% of fetuses with trisomy 13. In general, trisomy
As mentioned earlier, the use of these soft markers in 13 is sonographically detectable in >90% of cases
the development of a standardized risk-assessment owing to the presence of these severe structural
system has been termed the ‘‘genetic sonogram.’’ malformations.
In addition, it is important to note that although Conclusions
Ultrasound is a noninvasive tool
all of these markers may be associated with Down for early evaluation of the fetus and intrauterine
syndrome, approximately 50% of these fetuses will environment. Its limitations include the lack
not have any abnormal findings on ultrasound. of standardization of evaluation that patients
receive, and varying sonologist’s experience and
TRISOMY 18 equipment. Further, many fetuses with aneuploidy
will not demonstrate significant sonographic
Trisomy 18 is the second most common autosomal findings, making detection limited. With regard
trisomy detected in the second trimester; seen in toaneuploidy screening, its utility is improved when
approximately 1 in 5500 live births. Resulting in the used in conjunction with analyte screening. Early
karyotype 47, +18, the majority of cases of trisomy recognition of fetal compromise allows families time
18 are the result of meiotic nondisjunction, with for preparation and informed management of the
the occasional cases the result of chromosomal gestation.
translocation. Females are more commonly affected
than males. Half of the affected infants die within
the first week of life. Severe mental retardation is
evident in all of the 5% to 10% of infants with trisomy
18 that survive their first year of life.
Clinically, trisomy 18 can affect any organ
system. Those features commonly associated with
trisomy 18 include hypertonia, prominent occiput,
micrognathia, short sternum, horseshoe kidney,
flexed fingers with overriding index or third finger.
Cardiac abnormalities occur in >50% of affected
individuals with ventricular septal defects and
patent duct arteriosus seen most commonly. Meckel
diverticulum, omphalocele, malrotation are the
predominant abnormalities in the gastrointestinal
system.  

Buku Ilmiah Fetomaternal


39
Efek Hipertiroid dan Hipotiroid pada Ibu Hamil dan Janin

Sarma Nursani Lumbanraja


Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri & Ginekologi FK USU- RSUP HAM

PENDAHULUAN metabolisme selama kehamilan normal, terdapat


perubahan fisiologi tiroid yang tercermin dalam
Diagnosis penyakit tiroid selama kehamilan tes fungsi tiroid. Perubahan utama dalam fungsi
membutuhkan pemahaman tentang perubahan tiroid selama kehamilan adalah peningkatan serum
fisiologi tiroid dan tes fungsi tiroid pada kehamilan Thyroxine-Binding Globulin (TBG) dan stimulasi
normal. Selama kehamilan, konsentrasi TBG reseptor tirotropin (Thyroid Stimulating Hormone
(thyroxine-binding globulin) serum naik hampir dua [TSH]) oleh Human Chorionic Gonadotropin (hCG).1
kali lipat karena estrogen meningkatkan produksi Human Chorionic Gonadotropin
(hCG) adalah salah satu dari
TBG dan sialilasi TBG, yang menghasilkan penurunan keluarga hormon glikoprotein, termasuk TSH,
pembersihan TBG.1,2 Untuk menjaga konsentrasi dengan subunit alfa dan beta. Namun, ada homologi
hormon tiroid bebas yang memadai selama periode yang cukup besar antara subunit beta hCG dan TSH.
ini, produksi tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) Akibatnya, hCG memiliki aktivitas stimulasi tiroid
oleh kelenjar tiroid harus meningkat. Kelebihan yang lemah.13
TBG menyebabkan peningkatan konsentrasi total Tingkat hCG yang sangat tinggi dapat
T4 dan T3 dalam serum, tetapi tidak bebas. Tingkat terjadi pada kehamilan multipel dan hiperemesis
total T4 dan T3 meningkat sekitar 50 persen selama gravidarum. Hipertiroidisme sementara ini, biasanya
paruh pertama kehamilan, dan meningkat pada usia subklinis, harus dianggap sebagai temuan fisiologis
kehamilan 20 minggu, pada kondisi stabil tingkat yang normal. Kemudian pada kehamilan, ketika
produksi hormon tiroid secara keseluruhan akan sekresi hCG menurun, konsentrasi T4 dan T3 bebas
kembali seperti sebelum kehamilan.3 serum menurun, dan konsentrasi TSH serum naik
Hipertiroidisme (TSH rendah, dengan kadar sedikit atau dalam kisaran normal.14
T4 dan / atau T3 bebas yang melebihi nilai normal) Pedoman American Thyroid Association
relatif jarang terjadi selama kehamilan, secara (ATA) untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan
epidemiologi terjadi 0,1 hingga 0,4 persen dari semua Penyakit Tiroid selama Kehamilan dan Postpartum
kehamilan.4,5 Gejala yang ditimbulkan tidak spesifik merekomendasikan penggunaan rentang referensi
berhubungan dengan kehamilan seperti takikardia, berdasarkan populasi dan spesifik trimester untuk
intoleransi panas, dan peningkatan keringat. Gejala TSH dan metode pengujian serta rentang referensi
tambahan termasuk kecemasan, tremor tangan, khusus trimester untuk T4 bebas pada serum.15
dan penurunan berat badan meskipun nafsu makan Kebutuhan yodium lebih tinggi pada
normal atau meningkat. Sedangkan gejala spesifik kehamilan dibandingkan pada wanita tidak hamil
seperti gondok dan oftalmopati yang menunjukkan karena peningkatan produksi T4 ibu yang diperlukan
hipertiroidisme Graves’s.6,7,8,9,10 untuk mempertahankan euthyroidisme ibu dan
Hipotiroidisme (TSH tinggi, dengan kadar T4 peningkatan eksresi yodium ginjal. Kekurangan
dan / atau T3 bebas yang rendah) pada kehamilan yodium ibu yang parah selama kehamilan
memiliki beberapa risiko terhadap ibu dan janin menghasilkan penurunan produksi T4 ibu, transfer
diantaranya preeklampsia dan hipertensi gestasional, plasenta T4 ibu yang tidak memadai, dan gangguan
solusio plasenta, denyut jantung janin yang terlalu perkembangan neurologis janin. Namun, asupan
lemah, prematur, berat badan lahir rendah, yodium yang sangat berlebihan juga dapat berbahaya
peningkatan tingkat operasi caesar, perdarahan karena dapat menyebabkan hipotiroidisme dan
postpartum, morbiditas dan mortalitas perinatal, gondok janin.16
gangguan neuropsikologis dan kognitif pada anak.11,12
HIPOTIROIDISME SELAMA KEHAMILAN
ADAPTASI TIROID SELAMA KEHAMILAN NORMAL
Gejala klinis hipotiroidisme selama kehamilan
Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan mirip dengan yang terjadi pada pasien yang tidak

Buku Ilmiah Fetomaternal


40
Efek Hipertiroid dan Hipotiroid pada Ibu Hamil dan Janin

hamil diantaranya kelelahan, intoleransi dingin, daerah kepala atau leher), menilai kembali TSH
sembelit, dan penambahan berat badan. Gejala selama kehamilan (misalnya, kira-kira setiap
dapat diabaikan atau dikaitkan dengan kehamilan itu empat minggu selama trimester pertama,
sendiri karena beberapa gejala hipotiroidisme mirip dan kemudian sekali selama masing-masing
dengan kehamilan (meskipun intoleransi dingin trimester kedua dan ketiga).
bukan manifestasi klinis normal kehamilan). Untuk • Jika serum TSH> 2,5 mU/L, kami mengukur
memenuhi peningkatan kebutuhan metabolisme antibodi TPO. Kehadiran antibodi TPO berguna
selama kehamilan normal, ada perubahan fisiologi untuk membuat keputusan pengobatan
tiroid yang tercermin dalam tes fungsi tiroid. pada wanita dengan tes fungsi tiroid batas
Perubahan-perubahan ini termasuk peningkatan (misalnya, TSH 2,5 hingga 4,0 mU / L) dan dalam
globulin pengikat tiroksin (T4), yang menghasilkan memprediksi perkembangan hipotiroidisme
total konsentrasi T4 dan triiodothyronine (T3) yang dan risiko keguguran dan disfungsi tiroid
lebih tinggi daripada wanita yang tidak hamil. Selain postpartum.
itu, kadar human chorionic gonadotropin (hCG) • Jika TSH> 4 mU / L, kami menyarankan
serum tinggi, terutama selama awal kehamilan, pengukuran T4 gratis untuk menentukan tingkat
menghasilkan penurunan konsentrasi hormon tiroid- hipotiroidisme.
stimulating hormone (TSH) trimester pertama.18,19
Diagnosis hipotiroidisme primer selama kehamilan HIPERTIROID SELAMA KEHAMILAN
didasarkan pada temuan peningkatan konsentrasi
TSH serum dan rentang referensi TSH spesifik Hipertiroidisme berlebihan (thyroxine-binding
trimester untuk wanita hamil. Untuk wanita pada globulin [TSH] rendah, tiroksin bebas [T4] meningkat
trimester pertama kehamilan dengan TSH di atas dan / atau triiodothyronine [T3]) relatif jarang terjadi
populasi dan batas atas spesifik trimester normal selama kehamilan, terjadi pada 0,1 hingga 0,4 persen
atau di atas 4,0 mU / L ketika rentang referensi lokal dari semua kehamilan.4,5
tidak tersedia, maka akan dilakukan pemeriksaan T4 Banyak gejala tidak spesifik yang berhubungan
bebas.20 Rekomendasi American Thyroid Association dengan kehamilan mirip dengan yang berhubungan
(ATA) untuk mengukur antibodi tiroid peroksidase dengan hipertiroidisme, termasuk takikardia,
(TPO) pada wanita hamil dengan TSH> 2,5 mU / L intoleransi panas, dan peningkatan keringat. Gejala
untuk mempertimbangkan perawatan.15 tambahan termasuk kecemasan, tremor tangan,
• Hipotiroidisme primer berlebihan dan penurunan berat badan meskipun nafsu
didefinisikan sebagai peningkatan makan normal atau meningkat. Temuan spesifik
konsentrasi TSH spesifik trimester bersamaan seperti gondok dan oftalmopati menunjukkan
dengan penurunan konsentrasi T4 bebas hipertiroidisme Graves.6
Diagnosis hipertiroidisme selama kehamilan
• Hipotiroidisme subklinis didefinisikan didasarkan pada manifestasi klinis dan tes fungsi
sebagai peningkatan konsentrasi TSH serum tiroid. Temuan spesifik pada pemeriksaan fisik
spesifik trimester dan konsentrasi T4 bebas seperti gondok dan oftalmopati menunjukkan
normal. hipertiroidisme Graves.7
Pada wanita yang memenuhi kriteria Ketika ada kecurigaan klinis hipertiroidisme,
penemuan kasus, kami menyarankan pengukuran serum TSH harus diukur. Jika level TSH <0,1 mU /
serum TSH selama trimester pertama sebagai tes L, T4 bebas atau total (atau indeks T4 gratis) harus
skrining untuk hipotiroidisme:15 diperoleh. Jika T4 bebas atau total dalam kisaran
• Jika serum TSH berada di antara batas normal untuk kehamilan, T3 total juga harus
bawah normal trimester spesifik dan diukur. Diagnosis hipertiroidisme yang jelas selama
2,5 mU/ L, sebagian besar wanita tidak kehamilan harus didasarkan terutama pada nilai
memerlukan pengujian lebih lanjut. TSH serum yang tertekan (<0,1 mU / L) atau tidak
Namun, pada wanita yang berisiko terdeteksi (<0,01 mU / L) dan T4 bebas dan / atau T3
sangat tinggi untuk berkembang menjadi gratis (atau total T4 dan / atau total T3) pengukuran
hipotiroidisme selama kehamilan (antibodi yang melebihi kisaran normal untuk kehamilan.7
TPO positif, perawatan pasca-radioiodine, post- Penyakit Grave’s adalah suatu sindrom yang
hemithyroidectomy, riwayat paparan masa dapat terdiri dari hipertiroidisme, gondok, penyakit
kanak-kanak untuk iradiasi dosis tinggi pada mata (orbitopati), dan kadang-kadang dermopati
Buku Ilmiah Fetomaternal
41
Sarma Nursani Lumbanraja

yang disebut sebagai miksedema pretibial atau lokal. for adverse pregnancy and developmental
Istilah penyakit Grave dan hipertiroidisme tidak outcomes? Thyroid 2005; 15:60.
identik, karena beberapa pasien mungkin memiliki 12. Leung AS, Millar LK, Koonings PP, et al. Perinatal
orbitopati tetapi tidak memiliki hipertiroidisme, outcome in hypothyroid pregnancies. Obstet
dan ada banyak penyebab hipertiroidisme selain Gynecol 1993; 81:349.
penyakit Graves. 13. Ballabio M, Poshychinda M, Ekins RP. Pregnancy-
induced changes in thyroid function: role of
Daftar Pustaka human chorionic gonadotropin as putative
regulator of maternal thyroid. J Clin Endocrinol
1. Glinoer D. The regulation of thyroid function in Metab 1991; 73:824.
pregnancy: pathways of endocrine adaptation 14. Yamazaki K, Sato K, Shizume K, et al. Potent
from physiology to pathology. Endocr Rev 1997; thyrotropic activity of human chorionic
18:404. gonadotropin variants in terms of 125I
2. Ain KB, Mori Y, Refetoff S. Reduced clearance incorporation and de novo synthesized thyroid
rate of thyroxine-binding globulin (TBG) with hormone release in human thyroid follicles. J
increased sialylation: a mechanism for estrogen- Clin Endocrinol Metab 1995; 80:473.
induced elevation of serum TBG concentration. 15. Alexander EK, Pearce EN, Brent GA, et al. 2017
J Clin Endocrinol Metab 1987; 65:689. Guidelines of the American Thyroid Association
3. Vulsma T, Gons MH, de Vijlder JJ. Maternal- for the Diagnosis and Management of Thyroid
fetal transfer of thyroxine in congenital Disease During Pregnancy and the Postpartum.
hypothyroidism due to a total organification Thyroid 2017; 27:315.
defect or thyroid agenesis. N Engl J Med 1989; 16. Lockwood CM, Grenache DG, Gronowski
321:13. AM. Serum human chorionic gonadotropin
4. Krassas GE, Poppe K, Glinoer D. Thyroid function concentrations greater than 400,000 IU/L are
and human reproductive health. Endocr Rev invariably associated with suppressed serum
2010; 31:702. thyrotropin concentrations. Thyroid 2009;
5. Lo JC, Rivkees SA, Chandra M, et al. Gestational 19:863.
thyrotoxicosis, antithyroid drug use and 17. Allan WC, Haddow JE, Palomaki GE, et al.
neonatal outcomes within an integrated Maternal thyroid deficiency and pregnancy
healthcare delivery system. Thyroid 2015; complications: implications for population
25:698. screening. J Med Screen 2000; 7:127.
6. Davis LE, Lucas MJ, Hankins GD, et al. 18. Casey BM, Dashe JS, Spong CY, et al.
Thyrotoxicosis complicating pregnancy. Am J Perinatal significance of isolated maternal
Obstet Gynecol 1989; 160:63. hypothyroxinemia identified in the first half of
7. Sheffield JS, Cunningham FG. Thyrotoxicosis and pregnancy. Obstet Gynecol 2007; 109:1129.
heart failure that complicate pregnancy. Am J 19. Lazarus JH, Bestwick JP, Channon S, et al.
Obstet Gynecol 2004; 190:211. Antenatal thyroid screening and childhood
8. Phoojaroenchanachai M, Sriussadaporn cognitive function. N Engl J Med 2012; 366:493.
S, Peerapatdit T, et al. Effect of maternal 20. Vos XG, Smit N, Endert E, et al. Frequency and
hyperthyroidism during late pregnancy on the characteristics of TBII-seronegative patients
risk of neonatal low birth weight. Clin Endocrinol in a population with untreated Graves’
(Oxf) 2001; 54:365. hyperthyroidism: a prospective study. Clin
9. Millar LK, Wing DA, Leung AS, et al. Low birth Endocrinol (Oxf) 2008; 69:311.
weight and preeclampsia in pregnancies
complicated by hyperthyroidism. Obstet
Gynecol 1994; 84:946.
10. Kriplani A, Buckshee K, Bhargava VL, et
al. Maternal and perinatal outcome in
thyrotoxicosis complicating pregnancy. Eur J
Obstet Gynecol Reprod Biol 1994; 54:159.
11. LaFranchi SH, Haddow JE, Hollowell JG. Is
thyroid inadequacy during gestation a risk factor
Buku Ilmiah Fetomaternal
42
EFEK TERATOGENIK PADA PENYAKIT KRONIK DALAM KEHAMILAN

Julian Dewantiningrum
Divisi Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK UNDIP / RSUP dr. Kariadi / RS Nasional Diponegoro

Definisi • Prinsip 2 : kepekaan terhadap teratogenik


tergantung pada stadium perkembangan
• Teratogenik adalah agen atau faktor fetus saat terjadi paparan
dalam kehamilan yang menginduksi atau • Prinsip 3 : mekanisme teratogenik
meningkatkan insiden kelainan kongenital menimbulkan gangguan pada perkembangan
pada masa perkembangan prenatal. sel dan jaringan fetus
Teratogenik dapat berupa penyakit, obat, • Prinsip 4 : manifestasi akhir perkembangan
pengobatan dan lingkungan.1 abnormal dapat berupa kematian,
• Penyakit kronik adalah penyakit yang terjadi malformasi, gangguan perkembangan dan
dalam jangka waktu lama.1 Macam penyakit fungsi
kronik dapat berupa infeksi, metabolik, • Prinsip 5 : akses teratogenik terhadap
neurologi, kardiovaskuler, autoimun dan jaringan yang berkembang tergantung dari
keganasan natural history nya
• Prinsip 6 : manifestasi gangguan
Insiden perkembangan meningkat seiring dengan
peningkatan dosis dari efek non letal
Secara global menurut WHO, kelainan kongenital Fase kritis pada perkembangan prenatal
bertanggung jawab dalam 4% kematian neonatus.2 berperan pada kepekaan embrio terhadap teratogen.
Belum diketahui paparan obat teratogenik terhadap Fase kritis adalah fase puncak dimana terjadi
kehamilan Indonesia. Namun sebuah penelitian differensiasi sel dan morfogenesis. Masa yang paling
menunjukkan obat teratogenik pada kehamilan mudah mengalami disrupsi oleh agen teratogen
bertanggung jawab pada 5% kelainan kongenital sehingga mengakibatkan kelainan kongenital mayor
mayor. yaitu pada usia kehamilan 4 – 8 minggu. Kelainan
kongenital minor misalnya pada daun telinga,
Sejarah gangguan mental akibat disrupsi pada masa fetal (>
8 minggu). Perkembangan embriologi pada gambar
Pertama kali teratogen pada manusia dikenali pada 1 akan membantu memperkirakan kapan terjadinya
tahun 1941 oleh seorang ahli mata Norman Gregg kelainan kongenital. Perkiraan tersebut didasarkan
yang menemukan infeksi rubella pada kehamilan sebelum fase kritis berakhir.
yang menimbulkan triad defect berupa katarak,
malformasi jantung dan ketulian pada bayi. Kemudian Agen infeksi sebagai teratogen
pada tahun 1961 ditemukan thalidomide yang • Rubella (German Measles)
merupakan obat mual dapat menyebabkan kelainan Virus rubella dapat melewati membran plasenta
kongenital berat.3 Sejak saat itu banyak dilakukan dan menginfeksi embrio / fetus. Jika infeksi
penelitian dalam hal teratologi untuk mngetahui primer terjadi pada trimester satu kehamilan
pengaruh teratogen pada kehamilan maka resiko infeksi pada embrio / fetus sebesar
20%. Tampilan klinis rubella kongenital adalah
Patogenesis katarak, glaukoma kongenital, oenyakit jantung
dan ketulian. Semakin muda usia kehamilan
Meskipun kejadian kelainan kongenital sangat kecil saat terinfeksi virus rubella, semakin besar
namun sebagian besar kelainan kongenital akibat resiko embrio mengalami malformasi.
teratogenik jika memahami 6 prinsip teratologi • Citomegalovirus (CMV)
yaitu4: Virus ini yang paling banyak mengenai fetus.
• Prinsip 1 : kepekaan terhadap teratogenik Sebagian besar kehamilan akan berakhir
tergantung pada genotip fetus dan cara keguguran jika terinfeksi pada kehamilan
interaksi dengan lingkungan. trimester 1. Pada kehamilan lanjut dapat terjadi
Buku Ilmiah Fetomaternal
43
Julian Dewantiningrum

Gambar 1 Fase kritis perkembangan embriologi. (diambil dari buku before we are born5)

IUGR dan kelainan kongenital yang berat. microphtalmia pada hewan coba, namun tidak
Perlu perhatian khusus jika terjadi infeksi CMV ditemukan pada manusia.
yang asimptomatik menyebabkan gangguan • Toxoplasma
pendengaran, neurologi dan neurobehaviour Toxoplasma merupakan parasit intraseluler.
pada masa infant. Infeksi toxoplasma biasanya terjadi akibat :
• Herpes Virus Simpleks • Makan makanan mentah atau daging yang
Infeksi dengan HSV dapat menyebabkan dimasak tidak sempurna sehingga toxoplasma
keguguran jika terjadi pada awal kehamilan dan cyst masih hidup.
jika infeksi terjadi pada usia kehamilan lebih dari • Kontak dengan hewan seperti kucing, anjing,
20 minggu dapat menyebabkan prematuritas kelinci atau tanah yang terinfeksi toxoplasma.
dan kelainan kongenital seperti mikrosefali dan • Minum susu yang tidak melewati tahap
gangguan mental. Infeksi biasanya terjadi pada pasteurisasi
usia kehamilan lanjut bahkan saat persalinan. Toxoplasma dapat melewati plasenta dan
• Varisella menginfeksi fetus sehingga menyebabkan
Varisella dan herpes zoster disebabkan oleh destruksi pada otak yang dapat menimbulkan
virus yang sama yaitu varisella-zoster virus gangguan mental dan kelainan kongenital yang
yang sangat infeksius. Vaksinasi varisella yang lain. Biasanya ibu yang terinfeksi toxoplasma
diberikan pada usia kehamilan 4 bulan dapat tidak menyadari jika dirinya terinfeksi tersebut
menyebabkan muscle atrophy dan gangguan • Sifilis kongenital
mental. Sebanyak 20% infeksi terjadi pada fase Infeksi sifilis disebabkan oleh treponema
kritis perkembangan prenatal. pallidum yang dapat melewati plasenta
• HIV pada usia kehamilan 6 – 8 minggu. Fetus
Infeksi HIV dapat menimbulkan kelainan dapat mengalami infeksi pada setiap tahap
kongenital yang berupa mikrosefal dan perkembangan pada masa prenatal. Infeksi
kelainan craniofacial. Transmisi virus hepatitis primer dapat menyebabkan infeksi yang
ke janin dapat terjadi saat kehamilan dan cukup serius dan kelainan kongenital. Jika
persalinan. Pengobatan dengan efavirenz dapat ibu tidak diobati, sebanyak 20% diantaranya
menyebabkan anencephaly, cleft palate dan dapat melahirkan bayi yang normal. Sebagian
Buku Ilmiah Fetomaternal
44
Efek Teratogenik Pada Penyakit Kronik Dalam Kehamilan

besar terapi yang adekuat dapat membunuh dan hipoperfusi yang akan menyebabkan
mikroorganisme. Infeksi sekunder (yang didapat iskemi ginjal, disgenesis tubuler dan anuria
sebelum kehamilan) jarang mengakibatkan sehingga akan menyebabkan oligohidramnion
kelainan kongenital. Kelaina kongenital yang yang mengganggu perkembangan paru dan
dapat terjadi adalah hidrosefalus, ketulian, kontraktur ekstremitas. Gangguan perfusi juga
kelainan gigi dan tulang.5 akan menyebabkan pemendekan ekstremitas
Pengobatan infeksi kronik sebagai agen teratogen dan hipocalvarium (hipoplasia membran pada
• Tuberkulosis tulang tengkorak).8 Jika diberikan pada trimester
Penyakit tidak secara langsung menyebabkan 1 dapat menyebabkan kelainan kongenital
kelainan kongenital, namun pengobatan TBC jantung.9
yang dapat menyebabkan kelainan kongenital. Pengobatan antiinflamasi sebagai agen teratogen
Terapi lini pertama TBC adalah rifampicin, • Indomethacin yang digunakan lebih dari 72 jam
isoniazid, pyrazinamide, ethambutol dan akan menyebabkan konstriksi ductus arteriosus
streptomicin. Streptomicin tidak boleh diberikan yang selanjutnya akan menyebabkan hipertensi
karena dapat menyebabkan parese n. VIII pulmonal.8
yang dapat menyebabkan ketulian. Jika terapi • Leflunamide yang digunakan untuk pengobatan
lini pertama resisten, maka terapi lini kedua rheumatoid arthritis akan menyebabkan
yang tidak boleh diberikan pada kehamilan hidrosefalus, abnormalitas di mata,
adalah kanamycin, amikacin, capreomycin abnormalitas di skeletal dan kematian embrio.8
dan fluoroquinolon. Amikacin menyebabkan Pengobatan antineoplasma sebagai agen teratogen
nefrotoksik dan ototoksik. Pada hewan coba, • Cyclophosphamide dapat menyebabkan
fluoroquinolon dapat menyebabkan kerusakan kehilangan jari pada tangan dan kaki, cleft
kartilago, arthritis juvenile dan kerusakan palate, arteri koronaria single, anus imperforata
persendian.7 dan microcephaly.8
• Hepatitis • Methotrexate dan aminopterin merupakan
Obat anti hepatitis yang aman untuk kehamilan antagonis asam folat yang akan menyebabkan
adalah telbivudine dan tenofovir (kategori B). kegagalan penulangan calvarium,
Sementara itu, obat lain yang masuk kategori craniosynostosis, hypoplastic supraorbital
C adalah lamivudine, entecavir, adefovir, ridges, small posteriorly rotated ears,
interferon alpha 2B dan pegylated interferon micrognathia dan abnormalitas berat pada
alpha 2a.8 ekstremitas.8
• Antiviral • Tamoxifen dapat menyebabkan kematin dan
Amantadine dapat menyebabkan kelainan berpotensi karsinogenik untuk anak yang
jantung. Obat ini sering digunakan untuk dikandung pada 20 tahun kemudian.8
mencegah dan mengobat infeksi influenza. • Tretinoin (all trans retinoic acid) yang digunakan
Ribavirin yang digunakan untuk pengobatan dalam dosis besar untuk pengobatan lekemi
traktus respiratorius dapat menyebabkan juga berpotensi sebagai agen teratogen.8
kelainan kongenital pada tengkorak, palatum, Pengobatan asthma dan autoimun sebagai agen
mata, tulang dan kelainan gastrointestinal.8 teratogen
• Antibiotik • Kortikosteroid seperti hidrokortison, prednison
Tetrasiklin dapat menyebabkan pewarnaan dan lainnya berkaitan dengan cleft pada palatum
pada gigi dan tulang panjang.8 dengan resiko absolut 3 per 1000 kasus.8
Pengobatan epilepsi sebagai agen teratogen Pengobatan hormonal sebagai agen teratogen
• Banyak obat epilepsi yang masuk dalam • Testosteron dan steroid anabolik dapat
kategori D yaitu sodium valproate, phenytoin, menyebabkam virilisasi pada janin perempuan.
carbamasepine, phenobarbital, lamotrigine, Fusi labioscrotal pada trimester 1 dan
topiramate dan levetiracetam. Sebagian besar pembesaran phallic.8
kelainan kongenital yang muncul adalah cleft • Danazol dapat menyebabkan virilisasi pada 40
orafasial, kelainan jantung, neural tube defects % janin perempuan yang terpapar pada awal
dan gangguan tumbuh kembang.8 kehamilan.8
Pengobatan antihipertensi sebagai agen teratogen • Diethylstilbestrol (DES) dapat menyebabkan
• ACE inhibitor akan menyebabkan fetal hipotensi adenocarcinoma pada serviks dan vagina.8
Buku Ilmiah Fetomaternal
45
Julian Dewantiningrum

Pengobatan kelainan psikiatri sebagai agen Pengobatan gastrointestinal


teratogen • Misoprostol akan menyebabkan abortus
• Lithium untuk pengobatan manic-depressive spontan, sindrom Moebius dan reduksi
akan menyebabkan ebstein anomaly, kelainan ekstremitas.
jantung yang disebabkan karena perubahan
katub trikuspid ke arah apeks.8 Daftar pustaka
• SSRIs digunakan sebagai obat antidepresan
pada kehamilan. SSRIs akan menyebabkan 1. Dorland’s medical dictionary illustrated.
omphalocele, craniosynostosis dan 2. Katz et al. WHO global health obseervatory: for
anencephalus. Pada neonatus dapat terjadi low birth weight. Lancet 2013
neonatal behavioral syndrome dan persistenr 3. Gregg N M. Congenital cataract following
pulmonary hypertension.8 German measles in the mother. 1941. Aust N Z J
• Carbamazepin pada trimester 1 akan Ophthalmol. 1991;19(4):267–276.
menyebabkan kelainan kongenital neural tube 4. Richard H.F. Teratology : General considerations
defects, hipospadia dan kelainan jantung.9 and principles. The J of Allergy and Clin Immun
Pengobatan kelainan kulit sebagai agen teratogen 1999;103(2):S337-42.
• Isotretinoin yang digunakan untuk pengobatan 5. Keith Moore  T. V. N. Persaud  Mark Torchia.
cystic acne pada kehamilan trimester satu Human birth defects. In Before we are born 9th
dapat menyebabkan kematian, malformasi di edition. Elsevier 2015, p.303-19.
kranium, wajah, jantung, SSP dan timus.8 6. World Health Organization. International
• Acitretin yang digunakan untuk pengobatan Classification Disease 10.
psoriasis berhubungan dengan kelainan 7. TB treatment in pregnancy. Availabe at www.
kongenital seperti yang dijumpai pada CDC.gov/tb/topic
isotretinoin.8 8. Kenneth JL, James MA, Steven LB, Brian MC,
• Thalidomide yang digunakan untuk pengobatan Jodi SD, Scott WR. Teratology and medications
erythrema nodusum leprosum, cutaneus that affect the fetus. In Williams manual of
lupus erythematosus, chronic graft versus host pregnancy complication. McGrawHill 2013, p.53
disease, prurigo nodularis dan keganasan dapat – 64.
menyebabkan phocomelia yaitu limb reduction
defects.8
Pengobatan cerebrovascular accident sebagai agen
teratogen
• Warfarin dan dicoumarol dapat menyebabkan
warfarin embryopathy yaitu hipoplasia nasal,
stippled vertebral dan femoral epiphyses
(chondrodysplasia punctata) jika diberikan
pada usia embrio 6 – 9 minggu. Jika diberikan
pada usia kehamilan kedua dan ketiga
dapat menyebabkan perdarahan dan skar
pada SSP sehingga menyebabkan agenesis
corpus callosum, malformasi dandy walker,
microphtalmia, atrofi optik dan keterlambatan
perkembangan.
• Aspirin yang diberikan dalam dosis > 300 mg/
hari pada trimester 1 berhubungan dengan
gastroschisis. Bila diberikan pada umur hamil
> 28 minggu dapat menyebabkan perdarahan
pada neonatus, penutupan dini duktus
arteriosus dan hipertensi pulmonal yang
persisten pada bayi baru lahir.9

Buku Ilmiah Fetomaternal


46
EVIDENCE BASED : PERAN VITAMIN D DALAM PROGRAM PENCEGAHAN
PREEKLAMSI

Setyorini Irianti
Divisi Fetomaternal Dep/KSM Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

Hipertensi dalam kehamilan, termasuk didalamnya mengekspresikan reseptor vitamin D. Berdasarkan


preeklamsi, merupakan penyebab utama morbiditas beberapa mekanisme tersebut maka peran defisiensi
dan mortalitas maternal. Strategi untuk pencegahan vitamin D pada preeklamsi mulai banyak dibuktikan
preeklamsi sudah banyak dibuat untuk menurunkan oleh peneliti-peneliti dan peningkatan kadar vitamin
angka kejadia preeklamsi. Aspirin dosis rendah D menunjukkan hasil yang positif. Metanalalisis yang
dan kalsium merupakan senjata utama untuk dilakukan oleh Purswani et al, 2017 menyebutkan
pencegahan preeklamsi. World Health Organization beberapa penelitian potong-lintang dan kasus
(WHO) merekomendasikan asupam kalsium kontrol menunjukkan hasil terdapat hubungan
terutama di daerah dengan asupan kalsium yang antara kadar vitamin D dengan preeklamsi walaupun
rendah. Dengaan adanya panduan-panduan asupan evidence masih belum konsisten. Ringkasan efek
kalsium untuk pencegahan preeklamsi maka faktor peningkatan vitamin D pada preeklamsi disajikan
kalsiotrofik seperti vitamin D menjadi penting untuk pada tabel 1 oleh Purswani et al.
dievaluasi.1 Metaanalisis lain yang dilakukan oleh Akbari et
Kekurangan vitamin D pada keseluruhan al 2018, yang terdiri dari 23 penelitian digambarkan
wanita pada umumnya dan pada wanita hamil dengan forest plot yang menunjukkan defisiensi 25
khususnya cukup tinggi. 1, 2Di Kanada, didapatkan OH D <20 ng/ml secara signifikan dikaitkan dengan
10 % wanita hamil kekurangan vitamin D. Penelitian risiko preeklamsi, sehingga akbari et al menganjurkan
tersebuta berdasarkan definisi vitamin D menurut pengobatan defisiensi vitamin D diperlukan sebelum
The institute of Medicine and Health Canada yaitu hamil.6
jika jika serum 25-hydroxivitamin D (25(OH) D Cohrane memuat ulasan dari 15 penelitian
dibawah 30 nmol/L.3. Vitamin D merupakan vitamin yang menilai 2833 wanita, tidak termasuk 27
yang larut lemak. Vitamin D memiliki dua bentuk penelitian dan23 penelitian yang masih berlangsung
aktif (bioekuvalen )yaitu kalsiferol D2 dan D3. atau tidak diterbitkan. Dari 15 penelitian tersebut
Vitamin D2 dikenal sebagai ergocalciferol disintesis 9 penelitian membandingkan efek vitamin D
oleh tumbuhan (nabati) dan suplemen oral. Vitamin dibandingkan dengan tanpa suplemen atau placebo
D3 dikenal sebagai cholecalciferol diproduksi secara dan 6 penelitian membandingkan efek vitamin
subkutaneus melalui pajanan radiasi ultraviolet B D dan kalsium tanpa suplementasi. Walaupun
(UVB), serta dari minyak ikan sdan makanan yang terdapat efek yang positif suplementasi vitamin
telah difortifikasi (susu, jus, margarin, yogurt, serela D pada ibu hamil tetapi isiko bias pada sebagian
dan kedelei). Vitamin D3 juga banyak di produksi besar penelitian tidak jelas dan banyak penelitian
untuk suplemen oral.4 Efek vitamin D2 dan D3 yang mempunya risiko bias yang tinggi. Berdasarkan
didalam tubuh sangat kecil (inert), akan tetapi setelah hal tersebut, maka sulementasi vitamin D apakah
diserap usus, vitamin D dihidroksilasi didalam liver diberikan secara rutin atau tidak pada saat antenatal
membentuk 25 hidroksi vitamin D atau (25(OH)) D care untuk menurunkan morbiditas danmortalitas
atau kalsidiol. Kalsidiol akan diubah menjadi Calcitriol maternal dan neonatal belum bisa dilakukan. 2, 7 Hal
(1,25 (OH)2D) didalam ginjal dan jaringan lain oleh ini berbeda dengan Royal college of obstetricians and
enzim 1α-hydroxiase. 4 Calcitriol berikatan dengan Gybnecologists (RCOG), pada panduan pemberian
reseptornya dan memodulasi ekspresi gen terutama vitamin D yang dianjurkan untuk semua ibu hamil
yang terkait dengan penyerapan kalsium di usus. dan menyusui (tabel 3).8
Calcitriol juga dapat memodulasi fungsi kekebalan
dengan mengikat reseptor pada membrane plasma
dan hormon aktif disintesis in situ oleh beberapa
jaringan ekstra-ginjal, yaitu makrofag, endothelium,
sel-sel dalam prostat, dan keratinosit, dan semua yang
Buku Ilmiah Fetomaternal
47
Setyorini Irianti

Tabel 1 Efek peningkatan vitamin D pada Preeklamsi 5

Tabel 2 Beberapa penelitian vitamin D dan preeklamsi6

Buku Ilmiah Fetomaternal


48
Evidence Based : Peran Vitamin D Dalam Program Pencegahan Preeklamsi

Gambar 1 Forest pot Defisiensi vitamin D 6

Tabel 3 Supplementasi Vitamin D yang dianjurkan oleh RCOG 8

Daftar Pustaka Date|; Conference Location|. Place Published|:


Publisher|; Year Published|.
1. Achkar M, Dodds L, Giguère Y, Forest J-C, 5. Purswani JM, Gala P, Dwarkanath P, Larkin HM,
Armson BA, Woolcott C, et al. Vitamin D status Kurpad A, Mehta S. The role of vitamin D in pre-
in early pregnancy and risk of preeclampsia. eclampsia: a systematic review. BMC Pregnancy
American journal of obstetrics and gynecology. Childbirth. 2017;17(1):231.
2015;212(4):511. e1-. e7. 6. Akbari S, Khodadadi B, Ahmadi SAY, Abbaszadeh
2. De-Regil LM, Palacios C, Lombardo LK, Peña- S, Shahsavar F. Association of vitamin D
Rosas JP. Vitamin D supplementation for level and vitamin D deficiency with risk of
women during pregnancy. Sao Paulo Med J. preeclampsia: A systematic review and updated
2016;134(3):274-5. meta-analysis. Taiwanese Journal of Obstetrics
3. Grant WB, Schwalfenberg GK, Genuis SJ, Whiting and Gynecology. 2018;57(2):241-7.
SJ. An estimate of the economic burden and 7. Organization WH. WHO recommendations
premature deaths due to vitamin D deficiency in on antenatal care for a positive pregnancy
Canada. Mol Nutr Food Res. 2010;54(8):1172- experience.Edisi ke 1. Luxembourg: World
81. Health Organization; 2016.
4. Kennel KA, Drake MT, Hurley DL penyunting|. 8. RCOG. Vitamin D in Pregnancy. Scientific Impact
Title|. Conference Name|; Year of Conference Paper 2014(24).

Buku Ilmiah Fetomaternal


49
Faktor Prediktif dan Upaya Pencegahan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

John J. E. Wantania
Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi / RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado

Pendahuluan risiko tinggi. Seperti yang disebutkan di atas,


PJT berhubungan dengan berbagai komplikasi
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) yang lebih kehamilan yang serius dan tentang bagaimana
dikenal dengan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) cara untuk mengenali keaadaan ini telah menjadi
dalam literatur internasional merupakan terminologi topik utama pada berbagai penelitian akhir –
yang menggambarkan kondisi terjadinya gangguan akhir ini Untuk tujuan ini, pemeriksaan marker
pertumbuhan janin dalam uterus. Hal tersebut biokimia, pemeriksaan Doppler arteri uterina,
menyebabkan kondisi “kurang masa kehamilan” atau volume plasenta, dan vaskularisasi sejak usia
“janin immatur” yang didefinisikan sebagai berat trimester pertama merupakan penilaian objektif
lahir rendah atau dibawah persentil 10 dari berat untuk memprediksi kejadian IUGR. Hal ini sangat
yang seharusnya. Kejadian PJT yang tercatat adalah penting mengingat penemuan diagnosis lebih awal
sekitar 10-15%. PJT juga dipertimbangkan sebagai akan menentukan langkah penatalaksanaan yang
penyebab utama kematian janin dalam rahim dan tepat untuk menurunkan angka mortalitas maupun
penyebab kedua terbanyak kematian neonatus.1 morbiditas akibat PJT baik segi medis, sosio-ekonomi
Sebagian kehamilan memiliki janin kecil masa maupun psikologis.
kehamilan dengan kondisi fisiologis. Pertumbuhan
janin terhambat dengan kondisi patologis merupakan Etiologi dan Faktor risiko
kategori yang berbeda. Janin yang sehat dengan
estimasi berat badan maupun berat badan lahir Etiologi dari IUGR dapat dikategorikan mejadi 3
dibawah persentil 10 berdasarkan standar populasi kelompok besar yaitu, maternal, fetal, dan plasental.
didefinisikan sebagai kecil masa kehamilan (KMK), Meskipun patofisiologi primer dan mekanisme yang
dan KMK yang patologis disebut dengan PJT.2,3 mendasari kondisi ini bisa berbeda, faktor – faktor
PJT merupakan komplikasi yang kompleks tersebut sering (namun tidak selalu) berujung sama,
yang disebabkan oleh banyak faktor, termasuk faktor yaitu mengakibatkan perfusi uteroplasenta dan
maternal, fetus, dan plasental. Salah satu faktor nutrisi pada fetus yang kurang optimal.3,5
penyebab adalah penurunan perfusi uteroplasenta
pada kejadian seperti preklampsia-eklampsia. Faktor Maternal
Kondisi maternal seperti berat badan ibu rendah
sebelum hamil dan status nutrisi yang buruk saat Kondisi – kondisi maternal yang dapat menyebabkan
hamil memiliki hubungan asosiasi yang positif PJT adalah adanya penyakit kronik yang berhubungan
dengan kejadian PJT. PJT dipercaya menjadi salah satu dengan penyakit vaskular. Sindrom antoposfolipid,
faktor prediktor penilaian luaran kehamilan. Tingkat acquired immune mediated thrombophilic state
mortalitas pada neonatus cukup bulan maupun pada juga diteliti berhubungan dengan PJT. Studi oleh
neonatus kurang bulan secara signifikan meningkat Strobino dkk juga menunjukkan hubungan asosiasi
pada mereka yang didiagnosa dengan PJT pada antara faktor seperti usia ibu dan sosioekonomi juga
pemeriksaan antenatal. PJT sering dihubungkan berhubungan dengan PJT.
dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas Wanita dengan status sosioekonomi yang
akibat prematuritas, cerebral palsy, kematian dalam rendah, yang hidup di negara berkembang yang pada
kandungan (KDK), kematian neonatus, dan juga umumnya memiliki status nutrisi yang buruk anemia
sering terjadi pada kondisi patologis ibu seperti pada ibu, dengan prenatal care serta masalah
obesitas, hipertensi, diabetes melitus tipe 2.4,5 penggunaan obat – obatan terlarang secara postitif
Faktor risiko PJT dalam anamnesa dapat memiliki asosiasi dengan peningkatan risiko PJT.
menjadi modal untuk prediksi maupun antisipasi Konsumsi makanan yang rendah kalori, zink, dan folat
pemeriksaan untuk melakukan deteksi awal PJT. dapat menyebabkan PJT.3,5 Kondisi maternal lain yang
Pemeriksaan diagnostik yang lebih jauh dapat menyebabkan penurunan aliran darah uteroplasenta
dilakukan untuk populasi – populasi dengan juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik
Buku Ilmiah Fetomaternal
50
Faktor Prediktif dan Upaya Pencegahan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

ibu. Hipertensi kronik, preeklampsia, diabetes menyebabkan nutrisi yang tidak optimal pada janin.
pregestasional, penurunan fungsi ginjal kronik, Gangguan plasenta yang lain juga menyebabkan
penyakit lupus, akan menyebabkan hipoksia dan PJT. Penetlitian oleh Cappeletti dkk menunjukkan
berujung pada PJT. Komplikasi hipertensi kehamilan penurunan aktivasi dari sel dendritik ada kehamilan
seperti pada sindrom HELLP juga menyebabkan berkomplikasi menyebabkan PJT.3,5
kondisi hipoksia aliran uteroplasenta yang berujung
pada kondisi PJT. Dari 30 juta kasus PJT, 15 persennya
memiliki hubungan asosiasi dengan preeklampsia
dan sindrom HELLP. Insufisiensi aliran uteroplasenta
pada preeklampsia disebabkan oleh gagalnya
invasi tropoblas ke arteri spiralis pada segmen
miometrium yang menyebabkan arteri spiralis
gagal melakukan dilatasi maupun remodeling yang
akhirnya menyebabkan atherosus, oklusi dan infark
pembuluh darah. Diabetes dapat menyebabkan
kerusakan lumen endotel akibat hiperglikemia pada
sistem mikro maupun makrovaskular dan perubahan
fungsi arteri desidua plasenta yang menyebabkan Gambar 1 patogenesis insufisiensi plasenta pada
hipoperfusi dan berujung pada PJT. Kondisi ibu preklampsia menyebabkan PJT
dengan hipoksemia kronik seperti pada PPOK, asma
tidak terkontrol, fibrosis kistik, dan pada penyakit Faktor Janin
kardiovaskular seperti pada penyakit jantung
bawaan sianotik, gagal jantung, dengan klasifikasi Faktor janin yang dihubungkan dengan kejadian PJT
NYHA yang berat, serta penyakit hematologi seperti adalah penyebab genetik, malformasi kongenital,
pada anemia berat, anemia sel sabit, b-thalasemia, infeksi janin, dan kehamilan ganda. Penyebab genetik
dan penyakit hemoglobin H juga berhuungan berkontribusi sebanyak 5-20% pada Pjt. Penyebab
dengan penurunan perkembangan janin. Kondisi lain genetik yang sering menyebabkan PJT adalah trisomi
seperti masalah nutrisi maupun gangguan sistem 21, 18, 13 dan 16. Trisomi 18 memiliki hubungan
pencernaan seperti pada penyakit Chron, kolitis asosiasi yang lebih berat dibandingkan dengan
ulseratif dan pembedahan pada gastrointestinal juga trisomi 13 dan 21.
menyebabkan penurunan nutrisi pada janin.3,5
Beberapa faktor risiko lingkungan dan Diagnosis
kebiasaan lain juga dapat menyebabkan PJT. Wanita
hamil yang hidup di daerah dengan konndisi hipoksia Tidak ada satupun pengukuran biometri ataupun
kronik seperti mereka yang tinggi di dataran tinggi Doppler yang benar-benar akurat dalam membantu
(daerah pegunungan) juga menjadi risiko. Wanita menegakkan atau menyingkirkan diagnosis PJT.
hamil yang merokok tercatat memiliki risiko 3-5 kali Penapisan awal berupa adanya faktor risiko terjadinya
lebih tinggi. Perokok berat (15 batang rokok perhari) PJT perlu dilakukan pada semua pasien dengan
khususnya mereka yang merokok saat trimester anamnesis yang lengkap. Pada populasi umum
ketiga pada umumnya juga dihubungkan dengan penapisan PJT dilakukan dengan cara mengukur
kejadian berat bayi lahir rendah. 3,5 tinggi fundus uteri (TFU), yang dilakukan secara
rutin pada waktu pemeriksaan antenatal/ antenatal
Faktor Plasental care (ANC) sejak umur kehamilan 20 minggu
sampai aterm. Walaupun beberapa kepustakaan
Insufisensi plasenta merupakan salah satu penyebab mempertanyakan keakuaratan pengukuran tinggi
terbesar dan utama dari banyak kasus PJT. Sirkulasi fundus tersebut, khususnya pada pasien yang
dan transpor plasenta yang terganggu akan obesitas. Jika ada perbedaan sama atau lebih besar
mempengaruhi penghantaran nutrisi pada fetus dari 3 cm dengan kurva standar, perlu dilakukan
yang pada akhirnya menyebabkan PJT. Penurunan pemeriksaan ultrasonografi (USG).7-9
massa dan fungsi plasenta juga menyebabkan Pada kehamilan yang berisiko terjadi
perkembangan PJT. Implantasi abnormal dari PJT pemeriksaan USG serial perlu dilakukan.
plasenta seperti pada plasena previa dapat Pemeriksaan dapat dilakukan pertama kali pada
Buku Ilmiah Fetomaternal
51
John J. E. Wantania

kehamilan trimester I untuk konfirmasi haid pertama 1. Gerak janin berkurang


yang terakhir (HPHT). Kemudian pemeriksaan 2. TFU < 3 cm TFU normal sesuai usia kehamilan
dilanjutkan pada pertengahan trimester II (18- 3. Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia
20 minggu) untuk mencari kelainan bawaan dan kehamilan 24 minggu atau < 8      kg pada
kehamilan kembar. Pemeriksaan USG diulang pada usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan
umur kehamilan 28-32 minggu untuk mendeteksi BMI < 30)
gangguan pertumbuhan dan fenomena brain 4. Taksiran berat janin < 10 persentil
sparing effect (oligohidramnion dan pemeriksaan 5. HC/AC > 1
Doppler velocimetry yang abnormal). Diagnosis PJT 6. Volume cairan ketuban berkurang (ICA <
ditegakkan berdasarkan taksiran berat janin atau 5 cm atau cairan amnion kantung tunggal
lingkar perut/abdominal circumference (AC) yang terdalam < 2 cm)
sama atau kurang dari 10 persentil dari pemeriksaan
USG yang diakibatkan oleh proses patologis sehingga Biomarker
tidak dapat mencapai potensi pertumbuhan secara
biologis. Untuk menurunkan mortalitas dan mencapai
Penapisan PJT jika terdapat satu atau lebih tanda- terapeutik maksimal pada penatalaksanaan PJT
tanda di bawah ini : adalah penting untuk menentukan dan memilih

Tabel 1 Faktor yang Berkontribusi pada Terjadinya PJT

Buku Ilmiah Fetomaternal


52
Faktor Prediktif dan Upaya Pencegahan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

pemeriksaaan marker pada wanita dengan disertai dengan PJT. Dari 61 studi yang melibatkan PJT,
preeklampsia maupun wanita dengan normotensi. dijumpai anomali arteri pada pemeriksaan Doppler
Analisis serum ibu pertama kali diteliti dengan yang dilakukan pada trimester II yang diukur dengan
tujuan awal adalah melakukan skrining aneuploidi Pulsality Index (PI) dengan atau tanpa protodiastolic
selama kehamilan trimester I dan II dan kemudian notch.13
dikembangkan sebagai penanda adanya gangguan Mittal dkk (2016) pada penelitian terhadap
plasenta. Seperti yang telah disebutkan, proses 100 orang ibu hamil secara kohort menunjukkan
plasentasi merupakan hal utama dan sangat penting adanya peningkatan rata –rata pulsality index (PI)
dalam pertumbuhan janin. Plasentasi yang terganggu dan resistance index (RI) pada kelompok ibu hamil
akan menyebabkan gangguan sirkulasi, hipoksia dan dengan IUGR (p<0,001). Hal ini membuktikan bahwa
proses penghantaran nutrisi ibu ke janin. Berbagai meskipun pada trimester I, IUGR dapat didiagnosis
kondisi inilah yang akan menyebabkan pertumbuhan lebih awal guna menentukan tatalaksana yang
janin terhambat dan dapat menyebabkan berbagai tepat.13,14
kondisi patologis bahkan pada kematian.10 Lie dkk (2017) menunjukkan bahwa
Banyak analisis serum yang sudah diteliti pemeriksaan US Doppler pada trimester II disertai
namun belum ditemukan penanda/marker yang dengan pemeriksaan 3 penanda serum memiliki
benar –benar terbukti akurat sebagai marker predictive value tertinggi dalam mendiagnosis
prediktif tunggal yang dapat digunakan sebagai preeklampsia dan PJT. Hal ini ditunjukkan dengan
pemeriksaan klinis gratis. Biomarker prediktif pada peningkatan sensitivitas dan spesifisitas pada
yang paling banyak diteliti adalah leptin, adiponectin, pemeriksaan Doppler arteri uterina disertai dengan
endothelin-1, laktat dehidrogenase, s-endoglin, pemeriksaan 3 atau lebih penanda serum. sFlt-1,
faktor pertumbuhan yang disekresikan oleh plasenta, s-endoglin dan PAPP-A merupakan penanda serum
soluble fms-like tyrosine kinase receptor-1 (sFLT1), yang disarankan untuk dilakukan pada rumah sakit
Pregnancy Associated Plasma Protein A (PPA) dan yang memiliki fasilitas memadai.14,15
metastin (kisspptin 54).11
Upaya Pencegahan Pertumbuhan Janin Terhambat
Penanda Ultrasound Doppler (USG Doppler) (PJT)

Ultrasound Doppler adalah metode invasif yang PJT yang disebabkan oleh insufisiensi plasenta
sering digunakan untuk memeriksa hemodinamik merupakan penyakit yang bersifat progresif dan
ibu maupun janin selama kehamilan. Doppler dapat ireversibel. PJT merupakan salah satu komplikasi
digunakan untuk memprediksi insufisiensi sirkulasi mayor dari preeklampsia. Oleh karena itu,
uteroplasenta dan kejadian PJT dengan atau tanpa intervensi yang dilakukan untuk mengurangi risiko
preeklampsia. 12 preeklampsia juga akan menurunkan risiko terjadinya
Banyak penelitian sudah diterbitkan di PJT. ACOG menyarankan untuk melakukan intervensi
berbagai kepustakaan pada dekade terakhir, farmakologi pada pasien – pasien berisiko tinggi
khususnya tentang peran USG dalam memprediksi khususnya ibu hamil dengan riwayat PJT sebelumnya.
insufisiensi uteroplasenta. Sebuah studi kohort
retrospektif dilakukan oleh Martin dkk (2017) pada Aspirin
16788 ibu hamil dengan membagi menjadi dua
kelompok, yakni kelompok dengan estimasi berat Pemberian aspirin dosis rendah (50-150 mg)
janin > persentil 10 dan < persentil 10. Penelitian ini diberikan pada usia kehamilan dibawah 16 minggu
menganalisa peran USG dan pemeriksaan penanda terbukti menurunkan risiko terjadinya PJT. SOGC
serum pada ibu hamil. Hasil menunjukkan bahwa merekomendasikan aspirin dosis rendah dalam
dijumpai penurunan PPAP-A, kadar β-hCG dan Crown pencegahan PJT pada orang – orang yang berisiko
Rump Length (CRL) <persentil 10 pada kelompok PJT tinggi termasuk wanita hamil dengan diabetes
(p<0,001) pregestasional, dan wanita dengan riwayat
Pemeriksaan doppler arteri uterina merupakan preeklampsia dan PJT sebelumnya.
pemeriksaan nonivasif untuk melihat fungsi plasenta. Studi kontrol acak (2010) melakukan penelitian
Pada tahun 2008, sebuah penelitian metaanalisis terhadap efektivitas aspirin pada 11348 wanita hamil
menunjukkan 74 mengenai preeklampsia dengan dengan riwayat preklampsia. Hasilnya menunjukkan
melibatkan 79547 wanita hamil, dan 41131-nya terjadinya penurunan risiko PJT pada mereka yang
Buku Ilmiah Fetomaternal
53
John J. E. Wantania

memiliki riwayat PJT. Hal ini juga dijelaskan pada menunjukkan bagaimana sildenafil secara signifikan
kepustakaan Cochrane dan data metaanalisis.15,16 meningkatkan vasodilatasi miometrium pada arteri
Aspirin yang dikenal dengan asam asetilsalisilat – arteri kecil yang berhubungan dengan peningkatan
pada dosis rendah bekerja mncegah terjadinya pertumbuhan janin. Namun perlu diingat, sildenafil
trombosis. Disamping itu, aspirin juga digunakan bekerja menembus sawar darah plasenta, oleh
sebagai terapi pencegahan preeklampsia dan anti karena itu juga dapat menyebabkan penurunan
fosfolipid. Aspirin bekerja mencegah terjadinya aliran darah ke otak. Pusing, penglihatan kabur, dan,
trombosis yang disebabkan oleh berbagai mekanisme dispepsia merupakan efek samping pemakaian yang
imunologi akibat disfungsi endotel yang terjadi pada sering dikeluhkan.19,20
preeklampsia.15,16
Daftar Pustaka

1. Haroun HSW. Intrauterin Growth Restriction.


Anatomy Physiol Biochem Int J 2017;1(5): 1-4
2. Sharma D, Shastri S, Sharma P. Intrauterine
Growth Restriction : Antenatal and Postnatal
Aspect. Clin Med Insights Pediatr 2016;10:67-83
3. Society of Obstetricians and Gynaecologists
of Canada. Intrauterine Growth Restriction:
Screening, Diagnosis, and Management. J
Obstet Gynaecol Can 2013;35(8): 741-748
4. Gardosi J, Madurasinghe V, Williams M, Malik
Gambar 2 Mekanisme kerja intervensi A, Francis A. Maternal and Fetal Risk Factos for
pemberian aspirin, L arginin dan stillbirth: population based study. BMJ 2013;
sildenafil sitrat dalam pencegahan 346:001-014.
PJT 5. Suhag A, Vincenzo B. Intrauterine growth
Restriction (IUGR): Etiology and Diagnosis. Curr
L-arginine
Obstet Gynecol 2013;2:102-111
6. Campos A, Goncalves A, Massa A, Amaral P,
L-arginine adalah asam amino insulinotropik.
Silva P, Aguilar S. HELLP Syndrome A Severe
L-arginine bekerja meningkatkan sekresi insulin dan
Form of Preeclampsia: A Comparative Study of
produksi nitrit oksida (NO). Mekanisme vasodilator
Clinical and Laboratorial Parameters. Am J Exp
oleh insulin adalah dengan ,emagktovasi endothelal
Clin Res 2016;3(3):170-174
nitric-oxide synthase (eNOS) dan memproduksi NO.
7. Royal College of Physicians of Ireland. Clinical
Phosphatidylinositol 3-kinase dan protein kinase
Practice Guiddeline Fetal Growth Restriction-
B (Akt) memainkan peranan dalam jalur insulin-
Recognition, Diagnosis & Management. 2017
signaling yang menghasilkan NO pada endotel
8. Lausman A, Kingdom J. Screening,
vaskular. L-arginine dengan meningkatkan produksi
Diagnosis, and Management of Intrauterine
NO akan menyebabkan vasodilatasi dan inhibisi
Growth Restriction. J Obstet Gynaecol Can
platelet pada sirkulasi fetomaternal.17,18
2012;34(1):17-28
9. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran 2016.
Sidenafil sitrat
Pengelolaan Kehamilan dengan Pertumbuhan
Janin Terhambat.
Sildenafil sitrat merupakan phospodiesterase
10. Albu AR, Anca AF, Horhoianu VV, Horhoianu
5 inhibitor, yang memecah siklus guanosine
IA. Predictive Factors for Intrauterine Growth
monophosphate (cGMP) dan menyebabkan
Restriction. J Med Life 2014;7(2):165-171
vasodilatasi dengan meningkatkan kadar NO>
11. Moga M, et al. 2014. Predictive markers of
soldenafil sitrat juga sekarang sering digunkan
intrauterine growth restriction. Gineco eu
untuk mencegah edema pulmonal pada kehamillan.
2014;10(36):82-85.
Sildenafil sitrat secara terapeurik digunakan
12. Khong SL, Kane SC, Brennecke SP, da Silva
untuk mempertahankan fungsi plasenta pada
Costa F. First-trimester Uterine Artery Doppler
mekanime preeklampsia. Baru-baru ini banyak studi
Analysis in the Prediction of Later Pregnancy
Buku Ilmiah Fetomaternal
54
Faktor Prediktif dan Upaya Pencegahan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

Complications. Disease Markers 2015;1-10 analysis. Am J Obstet Gynecol 2017 Feb;216(2):


13. Mittal N, Pragyashree, Sharma P, Vishwakarma 110-120.e6.
S. Colour Doppler Study of Uterine Artery 17. Mittal R, Satwant K, Mittal N. L-arginine
between 10-14 weeks of gestations as a supplemention in Intrauterine Growth
predictor of intra-uterine growth restrictions Retardation.Int J Pharm Chem Sc
and preeclampsia. Int J Reprod Contracept 2013;2(3):1569-1572
Obstet Gynecol 2016;5(8):2784-2790 18. Singh S, Singh A, Sharma D, Singh A, Narula
14. Li L, Zheng Y, Zhu Y, Li J. Serum biomarkers MK, Bhattacharjee J. Effect of l-arginine in nitric
combined with uterine artery Doppler in oxide level n itrauterine growth restriction and
prediction of preeclampsia. Experimental and its correlation with fetal outcome. Indian J Clin
Therapeutic Medicine 2016;12:2515-2520 Biochem 2014;30(3):298-304
15. Groom KM, David AL. The role of aspirin, heparin, 19. Mohammed EE, Alashkar OS, Abdeldayem
and other interventions in the prevention and TM, Mohammed SA. The use of low dose
treatment of fetal growth restriction. Am J sildenafil citrate in cases of intrauterine growth
Obstet Gynecol 2018 Feb;218(2s):S829-838 restriction. Clin Obstet Gynecol Reprod Med.
16. Roberge S, Nicolaides K, Demers S, Hyett J, 2017;3(4): 2-5
Chaillet N, Bujold E. The role of aspirin dose 20. Panda S, Das A, Nowroz HM. Sildenafil Citrate
on the prevention of preeclampsia and fetal in Fetal Growth Restriction. J Reprod Infertil.
growth restriction: systematic review and meta- 2014;15(3):168-169.

Buku Ilmiah Fetomaternal


55
Hubungan Infeksi dengan Preeklampsia

Freddy W. Wagey
Divisi Fetomaternal, Bag./KSM Obstetri dan Ginekologi
FK UNSRAT/ RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado
Pendahuluan terjadi pada kehamilan (new onset hypertension
with proteinuria). Meskipun kedua kriteria ini masih
Sekitar delapan juta perempuan/tahun mengalami menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa
komplikasi kehamilan dan lebih dari setengah juta wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai
diantaranya meninggal dunia, dimana 99% terjadi gangguan multisistem lain yang menunjukkan
di Negara berkembang. Angka kematian akibat adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun
komplikasi kehamilan dan persalinan di Negara maju pasien tersebut tidak mengalami proteinuri.
yaitu 1 dari 5000 perempuan, angka ini jauh lebih Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai
rendah dibandingkan di Negara berkembang, yaitu kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan
1 dari 11 perempuan meninggal akibat komplikasi pada wanita dengan kehamilan normal.1 2
kehamilan dan persalinan.Tiga penyebab utama
kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi Epidemiologi
dalam kehamilan (25%), dan infeksi (12%)1,2.
Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab Kejadian preeklampsia di Amerika Serikat berkisar
secrara signifikan terhdap morbiditas dan mortalitas antara 2-6% dari ibu hamil nulipara yang sehat.
ibu hamil, melahirkan dan masa nifas . Akibat infeksi Di negara berkembang, kejadian preeklampsia
maternal bisa menyebabkan komplikasi berlangsung berkisar antara 4-18%. Penyakit preeklampsia ringan
seumur hidup, seperti infertilitas dan sterilitas. terjadi 75% dan preeklampsia berat terjadi 25%.
Kondisi lain, seperti infeksi yang didapat secara Dari seluruh kejadian preeklampsia, sekitar 10%
kongenital, seringkali mempengaruhi lama dan kehamilan umurnya kurang dari 34 minggu. Kejadian
kualitas hidup seseorang. preeklampsia meningkat pada wanita dengan riwayat
Kehamilan dianggap sebagai kondisi preeklampsia, kehamilan ganda, hipertensi kronis
immunosupresi. Perubahan respon imun dalam dan penyakit ginjal. Pada ibu hamil primigravida
kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu terutama dengan usia muda lebih sering menderita
melawan infeksi. Selain itu, perubahan traktus pada preeklampsia dibandingkan dengan multigravida.
genetalia juga dapat mempengaruhi kerentanan Faktor predisposisi lainnya adalah usia ibu hamil
terhadap suatu infeksi. dibawah 25 tahun atau diatas 35 tahun, mola
Infeksi maternal bisa disebabkan karena hidatidosa, polihidramnion dan diabetes.2
berbagai keadaan seperti virus, bakteri, dan parasit
yang menginvasi baik secara endogen maupun Faktor risiko
secara eksogen.
Sampai saat ini terdapat berbagai temuan biomarker
Preeklampsia yang dapat digunakan untuk meramalkan kejadian
Definisi preeklampsia, namun belum ada satu tes pun yang
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada Butuh serangkaian pemeriksaan yang kompleks agar
kehamilan yang ditandai dengan adanya disfungsi dapat meramalkan suatu kejadian preeklampsia
plasenta dan respon maternal terhadap adanya dengan lebih baik. Praktisi kesehatan diharapkan
inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan dapat mengidentifikasi faktor risiko preeklampsia dan
koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan mengkontrolnya, sehingga memungkinkan dilakukan
berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang pencegahan primer. Dari beberapa studi disebutkan
disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan beberapa faktor risiko diantaranya adalah :
sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 • Usia
minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa
dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang baru peningkatan risiko preeklampisa hamper

Buku Ilmiah Fetomaternal


56
Hubungan Infeksi dengan Preeklampsia

dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40 dan risiko semakin besar dengan semakin
tahun atau lebih baik pada primipara maupun besarnya IMT. Obesitas sangat berhubungan
multipara. Usia muda tidak meningkatkan risiko dengan resistensi insulin, yang juga merupakan
preeklampsia secara bermakna. faktor risiko preeklampsia. Obesitas
meningkatkan risiko preeklampsia sebanyak
• Nulipara 2, 47 kali lipat, sedangkan wanita dengan IMT
Nulipara memiliki risiko hampir 3 kali lipat. sebelum hamil > 35 dibandingkan dengan IMT
19-27 memiliki risiko preeklampsia 4 kali lipat
• Kehamilan pertama oleh pasangan baru DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru Kemungkinan preeklampsia meningkat hampir
dianggap sebagai faktor risiko, walaupun 4 kali lipat bila diabetes terjadi sebelum hamil.
bukan nulipara karena risiko meningkat pada
wanita yang memiliki paparan rendah terhadap • Penyakit Ginjal
sperma. Risiko preeklampsia meningkat sebanding
dengan keparahan penyakit pada wanita
• Jarak antar kehamilan dengan penyakit ginjal.
Terdapat studi yang melibatkan 760.961
wanita di Norwegia, memperlihatkan bahwa • Sindrom antifosfolipid
wanita multipara dengan jarak kehamilan Adanya antibodi antifosfolipid (antibodi
sebelumnya 10 tahun atau lebih memiliki risiko antikardiolipin, antikoagulan lupus atau
preeklampsia hampir sama dengan nulipara. keduanya) meningkatkan risiko preeklampsia
Risiko preeklampsia semakin meningkat sesuai hampir 10 kali lipat.
dengan lamanya interval dengan kehamilan
pertama. • Hipertensi kronik
Chappell dkk meneliti 861 wanita dengan
• Kehamilan multiple hipertensi kronik, didapatkan insiden
Studi yang melibatkan 53.028 wanita hamil preeklampsia superimposed sebesar 22%
menunjukkan, kehamilan kembar meningkatkan (n=180) dan hampir setengahnya adalah
risiko preeklampsia hampir 3 kali lipat. Analisa preeklampsia onset dini (< 34 minggu)
lebih lanjut menunjukkan kehamilan triplet dengan keluaran maternal dan perinatal yang
memiliki risiko hampir 3 kali lipat dibandingkan lebih buruk. Chappel juga menyimpulkan bahwa
kehamilan duplet. ada 7 faktor risiko yang dapat dinilai secara
dini sebagai prediktor terjadinya preeklampsia
• Riwayat preeklampsia sebelumnya superimposed pada wanita hamil dengan
Riwayat preeklampsia pada kehamilan hipertensi kronik yaitu seperti yang tertera
sebelumnya merupakan faktor risiko utama. pada tabel berikut.1 2
Risiko dapat meningkat hingga 7 kali lipat. Tabel 1 Faktor risiko terjadinya preeklampsia
Kehamilan pada wanita dengan riwayat superimposed3
preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan
tingginya kejadian preeklampsia berat, • Riwayat preeclampsia sebelumnya
preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal • Penyakit ginjal kronis
yang buruk. • Merokok
• Obesitas
• Riwayat keluarga preeklampsia • Diastolic > 80 mmHg
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga • Sistolik > 130 mmHg
meningkatkan risiko hampir 3 kali lipat. Adanya
riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan Selain itu faktor risiko yang telah diidentifikasi
risiko sebanyak 3.6 kali lipat. dapat membantu dalam melakukan penilaian risiko
kehamilan pada kunjungan awal antenatal dibagi
• Obesitas sebelum hamil dan Indeks Massa menjadi 2 bagian besar yaitu faktor risiko tinggi /
Tubuh (IMT) saat pertama kali ANC mayor dan risiko sedang / minor. Dapat dilihat pada
Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia tabel 2.3

Buku Ilmiah Fetomaternal


57
Freddy W. Wagey

Tabel 2 Klasifikasi risiko yang dapat dinilai pada tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :
kunjungan antenatal pertama 3 Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction
(FGR) atau didapatkan adanya absent or
Risiko Tinggi reversed end diastolic velocity (ARDV)3
• Penyakit preeclampsia
• Kehamilan multiple Penegakkan Diagnosis Preeklampsia Berat
• Hipertensi kronis
• Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2 Beberapa gejala klinis meningkatkan morbiditas
• Penyakit ginjal dan mortalitas pada preeklampsia, dan jika gejala
• Penyakit autoimun tersebut didapatkan, akan dikategorikan menjadi
(contoh : systemic lupus erythematous, kondisi pemberatan preeklampsia atau disebut
antiphospholipid syndrome) dengan preeklampsia berat. Kriteria gejala dan
kondisi yang menunjukkan kondisi pemberatan
Risiko Sedang preeklampsia atau preklampsia berat adalah salah
• Nulipara satu dibawah ini :
• Obesitas (Indeks masa tubuh > 30 kg/m2)
• Riwayat preeclampsia pada ibu 1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160
atau saudara perempuan mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik
• Usia > 35 tahun pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
• Riwayat khusus pasien menggunakan lengan yang sama
(interval kehamilan >10 tahun) 2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 /
mikroliter
3. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1
Diagnosis
mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar
kreatinin serum pada kondisi dimana tidak
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa
ada kelainan ginjal lainnya
preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang
4. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi
baru terjadi pada kehamilan / diatas usia kehamilan
transaminase 2 kali normal dan atau adanya
20 minggu disertai adanya gangguan organ. Jika
nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
hanya didapatkan hipertensi saja, kondisi tersebut
abdomen
tidak dapat disamakan dengan peeklampsia,
5. Edema Paru
harus didapatkan gangguan organ spesifik
6. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
akibat preeklampsia tersebut. Kebanyakan kasus
kepala, gangguan visus
preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein
7. Gangguan pertumbuhan janin menjadi
urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah
tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta:
satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan untuk
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction
menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu:
(FGR) atau didapatkan absent or reversed
end diastolic velocity (ARDV)
1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 /
mikroliter
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan
2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1
rendahnya hubungan antara kuantitas protein urin
mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar
terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi
kreatinin serum pada kondisi dimana tidak
protein urin masif (lebih dari 5 g) telah dieleminasi
ada kelainan ginjal lainnya
dari kriteria pemberatan preeklampsia (preeklampsia
3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi
berat). Kriteria terbaru tidak lagi mengkategorikan
transaminase 2 kali normal dan atau adanya
lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap
nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya
abdomen
dan dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas
4. Edema Paru
dan mortalitas secara signifikan dalam waktu
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
singkat.3
kepala, gangguan visus
6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi

Buku Ilmiah Fetomaternal


58
Hubungan Infeksi dengan Preeklampsia

Infeksi maternal dengan preeklampsia diperkirakan bahwa antibody terhadap Cag A atau
cytotoxin associated antigen A ditemukan pada
Infeksi maternal terutama yang ditransimisikan permukaan sel endotel dan dapat bereaksi dengan
secara uteroplacenta bertanggung jawab terhadap jaringan plasenta. 5
insiden morbiditas dan mortalitas saat kehamilan. Penelitian yang dilakukan oleh Petri et al
Infeksi kompleks TORCH, toxoplasmosis, sifilis, tentang pengaruh penggunaan antibiotik dengan
varicella zoster, parovirus B-19, Hepatitis B, Rubella, terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian
Cytomegalovirus, Herpes, dan HIV merupakan ini memakai 2229 pasien dalam kurun waktu 2001
infeksi paling sering terjadi yang ditransmisikan dan 2009 dan pasien yang menggunakan obat
secara transplacental. Infeksi ini bertanggung antihipertensi dieksklusikan. Lalu semua pasien
jawab atas terjadinya beberapa kejadian seperti diberikan kuisioner tentang penggunaan antibiotik
stillbirth, aborsi, intrauterine fetal death, malformasi selama masa kehamilan. Didapatkan kesimpulan
kongenital, dan kelainan kongenital lainnya. Virus dari penelitian ini bahwa pasien yang menggunakan
Zika dianggap sebagai bagian baru dari kompleks antibiotik saat kehamilan cenderung memiliki risiko
TORCH yang berhubungan dengan komplikasi lebih tinggi terjadinya preeklampsia. Terdapat
diantaranya adalah intrauterine fetal infection, beberapa teori terjadinya hal ini diantaranya adalah
microcephaly, kelainan neurologi, dan guillain barre pasien dengan penggunaan antibiotik memiliki
syndrome. Koinfeksi dengan mikroorganisme diatas efek langsung terhadap tekanan darah meskipun
dapat berujung kepada komplikasi kepada ibu dan mekanismenya masih belum dapat dijelaskan, selain
janin serta menyulitkan diagnosis. itu reaksi alergi antara antibiotik dengan tubuh pasien
Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian berisiko terhadap kenaikan tekanan darah meskipun
tentang infeksi bakteri, virus, dan parasit dan hal ini sulit dibuktikan karena kebanyakan responden
hubungannya dengan preeklampsia semakin banyak yang memiliki alergi terhadap antibiotik tertentu
dilakukan. Beberapa infeksi seperti HIV, malaria, cenderung menghindari penggunaan antibiotik
penyakit periodontal, dan infeksi saluran kemih tersebut. Teori lainnya yaitu dalam beberapa
dipercaya meningkatkan risiko preeklampsia.4 antibiotik terdapat kandungan natrium dimana hal
ini dapat meningkatkan tekanan darah. Terakhir,
Infeksi bakteri penelitian yang dilakukan pada tikus menjelaskan
bahwa penggunaan antibiotik mempunyai efek tidak
Dalam 3 dekade terakhir, beberapa penelitian langsung terhadap peningkatan tekanan darah, hal
epidemiologi telah mengevaluasi hubungan antara ini dibuktikan terjadi perubahan pada microbiome.6
infeksi bakteri pada maternal dengan preeklampsia. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi
Beberapa penelitian ini mengindikasikan hasil yang paling sering terjadi pada wanita hamil
positif antara hubungan terjadi keduanya. Penelitian dipercaya berdampak terhadap kenaikan tekanan
meta-analisis yang dilakukan Rustveld et al darah. Penelitian yang dilakukan oleh easter
menjelaskan bahwa wanita dengan infeksi bakteri et al dengan mengambil sampel 2589 pasien
mempunyai risiko 2 kali lipat lebih banyak terjadinya didapatkan kesimpulan bahwa infeksi saluran kemih
preeklampsia. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh berhubungan dengan terjadinya preeklampsia.
Malihe et al tentang hubungan infeksi helicobacter Hubungan ini semakin kuat terutama saat infeksi
pylori dengan risiko preeklampsia, total sampel yang terjadi pada trimester ketiga. Teori hubungan
digunakan yaitu 889 pasien dimana 460 merupakan keduanya terdapat beberapa macam diantaranya
pasien dengan preeklampsia dan 429 merupakan adalah faktor angiogenik pada pasien dengan
pasien kontrol. Dari penelitian ini dapat disimpulkan preeklampsia menurun sehingga risiko kerusakan
bahwa terdapat korelasi antara infeksi helicobacteri endotel meningkat, selain itu sitokin inflamasi
pylori dengan preeklampsia. Menurut penelitian memegang peranan penting terhadapat disfungsi
ini helicobacter pylori menyebabkan inflamasi endotel.7
dan stress oksidatif disertai disfungsi endotel Penyakit periodontal dikarakteristik sebagai
berakibat kepada preeklampsia, hal ini dibuktikan inflamasi lokal dan kerusakan jaringan sekitar pada
dengan tingginya kadar C-reactive protein, tumor gusi. Dengan penyakit periodontal yang aktif selama
necrosis factor alpha, dan leukosit maternal pada kehamilan dapat terjadi translokasi bakteri oral ke
pasien preeklampsia dengan koinfeksi helicobacter fetal placenta sehingga menyebabkan inflamasi
pylori dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu plasenta atau stress oksidatif pada awal kehamilan
Buku Ilmiah Fetomaternal
59
Freddy W. Wagey

dimana kedua hal ini dapat menyebabkan timbulnya bahas eksperimen. Tikus diinjeksi dengan virus
preeklampsia. Penelitian yang dilakukan oleh Von herpes 68 (MHV-68) saat awal kehamilan dan
DP et al menjelaskan bahwa infeksi ini menimbulkan didapatkan hasil bahwa MHV-68 dapat menginfeksi
respon inflamasi lalu meningkatkan risiko terjadinya plasenta dengan mengubah struktur pembuluh
disfungsi endotel dan pembentukan atheroma. Hal darah sehingga maniffestasi klinis yang timbul
ini berujung kepada risiko terjadinya preeklampsia.8 yaitu terdaat edema pada plasenta dan fetus. Dari
eksperimen ini, penelitian ini ingin mencari tahu
Infeksi virus hubungan antara infeksi virus terutama HPV dengan
risiko terjadinya preeklampsia. Penelitian yang
Penelitian tentang infeksi virus dengan risiko dilakukan oleh McDonnold et al tentang infeksi
terjadinya preeklampsia meningkat dari tahun ke papillomavirus dengan preeklampsia menjelaskan
tahun. Terdapat beberapa bukti yang mengaitkan bahwa terdapat hubungan keduanya. Infeksi yang
keduanya diantaranya adalah mikroorganisme dan terjadi pada plasenta berhubungan dengan fisiologi
produknya mempunyai efek langsung terhadap dari tropoblas. Perubahan fisiologi dari tropoblas ini
tropoblas dan dapa mengganggu proses invasi dari berhubungan dengan perubahan pada pembuluh
tropoblas serta kedalaman invasinya. Selain itu, agen darah. Mekanisme terjadinya preeklampsia pada
infeksius dapat menginduksi perubahan yang mirip infeksi HPV dapat dilihat pada skema berikut.9
dengan aterosklerosis di pembuluh darah plasenta. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ahmed
Hasil dari mikroba juga dapat menginduksi sistem et al tentang infeksi hepatitis B dengan kejadian
inflamasi maternal. Penelitian yang dilakukan oleh preeklampsia. Metode dari penelitian ini yaitu
Kwon et al awalnya menggunakan tikus sebagai mengambil sampel masing masing sebanyak 200

Gambar 1 Skema infeksi virus menyebabkan preeklampsia9

Buku Ilmiah Fetomaternal


60
Hubungan Infeksi dengan Preeklampsia

orang untuk kelompok studi dan kelompok kontrol. mereka yang menggunakan terapi HAART (Highly
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat Active Anti Retrovirus Therapy). Penggunaan HAART
peningkatan risiko sebesar 2.86 kali lebih banyak mengakibatkan perubahan klinis dan laboratorium
terjadinya preeklampsia pada pasien dengan diantaranya yaitu proteinuria, trombositopeni dan
infeksi hepatitis B. Hal ini kemungkinan disebabkan transaminase. Hal ini menyebabkan sulit untuk dapat
bahwa infeki hepatitis B dapat meningkatkan risiko menegakkan diagnosis dari preeklampsia. Selain itu
pembentukan atherosclerosis. Selain itu infeksi HAART juga mempunyai efek toksis secara langsung
hepatitis B dapat menyebabkan ketidakseimbangan kepada ginjal dan hepar sehingga mengakibatkan
antara faktor angiogenesis, antiangiogeneis, dan peningkatan risiko preeklampsia.12
proangiogenesis sehingga menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah. Kekurangan dari penelitian Infeksi Parasit
ini yaitu kebiasaan merokok dan alkohol pada sampel
tidak diperiksa padahal seperti yang diketahui Dari semua infeksi parasite. Infeksi protozoa seperti
sebrlumnya bahwa kedua hal ini berisiko terjadinya plasmodium spp, toxoplasma gondii, trichomonas
preeklampsia. 10 vaginalis, dan trypanosome curzi merupakan faktor
Penelitian yang dilakukan oleh alshareef et risiko potensioal terjadinya preeklampsia. Infeksi
al tentang infeksi rubella dan herpes simpleks tipe protozoa saat kehamilan dapat berakibat kepada
2 dengan terjadinya preeklampsia. Penelitian ini berat bayi lahir rendah, still birth, aborsi spontan,
dilakukan di rumah sakit Saad Abualila, Sudan dari hambatan perkembangan, intrauterine fetal death,
rentang waktu februari sampai juli 2015. Sampel dan fetal abnormalities. Tidak terdapat penelitian
yang diambil yaitu 90 pasien dengan kelompok yang menjelaskan infeksi trypanosome berkaitan
studi dan 90 pasien kelompok kontrol. Darah dari dengan preeklampsia, meskipun terdapat beberapa
90 pasien kelompok studi diambil sebanyak 5 ml bukti bahwa parait menginvasi plasenta dan
lalu dianalisa menggunakan ELISA untuk melihat menginhibisi implantasi. Toxoplasmosis merupakan
antibodi spesifik dari rubella dan HSV tipe 2. Dari infeksi parasite dengan prevalensi paling tinggi di
penelitian ini diambil kesimpulan bahwa terdapat dunia, infeksi ini dapat menyebabkan beberapa
hubungan antara infeksi rubella dan HSV tipe 2 komplikasi pada wanita hamil. Penggunaan obat
dengan terjadinya preeklampsia. Respon inflamasi spiramicin menyebabkan penurunan angka kejadian
yang mengakibatkan disfungsi endotel memegang hipertensi dalam kehamilan.4
peranan penting terjadinya preeklampsia. Selain itu Terdapat penelitian yang dilakukan oleh
peningkatan IL-10 dan penurunan interferon gamma fichorova et al tentang infeksi T.vaginalis dengan
dan IL-4 terjadi pada kelompok studi dibandingkan preeklampsia didapat hasil bahwa sekresi dari sel
kelompok kontrol. Perubahan sitokin pada maternal epitel serviks dan vagina yang terinfeksi menginduksi
ini berkontribusi terhadap disfungsi endotel dan respon inflamasi yang berakibat kepada peningkatan
preeklampsia.11 risiko preeklampsia. Inflamasi yang disebabkan
Human immunodeficiency virus (HIV) oleh T.vaginalis berupa sitokin spesifik IL-8 dan
menyebabkan infeksi HIV dan acquired macrophage inflammatory protein -3alpha, sitokin
immunodeficiency syndrome. Sebelum ini dipercaya bertanggung jawab terhadap terjadinya
ditemukannya terapi antiretrovirus, pasien denga kerusakan sel endotel. 13
infeksi HIV disarankan untuk tidak hamil karena Infeksi malaria terutama P.falciparum merupakan
dapat menyebabkan transmisi secara perinatal. salah satu faktor risiko utama terjadinya
Namun dengan penggunaan terapi antiretrovirus preeklampsia. Saat ini 125 juta wanita hamil
insidensi trasmisi secara vertikal dan seksual dari mempunyai risiko tinggi terkena infeksi malaria.
HIV menurun secara drastis. Pada penelitian yang Dari penelitian epidemiologi disebutkan bahwa
dilakukan Sansone et al tentang risiko terjadinya kejadian kedua ini terjadi paling sering pada
preeklampsia pada pasien hamil dengan infeksi wanita usia muda dan primigravida. Mekanisme
HIV menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara terjadinya preeklampsia pada malaria disebabkan
keduanya dimana pasien hamil dengan infeksi oleh anemia, perubahan respon imunitas, dan
HIV memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya peningkatan protein anti-angiogenesis. Selain itu
preeklampsia dibandingkan kelompok kontrol. juga terjadi peningkatan soluble vascular endothelial
Namun tidak semua pasien hamil dengan HIV berisiko growth factor receptor 1(sVEGFR1) yang merupakan
tinggi terjadinya preeklampsia melainkan hanya biomarker preeklampsia pada pasien dengan infeksi
Buku Ilmiah Fetomaternal
61
Freddy W. Wagey

malaria dan hipertensi dalam kehamilan.4 review and meta-analysis.;2017


6. Petry CJ, Ong KK. Hughes LA. Pregnancy
Penutup Hypertension Associations between
bacterial infections and blood pressure in
Preeklampsia masih merupakan masalah dalam pregnancy.;2017
pelayanan obstetri. Banyak penelitian yang 7. Easter SR, Cantonwine DE, Zera CA. Amerian
melaporkan bahwa banyak faktor penyebab Journal of Obstetrics and Gynecology. Urinary
timbulnya komplikasi dalam kehamilan berupa tract infection during pregnancy, angiogenic
preeklampsia, tetapi kelainan pada plasenta diduga factor profiles, and risk of preeclampsia.;2016.
merupakan faktor utama terhadap timbulnya 8. Shah SB, Shah N, Mehta R. Evaluation of
preeklampsia dalam kehamilan. Ternyata infeksi relationship between maternal periodontal
baik oleh bakteri, virus maupun parasit yang status and preeclampsia : A case control study;
mempengaruhi dalam perkembangan plasenta, 2015
sehingga diduga infeksi mempunyai peranan pada 9. McDonnold M, Dunn H. American Journal of
terjadnya preeklampsia. Obstetrics and Gynecology. High risk human
papillomavirus at entry to prenatal care and risk
Daftar Pustaka of preeclampsia;2014
10. Ahmed MA, Sharif ME, Rayis DA. Virology
1. Hypertensive disorders. In: Cunningham FG, Journal. Hepatitis B infection and preeclampsia
Leveno KJ, Bloom SL, et al., eds. Williams among pregnant Sudanese women.; 2018.
Obstetrics. 25th ed. USA: McGraw Hill; 2018. 11. Alshareef SA, Eltom AM, Nasr AM. Virology
2. Chappel LC. The British Medical Journal. Journal. Rubella, herpes simplex virus type and
Predicting preeclampsia;2015 preeclampsia.; 2017.
3. Saleh N. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi 12. Sansone M, Sarno L, Saccone G. The American
Indonesia. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. College of Obstetricians and Gynecologist. Risk
Diagnosis dan tatalakasana preeklamsia.; 2016. of Preeclampsia in Human Immunodeficiency
4. Shiadeh MN, Moghadam ZB. Infection. Human Virus-Infected Pregnant Women.; 2016
infectious diseases and risk of preeclampsia : an 13. Fichorova RN. Journal of Reproduction
updated review of the literature; 2017 Immunology. Impact of T.Vaginalis infection on
5. Shiadeh MN, Seyed MR. The Journal of Maternal Innate Immune Responses and Reproductive
– Fetal & Neonatal Medicine. Helicobacter pylori Outcome.; 2009
infection and risk of preeclampsia : a systematic

Buku Ilmiah Fetomaternal


62
Is Early Detection of sFlt-1/PlGF Ratio Effective ?

Letta Sari Lintang


Departemen Obsteri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan

Impairment in placental development and function The angiogenic factors could also be used
is now to be associated with the pathophysiology of for prediction of preeclampsia, increase maternal
preeclampsia. Angiogenic factors play an increasingly sFlt-1 maternal concentrations and decrease PlGF
important role in diagnosis, prognosis, and even serum concentrations were found about five weeks
early prediction of preeclampsia. Preeclampsia has prior to the onset of disease. (Chaiworapongsa,
to be considered as ischemic placental disease on 2005). Maternal sFlt-1 serum concentrations during
the basis of endothelial disorders, the antiangiogenic pregnancy cannot only be observed in preeclamptic
factors soluble fms like tyrosine kinase-1 (sFlt-1) and patients. In normal pregnancies, there are low sFlt-
the pro-angiogenic placental growth factor (PlGF). 1 levels until the second trimester. An increase
They do not only reflect the presence but also the after 33-36 weeks was found to physiological and
severity of the disease. The most reliable diagnostic might be associated with a vascular growth and
parameter of preeclampsia is higher sFlt-1 levels and placental ripening. (Levine, 2004). In preeclampsia,
lower PlGF levels and therefore significantly raised this physiological increase is extremely exceded and
sFlt-1/PlGF ratios. Maynard et al, 2003, reported occurs much earlier than uneventful pregnancies.
placenta sFlt-1, an placental growth factor (PlGF), is Since sFlt-1 binds to free PlGF, their free serum
upregulated in preeclampsia and falls after delivery concentrations are associated with each other.
rapidly. In the placenta, sFlt-1 is expressed mainly in The decrease of free PlGF serum concentrations
the trophoblast cells. The trophoblast layer is located is physiological in healthy pregnancies atterm but
between the umbilical cappilaries as the fetal side significantly stronger in patients with preeclampsia.
and the maternal blood vessels (Fan, et al, 2014) (Torry 1998). The increase of sFlt-1 correlate with
At the molecular level, an imbalance of sFlt-1 the severity of clinical disease, and sFlt-1 levels
and PlGF is considered to be substantially involved rapidly normalized after the delivery of the placenta.
the pathogenesis of placental dysfunction. The (Levine, 2005).
maternal protein sFlt-1 is a splice variant of the VEGF Early-onset preeclampsia is more placental
(Vascular Endothelial Growth Factors) receptor. derived than late-onset preeclampsia. Verlohren et
By the disturbace of placental adaption process, al, 2014. evaluated a gestation-wide cutoff of 85 for
it is substantially involved in the pathogenesis of the sFlt-1/PlGF ratio with a high sensitivity of 89%
preeclampsia. (Patel et al, 2008). Lacking from the and specificity of 97%. In early pregnancy, sensitivity
transmembrane and the cytoplasm take domain, and specificity of sFlt-1/PlGF ratio cutoff £ 33 were
sFlt-1 binds as an antagonist to the receptor- 95% and 94% and for the cutoff ³ 85 88% and 99,9%.
binding domain of PlGF with high affinity. This An sFlt-1/PlGF ratio of £ 33 had the lowest likelihood
causes a reduction of PlGF serum concentration, ratio of a negative test (0,05; 95% CI, 0,02-0,13). In
that interaction with the surface endothelial later pregnancy, after 34 weeks, the cutoff £ 33 and
factors is inhibited and the signaling changes in ³ 110 yielded a sensitivity/specificity of 89,6%/73,1%
endothelial cells disrupted. (Wang, 2009). Spiral and 58,2/95,5%, respectively. An sFlt/PlGF ratio £ 38
artery transformation is disturbed and additionally, is useful to reliably rule out preeclampsia within the
typical changes in endothelial morphology are also following week. Ratio > 38 indicates a shortened to
trigger in the other tissues. Endothelial cells lose delivery, an increase risk of developing preeclampsia
their flat appearance and with their functions. 4 weeks, and also a high risk of preterm birth
(Maynard, et al, 2003). These effects, the glomerular because of other reasons than preeclampsia. As an
endothelium, lead to the classic histologic findings aid diagnosis together with clinical sign, the sFlt/
with cell swelling (endotheliosis) and microvascular PlGF ratio significantly improve diagnostic and also
obstruction. (Stillmann, 2007) The angiogenic factors prediction of preeclampsia.
influence the function of various tissues which
explains the clinical of preeclampsia.

Buku Ilmiah Fetomaternal


63
Letta Sari Lintang

References 7. Stillman IE, Karumanchi SA. 2007. The


glomerular injury of the preeclampsia. J Am Soc
1. Chaiworapongsa T, RomeroR, Kim YM, Kim GI, Nephrol. 18:2281-4.
Kim MR, Espinoza J, et al. 2005. Plasma soluble 8. Torry DS, Wang HS, Wang TH, Caudle MR,
vascular endothelial growth factor receptor 1 Torry RJ. 1998. Preeclampsia is associated with
concentration is elevated prior to the clinical reduce serum level of placental growth factor.
diagnosis of preeclampsia. J Matern Fetal Am J Obstet Gynecol. 179:1539-44.
Neonatal med. 17;3-18 9. Verlohren S, Herraiz I, Lapaire O, Schelembach
2. Fan X, Rai A, Kambham N, Sung JF, Singh N, D, Zeisler H, Calda P, et al. 2014. New
Petit M, Dal S, Agrawal R, Sutton RE, Druzin Gestational phase specific cutoff values for the
ML, Gambir SS, Mbathi BK, Cross JC, Naya NR. use of soluble fms-like tyrosine kinase/placental
2014. Endometrial VEGF Induces Placental sFlt- growth factors ratio as a diagnostic test for
1 and Leads to Pregnancies Complications. J Clin preeclampsia. Hypertension. 63:346-52.
Invest, 2014:124.4941-52. 10. Wang A, Rana S, Karumanchi SA. 2009.
3. Levine RJ, Maynard SE, Qian C, LimKH, England Preeclampsia : the role pf angiogenic factors in
LI, KFY et al. 2004. Circulating angiogenic factors ts pathogenesis. Physiology (Bethesda). 24:147-
and the risk of preeclampsia. N Engl J Med. 58.
350:672-83.
4. Levine RJ, Karumanchi SA. 2005. Circulating
angiogenic factors in preeclampsia. Clin Obstet
Gynecol. 48:372-86.
5. Maynard SE, Min JY, Merchan J, Lim KH, Li J,
Mondal S, et al. 2003. Excess placental soluble
fms like tyrosine kinase-1 (sFlt-1) may contribute
to endothelial dysfunction, hypertension and
proteinuria in preeclampsia. J Clin Invest:
111:649-58.
6. Patel TV, Morgan JA, Demetri GD, George S,
Maki RG, Quigley M, Hampers BD, 2008. A
Preeclampsia like syndrome characterized by
reversible hypertension and proteinuria by the
multitargeted kinase inhibitors sunitinib and
sorafenib. J Natl Cancer Inst. 100(4):282.

Buku Ilmiah Fetomaternal


64
IS THERE ALTERNATIF THERAPY FOR PREVENTION OF PRECLAMPSIA

Cut Meurah Yeni


Fetal Medicine Unit, DepR artment of Obstetric and Gynecologic Zainoel Abidin General Hospital Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh , Indonesia

1. INTRODUCTION eclampsia and 39% of gestational hypertension for a


Hypertension in pregnancy affects around 10% of 10% false positive rate. 6 Some biochemical markers
all pregnant women worldwide. The classification have been used, but with results contrary.
of these disorders includes pre-eclampsia,
eclampsia, gestational hypertension and chronic Villi trophoblasts release important villi biomarkers,
hypertension. Severe acute morbidity, long-term namely growth factors such as placenta (PLGF) and
disability, maternal and infant mortality caused by pregnancy related plasma plasma-A (PAPP-A). PLGF
hypertension in pregnancy. The incidence of maternal is pro-angiogenic placental biomarkers and, anti-
deaths associated with hypertensive disorders of angiogenic biomarkers namely FMS-like tyrosine
pregnancy in Asia and Africa is 10%, whereas in Latin kinase-1 (sFLT-1) dissolved and dissolved endoglin
America a quarter of all maternal deaths are related (sENG).
to complications from hypertensive disorders in
1
pregnancy . Table 1 Relation placental biomarkers in
The risk factors associated with preeclampsia are the prediction of onset adapted
diabetes, chronic hypertension before pregnancy,
from journal Low- dose aspirin and
chronic kidney disease, nulliparity, multiple or
calcium supplementation for the
multiple pregnancies, family history of preeclampsia
prevention of pre-eclampsia. Obstet
or eclampsia, obesity, immune disorders, and
personal history of preeclampsia, or eclampsia. The Gynaecol 2014; 16: 245–50
occurrence of preeclampsia is associated with a
23 Biomarker First trimester levels
higher likelihood of a subsequent pregnancy .
PLGF ↓
2. EPIDEMIOLOGY s-Flt 1 ↑
Pre-eclampsia affects 3-5% of pregnancies and
PAPP-A ↓
causes more than 50,000 maternal deaths every
year worldwide. Associations with feto-maternal
sEND ↑
complications include stroke, eclampsia, multi-organ VEGF ↓
failure, impaired fetal growth, intrauterine fetal b-hCG ↑
death, and preterm labor. Preeclampsia is usually ADAM-12 ↓
classified as early (before 34 weeks of gestation) or
late onset (after 34 weeks of gestation). Preeclampsia
PLGF: Placental like growth factor
s-Flt 1:
disorders are related to immunological interactions Soluble fms-like tyrosine kinase 1 PAPP-A:
during pregnancy, vascular adaptation, and maternal Pregnancy associated plasma protein A sEND:
factors that can cause disturbances of throphoblast
invasion and placental implantation which occur at 8
Soluble Endoglin
VEGF: Vascular endothelial
45 growth factor b-hCG: Beta-human chorionic
to 18 weeks gestational age .
gonadotrophin
3 PREECLAMPSIA PREDICTION
3.1 BIOMARKER SCREENING Biomarker imbalances are associated with
poor placentas implantation, oxidative stress and
Detection of preeclampsia can be done in the maternal endothelial dysfunction which are then
first trimester through examination of placental at risk of developing preeclampsia, eclampsia and
biomarkers and maternal history. Of these two impaired fetal growth in the uterus. biomarkers
examinations in the first trimester can detect 80% are measured by standard MoM values to optimize
of early onset pre-eclampsia, 64% of late onset pre- accuracy. Low serum PlGF predicts early-onset

Buku Ilmiah Fetomaternal


65
Cut Meurah Yeni

preeclampsia from 18 weeks’ gestation. There was (PI) should be the Doppler choice index for
no difference in PlGF in the first trimester sample screening in the first trimester. The incidence of
between the study groups. However, in larger bilateral uterine arterial blood flow abnormalities
studies, where PlGF is combined with clinical risk is associated with a 22-fold increase in the risk of
factors and physical measurements, PlGF can predict preeclampsia and an almost nine-fold increase in
pre- eclampsia that will appear early in pregnancy. risk for small-age neonates (SGA); However, it can be
The sFlt-1 / PlGF ratio identifies women who will checked in about 50% of pregnant women at 11 +
develop pre-eclampsia early a few weeks before the
onset of clinical findings. This helps plan prevention
follow-up for high-risk women. Measurement of the
sFlt-1 / PlGF ratio can also help in clinical decision
making among women with signs and symptoms of
6
pre-eclampsia .

3.2 SONOGRAPHY

Ultrasound can be used as a tool for prediction


of preclampsia based on the fact that damaged 0 to 13 + 6 weeks. A recent meta-analysis reported
placentation results in poor changes in spiral arterial that first trimester Doppler examination of uterine
flow. arteries can predict 47.8% of early preeclampsia
cases (7.9% false-positive rate), 39.2% of cases
of intrauterine fetal growth disorder (6,7 % false-
positive rate) and 26.4% of cases of preeclampsia
at each stage (false positive rate of 6.6%), when
used as the 90th cut-off cent from PI or RI.
However, combined screening (including maternal
factors, mean maternal arterial blood pressure,
uterine artery Doppler and placental growth factor
7
measurement has better predictive performance .
Figure 2 First trimester Uterine artery Doppler
Wave form adapted from journal
Figure 1 Transabdominal Doppler ultrasound Low-dose aspirin and calcium
examination of uterine artery in supplementation for the prevention
the first trimester adapted from of pre-eclampsia. Obstet Gynaecol
ISUOG Practice Guidelines: role
2014; 16: 245–50
of ultrasound in screening for
and follow-up of pre-eclampsia.
Doppler study to predict pre-eclampsia in the
Ultrasound Obstet. Gynecol. 2018.
first trimester that combines all of the above
DOI:10.1002/uog.20105
with measurements of uterine arteries. Uterine
artery Doppler assessment in the first and second
Placental histopathological and vascular
trimesters to study disorders of trophoblastic
lesions can occur four to seven times more
invasion of the spiral arteries which can cause
frequently in preeclampsia than in non-preeclampsia
disruption of uterine blood flow. This examination is
pregnancies associated with increased resistance to
considered most accurate; with a 10% false positive
uterine artery blood flow. Measurement of blood
rate it can predict 81% of women with early onset
flow resistance in the uterine arteries with Doppler
pre-eclampsia, 45% with late onset pre-eclampsia
assessment can thus be used as an illustration of
and 50% with gestational hypertension. Increased
incomplete transformation of the spiral arteries.
resistance in placental circulation is a result of the
Doppler amination in the uterine arteries at 11
measure of impedance, especially the resistance
+ 0 to 13 + 6 weeks can be performed either
index, pulsation index and formation. Both uterine
transabdominal or transvaginal. The mean uterine
artery biomarker and doppler screening modalities
artery pressure
Buku Ilmiah Fetomaternal
66
is There Alternatif Therapy for Prevention of Preclampsia

have been shown to predict pre- eclampsia in low dysfunction, which at that time also appears as
risk screening and screening tests in either the first or clinical signs of the disease.
second trimester. Figure 2 Doppler waveforms show This endothelial dysfunction requires an
typical uterine arteries obtained in the first trimester increase in endothelial lipid peroxidation associated
of pregnancy. By combining maternal history, MAP, with a decrease in antioxidant protection. Lipid
biochemical markers (especially PAPP-A and PLGF) peroxidation activates COX and inhibits prostacyclin
and uterine artery Doppler measurements between formation, thus inhibiting rapid imbalance in the
11 and 13 + 6 weeks’ gestation, it is possible to predict TXA2 / prostacyclin (PGI2) ratio when increasing
88.5% pre-eclampsia occurring before 34 weeks, 46, TXA2 causing systemic vasoconstriction, which
7% of late pre-eclampsia and 35.3% in gestational is slightly compensated in this situation by using
4
hypertension with a 5% false positive rate . vasodilator prostacyclins, as expected. Epigenetic
modification of the thromboxane synthase gene
4. PREECLAMPSIA PREVENTION 4.1 MEDICINE promoter region (TBXAS1) during preeclampsia
has been launched. DNA analysis of patients with
4.1.1 ASPIRIN preeclampsia has provided evidence of decreased
methylation of the promoter TBXAS1, which leads
The National Institute for Health and Care to an increase in thromboxane synthase. In vitro,
Excellence (NICE) recommends that low-dose aspirin appears to increase damaged trophoblasts
aspirin be given to high-risk patients. If a patient has by changing specific cytokine production, reducing
two moderate risk factors or one major risk factor, apoptosis, and altering cell aggregation and fusion.
aspirin 75 mg is recommended from 12 weeks of Aspirin is unsuccessful on invasive trophoblasts.8
gestation to delivery. In pre-eclampsia prostacyclin In the ASPRE trial, the beneficial effects of
and thromboxane A2 are imbalanced. Prostacyclin, aspirin in the prevention of long-term preeclampsia
commonly found in the vascular endothelium, has were related to patient compliance. Professional
a simultaneous anti-aggregate effect on platelets, bodies recommend using aspirin at a dose of 75-80
in addition to the effects of systemic vasodilation. mg / day for prevention of preeclampsia. The results
Thromboxane A2 is found mainly in platelets and of the metaanalysis show that recommendations
has the opposite effect of prostacyclin. Aspirin must be updated to emphasize that treatment onset
works by inhibiting cyclooxygenase which produces should be at 16 weeks’ gestation, with an aspirin
prostacyclin and thromboxane A2 in a way that dose of 100 mg / day. Aspirin prophylaxis should be
cannot be changed in platelets but is reversible in the given to women who are identified by screening as a
endothelium, prostacyclin production can be rebuilt high risk for the development of preeclampsia, not
while thromboxane production is inhibited. The in the entire population. The current study does not
dosage required to achieve this effect is unknown, address the issue of choosing women who will benefit
although studies have suggested that doses in the from pro-filactic aspirin use. The traditional approach
range 0.5-2.0 mg / kg / day are sufficient, especially is to define high risk groups based on maternal
for the prevention of early pre-eclampsia. Studies characteristics and medical history. However, recent
have suggested aspirin doses in the range of 50-150 evidence shows that the most effective way to
mg with varying results in terms of prevention of identify high-risk groups is by combining maternal
pre-eclampsia and sequelae. This is related to the factors with biophysical and biochemical markers,
9
inhibition of cyclo-oxygenase depending on the dose such as those used in the ASPRE trial
and cumulative with repeated doses.4 In a previous metaanalyses study of aspirin use for
Preeclampsia is a complication of the prevention of preeclampsia was a lack of a large trial
endothelium and a complication of placental where treatment was started at 16 weeks gestation
implantation. Initially, damage to the spiral arteries and at a dose of 100 mg / day. This problem has now
causes a decrease in the mother’s blood supply been overcome with the publication of the ASPRE
to the placenta. Progressively, placental hypoxia trial, which randomly examined 1620 participants
and oxidative stress produce general dysfunction who received aspirin (150 mg / day) vs. placebo
of the trophoblast villi. This disorder of placental from 11-14 to 36 weeks’ gestation. This finding
implantation causes release into the circulation is about complete homogeneity between tween
of maternal factors (free radicals, oxidized lipids, trials (10%) and the consistency of results in ASPRE
cytokines, sFlt-1) which cause systemic endothelial trials for that in smaller trials it is convincing9. In a
Buku Ilmiah Fetomaternal
67
Cut Meurah Yeni

large screening study found that the use of the 4.1.2 CALCIUM
recommended approach by the National Institute
for Health and Clinical Excellence and the American Calcium is a nutrient that must be consumed in
College of Obstetricians Gynecologists would identify sufficient proportion in food to ensure adequate
only about 40% and 5%, of women who had a history serum levels, because it is not produced in the
of early onset preeclampsia, compared with 75 % body. Calcium levels in serum pregnancy tend to
with a combined screening method at 11-13 weeks’ decrease due to active transport across the placenta
gestation9. to the fetus, which can accumulate up to 25-30 g
Conclusion: Giving aspirin can be given at <16 weeks during pregnancy, especially in the third trimester.
gestational age and with a dose of> 100 mg / day In pregnancy calcium absorption from the digestive
reducing the risk of early onset preeclampsia by tract also increases, this is caused by an increase
9
about 70% . in 1,25−dihydroxyvitamin D levels and increased

Table 2 Risk early onset preeclampsia by onset of treatment and dose of aspirin adopted form Roberge.
Aspirin for prevention of preterm preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 2018

Risk of early onset preeclampsia detailed by onset of treatment and dose of aspirin in all
studies and in the high-quality studies
Random effect, relative
risk (95% confidence)

Onset/dose Trials Participants interval) 2


P value I ,%
All studies
a
16 Wk 13 5858 0.45 (0.26e0.79) .005 58
<100 mg 7 3599 0.59 (0.29e1.19) .14 63
a
100 mg 6 2259 0.33 (0.19e0.57) .0001 0
>16 Wk 4 8810 0.98 (0.80e1.19) .82 0
<100 mg 3 8256 1.00 (0.80e1.25) .99 0
1
100 mg 554 0.88 (0.54e1.43) .60 —
High-quality studies
16 Wk 5 3239 0.53 (0.26e1.08) .08 64
<100 mg 4 1619 0.71 (0.32e1.57) .40 51
a
100 mg 1 1620 0.38 (0.20e0.72) .003 —
>16 Wk 3 4745 1.01 (0.81e1.26) .95 0
<100 mg 2 4191 1.04 (0.81e1.34) .74 0
100 mg 1 554 0.88 (0.54e1.43) .60 —

Buku Ilmiah Fetomaternal


68
is There Alternatif Therapy for Prevention of Preclampsia

urinary calcium excretion. Parathyroid hormone and (<600 mg daily intake) had the greatest effect in
calcitonin levels increase which have an impact on reducing pre-eclampsia severity, neonatal mortality
serum calcium levels4. and morbidity compared to the overall incidence of
Calcium needed during pregnancy is 1000 mg pregnancy. disease. Further research is needed to
per day, however, it is recommended that only 6% determine the optimal dose and minimum 14
calcium
of pregnant women reach this daily amount. The start for prevention of pre-eclampsia.
maternal risk of calcium deficiency in pregnancy The network Meta-analysis study found
includes osteopenia, osteoporosis, tremor, calcium reduced the risk of preeclampsia by 51%
paresthesias, muscle cramps and tetany. Calcium calcium compilation was used as prophylaxis
compared with placebo (RR 0.49, 95% CI: 0.35, 0.69).
Vitamin D alone provides also as effective as calcium.
This can reduce the risk of preeclampsia by 57%
when compared with placebo with a combined RR
of 0.43 (95% CI: 0.17, 1.11), but it is not statistically
significant. By comparing placebo supplements or
Table 3 Recommended regimen calcium for without supplements, calcium plus vitamin D showed
prevention preeclampsia adapted a statistically significant decrease in preeclampsia
from journal Low-dose aspirin and (RR 0.57, 95% CI: 0.30, 1.10) (Table 4)11.
calcium supplementation for the All multiple participation in (Table 5) showed
prevention of pre-eclampsia. Obstet that vitamin D alone was reported to be better than
Gynaecol 2014; 16: 245–50 calcium supplements alone but this did not differ
statistically with the RR collection of 0.89 (95%
also has a role in fetal bone mineralization and CI: 0.33, 2.41). The combination of vitamin D with
prevention of intrauterine fetal growth disorders. calcium was not effective in preeclampsia when
Low serum calcium levels are found in patients with compared to calcium alone (RR 1.18
pre-elampsia and calcium deficiency that is also Ranking of all interventions was carried out using the
associated with other pregnancy morbidity such as SUCRA method, assessment statistics for cumulative
preterm labor. Potential pathological mechanisms rank and ranking probability (Table 5). The SUCRA
of calcium deficiency and pre- eclampsia are caused data ranges from 0 to 1, where 1 reflects the best
by the release of parathyroid hormone and renin, care and 0 reflects the worst treatment. This study
increasing intracellular calcium levels and resulting shows vitamin D in the first rank position, followed
11
vasoconstriction through contraction of smooth by calcium, and then calcium plus vitamin D
muscle blood vessels. Further research is needed to
uncover the mechanism of definitive action10. 4.1.3 PRAVASTATIN
The World Health Organization (WHO)
recommends calcium supplements at a dose of 1.5- Various clinical trials, using various supplements
2 g per day from 20 weeks’ gestation in populations and drugs, fail to prevent preeclampsia or its
where calcium intake is low to prevent the onset complications. On the other hand, pre-selection
of preeclampsia, especially among women at high shows in several preclinical and clinical studios
risk. pre-eclampsia. The reason why calcium intake as (1) Changing specific angiogenic imbalances
is started at 20 weeks’ gestation is because at this associated with preeclampsia, (2) improving general
gestational age serum calcium levels start. Calcium endothelial health, and (3) using oxidative and
supplementation has been shown to reduce the risk inflammatory; actions that provide reasonable use
of pre- eclampsia (RR 0.45), reduce the risk, especially of pravastatin in replacing preeclampsia. It turns out
in women with low initial calcium levels and a high that from the category X classification, pravastatin
risk of the condition. In addition, the risk of preterm has not been shown to be teratogenic in animal
labor (RR 0.76) and maternal mortality or morbidity and human cohort studies. In addition, data from
also decreased significantly (RR 0.80) although the long- term cardiovascular trials in non-pregnant
risk of HELLP (haemolyis, increased liver enzymes, women and men indicate good maternal safety
low platelet syndrome) increased (RR 2.67). A large and pharmacokinetic profiles. However, knowledge
study by WHO concluded that administration of about the disposition of pravastatin drugs during
calcium to women perceived as lacking in pregnancy pregnancy is still limited. Based on this, Eunice
Buku Ilmiah Fetomaternal
69
Cut Meurah Yeni

Tabel 4 Comparison of Vitamin D and Calcium Studies adapted from Tantrakul V , et al. Calcium and
vitamin D supplementation for prevention of preeclampsia: A systematic review and network
meta-analysis. Nutrients. 2017. DOI:10.3390/nu9101141

Tabel 5 Effect supplementation Vitamin D and Calcium Studies on preeclampsia adapted from
Tantrakul V, et al. Calcium and vitamin D supplementation for prevention of preeclampsia:
A systematic review and network meta-analysis. Nutrients. 2017. DOI:10.3390/nu9101141
Kennedy Shriver National Institute of Child Health independent properties (figure 4) may also
and Human Development Obstetrics-Fetal Network contribute to the preventive effects of statins in
Pharmacology Research Unit begins a double- pregnancy complications associated with placental
controlled trial to collect early maternal- fetal safety insufficiency. In this line, pravastatin prevented
data for pravastatin during pregnancy, and use oxidative stress, placental angiogenic imbalance and
pharmacokinetics for prophylactic use in high-risk neutrophil infiltration in the 15 dpc placentas from
pregnant women12. the surviving fetuses in the OAPS-mouse model12.
Statins, simvastatin and pravastatin, DOI:10.1016/j.jri.2017.09.009
downregulate TF and PAR-2 expression in neutrophils, The human placenta undergoes high levels of
prevent neutrophil activation, trophoblast injury and angiogenesis during pregnancy. Failure of placental
fetal death (Redecha et al., 2008). By downregulating angiogenesis has been linked to the pathogenesis
TF and PAR-2, statins target the proinflammatory of preeclampsia. It is currently believed that soluble
phenotype of neutrophils in OAPS leading to normal factors released by the diseased placenta lead to an
pregnancies12. antiangiogenic state and the onset of preeclampsia.
Pleiotropic effects of statins in-clude improvement Placenta-derived anti-angiogenic factors, such
of endothelial dysfunction, increased nitric oxide as sFLT1 and soluble endoglin (sENG), have been
bioavailability, antioxidant properties, inhibition of related to the cause and progression of preeclampsia
inflammatory and prothrombotic responses, and (Maynard et al., 2008; Maynard and Karumanchi,
proangiogenic responses. All these cholesterol- 2011)12

Buku Ilmiah Fetomaternal


70
is There Alternatif Therapy for Prevention of Preclampsia

Figure 3 Statins (pravastatin and simvastatin) prevent


neutrophil activation, trophoblast injury and adverse
pregnancy outcomes in a mouse model of obstetric
APS – proposed mechanism. Maternal aPL antibodies
bind to the placenta and activate the complement
system. Interaction of complement split product
C5a with its receptor C5aR triggers ex-pression by
neutrophils of tissue factor (TF), resulting in increased
phagocytic capacity and generation of reactive
oxygen species. Increased neutrophil activity leads
to tro-phoblast injury and ultimately fetal death. TF-
mediated neutrophil activation proceeds through
engagement of protease activated receptor 2 (PAR2).
Pravastatin prevent C5a-induced upregulation of TF
and PAR2 expression, thereby inhibiting the release
of re- active oxygen species and trophoblast damage,
protecting pregnancies

Figure 3 adapted from Girardi G. Pravastatin to treat and prevent preeclampsia. Preclinical and clinical
studies. J Reprod Immunol 2017. DOI:10.1016/j.jri.2017.09.009

Figure 4 Pleiotropic effects of statins.



The beneficial effects of pravas-tatin in preventing
placental malperfusion/insufficiency might not
be entirely due to cholesterol reduction. There
is now compelling evi-dence that pravastatin:
1- stimulate trophoblast invasion, 2- increase
placenta blood flow preventing the release of
pathogenic factors. 3-Other beneficial effects
include: antioxidant properties, release of ni-
tric oxide, protection of the endothelium, anti-
inflammatory and an-ticoagulant. adapted from
Girardi G. Pravastatin to treat and prevent
preeclampsia. Preclinical and clinical studies. J
Reprod Immunol 2017.

In humans, the first report to suggest the flow (Lefkou et al., 2014). A live and healthy baby
beneficial effects of pravastatin in preventing girl weighing 2830 g was delivered vaginally at 38
preeclampsia described a patient with weeks with no complications. The patient stopped
antiphospholipid syndrome (APS). The APS-patient, taking pravastatin prior to delivery, in preparation for
with a history of early preeclampsia leading to a still breastfeeding. Interestingly, preeclampsia relapsed
birth at week 26, developed preeclampsia in her shortly after delivery. Pravastatin therapy (20 mg/
second pregnancy, despite anticoagulant treatment day) was started again and the preeclamptic features
(Lefkou et al., 2014). Uterine artery Dopplers showed disappeared (Fig. 5, Lefkou et al., 2014)12.
increased resistance and bilateral notching. To A pilot clinical study to examine the effects of
prevent intrauterine fetal death as in the previous pravastatin in women diagnosed with PE between
pregnancy, the patient was supplemented with 24 and 29 weeks was conducted in Australia
pravastatin. Addition of pravastatin (20 mg/day) (Brownfoot et al., 2015). In this study, 4 patients −
to standard of care therapy low molecular weight significantly hypertensive (90–105/155–200 mm
heparin (LMWH) plus low dose aspirin (LDA) Hg) and with proteinuriaranging from 840 to 2990
normalised maternal disease, blood pressure and mg/24 h- were treated with daily pravastatin (40
proteinuria and reversed abnormal uterine blood mg) from the day of admission. All women presented

Buku Ilmiah Fetomaternal


71
Cut Meurah Yeni

Table 6 Pravastatin improved blood pressure and proteinuria during pregnancy and postpartum in a patient
with APS refractory to anticoagulation (en-oxaparin and aspirin).
A- Urinary protein levels (mg/24 h) in the
patient during pregnancy and postpartum. Proteinuria dropped significantly after pravastatin treatment
was administered at 23 + 1 weeks and at day 5 in the postpartum (Lefkou et al., 2014). B- Systolic (SBP) and
diastolic (DBP) blood pressure variations during pregnancy and postpartum. A sig-nificant diminution in SBP
and DBP was observed after pravastatin was added at 23 + 1weeks and 5 days postpartum. Ninety days after
delivery, pro-teinuria and blood pressure remained within normal values (Lefkou et al., 2014). adapted from
Girardi G. Pravastatin to treat and prevent preeclampsia. Preclinical and clinical studies. J Reprod Immunol
2017.

growth restricted fetuses. The patients also received In line with theproangiogenic effects of
betamethasone and magnesium sulfate for lung pravastatin, a slight but not significant diminution in
maturation and neuroprotection. After pravastatin antiangiogenic factors sFlt-1 and sEng and increase
treatment symptoms of PE resolved. Pravastatin in PlGF was
stabilized blood pressure in 3 of the patients and only observed in the pravastatin group compared to
one patient required antihypertensive medication placebo (Costantine et al., 2016). Birth weight
nifedipine. Delivery in these women was triggered by was similar in both groups and no congenital
fetal indications rather than worsening of maternal abnormalities or developmental abnormalities were
disease. Furthermore, serum sFLT-1, sENG and observed in the two groups. No maternal, fetal or
endothelin-1 levels remained stable after pravastatin neonatal death was observed (Costantine et al.,
treatment (Brownfoot et al., 2015). The authors 2016). As previously stated, this study provided
concluded that pravastatin might be a candidate important information regarding preliminary
therapeutic strategy for preeclampsia12. safety and pharmacokinetic data regarding the
This initial pilot study in a multicenter, use of pravastatin in early pregnancy to prevent
double-blind, placebo-controlled, randomized preeclampsia in high risk women. This pilot study
trial (clinicaltrials. gov NCT01717586) (Costantine was part of a larger RCT that is currently taking
et al., 2016), evaluated the utility of pravastatin place at Eunice Kennedy Shriver National Institute
in preventing preeclampsia in women with a of Child Health and Human Development Obstetric-
historyof severe preeclampsia in a prior pregnancy Fetal Pharmacology Research Units Network.
that required delivery before 34 weeks. Twenty A proof of principle, double-blind, randomised
subjects between 12 and 16 weeks of pregnancy, placebo- controlled, multicentre trial of pravastatin
were randomized to pravastatin (10 mg) (n = 10) or to ameliorate early onset pre-eclampsia (sTAmP)
placebo (n = 10). Four women in the placebo group was recently completed in the United Kingdom). The
developed preeclampsia;three of them showed aim of this trial was to establishwhether a significant
severe disease compared to the pravastatin group, reduction of angiogenic markers by pravastatin will
suggesting a beneficial effect of pravastatin in alleviate the severity of early-onset pre-eclampsia in
preventing the onset of preeclampsia (Costantine et women The new FDA classification that replaced the
al., 2016) 12. five-letter system together with the epidemiological

Buku Ilmiah Fetomaternal


72
is There Alternatif Therapy for Prevention of Preclampsia

studies demonstrating that pravastatin exposure confirm the effectiveness of pravastatin13.


during pregnancy does not affect fetal development Metformin is drug for hypoglycemic agent
indicate that the use of pravastatin is safe during that is used to treat gestational diabetes mellitus.
pregnancy. Other therapeutic strategies to prevent Recently, metformin has been reported to reduce
and/or treat preeclampsia have had limited success breast and prostate cancer metastasis and prolong
and the only current available therapy is the delivery survival. This discovery renewed interest in the further
of the baby, associated with high risks due to exploration of its mechanism of action; it recently
prematurity. Thus, pravastatin is a promising option was shown to inhibit HIF1a by blocking complex
to prevent and treat preeclampsia. RCT should I of the mitochondrial electron transport chain.

Buku Ilmiah Fetomaternal


73
Cut Meurah Yeni

4.1.4 METFORMIN

Table 9 Effect of metformin on whole blood vessel dilation


Whole omental blood vessels that were cultured with placental villous explant media
and were compared with those blood vessels that were cultured with normal media
have impaired relaxation to the vasodilator bradykinin (1 mmol/L). Metformin (5
mmol/L) reversed the effect of placental villous explant media on vasodilation and
improved relaxation to levels that were seen in those vessels cultured in normal media.
The single asterisk indicates P < .05.
pEC50, half maximal effective concentration
adapted from Metformin as a prevention and treatment for preeclampsia: Effects
on soluble fms-like tyrosine kinase 1 and soluble endoglin secretion and endothelial
dysfunction. Am J Obstet Gynecol 2016.

Table 10 Effect of metformin on angiogenesis


Omental whole vessel rings cultured in the presence of soluble fms-like tyrosine kinase
1 have reduced vessel outgrowth, which is restored with the addition of metformin (1
mmol/L). The white arrows point at vessel outgrowth. Representative micrographs are
shown by the asterisk that indicates P < .05 sFlt-1, soluble fms-like tyrosine kinase 1.
Brownfoot et al. Metformin decreases sFlt-1 and sENG, improves endothelial function,
and is angiogenic. adapted from Metformin as a prevention and treatment for
preeclampsia: Effects on soluble fms-like tyrosine kinase 1 and soluble endoglin
secretion and endothelial dysfunction. Am J Obstet Gynecol 2016

Buku Ilmiah Fetomaternal


74
is There Alternatif Therapy for Prevention of Preclampsia

Therefore, we hypothesized that metformin may of vitamin D with white skin15.


reduce sFlt-1 secretion in women with preeclampsia. The active form of vitamin D,
Metformin has been reported to have vasoprotective 1,25-dihydroxyvitamin D3, has been proven as
properties; epidemiologic studies have shown that it transcription and gene function associated with
reduces cardiovascular morbidity in patients with normal implantation, placental invasion, and
polycystic ovarian syndrome and diabetes mellitus. angiogenesis. The immunomodulatory properties
This has been attributed to its ability to reduce of 1,25- dihydroxyvitamin D are relevant. Abnormal
vascular cell adhesion molecule 1 (VCAM-1), which is implantation is caused by an abnormal immune
a molecule that is expressed on the luminal surface response between pregnant women and babies
of blood vessels in the presence of inflammation and Vitamin D deficiency in the mother can increase
is increased in preeclampsia. Metformin has also the inflammatory reaction. Vitamin D deficiency can
been reported to induce vasodilationof diabetic rat also increase the risk of hypertension15.
vessels. Administering metformin dose-dependently Renal vascular endothelial growth factor
reduced sFlt-1 secretion fromendothelial cells. At (VEGF) appears to be related to proteinuria.
the highest doses, metformin reduced endothelial 1,25-Dihydrox-yvitamin D3 can regulate the
and placental cell secretion by 53% and 63%, angiogenic process through effects on VEGF gene
respectively. Metformin also reduced sFlt- 1 secretion transcription. Many studies have illustrated that
fromplacental villous explants that were obtained the risk of preeclampsia increases when serum
from 4 women with diagnosed preeclampsia early vitamin D levels are low. The normal level of 1.25
onset (delivery required < 34 weeks Gestation. dihydroxyvitamin D can prevent preeclampsia with
metformin reduces of endothelial dysfunction its effect on immune modulation and vascular
that are specific to preeclampsia and enhances function. The National Institutes of Health has shown
angiogenesis. Metformin may be preventative many clinical trials that aim to determine the effects
drug or be therapeutic for preeclampsia and has of vitamin D supplementation during pregnancy and
the potential to reduce theburden of this major prevention of adverse pregnancy outcomes. There
was a significant association between vitamin D
pregnancy complication14.
deficiency and preeclampsia previously reported
(odds ratio, 4.2; 95% confidence interval, 1.4- 12.8;
4.1.5 VITAMIN D
value, 0.04)3.
Table 12 Comparison of preeclampsia incidence
There are two kinds of vitamin D, namely vitamin
D3 (cholecalciferol) produced from the conversion between interven-tion group and control
of 7-dehydrocholesterol in the skin and vitamin group Clinical Study
D2 (ergocalciferol) produced in fungi and yeast. Adapted from The Effects of Vitamin D
Biologically active substance Vitamin D is 1,25 (OH) 2D Supplement on Prevention of Recurrence
which requires hydroxylation of vitamin D in the liver of Preeclampsia in Pregnant Women
to 25 (OH) D (25-hydroxyvitamin D), then undergoes with a History of Preeclampsia. Obstet
hydroxylation of the kidneys to form 1,25 (OH) 2D. Gynecol Int 2017
Although 25 (OH) D has low biological activity, it is
the main form of circulating vitamin D. The amount Non
of serum 25 (OH) D is generally considered to reflect Group Preeclampsia value
preeclampsia
nutritional status. 1,25 (OH) 2D produced in the
kidneys is strictly regulated by plasma parathyroid Control group 50 (69.4%) 22 (30.6%) 0.036
hormone (PTH) and serum calcium and phosphate Intervention group 59 (84.3%) 11 (15.7%)
15
levels.
Total 109 (76.8%) 33 (23.2%)
Where the function of vitamins is to increase
value based on Chi-square tests; value <0.05 is statistically
intestinal calcium absorption, transcellular calcium
significant.
flux and the opening of a guarded calcium channel
that allows the absorption of calcium into cells such The final results of the study were recurrence
as osteoblasts and skeletal muscle. The biggest rates of preeclampsia in the intervention group with
source of vitamin D in adults is synthesis from solar vitamin D and the control group. The intervention
radiation; half an hour of sunlight produces 50,000 Iu group had a significantly lower recurrence rate of

Buku Ilmiah Fetomaternal


75
Cut Meurah Yeni

preeclampsia (value = 0.036) than patients in the effective and safe treatment of vitamin D
control group. Relevant results are shown in Table deficiency. Daily doses may be appropriate
3. One can state that the risk of preeclampsia for for maintaining subsequent repletion (1000 iu
the control group was 1.9 times higher than the daily). In adults, high doses of vitamin D (bolus
intervention group (95% CI 1.02, 3.71). intramuscularly 300 IM) can be associated with
The prevalence of vitamin D deficiency is an increased risk of fractures and such high
very high with more than 3 quarters (78%) of all doses are not recommended in pregnancy. A
participants having a serum level of 25 (OH) D <30 ng 2011 study showed that an additional dose
/ ml. The average serum 25 (OH) D level was 24.86 of 4000 iu of cholecalciferol per day was safe
ng / ml in normal pregnancies (= 76), 23.96 ng / ml in pregnant women and was most effective
in preeclamptic women (= 33), and 21.56 ng / ml in compared to lower doses.
eclampsia women ( = 79). Compared with women
who had serum 25 (OH) D )30 ng / ml, the odds ratio 4.1.6 PPI (Proton Pump Inhibitor)
(95% CI) developing preeclampsia and eclampsia
in women with vitamin D deficiency was 3.9 (95% An attractive candidate therapeutic for preeclampsia
CI = 1.18-12, 87)) and 5.14 (95% CI = 1.98– 13.37), may be a drug that is considered safe in pregnancy
respectively (adjusting age, BMI, and duration of and can do the following16:
pregnancy)315.
Pre-eclampsia and neonatal hypocalcemia (1) decrease sFlt-1 and sENG secretion,

are the most common complications of maternal (2) decrease blood pressure,

hypocalcaemia and are clearly associated with (3) decrease endothelial dysfunction,

substantial morbidity. The association of glucose (4) upregulate endogenous antioxidant defenses,
intolerance statistics and hypovitaminosis D has and

been demonstrated. Maternal vitamin D is important (5)decrease secretion of inflammatory
for fetal bone development. Development of fetal cytokines.
lung and neonatal immune conditions are influenced
by maternal vitamin D levels315. Proton pump inhibitors (PPIs) are widely
Three doses of recommended vitamin D prescribed during pregnancy for symptomatic gastric
.
supplements15 reflux. Large epidemiological studies have shown that
1. Vitamin D 10 micrograms (400 units) / day are they are safe in pregnancy, even when administered
recommended for all pregnant women to give. during the first trimester.It was reported that heme-
2. Women at high risk are advised to be given oxygenase-1 (HO-1) may negatively regulate sFlt-1
at least 1000 units of vitamin D / day (women secretion.13 Noting that it has also been reported
with increased skin pigmentation, reduced that the PPI lansoprazole upregulates HO- 1 in gastric
sun exposure, or those who are socially mucosa, we hypothesized that PPIs might upregulate
excluded or obese). RCOG has suggested this HO-1, which should then decrease sFlt-1 and
importance for women at high risk. Women sENG secretion. In this study, we report functional
at high risk of pre-eclampsia are advised to experiments on primary human tissues and mouse
consume at least 800 units / day combined models that show PPIs have diverse actions that
with calcium. Vitamin D may be inappropriate may mitigate the pathophysiology underlying
for sarcoidosis (where there may be vitamin D preeclampsia. Our data identify PPIs as candidate
sensitivity) or is not effective in women with therapeutics for preeclampsia16.
kidney disease. The 1-α kidney hydroxylation In preeclampsia, excess secretion of sFlt-
deficiency requires the use of active vitamin D 1 is thought to cause hypertension, endothelial
metabolites, such as 1α- hydroxycholecalciferol dysfunction, and subsequent maternal organ injury.
or 1,25-dihydroxycholecalciferol. Administering PPIs (lansoprazole, rabeprazole, and
3. In women who are deficient in vitamin esomeprazole) to primary trophoblast cells dose
D, treatment for 4-6 weeks, both with dependently reduced sFlt-1 secretion and reduced
cholecalciferol 20,000 iu per week or mRNA expression of the 2 major sFlt-1 variants
ergocalciferol 10 000 iu twice a week, followed present in placenta:sFlt-1 e15a and sFlt-116.
by standard supplementation. Short-term sENG is the second major antiangiogenic factor
doses, 20,000 weekly iu appear to be an released in excess from the placenta in preeclampsia
Buku Ilmiah Fetomaternal
76
is There Alternatif Therapy for Prevention of Preclampsia

and may play a role in severe disease. PPIs reduce trimester exposure to PPIs was not associated with
secretion of sFlt-1 and sENG from primary placental an increased risk of major birth defects. A systematic
and endothelial cells and increase both placental review published in 2009 (1530 pregnancies exposed
and endothelial vegfa mRNA expression. eNOS is to PPIs and 133 410 nonexposed controls) did not
an enzyme in the endothelium that produces NO, identify an increase in congenital abnormalities.
a potent vasodilator that signals to the underlying A subsequent large study examining 112.022
vascular smooth muscle. Furthermore, it has pregnancies (of which 1186 were exposed to PPIs)
recently been shown that sFlt-1 may be directly confirmed no increase in congenital anomalies, fetal
inducing hypertension in preeclampsia by impairing growth restriction, or adverse neonatal outcomes
eNOS phosphorylation. PPIs may be inducing (including preterm birth or low Apgar scores).Thus,
vasorelaxation via the eNOS pathway. In this study, large cohort studies indicate that PPIs are safe during
we have identified PPIs as candidate treatments for pregnancy16.
preeclampsia. They appear to have diverse biological Kenji Onda et al (2017) has shown in preclinical
actions that could be useful to block important studies that PPI has the potential to reduce placental
pathophysiological processes thought to occur in release sFlt-1 and sENG, reduce endothelial
preeclampsia. PPIs decrease secretion of sFlt-1 and dysfunction, are vasodilator and have antioxidant
sENG from primary trophoblast, placental explants and anti-inflammatory properties16.
from normal and preeclamptic pregnancies, and In RCT studies Women with early onset
from 2 types of primary endothelial cells. The PPI preeclampsia at 26-32 weeks’ gestation, the daily
esomeprazole vasodilates human vessels from dose of 40 mg of esomeprazole does not prolong
normal and preeclamptic pregnancies and reduces pregnancy. Circulating levels of sFlt-1 and other anti-
blood pressure in a transgenic mouse model where angiogenic markers are very high among groups and
human sFlt-1 is overexpressed in placenta. Examining are not inherited by esomeprazole. The drug seems
5082 pregnancies exposed to PPIs and 840 968 that safe, well tolerated. In pharmacokinetic studies,
were not exposed, they concluded that the first we found esomeprazole present in the maternal

Buku Ilmiah Fetomaternal


77
Cut Meurah Yeni

Buku Ilmiah Fetomaternal


78
is There Alternatif Therapy for Prevention of Preclampsia

circulation, but its concentration was relatively low 9. Roberge S, Bujold E, Nicolaides KH. Aspirin
compared to that needed to obtain tissue / cell for the prevention of preterm and term
responses in our previous laboratory studies. Higher preeclampsia: systematic review and
doses may be needed so that esomerazole becomes metaanalysis. Am. J. Obstet. Gynecol. 2018.
effective in preventing preeclampsia. Convincing, DOI:10.1016/j.ajog.2017.11.561. 

the level of esomeprazole in umbilical cord blood 10. Taherian AA, Taherian A, Shirvani A. Prevention
is very low, or undetectable, which provides of preeclampsia with low-dose aspirin or
further assurance of very little reaching the fetal calcium supplementation. Arch Iran Med 2002.
17
compartmen . DOI:10.4103/0022- 3859.81857. 

11. Khaing W, Vallibhakara SAO, Tantrakul V, et
REFERENCES al. Calcium and vitamin D supplementation
for prevention of preeclampsia: A systematic
1. McCombs J. WHO recommendations for review and network meta-analysis. Nutrients.
Prevention and treatment of pre- eclampsia and 2017. DOI:10.3390/nu9101141. 

eclampsia. 2011 DOI:10.1080/00325481.1955.1 12. Girardi G. Pravastatin to treat and prevent
1711935. 
 preeclampsia. Preclinical and clinical studies.
2. Urrutia RP, Thorp JM. Vitamin D in pregnancy. J Reprod Immunol 2017. DOI:10.1016/j.
Curr Opin Obstet Gynecol 2012. DOI:10.1097/ jri.2017.09.009. 

GCO.0b013e3283505ab3. 
 13. Costantine MM, Cleary K, Hebert MF, et al.
3. Behjat Sasan S, Zandvakili F, Soufizadeh Safety and pharmacokinetics of pravastatin
N, Baybordi E. The Effects of Vitamin D used for the prevention of preeclampsia in
Supplement on Prevention of Recurrence high-risk pregnant women: A pilot randomized
of Preeclampsia in Pregnant Women 
with a controlled trial. Am J Obstet Gynecol 2016.
History of Preeclampsia. Obstet Gynecol Int DOI:10.1016/j.ajog.2015.12.038. 

2017. DOI:10.1155/2017/8249264. 14. Brownfoot FC, Hastie R, Hannan NJ, et al.
4. Mone F, McAuliffe FM. Low-dose aspirin and Metformin as a prevention and treatment
calcium supplementation for the prevention for preeclampsia: Effects on soluble fms-like
of pre-eclampsia. Obstet Gynaecol 2014; 16: tyrosine kinase 1 and soluble endoglin secretion
245–50. 
 and endothelial dysfunction. Am J Obstet
5. Committee on Obstetric Practice; Society for Gynecol 2016. DOI:10.1016/j.ajog.2015.12.019.

Maternal-Fetal Medicine. ACOG Committee 15. Urrutia RP, Thorp JM. Vitamin D in pregnancy.
Opinion No. 743: Low-Dose Aspirin Use During Curr Opin Obstet Gynecol 2012; 24: 57–64. 

Pregnancy. Obstet Gynecol 2018. DOI:10.1097/ 16. Onda K, Tong S, Beard S, et al. Proton pump
AOG.0000000000002708. 
 inhibitors decrease soluble fms-like tyrosine
6. Friedman AM, Cleary KL. Prediction and kinase-1 and soluble endoglin secretion,
prevention of ischemic placental disease. decrease hypertension, and rescue endothelial
Semin. Perinatol. 2014. DOI:10.1053/j. dysfunction. Hypertension 2017.DOI:10.1161/
semperi.2014.03.002. 
 HYPERTENSIONAHA.116.08408.

7. Sotiriadis A, Hernandez-Andrade E, da Silva 17. Cluver CA, Hannan NJ, van Papendorp E, et al.
Costa F, et al. ISUOG Practice Guidelines: role Esomeprazole to treat women with preterm
of ultrasound in screening for and follow-up preeclampsia: a randomized placebo controlled
of pre-eclampsia. Ultrasound Obstet. Gynecol. trial. Am J Obstet Gynecol 2018. DOI:10.1016/j.
2018. DOI:10.1002/uog.20105. 
 ajog.2018.07.019.
8. Atallah A, Lecarpentier E, Goffinet F, Doret-
Dion M, Gaucherand P, Tsatsaris V. Aspirin
for Prevention of Preeclampsia. Drugs 2017.
DOI:10.1007/s40265-017- 0823-0. 


Buku Ilmiah Fetomaternal


79
Kehamilan Dengan Kelainan Jantung Pada Janin: Apa yang Harus Dilakukan?

Rahmat Budi Kuswiyanto


KSM/Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pendahuluan pembedahan, sehingga mampu menurunkan risiko


morbiditas dan mortalitas perioperatif. Tatalaksana
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau Congenital Heart perinatal bayi baru lahir dengan diagnosis PJB
Disease (CHD) merupakan kelainan letak, struktur prenatal membutuhkan kerjasama dan kolaborasi
dan fungsi jantung atau pembuluh darah besar pelayanan Bagian Obstetri-Ginekologi dan Bagian
yang terjadi pada masa perkembangan embriologi Ilmu Kesehatan Anak divisi neonatologi dan
kardiovaskular janin yang terbawa sampai lahir. PJB kardiologi.7-9
merupakan kelainan bawaan terbanyak pada bayi Pada makalah ini dibahas secara singkat
baru lahir,
1 dengan prevalens 8-10 per 1.000 kelahiran tatalaksana janin dengan PJB berdasarkan temuan
hidup. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan in utero dan FE, melalui pendekatan stratifikasi risiko
Republik Indonesia, setiap tahunnya terdapat sekitar bayi baru lahir dengan PJB dan prinsip dasar untuk
50.000 kasus baru PJB pertahun di Indonesia.1-3 perencanaan resusitasi dan perawatan transisi awal
PJB kritis (Critical CHD) adalah PJB yang dari bayi tersebut.
membutuhkan intervensi transkateter atau bedah Fetal Echocardiography Untuk Diagnosis Dan
dalam tahun pertama kehidupan dengan proporsi Prediksi Perawatan Postnatal
Kemajuan dalam
25% dari seluruh PJB. PJB merupakan penyebab bidang pencitraan prenatal telah memperbaiki
utama kematian perinatal dan bayi akibat kelainan pemeriksaan sistem kardiovaskular janin. Pemakaian
bawaan lahir bila tidak terdiagnosis dan menjalani teknologi ultrasonografi untuk evaluasi sistem
tatalaksana yang tepat. Oleh karena itu identifikasi kardiovaskular janin mampu mendiagnosis defek
dan deteksi dini PJB sangat penting untuk dilakukan struktural jantung dan menilai proses fisiologis
bahkan ketika masih dalam kandungan sehingga kardiovaskular sebelum persalinan, menilai
tatalaksana optimal dapat dilakukan dengan tepat hemodinamik janin, memperkirakan evolusi
untuk mengurangi komplikasi dan secara tidak anatomis dan fungsi kelainan kardiovaskular dalam
langsung dapat menurunkan angka kematian bayi.4,5 rahim selama transisi ke sirkulasi postnatal saat
Identifikasi dini PJB kritis terutama ditujukan persalinan. Diagnosis PJB prenatal diperlukan untuk
untuk tujuh target kelainan spesifik berikut konseling kepada orang tua sesuai dengan ekspetasi
Hypoplastic left heart syndrome, Pulmonary atresia, yang akan terjadi menurut tipe PJB dan untuk
Tetralogy of Fallot, Total anomalous pulmonary menentukan tatalaksana perinatal, menentukan
venous drainage (TAPVD), Transposition of the janin dengan risiko hemodinamik postnatal yang
great arteries (TGA), Tricuspid atresia dan Truncus tidak stabil yang membutuhkan rencana persalinan
arteriosus. Selain itu CDC menambahkan lesi yang khusus, menerapkan stratregi tatalaksana
lain sebagai target skrining yaitu Coarctation of postnatal yang sesuai untuk antisipasi masalah yang
the aorta, Double-outlet right ventricle, Ebstein’s timbul, meningkatkan luaran dan kemampuan untuk
anomaly, Interrupted aortic arch, Single ventricle dan identifikasi dan terapi kelainan sebelum persalinan.7-9
variasinya, serta PJB sianosis kritis lain.6 Indikasi FE dari aspek ibu mencakup riwayat
Evaluasi sistem kardiovaskular janin keluarga dengan PJB, kelainan metabolik seperti
dengan menggunakan ultrasonografi (Fetal diabetes, terpapar teratogen atau obat-obatan
Echocardiography/FE) mampu mendiagnosis defek seperti inhibitor prostaglandin, misalnya ibuprofen
struktural jantung dan menilai proses fisiologis yang dan salisilat, infeksi seperti rubella, penyakit
terjadi, serta memungkinkan persiapan stratregi autoimun, kelaian herediter seperti marfan, dan
persalinan yang akan dilakukan. Diagnosis kelainan fertilisasi buatan. Indikasi dari asfek janin mencakup
jantung prenatal dan tatalaksananya berperan ditemukannya kelainan ekstrakardiak, kelaian
penting dalam memperbaiki luaran, karena kromosom, aritmia, hydrops, peningkatan nuchal
memungkinkan stabilisasi sirkulasi dilakukan pada translucency pada trimester awal, kehamilan gemeli
waktu yang tepat sebelum menjalani intervensi atau atau twin-to-twin transfusion.7

Buku Ilmiah Fetomaternal


80
Kehamilan dengan Kelainan Jantung pada Janin: Apa yang Harus Dilakukan?

FE mempunyai akurasi diagnostik yang tinggi, paling sedikit lokasinya dekat untuk melakukan
walaupun tergantung tipe defek, misalnya single transfer. Penelitian sebelumnya memperlihatkan
ventricle (86%) Vs TGA (28%) TAPVD (13%). Akurasi bayi-bayi dengan PJB risiko tinggi yang terdiagnosis
untuk prediksi perawatan postnatal bervariasi antara sejak dalam kandungan dan menjalani tatalaksana
20-96% tergantung jenis PJB. Sensitivitas mencapai postnatal yang sesuai mempunyai luaran yang lebih
90-97% untuk PJB dengan risiko rendah, sementara baik dibanding yang terdiagnosis postnatal.14
untuk risiko tinggi mencapai 83%. Akurasi untuk Perencanaan persalinan membutuhkan
bayi baru lahir yang membutuhkan ruang bersalin kolaborasi multidisiplin. Perawatan ditentukan
standar dibanding yang membutuhkan intervensi berdasarkan risiko instabilitas hemodinamik,
khusus saat lahir mempunyai sensitivitas mencapai ketersediaan sumber daya medis, ketersediaan dan
99% dan spesifitas 90%. Klasifikasi ini penting jarak transportasi menuju cardiac center, dan adanya
untuk tatalaksana perinatal di tempat dengan komplikasi obstretik pada ibu. Bila dibutuhkan
sumber daya terbatas untuk rencana persalinan dan perawatan khusus dan subspesialistik, sangat
memperhitungkan jarak ke cardiac center.9-11 penting untuk menghindari penundaan pengobatan
Pendekatan dengan FE ditujukan untuk atau tatalaksana. Bila induksi atau rencana SC akan
membuat stratifikasi-risiko dan gangguan postnatal dilakukan, perlu dipertimbangkan bayi PJB yang
potensial pada janin dengan PJB dan untuk identifikasi dilahirkan cukup bulan atau near term mempunyai
bayi yang membutuhkan intervensi khusus saat lahir mortalitas yang lebih rendah dibanding bayi lahir
atau dalam hari pertama kelahiran.7-9 FE memberikan kurang dari 39 minggu.15 Penelitian menemukan
karakteristik anatomis dan fisiologis jantung janin bayi PJB yang terdiagnosis saat prenatal cenderung
secara rinci sekaligus menilai perubahannya selama dilahirkan lebih cepat dengan berat lahir lebih 16
kehamilan. Bila kelainan jantung janin sudah rendah dibanding yang terdiagnosis postnatal.
teridentifikasi, dapat dilakukan rencana tatalaksana Sebagai bagian dari perlunya perencaaan persalinan
perinatal untuk bayi dengan risiko instabilitas yang terkoordinasi, bila tidak ada komplikasi ibu atau
hemodinamik postnatal. Panduan dan protokol janin, persalinan cukup bulan mempunyai kelebihan
stratrifikasi risiko PJB dibuat berdasarkan parameter yang perlu dipertimbangkan.
FE, derajat beratnya PJB dan gangguan hemodinamik
yang diperkirakan akan terjadi.8-11 Model Stratrifikasi Risiko Ruangan Persalinan Dan
Tatalaksana bayi baru lahir yang sudah Perawatan Postnatal
terdiagnosis PJB prenatal membutuhkan tim
multidisiplin terdiri dari kardiolog anak, obstetri- Beberapa penulis telah mengajukan protokol
ginekolog, ahli feto-maternal, neonatolog, dan bedah klasifikasi prenatal untuk risiko postnatal bayi baru
jantung.12 Risiko instabilitas hemodinamik saat lahir lahir dengan PJB.7-11 American Heart Ascosiation
tergantung dari tipe PJB, perubahan resistensi paru mengajukan protokol komprehensif untuk stratifikasi
dan sistemik yang terjadi saat transisi dan apakah rsiko ruang bersalin (RB; delivery room) untuk PJB
patensi pirau janin melalui foramen ovale dan ductus berdsarkan kriteria FE. Tingkat perawatan postnatal
arteriosus diperlukan untuk memberikan aliran darah (Level of Care/LOC) ditentukan berdasarkan
ke sirkulasi paru atau sirkulasi sistemik. FE serial gangguan kardiovaskular yang akan terjadi dan
memungkinkan untuk melakukan intervensi janin stratregi tatalaksana spesifik.7-9
sehingga mampu mengubah perjalanan alamiah PJB Risiko rendah (LOC-1): PJB yang diharapkan
PJB dan membantu merencanakan persalinan akan stabil saat lahir, seperti lesi dengan pirau kiri
untuk PJB spesifik yang mengalami evolusi di dalam ke kanan, kelainan katup ringan, dan aritmia ringan.
kandungan.13 Pada keadaan tidak ada risiko ibu atau obstretrik,
Sebagian besar bayi baru lahir dengan PJB tidak bayi baru lahir dengan PJB risiko rendah umumnya
membutuhkan perawatan khusus selama periode dapat dilahirkan cukup bulan atau near term
perinatal. Rencana persalinan dapat ditentukan melalui persalinan normal dan bayi membutuhkan
berdasarkan kebutuhan perawatan ibu dengan konfirmasi diagnosis saat kunjungan ulang di rawat
perawatan rutin bayi baru lahir dan perawatan jalan kardiologi anak.7-9
rawat jalan kardiologi anak. Sebaliknya untuk bayi PJB Risiko minimal (LOC-2): PJB dengan
baru lahir dengan risiko gangguan hemodinamik stabilitas fisiologis di RB, tetapi membutuhkan
untuk memperbaiki luaran, membutuhkan tempat intervensi atau pembedahan segera atau sebelum
persalinan dengan fasilitas cardiac center atau atau dipulangkan, misalnya nonsustained takiaritmia
Buku Ilmiah Fetomaternal
81
Rahmat Budi Kuswiyanto

yang terkontrol atau PJB dengan obstruksi jalan prenatal dan pemantauan ketat diindikasikan dan
keluar ventrikel kiri atau kanan yang berat umumnya persalinan yang lebih cepat diperlukan bila ada fetal
stabil saat persalinan, namun menunjukan gejala distress.7-9
dengan menutupnya duktus (duct dependent lesion). Kedua kategori terakhir adalah LOC-5 dan
Rencana persalinan untuk bayi-bayi ini adalah LOC-P yang belum dapat diterapkan di Indonesia.
persalinan spontan atau induksi dan memastikan LOC-5 adalah PJB yang direncanakan akan menjalani
neonatolog hadir di RB, menyiapkan pemberian transplantasi jantung seperti pada Hypoplastic Left
prostaglandin E1, komunikasi dengan ahli jantung Heart Syndrome dengan Interupted Aortic Arch,
anak dan persiapan transfer ke cardiac center untuk kardiomiopati dengan fungsi ventrikelyang buruk.
intervensi atau pembedahan. Rekomendasi RB LOC-P adalah PJB dengan rencana paliatif dilakukan
dibuat bervariasi berdasarkan ada tidaknya faktor untuk PJB dengan kelainan kromosom yang berat
ibu atau obstretrik yang dapat mempengaruhi cara atau fatal atau melibatkan berbagai organ tidak
persalinan, sumber daya yang tersedia di tempat memerlukan RB khusus dan dapat menjalani
persalinan dan jarak ke cardiac center.7-9 persalinan tanpa memerlukan sarana khusus.7
PJB dengan lesi tergantung duktus
dipertimbangkan sebagai PJB kritis karena akan Ringkasan
memburuk dengan menutupnya duktus. Bayi
baru lahir dengan lesi tergantung duktus yang Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan
teridentifikasi prenatal dapat distabilisasi dengan bawaan paling banyak pada bayi baru lahir. PJB
pemberian PGE1 dan bila tersedia sumberdaya kritis dengan proporsi 25% dari seluruh bayi baru
perawatan neonatal dapat dikelompokan sebagai lahir dengan PJB, merupakan PJB dengan lesi yang
risiko minimal saat di ruang bersalin.7-9 membutuhkan pembedahan atau intervensi kateter
PJB risiko tinggi (LOC-3 & 4): PJB dengan risiko dalam tahun pertama kehidupan dan merupakan
perburukan di ruang bersalin dan membutuhkan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi baru
perawatan khusus di RB sebelum menjalani intervensi lahir bila terlambat didiagnosis. Peningkatan deteksi
atau pembedahan, seperti PJB yang membutuhkan dini PJB kritis pada bayi dapat dilakukan dengan
intervensi segera seperti Balloon Atrial Septectomy FE, karena dapat mendiagnosis secara akurat dan
untuk Transposition of great artery dengan intact memperkirakan beratnya PJB post natal. Identifikasi
ventricular septum (D-TGA), atrial septoplasty untuk janin yang membutuhkan intervensi in utero atau
Hypoplastic Left Heart Syndrome dengan restrictive perawatan RB khusus diperlukan untuk tatalaksana
Inter Atrial Septum, sustained- takiaritmia yang yang sesuai dengan tipe PJB yang ditemukan. Upaya-
membutuhkan kardioversi, AV blok dengan gagal upaya lebih diperlukan dalam memperbaiki deteksi,
jantung, atau PJB yang membutuhkan pembedahan identifikasi faktor risiko, investigasi intervensi
segera atau ECMO seperti TAPVD obstruktif atau PJB janin dan menciptakan rencana perawatan ruang
dengan gagal jantung berat. persalinan yang multidisiplin dan terkoordinasi
Untuk bayi yang telah terdiagnosis dengan diharapkan akan memperbaiki luaran dan
risiko tinggi, persalinan harus direncanakan di tempat menurunkan kematian pada bayi dengan PJB.
dengan fasilitas cardiac center dengan kehadiran
neonatolog dan ahli jantung anak di ruang bersalin Rujukan
atau dengan stabilisasi awal yang terkoordinasi di
RB kemudian ditransfer segera ke cardiac center 1. Van der Linde D, Konings EE, Slager MA,
dengan tim bedah yang sudah stand-by. Cara dan Witsenburg M, Helbing WA, Takkenberg JJ, et
waktu persalinan umumnya saat cukup bulan al. Birth prevalence of congenital heart disease
atau ditentukan oleh team 7-9 multidisiplin apakah worldwide: A systematic review and meta-
direncanakan induksi atau SC. PJB dengan risiko analysis. J Am Coll Cardiol 2011; 58:2241–7. 

gagal jantung, hydrops dan fetal/neonatal death 2. Wren C, Irving CA, Griffiths JA, O’Sullivan JJ,
seperti Ebstein anomaly, Tetralogy of Fallot dengan Chaudhari MP, Haynes SR, et al. Mortality in
Absent Pulmonary Valve Syndrome, kardiomiopati, infants with cardiovascular malformations. Eur
takiaritmia yang tidak terkontrol, dan A-V blok total J Pediatr 2012; 171:281-5. 

memiliki risiko luaran yang buruk karena sindrom 3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
curah jantung rendah, pulmonary hypoplasia, dan Profil Kesehatan Indonesia. 2017. 

gagal jantung walaupun lahir cukup bulan. Penilaian 4. Peterson C, Ailes E, Riehle-Colarusso T, Oster
Buku Ilmiah Fetomaternal
82
Kehamilan dengan Kelainan Jantung pada Janin: Apa yang Harus Dilakukan?

ME, Olney RS, Cynthia H, et al. Late Detection management of infants with prenatally
of Critical Congenital Heart Disease Among US diagnosed congenital heart disease. 
Prenat
Infants. JAMA 
Pediatrics 2014; 168:361–70. 
 Diagn 2009; 29:654-8 

5. Liberman RF, Getz KD, Lin AE, Higgins CA, 11. 7 Pruetz JD, Carroll C, Trento LU, Chang RK,
Sekhavat S, Markenson GR, et al. 
Delayed Detterich J, Miller DA, et al. Outcomes of critical
Diagnosis of Critical Congenital Heart Defects: congenital heart disease requiring emergent
Trends and Associated 
Factors. Pediatrics 2014; neonatal cardiac intervention. Prenat Diagn
134:e373-81 
 2014; 34:1127-32 

6. American Academy of Pediatrics. Endorsement of 12. Brown KL, Sullivan ID. Prenatal detection for
Health and Human Services: 
Recommendation major congenital heart disease: a key process
for Pulse Oximetry Screening for Critical measure for congenital heart networks. Heart
Congenital Heart 
Disease. Pediatrics 2012; 2014; 100:359-60 

129:190–92. 
 13. Trines J, Hornberger LK. Evolution of heart
7. Donofrio MT, Moon-Grady AJ, Hornberger LK, disease in utero. Pediatr Cardiol 2004; 25:287-
Copel JA, Sklansky MS, 
Abuhamad A, et al. 98 

Diagnosis and treatment of fetal cardiac disease: 14. Holland BJ, Myers JA, Woods CR Jr. Prenatal
A scientific 
statement from the American Heart diagnosis of critical congenital heart disease
Association. Circulation 2014; 129:2183-242. 
 reduces risk of death from cardiovascular
8. Donofrio MT, Levy RJ, Schuette JJ, Skurow- compromise prior to planned neonatal cardiac
Todd K, Sten MB, Stallings C, et al. Specialized surgery: a meta- analysis. Ultrasound Obstet
delivery room planning for fetuses with critical Gynecol 2015; 45: 631-8 

congenital heart disease. 
Am J Cardiol 2013; 15. Costello JM, Polito A, Brown DW, McElrath TF,
111:737-47 
 Graham DA, Thiagarajan RR, et al. Birth before
9. Donofrio MT, Skurow-Todd K, Berger JT, 39 weeks’ gestation is associated with worse
McCarter R, Fulgium A, Krishnan A, et 
al. Risk- outcomes in neonates with heart disease.
stratified postnatal care of newborns with Pediatrics 2010; 126:277-84 

congenital heart disease 
determined by fetal 16. Peyvandi S, Nguyen TA, Almeida-Jones M, Boe
echocardiography. J Am Soc Echocardiogr 2015; N, Rhee L, Anton T, et al. Timing and mode of
28:1339-49. 
 delivery in prenatally diagnosed congenital
10. Berkley EM, Goens MB, Karr S, Rappaport V. heart disease. Pediatr Cardiol 2017; 38:588-95. 

Utility of fetal echocardiography in postnatal PENDAHULUAN

Buku Ilmiah Fetomaternal


83
Pertumbuhan Janin Terhambat

Jhoni Marfaung
Departemen Obsteri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan

percentil, atau lingkaran perut kurang atau sama


Keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim dengan 5 percentil atau FL(Femur Length) /AC
berdasarkan definisinya terjadi bila berat lahir (Abdominal Length) > 24. (1)
dari bayi neonatus berada di bawah persentil ke Definisi menurut WHO, janin yang mengalami
sepuluh selama usia gestasi tertentu. Keadaan ini pertumbuhan terhambat adalah janin yang
penting karena dapat mengenali satu kelompok bayi mengalami kegagalan dalam mencapai berat
kecil yang berisiko tinggi terhadap morbiditas dan standar atau ukuran standar yang sesuai dengan
mortalitas. Janin yang mempunyai keterbelakangan usia kehamilannya. Menurut Gordon, JO (2010)
dalam pertumbuhan sangat rentan terhadap pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine
masalah-masalah kesehatan seperti aspirasi growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi
mekonium, asfiksia, polisitemia, hipoglikemia dan dimana janin berukuran lebih kecil dari standar
mungkin dapat mengalami keterbelakangan mental. ukuran biometri normal pada usia kehamilan.
Pengenalan dini pada keterbelakangan pertumbuhan Istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk
ini menawarkan peluang untuk dapat meminimalkan masa kehamilan-KMK (small for gestational age).
efek buruk dari banyak komplikasi ini.(1) Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat
Pertumbuhan janin terhambat adalah janin dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat
dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia
persentil, atau lingkaran perut ≤ 5 persentil atau FL/ kehamilan yang sama. (3)
AC > 24. Dimana FL adalah Femur  Length dan AC
adalah Abdominal Length. FL dan AC dapat diukur Prevalensi
menggunakan USG. (1)
Prevalensi pertumbuhan janin terhambat Pada penelitian pendahuluan di 4 senter di Indonesia
adalah 3 ± 10 % di dunia. Di Indonesia, pada penelitian tahun 2004-2005 didapatkan 571 KMK dalam 14.702
pendahuluan pada tahun 2004-2005, prevalensinya persalinan atau rata-rata 4,40%.4 Sekitar 40% janin
adalah 4,4 %. Morbiditas dan mortalitas perinatal tersebut konstitusinya kecil dengan risiko morbiditas
kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat dan mortalitas perinatalnya yang tidak meningkat.
lebih tinggi daripada kehamilan normal. Mortalitas Tidak semua PJT adalah kecil masa kehamilan dan
perinatal bayi - bayi dengan pertumbuhan janin tidak semua KMK menderita PJT.(1,2)
terhambat 7 -8 kali lebih tinggi daripada bayi normal. Klasifikasi
Kira-kira 26% kejadian lahir mati berhubungan Terdapat 3 macam PJT, yaitu :
dengan pertumbuhan janin terhambat. 1. PJT tipe I atau tipe simetris
Pertumbuhan janin terhambat disebabkan oleh Terjadi pada kehamilan 0 – 20 minggu,
faktor fetal, faktor plasenta, dan faktor maternal. terjadi gangguan potensi tubuh janin untuk
Faktor fetal adalah kelainan kromosom, malformasi memperbanyak sel (1)
kongenital, kehamilan multipel. Faktor maternal 2. PJT tipe II atau tipe asimetris
adalah malnutrisi, infeksi maternal, gangguan aliran Terjadi pada kehamilan 28 – 40 minggu
uteroplasenta, riwayat obstetrik jelek, hipoksia yaitu gangguan potensi tubuh janin untuk
kronis, faktor uterin, kelainan ginjal, danl ingkungan. memperbesar sel, misalnya pada hipertensi
(2)
dalam kehamilan disertai insufisiensi
plasenta. (1)
PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT 3. PJT tipe III adalah kelainan diantara kedua
tipe diatas
Definisi Terjadi pada kehamilan 20 – 28 minggu yaitu
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah janin gangguan potensi tubuh kombinasi antara gangguan
dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 hiperplasia dan hipertrofi sel, misalnya dapat

Buku Ilmiah Fetomaternal


84
Pertumbuhan Janin Terhambat

terjadi pada malnutrisi ibu, kecanduan obat atau


keracunan. (1) Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi
plasenta. Faktor plasenta dapat disebabkan oleh
Etiologi faktor ibu, walaupun begitu terdapat beberapa
kelainan plasenta yang khas seperti tumor plasenta.
Faktor ibu, golongan faktor ibu merupakan penyebab Sindrom insufisiensi fungsi plasenta umumnya
yang terpenting berkaitan erat dengan aspek morfologi dari plasenta.
a. Penyakit vaskular ibu Sindrom insufisiensi plasenta menunjukan adanya
Pada pertumbuhan intrauterin normal, suatu kondisi kegawatan janin yang bisa nyata
pertumbuhan berat plasenta sejalan selama masih dalam masa kehamilan atau dalam
dengan pertambahan berat janin. Aliran masa persalinan sebagai akibat gangguan pada
darah uterus, transfer oksigen dan nutrisi fungsi plasenta.(5)
plasenta dapat berubah pada berbagai
penyakit vaskular yang diderita ibu. Diagnosis
Keadaan klinis yang melibatkan aliran
darah plasenta yang buruk meliputi Identifikasi janin yang tumbuh tidak sesuai masa
kehamilan ganda, penyalahgunaan obat, kehamilan masih menjadi permasalahan. Terdapat
penyakit vaskular, penyakit ginjal, penyakit teknik klinis sederhana dan teknologi yang lebih
infeksi (TORCH), insersi plasenta umbilikus kompleks yang terbukti bermanfaat untuk membantu
yang abnormal dan tumor vaskular. 5 mendiagnosis pertumbuhan janin terhambat.
b. Kelainan uterus Beberapa teknik yang banyak digunakan serta yang
c. Kehamilan kembar potensial digunakan sebagai berikut:
Kehamilan dengan dua atau lebih janin
lebih memungkinkan terjadi pertumbuhan 1. Pengukuran tinggi fundus uteri
kurang pada salah satu janin atau kedua Pengukuran tinggi fundus uteri yang dilakukan
janin dibandingkan dengan janin tunggal secara serial selama kehamilan adalah metode
normal.5 penapisan yang sederhana, aman, tidak mahal
d. Ketinggian tempat tinggal dan cukup akurat untuk mendeteksi janin yang
Janin dari wanita yang tinggal di dataran kecil untuk masa kehamilan. (1,3)
tinggi biasanya mempunyai berat badan 2. Pemeriksaan Ultrasonografi
lebih rendah daripada mereka yang Kriteria USG untuk pertumbuhan janin
dilahirkan oleh ibu yang tinggal di dataran terhambat terutama peningkatan rasio panjang
rendah. (1,5) femur dari lingkaran perut, peningkatan lingkar
e. Keadaan gizi dan perokok kepala dari lingkar perut dan oligohidramnion.
Penambahan berat badan yang kurang Telah diketahui terdapat korelasi yang baik
didalam masa hamil menyebabkan antara pengukuran tinggi fundus uteri dengan
kelahiran bayi dengan berat badan yang beberapa antropometri janin seperti diameter
rendah. Kebiasaan merokok dalam masa biparietal (DBP) atau lingkaran perut (LP) janin
kehamilan akan melahirkan bayi yang (r : 0,8). (2,5)
lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram Pemerikasaan dengan ultrasound real time akan
pada waktu lahir. Merokok menyebabkan bisa membedakan hambatan pertumbuhan
pelepasan epinefrin dan norepinefrin intrauterin asimetri dengan hambatan
yang menyebabkan vasokonstriksi pertumbuhan intrauterin simetris, selain itu
yang berkepanjangan sehingga terjadi dapat pula mengukur berat janin, gangguan
pengurangan jumlah pengaliran darah ke pertumbuhan kepala, kelainan kongenital dan
dalam ruang intervillus. (1,5) oligohidramnion. DBP kepala janin baik sekali
Faktor Anak dapat berupa kelainan kongenital, sebagai alat bantu menetapkan usia kehamilan
kelainan Genetik, infeksi janin. misalnya penyakit dalam trimester kedua karena kesalahannya
TORCH yang bisa menyebabkan hambatan relatif sangat kecil pada waktu ini, dan
pertumbuhan intrauterin sampai 30 % dari kejadian. terdapat korelasi yang dekat sekali antara DBP
(1,2,5)
dengan usia kehamilan, tetapi korelasi DBP
Faktor Plasenta dengan usia kehamilan makin berkurang pada
Buku Ilmiah Fetomaternal
85
Jhoni Marfaung

usia kehamilan yang lebih lanjut, semakin preterm atau kemudian berkembang menjadi
tua usia kehamilan semakin kurang tepat hambatan intrauterin. Kerusakan plasenta
usia kehamilan bila di ukur pada DBP. Pada kemudian dapat menyebabkan hambatan pada
pasien yang diduga mengalami hambatan pertumbuhan janin.(2)
pertumbuhan intrauterin, pengukuran kepala 7. Penambahan berat badan ibu
janin harus telah dimulai pada usia kehamilan Penambahan berat badan ibu juga dapat
16 sampai 20 minggu. Pengukuran DBP serial menentukan ukuran dari bayi. Wanita yang
dalam trimester ketiga tidak dapat memberi bertubuh kecil biasanya mempunya bayi yang
kontribusi yang baik untuk memantau lebih kecil. (1)
hambatan pertumbuhan intrauterin. (2)
Untuk mendiagnosis hambatan pertumbuhan Komplikasi Neonatus
intrauterin lebih baik dipergunakan
perbandingan ukuran (ratio) antara Lingkar Komplikasi neonatus yang dapat terjadi seperti
Kepala (LK) dan Lingkaran Perut (LP) yang aspirasi meconium, hipotermia, hipoglikemia,
sekaligus dapat membedakan hambatan hipokalsemia dam hyponatremia, trombositopenia,
pertumbuhan intrauterin simetris dan polisitemia, hiperbilirubinemia, dan lematian
asimetris. Ratio LK/LP bertambah kecil semakin perinatal. Hipoksia janin yang cukup berat dapat
tua usia kehamilan. (2,3) menyebabkan tonus sfingter ani janin melemah
3. Penilaian volume cairan ketuban yang menyebabkan mekonium keluar kedalam
Pada hambatan intrauterin terutama pada ruang amnion dan bercampur dengan cairan
kehamilan dengan hipertensi sering disertai ketuban, sehingga risiko terjadinya aspirasi
dengan oligohidramnion. Oligohidramnion mekonium semakin besar yang dapat menyebabkan
dapat mengakibatkan tali pusat terjepit dan kesulitan pernapasan setelah lahir (sindroma
kematian janin dapat terjadi dengan tiba-tiba. aspirasi mekonium). (5,6) Setelah kelahirannya bayi
Oleh sebab itu penilaian volume cairan ketuban dengan sindrom hiperviskositas dapat mengalami
perlu dipantau dari minggu ke minggu dengan problem trombosis multiorgan, gagal jantung dan
menggunakan USG. (2,5) hiperbilirubinemia. (2,3)
4. Pemeriksaan Doppler Velosimetri
Pemeriksaan doppler velosimetri arteria Penatalaksanaan
umbilkalis bisa mengenal adanya pengurangan
aliran darah dalam tali pusat akibat resistensi Berbagai komplikasi bisa terjadi pada fetus atau
vaskular dari plasenta. Ditandai dengan tidak neonatus yang menderita hambatan pertumbuhan
ada atau berbaliknya aliran akhir diastolik yang intrauterin maka kehamilan/persalinan berisiko
menunjukan tahanan yang tinggi. (1,3) menghendaki dilakukannya beberapa prinsip dasar
5. Pemantauan kerja jantung janin berikut:
Bila hambatan pertumbuhan intrauterin
berlatar belakang kekurangan gizi, untuk 1. Deteksi dini (skrining)
maksud ini dapat dilakukan pemeriksaan Deteksi dini kasus-kasus berisiko tinggi
contraction stress test atau uji beban kontraksi seperti pada pasien hamil risiko tinggi
setiap minggu dengan menginfus oksitosin seperti hipertensi, ibu perokok atau peminat
atau merangsang puting susu ibu untuk alkohol atau narkoba, keadaan gizi jelek
menghasilkan kontraksi pada uterus. (2,5) karena malnutrisi, ibu dengan penambahan
6. Uji biokimiawi berat badan yang minimal dalam kehamilan,
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan fungsi pernah melahirkan bayi dengan hambatan
plasenta untuk mengetahui kesehatan janin pertumbuhan intrauterine atau kelainan
pada keadaan maternal yang patologik yang kongenital, diabetes, anemia, dsb. (1,6)
telah disertai oleh insufisiensi fungsi plasenta. 2. Menghilangkan faktor penyebab
Pemeriksaan kadar AFP ( alfa feto protein ) Gizi wanita hamil lebih bergantung kepada
serum ibu dalam kehamilan berusia sekitar jumlah kalori yang masuk dari pada komponen
16 minggu memperlihatkan bahwa nilai tinggi kalori itu sendiri. Penambahan berat badan
sampai lebih dari pada dua kali lipat nilai rata- dalam kehamilan pada keadaan normal
rata sering kali akan disertai oleh kelainan bila mencapai 12 sampai 16 kg. Kurang gizi,
Buku Ilmiah Fetomaternal
86
Pertumbuhan Janin Terhambat

merokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat- dengan pemeriksaan rasio lesitin/sfingomielin


obatan dan sebagainya perlu diatasi terutama air ketuban. Bila ternyata paru-paru janin telah
dalam masa hamil.(2,3) matang (rasio L/S= 2 atau lebih) terminasi
3. Meningkatkan aliran darah ke uterus kehamilan dilakukan bila terdapat uji beban
Semua pekerjaan fisik yang berat akan kontraksi positif, oligohidramnion, dan DBF
mengurangi jumlah darah yang mengalir tidak bertambah lagi yang berarti otak janin
ke dalam uterus sehingga memberatkan berisiko tinggi mengalami disfungsi.(5,6)
keadaan janin yang telah menderita hambatan 8. Monitoring intrapartum
pertumbuhan intrauterin. (6) Dalam persalinan perlu dilakukan pemantauan
4. Melakukan fetal surveillance antepartum terus menerus sebab fetus dengan hambatan
Sebelum melaksanakan program fetal pertumbuhan intrauterin mudah menjadi
surveilllance yang intensif perlu diperhatikan hipoksia dalam masa ini. Oligohidramnion
bahwa janin tidak dalam keadaan cacat bisa menyebabkan tali pusat terjepit sehingga
kongenital. Program surveillance antepartum rekaman jantung janin menunjukkan deselerasi
sudah boleh dimulai pada usia kehamilan 24 variabel. Keadaan ini diatasi dengan memberi
minggu bila diagnosis hambatan pertumbuhan infus kedalam rongga amnion (amnioinfusion).
intrauterin telah ditegakkan. Beberapa uji Pemantauan dilakukan dengan kardiotokografi
penilaian yang perlu dikerjakan sampai kalau bisa dengan rekaman internal pada mana
kehamilan diterminasi adalah uji tanpa beban elektroda dipasang pada kulit kepala janin
untuk memonitor reaktivitas jantung janin setelah ketuban pecah/dipecahkan dan kalau
(2x seminggu), pengurangan volume cairan perlu diperiksa pH janin dengan pengambilan
ketuban dan hambatan pertumbuhan kepala sampel darah pada kulit kepala.(1,5)
dengan memantau pertumbuhan DBF dengan
ultrasonografi setiap minggu.(5,6) Prognosis
5. Uji tanpa beban
Telah disepakati bahwa hasil uji tanpa beban Prognosis PJT (terutama tipe II) lebih baik daripada
yang menghasilkan akselerasi 15 beat per bayi lahir kurang bulan, tetapi sering pada anak
menit atau lebih yang berlangsung paling tidak ini memperlihatkan juga gangguan pertumbuhan
selama 15 detik sebanyak 2 kali atau lebih setelah lahir. Prognosis PJT tipe I (terutama dengan
dalam tempo 20 menit pengamatan dianggap kelainan multipel) buruk. (1,6)
normal atau disebut rekaman yang reaktif.
Jika pada uji tanpa beban tidak reaktif, maka DAFTAR PUSTAKA
langkah berikut adalah melakukan uji beban
kontraksi. (3,6) 1. Saifuddin, A. B. (2010). Ilmu Kebidanan
6. Uji beban kontraksi Sarwono. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Uji beban kontraksi dibuat untuk mendeteksi Prawirohardjo.
kekurangan suplai oksigen uteroplasenta yang 2. Peleg, D., Kennedy, C. M., & Hunter, S. K. (2012).
sampai ke fetus selama uterus berkontraksi. Intrauterine Growth Restriction: Identification
Menurut Poseiro dkk bila kontraksi uterus and Management. Am Fam Physician, 453-460.
menyebabkan kenaikan tekanan intrauterin 3. Soefeowan, H. S. (2011). Panduan
melebihi 30 mmHg.(6) Penatalaksanaan Kehamilan dengan PJT di
7. Terminasi kehamilan lebih awal Indonesia . Jakarta: POGI.
Bila semua hasil pemeriksaan fetal surveillance 4. Suprihatiningsih., 2009. Faktor-Faktor Yang
normal, terminasi kehamilan yang optimal Berhubungan Dengan Kematian Neonatus
dilakukan pada usia kehamilan 38 minggu. Di Kota Metro Tahun 2009. Jurnal Kesehatan
Sebaliknya bila hasil fetal surveillance “Metro Sai Wawai” Vol. II No. 2 Edisi Desember
menjadi abnormal dalam masa pemantauan 2009
sebelum mencapai usia kehamilan 38 minggu,
kematangan paru janin perlu dipastikan

Buku Ilmiah Fetomaternal


87
Pencegahan Abortus pada Awal Kehamilan

Nuswil Bernolian
Divisi Fetomaternal Departemen Obgin FK Unsri/RSMH Palembang

Abortus merupakan penyebab tersering komplikasi dalam penelitian kasus-kontrol di Inggris, mereka
pada kehamilan. Abortus sendiri memiliki definisi memasukkan nutrisi dan perilaku makan sebagai
kematian janin spontan sebelum masa janin salah satu faktor risiko. Sebanyak 62% perempuan
tersebut menjadi viabel. Berbagai istilah yang sering dalam studi tersebut mengkonsumsi vitamin sejak
digunakan di literatur meliputi abortion, miscarriage, 12 minggu pertama kehamilan, dengan asam folat
wastage, atau early pregnancy loss. Sebuah definisi sebagai vitamin yang paling banyak dikonsumsi.
yang cukup awam dipakai adalah abortus sebagai Secara umum, konsumsi multivitamin mampu
suatu kejadian terminasi kehamilan dengan usia mengurangi kejadian abortus sekitar 50%. Semua
kehamilan <20 minggu dan berat janin <500 g. jenis vitamin dalam studi ini terbukti mengurangi
Angka kejadian abortus disebutkan sekitar risiko, namun efeknya paling jelas pada individu yang
15% dari seluruh kehamilan. Mayoritas studi juga mengkonsumsi asam folat, besi, atau multivitamin
menyebutkan bahwa satu dari 5 kehamilan akan yang mengandung hal tersebut. Konsumsi
berakhir dengan abortus di usia kehamilan di buah-buahan dan sayuran segar harian terbukti
bawah 24 minggu. Berbagai faktor risiko terjadinya mengurangi risiko abortus. Konsumsi produk susu
abortus telah menjadi fokus penelitian. Studi-studi seperti susu, yoghurt, keju, dan coklat terbukti
yang dilakukan diharapkan mampu mengurangi berhubungan dengan penurunan risiko. Hal yang
risiko berulangnya atau terjadinya abortus pada sama juga terlihat pada pola konsumsi daging putih
perempuan dan mengurangi tingkat morbiditas dan ikan 2 kali seminggu, walaupun hubungan yang
ataupun mortalitas yang ditimbulkan. Identifikasi ada tidak terlalu signifikan. Tidak terdapat hubungan
faktor risiko menjadi salah satu hal terpenting antara konsumsi telur, daging merah, dan produk
untuk mencegah terjadinya abortus, karena banyak kedelai terhadap kejadian abortus. 4
dari usaha-usaha pencegahan akan diidentifikasi Nutrisi tidak selalu berhubungan dengan efek
dari faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi. protektif terhadap kejadian abortus. Asupan nutrisi
Pada kenyataannya, tidak semua faktor risiko yang berlebih tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik
dapat dimodifikasi, seperti faktor risiko maternal, yang cukup malah akan menyebabkan kelebihan
kelainan kongenital, dan lain-lain. Namun, penting berat badan atau obesitas pada ibu. Obesitas yang
terlebih dahulu mengetahui mengenai faktor-faktor merupakan masalah di seluruh dunia juga merupakan
risiko yang ada dan hubungannya dengan usaha salah satu kendala yang berisiko dialami oleh ibu
pencegahan kejadian abortus.1,2 hamil. Sebuah studi yang dilakukan oleh Lashen dkk.
memaparkan hubungan antara obesitas (indeks
Faktor Nutrisi massa tubuh >30 kg/m2) dan kejadian abortus pada
trimester pertama dan abortus berulang. Pada
Nutrisi diketahui merupakan salah satu faktor studi yang melibatkan sebanyak 1.644 perempuan
penting yang selalu menjadi perhatian utama hamil yang obesitas ini didapatkan hasil berupa
pada perempuan yang sedang hamil. Menurut peningkatan risiko abortus sebesar 1,2 kali lipat
rekomendasi antenatal care yang diberikan oleh untuk abortus trimester pertama dan 3,5 kali lipat
WHO, konseling nutrisi dan aktivitas fisik penting untuk kejadian abortus berulang. Dari hasil ini, dapat
untuk dilakukan pada setiap ibu yang sedang hamil. dianalisis bahwa pencegahan abortus tidak hanya
Secara umum, rekomendasi nutrisi yang diberikan melulu mengedepankan asupan nutrisi, namun juga
adalah keseimbangan asupan kalori dan protein, aktivitas fisik sebagai penyeimbang status nutrisi
pemberian suplementasi besi elemental 30-60 mg setiap harinya. 5
dan asam folat 0,4 mg setiap harinya. Beberapa
anjuran lain seperti suplementasi kalsium dan Konsumsi Kafein
vitamin A merujuk pada peran-peran spesifiknya
untuk masing-masing masalah dalam kehamilan.3 Kafein merupakan salah satu zat yang banyak
Pada sebuah studi besar yang dilakukan oleh ditemukan di berbagai produk yang dikonsumsi
Maconochie dkk. mengenai faktor risiko abortus sehari-hari. Kafein paling banyak ditemukan di dalam
Buku Ilmiah Fetomaternal
88
Pencegahan Abortus pada Awal Kehamilan

kopi dengan rerata konsentrasi 107 mg dalam setiap sebuah studi, Abel dkk menyebutkan bahwa kadar
cangkirnya, dan dapat ditemukan dalam kadar yang alkohol dalam darah yang lebih tinggi dari 200 mg/
lebih rendah di teh, minuman kola, coklat, dan dL telah dapat menimbulkan suatu abortus spontan.
obat-obatan lainnya. Kafein diserap di saluran cerna Terdapat beberapa studi yang mendukung hubungan
secara sempurna dan dapat menembus plasenta. antara konsumsi alkohol dan abortus spontan
Waktu paruh kafein pada tubuh manusia normal seperti yang dikemukakan Harlap dan Shiono dkk.
adalah 2,5-4,5 jam, dan mengalami peningkatan Risiko dilaporkan mengalami peningkatan mulai
menjadi 10,5 jam pada ibu hamil. Beberapa studi pada perempuan yang mengkonsumsi alkohol
yang dilakukan melihat hubungan antara konsumsi dalam jumlah sedang (1 atau lebih per hari), namun
kafein dan kejadian abortus. Dominguez dkk. tidak pada kelompok yang hanya mengkonsumsi
menyebutkan terdapat risiko yang lebih tinggi terjadi alkohol sesekali. Studi yang dipublikasikan Anokute
abortus seiring dengan peningkatan dosis kafein menjelaskan terdapat hubungan respon dosis
yang dikonsumsi. Sriruphan dkk. dalam studinya antara konsumsi alkohol dan abortus. Mekanisme
mengemukakan bahwa risiko abortus juga memiliki pasti alkohol menyebabkan efek negatif pada janin
hubungan dengan konsumsi kafein, dan secara masih tergolong belum jelas. Alkohol mampu
spesifik menyebutkan risiko tersebut akan lebih melewati plasenta, melewati sawar darah otak
tinggi jika kafein yang dikonsumsi didapat dari kopi, janin, dan mencapai kadar dalam plasma yang sama
dibandingkan dari teh atau coklat. Beberapa hipotesis persis dengan kadar dalam darah ibu. Terdapat
yang diajukan mampu menjelaskan hubungan antara kemungkinan bahwa alkohol dapat menyebabkan
kafein dan abortus. Kafein mampu meningkatan toksisitas langsung, namun dapat juga disebabkan
kerja cyclic AMP dalam sel, yang pada akhirnya oleh efek teratogenik hasil metabolitnya yang
menghambat perkembangan janin dan mengganggu terakumulasi di dalam janin, yaitu asetaldehid.2,7
profil hormonal pada ibu dan janin. Secara struktural,
kafein juga mirip dengan adenin dan guanin. Teori Kebiasaan Merokok
menyebutkan kemiripan struktur ini dapat bekerja
langsung pada asam nukleat dan menghasilkan Merokok dalam kehamilan telah dikaitkan dengan
aberasi kromosom. Mekanisme lain yang dicurigai berbagai efek negatif seperti berat badan lahir
merupakan peningkatan katekolamin, yang pada rendah, solusio plasenta, sudden infant death
akhirnya akan menyebabkan vasokonstriksi dan syndrome, dan abortus. Meskipun demikian,
insufisiensi uteroplasenta, dan menyebabkan diketahui bahwa 14% dari seluruh ibu hamil dan 23%
hipoksia janin. Disebutkan bahwa dosis 200 mg dari seluruh perempuan usia reproduktif memiliki
kafein telah dapat menginduksi penurunan aliran kebiasaan merokok. Bukti-bukti klinis yang ada masih
darah di plasenta. Rasch dkk. pada studinya yang belum cukup kuat untuk menerangkan hubungan
meneliti efek konsumsi rokok, alkohol dan kafein kausal antara merokok dan abortus. Sebuah studi
terhadap abortus spontan menerangkan bahwa
tinjauan sistematis dan meta analisis yang dilakukan
konsumsi kafein lebih dari 375 mg per hari dapat
oleh Pineles dkk. mengenai hubungan antara
meningkatkan risiko abortus secara signifikan.2,6
paparan asap rokok tembakau ibu dan kejadian
Konsumsi Alkohol abortus memperlihatkan sebuah korelasi antara
merokok dengan abortus. Dari 1.706 artikel yang
Telah diketahui secara umum bahwa alkohol memiliki dilakukan tinjauan oleh peneliti, dari sebanyak 50
beberapa efek buruk pada perkembangan janin. studi disimpulkan bahwa wanita hamil yang perokok
Alkohol telah diketahui dapat menyebabkan fetal aktif memiliki risiko relatif untuk mengalami abortus
alcohol syndrome seperti yang pernah dideskripsikan 1,23 kali lebih besar (interval kepercayaan 95%, 1,16-
Jones dkk. pada studinya. Tidak terdapat dosis aman 1,30), dan risiko bahkan lebih besar saat paparan asap
alkohol pada kehamilan yang tidak menimbulkan efek rokok dispesifikkan terjadi pada waktu kehamilan
negatif. Hubungan pasti antara konsumsi alkohol dan sedang berlangsung (RR: 1,32, interval kepercayaan
kejadian abortus masih belum diketahui secara pasti. 95%, 1,21-1,44, sebanyak 25 sampel studi). Risiko ini
Kejadian abortus yang tinggi pada wanita alkoholik berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap
telah dilaporkan, namun belum diketahui secara per hari nya. Risiko abortus meningkat 1% untuk tiap
pasti apakah efek negatif ini memang langsung batang asap rokok yang dihisap setiap harinya.8
disebabkan oleh alkohol atau efek samping lain dari Perempuan yang bertindak sebagai perokok
alkohol seperti kerusakan hati dan organ lain. Pada sekunder juga berisiko untuk mengalami abortus.
Buku Ilmiah Fetomaternal
89
Nuswil Bernolian

Risiko akan lebih besar jika perempuan itu sendiri yang memodulasi aktivitas sel natural killer, mengatur
merupakan seorang perokok aktif. Namun, faktanya pelepasan asam arakidonat, dan mengatur
laki-laki, dalam hal ini suami, lebih berkemungkinan kontraktilitas miometrium. Progesteron dan agen
untuk merokok 5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan progestasional lainnya memiliki kerja pada awal
perempuan di seluruh dunia. Dalam penelitian yang masa kehamilan yaitu meningkatkan implantasi dan
sama, perempuan hamil yang merupakan perokok efek imunomodulator. 10
sekunder juga memiliki peningkatan risiko abortus Progesteron menghambat kerja sel natural
sebesar 11%. Hasil ini juga sesuai dengan sebuah killer pada bagian perbatasan feto-maternal.
studi yang dilakukan di Cina oleh Wang dkk. yang Peningkatan regulasi reseptor progesteron pada
membahas hubungan antara kebiasaan merokok sel NK dibutuhkan untuk mencegah reaksi imun
suami dengan risiko abortus. Hasil yang didapatkan maternal yang membahayakan janin. Progesteron
adalah nilai rasio odds perempuan hamil yang juga menghambat pelepasan asam arakidonat dan
terpapar asap rokok dari suami memiliki risiko meningkatkan produksi antibodi asimetris yang
1,17 kali lebih besar untuk mengalami abortus bersifat protektif terhadap kehamilan. Relaksasi
dibandingkan yang tidak. Yang menarik dari studi uterus selama kehamilan telah diketahui dimediasi
Wang dkk. ini adalah fakta bahwa penghentian oleh nitric oxide (NO). Beberapa studi mengungkapkan
kebiasaan merokok suami pada periode perikonsepsi peran progesteron dalam meningkatkan produksi
berhubungan dengan penurunan risiko abortus NO pada endometrium. Kontraksi miometrium juga
sebanyak 18% (rentang interval kepercayaan 15- dihambat oleh progesteron dengan cara menekan
22%). Efek negatif kebiasaan merokok pada pria tidak efek estrogen dalam membentuk gap junction antar
hanya disebabkan oleh paparan asap rokok sekunder miometrium yang dibutuhkan untuk terjadinya suatu
pada perempuan yang sedang hamil. Kebiasaan proses kontraksi yang sinkron. Sebagai tambahan,
merokok pada pria juga dapat menyebabkan progesteron juga mampu menurunkan indeks pulsatil
kelainan kualitas sperma, menyebabkan aneuploidi, dan resistensi arteri spiralis, sehingga meningkatkan
DNA adducts, untaian yang putus, dan kerusakan sirkulasi uteroplasenta. 10
oksidatif pada spermatozoa. Apabila kualitas sperma Keamanan merupakan salah satu fokus
yang dihasilkan dan yang memfertilisasi merupakan utama saat sebuah obat akan diberikan pada masa
sperma yang defektif, terdapat kemungkinan janin kehamilan. Terdapat laporan yang menyebutkan
yang terbentuk juga akan mengalami disfungsi pada terdapat hubungan antara paparan progestogen
masa perkembangannya dan berakhir menjadi janin intrauterin dengan kelainan genital janin laki-
yang abortif. 8,9 laki dan perempuan. Penggunaan progestogen
seperti noresthisterone telah dihubungkan dengan
Penggunaan Progesteron virilisasi genitalia eksternal janin perempuan,
seperti pembesaran klitoris atau penyatuan labial.
Efek protektif hormon progesteron pada kehamilan Namun, virilisasi tidak pernah ditemukan pada
diketahui pada tahun 1930. Nama dari hormon produk progestogen yang benar-benar berasal
ini menjelaskan efek positifnya sebagai hormon dari progesteron, bukan dari derivat testosteron.
yang memiliki kerja utama sebagai hormon yang Carmichael dkk. juga pernah melaporkan sebuah
mempertahankan kehamilan. Sebagai hormon alami, kejadian penggunaan progestin yang berhubungan
progesteron disekresikan pada fase sekretori siklus dengan hipospadia. Akan tetapi, hipospadia yang
menstruasi. Pada fase mid-luteal, progesteron akan disebabkan efek anti-androgenik progestin tidak
menginduksi reaksi desidua endometrium, yang ditemukan pada derivat lain seperti didrogesteron. 10
berguna untuk mempersiapkan proses implantasi Selain profil keamanan, cara pemberian dan
dan perkembangan pinopodes pada epitel uterus. administrasi progesteron juga penting untuk proses
Pinopodes merupakan hal yang esensial bagi adhesi terapi, seiring progesteron sendiri dimetabolisme
blastokis ke lumen epitel. Seiring dengan efek positif di hati dan pemberian obat-obatan progesteron
ini, agen-agen progestasional telah digunakan oral cenderung kurang efektif. Progesteron yang
untuk mencegah terjadinya abortus pada kondisi micronized dapat mengurangi sedikit hambatan ini,
tertentu seperti abortus rekuren, atau abortus namun variabilitas kadarnya dalam plasma masih
iminen. Progesteron memiliki mekanisme unik menjadi masalah. Rute administrasi intravaginal
dalam mencegah abortus yaitu lewat memperkuat memiliki tingkat bioavailabilitas yang tinggi dengan
implantasi, menjaga keseimbangan kadar sitokin, efek samping yang lebih sedikit. Akan tetapi, masalah
Buku Ilmiah Fetomaternal
90
Pencegahan Abortus pada Awal Kehamilan

yang ada adalah ketidaknyamanan penggunaan dan oleh sumber sumber yang menghasilkan frekuensi
kepatuhan yang cenderung lebih rendah. Rute lain yang jauh lebih tinggi seperti internet nirkabel
yang dapat digunakan adalah injeksi intramuskular (wi-fi), menara pemancar, telepon genggam, dll.
17-hydroxyprogesterone yang memiliki efek samping Pada zaman sekarang, orang-orang mulai terpapar
berupa nyeri di tempat suntikan, reaksi lokal, dan radiasi medan magnet dalam jumlah yang lebih
beberapa efek sistemik. 10 tinggi, seiring dengan meningkatnya penggunaan
alat-alat yang memancarkannya. Peningkatan
Pelayanan Antenatal penggunaan dan risiko paparan pada manusia
membuat National Toxicology Program melakukan
Pelayanan antenatal merupakan salah satu tonggak penelitian yang pada akhirnya membuahkan hasil
penting penurunan angka kematian ibu di Indonesia. berupa adanya risiko-risiko negatif paparan radiasi
Model antenatal care (ANC) yang dikenalkan oleh seperti hubungan antara radiasi dan peningkatan
WHO pada tahun 2016 merujuk ke pelayanan risiko kejadian kanker. Abortus merupakan salah
antenatal sebanyak minimum 8 kali, dengan kontak satu dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh
ANC pertama harus dilakukan pada trimester radiasi. WHO bahkan menyebutkan bahwa dampak
pertama (hingga usia kehamilan 12 minggu), 2 ANC dari abortus dan radiasi perlu dilakukan penelitian
pada trimester ke-2 (minggu ke-20 dan minggu ke- lebih lanjut. Pada 2 studi yang dilangsungkan di
26) serta 5 pelayanan antenatal pada trimester ketiga tahun 2002, menunjukkan bahwa paparan terhadap
(minggu ke-30, 34, 36, 38, dan 40). Secara umum, radiasi medan magnet selama kehamilan terbukti
pelayanan ANC memiliki 3 komponen utama yaitu meningkatkan risiko abortus. Ditambah lagi, sebuah
penilaian awal dan berkala faktor risiko kehamilan, studi yang menilai hubungan antara paparan radiasi
promosi kesehatan, dan pengobatan juga tindak medan magnet dan pertumbuhan jaringan embrio
lanjut berupa intervensi medis pada masalah yang mengamati bahwa terdapat peningkatan ganggunan
ditemukan. 3 pertumbuhan tunas embrio dan apoptosis yang
Menurut sebuah studi yang dilakukan Masfiah dkk. berhubungan dengan paparan radiasi medan
dengan tajuk hubungan pelayanan antenatal dengan magnet dalam dosis yang lebih tinggi. Pada sebuah
kejadian abortus dan lahir mati, angka abortus studi yang dilakukan oleh Li dkk., diketahui bahwa
dan lahir mati di Indonesia berkisar pada 12,36%. paparan dosis radiasi medan magnet yang lebih
Pemberian pelayanan pokok seperti pemeriksaan tinggi akan berhubungan dengan risiko abortus yang
berkala, imunisasi TT, konseling dan suplementasi lebih tinggi pula yaitu sebesar 2,72 kali lebih besar
vitamin terbukti secara signifikan mempengaruhi (1,42-5,19). Tidak terdapat perbedaan risiko terkait
keluaran kehamilan. Pada penelitian ini, model ANC dengan sumber paparan radiasi antara satu pasien
yang masih digunakan adalah model ANC lama di dan pasien lainnya. Hal ini memberikan perhatian
mana ANC dilakukan sebanyak 4 kali. Terbukti dalam lebih pada sumber-sumber radiasi yang dianggap
studi ini bahwa perempuan hamil yang secara lengkap tidak terlalu penting seperti telepon genggam atau
menjalankan kunjungan ANC-nya memiliki risiko 7 pemancar jaringan internet nirkabel, yang ternyata
kali lebih rendah untuk mengalami abortus dan lahir dapat menjadi sumber paparan radiasi negatif yang
mati. Pada studi ini, juga dipaparkan perempuan berbahaya.12
hamil yang tidak mengkonsumsi suplemen besi
berisiko 2 kali lebih tinggi untuk mengalami abortus Infeksi
dan lahir mati. 11
Infeksi merupakan salah satu faktor yang memiliki
Paparan Radiasi beragam dampak negatif pada suatu kehamilan.
Infeksi dapat menyerang ibu, janin, atau keduanya.
Radiasi yang paling sering didapatkan dari paparan Beberapa dampak negatif yang telah diketahui seperti
lingkungan sekitar adalah berupa radiasi medan pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah dini,
magnet non-ionizing atau yang biasa disebut hingga bayi lahir mati. Terdapat bukti penelitian yang
magnetic field non-ionizing radiation. Magnetic menunjukkan bahwa jumlah infeksi dalam kehamilan
field (MF) dilepaskan dari sumber-sumber yang yang berpotensi untuk dicegah angkanya mencapai
menghasilkan medan magnet berfrekuensi rendah 15% pada kasus-kasus abortus dini, dan hingga 66%
seperti saluran listrik, peralatan elektronik, dan pada kasus abortus yang terjadi lebih lanjut. Beberapa
travo listrik. Medan magnet juga mampu dilepaskan etiologi virus, bakteri dan agen infeksius lainnya yang
Buku Ilmiah Fetomaternal
91
Nuswil Bernolian

menginfeksi manusia dapat menyebabkan abortus. dapat mengganggu proses kehamilan dengan
Sebagian besar merupakan infeksi sistemik yang cara menganggu keseimbangan respons imun dan
mampu menginfeksi unit fetoplasenta lewat aliran mengintervensi komponen-komponen normal yang
darah (blood-borne organism). Beberapa penyebab mampu mempertahankan kehamilan secara baik.13
lain mampu menginfeksi secara lokal lewat kolonisasi
traktus genitourinarius. Organisme seperti Brucella Beban Kerja
abortus, Campylobacter fetus, dan Toxoplasma
gondii terbukti mampu menyebabkan abortus pada Terdapat studi yang memaparkan hubungan
hewan ternak, namun perannya dalam kehamilan antara stres psikologis dengan kejadian abortus.
manusia masih tidak terlalu jelas. Peran Listeria Perempuan-perempuan yang memiliki stres
monocytogenes, Parvovirus, Cytomegalovirus dan psikologis lebih besar, seperti perempuan yang
virus Herpes simplex terhadap abortus secara memiliki pengalaman hidup yang buruk sebelum
mengejutkan tidak menunjukkan peranan yang kehamilan ini masalah pernikahan, perceraian,
signifikan. Terdapat pengecualian yaitu pada bakteri kekerasan dalam rumah tangga, hingga masalah
Chlamydia trachomatis di mana pada sebuah studi kerja, terbukti lebih berisiko untuk mengalami
bakteri jenis ini terbukti ada pada sekitar 4% dari abortus hingga 2 kali lebih tinggi. Sebuah studi
semua kelompok yang mengalami abortus. Infeksi- yang dilakukan oleh Qu dkk. mengenai asosiasi
infeksi polibakterial dari jaringan periodontal juga antara stres psikologis dan abortus menunjukkan
telah dihubungkan dengan peningkatan risiko 2-4 fakta bahwa risiko abortus pada perempuan yang
kali lipat mengalami abortus.1 mengalami stres psikologis meningkat hingga 1,42
Sebuah studi literatur yang dilakukan oleh kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar
Giakoumelou dkk. menganalisis beberapa studi dengannya. Salah satu sumber stres psikologis yang
yang terkait dengan peranan infeksi terhadap telah disebabkan adalah beban kerja.
abortus. Pada suatu studi, penulis berkesimpulan Bonde dkk. dalam studinya yang berupa
bahwa infeksi seperti vaginosis bakterialis, malaria, tinjauan sistematis dan meta analisis menilai
CMV, demam dengue, bruselosis dan HIV dapat hubungan antara beban kerja shift, waktu kerja
mempengaruhi hasil keluaran kehamilan. Sementara yang lama dan perilaku kerja yang berat seperti
itu, tidak terdapat bukti yang mendukung keterlibatan mengangkat beban dan berdiri secara terus menerus
bakteri C. burnetti, adeno-associated virus, Bocavirus, dengan peningkatan risiko terjadinya abortus.
Hepatitis C, dan M. genitalium untuk berhubungan Beberapa studi serupa sebenarnya telah dilakukan
dengan abortus. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan sebelumnya namun hasil yang didapatkan masih
untuk mengetahui efek infeksi C. Trachomatis, T. belum terlalu signfiikan.
gondii, HPV, HSV1, HSV2, Polyomavirus BK, Hepatitis Risiko-risiko abortus telah diketahui meningkat
B, dan B19V terhadap abortus. Hal yang menarik pada perempuan yang diharuskan bekerja terus
adalah tidak terdapat keseragaman mekanisme tiap- menerus pada shift malam, atau yang sering
tiap agen infeksius dalam menyebabkan abortus. bekerja pada shift tersebut. Pada penelitian ini
Satu hal yang diketahui mengenai mekanisme awal Bonde dkk. memaparkan perempuan yang bekerja
terjadinya abortus akibat infeksi adalah akibat hanya pada shift malam secara terus menerus
peran infeksi yang mampu mendisregulasi respons mengalami peningkatan sedang risiko abortus yaitu
inflamasi maternal. Sistem imun berperan penting 1,51 kali lipat. Hal ini berbeda dengan perempuan
dalam kehamilan yang sehat. Beberapa komponen yang bekerja dalam 3 shift yang berlainan, yaitu
pada sistem imun berperan dalam proses persiapan risiko untuk mengalami abortus hanya pada angka
implantasi dan mempertahankan kehamilan. Sel 1,12. Secara keseluruhan, beban waktu kerja yang
imun seperti sel natural killers, makrofag, dan lama (didefinisikan sebagai >40 jam/minggu),
sel dendritik telah diketahui keberadaannya di berhubungan dengan peningkatan risiko menjadi
feto-maternal interface. Sitokin seperti IL-10, CSF- 1,36 kali lipat untuk mengalami abortus. Definisi yang
1 dan Transforming Growth Factor-B ternyata berbeda-beda digunakan pada studi yang mencakup
memiliki peran pada proses implantasi dan secara variabel “kebiasaan mengangkat berat saat bekerja”,
kontinu diekspresikan kadarnya oleh sel-sel uterus. namun hasil yang didapatkan setelah menganalisis
Implantasi, plasentasi, atau transformasi pembuluh semua literatur menunjukkan bahwa kebiasaan
darah yang abnormal dapat menyebabkan abortus. mengangkat berat saat bekerja berhubungan dengan
Sebuah infeksi yang sedang berlangsung aktif risiko 1,32 kali lipat untuk mengalami abortus.
Buku Ilmiah Fetomaternal
92
Pencegahan Abortus pada Awal Kehamilan

Hubungan yang tidak cukup kuat didapatkan pada pada prosedur fertilisasi in-vitro. Aneuploidi janin
variabel bekerja berdiri pada waktu yang lama (>6-8 merupakan salah satu kelainan genetik yang umum
jam/hari) yaitu risikonya hanya 1,02 kali lebih tinggi ditemukan. Aneuploidi fetus ditemukan hingga
dibandingkan dengan perempuan yang bekerja 90% pada spesimen yang didapat dari abortus pada
dengan waktu berdiri lebih sebentar.14,15 usia 0-6 minggu, 50% pada spesimen 8-11 minggu,
dan 30% dari jaringan yang berusia 16-19 minggu.
Obat-obatan Sebanyak 6-12% spesimen abortus di atas 20
minggu menunjukkan hasil abnormalitas kromosom.
Hanya beberapa obat-obatan yang telah dievaluasi Secara keseluruhan, sebanyak 50-70% dari seluruh
terkait dengan perannya sebagai etiologi abortus. spesimen yang mengalami abortus spontan sporadis
Kontrasepsi oral dan agen spermisidal seperti krim menunjukkan suatu bentuk kelainan sitogenetik,
dan gel yang digunakan tidak berhubungan dengan dengan defek kariotipik tersering berupa trisomi
peningkatan angka abortus. Obat-obatan OAINS autoosmal (60%), monosomi X (20%), dan poliploidi
dan ondansetron juga tidak berhubungan dengan (20%). Seringnya, aneuploidi terjadi akibat kasus
kejadian abortus. Kehamilan yang terjadi dalam non-disjunction meiosis pada sel-sel germinal
kondisi sedang menggunakan alat kontrasepsi dalam pasangan yang memiliki kariotipe parental normal.
rahim (AKDR) berhubungan dengan peningkatan Hal ini terjadi secara acak dan tidak dapat diprediksi
risiko abortus, terutama abortus septik.1 Hasil yang menggunakan pola tertentu. Kelainan spesifik tipe
berbeda dikemukakan oleh Li dkk. yang meneliti abnormalitas kromosom yang ditemukan pada
mengenai penggunaan obat-obatan OAINS selama jaringan fetus yang mengalami abortus juga memiliki
kehamilan dan risiko untuk mengalami abortus. rentang kemungkinan yang luas. Kemungkinan
Penulis pada penelitiannya yang melibatkan 1.097 menjadi lebih sempit pada jenis kematian yang
perempuan yang menggunakan OAINS selama terjadi di akhir masa kehamilan, yaitu aneuploidi yang
kehamilan dibandingkan dengan yang menggunakan terjadi seringkali merupakan kelainan tipikal yang
asetaminofen dan kelompok yang tidak ditemukan pada kondisi lahir hidup seperti trisomi
menggunakan obat-obatan sama sekali. Hasil yang 21, 18 dan 13. Kasus-kasus aberansi kromosom
didapatkan cukup signifikan di mana penggunaan meningkat seiring dengan usia ibu, walaupun
OAINS berhubungan dengan risiko 1,59 kali lipat meningkatnya usia ibu juga hanya berhubungan
lebih tinggi (1,13-2,24) dibandingkan dengan dengan tipe-tipe kelainan kromosom spesifik seperti
kelompok yang tidak menggunakan obat-obatan, dan trisomi autosomal, dan tidak berhubungan dengan
1,45 kali lipat lebih tinggi (1,01-2,08) dibandingkan kelainan seks kromosom monosomi atau poliploidi.17
dengan kelompok yang menggunakan asetaminofen. Hal ini terutama berlaku pada ibu-ibu berusia di
Peningkatan risiko ini berbanding lurus dengan atas 35 tahun dengan kelainan trisomi 16 sebagai
jumlah dosis yang digunakan. Perempuan dengan kelainan yang paling sering ditemukan.17
indeks massa tubuh yang lebih rendah (<25 kg/m2) Saat menilai pasien dengan riwayat abortus
bersifat lebih rentan terhadap efek negatif OAINS sebanyak 2 atau lebih, adalah penting untuk
dibandingkan perempuan dengan IMT yang lebih mendapatkan kariotipe POC dari riwayat abortus
tinggi. Peningkatan risiko ini dicurigai berhubungan masa lampau apabila tersedia untuk dilakukan
dengan penghambatan produksi prostaglandin oleh analisis genetik. Hal ini mampu membantu seorang
obat-obatan golongan OAINS, di mana prostaglandin dokter untuk menentukan secara lebih tepat apakah
bersifat esensial untuk proses implantasi embrio.1,16 pemeriksaan diagnostik lanjutan untuk kasus-
kasus abortus rekuren diindikasikan. Melakukan
Peran Faktor Genetik diagnosis genetik sebelum mengasumsikan
bahwa janin yang gugur adalah janin euploidi dan
Abortus, terutama yang berulang, diketahui memiliki melakukan serangkaian pemeriksaan ekstensif
berbagai faktor sebagai kontributor terjadinya. akan mampu mengurangi biaya yang dikeluarkan.
Kelainan-kelainan seperti abnormalitas anatomi Selain aneuploidi fetus, kelainan numerik atau
uterus, kelainan endokrin, infeksi, imunologis, struktural pada kromosom parental juga menjadi
lingkungan, metabolik, hingga genetik dihipotesiskan salah satu pemeriksaan yang biasa dilakukan,
memberikan sumbangan terhadap peningkatan risiko yaitu pemeriksaan kariotipe darah tepi parental.
abortus. Peran serupa juga dapat ditemukan pada Translokasi robertsonian atau translokasi resiprokal
model kegagalan implantasi berulang yang dilakukan balans ditemukan 2-5% dari pasangan yang
Buku Ilmiah Fetomaternal
93
Nuswil Bernolian

dilakukan skrining dan konseling genetik. Translokasi sel NK pada umumnya, sel NK pada uterus tidak
balans merupakan suatu translokasi yang terjadi memiliki kemampuan menghancurkan sel kanker
saat dua autosom saling mengalami pertukaran. yang sama seperti sel NK pada umumnya, sehingga,
Pada kedua kasus, baik translokasi robertsonian secara aumum sel NK tidak memiliki potensi yang
ataupun resiprokal, seorang karier dapat memiliki berbahaya terhadap embrio yang berimplantasi.
fenotipe yang normal, namun dapat menyebabkan Sel-sel lain yang juga diduga berperan dalam proses
kondisi haploid atau gamet yang tidak seimbang keseimbangan lingkungan imunologis adalah sel
saat mengalami meiosis. Seorang konselor dapat mast, sel neutrofil, sel T-helper.18,19
membantu calon orang tua untuk menentukan cara- Sitokin merupakan protein yang penting
cara terbaik mendapatkan keturunan dengan aman. untuk fungsi komunikasi interselular, terutama
Seiring dengan abnormalitas kromosom diduga pada keadaan seperti inflamasi. Pasien dengan
memiliki peran terhadap terjadinya abortus berulang, abortus berulang memiliki ekspresi sitokin yang
perhatian mulai diarahkan kepada penggunaan meningkat pada jaringan plasenta. Beberapa
teknologi reproduksi berbantu dengan atau tanpa sitokin seperti TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8, IL-10 dan
skrining dan diagnosis genetik preimplantasi. IFN-γ diketahui berkontribusi terhadap abortus
Skrining genetik preimplantasi merupakan suatu berulang, walaupun masih dibutuhkan penelitian
metode pemeriksaan yang lebih ”luas” dan global. yang lebih komprehensif. Satu hal lagi yang juga
Skrining biasa dipilih untuk dilakukan pada pasangan memainkan peran pada keseimbangan imunologis
calon orang tua yang mengalami abortus berulang fetus-maternal adalah human leukocyte antigens.
idiopatik. Berbeda dengan skrining, diagnosis genetik Plasenta memungkinan adanya interaksi antara
preimplantasi dilakukan untuk menyasar kelainan sel-sel imun dari fetus ke ibu dan dari ibu ke fetus
genetik spesifik yang memang telah diketahui dan menghasilkan suatu toleransi sistem imun ibu
berpotensi untuk diturunkan oleh salah satu orang terhadap janin yang sedang dikandungnya. Alel HLA
tua. 17 diekspresikan pada tropoblas ekstravili pada dasar
Penyebab genetik juga dapat mencakup anchoring vili. Pada desidua diekspresikan HLA-C, E,
komponen imunologis di dalamnya atau yang dan G. Dihipotesiskan bahwa apabila HLA antara fetus
biasa dikenal sebagai imunogenetik. Dalam kondisi dan maternal bersifat sama/mirip (HLA-sharing),
normal, embrio atau fetus yang sedang berkembang maka dampak yang akan timbul adalah penekanan
akan dilindungi dari respons imun yang bersifat respons imun maternal yang seharusnya penting
menyerang dari dalam tubuh ibu. Namun, beberapa untuk proses implantasi. Hal ini diduga berdasarkan
respons imunologis juga sebenarnya diperlukan pengamatan pada populasi yang sering melakukan
dalam proses implantasi. Penelitian Kosova dkk. pernikahan sedarah di mana kemiripan HLA pada
menyebutkan bahwa terdapat variasi alel terkait kedua orang tua akan menyebabkan abortus yang
ekspresi sel-sel imun termasuk leukosit, limfosit dan berulang. Beberapa studi lain juga mendukung
aktivasi sel T pada pasien-pasien dengan abortus teori ini dengan kejadian abortus berulang yang
berulang. Keseimbangan antara promosi dan lebih tinggi pada pasangan dengan kompabilitas
supresi sistem imun diduga penting dalam proses HLA yang tinggi pula. Kelainan-kelainan lain yang
perkembangan janin. Sel-sel seperti sel Natural juga telah diketahui berkontribusi terhadap kasus
Killer uterus merupakan sel penghasil sitokin yang abortus berulang adalah keberadaan auto-antibodi,
hadir dari awal masa kehamilan pada desidua sindroma anti-fosfolipid dan infeksi. 18,19
rahim sebagai respon terhadap antigen trofoblas.
Sel NK merupakan limfosit paling dominan yang DAFTAR PUSTAKA
ada di uterus, mencapai 70% dari seluruh limfosit
yang ada. Apabila komponen human leukocyte 1. Cunningham F. Gary, Kenneth JL, Steven LB,
antigen (HLA)-G , E dan C pada permukaan plasenta Jodi SD, Barbara LH, Brian MC, et al. Williams
berfungsi secara normal, komponen HLA ini dapat obstetrics. 25th edition. New York: McGraw-Hill
menekan fungsi sel Natural Killer. Sel NK sebenarnya Education, 2018.
berperan penting pada proses migrasi dan invasi 2. Garcı ́a-Enguı ́danos A, Calle M, Valero J, Luna S,
trofoblas dan menginduksi angiogenesis. Namun, Domı ́nguez-Rojas V. Risk factors in miscarriage:
apabila terjadi kelainan imunogenetik, sel NK dapat a review. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol..
menyebabkan proliferasi yang defektif dan gangguan 2002;102(2):111-9.
invasi permukaan fetus-maternal. Berbeda dengan 3. World Health Organization. WHO
Buku Ilmiah Fetomaternal
94
Pencegahan Abortus pada Awal Kehamilan

recommendations on antenatal care for a 12. Li D, Chen H, Ferber J, Odouli R, Quesenberry


positive pregnancy experience. Geneva; 2016. C. exposure to magnetic field non-ionizing
4. Maconochie N, Doyle P, Prior S, Simmons R. Risk radiation and the risk of miscarriage: A
factors for first trimester miscarriage-results prospective cohort study. Sci Rep. 2017;7(1).
from a UK-population-based case-control study. 13. Giakoumelou S, Wheelhouse N, Cuschieri
BJOG. 2007;114(2):170-186. K, Entrican G, Howie S, Horne A. The role of
5. Lashen H. Obesity is associated with increased infection in miscarriage. Hum Reprod Update.
risk of first trimester and recurrent miscarriage: 2015;22(1):116-33.
Matched case-control study. Human Reprod. 14. Qu F, Wu Y, Zhu Y, Barry J, Ding T, Baio G, et al.
2004;19(7):1644-6. The association between psychological stress
6. Rasch V. Cigarette, alcohol, and caffeine and miscarriage: A systematic review and meta-
consumption: Risk factors for spontaneous analysis. Sci Rep. 2017;7(1).
abortion. Acta Obstet Gynecol Scand. 15. Bonde JP, Jørgensen KT, Bonzini M, Palmer
2003;82(2):182-8. KT. Miscarriage and occupational activity: A
7. Abel EL. Maternal alcohol consumption and systematic review and meta-analysis regarding
spontaneous abortion. Alcohol. 1997;32:211–9. shift work, working hours, lifting, standing, and
8. Pineles B, Park E, Samet J. Systematic review physical workload. Scand J Work Environ Health.
and meta-analysis of miscarriage and maternal 2012;39(4):325-34.
exposure to tobacco smoke during pregnancy. 16. Li D, Ferber J, Odouli R, Quesenberry C. Use of
Am J Epidemiol. 2014;179(7):807-823. nonsteroidal antiinflammatory drugs during
9. Wang L, Yang Y, Liu F, Yang A, Xu Q, Wang Q, et pregnancy and the risk of miscarriage. Am J Obs
al. Paternal smoking and spontaneous abortion: Gynecol. 2018;219(3):275.e1-275.e8.
A population-based retrospective cohort study 17. Hyde KJ, Schust DJ. Genetic considerations in
among non-smoking women aged 20–49 years recurrent pregnancy loss. Cold Spring Harb
in rural China. J Epidemiol Community Health. Perspect Med. 2015;5(3):a023119.
2018;72(9):783-9. 18. Grimstad F, Krieg S. Immunogenetic
10. Carp H. Progestogens in the prevention of contributions to recurrent pregnancy loss. J
miscarriage. Horm Mol Biol Clin Investig. Assist Reprod Genet. 2016;33(7):833-47.
2016;27(2). 19. Bashiri A, Halper KI, Orvieto R. Recurrent
11. Masfiah S, Anandari D, Aji T. Does prenatal implantation failure-update overview
care package in indonesia reduce miscarriage/ on etiology, diagnosis, treatment and
stillbirth?. Management in Health. 2015;XIX/1 future directions. Reprod Biol Endocrinol.
pp: 34-37 2018;16(1):121.

Buku Ilmiah Fetomaternal


95
Persalinan pada Bekas Operasi Sesar

Putri Mirani
Departemen Obstetri dan Ginekologi, Universitas Sriwijaya Palembang

Semakin berkembangnya teknologi dan teknik previa dan solusio plasenta pada kehamilan
operasi, anestesi dan sterilisasi, seksio sesaria berikutnya. Patologi primer terjadinya preeclampsia
tampaknya merupakan pilihan yang sering adalah insufisiensi invasi trofoblas pada uterus
dipertimbangkan dengan alasan keselamatan ibu sehingga mengubah aliran darah utero plasenta
dan janin. Rasio operasi sesar meningkat dua kali, yang mengakibatkan terjadinya preeklampsia.6
yaitu 5% pada tahun 1970 menjadi sekitar 10,4% Pada penelitian Geum Joon, menunjukkan adanya
pada 1976. Bahkan, pada tahun 1986 jumlah hubungan yang signifikan antara riwayat SC dengan
kelahiran bayi melalui sesarea menjadi 16,5%. kejadian preeclampsia pada kehamilan berikutnya
Dalam beberapa dekade terakhir, rasio seksio (p=0,01; OR 1,26; IK 95% 1,13—1,41).6
sesarea semakin meningkat hingga 32% kelahiran Seksio sesarea adalah satu persalinan buatan
di Australia pada tahun 2011; 23,6% kelahiran yang dilakukan dalam usaha untuk mengeluarkan
di Selandia Baru pada 2010.1 Sedangkan di Cina, janin melalui suatu sayatan dibuat pada dinding
meningkat dari 29% pada 2008, 35% di tahun 2014, perut dan uterus. Tindakan ini dilakukan untuk
dan 41,1% di tahun 2016.2 Di Amerika Serikat, mencegah kematian janin maupun ibu sehubungan
seksio sesaria meningkat dari 5% pada tahun 1970 dengan adanya bahaya atau komplikasi yang akan
menjadi 31,9% pada tahun 2016.3 terjadi bila persalinan dilakukan pervaginam.6,7
Pada tahun sembilan puluhan, angka seksio Adapun indikasi dilakukannya seksio sesarea
sesarea atas indikasi riwayat operasi sesar menurun terbagi menjadi indikasi ibu dan janin. Indikasi bagi
dengan dikembangkannya cara persalinan pada ibu di antaranya panggul sempit absolut, plasenta
riwayat operasi sesar, Vaginal Birth After Cesarean previa, pernah seksio sesarea, incoordinate uterine
(VBAC) atau dikenal pula sebagai Trial of Labor contraction, preeklampsia dan hipertensi, serta
After Cesarean (TOLAC). Namun, perencanaan ruptur uteri. Adapun indikasi bagi janin, yaitu
partus pada wanita dengan riwayat seksio sesaria kelainan letak dan bentuk janin, makrosomia, dan
sebelumnya (prior cesarean delivery) merupakan gawat janin.7
tantangan bagi pasien dan dokter. Elective Repeat VBAC atau Vaginal Birth After Cesarean
Cesarean Delivery (ERCD) berhubungan dengan adalah istilah untuk mendeskripsikan persalinan
meningkatnya risiko komplikasi pasca bedah, seperti pervaginam pada wanita dengan riwayat
peningkatan risiko abnormalitas plasenta pada persalinan sesarea sebelumnya. Istilah lain yang
kehamilan berikutnya. Di sisi lain, Vaginal Birth After lazim digunakan adalah TOLAC (Trial of Labor
Cesarean (VBAC) berhubungan dengan peningkatan after Cesarean) yaitu suatu persalinan percobaan
risiko ruptur uteri dan komplikasi maternal dan fetal pervaginam pada wanita dengan riwayat persalinan
lain.4 pervaginam sebelumnya.7
World Health Organization (WHO) Adapun rekomendasi beberapa konsensus
menanggapi hal ini dengan mengeluarkan panduan dan opini para ahli mengenai TOLAC:
yang menyatakan bahwa seharusnya persentase 1. Setelah ANC, keputusan final untuk
total operasi sesar tidak lebih dari 15% dari seluruh menjalani TOLAC atau ERSC harus diputuskan
persalinan, dan harus kurang dari 9,5% pada negara pasien saat ANC dengan dokter spesialis
berkembang.5 kandungan. Risiko dan keuntungan dari
Seksio sesarea juga memiliki berbagai dampak TOLAC dan ERSC harus didiskusikan bersama.
pada uterus, seperti gangguan involusi dan cedera Dokumentasi dari konseling dan rencana
pembuluh darah. Selain itu, operasi Caesar telah tatalaksana harus dicatat dalam rekam medik.
diketahui menyebabkan perubahan patologis yang 2. Wanita yang menjalani TOLAC harus dirawat
signifikan di sekitar jaringan parut. Perubahan di rumah sakit level 1 (yang menyediakan
uterus ini menyebabkan abnormalitas plasenta perawatan biasa) atau lebih tinggi.
pada kehamilan berikutnya, termasuk plasenta 3. Dikarenakan risiko yang berhubungan

Buku Ilmiah Fetomaternal


96
Persalinan pada Bekas Operasi Sesar

Grafik 1 Rasio Total SeksioSesarea, SeksioSesarea Primer dan VBAC, 1989-20073

dengan TOLAC dan kejadian ruptur uterus dan dibandingkan dengan penelitian Landon dkk di
komplikasi lain yang belum dapat diprediksi, Amerika Serikat tahun 2004 sebesar 73%. Namun,
ACOG merekomendasikan TOLAC dilaksanakan secara keseluruhan 52% wanita di NMH dan 61% di
di tempat yang memiliki fasilitas SC darurat. Coombe dengan riwayat SC sebelumnya memiliki
Bila tidak ada, ACOG merekomendasikan VBAC hanya 29% dibandingkan dengan penelitian
fasilitas rumah sakit yang memiliki spesialis di AS.11
obstetri dan ginekologi, anak, anestesi, dan Penelitian Bujold dkk (2009) tentang studi
petugas ruang operasi. kohort prospektif mengenai perbandingan USG
4. Karena komplikasi yang tidak dapat diprediksi, transabdominal dan transvaginal pada penilaian
persalinan di rumah dikontraindikasikan pada ketebalan segmen bawah rahim menunjukkan 3 kasus
wanita yang menjalani TOLAC (9,1%) ruptur uteri pada 33 wanita dengan ketebalan
Menurut SOGC Canada pada tahun 2005, LUS <2,3 mm dibandingkan tidak adanya ruptur uteri
kontraindikasi dilakukannya VBAC adalah riwayat (0%) pada 92 wanita dengan ketebalan LUS ≥ 2,3 mm
operasi sesarea sebelumnya dengan jenis parut yang menjalani TOLAC (p=0,02). Penelitian Jastrow
klasik atau “T” terbalik, riwayat histerostomi atau dkk (2016) menunjukkan bahwa untuk melihat
miomektomi yang memasuki kavum uteri, riwayat ketebalan LUS terbaik, dibutuhkan USG transvaginal
ruptur uteri, adanya kontraindikasi untuk melakukan sebagai pelengkap USG transabdominal.12
persalinan pervaginam pada umumnya (seperti Sementara itu, tingkat keberhasilan VBAC di
panggul sempit, plasenta previa, atau malpresentasi) Australia dan Selandia Baru bervariasi antara 23-
serta ibu hamil menolak dilakukannya persalinan 85%. Penelitian tersebut menyebutkan kemungkinan
percobaan (TOLAC) dan menginginkan seksio keberhasilan wanita yang mencoba VBAC dilaporkan
sesarea elektif (ERCS).9 berkisar 60 dan 80%. Sebuah penelitian dari Rumah
Penelitian Porazdkk di Argentina dan Peru Sakit Middlemore di Selandia Baru melaporkan
menunjukkan sebagian besar wanita hamil dengan tingkat keberhasilan 73%, dan satu dari 14 rumah
riwayat SC lebih memilih persalinan pervaginam sakit Australia melaporkan tingkat keberhasilan
dibandingan ERSC. Namun, beberapa pasien yang 43%.1 Hal ini dibuktikan dengan penelitian oleh Wai-
menjalani TOLAC, berujung pada ERCS karena Hou dkk di Taiwan (Taipei Veterans General Hospital)
rekomendasi dokter terkait komplikasi.10 tingkat keberhasilan VBAC sebesar 80,97% (sesuai
Tingkat VBAC dengan TOLAC di Rumah Sakit range 60-80%) dan keberhasilan TOLAC sebesar
Bersalin Nasional Dublin pada tahun 2002 adalah 80,70%.13
65% dan 74% di Coombe Annual Clinical Reports, Penelitian Yi Mu di Cina tahun 2016 menunjukkan

Buku Ilmiah Fetomaternal


97
Putri Mirani

Tabel 1 Prediktor dalam VBAC8

No. Prediktor kuat keberhasilan VBAC Prediktor yang dapat menurunkan keberhasilan VBAC
Riwayat persalinan pervaginam sebelumnya Persalinan dengan distosia
Persalinan spontan Ibu usia tua
Riwayat VBAC dan SC atas Usia kehamilan lebih dari 40 minggu
indikasi presentasi non vertex
Obesitas maternal
Preeklampsia
Interval interpregnancy yang pendek
Neonatus dengan BB besar

Gambar 2 Algoritma konseling TOLAC

Buku Ilmiah Fetomaternal


98
Persalinan pada Bekas Operasi Sesar

tingginya insiden komplikasi perinatal pada grup 8. Rezai S, Labine M, Gottimukkala S, Karp S, Sainvil
wanita dengan VBAC dibandingkan dengan ERCS yang L, et al. Trial of Labor after Cesarean (TOLAC) for
sangat kontras dengan penelitian-penelitian lainnya. Vaginal Birth after Previous Cesarean Section
Yi Mu mengatakan bahwa kurangnya guideline VBAC (VBAC) Versus Repeat Cesarean Section; A
di Cina sebelum tahun 2016. Review. ObstetGynecolInt J 2016; 4(6): 00135.
9. Martel MJ, Mackinnon CJ, Arsenault MY, et
RUJUKAN all. Guidelines for Vaginal Birth After Previous
Caesarean Birth. SOGC 2005; 155:164-72
1. Women’s Health Committee. Birth after 10. Porras ML, Bayer AM, Ana AV, et all. Perspectives,
previous caesarian section. The Royal Australian Decision Making, and Final Mode of Delivery in
and New Zealand College of Obstetricians and Pregnant Women With a Previous C-Section in a
Gynaecologists 2015; C-Obs 38: 4-16 General Hospital in Peru: Prospective Analysis.
2. Yi M, Xiaohong L, Jun Z, et al. Prior caesarean MMD Policy & Practice p.1-11
section and likelihood of vaginal birth, 2012- 11. Institute of Obstetricians and Gynaecologists,
2016, China. Bull World Health Organ 2018; Royal College of Physicians of Ireland and
96:548-557 Clinical Strategy and Programmes Directorate,
3. American College of Obstetricians and Health Service Executive. Delivery After Previous
Gynecologists. Vaginal Birth After Cesarean Caesarean Section Clinical Practice Guideline.
Deliver. ACOG Practice Bulletins 2017; 130(5): Institute of Obstetricians and Gynaecologists,
e217-26 Royal College of Physicians of Ireland and
4. Young CB, Shilang LMB, Glulla M, et al. Mode of Clinical Strategy and Programmes Directorate
delivery after a previous birth, and associated 2013; 5: 3-10
maternal and neonatal morbidity. CMAJ 2018; 12. Jastrow N, Vikhareva O, Gauthier RJ et al. Can
190(18): E556-64 third-trimester assessment of uterine scar in
5. Ganchimeg T, Nagata C, Vogel JP, et al. Optimal women with prior Cesarean section predict
Timing of Delivery among Low-Risk Women with uterine rupture?. Ultrasound ObstetGynecol
Prior Caesarean Section: A Secondary Analysis 2016; 47:410-14
of the WHO Multicountry Survey on Maternal 13. Wai HL, Ming JY, Peng HW, et al. Vaginal birth
and Newborn Health. Plos One 2016; 1-12 after cesarean section: 10 years of experience in
6. Cho GJ et al. Prior cesarean section associated a tertiary medical center in Taiwan. Taiwanese
with increased preeclampsia risk in a Journal of Obstetrics & Gynecology 2016; 55:
subsequent pregnancy. BMC Pregnancy and 394-98
Childbirth 2015; 15(24):1-6 14. UNC School of Medicine. TOLAC counceling
7. National Institute of Health. NIH Consensus [internet]. UNC. 2016[cited 27 Januari 2016].
Development Conference Statement on Vaginal Available from: https://www.mombaby.org/wp-
Birth After Cesarean: New Insights. NIH content/uploads/2016/03/TOLAC-Counseling-
Consensus and State-of-the-Science Statement Algorithm.pdf
2010; 27(3): 4-33

Buku Ilmiah Fetomaternal


99
Prognosis Janin dengan Kelainan Kongenital

Efendi Lukas
Divisi Fetomaternal, Departemen / SMF Obgin FK UNHAS
RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo, Makassar

Pendahuluan nutrisi. Selain itu rendahnya status sosial ekonomi


dan kurangnya pemeriksaan antenanatal yang dapat
Anomali kongenital merupakan penyebab dari mendeteksi dini adanya malformasi juga menjadi
kecacatan, penyakit kronis dan kematian anak di faktor resiko lainnya. (2) Anomali kongenital tidak
banyak negara serta terjadi pada sekitar 1 dari 33 hanya meningkatkan risiko kematian bayi tetapi juga
anak. Diperkirakan 3,2 juta defek saat lahir berkaitan menyebabkan kepiluan bagi keluarga. Oleh karena
dengan kecacatan setiap tahunnya. Literatur itu sangatlah penting untuk melakk diagnosis yang
menyebutkan bahwa sekitar 2-3 % dari seluruh akurat serta intervensi yang sesuai untuk anomali
kelahiran, mempunyai komplikasi anomali kongenital kongenital. (4)
dan hal ini sangat berperan dalam menyebabkan Pengukuran yang akurat untuk menilai pola
morbiditas dan mortalitas perinatal sekitar 20- kelangsungan hidup (surveillance) dari anomali
30%. (1) Di Amerika Serikat kelainan kongenital kongenital membutuhkan konseling genetik,
ini mencapai sekitar 3-5% pada bayi lahir hidup, keputusan klinis dalam periode antenatal dan
sedangkan di India dilaporkan insidennya sekitar neonatal, serta kesesuaian dengan aturan kesehatan
2,5%. Anomali kongenital menjadi penyebab 8- 15% masyarakat setempat. Leek mendapatkan bahwa
dari kematian perinatal dan 13-16% dari kematian mortalitas bervariasi pada tipe-tipe anomali, dimana
neonatal di India. (2) yang tertinggi terdapat pada gangguan pernapasan,
Di Indonesia, 10,5 % kematian neonatal kardiovaskular, sistem saraf pusat dan kelainan
disebabkan oleh anomali kongenital. Malformasi genetik. Kelangsungan hidup dari bayi dengan
kongenital berkontribusi sekitar 1,4% dari kematian kelainan kromosom telah diteliti lebih lanjut. Suatu
pada usia 0-6 hari kehidupan dan sekitar 19% penelitian di Italia contohnya, menemukan kematian
pada kematian usia 7-28 hari. Malformasi yang pada bayi dengan sindroma down terutama
paling sering terjadi adalah cleft lip palate, talipes, disebabkan oleh penyebab kardiak dan respirasi dan
malformasi kongenital , atresia ani, omphalocele buruknya kelangsungan hidup berhubungan pula
dan penyakit jantung bawaan. Dari hasil Riskesdas dengan banyaknya paritas dan usia ibu yang lanjut. (5)
(Riset Kesehatan Dasar Nasional) 2007 sekitar 5,7% Pada beberapa tahun terakhir, dikarenakan
malformasi kongenital berkontribusi pada kematian perkembangan genetik, imunologi, embriologi,
bayi dan 4,9% pada kematian dibawah usia 5 tahun kemajuan biokimia, dan penelitian epidemiologi,
(3)
maka diagnosis dari anomali kongenital berkembang
Berdasarkan definisi ICD 10 anomali kongenital pesat. Saat ini, diagnosis dari anomali kongenital
meliputi malformasi kongenital, deformasi dan terutama berasal dari skrining ultrasound prenatal
abnormalitas kromosom, tetapi bukan kerusakan dan pemeriksaan laboratorium. Akan tetapi
metabolisme saat lahir. Definisi lebih luas meliputi jangkauan pemeriksaan laboratorium masih terbatas
abnormalitas struktur ataupun fungsi, termasuk dan dapat berisiko seperti dapat menimbulkan
metabolisme yang muncul saat lahir. (3) infeksi pada lokasi penusukan, sehingga skrining
Menurut WHO anomali kongenital ultrasound prenatal menjadi metode yang efektif
didefinisikan sebagai anomali struktural atau untuk intervensi kelainan kongenital. Ultrasound,
fungsional, termasuk kelainan metabolik yang merupakan teknologi diagnosis prenatal non invasif,
muncul saat lahir. (2) Sekitar 40-60 % anomali tidak hanya angka deteksi anomali kongenital
kongenital etiologinya tidak diketahui, 20-25 yang tinggi tetapi juga dapat dilakukan berulang
% dari anomali tersebut penyebabnya adalah kali tanpa efek terhadap ibu hamil dan janin. Jika
multifaktorial, 10-13 % disebabkan oleh lingkungan didiagnosis dengan defek yang berat dan malformasi
dan 12-25% adalah penyebab genetik. Adapun yang mematikan maka ibu hamil dianjurkan
faktor risiko yakni, usia maternal dan paternal yang untuk melakukan terminasi kehamilan melalui
lanjut, adanya agen teratogenik, dan defisiensi induksi persalinan. Akan tetapi, beberapa anomali

Buku Ilmiah Fetomaternal


100
Prognosis Janin dengan Kelainan Kongenital

Tabel 1 Penyebab, Klasifikasi dan contoh kelainan kongenital (3)

Tabel 2 Prevalensi dan hasil luaran anomali kongenital (3)

Buku Ilmiah Fetomaternal


101
Efendi Lukas

Tabel 3 Persentasi kumulatif anak lahir dengan anomali kongenital yang bertahan hingga
5 tahun (5)

janin menunjukkan komplikasi yang relatif, dan anak-anak. Kapasitas kognitif sulit untuk diprediksi
membutuhkan intervensi dari beberapa multidisiplin, pada kasus injury atau malformasi. Fungsi respirasi
termasuk genetik, neonatologi, pediatrik, pencitraan sebagai contoh, diketahui semakin berkembang
medis, dan obstetrik. (4) seiring usia pada anak yang menderita penyakit
Kata “prognosis” mempunyai makna sebagai pulmonal, kardiak atau muskular. Pada akhirnya
prediksi. Hasil luaran janin dengan kelainan kongenital ketika menentukan angka survival (kelangsungan
sulit untuk diprediksi oleh karena variabilitas hidup) dan kemungkinan morbiditas jangka panjang,
individu, perbedaan dalam perkembangan penyakit, perubahan ini tidak sama dengan menentukan apa
dan tingkat keparahan penyakit dan kemungkinan Oleh karena analisis dari anomali kongenital
adanya kondisi komorbid. Setiap pasien selalu unik. sangat jarang dilakukan, maka diperlukan kerja sama
Bayi dengan anomali kongenital, lahir prematur dari ahli genetik, ahli kebidanan dan ahli neonatologi
atau tidak, memberikan suatu dilema yang besar. yang menjadi sumber dalam pengumpulan data
Terdapat berbagai macam kemungkinan dari prognosis. Terminasi kehamilan yang tepat saat
sebuah malformasi, baik yang berhubungan dengan diagnosis prenatal bergantung pada dokter
sindroma atau tidak. Berdasarkan hal ini sulit untuk dan orang tua yang mempunyai informasi yang
menentukan dikarenakan kurangnya data empiris. membantu dalam menentukan keputusan. Sangatlah
Sumber lain dari ketidak jelasan prognosis adalah penting untuk mengetahui apakah anomali tersebut
tidak berhubungan dengan pada penyakit yang mempunyai potensi mematikan, termasuk anomali
spesifik. Yang tidak diketahui adalah kapasitas anak kromosom, defek tuba neural, anomali sistem
terhadap perkembangan organ dan regenerasinya. pernapasan, penyakit jantung bawaan dan anomali
Contoh klasik adalah fungsional dan anatomi yang sistem saraf.
imatur dan belum berkembang sempurna pada otak

Buku Ilmiah Fetomaternal


102
Prognosis Janin dengan Kelainan Kongenital

Tabel 4 Survival dari bayi da anak pada beberapa kelainan kongenital.(7)

Birth Defects Chance of survival to Chance of


age 1  survival to age 8 
Central Nervous System Defects
Spina bifida without anencephalus 91.9% 90.2%
Encephalocele 72.1% 69.9%
Congenital Heart Defects
Common truncus 75.1% 71.5%
Transposition of great arteries 83.7% 81.0%
Tetralogy of Fallot 87.1% 84.6%
Atrioventricular septal defect (AVSD) (without Down syndrome) 71.0% 67.2%
Aortic valve stenosis 83.6% 81.5%
Hypoplastic left heart syndrome 55.2% 50.4%
Coarctation of the aorta 84.5% 81.8%
Orofacial Defects
Cleft palate without cleft lip 91.0% 90.3%
Cleft lip with or without cleft palate 91.6% 90.8%
Gastrointestinal Defects
Esophageal atresia/tracheoesophageal fistula 84.6% 83.8%
Pyloric stenosis 99.5% 99.3%
Rectal, anal and large intestinal atresia/stenosis 87.0% 86.1%
Musculoskeletal Defects
Upper limb deficiencies 89.3% 88.2%
Lower limb deficiencies 88.6% 88.2%
Diaphragmatic hernia 68.7% 68.0%
Gastroschisis 92.8% 92.1%
Omphalocele 71.4% 71.2%
Chromosomal Defects
Trisomy 21 (Down syndrome) 94.1% 92.8%

Daftar Pustaka 5. S dastgiri, W H Gilmoour DHS. Survival of


children born with congenital anomalies.
1. Onyambu CK. Screening for congenital fetal 2003;391–4.
anomalies in low risk pregnancy : the Kenyatta 6. Souza P, Cardoso V, Gerardin M, Land P.
National Hospital experience. 2018;1–9. CHILDREN WITH MULTIPLE CONGENITAL
2. Kanhere AV, Jain M, Jain A. Study of congenital DEFECTS : WHAT ARE THE LIMITS BETWEEN
anomalies of fetus and its outcome in a tertiary THERAPEUTIC OBSTINACY AND THE
care centre. 2015;4(6):1692–5. TREATMENT OF UNCERTAIN BENEFIT ? entre
3. World Health Organization. Birth Defects In obstinação terapêutica e tratamento de
South-east Asia A Public Health Challenge. benefício duvidoso ? 2017;
2013; 7. Wang Y, Hu J, Druschel CM, Kirby RS, Al WET.
4. Han N, Cheng C, Wang Y, Zhou M, Xia B. Twenty-Five – Year Survival of Children with
Perinatal and follow-up outcome study of fetal Birth Defects in New York State : A Population-
anomalies with multidisciplinary consultation. Based Study. 2011;1003(September).
2017;1303–7.
Buku Ilmiah Fetomaternal
103
Strategi Multi Modalitas Pencegahan Preeclampsia

Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma


Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetrik Ginekologi FK Universitas Udayana/
RSUP Sanglah Denpasar

Pendahuluan preeklampsia, perawatan serta prediktor prognosis 2


Walaupun penyebab pasti belum diketahui,
Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan telah banyak data empiris dan evidence based yang
yang terjadi hampir diseluruh belahan dunia, membuktikan bahwa ketika plasenta dilahirkan
dimana kejadiannya berkisar antar 5-8 % dari maka sindroma preeklampsia akan menghilang
jumlah kehamilan dan menyebabkan morbiditas dalam 3 sampi 5 hari . Hal tersebut menyebabkan
dan moratlitas yang tinggi pada ibu maupun preeklampsia disebut juga sebagai “ placental
anak. Diperkirakan sebanyak 50.000 – 60.000 disease” melahirkan bayi tidak selalu dapat
kematian ibu yang berkaitan dengan preeklampsia/ mengurangi morbiditas ibu dan anak secara total,
eklampsia. Hipertensi merupakan tanda utama masih ada 20% komplikasi ibu yang sulit dicegah dan
dari preeklampsia, dengan tekanan darah > 140/90 membawa ibu dalam kondisi near miss. Oleh karena
mmHg setelah usia kehamilan > 20 minggu. Beratnya itu pencegahan primer, sekunder dan tersier harus
preeklampsia ditentukan oleh adanya gejala dan selalu dilakukan pada setiap tingkatan pelayanan
tanda disfungsi organ yaitu ginjal, otak, mata, kesehatan.
hematologis dan liver. Keterlibatan organ-organ
tersebut menimbulkan gejala ringan sampai berat Prediksi preeclampsia
seperti, mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati,
penglihatan kabur, serta kejang. Perubahan pada Prediksi preeklampsia merupakan tujuan pencegahan
parameter laboratorium juga merupakan kriteria primer yang penting agar dapat mengetahui
berat nya preeklampsia seperti gangguan fungsi kemungkinan terjadinya preeklampsia, oleh karena
liver, proteinuria, hemokosentrasi, trombositopenia, dengan melakukan identifikasi terhadap ibu hamil
anemia, ikterus, aloguria/anuria, kenaikan serum yang berisiko dapat menegakkan diagnosis secara
kretatinin, edema paru, edema serebri dan dini, melakukan pemantauan pada ibu dan bayi
perdarahan intrakranial 1,2. yang berisiko dan pada akhirnya dapat menerapkan
Meningkatnya morbiditas dan mortalitas strategi prevensi dan tatalaksana yang lebih fokus.
ibu tergantung dari beratnya kerusakan Prediksi, merupakan pemeriksaan pada
endotel/disfungsi endotel sebagai hasil akhir seseorang yang asimptomatis dengan tujuan untuk
dari patogenesis preeklampsia. Preeklampsia menilai kemungkinan terjadinya penyakit, atau yang
merupakan “multisystem disease”, yang spesifik lebh dikenal dengan penapisan/skrining.Penting
terjadi pada kehamilan dengan banyak faktor untuk mengetahui parameter-parameter statistik
yang berperan dalam munculnya gejala dan tanda dalam menggunakan atau melakukan penilaian hasil
preeklampsia, sedangkan penyebab pastinya belum dari suatu test/metode agar dapat menerapkannya
diketahui. Faktor-faktor yang berperan tersebut untuk kepentingan klinis.
sangat kompleks, dimulai dari faktor genetik dan Pada setiap pemeriksaan skrining digunakan
lingkungan. Keterkaitan antara faktor-faktor risko parameter sensitifitas, spesifisitas dan nilai prediksi.
tersebut belum semuanya terbukti, disebabkan Sensitifitas adalah probabilitas suatu alat /metode
oleh terbatasnya penelitian-penelitian prediktif pemeriksaan dengan hasil positip pada pasien
dan eksperimental pada preeklampsia oleh karena yang akan menderita penyakit, dan spesifisitas
faktor etik. Oleh karena itu penelitian- penelitian adalah probabilitas suatu alat/metode dengan hasil
tersebut sebagian dilakukan pada hewan dengan negatip pada pasien yang yang tidak akan menderita
beberapa keterbatasannya. Namun demikian penyakit. Nilai perdiktive adalah estimasi terhadap
dengan makin berkembangnya penelitian-penelitain probabilitas suatu metode untuk menduga terjadinya
faktor risiko preekalmpsisa tersebut berdampak penyakit atau tidak terjadi penyakit. Sedangkan
pada berkembangnya patogenesis preeklampsia likelihood ratio adalah merupakan indek alternative
yang dapat digunakan sebagai prediktor terjadinya yang menyimpulkan performance suatu metode

Buku Ilmiah Fetomaternal


104
Strategi Multi Modalitas Pencegahan Preeclampsia

yang tidak tergantung dengan besarnya prevalensi dysfunction –related test


penyakit. Likelihood ratio positip adalah rasio 2. Fetal and placental unit endocrinology
probabilitas nilai prediktif positip pada seseorang dysfunction-related tests
yang akan menderita penyakit dengan probabilitas 3. Renal dysfunction-related tests
nilai prediktif positip pada seseorang yang tidak 4. Endotelial/oxidant stress dysfunction-related
menderita penyakit. Sedangkan Likelihood ratio tests
negatip adalah, rasio probabilitas nilai prediksi 5. Miscellaneous –related tests
negatip pada seseorang yang akan menderita
penyakit dengan probabilitas predisi negatip pada Memahami patogenesis preeklampsia
seseorang yang tidak menderita penyakit. Makin merupakan syarat untuk mengembangkan suatu
besar nilai Likelihood rasio positip, maka makin test atau memilih test/metode skrining untuk
besar kemungkinan orang menderita penyakit, mendeteksi kemungkinan terjadinya preeklampsia
sedangkan makin kecil likelihood rasio negtip rasio sehingga dapat diterapkan rencana stretegis untuk
maka makin besar kemungkinan orang tidak terkena penangananya.
penyakit. Untuk kepentingan klinis parameter yang Sampai saat ini, banyak penelitian yang menghasilkan
sering dipakai adalah Likelihood positive ration yang pengembangan pemahaman baru tentang
tinggi (>10) dan Likelihood negatip rasio yang yang preeklampsia yang berasal dari penelitian-penelitian
rendah (<1). Sedangkan nilai prediksi moderate/ dengan menggunakan parameter biofisik, biomedis
sedang berkisar antara 5-10 untuk likelihood ratio serta biologi molekuler. Beberapa parameter-
positip dan 0,1-0,2 untuk likelihood ratio negatip. parameter tersebut ada yang saling berinteraksi
Bila dibawah 5 atau diatas 0,2 maka test atau metode dalam menimbulkan gejala dan tanda preeklampsia.
tersebut memiliki nilai praktis untuk memprediksi
penyakit rendah ,yang biasanya tidak digunakan Mekanisme patogenesis preeklampsia
untuk metode skrining 2
Untuk daerah dengan prevalensi yang rendah, Preeklampsia diklasifikasikan menjadi 1) early-
1,3% sampai 6,7% digunakan nilai likelihood onset preeclampsia yaitu preeklampsia yang terjadi
ratio positip yang tinggi ( >15) dan nilai likelihood sebelum usia kehamilan mencapai 34 minggu, dan
negatip ratio yang sangat rendah ( <0,1) agar dapat 2) late-onset preeclampsia dimana preeklampsia
mendeteksi kemungkinan terjadinya preeclampsia terjadi pada usia kehamilan setelah mencapai 34
yang lebih tinggi. minggu. Kedua jenis preeclampsia tersebut memiliki
Adapun kriteria test/metode ideal yang patogenesis yang berbeda, dimana pada early-onset
digunakan untuk memprediksi preeklampsia adalah preeclampsia disebabkan oleh invasi tropoblas
sebagai berikut2 : yang tidak adekuat ke dalam lumen arteria spiralis
1. Sederhana sehingga menyebabkan kegagalan remodeling
2. Tidak merusak/membahayakan pasien arteria spiralis (plasental preeclampsia) ,sedangkan
3. Tidak menimbulkan ketidaknyamanan yang late-onset preeclampsia disebabkan oleh karena
ekstrim penyakit arterial maternal yang menyebabkan
4. Teknologi harus tersedia kondisi hiperinflamatori selama kehamilan (maternal
5. Proses dan hasilnya cepat preeclampsia). Gambaran klinis dan komplikasi ibu
6. Murah dan bayi pada early-onset preeclampsia lebih berat
7. Tidak invasif dibandingkan dengan late-onset preeclampsia,
8. Mudah dilakukan pada kehamilan muda sehingga penting sekali untuk mendeteksi terjadinya
9. Hasil testnya valid, reliable dan reproducible early-onset preeclampsia 3,4,5,
10. Likelihood ratio positip yang tinggi (>15) Patogenesis preeclampsia tidak sepenuhnya
11. Likelihood ration negatip yang rendah (< 0,1). sebuah patogenesis tunggal, oleh karena banyak
faktor yang berperan. Namun dalam 10 tahun
Setiap test/metode skrining untuk terakhir telah banyak penelitian yang melahirkan
memperdiksi preelampsia harus berbasis pada konsep baru dalam patogenesis preeclampsia serta
mekanisme munculnya preeklampsia. Pada memperkuat konsep klasik preeclampsia. Konsep
umumnya jenis-jenis test /metode skrining berbasis patogenesis preeclampsia dimulai dari defect
patogenesis terdiri dari 5 konsep dasar, yaitu implantasi tropoblas pada dinding uterus, adanya
1. Placental perfusion/vascular resistance gangguan remodeling arteria spiralis oleh tropoblas
Buku Ilmiah Fetomaternal
105
Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma

ekstravilus yang menyebabkan penurunan perfusi khorionik tidak cukup matur untuk menahan kondisi
plasenta sehingga aliran darah menjadi intermiten hipoksia sehingga pada usia kehamilan 10-12
mengakibatkan terjadinya episode iskemik/reperfusi minggu terjadi kondisi yang sebaliknya dimana vili
yang akhirnya menyebabkan kondisi stress oksidatif. korionik sudah cukup matur untuk menahan situasi
Oxidative damage pada plasenta menyebabkan stress oksidatif yang ditimbulkan oleh hipoksia pada
reaksi inflamasi, apoptosis, pelepasan debris selular awal plasentasi dan akhirnya berhasil membentuk
ke dalam sirkulasi maternal, faktor anti angiogenik plasenta. Pada saat invasi tropoblas ekstravilus ke
( sfms like-tyrosine kinase-1 / sFlt-1),soluble dalam lumen arteria spirales terjadi perubahan
endoglin(sEng), cytokines dan oxidants. Semua tekanan intrarterial sedemikian rupa sehingga
faktor-faktor yang dilepas oleh plasenta tersebut aliran darah dari arteria spiralis menjadi lebih deras
akan beredar dalam darah maternal dan memberi kearah plasenta ( remodeling arteria spiralis) dan
pengaruh buruk pada sel endotel yaitu terganggunya menyebabkan kondisi normal untuk pertumbuhan
fungsi endotel (endothelial dysfunction) dan plasenta,sebaliknya apabila terjadi kegagalan invasi
menghasilkan sitokin pro-inflamsi dan produk- tropoblas ekstra vilus kedalam arteri spiralis maka
produk vasoaktif yang ditandai oleh inflamasi dan akan terjadi perubahan tekanan intra arteria dari
vasokonstriksi vaskuler.Dengan demikian dapat tekanan yang konstan ke tekanan yang pulsatil dan
disimpulkan bahwa peristiwa yang terjadi pada saat pada saat inilah terjadi “ischemic reperfusion injury”
awal proses plasentasi selalu akan bermuara pada dengan akibat plasenta berada dalam situasi stress
kondisi stress oksidatif pada plasenta, sehingga oksidatif, yang menyebabkan terlepasnya berbagai
plasenta menjadi focus penanganan preeclampsia3 produk plasenta ke dalam sirkulasi maternal6,7,8.
Gambar berikut menunjukkan berbagai faktor yang Setelah terlepasnya berbagai macam produk
berperan pada patogenesis preeklampsia: plasenta mulailah preeclampsia memasuki Stage
Preeclampsia secara patogenesis dibagi II, yaitu munculnya sindroma klinis sebagai akibat
menjadi dua stadium (Two Stages Theory) dimana akifas endotel yang ditandai dengan aktifasi
pada Stage I ,sampai usia kehamilan 8 minggu arteria berbagai macam fungsi endotel dan menurunnya
spiralis akan di invasi dan di sumbat oleh sitotropblast. fungsi endotel yang berkaitan dengan vasodilatasi
Selanjutnya pada usia kehamilan 8-9 minggu,vili pembuluh darah, seperti menurunanya eNO dan

Gambar 1 Faktor yang berperan dalam patogenesis preeklampsia6

Buku Ilmiah Fetomaternal


106
Strategi Multi Modalitas Pencegahan Preeclampsia

meningkatnya Endotelin-1. Ada peristiwa penting Strategi Multimodalitas Prediksi Preeklampsia


yang terjadi antara stage 1 dan stage 2 yang dapat
dipakai sebagi faktor predictor preeclampsia, yaitu Preeclampsia merupakan sebuah sindrom, bukan
terganggunya keseimbangan faktor proangiogeneik single disorder dan merupakan hasil interaksi
vascular endothelial growth factor (VEGF) dan berbagai macam faktor. Karena itu untuk dapat
Placental growth factor (PLGF) dengan faktor melakukan skrining terhadap ibu hamil yang
antiangiogenik sFlt-1 dan sEng yang mengendalikan berisiko direkomendasikan melakukan pendekatan
dan menghambat fungsi VEGF dan PLGF. Pada multimodal dengan menggabungkan parameter
preeclampsia terbukti adanya peningkatan nilai sFlt-1 biofisik dan biokimiawi yang dapat menggambarkan
dan sEng dan penurunan VEGF dan PLGF8,9,10,11,12,13,14. kondisi tropoblas dan kerusakan endotel. Beberapa
Keseimbangan Sflt-1 dan sEng dengan VEGF hasil penelitian multisenter telah menghasilkan
dan PLGF sesuai dengan usia kehamilan dimana kombinasi metode/tes untuk memprediksi
pada kehamilan muda kadar sFlt-1 akan tetap kemungkinan terjadinya preeclampsia.
rendah sampai pada usia kehamilan 29-32 minggu, Pada penelitian kohort yang dilakukan oleh
sebaliknya kadaar VEGF terus meningkat sampai Aquilina di Inggris pada tahun 2001 dengan jumlah
usia kehamilan 29-32 minggu. Setelah itu kadar sampel 640 wanita hamil,dengan kombinasi Doppler
VEGF dan SFlt-1 akan mengalami ekuilibrium arteri uterine dan inhibin A,yang dilakukan pada
sehingga kehamilan bisa bertahan sampai aterm15 usia kehamilan 15-21 minggu mendapatkan hasil
Pada kehamilan yang akan mengalami preeclampsia sensitivitas 71%, Spesifisitas 93%, Likelihood ratio
terjadi gangguan keseimbangan sFlt-1/PLGF.15 Pada positip 10,1 dan Likelihood ratio negatip 0,3. Beberapa
studi prospektif observational dengan menguji rasio penelitian lainnya yang menggabungkan karakteristik
sFlt-1/PLGF untuk memprediksi preeclampsia pada maternal ( usia ibu > 35 tahun ) dan parameter
67 wanita hamil dengan risiko tinggi didapatkan hasil biofisik dan biokmiawi yang dilakukan pada trimester
rasio kurang dari 38 pada 53 sample dengan negative 1 menghasilkan nilai sensitifitas,spesifisitas,dan
predictive value 100% dan tidak satupun menderita likelihood positip dan negatip yang beragam2,3,4,15
preeklamsia,sebaliknya didapatkan 8 pasien yang Penelitian kohort yang di lakukan oleh Poon,
mengalami preeclampsia dengan nilai rasio sFlt-1/ 2009 di Inggris pada 8366 sampel wanita hamil usia
PLGF diatas 38 dengan positive predictive value 21% kehamilan 11-13 minggu menggunakan kombinasi
, pada usia kehamilan 20-37 minggu.16 faktor risiko karakteristik maternal,nilai Pulsatility

Gambar 2 Keseimbangan sinsiotropblas stress pada kehamilan normal 15

Buku Ilmiah Fetomaternal


107
Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma

Tabel dibawah ini menunjukan risiko preeclampsia menggunakan parameter tunggal,

Sumber1

indek doppler arteri uterine dan nilai Mean arterial karena hasilnya tidak konsisten, hal ini disebabkan
pressure (MAP) mendapatkan nilai prediksi yang oleh penyebab yang pasti belum diketahui. Penelitain
cukup signifikan dengan sensitifitas 99%,spesifitas tentang obat-obatan untuk mencegah preeclampsia
90%, likelihood ratio positip 8,9 serta likelihood kebanyakn hanya berdasarkan satu faktor risiko yang
ratio negatip 0,1. (Poon,2009), sedangkan penelitian berperan dalam patogenesis preeclampsia. Tetapi
kohort yang dilakukan oleh Akolekar tahun 2013 walaupun demikian 3 konsep dasar patogenesis
dengan jumlah sampel sebanyak 58.884 wanita hamil preeclampsia yaitu defect implantasi tropoblas
pada usia kehamilan 11-13 minggu menggunakan pada dinding uterus, gangguan remodeling arteria
kombinasi karakteristik ibu, nilai PI Doppler arteri spiralis oleh tropoblas ekstravilus, penurunan perfusi
uterine,MAP,PAPP-A daan PLGF mendapatkan nilai plasenta sehingga aliran darah menjadi intermiten
senstifitas 93%,spesifisitas 95%, likelihood ratio mengakibatkan terjadinya episode iskemik/reperfusi
positip 18,6 dan likelihood ratio negatip 0,1.8,9 yang akhirnya menyebabkan kondisi stress oksidatif
Dengan demikian dapat dilihat bahwa prediksi menjadi focus terapi yang terus dikembangkan.
preeclampsia dengan menggunakan kombinasi Gambar dibawah ini menunjukan konsep umum
parameter-parameter biofisik dan biokimiawi dapat patogenesis preeclampsia.
memprediksi preeclampsia lebih tinggi dibandingkan Berdasarkan konsep patogenesis diatas
dengan parameter tunggal seperti penelitian- beberapa strategi pencegahan dan intervensi
penelitian yang sudah banyak dilakukan di berbagai farmakologis yang dapat dilakukan mulai pada
senter. Oleh karena banyak nya faktor-faktor yang tingkat pelayanan primer, sekunder dan tersier
berpengaruh pada patogenesis preeclampsia, digambarkan sebagai berikut :
maka untuk kepentingan praktek klinik, perdiksi
atau skrining pada ibu hamil tidak dapat dilakukan Intervensi farmakologis untuk pencegahan
dengan parameter tunggal, karena nilai prediksinya preeclampsia
lemah,sehingga harus dilakukan dengan pendekatan
multimodalitas untuk prediksi preeclampsia. Disebabkan oleh banyaknya faktor yang berperan
pada patogenesis preeclampsia maka sebaiknya
Strategi pencegahan Preeklampsia pada setiap level intevensi farmakologis untuk mencegah kejadian
fasilitas pelayanan preeclampsia dan komplikasinya hanya ditujukan
pada kelompok ibu atau ibu hamil yang memiliki
Oleh karena tingginya morbiditas dan mortalitas ibu risiko yang paling tinggi berdasarkan pemeriksaan
dan bayi akibat preeclampsia dan eklampsia maka multimodalitas risiko preeclampsia.Beberapa terapi
strategi pencegahan menjadi focus penelitian yang farmakologis yang di rekomendasikan menurut
terus berkembang. Pengobatan untuk mencegah penelitian sebagai berikut:
preeclampsia belum sepenuhnya disepakati oleh
Buku Ilmiah Fetomaternal
108
Strategi Multi Modalitas Pencegahan Preeclampsia

Gambar 3 Gambar skematik konsep pathogenesis preeclampsia dengan berbagai faktor risiko yang
berperan.9

Gambar 4 Intervensi farmakologis pada setiap trimester untuk mencegah preeclampsia1


Suplementasi kalsium dan vitamin D paratiroid dan ketersediaan kalsium intrasel sehingga
menurunkan tekanan darah.
Hubungan intake kalsium dan vitamin D dengan Akhir-akhir ini banyak penelitian yang
patogenesis preeclampsia sudah sejak lama membuktikan peran vitamin D pada munculnya
dikenal,namun suplementasi kalsium dan vitamin early onset preeclampsia. Peran vitamin D pada
D tidak terbukti secara konsisten dapat mencegah proses implantasi dibuktikan dengan didapatkannya
terjadinya preeclampsia,kecuali pada ibu hamil atau reseptor vitamin D (VDR) di sel desidua dan sel
prakonsepsi yang terbukti memiliki kadar kalsium tropoblas.sintesis 1,25(OH)2D lebih tinggi pada sel
dan vitamin D yang rendah. Mekanisme kerja kalsium desidua trimester 1 dibandingkan dengan trimester
dan vitamin D dalam mencegah preeklampsia tiga. Hal ini membuktikan bahwa vitamin D beperan
melalui pengaruhnya terhadap pelepasan hormoh dalam mengatur implantasi melalui peran nya dalam

Buku Ilmiah Fetomaternal


109
Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma

Gambar 5 Peran vitamin D dalam implantasi, invasi, toleransi imun dan vasculogenesis 6

Gambar 6 Efek intervensi Kalsium VS Plasebo dan Vitamin D VS placebo11

mengatur ekspresi soluble –HLG.Demikian juga D serta pemberian vitamin D pada ibu hamil yang
dampaknya pada sistem imun, vitamin D mengatur berisiko.Terdapat juga penelitian yang memberikan
keseimbangan Th1/Th2, meningkatkan Il-10 dan kombinasi kalsium dan vitamin D dengan hasil yang
menekan Il-2 dan TNF-alfa.6 sama baik apabila hanya diberikan vitamin D saja6.
Pada skema diatas tampak peran vitamin D Pada studi Cochrane tahun 2011 disimpulkan
dalam peningkatan VEGF,PLGF dan penurunan sitokin bahwa pemberian kalsium dapat menurunkan
yang berkaitan dengan proses implantasi,invasi kejadian preeclampsia sebesar 50% pada kelompok
dan angiogenesis yang terjadi pada usia kehamilan yang memiliki intake kalsium yang rendah 6,10
dini. Dengan demikian deteksi dini preeclampsia Pada studi meta-analisis dan sistematik review
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar vitamin tentang pada pemberian suplementasi kalsium
Buku Ilmiah Fetomaternal
110
Strategi Multi Modalitas Pencegahan Preeclampsia

dan vitamin D untuk mencegah preeclampsia yang mencegah preeclampsia dengan cara menghambat
dilakukan oleh Khaing W,dkk pada tahun 2017, produksi Tromboksan A2 dan meningkatkan produksi
didapatkan hasil pemberian kalsium VS placebo prostasiklin sehingga tidak terjadi peningkatan
untuk profilaksis secara signifikan menurunkan risiko tekanan darah 12
preeclampsia sebesar 51%, sedangkan suplementasi
vitamin D VS placebo secara signifikan menurunkan Statin, obat pencegahan preeclampsia di masa
risiko preeclampsia sebesar 57%. Sedangkan depan
bila pemberian kombinasi kalsium dan vitamin D
dibandingkan dengan kalsium saja atau vitamin D Statin bekerja menghambat HMG-CoA reductase
saja ,tidak memberikan hasil yang bermakna. Apabila dan dapat meningkatkan presentasi reseptor LDL
dilakukan ranking pada kalsium dan vitamin D serta sehingga menurunkan kadar plasma kolesterol.
kombinasi kalsium dengan vitamin didapatkan Banyak penelitian yang membuktika keamanan statin
hasil bahwa vitamin D memberikan manfaat paling untuk kehamilan dan efeknya untuk melindungi
baik,diikuti oleh kalsium dan kombinasi kalsium dan sel endotel.Selain menurunkan koleseterol, statin
vitamin D11 juga bersifat antioksidan, antiinflamasi dan anti
Berikut dapat dilihat hasil penelitian tersebut: trombogenik. In vivo maupun in vitro statin terbukti
(Gambar 6) meningkatkan eNO sehingga meningkakan fungsi
vasodilator dari NO. Disamping itu statin juga
Asam asetil salisilat dosis rendah (Aspirin) untuk meningkatkan aktifitas HO-1/CO-pathway dan
mencegah preeclampsia mengurangi agregasi platelet.
Berikut adalah cara kerja Statin dalam patogenesis
Aspirin dosis rendah saat ini merupakan obat yang preeklamsia :
paling banyak dipakai untuk mencegah komplikasi Dalam penelitian randomized controlled trial
kardiovaskuler. Juga digunakan untuk mencegah double blind untuk mengetahui efek teratogenik
komplikasi kehamilan akibat penyakit vaskuler statin dan pencegahan preeclampsia yang
seperti preeclampsia dan IUGR. Obat ini telah dilakukan oleh Constantin M pada tahun 2015,
dipakai selama lebih dari 30 tahun untuk mencegah secara multisenter di 5 senter penlitian di Amerika
preeclampsia dan merupakan satu satunya obat mendapatkan hasil tidak ditemukannya kelainan
yang direkomendasikan oleh WHO tahun 2011 bawaan pada sampel yang mendapatkan statin dan
untuk mencegah preeclampsia. Pemakaian aspirin penurunan kadar s flt-1 dan sEng serta peningkatan
75 mg pada trimester satu untuk mencegah PlGF yang berkaitan dengan tidak ditemukannya
preeclampsia telah terbukti secara signifikan preeclampsia13,14

Gambar 7 Mekanisme kerja Statin pada patogenesis preeclampsia13

Buku Ilmiah Fetomaternal


111
Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma

Pemakaian Statin masih membutuhkan penelitian 4. Auache R, Biguard L, Vaiman D, Mirales F. 2018.
eksperimental dengan jumlah sampel yang lebih Oxidative stress in preeclampsia and placenta
besar, namun penelitian-penelitian pendahuluan disease. International Journal of Molecular
membuktikan efek statin dalam pencegahan Science. 19, 1496.
preeclampsia. 5. Ukkah V, Hutcheon JA, Ansermino JM,
Ganzevoort W, Thangaratinam S, Magee
Kesimpulan LA,Dadelsen PV. 2018. Assessement of the
fullPIERS Risk prediction model in women with
Preeclampsia merupakan komplikasi kehamilan early onset preeclampsia. Hypertension. P.1-13\
yang sulit diprediksi oleh karena penyebab pasti 6. Washington K, Ghosh S,Reeves I.2018. A review
belum diketahui. Beberapa hasil penelitian satu :molecular concepts and common pathways
decade belakangan ini telah memastikan beberapa involving vitamin D in the pathopysiology of
parameter biofisik dan biokimiawi yang dapat preeclampsia.Open Journal of obstetric and
meramalkan terjadinya preeclampsia. Tidak satu gynecology.8.p:128-229
metode/tes tunggal pun yang dapat meramalkan 7. Poon LC, Kametas NA,MAiz N,Akolekar
terjadinya preeclampsia yang dapat digunakan pada R,Nikolaides KH. 2009 .First trimester prediction
praktek klinis. of hypertensive disorders in pregnancy.
Metode atau tes multimodalitas yang Hypertension;53:812-818
mengkombinasikan beberapa parameter karakteristik 8. Akolekar R, Syngelaki A,Poon LC,Wright
maternal, biofisik dan biokimia telah memberikan D,Nikolaides KH.2013. Competing risk model in
nilai sensitifitas, spesifistias dan likelihood ratio yang early screening for preeclampsia by biophysical
tinggi dan dapat digunakan untuk melakukan skrining and biochemical markers.Fetal Diagn.ther.;33:8-
pada kehamilan trimester 1 atau trimester dua awal. 15
Beberapa parameter laboratorium memerlukan 9. Brenann LJ, Morton JS,Davidge ST.2013. Vascular
pemeriksaan canggih, biaya tinggi dan tidak selalu dysfunction in preeclampsia.Microcirculation
tersedia untuk kepentingan praktis klinis,oleh 21.p:4-14
karena itu masih perlu dipelajari kombinasi tes 10. Staff AC, Sibai BM, Cunningham FG. 2015.
yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan klinis Prevention of Preeclampsia. .Chesley’s
dan skrining. Intervensi farmakologis, seperti asam Hypertensive Disoders in Pregnancy. Oxford.4th
asetil salisilat dosis rendah, dapat diberikan pada ed.p.253-257
trimester pertama yang mempunyai bukti kuat 11. Khaing W,Vallibhakara SAO,Tantrakul
untuk mencegah preeclampsia dan komplikasi V,Vallibhkara O,Ratnasirri S,Mc Evoy W. 2017.
preeclampsia. Calsium and Vitamin D supllemetation for
Skrining preeklampsia pada tingkat pelayanan prevention of preeclampsia: A Systematic review
primer dan sekunder dilakukan dengan pendekatan and meta-anlysis network. Nutrients,1141.
multimodalitas untuk menemukan ibu hamil yang 12. Attalah A,Lecarpentier E,Goffinet F,Doret-Dion
berisiko sehingga terapi farmakologis bermanfaat M,Gucherand P,Tsatsaris V. 2017. Aspirin for
untuk mengurangi kejadian preeclampsia dan prevention of preeclampsia. Drugs. 77: 1819-
komplikasi preeclampsia. 1831
13. Katsi V, Kallistratos M, Zerdes I, Makris T,Manolis
Daftar Pustaka AJ.2017. The role of statin in the prevention of
preeclampsia: A promise for the future. Frotiers
1. Benafides LG, Molina DH,Vega JB,Mora FH, in Pharmacology.
Rijaldo ER, Gonzales SP, Muller DG, Munoz 14. Constantin M,Cleary K,Hebert M,Ahmed
EC. 2017. Pharmocolgical opportunities for M,Brown L,Ren Z,Easterling TR. 2015. Safety
prevention of preeclampsia. Obstetrics. License and pharmacokinetics of pravastatin used for
in tech. p.100-103 the prevention of preeclampsia in high risk
2. Agudelo AC, Romero R, Roberts JM. 2015. Test pregnant women: a pilot randomized controlled
to predict preeclampsia.Chesley’s Hypertensive trial study. America Jurnal Obstetric and
Disoders in Pregnancy. Oxford.4th ed. p: 221-241 Gynecology.
3. Phipps E, Prassana D, Brima W, Jim B. 2018. 15. Redman CW, Staff AC. 2015. Preeclampsia,
Clinical J.Am.oc. Nephrol.11 .p 1102-1113 biomarkers, syntitiotropoblast stress and
Buku Ilmiah Fetomaternal
112
Strategi Multi Modalitas Pencegahan Preeclampsia

placental capacity. American Journal Obstetric


and Gynecology. Elsevier.
16. Cailon H, Tardive C, Dumintet E, Winer E,
Masson D.2017. Evaluation of ratio sFlt-1/
PLGF for predicting and improving clinical
management of preeclampsia: Experinec in a
specialized perinatal Care Centre. Annals of
laboratory medicine.

Buku Ilmiah Fetomaternal


113
Conjoined twin :
Prenatal Diagnosis, Obstetric Management and Prognosis; a Literature Review

Herlambang herlambang1*, Muhammad Alamsyah Aziz 2, Amelia Dwi Fitri3


1
Maternal-fetal Medicine, Departement of Obstetric and Gynecology, Faculty Of Medicine and Health Science
University of Jambi, Raden Mattaher General Hospital Jambi
2
Maternal-fetal Division, Departement of Obstetric and Gynecology, Faculty Of Medicine University of
Padjajaran, Hasan Sadikin Hospital
3
Medical Education Departement, Faculty Of Medicine and Health Science University of Jambi

INTRODUCTION diagnostic imaging techniques. Proper first-


trimester diagnosis of conjoined twins is important
Conjoined twins are unique, few and far between for many different reasons: to avoid falsepositive
case. It is a rare phenomenon which has been diagnosis, detect related ultrasound abnormalities,
fascinated people since very long time a go, the the possibility to offer early termination with less
oldest known case of a pair of conjoined twins is in maternal morbidity and less psychological impact,
the 1499 book by Jacob Locher,1 Carmen heroicum the possibility of selective feticide, and the reduction
de partu monstrifero. The first case of conjoined of coexisting conjoined twins in a triplet pregnancy
twins on USG was reported in 1976. The prevalence or even a quadruplet pregnancy; and to monitor the
of conjoined twins in live births is estimated to be associated risks of a conjoined twin pregnancy. 1,9,10
around 1 in 250,000, the other reported incidence
of these babies are 1 in 50,000-10,0000 births . CLASSIFICATION
These twins are a type of monozygotic twins that
occur due to an incomplete embryonic division Each set of conjoined twins is unique with respect
on day 13 to 15 following conception.The precise to the site and extent of union and their complex
etiology of conjoined twinning is still unknown; no anatomy. The most complex anatomy is situated at
significant associated genetic, environmental, or the site of union. Detailed evaluation of the shared
demographic risk factors have been identified in anatomy is important to allow proper categorization
previous studies. No association with maternal age, of the type of conjoined twinning (ventral, dorsal
race, parity or hereditary has been observed. There or lateral union). Description of conjoined twins
is an unexplained female predominance (3:1), which is made easier with a classification into 8 types.
is interesting as the majority of the monozygotic These types are name cephalopagus, thoracopagus,
twins are males, polyhydramnion is frequently omphalopagus, ischiopagus, parapagus, craniopagus,
present.1,2,3,4,5,6,7,8 rachipagus, and pyopagus. The suffix‘‘pagus’’ means
There are two hypotheses on the origin of fixed. The most frequently types are thoracopagus
conjoined twins: first is the fission theory in which a (20%-40%), omphalopagus(18%-33%) and parapagus
fertilized ovum divides incompletely and the second (28%). 3,4,10,11
is fusion theory explaining secondary fusion of 2
originally distinct monovular embryos. The recent Dorsal union
finding of a monochorionic diamniotic conjoined
twin pregnancy may further contribute to the fusion Dorsal conjoined twinning may occur at the skull
theory. Others are in favor of the fission theory, (craniopagus), atthecoccyx (pygopagus) and rarely at
maintained by the observation that the incidence of the spine (rachipagus). Figure 1 shows craniopagus
mirror imaging is higher in conjoined twins than in case presented for US at 26 weeks gestational age,
monozygotic twins. No matter what theory is correct, on initial US assessment, the twins were noted to be
conjoined twins is an infrequent and random event joined at the tops of the skulls , the degree of bony
challenging physicians in making a proper diagnosis, fusion and sharing of any brain tissue need to be
which is essential for considering treatment options.1, determined. Additional US techniques include the
2, 3, 6, 9
use of a high-resolution linear probe and the addition
Nowadays, conjoined twins are frequently of Doppler to detect any bridging vasculature. If the
detected during first-trimester ultrasound fetuses are cephalic, transvaginal US is another option
examinations, challenging the use of sophisticated for better visualization of the shared structures.
Buku Ilmiah Fetomaternal
114
Prenatal Diagnosis, Obstetric Management and Prognosis; a Literature Review

Moreover ,MRI is more sensitive for identifying preferentially supplying twin A’s side of the liver, with
subtle brain parenchymal sharing.1,11 no sizeable communicaton to the twin B’s side of the
liver.11
Lateral union Figure 4 Fusion continued through the pelvis, the
spines were seen to be separate, they converged
Lateral union conjoined twins, also known as caudally such that the pelvic bones consisted of two
parapagus twins, have fusion side-to-side at the iliac bones laterally and a shared iliac bone between
level of the abdomen and pelvis. Parapagus twins the two sacra. Each twin had one leg. There was a
can be subcategorized based on additional involved single bladder, and only one anal dimple could be
structures in to dithoracic (separate heads and seen at the perineum. 11
thoraces), dicephalic(separate heads but fused
thoraces) and diprosopus (fused heads and thoraces). Ventral union
Depending on the degree of fusion, parapagus twins
may have two or three legs, and may have between Conjoined twins joined ventrally are further
two and four arms.11 categorized based on the degree and site of fusion.
Figure 2 shows US woman carrying conjoined Ischiopagus conjoined twins are fused at the pelvis
twins at 20 weeks gestational age. The twins were and may be oriented face-to-face or end-to-end.
fused at the abdomen and pelvis, fused side-to-side Thoracopagus and omphalopagus conjoined twins
rather than facing each other, with separate horacic may both have fusion from the anterior chest wall
structures, compatible with dithoracicparapagus to the umbilicus, but the term thoracopagus is used
conjoinedtwins. Each twin had two arms. The when there is sharing of the cardiac structures and
hearts and lungs were completely separate, but omphalopagus when cardiac structures are separate.
there was broad fusion of the liver in the upper Cephalopagus conjoined twins are joined at the face
abdomen. Figure 3 and 4 shows Doppler assessment, as well as the chest and abdomen.11
a prominent vessel could be seen below the fused Figure 5 shows omphalopagus case presented at 24
liver which on pulsed-wav eanalysis demonstrated weeks gestational age. OnUS, the twins were found
an arterial waveform(Fig.3A). The umbilical cord to be joined from the chest through the pelvis, with a
had three vessels, with the umbilical vein entering four-vessel umbilical cord and two arms and two legs
the liver on twin A’s side(Fig.3B). Each twin had her for each twin. Although there was fusion at the chest
own stomach and each twin had one kidney located level, the hearts appeared separate. In addition,
opposite the site of fusion.11 there was a small pericardial effusion just for twinA,
Figure 3 (A) color Doppler US image shows a providing further evidence that the hearts and the
vascular communication between the two circulation pericardial spaces were separated, but not excluding
(arrow). (B) color Doppler US image just cranial to some fusion of the surface of the pericardial sacs.11
the umbilical cord insertion shows the umbilical vein Identification and labelling of all the limbs

Figure 1 (A) grayscale US image of craniopagus conjoined twins, oriented transversely with respect to
the body position but coronal to both brains. There is contiguous skin and calvarial bone (arrow), but the
brain tissue appears separate. (B) color Doppler US image at the same level shows some vasculature in the
extraaxial space between the two brains.11
Buku Ilmiah Fetomaternal
115
Herlambang herlambang, Muhammad Alamsyah Aziz , Amelia Dwi Fitri

Figure 2 Sagital gray scale US, there are separate diverging thoraces and fused
abdomen11
should also be performed and is relevant to the type
of union. Assessment of the uterine environment, Translucency thickness can be seen in
including placental location, umbilical cord position conjoined twins, especially in thoracopagus due to
and number of vessels, estimation of amniotic fluid hemodynamic disturbances. When fetal activity
volume and status of the cervix, is also an important increases, at around 8 weeks’ gestational age
part of the US examination dorsal union.1,3,11 (GA), it becomes easier to differentiate between
monoamniotic twins and conjoined twins. Conjoined
GUIDE TO THE DIAGNOSIS twins may be misdiagnosed as a single fetus with
multiple anomalies due to an extreme degree of
Due to poor prognosis, high post-natal fusion or the presence of an acardiac twin. 1,3,5
morbidity and mortality, an early pre-natal diagnosis There are some ultrasound signs that
is a must. All the monozygotic twins should be could help the diagnosis of conjoined twins, such as
carefully screened for conjoinnment and if it is the presence of both fetal heads in the same plane,
present, the type and the degree of sharing of the unusual backward flexion of the cervical spine and
foetal organs should be delineated. There are many no change in the relative position of the fetuses
associated anomalies, of which congenital heart after maternal movement. Diagnosis can be made as
defects are the major prognostic factors.1,2,3 early as eight weeks of pregnancy for some authors,
Suspicion of conjoined twinning should be but accurate evaluation of common structures is
raised in a twin pregnancy with a single placenta, not possible. Some signs, such as a single extra-
when it is not possible to demonstrate a separating amniotic vitelline vesicle or a single embryo with
amniotic membrane or when there is only 1 yolk sac bifid appearance before 10 weeks, can indicate the
present. Signs of possible conjoined twins are also diagnosis of conjoined twins, body fusion is easy to
the following: more than 3 vessels in the umbilical identify in the first trimester ultrasound, between
cord, no change in relative positions of twins after 11-13w+6 days, and allows a diagnosis to be made
movement or follow-up scans, fewer limbs than early and the couple to be counselled early on.
would be expected, hyperflexion of the spine, and Table 1 shows several prenatal finding suggestive for
bifid appearance of the fetal pole, increased nuchal. conjoined twins from conventional two-dimensional
Early US examination is recommended to assess ultrasound.6,9
chorionicity and amnionicity in multiple gestations.
Determination of chorionicity is important, as IMAGING PROCEDURE AND TECHNIQUES
monochorionic twins have specific complications—
due to shared fetoplacental circulation—that may Imaging of conjoined twins are very challenging task.
lead to twin-twin transfusion syndrome, twin anemia- The anatomy is likely to be more complicated than
polycythemia sequence, or twin reversed arterial that of any other patient on the schedule that day,
perfusion. Monoamniotic twins are also at risk for and multiple organ systems are likely to be affected.
cord entanglement and conjoined twinning.1,3,5 The incidence of additional anomalies affecting one
Buku Ilmiah Fetomaternal
116
Prenatal Diagnosis, Obstetric Management and Prognosis; a Literature Review

Figure 3

Figure 4

Figure 5 Axial grayscale US shows the two side-by-side hearts with trace fluid only around twin A’s Heart
(arrow).11

Buku Ilmiah Fetomaternal


117
Herlambang herlambang, Muhammad Alamsyah Aziz , Amelia Dwi Fitri

Table 1 Prenatal findings suggestive for conjoined twins from conventional two-dimensional ultrasound.9
Symmetrical complete conjoined twins
Fetal
Two fetuses that are either inseparable or in close proximity despite manipulation of the uterus with a
transvaginal
probe or prolonged continuous scanning
Bifid appearance of the fetal pole
Persistence of the relatively parallel position of the fetuses to each other, especially after maternal or
fetal movement,
or on follow-up scanning
Fetal heads or bodies are at the same level
Contiguous skin covering between two fetuses
Unusual proximity of the extremities
Spinal hyperextension, particularly at the cervical level in cases of ventral fusion (extreme neck
retroflexion in fetuses
facing each other)
Scoliosis
Fewer limbs than expected
Unusual limb positioning
Same sex, with female predominance (3 : 1)
Single five- or six-chambered heart
Complex fetal anomalies
Extra-fetal
A single placenta
A single amniotic sac without a dividing membrane
A single yolk sac
A single, fused umbilical cord with ≥ 3 vessels, preferably demonstrated by color Doppler studies
Incomplete or heteropagus or asymmetrical conjoined twins
Fetal
Discordant anomalies between the twins
Dipygus
Parasitic
Fetus in fetu
Cranial and caudal
Extra-fetal
A single placenta
A single amniotic sac without a dividing membrane
A single yolk sac
A single, fused umbilical cord with ≥ 3 vessels, preferably demonstrated by color Doppler studies

of the twins is also high. Accurate prenatal imaging


is crucial in diagnosing the rare cases of conjoined Ultrasonography is widely used in the obstetrical
twins. Even though with the classification, each field and is the most important and primary imaging
conjoined twins is unique with respect to the site technique in prenatal diagnosis of conjoined twins.
and extent of union and their complex anatomy. Ultrasound is the main imaging modality used in
Prognosis, especially vitality and separability, should diagnosing conjoined twins and will remain so in
therefore be evaluated individually for each case the foreseeable future, because of its favorable
with the best possible imaging techniques.1,3,5,11 characteristics such as accessibility and cost and
the fact that in many cases the diagnosis can be
made using conventional ultrasound, especially
when the conjunction between the twins is
Ultrasound obvious. After determination of the diagnosis of
Buku Ilmiah Fetomaternal
118
Prenatal Diagnosis, Obstetric Management and Prognosis; a Literature Review

multiple pregnancy, the most important additional Because the spatial relationships in conjoined twins
information to determine is the precise number of are complex and understanding them is essential for
fetuses and the chorionicity (number of placentae) a proper diagnosis, 3D ultrasound will be of help in
and amnionicity (number of amniotic sacs) of the diagnosing these twins. Moreover, 3D ultrasound
pregnancy, screening for the fetal structural anomaly can provide extra anatomical information in several
especially conjoined twins.3,5,12 cases of conjoined twins, especially regarding facial
Conjoined twins can be detected as early as the features.1,9,10
first trimester screening ultrasound (US) between11 Three-dimensional ultrasound became
and 14 weeks, false positive diagnoses can occur with available with the advances made in computer
monoamniotic twins as there is less fetal movement technology and has shown to be helpful in the
at this early gestational age to separate the twins detection of congenital abnormalities. In conjoined
distinctly. If conjoined twinning is suspected prior to twins, 3D ultrasound is used to exactly define
11 weeks, a repeat US should be performed prior to the extent of fusion and to obtain more precise
decision-making. Transvagi-nal US can also improve anatomic information. In many cases of conjoined
visualization. The introduction of the transvaginal twins, 3D ultrasound helped to confirm the presence
ultrasonography provided ultrasound images with of anomalies and improved diagnostic confidence.
high resolution and therefore made it possible Especially facial features, like in parapagus or
to visualize the early pregnancy. This has led to cephalopagus conjoined twins, can be studied in
advances in first-trimester diagnosis of abnormalities detail better using 3D ultrasound. Three-dimensional
in the fetal anatomy,like in evaluating the extent of surface rendered images may also help the future
fusion in conjoined twins. The earliest reported parents to understand the complex anomalies
diagnosis of conjoined twins was performed using in their fetuses. There area several theoretical
transvaginal ultrasound at 7 weeks of gestation. additional advantages of 3D US and real time 3D US
Clues to the presence of conjoined twinning on early for prenatal assessment of conjoined twins such as
US include fixed fetal positions, scoliosis and neck more realistic view, enhancement of transvaginal
hyperextension, atypical limb positioning and an ultrasound examination in awkward position of the
umbilical cord with more than three vessels.1,3,4,10,12 fetus or the uterus, 3D US may aid the examiner
The first diagnosis of conjoined twins using already experienced in 2D US diagnosis in making a
transabdominal ultrasound was in 1976. The first more detailed assessment of suspicious findings, and
diagnosis of conjoined twins in the first trimester, thus help to evaluate the extent and complexity of
at 12 weeks of GA, was reported by Schmidt et pathological findings more accurately. Imaging from
al in 1981. Most diagnoses of conjoined twins 3DUS can be employed for secondary evaluation of
are established using 2D ultrasound, especially abnormal 2D findings and joint counselling 1,7,9,10
when fusion of body parts is obvious. Ultrasound
is the preferred investigation modality because it Doppler Ultrasound
is nonionizing and noninvasive and has low costs
and broad availability. It also permits real-time Doppler ultrasound has expanded its application in
examination, useful as conjoined twins do not switch obstetrics including in the evaluation of conjoined
their relative position.1 twin pregnancies. Doppler ultrasound is an excellent
The best postnatal US exam starts with a review tool in the evaluation of the vasculature of conjoined
of the pre-natal imaging by the ultrasonographer vital organs, like the liver, to determine prognosis
and pediatric and development of a plan for the and separability. Doppler ultrasound may reveal
post natal exam. US also is useful in the preoperative a characteristic ‘‘double-layer’’ umbilical arterial
setting for twins with vascular connections.1,11 velocity waveform due to 2 separate arterial supplies
in a single umbilical cord. Such a distinctive Doppler
3D Ultrasound ultrasound pattern can be used as an extra diagnostic
sign in conjoined twins as is proposed by Woo et
Three-dimensional ultrasound should always al.1,11
be included in the first-trimester evaluation of Doppler ultrasound imaging is important
conjoined twins. Three-dimensional ultrasound can for the determination of viability and separability
easily be performed and does not consume much by visualizing vascular communications and in
extra time during the ultrasound examination. determining the number of hearts. When the
Buku Ilmiah Fetomaternal
119
Herlambang herlambang, Muhammad Alamsyah Aziz , Amelia Dwi Fitri

vascular anatomy cannot be clearly visualized with the Erasmus MC operates a fully immersive virtual
ultrasound, the clinician should resort to Doppler reality system: the BARCO I-Space. It allows the
ultrasound.1,11 viewers to perceive depth in and interact with 3D
volumes in an intuitive manner. The V-Scope volume-
Computed Tomography Scan rendering application creates a ‘‘hologram’’ of the
3D ultrasound volume to enable a so-called VE.
Only 2 publications, published in 1984 and 1990, Stereoscopic imaging allows discerning of fine details
respectively, were found on the use of computed and understanding of complex relationships in the
tomography for antenatal diagnosis of conjoined 3D volumes. The innovative VE technique has already
twins, both in the third trimester of pregnancy. In been successfully applied in prenatal medicine.
case of conjoined twins, computed tomography can Because of the improved depth perception and 3D
be used postpartum as a diagnostic tool to evaluate interaction, the I-Space enables better assessment
separability.1 of embryonic and fetal structures. VE provides
additional diagnostic information in evaluating
Magnetic Resonance Imaging complex anatomical structures in conjoined twins.1

Second trimester imaging, including US and OBSTETRIC MANAGEMENT


magnetic resonance imaging (MRI), Fetal MRI
has already proven to be complementary to The management of conjoined twins is complex and
conventional obstetrical ultrasound. Especially in requires careful preparation. Prebirth management
case of complex anatomical anomalies, an MRI may includes prenatal counseling, which is important due
provide additional information, like in evaluating to the overall poor prognosis. In instances of trial
conjoined twin pregnancies. These modalities of life, the delivery must be tailored to address the
raraely used for Conjoined twins diagnosis in the anticipated anatomy based on prenatal imaging and
first trimester. The earliest prenatally diagnosed anticipated physiology. A multidisciplinary team is
conjoined twins using MRI was at 16 weeks of essential to anticipate and address the ergonomic
gestation. When conjoined twins are presented challenges and medical issues related to organ fusion,
late in pregnancy, MRI overcomes the limitations of cross-circulation and associated anomalies.8,13,14
ultrasound, like in the case of obesity and because When a diagnosis of conjoined twins is made,
of the decreasing amount of amniotic fluid.Magnetic 50–70% of parents will option for termination
resonance imaging provides overall assessment of of pregnancy, when it is available and offered.
the pregnancy during all 3 trimesters.1, 3,11 Indications for termination include extensive cardiac
MRI has emerged to be a complementary or cranial fusion, which have a poor prognosis, or
imaging technique in conjoined twins after the when the expected deformity following separation is
first trimester. The superiority of MRI as compared unacceptable to the parents. However, as mentioned
with ultrasound in the second and third trimesters before, termination should be discussed as an
might also apply to the first 12 weeks of pregnancy, option with all parents diagnosed with conjoined
especially because imaging techniques are in twins, given the poor prognosis of all conjoined
constant development. The excellent resolution of twins. Early termination (ideally following diagnosis
tissue composition perceived with MRI makes it a at the end of the first trimester) minimizes the
potential useful complementary tool in first-trimester risk of maternal morbidity associated with later
diagnosis of conjoined twins. A thorough evaluation termination or delivery. In the first or early second
of this possible diagnostic effect could change trimester (perhaps up to 20 weeks gestation),
our view on the diagnostic process of congenital surgical termination (dilation and evacuation) is an
abnormalities such as conjoined twins.1,7,9,11 option. However, although this will spare the woman
having to undergo an induction and vaginal delivery,
Virtual Embryoscopy or a hysterotomy, it must be recognized that this is a
potentially hazardous procedure at later gestations,
Virtual embryoscopy is a newimaging technique that particularly in twin pregnancies. It will often involve
enhances the 3D US modality using all 3 dimensions, surgical destruction of the fetuses and a risk of
in contrast to traditional 3D reconstructions viewed uterine trauma,hemorrhage,or retained products
on a 2D screen. The Department of Bioinformatics of of conception. It must be carried out only by an
Buku Ilmiah Fetomaternal
120
Prenatal Diagnosis, Obstetric Management and Prognosis; a Literature Review

experienced operator under ultrasound guidance. practice, in most cases this will be around 35 weeks
Medical termination will involve induction of a “mini- gestation. If there is significant polyhydramnios
labor” _using mifepristone (an antiprogesterone)to before this, amniodrainage is an option; it will reduce
prime the uterus, followed by a prostaglandin, usually the mother’s discomfort and may delay spontaneous
misoprostol. Safe (that is, with no significant maternal labor. Steroids should be given to the mother at least a
morbidity) medical termination of conjoined twins few days before planned delivery in order to increase
has been reported up to the late second trimester (25 fetal lung (and brain and bowel) maturity; atypical
weeks gestation).8,13 dose will be dexamehasone or betamethasone 12 mg
When the decision of the parents is to allow intramuscularly, twodoses 24h apart. Vaginal delivery
the pregnancy to continue, there is a significant risk of conjoined twins has been reported but this is
of stillbirth (40%). Serial ultrasound scans should be mainly for small, very preterm twins, particularly
performed by a fetal medicine specialist to monitor if they are considered non-viable because of either
growth, fetal Dopplers, amniotic fluid volume, any the early gestation or prenatal assessment of the
signs of fetal heart failure, and, later, the position of anatomy. But this mode of delivery is often fatal for
the twins (to inform delivery). There is an increased the twins and carries a risk of trauma to the mother,
risk of preterm birth with conjoined twins. This is so delivery is almost always by cesarean section.6,9,14
partly because of the increase diatrogenic preterm Cesarean section removes the risk of obstructe
delivery formaternal (for example, pre-eclampsia) dabor, minimizes the risk of intrapartum fetal death,
or fetal (for example, growth restriction) reasons. reduces the risk of damage to delicate vascular
There is also an increased risk of spontaneous connections between the twins, and minimizes the
preterm labor. This is partly because, on average, risk of genital tract trauma to the mother. Even if
spontaneous labor occurs earlier in twins compared the prognosis for the twins is dismal, the choice
with singleton pregnancies (36–37 weeks versus of delivery from the late second trimester on
40 weeks). Polyhydramnios is also common, wards is still invariably cesarean section, in order
complicating 25–50% of conjoined twin pregnancies, to protect the mother against a traumatic vaginal
which increases the risk of preterm prelabor rupture delivery,obstructed labor, and potential uterine
of the membranes (PPROM) and spontaneous rupture.8,13
preterm labor. There are some ultrasound signs that Consideration must be given to the type of
could help the diagnosis of conjoined twins, such as incision (both skin and uterus) for cesarean section
the presence of both fetal heads in the same plane, for conjoined twins. In general, unless the twins are
unusual backward flexion of the cervical spine and small and their connection is assessed prenatally
no change in the relative position of the fetuses as being robust (in particular, not overly vascular),
after maternal movement. Diagnosis can be made as classical cesarean section is favored, with vertical
early as eight weeks of pregnancy for some authors, incisions in both the abdomen and uterus. This is
but accurate evaluation of common structures is because the opening in the uterus is larger and more
not possible. Some signs, such as a single extra- easily extended, making delivery less traumatic for
amniotic vitelline vesicle or a single embryo with the twins. However, if the twins are small and their
bifid appearance before 10 weeks, can indicate the connection is robust, a lower segment incision can be
diagnosis of conjoined twins, body fusion is easy to made, with transverse incisions in both the skin and
identify in the first trimester ultrasound, between lower uterine segment. It is also possible to perform
11-13w+6 days, and allows a diagnosis to be made a classical cesarean section (with a vertical uterine
early and the couple to be counselled early on. incision) through a lower transverse abdominal skin
Table 1 shows several prenatal finding suggestive for incision; in this situation, the skin incision is made
conjoined twins from conventional two-dimensional wider than usual. This may be appropriate for certain
ultrasound.6,9 conjoined twins. Cesarean section for conjoined twins
When elective delivery is planned, therefore can usually be performed under regional anesthesia.
the timing must be a compromise between on one The ideal is combined spinal epidural as it combines
hand not delivering the twins too early, particularly if the rapid onset and deep block of the spinal.8,13
they are likely to need early neonatal surgery, and on
the other, not leaving it so late that labor is likely to PROGNOSIS
supervene, such that delivery will be less organized
and the appropriate personnel not on hand. In The prognosis for conjoined twins is poor, only few
Buku Ilmiah Fetomaternal
121
Herlambang herlambang, Muhammad Alamsyah Aziz , Amelia Dwi Fitri

figure 6 Thoracopagus conjoined twin with one heart

cases have been reported in the medical literature. prognosis provides a chance for uterine evacuation
The prognosis always depends on the specific type, or vaginal delivery for the mother, instead of a
surgical separation is very likely to fail with the loss of hysterotomy. Secondly, detailed prenatal evaluation
both children when a single heart is seen during first- of conjoined twins is important to optimize
trimester ultrasound Therefore, prenatal diagnosis management of labor, including decisions regarding
of this condition at an early stage of pregnancy is time and method of delivery to minimize maternal
essential to avoid maternal complications due to late and fetal mortality. Vaginal delivery of conjoined
termination or for optimal obstetric management in twins can be complicated by dystocia, neonatal,
case of continuation of the pregnancy.1,3,4 and maternal morbidity, and would not now be
The prognosis of conjoined twins largely recommended when the likelihood of twins’
depends on the conjunction of the cardiovascular postnatal survival is good. And lastly, detailed
system, there are many associated anomalies, assessments of the shared vital organs are necessary
congenital heart defect are the major prognostic for optimal management of the pregnancy and birth
factors. Especially the differentiation between in selected cases that are a candidate for postnatal
thoracopagus and omphalopagus, to correctly surgical separation. First-trimester scanning to rule
classify and determine the prognosis.1,2 out conjoined twins is indicated in all pregnant
If they are diagnosed before viability, the women who are at high risk for multiple gestations.7,9
parents should be offered termination of the Although the prognosis for all types of
pregnancy, but it is still a controversy in Indonesia. conjoined twins is very poor, accurate definition
A vaginal delivery is reserved for the stillbirths and of the anatomy, vascular connections, and
for those twins who do not survive, most of them position of the twins is veryimportant. Those with
deliver preterm. 40-60 % of them stillbirths and 35% craniopagus, a sole cardiac mass or complex cardiac
die within 24 hours. In thoracopagus, the degree of connections have the worst prognosis, but all
fusion of the heart determines the outcome. Figure parents with a diagnosis of conjoined twins should
6 shows our finding when a mother with 16 weeks be offered termination of pregnancy, where this
gestational ages diagnosed with thoracopagus is legally permitted. However, even if termination
conjoined twins, successfully delivery with caesarean of pregnancy is not permitted or desired by the
section but unable to be separated because they only parents, the accurate prenatal diagnosis of a lethal
have one heart. In the order of the frequency, the abnormality allows the parents time to prepare for
pygopagus twins fare better than the omphalopagus the birth and demise of their twins, preparation
and the thoracopagus twins. Once diagnosed, for a delivery that minimizes the risk of trauma to
conjoined twins must be classified by type in order the mother, and planning of palliative post natal
to determine the prognosis.2,3,7 care. Accurate prenatal anatomical description of
Early detection of fetal anomalies with poor conjoined twins that are potentially amenable to
Buku Ilmiah Fetomaternal
122
Prenatal Diagnosis, Obstetric Management and Prognosis; a Literature Review

postnatal separation will facilitate delivery in the Twins: Case Series. International Journal of
appropriate setting, with the necessary obstetric, Women’s Health and Reproduction Sciences.
neonatal, and pediatric surgery expertise on hand. 2015 July;3(3);168-170.
7,8,9
5. Shirazi AS. Conjoineted Twins Sonography. Iran J
Radiol. 2017 May; Special issue(5):e48195
CONCLUSION 6. Melo A, Dinis R, Portugal A, souse AI, Cerveira I.
Early prenatal diagnosis of parapagus conjoined
Although 2D and 3D ultrasounds are sufficient in twins. Clinic and Practice. 2018; 8:1039; 47-48
most cases of conjoined twins, they are not always 7. Watanabe K, Ono M, Shirahashi M, Ikeda T,
successful in providing all detailed information of Yakubo K. Case Report Dicephalus Parapagus
the complex anatomy in conjoined twins. As these Conjoined Twins Diagnosed by First-Trimester
details may modify the viability and separability in Ultrasound. Hindawi Publishing Corporation
selected cases, other imaging techniques should also Case Reports in Obstetrics and Gynecology.
be considered. Obstetrician, Pediatric, radiologists 2016;1-2.
may use a variety of imaging modalities and 8. O’Brien P, Nugent M, Khalil A. Prenatal diagnosis
specialized imaging techniques and tricks in order and obstetric management. Seminars in
to provide the multidisciplinary team with the most Pediatric Surgery 24. 2015; 203-206
detailed anatomic information. Moreover, ensuring 9. Wataganara T, Ruangvutilert P,
the prognosis is essential for parents in deciding to Sunsaneevithayakul P, Russameecharoen K,
ask for a termination of pregnancy and facilitates Nawapun K, et all. Three-dimensional ultrasound
the mourning process or continuing the pregnancy. for prenatal assessment of conjoined twins:
However it is still controversy in Indonesia related additional advantages?. J Perinat Med. 2017.
termination process during early gestational ages, 10. Mian A,Gabra NI, Sharma T, Topale N, Gielecki
both prenatal and post natal imaging play a crucial J. Conjoined Twins: From Conception to
role in the evaluation of shared organs and vascular Separation, a Review. Clinical Anatomy.
structures in conjoined twins and a reinstrumental in 2017;30:385–396.
decision making, both in term so prenatal planning 11. Mehollin-Ray AR. Prenatal and post natal
and parental expectations, and for preoperative radiologic evaluation of conjoined twins.
planning and treatment. Elsevier Inc. 2018;1-12.
12. Townsend R, Khalil A. Ultrasound surveillance
ACKNOWLEDGMENTS in twin pregnancy: An update for practitioners.
The authors thank to Asro Hayani, MD for literature Journals sagepub Ultrasound. 2018.0(0) 1-13.
searching and preparation of the manuscript 13. Sage E, Thomas A, Sundgren. Conjoined Twins
:Pre-Birth Management, Changes to NRP, and
REFFERENCES Transport. The End-to-end Journal. 2018
14. Yamada NK, Fuerch JH, Halamek LP. Modification
1. Baken L, Rousian M, Kompanje EJO, Koning AHJ, of the Neonatal Resuscitation Program
van der Spek VJ, et all. Diagnostic Techniques Algorithm for resuscitation of Conjoined Twins.
and Criteria for First-Trimester Conjoined Twin American Journal of Perinatology. Vol 33 No 4.
Documentation: A Review of the Literature 2016.420-24
Illustrated by Three Recent Cases. Lippincott
Williams & Wilkins. 2013;68(11):743-752
2. Aneja A, Rajanna DK, Reddy VN, Mayilvaganan
KR, Pujar P. Conjoined Twins: Rare Case of
Thoraco-Omphalopagus. Journal of Clinical and
Diagnostic Research. 2013 Jul;7(7):1471-1472
3. Yalcin SE, Akkurt MO, Yavuz A, Yalcin Y, Sezik M.
Prenatal sonographic diagnosis of cephalopagus
conjoined twins at 14 weeks of pregnancy. J Clin
Ultrasound. 2017;1–4.
4. Cetin O, Kurdoglu Z, Cim N, Yildizhan R, Sahin
G, et all. Early Prenatal Diagnosis of Conjoined
Buku Ilmiah Fetomaternal
123
TANDA-TANDA BIOMOLEKULAR PERADANGAN SERVIKS SEBAGAI PREDIKSI
PERSALINAN PRETERM

Tjokorda Gde Agung Suwardewa


Dep/KSM Obstetri dan Ginekologi FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar Bali
Sub-bagian Fetomaternal

Pendahuluan preterm, tetapi usaha terebut belum memberi hasil


yang memuaskan8. Upaya yang paling bagus untuk
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi menghindari morbiditas dan mortalitas adalah
pada usia gestasi antara 20 – 36 minggu 6 hari, dan mencegah bayi lahir preterm, namun hal itu sangat
masih merupakan masalah obstetri sejak dekade sulit karena penyebabnya tidak diketahui dengan
terakhir karena risiko morbiditas dan mortalitas pasti. Pemberian tokolitik, antibiotik, dan istirahat
perinatal masih tinggi1. Pada tahun 2005 dilaporkan baring, namun belum bisa mencegah bayi lahir
bahwa 12,9 juta (9,6%) kelahiran di seluruh dunia preterm6, 8, 9.
adalah persalinan preterm di mana 85% terjadi Persalinan preterm merupakan suatu sindroma
Afrika dan Asia, dan 0,5 juta terjadi di Eropah dan yang berkaitan dengan multifactor, yang dikaitkan
Amerika Utara, 0,9 juta terjadi di Amerika Latin dan dengan serangkaian gejala klinik yang mengakibatkan
Caribbean2. Di Asia Tenggara, prevalensi persalinan sinkronisasi adanya kontraksi miometrium, robekan
preterm adalah 11,1%3. Angka kejadian persalinan selaput korion dan amnion, dan pematangan serviks
preterm di Indonesia secara nasional belum 10
. Pada dekade terakhir, studi tentang adanya
pernah dilaporkan, namun berdasarkan hasil Riset hubungan infeksi dengan persalinan preterm
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan menjadi fokus perhatian. Di Indonesia, angka
tahun 2007, prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR) kejadian infeksi masih tinggi, termasuk vaginitis dan
di Indonesia mencapai 11,5%, meskipun angka BBLR servisitis pada kehamilan, namun angka-angka infeksi
tidak mutlak mewakili angka kejadian kelahiran pada kehamilan di Indonesia secara nasional belum
preterm4 . Di RSUP Sanglah Denpasar, prevalensi pernah dilaporkan. Di RSUP Sanglah Denpasar, infeksi
persalinan preterm adalah 10% dan cenderung multibakterial di vagina dan endoserviks uterus pada
meningkat yaitu 8,19% pada tahun 2009 menjadi persalinan preterm lebih tinggi secara bermakna
10,54% (tahun 2010), dan 12,70% (tahun 2011)5. dibandingkan dengan infeksi multibakterial di vagina
Persalinan preterm dapat menimbulkan stres dan endoserviks pada persalinan aterm11,12.
psikis baik pada ibu maupun keluarganya, dan juga Secara konvensional, persalinan preterm
dapat menimbulkan risiko terjadinya efek samping dimulai dari adanya kontraksi miometrium oleh
jangka pendek seperti sindroma gawat nafas, sebab apapun, baru diikuti terjadi dilatasi serviks6.
perdarahan otak, displasia bronkopulmoner, patent Namun pengamatan belakangan menemukan
ductus arteriosus, dan enterokolitis nekrotikan. bahwa, sering terjadi pematangan serviks uterus
Selain itu, risiko terjadinya sepsis, apnea atau (perlunakan, pemendekan, dan dilatasi) tanpa
henti napas, dan retinopati prematuritas semakin adanya kontraksi miometrium yang mendahului, dan
meningkat. Lebih dari sejuta anak mengalami persalinan baru terjadi kemudiannya. Serviks uterus
kematian setiap tahun disebabkan oleh komplikasi berfungsi untuk mempertahankan hasil kehamilan
persalinan preterm, dan yang bisa bertahan hidup, agar tetap berada di dalam uterus sampai kahamilan
dihadapkan pada kecacatan seumur hidup, termasuk aterm. Kekuatan serviks terdiri dari kemampuan
gangguan proses belajar, gangguan penglihatan, biomekanik yaang berasal dari usaha-usaha matriks
dan gangguan pendengaran 6, 7. Komplikasi tersebut ekstraseluler seperti serat kolagen (collagen fibers),
di atas, dapat mengakibatkan rendahnya kualitas hyaluronan (HA), elastin, dan air 13, 14. Kandungan
sumber daya manusia di masa yang akan datang. kolagen serviks uterus sekitar 64,3 – 72% 15 yang
Selain itu perawatan bayi-bayi yang lahir preterm terdiri dari kolagen tipe 1 (66%), kolagen tipe III
juga membutuhkan teknologi kedokteran yang (33%), dan sedikit kolagen tipe IV pada membran
canggih dan biaya perawatan yang sangat mahal. basal16. Masalah kritis akan timbul apabila perubahan
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk biomekanik ini terjadi pada saat kehamilan masih
menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal preterm, sehingga ada ancaman bayi lahir dengan
terutama yang disebabkan oleh bayi yang lahir maturitas organ yang belum cukup. Latar belakang
Buku Ilmiah Fetomaternal
124
Tanda-Tanda Biomolekular Peradangan Serviks Sebagai Prediksi Persalinan Preterm

perubahan biomekanik ini belum diketahui dengan Denpasar.


jelas 14. Disinyalir peradangan di endoserviks
merupakan pencetus terjadinya persalinan preterm Hasil dan Pembahasan
spontan melalui degradasi kolagen. Pada penelitian
ini dipelajari mekanisme persalinan preterm yang Uji Normalitas Data
berkaitan dengan peradangan endoserviks uterus. Uji normalitas terhadap data umur ibu, usia gestasi,
Diduga bahwa infeksi yang ada di vagina menjalar dan paritas, memakai uji Shapiro-Wilk. Hasilnya
ke endoserviks dan mengadakan kolonisasi di sana. menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05),
Bakteri atau produknya berupa lipopolisakarida dan disajikan pada table 1.
(LPS) merangsang sistem kekebalan alami untuk
mengeluarkan sel-sel radang seperti makrofag, sel Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Data Umur Ibu,
Dendrit, Natural Killer cell (sel NK), dan Granulosit Usia Gestasi, dan Paritas Untuk
(sel mastosit, neutrofil). Aktivasi sel-sel yang berasal Masing-masing Kelompok
dari sistem kekebalan alami akan menghasilkan
Interleukin-1β (IL-1β), IL-6, dan Tumor Necrosis Kelompok P Keterangan
Factor α (TNF α). Di samping itu, sel makrofag
menghasilkan interleukin-8 (IL-8). Interleukin 1β (IL- Umur Ibu Kasus 0,276 Normal
1β) merangsang IL-8 untuk mengaktifkan neutrofil, Umur Ibu Kontrol 0,412 Normal
selanjutnya neutrofil memproduksi kolagenase yaitu Paritas Kasus 0,102 Normal
neutrofil kolagenase atau matrix metaloproteinase Paritas Kontrol 0,234 Normal
8 (MMP-8). Matrix metaloproteinase ini akan Usia gestasi Kasus 0,261 Normal
mendegradasi kolagen di serviks menjadi fragmen- Usia gestasi Kontrol 0,092 Normal
fragmen sehingga kekuatan serviks uterus menjadi
lemah dan mengakibatkan serviks lunak dan Uji Homogenitas Data
mudah terbuka. Ditambah tekanan intrauterus
(janin dan cairan amnion), terhadap serviks uterus, Homogenitas data umur ibu, usia gestasi, dan
menyebabkan orifisium uteri internum (OUI) paritas, diuji memakai uji Levene’s test. Hasilnya
meregang dan melebar, sehingga serviks akan menunjukkan data homogen (p > 0,05), dan disajikan
berbentuk sepeti corong dan kanalis servikalis pada Tabel 2.
menjadi lebih pendek17. Ini menggambarkan bahwa
osteum uteri internum adalah tempat di mana Table 2 Homogenitas Umur Ibu, Usia Gestasi, dan
terjadi perlunakan serviks yang maksimal18. Jadi, Paritas antar Kelompok Perlakuan
persalinan preterm dimulai dari adanya peradangan Variabel F P Keterangan
endoserviks uterus. Peradangann bisa timbul dengan
berbagai mekanisme, dan yang paling mungkin
Umur Ibu 0,797 0,377 Homogen
adalah akibat adanya infeksi yang menjalar dari
Paritas 2,945 0,093 Homogen
vagina ke endoserviks. Hal ini memerlukan penelitian
Usia gestasi 2,270 0,139 Homogen
lebih lanjut.

Metode Penelitian
Distribusi Umur Ibu, Usia Gestasi, dan Paritas pada
kedua kelompok.
Telah diilakukan penelitian kasus-kontrol di RSUP
Sanglah Denpasar terhadap 48 ibu hamil normal, usia
Pada studi kasus kontrol ini dilakukan uji
gestasi 20-36 minggu 6 hari, janin tunggal, hidup,
t-independent sebagai uji komparabilitas terhadap
ketuban utuh, dan presentasi kepala. Dua puluh
variabel umur ibu, usia gestasi, dan paritas. Hasil
empat inpartu (kasus) dan 24 tidak inpartu (kontrol).
analisis disajikan pada Tabel 3.
Bahan penelitian adalah lendir endoserviks, dan
Seperti terlihat pada Tabel 3, didapatkan bahwa
dilakukan pemeriksaan kadar IL-8, MMP-8, dan IL-
masing-masing variabel umur ibu, usia gestasi, dan
1β di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan
paritas antara kedua kelompok, secara statistik tidak
Universitas Udayana. Penelitian ini sudah mendapat
ada perbedaan bermakna atau komparabel (nilai p
persetujauaan kelayakan etik dari Komisi Etika
> 0,05).
Penelitiaan FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah
Buku Ilmiah Fetomaternal
125
Tjokorda Gde Agung Suwardewa

Risiko Persalinan Preterm pada Kadar IL-8 endoserviks uterus yang tinggi sebagai faktor risiko
Endoserviks Uterus yang Tinggi terjadinya persalinan preterm dilakukan uji Chi-
Square. Hasil analisis disajikan pada Tabel 6.
Untuk mengetahui rasio odd kadar Interleukin-8 Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar IL-1β
endoserviks uterus yang endoserviks uterus yang tinggi merupakan faktor
tinggi sebagai faktor risiko terjadinya persalinan risiko terjadinya persalinan preterm sebesar 8,3 kali
preterm, dilakukan uji Chi-Square. Hasil analisis (OR = 8,3; IK 95% = 2,15-32,3; p = 0,001).
disajikan pada tabel 4.
Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar IL-8 Simpulan
endoserviks uterus yang tinggi merupakan faktor
risiko terjadinya persalinan preterm sebesar 35 kali Level tanda-tanda radang seperti IL-8, MMP-8, dan
(OR = 35,00; IK 95% = 6,95 – 176,39; p = 0,001). IL-1β endoserviks uterus yang tinggi, merupakanan
faktor risiko dan prediksi pada mekanisme terjadinya
Risiko Persalinan Preterm pada Kadar MMP-8 persalinan preterm.
Endoserviks Uterus yang Tinggi
Diskusi
Untuk mengetahui rasio odd kadar MMP-8 Interleukin 8 endoserviks
endoserviks uterus yang tinggi sebagai faktor risiko
terjadinya persalinan preterm, dipakai uji Chi-Square. Interleukin-8 (IL-8) adalah salah satu anggota dari
Hasil analisis disajikan pada Tabel 5. Chemotactic Cytokine, atau keluarga Chemokine
Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar MMP-8 19
. Kemokin ini ditemukan pada tahun 1986-1987
endoserviks uterus yang tinggi merupakan faktor sebagai faktor pelarut di dalam supernatan setelah
risiko terjadinya persalinan preterm sebesar 6,6 kali rangsangan endotoksin terhadap monosit. Nama
(OR = 6,60; IK 95% = 1,25-34,95; p = 0,016).Risiko lain dari interleukin-8 adalah neutrophil-activating
Persalinan Preterm pada Kadar IL-1β Endoserviks factor (NAF)19. Interleukin-8 menunjukkan aktivitas
biologi melalui dua reseptor glikosilat dengan
Uterus yang Tinggi afinitas tinggi yaitu, Interleukine-8 Receptor A (IL-
8RA) dan Interleukine-8 Receptor B (IL-8RB). Yang
Untuk mengetahui rasio odd kadar Interleukin-1β menginduksi pembentukan IL-8 adalah sitokin

Tabel 3 Distribusi Umur Ibu, Usia Gestasi, dan Paritas pada Kedua Kelompok

Kelompok Kasus
Kelompok Kontrol (n=24)
Variabel (n=24) P
Rerata SD Rerata SD

Umur Ibu (tahun) 27,04 6,55 28,62 5,84 0,382


Usia gestasi 31,38 4,15 29,50 4,73 0,181
Paritas 0,96 0,86 1,29 1,04 0,257

Tabel 4 Risiko Persalinan Preterm pada Kadar IL-8 Endoserviks Uterus yang Tinggi

Kelompok
Kasus OR IK 95% P
Kasus Kontrol

Tinggi 21 4
IL-8 35,00 6,95-176,39 0,001
Rendah 3 20

Buku Ilmiah Fetomaternal


126
Tanda-Tanda Biomolekular Peradangan Serviks Sebagai Prediksi Persalinan Preterm

Tabel 5 Risiko Persalinan Preterm pada Kadar MMP-8 Endosrviks Uterus yang Tinggi

Kelompok
Kasus OR IK 95% P
Kasus Kontrol

Tinggi 22 15
MMP-8 6,60 1,25-34,95 0,016
Rendah 2 9

Tabel 6 Risiko Persalinan Preterm pada Kadar IL-1β Endoserviks Uterus yang Tinggi

Kelompok
Kasus RO IK 95% P
Kasus Kontrol

Tinggi 15 4
IL-1β 8,30 2,15-32,3 0,001
Rendah 9 20

proinflamasi seperti; IL-1α atau IL-1β, tumor necrosis dengan pada persalinan aterm, dan ini sensitif
factor-α (TNF-α), dan lipopolisakarida (LPS) dari untuk mempredikasi persalinan preterm24. Down
kuman. Selain merangsang aktivitas neutrofil, (2001) melaporkan bahwa konsentrasi interleukin
IL-8 juga berperan untuk meregulasi pengeluaran 8 pada lendir serviks lebih tinggi secara bermakna
molekul adhesi (Adhesion Molecule expression) pada wanita yang melahirkan preterm dibandingkan
pada permukaan sel neutrofil dan merangsang dengan yang tidak mengalami persalinan dengan
perubahan vital untuk migrasi sel secara in vivo. nilai p < 0,01 25. Namun produksi interleukin 8 oleh
Interleukin-8 juga berperan di organ reproduksi, dan epitel vagina dan endoserviks akibat rangsangan
tampak kadarnya tinggi di dalam cairan amnion dan kuman patogen bisa dihambat dengan pemberian
jaringan reproduksi sebelum persalinan. Ada korelasi progesteron (P4)26. Sel-sel endoserviks menghasilkan
yang bermakna antara tingginya kadar interleukin 8 sejumlah interleukin-8, yang mungkin pada
endoservik uterus dengan keradangan pada serviko- kasus-kasus persalinan preterm, interleukin-8 ini
vaginal, yang dianggap sebuah faktor risiko terjadinya hanya mempunyai pengaruh lokal saja dan tidak
persalinan preterm20. Holst (2009) dan Kacerovsky meluas sampai ke cairan amnion 27, apalagi sampai
(2014) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa menyebar melalui pembuluh darah 28. Kadar IL-8
level IL-8 endoserviks uterus bisa untuk menentukan serum pada persalinan preterm baik yang menderita
adanya invasi mikrobakteri dalam cairan amnion dan servisitis maupun yang tidak, secara statistik tidak
adanya amnionitis secara histologi, atau histological menunjukkan perbedaan yang bermakna, artinya
chario-amnionitis (HCA). Dilaporkan juga bahwa perbedaan kadar IL-8 itu hanya tarjadi di endoserviks
pemeriksaan IL-8 endoserviks uterus dapat dipakai uterus 29. Peneliti lain menemukan bahwa profil
sebagai cara pemeriksaan yang tidak invasif adanya sitokin endoserviks tidak mengalami perubahan
keradangan intra-amnion 21, 22, bahkan interleukin 8 pada ibu hamil yang mengalami keguguran kecuali
endoserviks dengan kadar 10,0 ng/mL merupakan IL-8, yang mana kadarnya malah meningkat secara
prediktor yang kuat terhadap histological chorio- bermakna 30. Dengan demikian, secara tidak langsung
amnionitis (HCA) yang dikaitkan dengan persalinan IL-8 memegang peran penting pada pematangan
preterm, dengan sensitivitas 100%, spesifisitas 67%, serviks uterus, melalui perangsangan neutrofil untuk
nilai prediksi positif 63%, dan nilai prediksi negatif membentuk kolagenase (neutrophile collagenase
100% 21. Kadar rata-rata IL-8 endoserviks uterus pada atau MMP-8)31. Nenadic (2008) dan Kacerovsky
persalinan preterm lebih tinggi secara bermakna (2014), pada penelitiannya mendapatkan bahwa ada
dibandingkan pada persalinan aterm23. Konsentrasi korelasi yang bermakna antara tingginya konsentrasi
rata-rata interleukin 8 endoservik pada persalinan rata-rata interleukin 8 endoserviks uterus dengan
preterm dini, 4,8 kali lebih tinggi dibandingkan infeksi/radang serviko-vaginal dan korioamnionitis.
Buku Ilmiah Fetomaternal
127
Tjokorda Gde Agung Suwardewa

Tingginya level interleukin 8 di endoserviks uterus ini mempunyai dua pengaruh yang berbeda pada
ini terjadi akibat rangsangan IL-1β sebagai respon kehamilan, yaitu pertama bertanggungjawab
infeksi/radang yang ditimbulkan oleh bakteri dengan terhadap degradasi protein jaringan penyangga
lipopolisakaridanya 20, 22. Konsentrasi rata-rata pada matriks ekstraseluler (ECM), sehingga memicu
interleukin 8 endoservik lebih tinggi pada persalinan terjadinya pematangan serviks serta memicu
preterm dini (pathological pathway) dibandingkan robeknya selaput ketuban, dan yang kedua berperan
dengan persalinan aterm (physiological pathway) mengaktifkan bermacam-macam sitokin, dan
24
. Interleukin 8 pada awalnya bekerja secara lokal, keradangan/infeksi intra-amnion. Seperti diketahui
yaitu mematangkan servik dengan merangsang bahwa komponen serviks uterus yang terbesar
pembentukan kolagenase. Jadi konsentrasi rata- adalah kolagen tipe I dan kolagen tipe III 16, 34.
rata interleukin 8 yang tinggi di endoserviks uterus Dengan adanya peradangan di endoserviks uterus,
merupakan faktor risiko terjadinya persalinan maka terjadi migrasi neutrofil dari pembuluh darah
preterm, dan oleh karena itu, IL-8 yang tinggi di menuju endoserviks, dan neutrofil ini menghasilkan
endoserviks ini dapat dipakai sebagai prediktor suatu protease yaitu elastase dan neuthrophile
terjadinya persalinan preterm 23, 24. collagenase atau Matrix metaloproteinase-8 (MMP-
8)16. Elastase dan kolagenase ini bekerja secara
Matrix metaloproteinase 8 endoserviks sinergis untuk mendegradasi jaringan kolagen
serviks uterus. Semakin tinggi konsentrasi neutrofil
Kekuatan serviks uterus ini berasal dari usaha- di endoserviks uterus, semakin tinggi kolagenase
usaha matriks ekstraseluler seperti serat kolagen yang dihasilkan sehingga semakin tinggi terjadinya
(collagen fibers), serta unsur-unsur lain seperti pemecahan kolagen sebagai jaringan penyangga
proteoglikans, hyaluronan (HA), elastin, dan air13. serviks uterus33.
Serat kolagen tersebut dibentuk oleh kolagen tipe Rahkonen (2009), pada penelitian kohort
1 (66%), kolagen tipe III (33%), dan sedikit kolagen mendapatkan bahwa konsentrasi MMP-8 lendir
tipe IV pada membran basal 16. Selama persalinan, endoserviks lebih tinggi dibandingkan pada
komponen kolagen ini mengalami degradasi akibat cairan vagina. Tingginya kadar MMP-8 ini terjadi
adanya enzim-enzim litik seperti collagenase / pada vaginosis bakterial (BV). Pada studinya juga
matrix metaloproteinase (MMP)-1, MMP-8, MMP- ditunjukkan bahwa MMP-8 merupakan konstituen
13, yang dihasilkan oleh fibroblast dan leukosit, dan fisiologi saluran genitalia bawah, yang mana MMP-
leukocyte elastase yang dihasilkan oleh makrofag, 8 tersebut mungkin terlibat dengan respon host
neurtrofil, dan eosinofil. Pematangan serviks uterus terhadap radang dan infeksi35. Bagaimanapun juga,
itu adalah hasil atau resultante antara melemahnya adanya peningkatan konsentrasi MMP-8 endoserviks
kekuatan serviks akibat degranulasi kolagen serviks (>90 percentile) pada trimester satu dan pertengahan
uterus oleh enzim matrix metloproteinase dan trimester kedua kehamilan, dikaitkan dengan proses
beban gravitasi (janin dan cairan amnion) yang terjadinya persalinan preterm spontan 33. Kadar
menekan serviks secara kontinyu33. Studi Radiolabel rata-rata MMP-8 cervical mucus plug (CMP) pada
menunjukkan bahwa degradasi kolagen terjadi oleh persalinan preterm, 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan
karena adanya migrasi neutrofil dari pembuluh dengan kadarnya pada persalinan aterm. Matrix
darah ke serviks uterus akibat adanya rangsangan metaloproteinase 8 ini terlibat dalam pertahanan
LPS bakteri, yang mana neutrofil adalah penghasil terhadap infeksi asending yang secara primer terletak
elastase dan collagenase (MMP-8)16. Matrix di bagian distal CMP. Keberadaan MMP-8 di semua
metaloproteinase-8 adalah sebuah kolagenase bagian CMP pada persalinan preterm, menunjukkan
neutrofil manusia, atau kolagenase tipe 2, yang bahwa sudah terjadi infeksi sampai ke dalam kavum
belakangan diketahui diekspresi oleh sel-sel epitel. uteri 36. Yoon pada penelitiannya mendapatkan
Matrix metaloproteinase 8 (MMP-8) ini dikeluarkan bahwa apabila kadar MMP-8 pada cairan amnion
dari sel pada stimulasi kemotaktik selama infeksi lebih besar dari pada 23 ng/mL, maka MMP-8 akan
dan keradangan. Matrix metaloproteinase 8 menjadi prediktor yang kuat terhadap terjadinya
diaktifkan oleh protease lainnya dan oksidan di persalinan preterm sebelum kehamilan 32 minggu 37.
lingkungan ekstraseluler atau di permukaan sel. Telah diketahui pula bahwa MMP-8 merupakan
Meningkatnya konsentrasi MMP-8 merupakan enzim proteinolitik yang mampu mendegradasi
cerminan bahwa terjadi peningkatan pembentukan kolagen di serviks dan menyebabkan serviks uterus
dan pengeluarannya33. Matrix metaloproteinase menjadi matang (lunak, tipis, dan dilatasi) serta
Buku Ilmiah Fetomaternal
128
Tanda-Tanda Biomolekular Peradangan Serviks Sebagai Prediksi Persalinan Preterm

persalinan berlangsung. Di samping itu, peran MMP- yang mempunyai risiko terjadinya persalinan
8 pada infeksi saluran genitalia adalah mencegah preterm, secara rutin dilakukan penapisan dan terapi
penjalaran infeksi/radang dari saluran genitalia terhadap vaginosis bakterial atau bacterial vaginosis
bawah ke saluran yang lebih proksimal. Oleh karena (BV)41. Bacterial vaginosis merupakan infeksi saluran
itu, MMP-8 berada di dalam cervical mucus plug genitalia bawah yang bersifat umum, yang sering
(CMP). Pada proses primer penjalaran infeksi/radang terjadi pada wanita usia reproduksi. Keadaan ini
(ascending infection), MMP-8 berada hanya pada dianggap sebagai sindroma klinis yang ditandai
bagian distal CMP, dan apabila MMP-8 sudah mengisi oleh perubahan flora normal, bukan infeksi yang
seluruh panjang CMP pada kanalis servikalis, berarti disebabkan oleh salah satu mikroorganisme tertentu,
keradangan sudah mencapai saluran genitalia yang dan ini dikaitkan dengan penurunan konsentrasi
lebih proksimal (seperti, amnio-chorio-desidua)36. kuman lactobasilus dan tingginya konsentrasi
Untuk memprediksi adanya radang di endoserviks bakteri gram negatif dan bakteri anaerob. Adanya
uterus dan proses penjalaran radang ke tempat yang keradangan di dalam kavum uterus yang disebabkan
lebih proksimal, pemeriksaan MMP-8 endoserviks terutama karena penjalaran keradangan dari saluran
sangat diperlukan. genitalia (bacterial vaginosis) akan merangsang
terjadinya kontraksi miometrium sebagai tanda awal
Interleukin 1β Endoservis persalinan42.
Kejadian infeksi saluran genitalia pada wanita
Peradangan/infeksi pada maternal-fetal interface, hamil di Indonesia secara nasional belum pernah
yang dimediasi oleh sitokin proinflamasi diperkirakan dilaporkan. Pada penelitian kasus-kontrol oleh
sebagai komponen utama pada persalinan preterm. Abdi di RSUP Sanglah Denpasar didapatkan bahwa
Pada dua dekade terakhir, studi tentang adanya kejadian infeksi multibakterial di vagina ibu hamil
hubungan antara infeksi/radang dengan persalinan dengan persalinan preterm, lebih tinggi secara
preterm menjadi fokus perhatian. Adanya infeksi/ bermakna dibandingkan pada ibu hamil dengan
radang di dalam kavum uterus merupakan tahap persalinan aterm11. Dilaporkan oleh Konsita pada
awal terjadinya proses persalinan preterm. Deteksi hasil penelitian kasus-kontrol di RSUP Sanglah
keradangan di dalam kavum uterus biasanya dengan Denpasar bahwa, neutrofil vagina pada persalinan
cara invasif berupa amniosentesis, yang mana preterm lebih tinggi secara bermakna dibandingkan
tindakan ini berisiko tinggi terjadinya kebocoran dengan neutrofil vagina pada persalinan aterm13.
selaput korioamnion, bahkan bisa menimbulkan Kejadian infeksi saluran genitalia wanita hamil masih
infeksi intrauterus. Peneliti lain mendeteksi infeksi sering terjadi, karena sistem perawatan anental di
intrauterus dengan memakai skor risiko berdasarkan Indonesia belum berjalan dengan optimal. Selama
umur ibu, panjang serviks uterus yang diukur dengan ini perawatan antenatal hanya berfokus pada
ultrasonografi, dan jumlah leukosit38. Sesuai dengan pemantauan pertumbuhan dan kesejahteraan janin,
literatur, kira-kira 50% persalinan preterm spontan dan belum mencakup kesehatan ibu hamil secara
dikaitkan dengan penjalaran infeksi dari genital holostik. Melakukan penapisan tanda infeksi pada
bawah39. Sebuah penelitian prospektif kasus-kontrol ibu hamil dan pemeriksaan swab vagina secara rutin
membuktikan bahwa infeksi urogenital berperan pada awal kunjungan amatlah penting dilakukan.
pada mekanisme persalinan preterm, baik dengan Hal ini terutama untuk mendeteksi adanya infeksi/
selaput ketuban masih utuh maupun sudah pecah. radang di saluran genitalia, yaitu serviko-vaginitis dan
Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa infeksi vaginosis bakteri (Bacterial vaginosis), karena infeksi/
urogenital pada persalinan preterm adalah 36,54% radang di saluran genitalia ini merupakan asal muasal
berbanding 17,3% pada kehamilan preterm tidak keradangan di korio-desidua, dan sebagai pemicu
inpartu (nilai p = 0,027)40. Persalinan preterm dimulai terjadinya persalinan preterm. Endoservik uterus
dari adanya infeksi/radang di endoserviks uterus, merupakan jalur utama penyebaran dan tempat
dan berkembang dari sana selanjutnya menyebar ke kolonisasi kuman yang menjalar secara asenden
lapisan korio-desidua. Di Negara berkembang, angka dari vagina ke kavum uterus. Goldenberg (2008)
kejadian infeksi terutama infeksi saluran genitalia menemukan bahwa risiko relatif (RR) terjadinya
pada ibu hamil masih tinggi, dan ini dikaitkan dengan persalinan preterm pada infeksi Trichomonas di
sistem perawatan antenatal yang belum optimal, vagina adalah 1,3; dan risiko relatif pada Syphilis serta
karena penapisan dan terapi terhadap infeksi tidak Gonorrhoea adalah 2,0 43. Infeksi virus juga berakibat
secara rutin dilakukan. Seyogyanya, setiap wanita menurunnya kemampuan saluran reproduksi
Buku Ilmiah Fetomaternal
129
Tjokorda Gde Agung Suwardewa

wanita untuk mencegah infeksi bakteri di uterus44. akan menurunkan kejadian persalinan preterm
Mikroorganisme yang ada di vagina ini menjalar dan kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari
ke atas melalui kanalis servikalis dan mengadakan 2500 gram52. Pemberian betamethason 12 mg/
kolonisasi di sana. Dari endoserviks uterus, kuman kg intramuskular (sebagai anti inflamasi) pada
atau produk kuman berupa lipopolisakarida (LPS) persalinan preterm, kadar interleukin 1β menurun
menyebar menuju lapisan korio-desidua dan lebih dalam 48 jam (nilai p < 0,005) dan kelahiran dalam
lanjut menyebar ke dalam lapisan korio-amnion, tali tujuh hari bisa dihindari53. Kazardoust (2012) pada
pusar, bahkan sampai ke janin. Tubuh ibu maupun penelitiannya mendapatkan bahwa kadar Interleukin
janin merespon dengan mengeluarkan produk sistem proinflamasi di endoserviks menurun setelah
kekebalan alami (tidak spesifik) seperti Natural Killer diberikan betametason54. Pada penderita vaginosis
Cell (sel NK), monosit/makrofag, sel dendrit dan bakterial (BV), kadar IL-1β cairan vagina lebih tinggi
sel-sel granulosit 45, 46, 47. Aktivasi sistem kekebalan secara bermakna dibandingkan pada wanita normal55.
alami ini, akan membentuk sitokine dan kemokine21, Pengobatan vaginosis bakteri (BV) dengan pencucian
yang pada gilirannya akan mengeluarkan TNFα dan vagina sebelum hamil sebaliknya menjadi faktor risiko
Interleukin 1β43. Interleukin 1β (IL-1 β) pertama terjadinya persalinan, baik persalinan preterm dini (<
kali ditemukan oleh Igal Gery pada tahun 1972, 34 minggu) maupun persalinan preterm sangat dini
dan diberi nama Lymphosit Activating Factor (LAF) dengan nilai (p < 0,001)56. Terapi vaginosis bakterial
karena merupakan mitogen limfosit. Interleukin Iβ dengan antibiotika, tampaknya juga tidak efektif bisa
ini adalah anggota dari keluarga IL-1 dari sitokin, mencegah persalinan preterm. Perlu diingat bahwa
yang diproduksi oleh makrofag sebagai proprotein. antibiotika yang dipakai untuk terapi vaginosis
Sitokin ini merupakan mediator yang penting pada bakterial, tidak efektif untuk Ureoplasma dan
respon keradangan akut, dan meliputi bermacam Mycoplasma spp, yang mana kedua jenis organisme
aktivitas seluler seperti proliferasi, deferensiasi dan ini sering dikaitkan dengan persalinan preterm57. Hal
apoptosis dari sel 48. Sumber terbesar IL-1β adalah ini bisa menjelaskan mengapa pengobatan BV untuk
sel fagosit. Seperti disebutkan di atas, produksi IL- mengurangi persalinan preterm pada percobaan
1β oleh fagosit mononuklear ini dirangsang oleh klinik hampir selalu gagal 56.
produk bakteri seperti Lipopolisakarida (LPS). Efek Dari uraian di atas diterangkan bahwa radang
biologi IL-1β tergantung dari jumlah produksi sitokin. pada saluran genitalia mulai dari vagina sampai
Apabila disekresikan dengan jumlah sedikit, IL- ke kavum uterus dapat merangsang terjadinya
1β akan berfungsi sebagai mediator keradangan persalinan preterm. Keradangan tersebut melalui
lokal, sedangkan apabila diproduksi dalam jumlah serangkaian proses yang melibatkan sistem imunitas
banyak, IL-1β masuk ke dalam pembuluh darah dan alami (non spesifik) dan didapat (spesifik), yang pada
berperan sebagai efek endokrin49. Vogel (2007) pada akhirnya membentuk sitokin atau kemokin, yang
penelitian kohort menemukan bahwa konsentrasi mana salah satunya adalah interleukin 1β (IL-1β).
interleukin 1β cairan serviko-vaginal lebih tinggi Tingginya kadar IL-1β di endoserviks uterus memberi
secara bermakna dibandingkan konsentrasinya arti bahwa telah terjadi radang, baik di endoserviks
pada serum ibu hamil dengan persalinan preterm uterus maupun di lapisan korio-desidua, dan hal
berulang28. Peran IL-1β pada sel endotel adalah ini bisa dipakai sebagai upaya untuk deteksi akan
untuk meningkatkan ekspresi molekul permukaan terjadinya persalinan preterm. Melakukan deteksi
yang memediasi perlekatan leukosit, seperti ligans terjadinya persalinan pada kehamilan antara 24-34
untuk integrins 49. minggu dengan memeriksa kadar IL-1β akan sangat
Sadowsky (2006) melakukan penelitian membantu mencegah terjadinya kelahiran preterm.
dengan memasukkan 10 microgram Interleukin 1β Efek buruk jangka panjang pada bayi bisa dikurangi,
ke dalam cairan amnion kera Rhesus yang sedang dan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan bayi
hamil, dan hasilnya semua kera yang mendapat prematur bisa dihemat.
infus interleukin 1β mengalami kontraksi uterus Pemeriksaan interleukin 8, matrix
dan terjadi persalinan50. Peneliti lain melaporkan metalloproteinase 8 dan interleukin 1β di
bahwa Interleukin 1β cairan serviks dan vagina endoserviks uterus memerlukan biaya yang tidak
pada wanita hamil dengan infeksi patogen, lebih murah, karena reagen yang ada sampai saat ini
tinggi secara bermakna dibandingkan dengan yang hanya untuk keperluan penelitian saja, namun usaha
non pathogen51. Mencegah infeksi pada saluran ke arah itu masih diperlukan.
genitalia bawah dengan pemberian antibiotika Disarankan agar dibuat suatu penelitian
Buku Ilmiah Fetomaternal
130
Tanda-Tanda Biomolekular Peradangan Serviks Sebagai Prediksi Persalinan Preterm

laboratorium tentang pemeriksaan IL-8, MMP-8, 11. Abdi, I.P.W., Suwardewa, T.G.A. 2011. “Vaginitis
dan IL-1β endoserviks uterus secara semikuantitatif Multibakterial pada Ibu Hamil, meningkatkan
berupa “carik celup” atau dipstick. Perlu dilakukan risiko terjadinya persalinan preterm spontan”.
penelitian tentang pola mikroorganisme di vagina (tesis). Denpasar. Program Pendidikan Dokter
dan endoserviks uterus serta kaitannya dengan Spesialis I Obstetrik dan Ginekologi Fakultas
peradangan endoserviks dan persalinan preterm. Kedokteran Universitas Udayana.
12. Konsita-Wardani, A.A.A., Suwardewa, T.G.A.
References 2013. Peningkatan Jumlah Neutrofil pada
Sekret Vagina berhubungan dengan Tingginya
1. World Health Organization (WHO). 1977. Persalinan Preterm (tesis). Bagian Obstetrik
Recommended definitions, terminology and dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
formate for statistical tables related to the Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar.
perinatal period and use of certificate for 13. House, M., Kaplan, D.L., Socrate, S. 2009.
cause of perinagtal deaths. Modification Relationships Between Mechanical Properties
recommended by FIGO October 14, 1976. Acta. and Extracellular Matrix Constituents of the
Obstet. Gynecol. Scand, 56: 247-253. Cervical Stroma During Pregnancy. Elsevier Inc.
2. Beck, S., Wojdyla, D., Say, L., Betran A.L., All right reservd. Semin Perinatol. 33: 300-307.
Merialdi, M., Requejo, J.H., Rubens, C., Menon, 14. Myers, K.M., Feltovich, H., Mazza, E., Vink,
R., and Van Look, P.F. 2010. The worldwide J., Bajka, M., Wapner, R.J., Hall, T.J., House,
incidence of preterm birth: a systematic M. 2015. The mechanical role of the cervix in
review of maternal mortality and morbidity. pregnancy. Journal of Biomechanics (2015).
Bull World Health Organ. 88: p.31–38 15. Joseph A.J., Singer, A. 2006. The Functional
3. Centers for Disease Control and Prevention Anatomy of The Cervical Epithelium and
(CDC). 2007. “Birth: Final data for 2005”. (cited The Stroma. In The Cervix. 2nd ed. Blackwell
March, 13 2008). Available at http://www.cdc. Publishing Ltd. ISBN: 978-1-405-13137-7; 13-15.
gov/nchs/data/nvsr/ nvsr56/nvsr56-06.pdf. 16. Norman, J. and Geer, I. 2005. Cervical Ripening.
4. Anonim. 2008. Badan Penelitian dan In Preterm Labour Managing Risk in Clinical
Pengembangan Kesehatan Departemen Practice. Cambridge University Press: 37-43.
Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2007. 17. Kelly, R.W. 2002. Inflammatory mediators and
Jakarta. cervical ripening. Journal of Reproductive
5. Bagian/SMF Obstetrik dan Ginekologi Fakultas Immunology. 57: 217-224
Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah 18. Minamato, M.S., Arai, K., Hirakawa, S., Nagai, Y.,
Denpasar. 2011. 1987. Immunohistochemical studies on
6. Iam, J.D. 2002. Preterm Birth. In Gabbe, S.G., collagen types in the uterine cerviks in pregnant
Nieby, J.R., Simson, J.L. Ed. Obstetrics, Normal and non pregnant states. Am J. Obstet.
and Problem Pregnancies. 4sted. Churchill Gynecol 156, 138-144
Livingstone. 755-774. 19. Lindley, I., Westwick, J., and Kunkel, S.L.1993.
7. Word Health Organization (WHO). 2012. Born Nomenclature announcement the chemokines.
To Soon. The Global Action Report on Preterm Immunol. Today. 14-24.
Birth 2012. 20. Nenadic, D.B., Pavlovic, M.D. 2008. Cervical
8. World Health Organization (WHO). 2015. WHO fluid cytokines in pregnant w o m e n :
Recommendations on Intervention to Inprove Relation to vaginal wet mount findings
Preterm Birth Outcomes; Evidence Base. p. 28- and polymorphonuclear leukocyte counts.
39. European Journal of Obstetrics & Gynecology
9. Royal College of Obstetricians and Gynecologist and Reproductive Biology. 140: 165–170.
(RCOG). 2011. Tocolysis for Women in Pteterm 21. Holst, R.M. 2009. Cervical and Intraamniotic
Labour. Green Top Guidline no. 1b. February marker of Preterm birth and Infection.
2011. Perinatal center Department of Obstetrics and
10. Romero, R., Lockwood, C.J. 2009. Pathogenesis Gynecology, Institute for Clinical Sciences. 13-
of Spontaneous Preterm Labor. In Creasy & 55.
Resnik’s. editors. Maternal-Fetal Medicine, 6 22. Kacerovsky, M., Musilova, I., Bo-Jacobsson.,
ed; 521-532 Drahosova, M., Hornychova, H., Janku, P.,
Buku Ilmiah Fetomaternal
131
Tjokorda Gde Agung Suwardewa

Prochazka, M., Simetka, O., Andrys, C. 2014. the Fetal Membranes. A Review. Biol
Cervical fluid IL-6 and IL-8 levels in pregnancies Reprod.
complicated by preterm prelabor rupture of 32. Olgun, N.S., and Reznik, S.E. 2010. The Matrix
membranes. J Matern Fetal Neonatal Med. Metalloproteases and Endothelin-1 in
Early Online: 1–7. Infection-Associated Preterm Birth. Obstetrics
23. Shahgheibi, S., Afkhamzadeh, A., Noori, N. and Gynecology International. Hindawi
2013. Role of Cervical IL-6 and IL-8 Levels in Publishing Corporation. Article ID 657039, 8
Preterm Labor in Nulliparous Pregnant Women. pages doi:10.1155/2010/657039.
Zahedan J Res Med Sci. 15(2): 11-13 33. Rahkonen, L. 2010. Preterm Delivery and
24. Gandevani, SB., Garshasbi, A., Zadeh, SF., Selected Biomarker Phosphorylated Insulin-
Ghazanfari, T. 2011.The Value of Interleukin-8 like growth factor-binding protein-1 and Matrix
and Interleukin-6 in Cervical Secretions as metalloprotein-8 in Cervical Fluid. (Academic
Predictors of Preterm Delivery. Iranian Journal dissertation).
of Pathology. Vol; 6 no.1: 20 – 26. 34. Joseph A.J., Singer, A. 2006. The Functional
25. Down, J., Laham, N., Rice, G., Brennecke, Anatomy of The Cervical Epithelium and
S., Permezel, M. 2001. Elevated Interleukin The Stroma. In The Cervix. 2nd ed. Blackwell
8 Concentrations in Cervical Secretions Are Publishing Ltd. ISBN: 978-1-405-13137-7; 13-15.
Associated with Preterm Labor. Gynecol Obstet 35. Rahkonen, L., Rutanen, E.M., Leila, U.K.,
Invest. 51: 165-168. Nuutila, M., Nieminen, P., Sorsa, T.,
26. Peltier, M.R., Berlin, Y., Tee, Y.S., Smulian, J.C. and Paavonen, J. 2009. Factors affecting matrix
2009. Does progesterone inhibit b a c t e r i a - metalloproteinase-8 levels in the vaginal and
stimulated interleukin-8 production by lower cervical fluids in the first and second trimester
genital tract epithelial cells? J.Perinat.Med. New of pregnancy. Human Reproduction. Vol.00,
York. 37: 328–333. No.0: pp. 1–10.
27. Holst, R.M., Mattsby-Baltzer, I., Wennerholm, 36. Becher, N., Hein, M., Danielsen, C.C., Uldbjeerg,
U.B., Hagberg, H., Jacobsson, B. 2 0 0 5 . N. 2010. Matrix metalloproteinases in the
Interleukin-6 and interleukin-8 in cervical fluid cervical mucus plug in relation to gestational
in a population of Swedish women age, plug compartment, and preterm labor.
in preterm labor: relationship to microbial Reproductive Biology and Endocrinology.8:113.
invasion of the amniotic fluid, intra-amniotic 37. Yoon, B.H., Oh, S.Y., Romero, R. et al.,
inflammation, and preterm delivery. Acta 2001. An elevated amniotic fluid matrix
Obstet Gynecol Scand. 84(6): 551-557. metalloproteinase-8 level at the time of mid-
28. Vogel, I., Goepfert, A.R., Thorsen, P., Skogstrand, trimester genetic amniocentesis is a risk factor
K., Hougaard, D.M., Curry, A.H., Cliver, S., for spontaneous preterm delivery. American
Andrewsc, W.W. 2007. Early second-trimester Journal of Obstetrics and Gynecology. vol. 185,
inflammatory markers and short cervical length no. 5: p. 1162– 1167.
and the risk of recurrent preterm birth. Journal 38. Jung, H.J., Park, K.H., Kim, S.N., Hong, J.S., Oh,
of Reproductive Immunology 75 (2007) 133–140 K.J., Kim, K.J., Kwon, J.Y. 2011. Non invasive
29. Bogavac, M., Brkici, S., Celici, D., Simin, N., prediction of intra-amniotic inflammation in
Matijasevic, J., Ilici, T. 2013. Interferon Gamma, women with preterm labor. Ultrasound Obstet
Interleukin 8 and Interleukin 10 in Serum Gynecol. 37: 82-87.
of Patients with the Cervical Infection and 39. Lockwood CJ. 2002. Predicting premature
Symptoms of the Imminent Preterm. Srp Arh delivery-no easy task. N Engl J Med 2002;
Celok Lek. 2013 Sep-Oct; 141(9-10):623-628. 346:282-284
30. Hattori, Y., Nakanishi, T., Ozaki, Y., Nozawa, K., 40. Verma, I., Avasthi, K., Berry, V. 2013. Urogenital
Sato, T., Sugiura-Ogusawara, M. 2007. Uterine Infections as a Risk Faktors for Preterm Labor: A
cervical inflammatory cytokines, interleukin-6 Hospital-Based Case-Control Study. The Journal
and -8 as predictors of miscarriage in recurrent of Obstetrics and Gynecology of India (July–
cases. Am J Reprod Immunol. 2007; 58:350-7. August 2014) 64(4):274–278
31. Gomez, L.N., Laresgoiti, S.E., Olson, D.M., 41. Yudin, M.H., Money, D.M. 2008. Screening
Estrada, G.G., Vadillo, O. F. 2010. The Role of and Management of Bacterial Vaginosis in
Chemokines in Term and Premature Rupture of Pregnancy. JOGC AOUT NO. 211: 706
Buku Ilmiah Fetomaternal
132
Tanda-Tanda Biomolekular Peradangan Serviks Sebagai Prediksi Persalinan Preterm

42. Romero, R. 2002. Preterm Labor, Intrauterine inflammatory cytokines in preterm labor.
Infection and the Fetal Inflamatory Response A randomized clinical trial. International
Syndrome. NeoReview. 3: 73-85. Immunopharmacology. 11: 1116–1119.
43. Goldenberg, RL. Culhan, JF., Iam, JD., Romero 54. Khazardoust, S., Javadian, P., Salmanian,
R. 2008. Epidemiology and causes of preterm B., Zandevakil, F., Abbasalizadeh,
birth. Lancet; 371: 75-84. F., Alimohamadi, S., Borna, S., Ghazanfari, T.,
44. Racicot, K., Cardenas, I., Wunsche, V., Aldo, P., Sedigheh Hantoushzadeh, S., 2012. A
Guller, S., Means, RE., Romero, R.,and Gil Mor. Clinical Randomized Trial on Endocervical
2013. Viral Infection of the Pregnant Cervix Inflammatory Cytokines and Betamethasone in
Predisposes to Ascending Bacterial Infection. Prime-Gravid Pregnant Women at Risk o f
The Journal of Immunology. 191: 934–941. Preterm Labor. Iran J Immunol 9:199-207.
45. Baratawidjaja, K.G., Rengganis, I. 2009b. 55. Cauci, S., Guaschino, S., Aloysio, D., Driussi, S.,
Imunologi Dasar, edisi 8. Fakultas Kedokteran Santo, D.D., Penacchioni, P., Quadrifoglio, F.
Universitas Indonesia, Jakarta: p.217 - 55. 2003. Interrelationships of interleukin-8 with
46. Dubicke, A., Fransson, E., Centini, G. 2010. interleukin- 1b and neutrophils in
Proinflammatory and Anti-inflammatory vaginal fluid of healthy and bacterial vaginosis
Cytokines in Human Preterm and Term Cervical positive women. Molecular H u m a n
Ripening. Journal of Reproductive Immunology. Reproduction. 9, No.1: 53-58.
84:176-185. 56. Luong, M.L., Libman, M., Dahhou, M., Chen,
47. Nold, C., Anton, L., Brown, A. 2012. Inflammation M.F., Kahn, S.R., Goulet, L., Séguin,L., Lydon,
Promotes a Cytocine Respone and Disrups the J., McNamara, H., Platt, R.W., Michael, S.,
Cervical Epithelial Barrier: a Possible Mechanism Kramer, M.S. 2010. Vaginal Douching, Bacterial
of Premature Cervical Remodeling and Preterm Vaginosis, and Spontaneous Preterm Birth for
Birth. Am J Obstet Gynecol. 206: 08.e1-7. the Montreal Prematurity Study Group. APRIL
48. Wikipedia. 2015b. The Free Enciklopedia. JOGC AVRI. 313-319.
Interleukine 1β. (cited 2015, March. 13) 57. Newnham, J.P., Dickinson, J.E., Hart, R.J.,
Available from: wikipedia.org/wiki/IL1β. Pennell, C.E., Arrese, C.A., and Keelan, JA. 2014.
49. Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, Shiv. 2010. Strategies to prevent preterm birth. Frontier
Cellular and Molecullar Immunology, 6st ed. Immunology. Review Article-November. volume
Saunder: p.19-47. 5: article 584.
50. Sadowsky, D.W., Adams, K.M., Gravett, M.G.,
Witkin, S.S., Novy, M.J. 2006. Preterm
labor is induced by intraamniotic infusions of
interleukin-1beta and tumor necrosis
factor-alpha but not by interleukin-6 or
interleukin-8 in a nonhuman primate model.
Am J Obstet Gynecol. 195(6): 1578-1589.
51. Heng, Y. J., Liong, S., Permezel, M., Rice, G.E.,
Quinzio, M.K.W.D., Georgiou, H.M. 2014.
The Interplay of the Interleukin 1 System in
Pregnancy and Labor. Reproductive Sciences.
Vol 21(1): 122-130
52. Swadpanich, U., Lumbiganon, P.,
Prasertcharoensook, W.,Laopaiboon, M. 2008.
Antenatal lower genital tract infection screening
and treatment programs for preventing preterm
delivery (Review). The Cochrane Collaboration.
Published by John Wiley & Sons, Ltd
53. Hantoushzadeh, S., Javadian, P., Salmanian,
B., Ghazanfari, T., Kermani, A., Abbasalizadeh,
F., Zandevakil, F., Khazardoost, S. 2011.
Betamethasone effects on the endocervical
Buku Ilmiah Fetomaternal
133
Prognosis pada Penyakit Jantung Kongenital

Adhi pribadi
Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

Meskipun ada upaya untuk mendeteksi Penyakit parah atau bahkan kematian pascasalin. Lesi jantung
Jantung Kongenital (PJK) pada janin intrauterin kongenital yang tergantung Duktus arterisosus
atau segera setelah lahir, akan tetapi sebagian dapat dibagi menjadi tergantung sirkulasi tubuh
besar neonatus dengan cacat jantung tetap tidak sistemik atau tergantung arteri pulmonalis. Secara
terdiagnosis hingga setelah mengalami manifestasi fisiologis sangat berbeda satu sama lain, dan strategi
serius. Kelainan jantung yang mengancam jiwa perawatan harus disesuaikan dengan status klinis
mungkin awalnya tidak memiliki gejala atau tanda dan malformasi jantung.
klinis. Kelahiran adalah peristiwa luar biasa pada Presentasi awal dengan keadaan darurat medis,
janin hingga sirkulasi pascanatal harus berlangsung mempunyai diagnosis banding dengan kelainan
karena terjadi perubahan penting yaitu beralihnya metabolisme bawaan lahir, seperti: sepsis neonatal,
dari lingkungan cairan amnion sehingga janin hipertensi paru persisten pada bayi baru lahir dan
tidak bernafas seperti ekstrauterin (pertukaran kondisi paru lainnya diperlukan. Identifikasi bayi
gas plasenta) ke pernapasan dan ventilasi paru. baru lahir yang berisiko tinggi memerlukan rujukan
Pernapasan udara berarti penurunan resistensi tepat waktu pada ahli jantung anak, dan intervensi
vaskuler paru secara tiba-tiba dan peningkatan tepat waktu adalah kunci dalam mengurangi angka
aliran darah paru yang nyata. Struktur janin kematian dan morbiditas.
seperti foramen ovale, duktus venosus dan duktus PJK dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori
arteriosus, yang penting sebagai aliran pintas untuk utama dalam sudut pandang klinis, sebagai berikut:
sirkulasi janin tidak dibutuhkan lagi untuk bertahan
hidup dan mulai menutup. Neonatus dengan PJK 1. PJK yang mengancam jiwa
terkait dengan aliran darah pulmonal atau aliran
sistemik yang bergantung pada duktus atau dengan Malformasi struktural kardiovaskular: kemungkinan
pencampuran fisiologi seperti TGA, berisiko besar terjadi gagal fungsi kardiovaskular dan kondisi
untuk terjadi perburukan karena gagal melalui tahap hipoksia berat atau kolaps bahkan kematian jika
transisi yang adekuat. tidak diobati atau diintervensi pada awal kehidupan,
Meskipun teknik diagnostik antenatal telah seperti: TGA, koarktasio aorta, jantung hipoplastik,
jauh meningkat, deteksi yang tepat dan tatalaksana atresia mitral, TAPVR, dan atresia pulmonal.
neonatal dengan penyakit jantung bawaan (PJK)
yang baik selalu menjadi perhatian besar bagi 2. PJK yang signifikan secara klinis
dokter terutama di Indonesia. Malformasi jantung
kongenital bervariasi dari kondisi ringan hingga Malformasi struktural jantung yang memiliki
serius seperti Transposision Great Arteries (TGA), efek pada fungsi jantung tetapi tidak segera
pulmonal stenosis / atresia (PS/PA), atresia katup menyebabkan perburukan, masih dapat membaik
aorta, sindrom hipoplastik jantung kiri (HLHS), bila dilakukan intervensi dini. Cacat paling umum
total anomaly pulmonary venous return (TAPVR), pada kelompok ini adalah defek septum ventrikel
membutuhkan diagnosis dan tatalaksana segera (VSD), defek septum atrioventrikular lengkap (AVSD),
untuk bertahan hidup. Sayangnya, penyakit cacat septum atrium (ASD) dan tetralogy of Fallot
jantung yang mengancam kehidupan ini mungkin (TOF).
tidak memiliki gejala yang jelas pada awal setelah
kelahiran. Sebagian besar temuan klinis dan fisik 3. PJK yang secara klinis tidak signifikan
tidak spesifik dan kabur,serta sebagian besar tidak
terdeteksi sejak intrauterin. Malformasi jantung yang didefinisikan secara
Banyak malformasi serius mungkin tidak anatomis tetapi tidak bermakna secara fungsional
terlihat dengan mudah di masa intrauterine bila dan klinis. Mereka termasuk VSD kecil, defek septum
tidak dilakukan USG penapisan kecacatan, dan akan atrium (ASD), stenosis paru ringan, hanya terdeteksi
berkembang menjadi asidosis / syok / sianosis yang dengan ekokardiografi dan tidak memerlukan
Buku Ilmiah Fetomaternal
134
Prognosis pada Penyakit Jantung Kongenital

pengobatan. wajah, polisitemia neonatal, kong kongesti vena


Terdapat dua jenis lesi jantung yang tergantung oral, atau hanya bibir gelap. Namun, karena
duktus (ductal dependent). neonatus dengan sianosis patologis biasanya
1. Sirkulasi sistemik (juga disebut, lesi obstruksi sakit kritis dan sebagian besar PJK sianotik
sisi kiri) termasuk HLHS dan variannya, Aorta berpotensi mengancam jiwa, penilaian awal
stenosis berat, koarktasio aorta bentuk dan pengambilan keputusan, dan intervensi
berat, Interupsi aorta asenden dan variannya. tepat waktu sangat penting untuk meningkatkan
Ini membutuhkan patensi duktus pascasalin prognosis.
untuk mempertahankan perfusi ke seluruh Terdapat dua mekanisme (atau jenis) sianosis
atau hanya sisi bawah tubuh, atau anak patologis. Satu mekanisme melibatkan
mengalami asidosis progresif. Akibatnya, pengambilan oksigen yang berlebihan (atau
perfusi turun dan nadi pada bagian inferior konsumsi) oleh jaringan (sianosis perifer). Pada
menjadi tidak adekuat. pasien dengan sianosis perifer, ekstremitas
adalah sianosis, pucat dan dingin, tetapi lidah dan
2. Sirkulasi paru (juga disebut, lesi obstruksi
konjungtiva berwarna merah muda, yaitu saturasi
sisi kanan) yang mencakup TOF kritis, atresia
oksigen arteri sistemik biasanya normal. Sepsis,
pulmoner (PA) dan variannya, stenosis
paparan dingin, syok atau keadaan curah jantung
pulmoner (PS) berat, jantung univentrikular
rendah, hipoplikemia, atau gangguan metabolik
dengan PS / PA , dan bentuk parah anomali
adalah diagnosis banding sianosis perifer.
Ebsteins, serta TGA.
Mekanisme lain sianosis melibatkan penurunan
Sebagian besar PJK ini menunjukkan sianosis
saturasi oksigen (peningkatan hemoglobin
progresif tanpa respons dalam pasokan oksigen yang
yang berkurang) dalam darah arteri sistemik
tepat. Karena fisiologi janin secara kronis disesuaikan
(sianosis sentral); bentuk sianosis ini biasanya
dengan hipoksia dalam kehidupan rahim, bayi yang
ditemukan pada kardiovaskular, paru, sistem
baru lahir dapat mentoleransi beberapa tingkat
saraf pusat atau kelainan neuromuskular, atau
sianosis dibanding bayi yang lebih tua atau anak-
methemoglobinemia. Pasien dengan sianosis
anak. Variasi PJK sangat besar, karena banyak
sentral menunjukkan sianosis pada ekstremitas
kombinasi defek, yang dapat memengaruhi berbagai
serta pada bibir, lidah, dan konjungtiva. Karena
tingkat jantung, atrium, ventrikel, septum, vena,
sirkulasi perifer biasanya normal, ekstremitas
atau arteri utama.
pasien akan terasa hangat dan pengisian kapiler
Beberapa PJK berevolusi selama kehidupan
berlangsung cepat. Analisis gas darah arteri akan
janin karena pertumbuhan struktur jantung
menunjukkan penurunan tekanan oksigen dan
bergantung pada aliran. Dengan demikian,
saturasi pada pasien dengan sianosis sentral.
janin dengan lesi obstruktif sisi kiri ringan dapat
berkembang menjadi koarktasio /HLHS seiring
2. Distres pernapasan dan / atau edema paru
waktu, sama halnya seperti atresia paru dengan
Distres pernapasan berat atau edema paru
septum ventrikel utuh, mungkin dapat berlanjut
berkembang pada kasus PJK dengan aliran darah
perlahan menjadi stenosis paru yang berat
pulmonal yang berlebihan dan nonrestrictive
atau lesi yang berhubungan dengan obstruksi
Konsekwensi yang dapat terjadi pada neonatus
vena pulmonal, yang mengakibatkan takhipnea,
retraksi dinding dada dan peningkatan kerja
1. Sianosis
pernapasan. Lesi umum yang bertanggung
Sianosis adalah tanda fisik yang ditandai dengan
jawab untuk gejala ini termasuk lesi obstruktif
perubahan warna kebiruan pada kulit atau
sisi kiri (hadir dengan hipotensi sistemik atau
selaput lendir karena adanya jumlah berlebihan
kolaps), TGA dengan komunikasi interatrial
(bukan rasio) dari penurunan hemoglobin di
terbatas (hadir dengan sianosis berat), tipe
tempat tidur kapiler. Secara klinis, sianosis
obstruktif TAPVR (hadir dengan sianosis berat)
dapat diketahui ketika konsentrasi penurunan
dan trunkus arteriosus ( hadir dengan sianosis
hemoglobin lebih dari 3-5 g / dL. Berbagai
ringan). Lesi shunt kiri-ke-kanan yang sederhana
kondisi klinis neonatal dapat hadir dengan
termasuk VSD, ASD, AVSD, dan PDA jarang hadir
sianosis. Beberapa neonatus yang sehat tampak
dengan edema paru berat atau tertekan selama
biru (sianosis nonpathologic) karena kebanyakan
periode neonatal karena resistensi pembuluh
Buku Ilmiah Fetomaternal
135
Adhi pribadi

darah pulmonal yang relatif tinggi, yang dapat Daftar Pustaka:


membatasi aliran darah pulmonal. PDA preterm
dapat hadir dengan edema paru dan gangguan 1. Drose JA. Fetal Echocardiography (2nd). Saunders
pernapasan. Elsevier.Philadelphia.2010.
3. Hipotensi sistemik, syok, atau kolaps 2. Bader R, Hornberger LK, Huhta JC. The
Pada bayi baru lahir, berbagai kondisi klinis dapat perinatal cardiology Handbook. Mosby Elsevier.
muncul dengan hipotensi sistemik, syok, atau Philadelphia.2008.
kolaps. Penyebab jantung yang paling umum 3. Woodward PJ, Kennedy A, Sohaey R, Byrne
dari gejala-gejala ini adalah lesi obstruktif sisi JLB, Oh KY, Puchalski MD. Diagnostic imaging
kiri, seperti HLHS, AS kritis, koarkasi berat, dan ObstetricsAmirsys.Salt Lake city. 2005.
gangguan pada lengkungan aorta. Contoh tipikal 4. DeVore GR, McGahan JP. Cardiac anatomy and
adalah HLHS, di mana ventrikel kiri tidak dapat sonographic approach.In: Nyberg DA, McGahan
mendukung sirkulasi sistemik. RV mendukung JP, Pretorius DH, Pilu G. Diagnostic imaging of
sirkulasi pulmonal dan sistemik yang dipelihara fetal anomalies.Lippincott Williams Wilkins.
oleh aliran dari MPA ke aorta melalui PDA. Philadelphia.2003.421-50.
Bagian atas tubuh dan arteri koroner dipasok 5. Pilu G, Jeanty P, Perolo A, PrandstrallerD.
oleh aliran retrograde ke lengkungan aorta dan Prenatal diagnosis of congenital heart disease.
aorta menaik dalam situasi ini. Penyempitan dan In: Fleischer AC, Manning FA, Jeanty P, Romero
penutupan PDA menghasilkan hipotensi sistemik R. Sonography in Obstetrics & Gynecology
yang mendadak dan syok. Dalam situasi seperti principles and practice 6th. McGraw-Hill.New
itu, satu-satunya cara untuk menyelamatkan York.2001.p.157-76.
pasien adalah segera membuka PDA dan 6. Bianchi DW, Crombleholme TM, D’Altom ME.
melakukan penatalaksanaan suportif lainnya Fetology diagnosis & management of fetal
termasuk terapi cairan, perawatan pernapasan patient.McGraw Hill. New York.2000.
(biasanya melibatkan ventilasi mekanis dengan 7. Rychik J, Ayres N, Cuneo B, Gotteiner N,
sedasi, kelumpuhan, dan ventilasi terkontrol), Hornberger L, Spevak PJ. American society of
dan dukungan inotropik. Penyebab lain syok echocardiography guidelines and standards
kardiogenik pada bayi baru lahir adalah for performance of the fetal echocardiogram
kardiomiopati dilatasi neonatal atau miokarditis (American society of echocardiography report).
dan disfungsi miokard karena takiaritmia seperti J Am Soc Echocardiogr 2004;17:803-10.
atrial flutter atau paroxysmal supraventricular 8. Lee JY. Clinical presentations of critical cardiac
tachycardia. defects in the newborn: Decision making and
Pada obstruksi kanan pasca salin terdapat initial management.Korean J Pediatr. 2010 Jun;
hambatan aliran dari jantung kanan ke paru-paru 53(6): 669–679.
sehingga ambilan oleh darah di paru-paru menjadi 9. Sin Weon Yun. Congenital heart disease in the
terhambat dan distribusi oksigen ke seleruh tubuh newborn requiring early intervention. Korean J
akan terganggu. Pediatr 2011;54(5):183-191. DOI: 10.3345/
kjp.2011.54.5.183

Buku Ilmiah Fetomaternal


136
Teknik USG untuk Mendeteksi Edema Paru pada Preeklamsia

M. Alamsyah Aziz
Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

PENDAHULUAN Rumah Sakt Hasan Sadikin Bandung melaporkan


sebagian besar kasus edema paru terjadi pasca-
Edema paru didefinisikan sebagai akumulasi cairan persalinan (82%) dan 18% kasus lainnya yang terjadi
yang abnormal pada ruang intertisial dan alveolar antepartum pada usia kehamilan lanjut.3
pada paru-paru. Akumulasi ini pada akhirnya dapat
mengganggu pertukaran gas yang menyebabkan PATOFISIOLOGI
penurunan difusi karbon dioksida dan oksigen
di dalam alvelioli. Dampak yang dihasilkan pada Penyebab edema paru seringkali multifaktorial.
oksigenasi dan ventilasi membawa mordibitas Menurut persamaan Starling, faktor apa pun yang
yang signifikan.1 Edema paru pada wanita hamil menghasilkan pengurangan tekanan osmotic
merupakan peristiwa yang mengancam jiwa.1-3 Hal koloid (atau dalam tekanan osmotik koloid atau
ini disebabkan oleh masalah perubahan fisiologis gradien tekanan baji kapiler paru), peningkatan
kehamilan dan keberadaan janin, serta efek permeabilitas kapiler, atau peningkatan tekanan
kontribusi dari patofisiologi penyakit kehamilan yang hidrostatik intravascular akan menyebabkan
kurang dipahami, contohnya seperti preeklampsia ekstravasasi dari cairan dari pembuluh darah dan
yang dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas cenderung berkembang menjadi edema paru.
yang signifikan bagi ibu dan bayi.4 Selain itu, Sekarang diketahui bahwa bukan hanya karena
wanita hamil mengalami peningkatan kebutuhan akumulasi dari retensi cairan, akan tetapi juga
metabolism dan janin yang sedang dikandung kurang redistribusi cairan dari sirkulasi sistemik ke sirkulasi
dapat mentoleransi adanya lingkungan maternal paru-paru karena venokonstriksi atau vasokonstriksi
yang mengalami hipoksia. Terlebih lagi, kondisi pada orang mengalami euvolaemik.5,7,8
dan komplikasi maternal yang berdampingan, Etiologi spesifik yang menyebabkan edema paru
seperti penyakit jantung bawaan, sepsis, kehamilan akut memiliki kemungkinan meningkat terjadi
multipel, serta perawatan rutin (misalkan tokolisis), tokolitik pada periode antenatal dan kelebihan
dapat memicu perkembangan edema paru atau cairan dalam kombinasi dengan preeklampsia pada
memperburuk kondisi yang lebih parah.1,5 periode postpartum. Penurunan tekanan osmotic
koloid setelahpersalinan dapat terjadi akibat
INSIDENSI kehilangan darah yang berlebihan, perubahan cairan
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
Tingkat edema paru yang dilaporkan dunia pada kapiler (terutama pada kehamilan preeklampsia),
wanita hamil adalah 0,5%. Wanita yang mengalami atau infus kristaloid yang berlebihan. Perubahan
preeklampsia atau eklampsia memiliki rasio yang tersebut membantu menjelaskan setidaknya
lebih tinggi. Edema paru mempengaruhi sekitar 3 – sebagian mengapa 70 – 80% kasus edema paru
15% wanita dengan preeklampsia dan 5 – 33% wanita dalam pengaturan preeklampsia berkembang
dengan eklampsia. 70% dari kasis edema paru terjadi setelah melahirkan. Hanya 30% kasus edema paru
setelah 70 jam proses persalinan sebagai komplikasi dalam pengaturan preeklampsia terjadi sebelum
dari preeklampsia. Kematian telah dilaporkan pada persalinan. Mayoritas (90%) dari pasien tersebut
sekitar 10 – 17% kasus.3 Sekitar 1 banding 1.000 memiliki hipertensi kronis bawaan, dan kebanyakan
kehamilan dipersulit dengan adanya edema paru, lebih cenderung multiparous dan usia ibu lanjut.
dengan presentase 47% pada periode antepartum, Faktor tambahan yang dapat mempengaruhi
14% pada periode intrapartum, dan 39% pada perkembangan edema paru pada pengaturan
periode postpartum.4 Di Indonesia, prevalensi preeklampsia adalah peningkatan kebocoran kapiler
edema paru pada wanita hamil masih tinggi. Tingkat dan ekstravasasi cairan kapiler sekunder akibat
kematian pada wanita hamil yang disebabkan oleh adanya kerusakan vascular endothelial.5,7,8
edema paru adalah 50%.3,5 Sebuah penelitian di

Buku Ilmiah Fetomaternal


137
M. Alamsyah Aziz

DIAGNOSIS garis artefak gema yang berbeda menjadi artefak


komet.15
Diagnosis edema paru ditandai dengan Garis pleural muncul sebagai garis horizontal
memperburuknya kondisi dyspnea dan orthopnea echogenik yang terang mendalam hingga ke tulang
bersamaan dengan tanda-tanda gangguan rusuk yang menyelusur bolak-balik bersama dengan
pernapasan (tachypnea, auditory crackles dan rales, respirasi. Artefak ultrasonografi ini disebut dengan
serta hipoksemia).5 Hal ini disebabkan oleh disfungsi A-lines dan B-lines. Dalam keadaan normal, paru
endotel yang ditandai dengan adanya peningkatan yang teraerasi ditandai dengan adanya A-lines:
kadar sVCAM-1, VWF, dan monomer fibrin sebagai echogenik, garis-garis horizontal sejajar dengan
marker aktivasi koagulasi, peningkatan permeabilitas dinding dada yang berasal dari artefak gema antara
kapiler akibat kemunculan mediator inflamasi sinar ultrasonografi dan garis pleural (Gambar 1).
(thromboxane dan endothelin).9 B-lines adalah echogenik garis vertikal “comet tail”
Gas darah arteri dan rontgen dada dapat yang dimulai dari garis pleural dan meluas hingga
membantu dalam diagnosis. Pada beberapa pasien kedalaman bidang ultrasonografi (Gambar 2). B-lines
elektrokardiorafi, ekokardiografi, spiral CT imaging, dihasilkan dari adanya penebalan septa interlobular
scan ventilasi/perfusi, atau arterografi paru dan sering menandakan cairan pada ruang interstitial
mungkin diperlukan untuk menyingkirkan penyebab dan alveoli ketika tiga atau lebih tervisualisasikan,15
komplikasi kardiopulmonari lainnya, seperti Pada saat kandungan air meningkat dan kadar udara
emboli paru, pneumonia, dan kardiomiopati. Fitur menurun karena penyakit, muncul multiple B-lines.14
rontgen dada yang khas meliputi redistribusi lobus,
garis Kerley-B, dan infiltrat paru. Gas darah arteri
(penurunan PaO2), EKG, dan ekokardigrafi dapat
membantu menentukan diagnosis.10
Ekokardiografi transthoracic adalah alat
diagnostik dan manajemen lainnya. Hal ini
memungkinkan pengukuran kecepatan saluran
keluar ventrikel kiri dan gerakan sistolik Doppler
jaringan septum untuk menilai fungsi sistolik jatung.
Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa cairan
paru intertisial juga dapat dideteksi meggunakan
ekokardiografi yang diarahkan melalui paru-
paru. Peranan dari teknik ini dalam kehamilan Gambar 1. Ultrasonografi paru, zona anterior panah
membutuhkan evaluasi lebih lanjut. 10,11 putih menunjukkan A-lines yang mengindikasikan
Perkembangan prosedur ultrasound modern aerasi paru normal. Panah merah menunjukkan
merupakan dasar yang utama dalam penemuan bayangan tulang rusuk. Dan panah kuning
artefak sonografi yang signifikan.12 Khususnya, menunjukkan garis pleural.15
beberapa artefak vertical echogenic linear, B-lines,
merupakan yang paling sederhana, noninvasif, dan
tanda semiquantitatif dari cairan interstitial paru
yang dapat dievaluasi. B-lines berasal dari kontrasitas
antara udara dan air, dua elemen yang memiliki
nilai impedansi akustik yang berlawanan.13 Di paru-
paru normal, hanya ada beberapa B-lines yang akan
terdeteksi oleh sonografi.14
Pada kondisi normal, jaringan paru-paru tidak
divisualisasikan menggunakan ultrasonografi karena
terdapat banyak suara yang buruk pada paru-paru
pada aerasi paru normal. Namun, pada saat jaringan Gambar 2. Ultrasonografi paru, zona anterior, panah
paru menjadi lebih padat oleh cairan (diindikasikan putih menunjukkan B-lines yang mengindikasikan
sebagai edema paru), kecepatan suara meningkat. edema paru. Panah merah menunjukkan bayangan
Hal tersebut meningkatkan transmisi gelombang tulang rusuk. Dan panah kuning menunjukkan garis
ultrasonik kembali ke transduser dan mengubah pleural. 15
Buku Ilmiah Fetomaternal
138
Teknik USG untuk Mendeteksi Edema Paru pada Preeklamsia

Studi yang Pernah Dilakukan Manajemen Segera

Studi terbaru di Hasan Sadikin Bandung membuktikan Terlepas dari resiko aspirasi, ventilasi non-invasif
bahwa ultrasonografi paru-paru dapat digunakan harus dicoba sebagai teknik awal sebelum intubasi
sebagai alat diagnostik untuk mendeteksi dini edema trakea karena hal ini dapat memberikan peningkatan
paru pada pasien yang mengalami preeklampsia konsentrasi oksigen inspirasi, pemindaian
parah atau eklampsia. Pada studi tersebut, USG cairan dari alveoli ke paru-paru dan selanjutnya
mendeteksi edema paru pada semua pasien yang sirkulasi sistemik, mengurangi kerja pernapasan,
secara klinis diduga sebagai edema yang disebabkan dan mengurangi kerja perlunya intubasi trakea.
oleh preeklampsia berat atau eklampsia.3 Penggunaan ventilasi non-invasif juga menghindari
Pada studi tersebut dilakukan observasi di komplikasi yang terkait dengan intubasi trakea
Unit Perawatan Intensif Maternal Rumah Sakit pada ibu hamil atau ibu hamil yang baru mengalami
Hasan Sadikin Bandung yang dilaksanakan dari hipertensi, seperti pendarahan intrasereberal.
bulan Januari hingga Desember 2016. Pemeriksaan Strategi mekanisme ventilasi yang menggabungkan
menggunakan USG diterapkan pada 11 pasien yang perubahan kardiorespirasi dan metabolik kehamilan
diduga menderita edema paru akibat preeklampsia yang diketahui perlu dipertimbangkan ketika ventilasi
berat dan eklampsia. Edema paru dideterminasi paru-paru wanita hamil atau wanita yang baru saja
menggunakan kemunculan multiple B-lines atau hamil, sama dengan strategi perlindungan paru-
“comet tails” pada alat ultrasonografi.3 paru dari volume tidal rendah dan tekanan puncak
Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat rendah. 5,10
9 dari 11 kasus edema paru yang terjadi adalah Diperlukan pengurangan tekanan darah tinggi
postpartum. Dua kasus lainnya yang terjadi adalah dengan agen antihipertensi intravena.5,10 Onset
antepartum, yakni akibat usia kehamilan lanjut. preeklampsia dini (<34 minggu) membutuhkan
60% pasien merupakan primiparas. Lebih dari 50% penggunaan obat antihipertensi yang teliti, selain itu
pasien berada pada usia reproduktifnya dan memiliki pemantauan paru perlu dilakukan untuk ibu dan bayi.
indeks massa tubuh yang tinggi. Semua pasien tidak Obat antihipertensi yang dapat digunakan antara
memiliki riwayat preeklampsia dan eklampsia. lain Metildopa, Labetalol, Nifedipine, Hydralazine.
Ultrasonografi mendeteksi edema paru pada semua Inhibitor ACE merupakan kontraindikasi pada wanita
pasien yang diperiksa yang diduga menderita edema hamil karena dapat menyebabkan kematian janin.
paru akibat preeklampsia berat dan eklampsia.3 Nitrogliserin (gliseril trinitrat) direkomendasikan
sebagai obat pilihan pada kasus preeklampsia yang
MANAJEMEN berhubungan dengan edema paru. Pengurangan
tekanan darah sistolik dan diastolik harus terjadi
Kejadian edema paru akut pada wanita hamil pada laju sekitas 30 mmHg selama 3–5 menit diikuti
yang mengalami hipertensi atau wanita yang baru dengan penurunan yang lebih lambat pada tekanan
saja hamil adalah keadaan medis yang darurat darah sekitar 140/90 mmHg. Ferosemide intravena
dan harus memicu respon darurat. Pengobatan (bolus 20–40mg selama 2 menit) digunakan untik
edema paru berfokus pada eliminasi penyebab, mempromosikan venodilasi dan diuresis, dengan
pengurangan preload dengan adanya peningkatan dosis berulang 40–60 mg setelah sekitas 30 menit
fungsi diastolic, serta pengurangan afterload dan jika terdapat respon diuretic yang tidak adekuat
peningkatan kontraktilitas jantung. Komplikasi lebih (dosis maksimum 120 mg.h-1).10
lanjut dari edema paru dapat terjadi, yang memicu
henti jantung, dan staf medis harus siap untuk Manajemen Jangka Panjang
menginstitusikan dukungan kehidupan lanjut dan
mempertimbangkan peri-mortem caesarean section. Wanita yang menderita preeklampsia beratdan
Tujuan dari pengobatan ini adalah: mengalami edema paru akut beresiko lebih tinggi
1. Mengurangi preload ventrikular kiri; mengalami komplikasi kardivaskular pada kemudian
2. Mengurangi afterload ventrikular kiri; hari, termasuk hipertensi, penyakit jantung iskemik,
3. Mengurangi atau mencegah myocardial stroke, dan penyakit ginjal. Mereka harus terus
ischaemia; dipantau secara ketat dengan kontrol tekanan
4. Memelihara oksigenasi dan ventilasi yang darah sampai resolusi dari proses penyakit awal,
memadai dengan pembersihan edema paru.10 dan kemudia ditidaklanjuti secara teratur dengan
Buku Ilmiah Fetomaternal
139
M. Alamsyah Aziz

pengamatan untuk komplikasi jangka panjang dari Preeclampsia Evaluation (PEPE) Study. Journal
penyakit. Enzim pengonversi angiotensin, walaupun of Obstetrics and Gynaecology Canada.
dikontradiksikan pada kehamilan, aman digunakan 2014;36(12):1065-70.
pada periode postpartum. Strategi pengurangan 7. Savaj S, Vaziri ND. An overview of recent
resiko harus ditawarkan, seperti pengurangan berat advances in pathogenesis and diagnosis of
badan dan program berhenti merokok, modifikasi preeclampsia. Iran J Kidney Dis. 2012;6(5):334-
diet, dorongan olahraga teratur, dan kontrol 8.
hipertensi.5,10 8. Mustafa R, Ahmed S, Gupta A, Venuto RC.
A comprehensive review of hypertension in
KESIMPULAN pregnancy. J Pregnancy 2012;2012:1-19.
9. Kapur NK, Morine KJ, Letarte M. Endoglin : A
Edema paru akut merupakan indikator morbiditas critical mediator of cardiovascular health. Vasc.
dan mortalitas yang signifikan pada wanita hamil. Health Risk Manag. 2013;9:195-206
Hal ini sering terjadi pada pasien preeklampsia berat 10. Dennis AT, Solnordal CB. Acute Pulmonary
dan eklampsia. Penting untuk mendiagnosis dini Oedema in Pregnant Women. Anaesthesia.
dan mengelola pasien ini dengan tim multidisiplin 2012;67:646-59.
yang terampil. Deteksi yang terlambat dapat 11. Barton JR, How H, Sibai B. Etiology
menyebabkan kematian. Alat detejsi yang terbukti and Management of Acute Pulmonary
mampu membantu mendeteksi edema paru pada Edema in Pregnancy-Postpartum: Role of
preeklampsia, salah satunya adalan ultrasonografi. Echocardiography. AJOG. 2007;10:403.
Tujuan terapi adalah pengurangan preload 12. Lichtenstein DA, Mezière G, Lascols N, et
ventricular kiri, mengurangi afterload ventricular al.Ultrasound diagnosis of occult pneumothorax.
kiri, mengurangi atau mencegah iskemik miokardiak, Crit Care Med. 2005; 33:1231–1238.
serta mempertahankan oksigenasi dan ventilasi 13. Soldati G, Copetti R, Sher S. Sonographic
yang memadai dengan pembersihan edema paru. interstitial syndrome: the sound of lung water.
Diperlukan tindak lanjut jangka panjang yang tepat J Ultrasound Med. 2009; 28:163–174
untuk mengurangi kemungkinan komplikasi lebih 14. Lichtenstein D, Mezière G, Biderman P, et al.
lanjut di kemudian hari. The comet tail artifact. An ultrasound sign of
alveolar-interstitial syndrome. Am J Respir Crit
REFERENSI Care Med.1997; 156:1640–1646
15. Pachtman S, Koenig S, Meirowitz N. Detecting
1. Farrer J, Sullivan JT. Pulmonary Edema in Pulmonary Edema in Obstetric Patient Through
Pregnancy. Maternal Medicine. USA: McGraw- Point-of-Care Lung Ultrasonography. The
Hill Education. 2015. American College of Obstetric and Gynecology.
2. Rodriguez M, Moreno J, Hasbun J. RAS in 2017. 129(3): 525-529.
pregnancy and preeclampsia and eclampsia. Int
J Hypertens. 2012;1155
3. Aziz MA, Mose JC, Handono B. Ultrasonography
as a Diagnostic Tool for Pulmonary Edema in
Patients with Severe Preeclampsia or Eclampsia
in Maternal Intensive Care Unit of Hasan Sadikin
Hospital Bandung. 2017.
4. Cypher, RL. Pulmonary Edema in Obstetricss:
Essential Facts for Critical Care Nurses. AACN
Advanced Critical Care. 2018; 29(3): 327-335.
5. Devi DS, Kumar BV. A Case Severe Preeclampsia
Presenting as Acute Pulmonary Oedema.
International Journal of Reproduction,
Contraception, Obstetrics and Gynecology.
2016;5(3):899-902.
6. Gandhi S, Sun D, Park AL, Hladunewich M,
Silversides CK, Ray JG. The Pulmonary Edema
Buku Ilmiah Fetomaternal
140
Toleransi Imunologis pada Kehamilan dan Preeklampsia

Sri Sulistyowati
Bagian Obgin Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/
RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Toleransi Imunologis pada Kehamilan berbagai antigen tranplantasi (HLA) sudah ditemukan
pada masa mudigah paling dini.
Kemampuan maternal dalam menjaga Penjelasan lain didasarkan pada berkurangnya
perkembangan hasil konsepsi yang bersifat responsivitas imunologis ibu hamil. Namur demikian,
semialogenik (terlibatnya paternalitas) telah menjadi tidak terdapat bukti tentang hal ini kecuali hanya
pembicaraan sejak beberapa dekade terakhir ini.1,2 sebagai faktor pendukung. Penjelasan ketiga, uterus
Billingham et al di tahun 1953, atau dalam Peter (desidua) diperkirakan sebagai suatu jaringan
Medawar Classic Essay, mengemukakan beberapa yang memiliki keistimewaan imunologis. Hal ini
hipotesis mekanisme yang mendasari toleransi membuktikan bahwa imunitas transplantasi dapat
maternal terhadap hasil konsepsi yaitu adanya peran terpicu dan diekspresikan dalam uterus seperti
imunologis.3,4 Pada awalnya berkembang mitos halnya pada jaringan lain. Dengan demikian,
bahwa ketika hamil seorang wanita memiliki respon penerimaan dan kelangsungan hidup konseptus
imun yang terdepresi atau menurun fungsinya, haruslah dikaitkan dengan sifat imunologis trofoblas
sehingga dapat menerima janin yang dikandungnya yang unik, dan bukan desidua.
tanpa terjadi respon antigen antibodi.1,3 Namun Hasil penelitian terkini bahwa jaringan ibu
belakangan dipahami, bahwa saat kehamilan bukan dapat menerima dan mentoleransi konseptus adalah
sistem imun maternal yang terdepresi, melainkan suatu hal yang masih menimbulkan teka-teki. Selain
terjadi alterasi fungsi komponen sistem imun yang itu, plasenta kemungkinan besar mengekspresikan
berkerja sama memainkan peran agar hasil konsepsi gen baru.7 Beberapa aspek baru dalam ekspresi
yang merupakan semialogenik tidak dihancurkan sistem HLA di trofoblas, bersama dengan kumpulan
oleh sistem imun ibu.2,4 Secara garis besar mekanisme limfosit yang khas, mungkin dapat memberi
toleransi imunologis yang terjadi pada kehamilan penjelasan mengenai hal ini.
antara lain berkurangnya ekspresi Human Leucocyte Sir Peter Medawar pada tahun 1953
Antigen (HLA) pada jaringan fetus, toleransi maternal menyatakan bahwa solusi terhadap teka-teki alograf
terhadap antigen fetus, inhibisi dan atau regulasi janin mungkin dapat dijelaskan oleh adanya suatu
respon imun antifetal pada maternal.5,6 netralitas imunologis. Kemudian banyak peneliti
Satu dari fungsi yang paling menarik dari memfokuskan pada penentuan ekspresi antigen
plasenta adalah regulasi respon imun maternal, kompleks histo-kompatibilitas mayor (major
yakni fetal sebagai semi allograf mengalami toleransi histocompatibility complex, MHC) di trofoblas.
selama masa kehamilan. Trofoblas merupakan faktor Antigen leukosit manusia (human leukocyte antigen,
yang diduga esensial terhadap fenomena ini karena HLA), berdasarkan kesepakatan internasional,
trofoblas terbentang pada maternal fetal interface, merupakan analog kompleks histokompatibilitas
tempat terjadi kontak langsung dengan sistem imun mayor pada manusia.
maternal. Gen HLA adalah produk dari berbagai lokus
genetik MHC yang terletak di lengan pendek
Penerimaan Konseptus Berhubungan Dengan kromosom 6. Terdapat 17 gen HLA kelas I, yang
Ekspresi HLA-G Pada Manusia terdiri dari tiga gen klasik. Tiga gen tersebut adalah
HLA-A, -B, -C mengkode antigen transplantasi mayor
kelas I (Ia). Tiga gen kelas I (Ib) lainnya, yang disebut
Selama separuh abad terakhir, telah banyak HLA-E, -F, dan –G juga mengkode antigen HLA kelas
dilakukan usaha untuk menjelaskan mengapa I. Sekuens DNA sisanya tampaknya merupakan
janin semialogenik dapat bertahan hidup. Salah pseudogen atau fragmen gen parsial.
satu penjelasan paling awal didasarkan pada teori Keberadaan antigen kelas I di sitotrofoblas
imaturitas antigenik mudigah-janin. Hal ini ditolak dapat dijelaskan oleh ekspresi sebuah gen tunggal
oleh Billingham (1964) yang memperlihatkan bahwa untuk HLA-G. Karena HLA-G bersifat nomerik (atau
Buku Ilmiah Fetomaternal
141
Sri Sulistyowati

hampir menyerupai demikian), antigen ini dianggap Dua di antaranya adalah produk substitusi pada exon
sebagai bagian dari diri (self) sehingga tidak memicu 2 (yaitu alel G*0101 dan G*0103), satu pada exon
respons imunologis ibu terhadap trofoblas janin 3 (alel G*1040X), dan satu lagi pada exon 4 (alel
yang mengekspresikan HLA-G.8,9 G*0106).
Ekspresi HLA-G pada trofoblas manusia. Dua penelitian yang dilakukan secara
Hipotesis ini melibatkan modifikasi dalam independen menunjukkan peningkatan risiko yang
ekspresi antigen HLA-G kelas I di trofoblas. HLA-G signifikan untuk terjadinya preeklamsia pada wanita
diekspresikan hanya pada manusia. Bahkan, antigen yang hamil pertama kali. Jika janin mengekspresikan
HLA-G hanya ditemui pada sitotrofoblas ekstravilus di HLA-G +14/+ 14 bp, genotip ini dapat menghilangkan
desidua basalis dan corion laeve.10 Selama kehamilan, ekspresi HLA-G pada plasenta. Namun demikian, hasil
terjadi peningkatan HLA-G.11 Dihipotesiskan bahwa ini belum cukup reproduksibel, masih banyak bukti
HLA-G secara imunologis bersifat permisif terhadap yang harus dicari untuk menjelaskan kemungkinan
ketidakcocokan antigen antara ibu dan janinnya.12 adanya peran HLA-G dalam patogenensis
Bahkan, Wohl (2000) memberikan bukti adanya preeklamsia.14
ekspresi HLA-G yang rendah di trofoblas ekstravilus
pada wanita dengan preeklamsia. Uterine Natural Killer Cell (uNK)
HLA-G merupakan antigen spesifik jaringan
dengan histokompatibilitas mayor yang diekspresikan Perubahan fisiologi pada kehamilan, utamanya
pada sel trofoblas ekstravili. HLA-G dapat melindungi pada uterus terjadi untuk mempersipakan lokasi
trofoblas dari intoleransi imun maternal-fetal dan yang sempurna bagi hasil konsepsi, yang kemudian
memungkinkan sel ini menginvasi uterus. Rendahnya kita sebut tropoblas. Endometrium pada uterus
bahkan tidak adanya ekspresi HLA-G mencegah menggandakan jumlah dan tebal selnya bahkan sejak
trofoblas menginvasi jaringan maternal dan sistim sebelum konsepsi terjadi, pada siklus mid luteal.1,2
vaskular dengan benar. Kegagalan invasi ini dapat Desidua, merupakan endometrium maternal yang
mengakibatkan defek plasenta yang berakibat diinvasi oleh trofoblas untuk membentuk jaringan
adanya penurunan aliran darah utero plasenta yang pembuluh darah. Desidua terdiri atas parenkim sel
ditemukan pada preeklamsi.13 dan kompartemen desidua.5 Kompartemen desidua
Selama kehamilan, sistem imun ibu selalu akan berperan dalam proses invasi tropoblas hingga
mengadakan kontak langsung dengan sel dan perkembangan trofoblas. Pada awal kehamilan,
jaringan janin yang bersifat semi alogenik. Oleh komponen leukosit berjumlah 30 – 40% pada sel
karena itu, harus terdapat berbagai mekanisme stromal desidua. Pada bagian basal terdapat agregat
untuk memodulasi dan mengurangi respon sistem limfoid, yang terdiri atas sel T dan sebagian sel B.
imun maternal terhadap stimulus di atas. HLA-G Pemeriksaan Flow Cytometri dan Immunostaining
menghambat lisis sel yang diinduksi oleh sel T dan sel pada 3 hingga 5 hari setelah ovulasi pada komponen
NK melalui interaksi langsung dengan reseptor ILT2, stromal, didapatkan bahwa stromal terdiri atas 70%
ILT4, KIR2DL4 sehingga sel trofoblas yang invasif akan Uterine Natural Killer Cell (uNK), 20% Makrofag, 10 –
mengekspresikan HLA-Ib pada permukaan selnya 20% leukosit desidual dan sel dendritic. Fakta ini yang
dan akhirnya tidak mengalami lisis yang dipicu oleh kemudian akan menjadi penting dalam terjadinya
sel NK. Kuatnya ekspresi HLA-G pada sel trofoblas proses toleransi imunulogi dalam desidua. Pada fase
sangat invasif jika digabungkan dengan ekspresi implantasi desidua di implantasi oleh troboplas dan
HLA-E dan HLA-F dalam palsenta akan menghambat membentuk bagian dalam disebut sitotropoblas dan
terjadinya komplikasi tersebut. bagian luar disebut sinsitiotropoblas. Kompartemen
HLA-G memiliki kode protein yang hampir imun pada desidua berperan untuk fase implantasi,
monomorfik, yang berlawanan dengan HLA kelas perkembangan plasenta dan imunitas melawan
Ia dan II yang sangat polimorfik. Pada HLA-G, infeksi.2,5,15
polimorfisme terdapat pada regio pengatur pada Pada desidua awal kehamilan setelah terjadi
ujung 5’ (5’ URR) dan regio 3’ yang tidak mengalami konsepsi, sel imun didominasi oleh sel uNK yang
transkripsi (3’ UTR). Lima belas alel telah ditetapkan hanya ada di desidua dan tidak bersirkulasi di organ
oleh komite nomenklatur WHO untuk berbagai faktor lain, serta memiliki spesifikasi fungsi yang berbeda
yang terdapat pada sistem HLA. Namun demikian, dengan sel NK pada umumnya. Sel NK dan uNK
hanya lima protein HLA-G dengan substitusi asam sama-sama memiliki marker CD56 dipermukaannya,
amino sederhana yang dijelaskan dalam literatur. hanya sel NK yang juga banyak ditemukan marker
Buku Ilmiah Fetomaternal
142
Toleransi Imunologis pada Kehamilan dan Preeklampsia

CD16 dipermukaannya. Pada kondisi normal sel sel Th2 seperti IL-4, IL-10, Monocyte Colony
Natural Killer bersifat sitotoksik dan merupakan Stimulating Factor pada pembuluh darah perifer dan
pembunuh alami terhadap antigen asing dalam hubungan antara fetus dengan maternal di desidua
tubuh. Namun sel uNK memiliki sifat sitotoksik berhubungan dengan keberhasilan kehamilan.1,2,4
yang lebih lemah dibanding sel NK, sehingga tidak Proses imunitas sitotoksik juga mengalami
secara agresif berespon pada antigen fetal. Sel uNK supresi dari IL-10 yang antara lain diproduksi oleh
memiliki peran inti dalam toleransi imun kehamilan sel Treg dan makrofag di desidua, serta sitotrofoblas
di desidua yaitu merupakan sel penghasil sitokin plasenta. Sitokin antiinflamsi seperti IL-10 dan IL-4
imunoregulatori untuk invasi tropoblas, penghasil mencegah aktivasi Th1 dan makrofag, sehingga
Matrix Metalloproteinase untuk remodeling matriks meminimalkan penolakan antigen fetal. Sitokin ini
ekstraseluler dan penghasil angiogenik faktor juga berperan dalam menurunkan sekresi TNF-a,
seperti Vascular Endothelial Factor untuk proses COX-2 (Cyclooxigenase-2), serta prostaglandin E2
angiogenesis. Sel uNK mencapai jumlah maksimal yang menyebabkan onset persalinan. Berkurangnya
saat kehamilan 20 minggu.2,3 Makrofag desidua sekresi sitokin pemicu persalinan akan memastikan
memiliki peran menjaga sel uNK berumur lebih kehamilan mencapai usia aterm. Proses persalinan
panjang dan tidak mengalami apoptosis, dengan berhubungan dengan status pro inflamatori
peran Transforming Growth Factor b selama yang dimediasi oleh sel Th1. Membrane fetal,
kehamilan, serta mengeluarkan sitokin proinflamasi myometrium, amnion, cairan amnion, dan
di desidua. Jumlah sel T di desidua berkisar 10 – desidua memproduksi IL-1b, TNF-a saat aterm dan
20%, 30 – 40% darinya merupakan sel Thelper CD4+ menginduksi NFkB (Nuclear Factor kappa Betta)
dan 45-75% CD8+ yang mensekresikan Interferon serta memicu gen asosiasi persalinan seperti COX-2.
(IFN) g yang membantu proses invasi tropoblas. Sel IL-8 dan MMP-9 yang akan memulai persalinan.5,6
CD4+ yang teraktivasi menjadi sel Treg (Regulatory)
berperan mensupresi respon imun adaptif untuk Sel Treg
melindungi fetus, dan terjadi toleransi maternal
terhadap fetus. Sel dendritic berperan sebagai sel Sel Treg (Regulator) memiliki penanda CD4+
pengenal antigen dan berperan penting dalam dan CD25+ yang bersifat lebih toleran. Sel Treg
proses desidualisasi dan menjaga kestabilan invasi memproduksi TGFb dan IL-10, mengekspresikan
selama awal kehamilan.2,16 transkripsi factor Forkhead Box Transcription Factor
(FoxP3) yang berfungsi untuk mengatur regulasi dan
T helper Cell perkembangan sel Treg sendiri. Sel Treg terdiri atas
2 macam, yaitu sel tTreg (Tymus Treg) dan pTreg
Selama kehamilan terjadi pergeseran respon imun sel (Peripheral/Extratymus Treg). Sel tTreg berkembang
Thelper CD4+ yang teraktivasi, dari dominasi sel Th1 dari ekspresi sitokin sel limfosit T yang berasosiasi
pada kondisi normal, menjadi sel Th2 pada kondisi dengan antigen 4. Sel pTreg berkembang dari sel
hamil. Komponen sel Th2 terutama ditemukan di T naïve setelah terpapar antigen di perifer, dapat
desidua. Sel dendritic juga berperan mengarahkan juga terpapar IL-10 atau TGF-b. Sel Treg berfungsi
pengenalan sel naïve terhadap antigen dan memicu untuk mensupresi sel Th1 dan Th17 maternal,
perubahan menjadi sel Th2 dibanding Th1. Namun serta melindungi fetus dari penolakan sel imun
perubahan ini tidak terjadi secara besar-besaran pada tubuh. Treg bekerja dengan mengekspresikan
sistemik. Hal yang menerangkan kondisi mengapa sel berbagai reseptor kemokin yang ligannya berada
Th2 lebih dominan dibanding Th1 pada kehamilan, pada area penghubung maternal-fetal, sehingga
adalah bahwa sel Th1 akan mengekpresikan sitokin mengakibatkan terjadinya migrasi besar dari sel Treg
Tumor Necrosis Factor Alpha dan peningkatan Toll itu sendiri, dan memastikan bahwa jumlahnya cukup
Like Receptor, yang meningkatkan risiko terjadinya untuk memainkan peran toleransi imun selama
abortus, meningkatkan kadar progesterone, kehamilan. Schumacher et al dalam Morelli et al
estradiol, dan prostaglandin D2 (PGD2). PGD2 menemukan bahwa hormon Chorionic Gonadotropin
memicu reseptor kemoatraktan yang homolog (HCG) merupakan salah satu kemoattraktan sel t
dengan ekspresi reseptor pada Th2 (CRTH2). Treg.1,2
Penurunan CRTH2 menyebabkan meningkatnya
kejadian abortus. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa peningkatan sitokin yang diproduksi oleh
Buku Ilmiah Fetomaternal
143
Sri Sulistyowati

Toleransi Imunologis pada Preeklamsia Telah terbukti bahwa invasi trofoblas dipengaruhi
oleh respon imun maternal dan berbagai sitokin yang
Preeklampsia merupakan penyebab utama disekresikannya. Human Leukocyte Antigen-G diduga
morbiditas dan mortalitas maternal maupun memainkan peran penting dalam perlindungan
perinatal dengan karakteristik adanya hipertensi dan trofoblas dari respon imun maternal. Dalam
proteinuria pada usia kehamilan di atas 20 minggu. kehamilan fetus memodulasi aktifitas sistim imun
Sampai saat ini etiologi preeklampsia masih belum maternal sehingga tidak mengalami penolakan dari
diketahui secara pasti.17 Salah satu teori etiologi maternal yang diduga kemungkinan karena adanya
preeklampsia adalah maladaptasi imun yaitu plasenta sebagai barrier serta adanya perubahan
interaksi imun yang abnormal antara ibu dan janin.18 imunomudulasi. Kegagalan imunomodulasi maternal
dapat menjadi penyebab beberapa komplikasi
HLA-G yang rendah sebagai penyebab preeklampsia kehamilan diantaranya preeclampsia.25
Molekul sHLA-G dikeluarkan oleh sel trofoblas
Pada kehamilan normal fetus yang merupakan endovaskuler yang menginvasi arteri spiralis, hal
jaringan semialograf (membawa antigen ayah) ini menjelaskan keberadaannya pada sirkulasi
tidak ditolak oleh ibu. Hal ini disebabkan adanya darah maternal. Antigen HLA-G dapat memainkan
mekanisme toleransi respon imun ibu baik lokal peran imunosupresif spesifik selama kehamilan.26
(antara trofoblas dengan sel imun ibu di desidua Meskipun mekanisme sistim imun HLA-G ini
pada awal kehamilan) maupun respon imun sistemik belum jelas penelitian menunjukkan bahwa
(antara sel imun ibu dalam sirkulasi/ sistemik dengan HLA-G penting untuk induksi toleransi lokal pada
trofoblas).19, 20 Toleransi sistem imun ibu terjadi pertemuan sisi maternal dan fetal (fetomaternal
karena trofoblas tidak mengekpresikan Major face).27 Selain di plasenta HLA-G dapat diproses
Histocompatibility Complex (MHC) kelas 1a (klasik) melalui splicing alternatif dan/ atau pembelahan
yaitu HLA-A dan HLA-B maupun molekul MHC kelas proteotik sebagai protein terlarut dalam sirkulasi.
2 yang keduanya mempunyai sifat menolak terhadap Sirkulasi protein HLA-G juga tampaknya memiliki
benda asing, tetapi trofoblas mengekspresikan MHC efek penting pada respon imunitas.28 Maternal
klas 1b yaitu HLA-G, HLA-E, HLA-F dan sedikit HLA-C. HLA-G genotipe secara signifikan berhubungan
Selain itu terdapat sel Natural Killer (NK) uterus dengan risiko preeklampsia pada wanita Afrika-
di desidua yang mengekspresikan reseptor yang Amerika dan dapat diprediksi pada tingkat
dapat mengenali molekul HLA kelas 1b sehingga sirkulasi sHLA-G selama kehamilan.29 Sulistyowati
trofoblas tidak mengalami lisis yang dipicu oleh sel et al dalam penelitiannya membandingkan kadar
NK.21,22 Kadar HLA-G yang cukup diperlukan agar sel sHLA-G serum antara preeklampsia berat dengan
trofoblas menginvasi desidua dan sistem vaskular kehamilan normal diperoleh hasil distribusi
maternal yang dibutuhkan untuk mempertahankan rerata sHLA-G lebih rendah pada preeklampsia
suplai darah yang adekuat selama kehamilan. Bila (52,72±37.09 unit/mL), dibandingkan dengan
kadar HLA-G menurun atau tidak cukup, maka hamil normal (76,72±32,18 unit/mL) dengan
kemampuan trofoblas akan berkurang dan dihalangi nilai p=0,03 (<0,05).30 Hasil penelitiannya sesuai
untuk menginvasi uterus (dianggap sebagai non- dengan penelitian yang dilakukan oleh Yie et al,
self). Pada saat yang sama sel NK maternal akan yang mengamati kecenderungan penurunan kadar
menghancurkan trofoblas yang kekurangan HLA-G molekul sHLA-G dalam serum selama trimester tiga,
ini. Tanpa invasi trofoblas yang tepat, maka arteri pada wanita dengan gejala preeklampsia berat.28
maternal tidak akan dibentuk ulang sehingga aliran Penelitian yang dilakukan oleh Hackmon et al, dan
utero plasenter menurun dan terjadi hipoksia/ Rizzo juga mendapatkan kadar molekul sHLA-G
iskemi plasenta yang berakibat ketidak seimbangan secara signifikan lebih rendah pada pasien dengan
faktor proangiogenik Vascular Endothelial Growth preeklampsia berat.31,32 Penelitian oleh Dorota juga
Factor (VEGF), Placental Growth Factor (PlGF), Tissue mendapatkan konsentrasi sHLA-G dalam serum
Growth Factor β-1 (TGFβ-1) dan anti angiogenik wanita preeklampsia secara signifikan lebih rendah
Soluble fms-like tyrosinekinase-1 (sFlt-1) dan Soluble dibanding dengan hamil fisiologis trimester tiga.33
Endoglin (sEng) yang berakibat terjadinya disfungsi Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
endotel yang dikenal sebagai preeclampsia.23,24 Marzena, yang menemukan kadar sHLA-G dalam
Preeklampsia dikaitkan dengan dangkalnya darah ibu hamil preeklampsia berat lebih tinggi
invasi trofoblas ke dalam arteria spiralis maternal. dibanding ibu hamil normal.34 Begitu juga penelitian
Buku Ilmiah Fetomaternal
144
Toleransi Imunologis pada Kehamilan dan Preeklampsia

yang dilakukan oleh Steinborn, yang mendapatkan Natural Killer Cell (NK Cell) merupakan jenis
peningkatan kadar sHLA-G pada preeklampsia limfosit dengan ukuran besar yang mengandung
dengan sindrom HELLP.26 Perbedaan hasil penelitian banyak granula di dalam sitoplasmanya dan
ini mungkin disebabkan karena jenis sel yang berbeda mengekspresikan reseptor dengan komplemen
dan mungkin merupakan reaksi yang berlebihan berbeda yang memperantarai baik sinyal aktifasi
terhadap antigen alogenik janin. Kadar HLA-G yang maupun inhibisi. Natural Killer cell desidua CD56bright
tinggi pada preeklampsia dengan sindroma HELLP mengekpresikan beragam reseptor tersebut
juga mungkin karena reaksi inflamasi dari janin yang termasuk family killer immunoglobulin receptor
mengakibatkan peningkatan pelepasan sHLA-G dari yang diketahui dapat mengenali molekul HLA-C
fetal kedalam sirkulasi maternal. dan merupakan faktor kunci dalam perkembangan
preeklampsia.35,36
Peran HLA-C dan NK Sel pada Preeklampsia Kontrol pasokan vaskular fetus bergantung
pada interaksi antara KIR maternal pada NK cell
Sel trofoblas ekstravili mengekspresikan kombinasi desidua dan HLA-C paternal yang diekspresikan oleh
unik dari 3 molekul Mayor Histocompatibility trofoblas. Natural Killer cell desidua maternal akan
Complect (MHC) kelas I yaitu HLA-G, HLA-E dan berikatan dengan HLA-C pada reseptor inhibitor
HLA-C. Dari ketiga molekul tersebut hanya HLA-C yang sehingga akan menghambat sekresi sitokin dari NK
bersifat polimorfik. Human Leukocyte Antigens–C cell yang dipercaya memfasilitasi invasi trofoblas
akan berinteraksi dengan Killer Immunoglobulin normal. Jika NK cell tidak diaktifkan, sel tersebut
Receptors (KIRs) pada NK cell desidua maternal yang secara potensial menyebabkan invasi trofoblas
diduga tidak memiliki fungsi maladaptasi namun yang tidak adekuat, yang mengakibatkan terjadinya
justru berperan dalam mengatur fungsi fisiologis preeklampsia.35
yang berkaitan dengan perkembangan plasenta.35 Selama kehamilan, sistem imun ibu selalu
Human Leukosit Antigen-C adalah satu – mengadakan kontak langsung dengan sel janin yang
satunya antigen histokompatibilitas polimorfik yang bersifat semi alogenik. Gen HLA-C merupakan versi
terdapat pada trofoblas fetus yang menyebabkan dari gen major histocompatibility complex (MHC)
setiap kehamilan akan melibatkan kombinasi polimorfik yang diekspresikan pada trofoblas, yang
berbeda dari HLA-C fetus paternal dan KIR maternal, bertanggung jawab terhadap pengenalan limfosit dan
oleh karena itu sangat mungkin bahwa beberapa antigen. HLA-C diturunkan pada trofoblas paternal
kombinasi bersifat kurang optimal untuk implantasi yang memiliki faktor risiko genetik. Interaksi antara
dan akhirnya mengakibatkan kegagalan kehamilan. trofoblas paternal dengan Natural Killer cell maternal
Seluruh alotipe HLA-C dapat dikelompokkan ke pada reseptor KIR tersebut tampaknya tidak memiliki
dalam 2 epitop KIR utama, C1 dan C2. Kelompok fungsi maladaptasi imun, namun justru berperan
C1 merupakan ligan untuk KIR2DS2 aktivator dan dalam mengatur fungsi fisiologis yang berkaitan
kelompok C2 merupakan ligan untuk KIR2DL1 dengan perkembangan plasenta. HLA-C berikatan
inhibitor. Pada kehamilan normal kombinasi antara dengan NK cell melalui reseptor KIR ikut serta
HLA-C1 dan KIR aktivator akan mengaktifkan mempengaruhi pembentukan trofoblas, implantasi
NK cell untuk memodifikasi arteri spiralis uterus plasenta, remodeling vaskuler, perkembangan
sehingga meningkatkan pasokan darah menuju janin dan mempertahankan kehamilan. Pada
unit fetoplasental untuk memfasilitasi kehamilan awal kehamilan terdapat peningkatan jumlah
normal.35 leukosit dalam sel desidua termasuk NK cell dan
Human Leukosit Antigen-C memiliki hubungan sitokin. Natural Killer cell desidua yang diisolasi
dengan perkembangan preeklampsia. Kombinasi pada trimester pertama mensekresikan banyak
KIR maternal dengan genotipe HLA-C fetus proangiogenik Vascular Endothel Growth Factor
meningkatkan risiko preeklampsia. Ketika genotipe (VEGF), dan Placental Growth Factor (PLGF).
AA maternal muncul bersamaan dengan genotipe Natural Killer cell desidua merupakan sumber
HLA-C2 heterozigot atau homozigot dari fetus, NK utama dari faktor angiogenesis pada permukaan
cell desidua yang mengekspresikan genotipe KIR AA maternal fetal selama awal kehamilan dan berperan
akan dihambat, karena haplotipe A memiliki reseptor penting untuk remodeling vaskuler. Ekspresi HLA-C
KIR inhibitor. Reseptor tersebut dapat menghambat yang tinggi akan berikatan dengan NK cell melalui
sekresi sitokin dari NK cell yang dipercaya akan reseptor inhibitor KIR2DL1 menyebabkan produksi
meningkatkan risiko preeklampsia secara signifikan.35 faktor angiogenik dan mitogenik endotel seperti
Buku Ilmiah Fetomaternal
145
Sri Sulistyowati

VEGF dan PLGF berkurang sehingga mengakibatkan p=0.000 (<0.05).38


terhambatnya proses remodeling dan invasi Penelitian sebelumnya di Inggris, oleh Hiby
trofoblas sehingga akan dihasilkan penyempitan et al. (2010) mengenai NK cell aktivator pada
dan invasi yang dangkal dan rapuh dari arteri spiralis 592 wanita dengan kehamilan normal dan 733
hal ini merupakan salah satu teori imun yang dapat wanita dengan preeklampsia mendapatkan hasil
menyebabkan preeklampsia berat. yaitu pada kelompok kehamilan normal trofoblas
Risiko preeklampsia meningkat secara mengekspresikan frekuensi KIR B lebih tinggi
tajam jika seorang wanita memiliki haplotipe KIR dibanding kelompok kehamilan preeklampsia berat.
inhibitor, dan fetus memiliki gen HLA-C2 yang Data tersebut memunculkan suatu kesimpulan
akan menyebabkan terhambatnya aktivitas NK cell bahwa gangguan kehamilan lebih jarang pada ibu
yang tidak diharapkan terjadi selama kehamilan.37 yang memiliki ujung telomerik dari haplotipe KIR B,
Interaksi antara HLA-C dengan NK cell tampaknya yang mengandung KIR2DS1 aktivator.35
tidak berhubungan dengan NK cell yang mengenali Penelitian lain oleh Long et al. (2014), meneliti
dan bereaksi terhadap molekul HLA non-self distribusi dari KIR aktivator dan inhibitor serta
sebagaimana yang terjadi pada HLA klas I non klasik kombinasi dari KIR/ HLA-C pada wanita dengan
(HLA-G, dan HLA-E). Mekanisme interaksi antara NK preeklampsia pada 271 populasi suku China Han,
cell dengan HLA-C tampaknya berbeda dari yang menggunakan metode PCR-SSP memberikan hasil
sebelumnya diketahui oleh imunologi klasik.35 jumlah KIR aktivator (KIR2DS1, KIR2DS2, KIR2DS3)
Studi oleh Hanna et al. (2006) mendukung lebih sedikit pada pasien preeklampsia. Sedangkan
teori mengenai interaksi kompleks antara NK cell frekuensi KIR2DL1 inhibitor jumlahnya meningkat
desidua dengan HLA-C. Studi tersebut menunjukkan pada pasien preeklampsia dengan alel HLA-C2.39
bahwa NK cell desidua mensekresikan IL-8 dan IP- Penelitian Long ini dilanjutkan oleh Yu et al. (2014)
10 yang menstimulasi invasi trofoblas. Sel trofoblas yang juga meneliti kombinasi KIR maternal dan
mungkin juga mengatur aktivitas NK cell desidua HLA-C dengan risiko preeklampsia pada populasi
melalui pengikatan NK cell desidua melalui HLA-C. suku China Han. Studi kasus control pada 47 ibu
Pengikatan dari HLA-C2 pada reseptor inhibitor pada hamil dengan preeklampsia dan 54 ibu hamil
NK cell desidua menghambat sekresi VEGF, PLGF, IL-8 dengan kehamilan normal menunjukkan hasil bahwa
dan IP-10 dari NK cell desidua. frekuensi KIR2DS1 aktivator menurun pada pasien
Kebalikan dengan HLA klas I non klasik (HLA-G preeklampsia serta meningkatnya genotype AA pada
dan HLA-E), studi mengenai HLA-C menunjukkan pasien preeklampsia dibanding kehamilan normal.40
bahwa fungsi utama HLA-C adalah mengaktifkan
Nakimuli et al. (2014) melakukan penelitian
NK cell untuk mengaktifkan sekresi sitokin sehingga
tentang polimorfisme maternal KIR dan fetal HLA-C
memicu invasi trofoblas.
serta hubungannya dengan kejadian preeklampsia
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati pada wanita di Uganda. Sejumlah 738 wanita hamil
et al mendapatkan ekspresi HLA-C pada kelompok diikutkan dalam penelitian, terbagi dalam 484
preeklampsia berat menunjukkan rerata sebesar wanita dengan kehamilan normal dan 254 wanita
15,39 dengan simpangan deviasi sebesar 3,456 dengan preeklampsia. Hasil penelitian menunjukkan
(15,390±3,456), sedangkan pada kelompok kehamilan bahwa kombinasi maternal KIR AA yang mengandung
normal menunjukkan rerata ekspresi HLA-C sebesar banyak reseptor KIR inhibitor dan fetal HLA-C
8,074 dengan simpangan deviasi sebesar 3,708 yang mengandung epitope C2 berhubungan
(8,074±3,708). Analisis uji t dengan menggunakan secara signifikan dengan terjadinya preeklampsia
α=0.05 membuktikan bahwa terdapat perbedaan (P=0,0318; OR 1,49).41
yang signifikan dengan nilai p=0.00 (<0.05).
Beberapa penelitian diatas mendukung bahwa
Pemeriksaan imunohistokimia ekspresi NK cell pada
interaksi antara NK cell maternal melalui reseptor
kelompok preeklampsia berat menunjukkan rerata
KIR dan HLA-C fetal berperan besar dalam terjadinya
ekspresi sebesar 14,789 dengan simpangan deviasi
preeklampsia.
sebesar 3,570 (14,789±3,570), sedangkan pada
kelompok kehamilan normal menunjukkan rerata
ekspresi NK cell sebesar 8,487 dengan simpangan Daftar Pustaka
deviasi sebesar 3,355 (8,487±3,355). Analisis uji t
dengan menggunakan α=0.05 membuktikan bahwa 1. Denney JM,  Nelson EL,  Wadhwa PD, et
terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai al. Longitudinal modulation of immune
Buku Ilmiah Fetomaternal
146
Toleransi Imunologis pada Kehamilan dan Preeklampsia

system cytokine profile during pregnancy. A, Pellicer A. Relationship between Maternal


Cytokine. 2011 Feb;53(2):170-7 Immunological Response during Pregnancy and
2. Morelli S, Mandal M, Goldsmith LT, Kashani Onset of Preeclampsia. Journal of Immunology
BN, Ponzio NM. The maternal immune system Research. 2014;2014:1-15
during pregnancy and its influence on fetal 16. Tilburgs T,  Claas FH,  Scherjon SA. Elsevier
development. Research and Reports in Biology. Trophoblast Research Award Lecture: Unique
2015; 2015(6): 171—189 properties of decidual T cells and their role in
3. Munoz-Suano A, Hamilton AB, Betz AG. Gimme immune regulation during human pregnancy.
shelter: the immune system during pregnancy. Placenta. 2010 Mar;31 Suppl:S82-6
Immunol Rev. 2011 May;241(1):20-38 17. Bell MJ. A Historical Overview of Preeclampsia-
4. Mor G and Cardenas I. The Immune System in Eclampsia. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs.
Pregnancy: A Unique Complexity. Am J Reprod 2010 Sep-Oct;39(5):510-8
Immunol. 2010 Jun; 63(6): 425–433 18. Cecati M, Giannubilo SR, Emanuelli M,
5. Racicot K,  Kwon JY,  Aldo P,  Silasi M,  Mor G. Tranquilli AL, Saccucci F. HLA-G and pregnancy
Understanding the complexity of the immune adverse outcomes. Med Hypotheses. 2011
system during pregnancy. Am J Reprod Jun;76(6):782-4
Immunol. 2014 Aug;72(2):107-16 19. Mor G. Imunology of Implantation. Imunology
6. Sircar M,  Thadhani R,  Karumanchi SA. of Pregnancy. New York: Springer. 2006
Pathogenesis of preeclampsia. Curr Opin 20. Weiss G, Goldsmith LT, Taylor RN, Bellet D, Taylor
Nephrol Hypertens. 2015 Mar;24(2):131-8 HS. Inflammation in reproductive disorders.
7. Dizon-Townson DS,  Lu J,  Morgan TK,  Ward KJ. Reprod Sci. 2009 Feb;16(2):216-29
Genetic expression by fetal chorionic villi during 21. Verlohren S, Muller DN, Luft FC, Dechend R.
the first trimester of human gestation. Am J Immunology in hypertension, preeclampsia,
Obstet Gynecol. 2000 Sep;183(3):706-11 and target-organ damage. Hypertension. 2009
8. Kilburn BA,  Wang J,  Duniec-Dmuchowski Sep;54(3):439-43
ZM,  Leach RE,  Romero R,  Armant DR. 22. Serrano NC. Immunology and genetic of
Extracellular matrix composition and hypoxia preeclampsia. Clin Dev Immunol. 2006 Jun-
regulate the expression of HLA-G and integrins in Dec;13(2-4):197-201
a human trophoblast cell line. Biol Reprod. 2000 23. Agarwal I, Karumanchi SA. Preeclampsia and the
Mar;62(3):739-47 Anti-Angiogenic State. Pregnancy Hypertens.
9. Weetman AP. The immunology of pregnancy. 2011 Jan 1;1(1):17-21
Thyroid. 1999 Jul;9(7):643-6 24. Lam C, Lim KH, Karumanchi SA. Circulating
10. McMaster MT,  Librach CL,  Zhou Y, et al. angiogenic factors in the pathogenesis and
Human placental HLA-G expression is prediction of preeclampsia. Hypertension. 2005
restricted to differentiated cytotrophoblasts. J Nov;46(5):1077-85
Immunol. 1995 Apr 15;154(8):3771-8 25. Saito S,  Shiozaki A,  Nakashima A,  Sakai
11. Hunt JS, Jadhav L, Chu W, Geraghty DE, Ober M,  Sasaki Y. The role of the immune system
C. Soluble HLA-G circulates in maternal blood in preeclampsia. Mol Aspects Med.  2007
during pregnancy. Am J Obstet Gynecol. 2000 Apr;28(2):192-209
Sep;183(3):682-8 26. Steinborn A,  Varkonyi T,  Scharf A,  Bahlmann
12. Le Bouteiller P,  Solier C,  Pröll J,  Aguerre-Girr F, Klee A, Sohn C. Early detection of decreased
M, Fournel S, Lenfant F. Placental HLA-G protein soluble HLA-G levels in the maternal circulation
expression in vivo: where and what for?. Hum predicts the occurrence of preeclampsia
Reprod Update. 1999 May-Jun;5(3):223-33 and intrauterine growth retardation during
13. Comiskey M, Warner CM, Schust DJ. MHC further course of pregnancy. Am J Reprod
Molecules of the Preimplantation Embryo Immunol. 2007 Apr;57(4):277-86
and Trophoblast. Chapter 13. Immunology of 27. Alegre E,  Díaz-Lagares A,  Lemaoult J,  López-
Pregnancy. Springer.2006 pp.130-147 Moratalla N, Carosella ED, González A. Maternal
14. Serrano NC. Immunology and Genetic of antigen presenting cells are a source of
Preeclampsia. Clin Dev Immunol. 2006 Jun-Dec; plasmatic HLA-G during pregnancy: longitudinal
13(2-4): 197–201 study during pregnancy. Hum Immunol.  2007
15. Martínez-Varea A, Pellicer B, Perales-Marín Aug;68(8):661-7
Buku Ilmiah Fetomaternal
147
Sri Sulistyowati

28. Yie SM, Taylor RN, Librach C. Low plasma 38. Sulistyowati S, Soetrisno, Kartika NH. Ekspresi
HLA-G protein concentrations in early gestation Human Leukocyte Antigen–C di Trofoblas dan
indicate the development of preeclampsia Natural Killer Cell di Desidua pada Preeklampsia
later in pregnancy. Am J Obstet Gynecol. 2005 Berat. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
Jul;193(1):204-8 2016;29(1):59-63
29. Loisel DA, Billstrand C, Murray K, Patterson 39. Long W, Shi Z, Fan S, Liu L, Lu Y, Guo X, Rong C
K, Chaiworapongsa T, Romero R, Ober C. The and at al. Association of Maternal KIR and Fetal
maternal HLA-G 1597DC null mutation is HLA-C Genes with the Risk of Preeclampsia
associated with increased risk of preeclampsia in Chinese Han Population. Placenta.
and reduced HLA-G expression during pregnancy 2015;36(4):433-437
in African-American women. Molecular Human 40. Yu H, Pan N, Shen Y, Jin S, Zhai J, Qiao D, Shen Y
Reproduction. 2013;19(3):144–152 and at al. Interaction of Paternal KIR and Fetal
30. Sulistyowati S, Roswendi A, Kartika H, Respati HLA-C Genotypes with the Risk of Preeclampsia.
SH. Kadar Soluble Human Leukocyte Antigen-G Hypertens Pregnancy. 2014;33(4):402-411
(sHLA-G), Vascular Endothelial Growth Factor 41. Nakimuli A,  Chazara O,  Hiby SE,  Farrell
(VEGF) dan Soluble Fms-Like Tyrosine Kinase-1 L, Tukwasibwe S, Jayaraman J, Traherne JA and
(sFlt-1) pada Preeklampsia. Majalah Obstetri & at al. A KIR B Centromeric Region Present in
Ginekologi. 2014;22(3):126-131 Africans but not Europeans Protects Pregnant
31. Hackmon R,  Koifman A,  Hyodo H,  Glickman Women from Pre-eclampsia. Proc Natl Acad Sci
H,  Sheiner E,  Geraghty DE. Reduced third- U S A. 2015;20;112(3):845-850
trimester levels of soluble human leukocyte
antigen G protein in severe preeclampsia. Am J
Obstet Gynecol. 2007 Sep;197(3):255.e1-5
32. Rizzo R,  Stignani M,  Amoudruz P,  Nilsson
C, Melchiorri L, Baricordi O, Sverremark-Ekström
E. Allergic women have reduced sHLA-G plasma
levels at delivery. Am J Reprod Immunol. 2009
May;61(5):368-76
33. Darmochwal KD, Kolarz B, Rolinski J, Leszczynska
GB, Oleszczuk J. The concentrations of soluble
HLA-G protein are elevated during mid
gestation and decreased in pre-eclampsia. Folia
Histochem Cytobiol. 2012 Jul 5;50(2):286-91
34. Laskowska M, Oleszczuk J. Serum soluble human
leukocyte antigen-G in pregnancies complicated
by severe preeclampsia. Perinatal Medicine.
2011; 17(3):147-152
35. Hiby SE, Apps R, Sharkey AM, Farrell LE, Gardner
L,  Mulder A,  Claas FH and at al. Maternal
Activating KIRs Protect Against Human
Reproductive Failure Mediated by Fetal HLA-C2.
J Clin Invest. 2010;120(11):4102-4110
36. Moffett A and Hiby SE. How Does the Maternal
Immune System Contribute to the Development
of Pre-eclampsia. Placenta.  2007;28 Suppl
A:S51-6
37. Hanna J, Goldman-Wohl D, Hamani Y, Avraham
I,  Greenfield C,  Natanson-Yaron S,  Prus D
and at al. Decidual NK cells Regulate Key
Developmental Processes at The Human Fetal-
Maternal Interface. Nat Med. 2006;12(9):1065-
1074
Buku Ilmiah Fetomaternal
148
Twin to Twin Transfusion Syndrome, Apa yang Dapat Kita Lakukan di Perifer?

M .Adrianes Bachnas
Divisi Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi,

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/ RS Dr. Moewardi, Solo

PENDAHULUAN rujukan, barier sosial budaya menyulitkan ini untuk


dapat dilaksanakan. Sehingga perlu ada terobosan
Sekitar 1/3 dari kehamilan kembar merupakan gagasan untuk berbuat sesuatu dibanding hanya
monozigot, 3/4 dari kembar monozigot adalah berpangku tangan dan melihat kedua janin TTTS
monokorionik diamnion, dan 1/10 nya adalah twin meninggal.
transfusion syndrome (TTTS). Sekitar 3000 kehamilan
diprediksikan terjadi pertahun di Indonesia.1,2 ISI
Adanya anastomosis pembuluh darah plasenta
antara kedua janin tersebut membuat darah Pada tahun 2018 di RS Dr. Moewardi terdapat
dari janin donor ditranfusikan ke janin penerima empat kasus TTTS. Rata-rata usia kehamilan pada
sehingga janin donor tersebut menjadi hipovolemik saat datang 26.5 minggu (dari 23 sampai dengan 29
dan anemik. Sebaliknya janin penerima menjadi minggu). Sebanyak 50% (2 kasus) adalah Quintero III
polisitemik dan hipervolemik fetalis. Janin resipien dan 50% (2 kasus) Quintero II.
lebih buruk prognosisnya akibat cardiac overflow Septostomi dan amnioreduksi dilakukan
damage. Sementara janin donor akibat hipoksia yang pada 2 kasus (50%), 25% (1 kasus) hanya dilakukan
3
frekuen. amnioreduksi dikarenakan stuck twin pada posisi
Penegakan diagnosis TTTS prenatal dapat posterior sehingga sangat sulit dijangkau needle
dilakukan dengan ultrasonografi hanya dengan 2 untuk septostomi. Satu kasus tidak dilakukan
kriteria: (1) korionisitas: monokorion diamnion, dan tindakan intervensi karena datang sudah dalam
(2) oligi-polihidraminon. Korionisitas dengan melihat persalinan fase aktif. Pada seluruh kasus yang
T-sign, dan layer tipis tunggal. Oligohidramnion intervensi, sebelumnya mendapatkan antibiotik
dengan melihat single deepest pocket <2cm, profilaksis, steroid untuk pematangan paru, dan
4
sementara polihidramnion >8cm. Quintero Staging, magnesium sulfat untuk neuroprotektor. Setelah
memiliki 5 derajat keparahan yang terjadi secara tindakan diberikan tokolitik dengan nifedipin selama
sekuensial (berturutan) I. diskordan cairan amnion, 3 hari.
II. diskordan VU, III. diskordan arus darah umbilikal, Persalinan terjadi rata-rata 19.6 hari pasca
5
IV. janin hidrops, V. janin meninggal. Salah kaprah tindakan intervensi (1 kasus terjadi persalinan
sering terjadi untuk diskordan taksiran berat janin setelah 46 hari). Pasca intervensi 1 kasus datang
(TBJ). Diskordan TBJ 80% terjadi pada sIUGR, dengan pemberat preeklampsia, presentasi bokong,
sementara TTTS hanya sekitar 15%. Sehingga perlu ketuban pecah dini yang telah dalam persalinan fase
dipahami benar bahwa diskordansi TBJ adalah bukan laten sehingga
kriteria diagnosis TTTS yang utama ataupun yang Nama : M Adrianes Bachnas, dr. SpOG (K)
Judul
5
pertama. : Twin to twin transfusion syndrome, Apa yang dapat
Manajemen terbaik untuk TTTS hingga saat ini kita lakukan di perifer? No.Hp: 08122692928
Email :
adalah fetoskopi laser. Fetoskopi laser memberikan bachnasadri@gmail.com
angka keselamatan untuk satu janin di atas 95% diputuskan untuk dilakukan seksio sesaria
dan untuk kedua janin di atas 82%. Tindakan ini emergensi. Satu kasus dengan ketuban pecah dini
dilakukan pada umur kehamilan 22-24 minggu atau dan persalinan prematur dan berakhir dengan partus
maksimal pada 26 minggu. Optimal pada quinter0 pervagina. Satu kasus diputuskan dilakukan terminasi
2 atau maksimal 3. Namun belakangan ditarik pada dikarenakan terjadi perburukan dari Quintero II
quinterio 1 saat sudah terjadi kerusakan otot jantung menjadi Quintero IV dengan ditemukannya hidrops
khususnya pada janin resipien. Maka tugas dari pada salah satu janin.
perifer sebenarnya adalah menemukan kasus seawal Total 50% (2 kasus) lahir pervaginam dan 50%
mungkin dan melakukan rujukan ke senter fetoskopi (2 kasus) lahir perabdominam. Sebenarnya 100%
5
laser. Sayangnya barier ekonomi, barier sistem (8 bayi) lahir hidup namun yang berakhir selamat

Buku Ilmiah Fetomaternal


149
M .Adrianes Bachnas

beberapa hari pasca salin hingga seterusnya tinggal 3 Penelitian ini melibatkan 142 kasus dari 3 senter
janin. dengan 62.5% (5 kasus) bayi lahir berat badan di Eropa (90% di Perancis) dengan usia kehamilan
<1000 gr dan 37.5% (3 kasus) bayi lahir berat badan <26 minggu.9 Secara anastomosis pembuluh darah
>1500 gr; Semua (8 bayi) memerlukan perawatan sirkulasi janin 1 dan sirkulasi janin 2 pada plasenta
intensif di HCU neonatus tetapi rata rata perawatan yang dapat menyebabkan TTTS maka intervensi
selama <3 hari. Sebanyak 50% (4 bayi) meninggal ini adalah intervensi definitif. Plasenta akan dibagi
dikarenakan prematuritas dan 12.5% (1 bayi) sehingga masing masing janin tersebut akan
meninggal dikarenakan hydrops fetalis. Sedangkan mendapat suplai darah, oksigen, dan nutrisi sendiri. 9
37.5% (3 bayi) yang berhasil hidup dengan berat Pada daerah perifer yang sulit untuk
badan lahir > 1500gr. Tindakan septostomi- menjangkau fasilitas fetoskopi laser, ACOG
amnioreduksi setidaknya menyelamatkan 3 janin, merekomendasikan untuk dilakukan pilihan
dua janin donor dan satu janin resipien. manajemen ekspektatif ataupun intervensi
sederhana seperti amnioreduksi dan septostomi.
DISKUSI Amnioreduksi merupakan tindakan intervensi
dipandu sonografi yang bertujuan untuk mengurangi
TTTS merupakan komplikasi dari kehamilan kembar tekanan intraamniotik pada kondisi polihidramnion.
monokorionik diamnion. Meliputi 10-17% kematian Tindakan ini diharapkan dapat munurunkan resiko
perinatal. Jika tidak ditangani resiko tersebut persalinan prematur dan memperbaiki sirkulasi
dapat mengakibatkan kematian perinatal sampai utero-plasenta. Serta untuk kenyamanan ibu yang
6,7
dengan mendekati 85%. Penatalaksanaan mengalami dispnea karena overdistensi. Perbaikan
TTTS membutuhkan perhatian khusus. ACOG sirkulasi dan berkurangnya kompresi akan tergambar
merekomendasikan tindakan subspesialistik dari perbaikan hasil doppler velosimetri, utamanya
fetomaternal untuk dilakukan tindakan intervensi pada janin donor.10
pada usia yang tepat diantaranya fetoskopi laser, Fisk et al mengatakan amnioreduksi dapat
amnioreduksi, septostomi, dan lainnya.8 menurunkan tekanan intraamniotik sehingga
Studi EUROFETUS menunjukkan hasil 86% mengurangi rasa sesak pada ibu dan meningkatkan
untuk setidaknya menyelamatkan 1 janin dengan perfusi uteroplasenter.13 Pada kasus serial ini
fetoskopi laser dibandingkan dengan amnioreduksi tindakan amnioreduksi memberikan hasil cukup baik
pada Quintero I dan II serta 66% pada III dan IV. dibuktikan dari berkurangnya keluhan sesak pada ibu

Tabel 1 Karakteristik, Pemeriksaan dan Luaran Perihal. KPD = Ketuban Pecah Dini

Buku Ilmiah Fetomaternal


150
Twin to Twin Transfusion Syndrome, Apa yang Dapat Kita Lakukan di Perifer?

dan berkurangnya kontraksi preterm dikarenakan kasus 2 dimana terjadi komplikasi ketuban pecah dini
distensi perut berlebih akibat polihidramnion 2 hari pasca tindakan septostomi dan amnioreduksi
sehingga kehamilan tetap bisa dipertahankan. terakhir. Lahir pervaginam bayi I: 700gr dan bayi
Hubinont et al melaporkan kasus dengan II: 650gr. Tetapi setelah perawatan intensif di HCU
tatalaksana serial Amnioreduksi, dari penelitiannya Neonatus, hanya dalam waktu kurang dari 3 hari
tersebut didapatkan perinatal survival rates 41.2%- kedua bayi tersebut meninggal karena komplikasi
62.5%, dimana pembesaran jantung yang disertai preterm.
regurgitasi katup trikuspid bersifat reversible pada Tampak bahwa keselamat bayi sangat tergantung
45% kasus.11 dari prematuritas bukan hanya dari intervensi. Bila
Tindakan septostomi juga memberikan hasil intervensi dapat memprolongasi kehamilan seperti
yang baik, dibuktikan pada kasus 4 dimana terjadi kasus ke-4 maka luaran janin menjadi sangat baik
peningkatan jumlah air ketuban pada janin donor dimana kedua janin baik respien maupun donor
serta perbaikan aliran darah plasenta dimana pada dapat diselamatkan. Sesuai dengan literatur
kasus 4 semula ditemukan Absent end diastolic flow bahwa janin resipien memiliki prognosis yang lebih
(AEDF) pada pemeriksaan doppler a.umbilikalis yang buruk meski lebih besar taksiran berat janinnya.
mana setelah dilakukan septostomi kembali menjadi Kondisi ini diakibatkan oleh kerusakan otot jantung
normal. Tetapi pada kasus 1 walaupun telah dilakukan akibat volume overload yang sifatnnya cenderung
tindakan septostomi dan amnioreduksi, tetap terjadi permanen dan fatal. Sementara janin donor,
perburukan kondisi janin dimana ditemukan hidrops meskipun kecil, bila sirkulasi laju darah ke janin bisa
fetalis pada salah satu janin sehingga dilakukan di jaga sedemikian rupa sehingga hipoksia tidak
terminasi. Moise et al melaporkan perbandingan terlalu frekwen akbita kompresi maka luaran janin
amnioreduksi dengan septostomi dalam hal luaran cukup baik.
perinatal setidaknya 1 janin bertahan adalah
sama (78% vs 80% dari kehamilan, masing masing; KESIMPULAN
RR=0.94, 95%CI 0.55-1.61; P=.82)12
Keberhasilan tindakan septostomi dan Meningkatkan kualitas diagnosis di perifer adalah
amnioreduksi tidak terlepas dari perjalanan penyakit hal yang mandatori. Kemampuan mendiagnosis
TTTS itu sendiri. Dimana pada kasus 1, setelah 5 hari korionisitas dan sindroma oligo-polihidramnion
pasca tindakan amnioreduksi dan septostomi terjadi seharusnya merata di seluruh faskes perifer. Kasus
hidrops pada janin I (Quintero St II menjadi Quintero yang mampu rujuk maka sebaiknya dirujuk ke senter
St.IV) sehingga tindakan terminasi kehamilan perlu fetoskopi laser. Kasus yang tidak mampu rujuk dapat
dilakukan pada usia kehamilan 30 minggu dengan dilakukan septostomi dan amnioreduksi, setidaknya
luaran perinatal Bayi I: 2000gr dengan hydrops untuk menyelamatkan satu janin. Dibandingkan
fetalis dan Bayi II: 1800gr yang berhasil hidup konservatif, berpangku tangan dan kehilangan
dengan perawatan di HCU neonatus. Begitu juga keduanya.
dengan kasus 4, adanya gejala preeklampsia berat
ditandai dengan tensi yang tinggi serta diperberat DAFTAR PUSTAKA
dengan ketuban pecah dini mengharuskan dilakukan
terminasi pada 40 hari pasca tindakan intervensi 1. Lewi L, Jani J, Blickstein I, et al. The outcome
terakhir. Tetapi luaran perinatal yang cukup baik of monochorionic diamniotic twin gestations
terjadi dimana kedua janin tetap hidup dikarenakan in the era of invasive fetal therapy: a
usia kehamilan saat persalinan mencapai 36 minggu prospective cohort study. Am J Obstet Gynecol
dan berat lahir I: 1800gr dan bayi II: 1560gr. 2008;199:514.e1-8. Level II-1. 

Usia kehamilan juga mempengaruhi luaran 2. Acosta-Rojas R, Becker J, Munoz-Abellana B,
perinatal, onset terjadinya komplikasi TTTS pada et al. Twin chorionicity and the risk of adverse
kasus 3 dimana pasien datang telah dalam persalinan perinatal outcome. Int J Gynaecol Obstet
kemungkinan disebabkan karena distensi berlebih 2007;96:98-102. Level II 

ed
akibat polihidramnion (SDP 19.5 cm) sehingga 3. Cunnigham, et al. William Obstetric 24 . Twin
menginisiasi persalinan preterm. Luaran perinatal to Twin Transfusion Syndrome. McGrawHill.
pada kasus ini juga buruk dikarenakan persalinan 2014: 905 

terjadi pada usia kehamilan 23 minggu dengan lahir 4. Nama : M Adrianes Bachnas, dr. SpOG (K)
Judul
Bayi I: 550gr dan Bayi II: 400gr. Lain halnya dengan : Twin to twin transfusion syndrome, Apa
Buku Ilmiah Fetomaternal
151
M .Adrianes Bachnas

yang dapat kita lakukan di perifer? No.Hp: 11. Dickinson JE, Evans SF. The progression
08122692928
Email : bachnasadri@gmail.com of disease stage in twin-twin transfusion
5. Simpson LL. Twin-twin transfusion syndrome. syndrome. J Matern Fetal Neonatal Med. 2004.
st
In: Copel JA, ed. Obstetric imaging, 1 ed. 16 : 95-101. 

Philadelphia: Elsevier; 2012. Level III. 
 12. Hubinont C.; Bernard P.; Pirot N.; Biard J.-M.;
6. Quintero RA, Morales WJ, Allen MH, Bornick Donnez J., Twin-to-twin transfusion syndrome:
PW, Johnson PK, Kruger M., Staging of twin- treatment by amniodrainage and septostomi,
twin transfusion syndrome, J.Perinatol. 1999. European Journal of Obstetrics & Gynecology
19 : 550-5. 
 and Reproductive Biology 92. 2000 : 141-144. 

7. Cheschier NC, Seeds JW. Polyhydramnios and 13. Moise KJ Jr, Dorman K, Lamvu G, et al. A
oligohydramnios in twin gestations. Obstet randomized trial of amnioreduction versus
Gynecol 1988;71:882–4. [PubMed: 3285268] 
 septostomy in the treatment of twin-twin
8. Saunders NJ, Snijders RJ, Nicolaides KH. Twin- transfusion syndrome. Am J Obstet Gynecol
twin transfusion syndrome during the 2nd 2005;193:701-7 

trimester is associated with small intertwin 14. Fisk N M, Vaughan J, Talbert D. Impaired fetal
haemoglobin differences. Fetal Diag Ther blood gas status in polyhydramnios and its
1991;6:34–6 
 relation to raised amniotic pressure. Fetal Diagn
9. Simpson, LL. Twin-Twin Transfusion Syndrome. Ther 1994; 9:7-13 

Social Maternal Fetal Medicine Clinical
Guideline. American Journal of Obstetric &
Gynecologic. 2013; 6-8 

10. Senat MV, Deprest J, Boulvain M, Paupe
A,Winer N, Ville Y. Endoscopic laser surgery
versus serial amnioreduction for severe twinto-
twin transfusion syndrome. N Engl J Med
2004;351:136-44 


Buku Ilmiah Fetomaternal


152
Update Tatalaksana Edema Paru pada Kasus Preeklampsia

I Wayan Artana Putra


Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultasa Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar

Pendahuluan penurunan residual volume sebesar 20 % dan


Functional residual capacity sebesar 20 %. Dan
Preeklampsia masih menjadi penyebab kematian sebaliknya terjadi peningkatan konsumsi oksigen
ibu nomer dua tertinggi setelah perdarahan. Pada sebesar dan volume tidal hingga 40 %. Kombinasi
preeklampsia, kematian ibu 40 % disebabkan oleh penurunan functional residual capacity dan dan
perdarahan intra cerebral dan 28 % oleh karena peningkatan konsumsi oksigen selama kehamilan
edema.(1) akan meningkatkan risiko hipoksisa pada ibu dan
Edema paru bisa menjadi penyulit sekitar janin. Hipoksemia dan hipoksia yang persisten
0,05% kehamilan berisiko rendah dan dapat sangat membahayakan dan memerlukan perawatan
berkembang hingga 2,9% pada kehamilan yang intensif. (7,8)
diperberat oleh preeklampsia terutama yang disertai Edema paru akut pada wanita hamil adalah
oleh komplikasi medis, bedah atau obstetrik. 70% peristiwa yang mengancam jiwa dan menyebabkan
dari kasus edema paru terjadi dalam 71 jam setelah morbiditas dan mortalitas yang signifikan dalam
melahirkan. Pada wanita dengan preeklampsia kehamilan. Kematian telah dilaporkan pada sekitar
dengan gejala berat atau sindrom HELLP edema 10% kasus yang sering mencerminkan kegagalan
paru akut terjadi antaraa 4,3 % sampai 15 persen multiorgan. (5,6)
kasus. Pada wanita dengan eklampsia angkanya
Patofisiologi
berkisar antara 5% sampai 33%. Di Rumah sakit dr
Soetomo Surabaya edema paru pada preeklampsia Penyebab dari edema paru adalah multifaktorial.
terjadi pada 7,3 % kasus pada tahun 2013 dan 4,3% Faktor-faktor yang sudah ada sebelum hamil seperti:
kasus pada tahun 2014. Sebanyak 70% edema paru penyakit jantung kongenital, hypertensi, BMI yang
terjadi post partum dan 30 % terjadi ante partum. tinggi kelainan endokrin dan pengguna obat kokain.
Edema paru acut berkontribusai terhadap kematian Faktor risiko yang berhubungan dengan kehamilan
ibu se.besar 17,2% dari semua ibu hamil yang seperti: kehamilan multiple, kardiomyopati
mengaalami hypertensi dalam kehamilan di Afrika peripartum, sepsis, emboli paru dan syndrome HELLP.
selatan. (2,3,4) Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
Edema paru akut dapat disebabkan oleh pengelolaan kehamilan meliputi: penggunaan
berbagai gangguan dari salah satu penentu utama tokolitik, steroids, dan keseimbangan cairan yang
fungsi kardiovaskular dan aliran cairan ke interstitium positif (> 2000 cc).(9) Menurut hukum starling,
paru. Tekanan hidrostatik, tekanan osmotik koloid, adanya faktor-faktor yang menyebabkan penurunan
dan permeabilitas kapiler menentukan jumlah tekanan osmotik koloid, peningkatan permiabelitas
cairan dalam interstitium paru dan dijelaskan oleh kapiler atau peningkatan tekanan hidrostatik intra
persamaan Starling. Ini umumnya terjadi dalam vaskuler akan menyebabkan ekstravasasi cairan dari
kaitannya dengan disfungsi organ multipel daripada ruang vaskuler dan akan menjadi predisposisi dari
sebagai komplikasi yang tersendiri. Terjadinya edema edema paru. Penyebab yang spesifik dari edema paru
paru pada preekampsia dipermudah oleh adanya akut adalah pemberian terapi tokolitik pada periode
perubahan fisiologis kehamilan, serta efek kontribusi antenatal dan pemberian cairan yang berlebihan
patofisiologi pre-eklampsia berupa kerusakan pada pasien dengan preeklampsia pada periode post
endothel, peningkatan tekanan intravaskuler dan partum. (5,9)
hypoalbumin. (6) Pada persalinan terjadi perubahan kekuatan
Pada kehamilan terjadi edema saluran hidrostatik-onkotik yang terjadi dalam 15 jam
pernafasan atas sebagai akibat dari peningkatan postpartum. Peningkatan tekanan hidrostatik pada
volume darah dan adanya hormon kehamilan kapiler paru juga dapat terjadi sebagai akibat dari
yang menginduksi terjadinya edema mukosa dan disfungsi jantung kiri, kelebihan cairan iatrogenik
hypervaskularisasi. Pada kehamilan juga terjadi dan mobilisasi cairan ekstra vaskular post partum.

Buku Ilmiah Fetomaternal


153
I Wayan Artana Putra

Penggunaan koloid tanpa pemantauan yang memadai Gejala klinis dan Diagnosis
dapat meningkatkan risiko edema paru. Patologi yang
mendasari peningkatan permeabilitas kapiler pada Gambaran klinis edema paru diakibatkan oleh
preeklampsia adalah kerusakan endotel yang terjdi kongesti paru bersamaan dengan peningkatan
secara menyeluruh. Kardiomyopati peripartum, afterload yang cepat. Gejala klinis yang sering
kelainan jantung yang sering dijumpai pada pasien muncul pada preeklampsia dengan edema paru
preeklampsia dan hypertensi, merupakan salah adalah sesak nafas yang timbul mendadak disertai
satu pencetus terjadinya edema paru. Edema paru orthopnea, agitasi batuk-batuk dengan frothy
dapat juga didahului oleh pemberian cairan yang sputum, takikardi, ronchi, dyspnea, tachypnea, batuk
mendadak, emboli cairan ketuban atau sepsis. (8,9,10) batuk, dan wheezing. Rerata tekanan darah sistolik
Patogenesis edema paru hidrostatik dikaitkan adalah 160mm Hg, sedangkan rerata tekanan darah
terutama dengan perbedaan tekanan menurut diastoliknya adalah 96mm Hg. (3,5,12)
hukum Starling. Edema paru terjadi karena Diagnosis edema paru dibuat berdasarkan anamnesis
ekstravasasi cairan yang disebabkan peningkatan adanya faktor risiko dan gejala klinis tersebut
tekanan hidrostatik atau penurunan gradien tekanan diatas dan pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada
onkotik melintasi barrier alveolo-kapiler. Selain itu, pemeriksaan fisik paru dijumpai adanya ronkhi
kapasitas sistem limfatik untuk mengeluarkan cairan basah di basal paru bahkan diseluruh lapangan
dari ruang interstitial dan untuk mengalirkan ke vena paru, suara S3 irama gallop, disertai murmur dan
sistemik tergantung pada tekanan vena sistemik dan penurunan saturasi oksigen. Pemeriksaan penunjang
integritas limfatik. Gambaran klinis edema paru yang diperlukan adalah pemeriksaan rontgen
didominasi oleh kongesti paru karena peningkatan thorax dan analisa gas darah untuk mengetahui
afterload akut. Peningkatan afterload dapat menjadi Pa O2, PaCo2 dan perubahan satatus asam basa
mekanisme utama yang bertanggung jawab atas dari pasien. Pada pasien pasien tertentu mungkin
edema paru yang menyebabkan disfungsi jantung diperlukan pemeriksaan EKG dan ekhokardiografi,
akut dan kongesti paru, atau bisa sekunder akibat spiral CT imaging, ventilation/perfusion scan,
disfungsi jantung yang berat. (11,12) atau pulmonary arteriography. Hal ini diperlukan
untuk menyingkirkan adanya cardiopulmonary
compromise, seperti emboli paru ,pneumonia dan
kardiomyopati (5, 13).

Gambar 1 Skema terjadinya edema paru(diambil dari kepustakaan no 11

Buku Ilmiah Fetomaternal 1


154
Update Menagemen Edema Paru pada Kasus Preeklampsia

Target Terapi Terapi

Penanganan edema paru pada prinsipnya Dalam praktek klinis, manajemen akut edema paru
adalah penanganan kedaruratan medis dimana terdiri dari pemberian opiat intra vena, diuretik,
perawatannya harus disesuaikan secara individual vasodilator, obat -obat inotropik, dan ventilasi
dengan urgensinya, mekanisme patofisiologis yang mekanis. Kira-kira 70-80% kasus, pasien edema paru
mendasarinya, dan karakteristik hemodinamik akut diobati dengan kombinasi terapi intra vena.
yang terjadi. Beratnya gejala klinis harus diidentifikasi, kecemasan dan mengurangi rasa sakit.
karena sebagian besar kematian terjadi pada hari
pertama masuk. Tekanan darah sistolik adalah 1. Diuretik
salah satu prediktor yang paling penting dalam
memprediksi buruknya penyakit bahkan kematian Diuretik intravena adalah komponen penting dari
di rumah sakit pada kasus edema paru. Pedoman pengobatan edema paru, dan pedoman terbaru
tatalaksana terbaru merekomendasikan bahwa menganggap diuretik I.V. sebagai terapi lini pertama.
pasien dengan edema paru dapat dikelompokkan Furosemide adalah diuretik yang paling umum
berdasarkan risiko sejak saat diagnosis dan perlu digunakan. Loop diuretik menghambat reabsorpsi
pemantauan dan perawatan intensif sesuai dengan NaCl dan menghasilkan natriuresis dan diuresis.
tekanan darah sistolik saat masuk. Disamping Efek diuretik terjadi 35-45 menit setelah pemberian
segera melakukan dekongesti, identifikasi cepat dari I.V. Furosemide bekerja dengan menghambat co-
faktor pencetus dan etiologi yang mendasari adalah transporter Na / 2Cl / K ginjal di membran luminal
langkah penting dalam manajemen edema paru. dari loop of Henle, yang bertanggung jawab terhadap
Faktor-faktor pencetus yang bertanggung jawab atas reabsorpsi 35% natrium yang difilter. Furosemide juga
ketidakstabilan hemodinamik dan presentasi klinis menghambat Na / 2Cl / K co-transporter yang sama
juga harus diidentifikasi dan ditangani. (11,14) dalam sel epitel alveolar, mempengaruhi sekresi
Tujuan awal dari penanganan edema transepitel klorida dan meningkatkan pembersihan
paru adalah untuk segera memperbaiki gejala cairan alveolar serta mengurangi edema. (5,8,11)
klinis, mengembalikan oksigenasi jaringan, dan Selanjutnya, furosemide I.V. menghasilkan
menstabilkan kondisi hemodinamik pasien. venodilatasi langsung, efek yang dapat dilihat
Perbaikan dispnea yang cepat merupakan tujuan dalam 2-5 menit setelah pemberian. Pengurangan
utama pengobatan dan merupakan penentu yang cepat dari venous return yang dihasilkan oleh
efektifitas pengobatan. furosemide biasanya terjadi sebelum diuresis dan
Karena redistribusi volume relatif memainkan hal ini relevan secara terapi untuk mendapatkan
peran utama dalam patofisiologi edema paru, strategi perbaikan gejala pada edema paru. Namun,
terapeutik harus fokus pada transisi mengembalikan efek venodilator bersih furosemide sulit untuk
ke reservoir vena. Tujuan ini dapat dicapai dengan: dinilai, karena penurunan volume sirkulasi yang
1) mengurangi tekanan hidrostatik kapiler paru; 2) dihasilkan oleh furosemide adalah pada aktivasi
meningkatkan drainase limfatik dengan mengurangi neurohormonal. Secara historis, venodiltaasi
tekanan vena sistemik; atau 3) mengeluarkan atau langsung telah menjadi salah satu argumen untuk
memindahkan cairan dari alveoli. (6,11) penggunaan diuretik I.V. pada edema paru karena
Pada umumnya, pengobatan agresif kongesti patofisiologi utama dari edema paru adalah akibat
paru dapat mengubah keseimbangan antara tekanan dari redistribusi cairan daripada akumulasi cairan
end-diastolik dan volume end-diastolik, yang akan keseluruhan. Efektifitas penggunaan loop diuretik
berdampak negatif pada cardiac output (CO), tekanan juga seimbang dengan keterbatasan resistensi
darah sistolik, dan perfusi end-organ (ginjal, koroner). diuretik, aktivasi neurohormon, dan memburuknya
Akibatnya, beberapa pasien mungkin mengalami fungsi ginjal.(5,8,11)
perburukan iskemia, aritmia yang mengancam jiwa, Hal utama yang harus diperhatikan dengan
atau penurunan fungsi ginjal selama pengobatan. penggunaan diuretik loop I.V. adalah fenomena
Oleh karena itu, selain mengurangi kongesti paru, adaptasi nefron, yang terjadi pada pasien yang
strategi terapeutik harus mencegah kerusakan sebelumnya terpapar penggunaan jangka panjang
end organ dan tidak meningkatkan risiko iskemia, furosemide oral. Terapi furosemide jangka panjang
kecenderungan aritmia jantung, dan atau secara dapat menginduksi ‘adaptasi nefron’, masing-
permanen mengubah hemodinamik intrarenal. (6,11,14) masing peningkatan reaktif dalam kapasitas transpor
Buku Ilmiah Fetomaternal 1
155
I Wayan Artana Putra

natrium transelular aktif dalam segmen tubular yang gambaran klinis keseluruhan, tetapi tidak boleh
terletak jauh dari lokasi tempat kerja furosemide. ditunda sampai pasien dalam keadaan ekstrem atau
Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya respons memiliki tingkat kesadaran yang berubah. (4,11,16)
natriuretik pada dosis diuretik IV konvensiona dan Karena cadangan oksigen ibu menurun pada
mungkin menjelaskan penggunaan dosis diuretik IV kehamilan, desaturasi arteri yang signifikan akan
yang lebih tinggi pada pasien edema paru. Ada variasi terjadi jika pasien menjadi apnea bahkan untuk waktu
substansial dalam praktik klinis mengenai dosis, yang singkat. Episode demikian juga meningkatkan
cara pemberian, dan durasi terapi, karena sangat risiko hipoksia pada janin. Ventilator mekanis harus
sedikit bukti Level A, kelas I yang tersedia. Namun, disesuaikan untuk menjaga PCO2 dalam kisaran 30
strategi dosis tinggi dikaitkan dengan tren dengan hingga 32 torr. Data yang tersedia tentang ventilasi
kecenderungan lebih besar perbaikan dispnea hiperkapnis permisif pada pasien hamil terbatas,
dengan risiko gangguan fungsi ginjal sementara meskipun PCO2 ibu hingga 60 torr belum terbukti
yang tampaknya tidak memiliki konsekuensi jangka merusak janin. (11,16)
panjang. Pemberian diuretik dianjurkan melalui
bolus intra vena 4 mg/ menit pelan-pelan, dengan 3. Vasodilators
dosis 40-80 mg. kemudian dilanjutkan dengan infus
kontinyu dengan dosis 5-10 mg perjam. (5,11) Menurut pedoman terbaru, vasodilator dapat
dianggap sebagai tambahan untuk terapi diuretik
2. Support ventilasi untuk menghilangkan dispnea bila tekanan darah
sistolik tetap> 110 mmHg. Menariknya, tekanan
Langkah pertama dalam meningkatkan ventilasi darah sistolik digunakan sebagai sinyal keamanan dan
untuk pasien dengan edema paru akut adalah bukan sebagai penanda keberhasilan. Nitrogliserin
memastikan bahwa mereka diposisikan duduk. I.V. (NTG) terutama merupakan venodilator yang
Hal ini mengurangi mismatch ventilasi-perfusi menurunkan preload dan mengurangi kongesti paru.
dan membantu pernafasan bekerja dengan baik. Manfaat hemodinamik dari NTG dihasilkan oleh
Pemberian oksigen tidak dianjurkan secara rutin aktivasi siklik guanosin monofosfat (cGMP) yang
untuk pasien tanpa hipoksemia karena hiperoksemia bergantung pada protein kinase. (11,15)
dapat menyebabkan vasokonstriksi, mengurangi NTG menghasilkan redistribusi darah dari
curah jantung, dan meningkatkan mortalitas jangka sirkulasi sentral ke dalam vena-vena yang besar,
pendek. Oksigen tambahan dan ventilasi berbantu mengurangi kongesti vena paru dan mengurangi
hanya boleh digunakan jika saturasi oksigen kurang impedansi ventrikel kiri, yang menghasilkan
dari 92% . Jika diperlukan, oksigen harus diberikan penurunan tekanan atrium kiri. Terapi nitrat
untuk mencapai target saturasi oksigen sebesar 92- dosis tinggi secara bersamaan dan dosis rendah
96%. Tergantung pada skenario klinis, titrasi oksigen furosemid I.V. dikaitkan dengan mengurangi
dapat terjadi menggunakan sejumlah perangkat penggunaan intubasi dan risiko yang lebih rendah
pemberian oksigen. Oksigen diberikan 4 L / menit dari kejadian kardiovaskular lainnya dibandingkan
melalui kanula hidung, 5-10 L / menit melalui masker, dengan furosemide I.V. dosis tinggi pada pasien
15 L / menit melalui masker reservoir non-rebreather edema paru. Pemanfaatan nitrat I.V. dalam kasus
atau kanula nasal hight-flow dengan fraksi oksigen edema paru karena gagal jantung akut, dibatasi oleh
inspirasi yang lebih besar dari 35%. (5,11) aktivasi dan toleransi neurohormonal reaktif. Jika
Tujuan ventilasi mekanis, baik invasif atau pasien mengalami distress pernafasan, asidosis atau
non-invasif, adalah untuk meningkatkan oksigenasi, hypoksis, meskipun sudah diberikan oksigen, maka
mengurangi kerja pernapasan, memindahkan hal itu adalah indikasi melakukan ventilasi mekanis
cairan alveolar dan interstitial ke kapiler. Ventilasi non invasive. (5,8,11)
mekanis juga berguna untuk membalikkan asidosis
pernapasan dan hiperkapnia, dan pada akhirnya 4. Obat-obat inotropik
dapat meningkatkan perfusi jaringan. Dengan
menggunakan model skoring sederhana Wardhana Sebagian besar pasien yang dirawat dengan edema
dkk. (2018), mendapatkan 46%-99% kasus edema paru memiliki kongesti paru terkait dengan tekanan
paru memerlukan ventilator. Keputusan untuk pengisian ventrikel kiri yang tinggi. Meskipun
memulai MV harus diantisipasi dan harus didasarkan sebagian besar hipertensi atau normotensif saat
pada penilaian klinis, dengan mempertimbangkan masuk, sekitar 10-15% dari pasien edema paru datang
Buku Ilmiah Fetomaternal 1
156
Update Menagemen Edema Paru pada Kasus Preeklampsia

dengan tekanan darah sistolik yang rendah sebagai Pasien dengan edema paru dapat dikelompokkan
hasil dari Cardiac Output yang rendah sehingga berdasarkan risiko sejak munculnya gejala dan
obat-obat inotropik diperlukan. Pasien edema paru diagnosis awal, dan memerlukan terapi intensif,
lainnya mungkin mengalami penurunan tekanan yang sering ditentukan oleh tekanan darah sistolik
darah sistolik yang tidak terduga dan tiba-tiba awal. Stratifikasi pasien dapat meningkatkan alokasi
selama perawatan sebagai akibat dari pengobatan sumber daya dan memusatkan intensitas perawatan
agresif dari kongesti paru atau resolusi dari respons pada pasien yang kemungkinan besar mendapat
stres reaktif. Pada kondisi ini membutuhkan inotrop manfaat dari terapi agresif awal.
I.V. untuk mempertahankan CO dan tekanan perfusi. Penananganan dengan berbagai mode
Tekanan darah sistolik yang rendah atau adanya bertujuan untuk mengembalikan oksigenasi optimal
tanda-tanda hipoperfusi jaringan, serta kebutuhan dan hemodinamik yang stabil dengan jumlah cairan
terapi inotropik, dihubungkan dengan tingginya terendah. Untuk mengurangi komplikasi ibu dan
mortalitas jangka pendek. Inotrop yang paling janin, penatalaksanaan didasarkan terutama pada
umum digunakan adalah agen simpatomimetik pengobatan gejala dan tanda-tanda efek sekunder
(Dobutamine dan dopamine). Tetapi obat-obat pre eklampsia. Penanganan pasien edema paru
ini sering dikaitkan dengan efek samping seperti meliputi pemberian diuretik, support ventilasi,
iskemia, tachyarrhythmias, dan hipotensi, dan dapat vasodilator, obat inotropik dan morphin. Manajemen
meningkatkan mortalitas di rumah sakit dan setelah pasien edema paru idealnya harus multidisiplin dan
pulang dari rumah sakit. Namun, karena hipoperfusi ahli anestesi dan harus terlibat dalam perawatan
sistemik akibat dari Cardiac Output rendah terjadi, pasien dari tahap awal. (8,11)
maka obat-obat simpatomimetik tetap menjadi
terapi utama. Meskipun berhubungan dengan efek DAFTAR PUSTAKA
samping jangka panjang, yang mungkin dimediasi
melalui cedera miokard yang memburuk. Untuk 1. Khan A., Ghosh A.,Banerjee P.K.,Mondal T.K.,
pemberian obat-obat simpatomimetik, pengobatan Analysis is of the cause of maternal death in
yang didahului dengan beta-blocker sangat baik preeclampsia. 2014, IOSR Journal of Dental and
dalam memengaruhi respons klinis yang diharapkan. Medical Sciences (IOSR-JDMS)e-ISSN: 2279-
(11,12,15)
0853, p-ISSN: 2279-0861.Volume 13, Issue 3 Ver.
VI. (Mar. 2014), PP 07-10 www.iosrjournals.org
5. Morphin 2. Thornton, C.E. Dadelszen P.V., Makris A.
Acute Pulmonary Oedema as a Complication
Morfin juga digunakan dalam pengobatan edema of Hypertension During Pregnancy 2011,
paru, meskipun kurangnya bukti yang mendukung Hypertension in Pregnancy, 30:169–179, 2011,
kemanjurannya. Pemberian morphin menimbulkan DOI: 10.3109/10641950902972140 .
efek vasodilatasi sistemik dan mengurangi 3. Bhatnagar P.K., and Bordia K., Prevalence,
kecemasan yang berkaitan dengan dispnea. clinicL presentation, diagnosis and treatment
Penelitian in vivo telah mengkonfirmasi bahwa of acut pulmonary oedem in severe pregnancy-
pemberian morfin I.V. mengurangi resistensi vaskular induced hypertention and eclampsia case in
sistemik (SVR) dan venous return. Tetapi dilain pihak, Tribal population south of Rajasthan, J. Evid.
morphin dapat menginduksi depresi pernafasan Based Med. Healthc., pISSN- 2349-2562, eISSN-
yang dapat memperburuk hipoksemia pada pasien 2349-2570/ Vol. 3/Issue 38/May 12, 2016
yang sudah hipoksikemik dan mempengaruhi perfusi 4. Wardhana M.P.,Dachlan E.G., and Dekker
serebral, yang pada akhirnya memerlukan intubasi. G. Pulmonary edema in preeclampsia: an
Penggunaan diuretik dan vasodilator I.V. dapat Indonesian case–control study The Journal of
mengurangi kongesti paru dan menghindari efek Maternal-fetal & Neonatal Medicine http://
buruk morfin pada pengaturan pernapasan. Morfin dx.doi.org/10.1080/14767058.2017.1295442.
mungkin berguna pada beberapa pasien dengan 5. Devi D.S.,Kumar B.V., Case report, A case of
edema paru akibat iskemia miokard ketika diperlukan severe preeclampsia presenting as acute
analgesia dan sedasi. Dosis yang digunakan adalah pulmonary oedema, 2015 Department
1-2,5 mg. (11,12). of Obstetrics & Gynecology, Government
Kesimpulan Medical College, Kozhikode, Kerala, India
DOI: http://dx.doi.org/10.18203/2320-1770.
Buku Ilmiah Fetomaternal 1
157
I Wayan Artana Putra
org/10.1873/austprescr.2017.013
ijrcog20160608.
6. A. T. Dennis and C. B. Solnordal Acute pulmonary 13. Kubota Y, S and   Nelson C.P, Fulminant
oedema in pregnant women, Anaesthesia antenatal pulmonary oedema in a woman
a 2012 The Association of Anaesthetists of with hypertension and superimposed
Great Britain and Ireland, doi:10.1111/j.1365- preeclampsia, 2015 BMJ Case Rep. 2015; 2015:
2044.2012.07055.x bcr2015212751. Published online 2015 Nov 25.
7. Anonim, Critical Care in Pregnancy, in Dries 14. Gandhi S., Sun D., Alison L. et al. The Pulmonary
M.D.,Fundamental Critical care Support, fifth Edema Preeclampsia Evaluation (PEPE)
ed. 2014, Society of Critical Care Medicine, The Study, 2014, J. Obstet Gynaecol Can 2014; 36
intensive Care Professionals. (12):1065-1070
8. Gei A.F. Suarez V.R. Respiratory Emergencies 15. Ana C. B. Pordeus, Katz L, Mariana C. Soares,
During Pregnancy, in Foley M.R. ed. Obstetric Sabina B. M, Melania M. R. A., Acut Pulmonary
Intensive Care Manual, fourth ed 2013.McGraw- edem in an acut intensive care unit, Pordeus et
Hill Inc. al. Medicine (2018) 97:28
9. Ricketts R, Huang H and Wali A, Acute Pulmonary 16. Hamada K.,Chigusa Y.,Kondoh E., et al.
Edema and Pulmonary Hypertension in a Pre- Noninvasive Positive-Pressure Ventilation for
Eclamptic Pre-Term Woman , 2018, Department Preeclampsia-Induced Pulmonary Edema: 3
of Anesthesiology, Baylor College of Medicine Case Reports and a Literature Review , 2018,
USA Case Reports in Obstetrics and Gynecology
10. Somani S., Somani S. Sudhir S.and Meerajudin, Volume 2018, Article ID 7274597, 6 pages
Eclampsia complicated with pulmonary edema https://doi.org/10.1155/2018/7274597 .
and postpartum cardiomyopathy-a challenge
task, 2017, International Journal of Pregnancy
& Child Birth, Volume 2 Issue 4 - 2017
11. Chioncel O, Collins S.P, Ambrosy A.P.,
Gheorghiade M and Filippatos G. Pulmonary
Oedema—Therapeutic Targets, 2015, Radclife
Cardiology 2015
12. Purvey M.,Allen G. Managing acute pulmonary
edem, Aust Prescr 2017; 40:59-63 http://doi.

Buku Ilmiah Fetomaternal 1


158
Diagnosis Prenatal Hidrops Fetalis

Amillia Siddiq
Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

PENDAHULUAN 2.2 Prevalensi


Prevalensi Hidrops Fetalis diperkirakan sekitar
1.1 Latar Belakang 1:2000 persalinan (jeanty), 1: 2500-3000 persalinan
Hidrops fetalis merupakan adanya akumulasi (Roberto Romero), sedangkan prevalensi non imun
berlebih dari cairan serosa dalam tubuh di jaringan hidrops diperkirakan 2-4 per 10.000 persalinan.2
lunak (soft tissue) berupa edema pada janin di dua Prevalensi Hidrops Fetalis non imun berkisar 1:1500
atau lebih rongga serosa (pericardium, pleura dan kehamilan trimester kedua. Angka kejadian Hidrops
ascites). 1,2 Fetalis imun menurun dikarenakan adanya imun
Etiologi hidrops fetalis diklasifikasikan globulin anti-D, penelitian tentang Doppler MCA
berdasarkan faktor imun dan non imun. Faktor imun dalam mendeteksi anemia berat, dan transfusi fetus
disebabkan akibat hemolisis yang dimediasi dari segera ketika dibutuhkan.1,4
sirkulasi antibodi ibu ke antigen sel darah merah
bayi. Saat ini, kasus yang lebih sering terjadi adalah 2.3 Etiologi
Hidrops fetalis non imun. Diperkirakan 90% dari Etiologi non imun Hidrops Fetalis adalah sejumlah
kasus Hidrops Fetalis yang terjadi termasuk dalam besar kelainan fetal atau maternal seperti:2
klasifikasi Hidrops fetalis non imun. 3,4 • Kelainan jantung (kelainan jantung dan aritmia)
Hidrops Fetalis non imun disebabkan berbagai • Anemia (kelaianan darah seperti: thalassemia,
faktor seperti diantaranya faktor kardiak dan non transient red cell aplasia)
kardiak, anomali, kelainan sindrom, aneuploidi, • Infeksi (cytomegalovirus, toksoplasma, sifilis,
infeksi kongenital, Twin-to-twin transfusion parvovirus B-19), kelainan kromosom dan
syndrome, korioangioma dan berbagai kondisi Mendelian.
lainnya. Disamping itu, pada 15%-25% kasus, • Kehamilan multiple (twin-to-twin transfusion
penyebab pastinya masih belum diketahui. Angka syndrome, twin reverse arterial perfusion
kematian kasus hidrops fetalis termasuk tinggi syndrome)
mencapai hingga 75%. Maka dari itu diagnosis
prenatal merupakan salah satu cara untuk mengelola 2.4 Patofisiologi
dan mengetahui kondisi hidrops fetalis lebih dini. 4
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu Patofisiologi yang menyebabkan hidrops pada
cara untuk mendeteksi dini kasus hidrops fetalis janin masih belum pasti, hidrops imun dipercaya
dalam kandungan. Faktor yang paling penting untuk memiliki beberapa kesamaan dengan hidrops non
memastikan pengobatan yang tepat dari janin imun seperti penurunan tekanan onkotik koloid,
dengan hidrops adalah diagnosis yang tepat dan peningkatan tekanan hidrostatik dan peningkatan
rinci. Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk permbeabilitas vaskular. Pada hidrops fetalis
mengetahui etiologi dan kondisi dari hidrops seperti imun, umumnya patofisiologi berkaitan dengan
lokasi, jumlah cairan yang terakumulasi, indeks penyakit inkompabilitas Rh dan ABO, dimana pada
cairan amnion, ketebalan plasenta, ekokardiografi keadaan tersebut, sistem imun ibu menghasilkan
janin dan velosimetri dopler.4 antibodi yang melawan sel darah merah janin yang
dikandungnya. Pada isoimunisasi D, hemolisis berat
TINJAUAN PUSTAKA dan berkepanjangan menyebabkan anemia (reaksi
hipersensitivitas tipe II) yang akibatnya menstimulasi
2.1 Definisi hiperplasia eritroit sumsum tulang yang jelas.1
Hidrops fetalis adalah akumulasi berlebihan cairan Anemia pada janin menyebabkan peningkatan
serosa yang abnormal ditandai dengan adanya tekanan pada vena sentral yang mengakibatkan
gambaran edema subkutan dan efusi di setidaknya peningkatan permeabilitas kapiler sehingga cairan
dua kompartemen janin termasuk jaringan lunak dan berkumpul di jaringan-jaringan maupun kavitas
kavitas serosa (perkardium, pleura dan asites).1,5,6 serosa. Bagan pathogenesis terjadinya hidrops
Buku Ilmiah Fetomaternal
159
Amillia Siddiq

Dikutip dari Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, et al.1
seperti gambar berikut ini:1 - Ekokardiografi janin dengan
evaluasi mode-M
2.5 Evaluasi Diagnostik c. Amniosentesis untuk menilai kariotipe janin
Pemeriksaan USG memudahkan dalam menegakkan dan parvovirus B19, CMV, toxoplasmosis.
diagnosa awal hidrops fetalis ini. Diagnosa dapat Pemeriksaan kromosom diperlukan jika
ditegakkan dengan ditemukannya gambaran dua terdapat anomali pada janin.
atau satu bagian mengalami efusi dengan edema d. Jika terdapat perdarahan fetomaternal
anasarka. Edema lebih jelas terlihat disekitar kepala, dan disangka anemia, perlu dilakukan
dada atau ekstremitas. Efusi terlihat sebagai cairan pemeriksaan Kleihauer-Betke.
yang membatasi garis luar dari paru, hati atau visera e. Dipertimbangkan pula pemeriksaan
abdomen. Pada sebagian besar kasus, sonografi α-thallasemia dan/atau kelainan
dan pemeriksaan laboratorium dapat menemukan metabolisme.
penyebab dari hidrops fetalis. Kondisi ini termasuk Pada pemeriksaan USG, kulit fetus normal
pada kasus anemia janin, aritmia, abnormalitas terlihat sebagai batas terang dari organ yang
struktural, aneuploidi, abnormalitas plasenta atau mendasarinya. Distensi dari jaringan kulit yang edema
komplikasi dari kembar monokorionik. dalam USG karateristiknya dapat mudah dikenali.
Penumpukan cairan abnormal pada tubuh fetus
Pemeriksaan awal yang dapat dilakukan bisa dikenali karena memiliki karateristik hipoekoid
sebagai pendukung diagnosa prenatal yang dikedalaman yang bervariasi. Gejala tergantung
ditegakkan antara lain:1 dari keparahan kondisi hidrop fetalis tersebut.
a. Indirect Coomb test untuk menilai Kondisi sedang pada hidrop fetalis mengakibatkan
alloimunisasi hepatomegali, perubahan warna kulit menjadi
b. Pemeriksaan sonografi janin dan plasenta pusat. Kondisi berat dapat mengakibatkan masalah
secara spesifik meliputi pernafasan, gagal jantung, anemia berat, dan ikterik
- Penilaian anatomi untuk melihat berat. Gambaran hidrops fetalis menggunakan USG
kelainan struktural antara lain:7
- MCA Doppler velocimetry untuk
menilai anemia pada janin
Buku Ilmiah Fetomaternal
160
Diagnosis Prenatal Hidrops Fetalis

Gambar 3 Hygroma colli dan Hidro Thorax

Gambar 1 Skin Edema dan edema scalp

Gambar 4 Efusi Pleura dan Efusi Perikard

Gambar 2 Skin edema dan Pulmo Hipoplasia

Buku Ilmiah Fetomaternal


161
Amillia Siddiq
e111-e115.
4. Granese R, Foti G, Iozzo C, et al. A case of fetal
hydrops: prenatal diagnosis and neonatal
management. J APMB. 2018; 106 (1):A2 (1-7).
5. Kumar M, Jha V, Singh A. Nonimmune Hydrops
Fetalis: Factors Which Predict Outcome. J Obstet
Gynecol India. 2018; 68 (3): 197-203.
6. Semerci SY, Babayigit A, Cebeci B, et al.
Cytomegalovirus as a Seldom Cause of Non-
Immune Hydrops Fetalis: Case Report and
Review of the Literature. Iran Red Crescent Med
J. 2017; 19 (8): e55570.
7. Joseph DZ, Igashi J, Joseph G, et al. The role of
ultrasonography in the diagnosis of hydrops
fetalis: A case Report. Int J Med Science
Research and Practice. 2015; 2 (3): 153-155.

Gambar 5 Ascites

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hidrops fetalis merupakan suatu kelainan janin yang


serius dengan prognosis buruk. Tetapi pemeriksaan
USG merupakan hal yang esensial dan efektif dalam
mendiagnosa keadaan hidrops sedini mungkin.
Sebagian besar kasus tetap menjadi masalah
dikarenakan belum adanya pengobatan yang efektif
dan angka kematian perinatal yang masih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY,


et al. William Obstetrics. Edisi 25. United State:
Mc Graw Hill; 2018
2. Pribadi, Adhi. (eds). 2016. Ultrasonografi
Obstetri & Ginekologi. Divisi Kedokteran
Fetomaternal Dep. SMF Obstetri & Ginekologi
RSHS/FK. UNPAD, pp: 365-378
3. He S, Wang L, Pan P, et al. Etiology and Perinatal
Outcome of Nonimmune Hydrops Fetalis in
Southern China. Am J Perinatol Rep. 2017; 7:
Buku Ilmiah Fetomaternal
162
PERKEMBANGAN TERKINI PENYAKIT AUTOIMUN PADA KEHAMILAN

Anita Deborah Anwar


Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

Penyakit autoimun merupakan kelainan gangguan • 1 atau lebih persalianan prematursebelum


multisistem yang kronik. Jenis penyakit autoimun 34 minggu disebabkan karena insufisiensi
yang diketahui saat ini sekitar 80 penyakit, tetapi plasenta
hanya beberapa penyakit autoimun yang akan
dibhas pada makalah ini. Penyakit autoimmune Selain kriteria klinis diatas maka terdapat
didominasi oleh wanita dan sering muncul sebelum pula kriteria laboratoris, yaitu antibody lupus
atau selama usia reproduksi karena itu perencanaan anticoagulant ( LAC), anti cardiolipin antibody)
dan manajemen kehamilan harus dilakukan pada ACA dan anti B2 GP1 (gambar. 1).Penyakit penyakit
populasi ini. Penyakit autoimmun yang sering autoimun sistemik yang kedua adalah SLE (diagnosis
menyertai wanita hamil diantaranya : rheumatoid SLE secara laboratoris ditegakkan jika antinuclear
arthritis (RS) , systemic lupus erythematosus (SLE), antibody positif).2, 8-10 Pemeriksaan laboratorium
Antiphospholipid antibody (APS), multiple sclerosis, yang lain seperti HLA, NK cells dan sitokin
Primary sjogren syndrome, inflammatory myositis, belum direkomendasikan karena adanya ketidak
insulin dependent diabetes mellitus ( DM tipe konsistenan beberapa hasil penelitian.11, 12
1), myasthenia gravis, dan autoimmune thyroid Penatalaksaan pasien APS dan SLE dianjurkan
disease.1-5 Di Amerika pada tahun 1996, insiden pemberian aspirin dosis rendah, hal ini selain untuk
penyakit autoimmune 1,3 per 1000 wanita dan 0,5 mencegah keguguran berulang, juga untuk mencegah
per 1000 laki-laki. Data tersebut memang diambil pertumbuhan janin terhambat dan preeklamsi.
sekitar 20 tahun yang lalu, dan beberapa penyakit American college of obstetricians and gynecologists
autoimmune sudah menunjukkan peningkatan (ACOG ) memasukkan pasien dengan diagnosis APS
insiden. Mekanisme spesifik masing-masing penyakit dan SLE ke dalam risiko tinggi terjadinya preeklamsi
berbeda, akan tetapi secara garis besar mekanisme (tabel 1). 13Pada pasien APS penggunaan kombinasi
penyakit autoimmune adalah sama, yaitu adanya aspirin dosis rendah dengan low molecular weight
sistem immune yang menyerang organ tubuh, heparin menunjukkan luaran yang lebih baik.
jaringan dan sel.1, 5 Penyakit autoimun berdasarkan LMWH telah diterima sebagai standar perawatan
dari target organ yang terkena dibagi menjadi dua saat merawat wanita hamil dengan APS. LMWH
yaitu sistemik seperti SLE, APS, RA, dan spesifik menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan
terhadap organ tertentu seperti penyakit graves dan heparin yang tidak terfraksi.2
diabetes tipe 1.5-7 Penggunaan aspirin dosis rendah cukup
Permasalahan penyakit autoimun sistemik luas dikarenakan beberapa organisasi kesehatan
pada kehamilan sudah mulai muncul pada awal menganjurkan dengan tegas konsumsi aspirin dosis
kehamilan. Beberapa diantaranya berhubungan rendah pada pasien-pasien yang berisiko tinggi
dengan kejadian keguguran berulang, kemudian preeklamsi.7, 11, 13, 14 Kapan dimulainya penggunaan
jika bertahan maka berisiko pertumbuhan janin aspirin dosis rendah bervariasi diantara panduan-
terhambat dan preeklamsi. Sehingga ketika kita panduan tersebut. ACOG menganjurkan penggunaan
berbicara tentang risiko adanya penyakit autoimun paling efektif dimulai saat usia kehamilan 12
pada kehamilan maka kita berbicara tentang risiko minggu dan kurang dari 16 minggu. Aspirin (asam
ketiga hal tersebut. Penyakit autoimun sistemik yang asetilsalisilat ) merupakan obat golongan NSAID
tersering menyebabkan keguguran berulang adalah yang bekerja terutama melalui penghambatan dua
APS. Diagnosis APS di dapatkan jika terdapat kriteria cyclooxygenase isoenzymes (COX1 dan COX 2),
klinis : yang diperlukan untuk biosintesis prostaglandin.
• 3 atau lebih keguguran berulang kurang dari Isoform COX 1 didapatkan pada endotel vaskuler dan
10 minggu meregulasi produksi prostasiklin dan thromboxane
• 1 atau lebih keguguran pada fetus dengan A2 (TXA2), prostaglandin dengan efek regulasi
morfologi normal setelah 10 minggu usia yang berlawanan pada vaskuler homeostasis dan
kehamilan. fungsi trombosit. Prostasiklin adalah vasodilator dan
Buku Ilmiah Fetomaternal
163
Anita Deborah Anwar

Gambar 1 Pemeriksaan faktor imunologi APS direkomendasikan pada kejadian keguguran berulang 8

Tabel 1 Penilaian risiko klinis preeklamsi 13

Buku Ilmiah Fetomaternal 1


164
Perkembangan Terkini Penyakit Autoimun pada Kehamilan

Gambar 2 Mekanisme aksi aspirin 15


penghambat agregasi trombosit yang kuat, sedangkan lain dapat dilihat pada tabel dibawah ini (tabel 2).7
TXA2 merupakan vasoknstriksi yang kuat dan Penyakit autoimun yang spesifik terhadap
mempromosi aggregasi thrombosit. Isoform COX2 organ tertentu pada kehamilan diantaranya
mudah terangsang dan diekspresikan setelah adanya thyroid dan dan DM tipe 1 juga sering menyertai
eksposur terhadap sitokin dan mediator inflamasi kehamilan. Penyakit autoimun pada thyroid yang
lain. Efek aspirin dosis rendah secara ireversibel paling sering adalah hyperthyroid yang disebabkan
mengasetilasi COX1, yang menghasilkan penurunan penyakit graves. Gejala yang timbul diantaranya
sintesis trombosit TXA2 tampak mempengaruhi fatigue, intoleransi terhadap panas, dan yang
dinding vaskuler untuk memproduksi prostasiklin. pasti adalah takikardia, gejala yang selalu muncul
Bukti menunjukkan bahwa ketidakseimbangan pada kondisi hiperthiroid baik pada kehamilan
dalam prostasiklin dan metabolisme TXA2 terlibat atau tidak sedang hamil. Penyakit graves dapat
pada perkembangan pereklamsi.13 dibedakan dengan thyrotoxicosis gestasional dengan
Penyakit autoimun yang lain adalah RA. adanya gondok yang difus, riwayat hyperthyroid
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang yang terjadi sebelum kehamilan atau adanya
bermanifestasi inflamasi kronik sendi dan simtetrik opthalmopathy. Pengukuran serum antibody
arthritis. Kehamilan biasanya mempunyai efek yang thyroperoxidase (TPO) dan / atau antibodi reseptor
positif terhadap symptom RA. Sekitar ¾ pasien hormon thyroid (pemeriksaan anti TSH-R antibody)
RA mengalami remisi selama kehamilan, bahkan dapat membantu untuk mengkonfirmasi diagnosis
ketika tidak dalam terapi. Flare RA sering terjadi penyakit graves. Hiperthyroidisme penyakit
pada saat periode postpartum (40%). Peningkatan graves yang tidak terkontrol berhubungan dengan
komplikasi prematuritas dan berat badan lahir peningkatan risiko keguguran, stillbirth, persalinan
rendah tidak banyak, kemungkinan disebabkan premature, preeklampsia, penurunan berat badan
karena penggunaan prednisone.7, 16 Sama dengan dan pertumbuhan janin tehambat, thyrotoxicosis,
penyakit autoimun sistemik yang lain, komplikasi serta gagal jantung pada ibu. Rekomendasi untuk
RA pada kehamilan adalah berisiko keguguran dan penyakit graves pada kehamilan diantaranya
preeklamsi. Persalinan pada penyakit autoimun terdapat parameter nilai normal hormon thyroid
sevcara umum bisa pervaginam. SC dilakukan sesuai berdasarkan trimester, diagnosis hipertiroid pada
indikasi obstetrik. Penyakit autoimun sistemik yang kehamilan berdasarkan TSH dan free T4, diagnosis
Buku Ilmiah Fetomaternal 1
165
Anita Deborah Anwar

Tabel 2 Gambaran klinin penyakit autoimun sistemik pada kehamilan 7

Gambar 4 Algoritma diagnosis dan manajemen untuk wanita hamil dengan faktor
risiko lebih dari atau equal 1 untuk penyakit thyroid tanpa diagnosis
hiperthyroid sebelumnya17
Buku Ilmiah Fetomaternal 1
166
Perkembangan Terkini Penyakit Autoimun pada Kehamilan

penyakit graves berdasarkan pemeriksaan anti TSH-R 5. Rose NR. Autoimmune Diseases. International
antibody. Pada kejadian hyperemesis sebaiknya Encyclopedia of Public Health. 2017;1:192-5.
juga dilakukan pemeriksaan fungsi thyroid. Perlu 6. Coronel-Restrepo N, Posso-Osorio I, Naranjo-
diingat thyroid scintigraphy kontraindikasi selama Escobar J, Tobon GJ. Autoimmune diseases and
kehamilan.17 their relation with immunological, neurological
Diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun and endocrinological axes. Autoimmunity
dengan mekanisme sistem imun menyerang dan reviews. 2017;16(7):684-92.
menghancurkan sel –sel yang memproduksi insulin 7. Taraborelli M, Erkan D. Pregnancy-related
di pancreas. Berdasarkan laporan metaanalisis challenges in systemic autoimmune diseases. J
oleh Xiang et al., 2018, pasien-pasien diabetes tipe Infus Nurs. 2015;38(5):360-8.
1 meningkat 7 kali berisiko mengalami preeklamsi 8. Norwitz ER, Belfort MA, Saade GR, Miller H.
selama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh Obstetric clinical algorithms: management and
mikroangiopati yang terjadi. Oleh karena itu, pasien evidence.Edisi ke 2. Sussex: John Wiley & Sons;
diabetes tipe 1 dianjurkan untuk mengkonsumsi 2017.
aspirin dosis rendah.18 9. Tincani A, Dall’Ara F, Lazzaroni M, Reggia
Makalah ini hanya membahas beberapa R, Andreoli L. Pregnancy in patients with
penyakit autoimun yang tersering pada kehamilan autoimmune disease: a reality in 2016.
mengingat cukup banyaknya jenis autoimun pada Autoimmunity reviews. 2016;15(10):975-7.
kehamilan. Berdasarkan jurnal-jurnal ilmiah yang 10. Laurberg P, Andersen SL. ENDOCRINOLOGY IN
membahas tentang autoimun, penggunaan aspirin PREGNANCY: Pregnancy and the incidence,
dosis rendah menjadi catatan menarik untuk diagnosing and therapy of Graves’ disease.
pencegahan luaran maternal dan perinatal yang European journal of endocrinology. 2016:EJE-
buruk. Akan tetapi apakah semua membutuhkan 16-0410.
aspirin dosis rendah?. Kehamilan dengan APS, SLE 11. RPL EGGo, Bender Atik R, Christiansen OB, Elson
dan diabetes tipe 1 yang paling utama disarankan J, Kolte AM, Lewis S, et al. ESHRE guideline:
untuk konsumsi aspirin dosis rendah. Hal ini recurrent pregnancy loss. Oxford University
disebabkan masih kurangnya penelitian untuk Press; 2018.
mendukung penggunaan aspirin dosis rendah 12. 12. No.17 G-tG. The investigation and
pada penyakit autoimun yang lain, tetapi tidak treatment of couples with recurrent first-
menutup kemungkinan penyakit autoimun yang trimester and second-trimester miscarriage.
lain akan menggunakan aspirin dosis rendah untuk April 2011. 2011.
memperbaiki luaran maternal dan perinatal yang 13. ACOG Committee Opinion No. 743 Summary:
berhubungan dengan kejadian preeklamsi.2, 7, 11, 13-15, Low-Dose Aspirin Use During Pregnancy. Obstet
18, 19
Gynecol. 2018;132(1):254-6.
14. 14. Organization WH. WHO recommendations
Daftar Pustaka on antenatal care for a positive pregnancy
experience.Edisi ke 1. Luxembourg: World
1. Rose NR. Prediction and prevention of Health Organization; 2016.
autoimmune disease in the 21st century: 15. Atallah A, Lecarpentier E, Goffinet F, Doret-
a review and preview. Am J Epidemiol. Dion M, Gaucherand P, Tsatsaris V. Aspirin
2016;183(5):403-6. for prevention of preeclampsia. Drugs.
2. Marder W, Littlejohn EA, Somers EC. Pregnancy 2017;77(17):1819-31.
and autoimmune connective tissue diseases. 16. Ince-Askan H, Dolhain RJ. Pregnancy and
Best Practice & Research Clinical Rheumatology. rheumatoid arthritis. Best Practice & Research
2016;30(1):63-80. Clinical Rheumatology. 2015;29(4-5):580-96.
3. Vengetesh PM, Hebbar S, Rai L. Autoimmune 17. 17. Fitzpatrick DL, Russell MA. Diagnosis
diseases in pregnancy: maternal and and management of thyroid disease in
fetal outcomes. International Journal of pregnancy. Obstetrics and Gynecology Clinics.
Reproduction, Contraception, Obstetrics and 2010;37(2):173-93.
Gynecology. 2017;4(1):9-14. 18. Xiang L-J, Wang Y, Lu G-Y, Huang Q. Association of
4. Sompayrac L. How the Immune System Works. the presence of microangiopathy with adverse
Edisi ke 5. oxford: John Wiley & Sons; 2015. pregnancy outcome in type 1 diabetes: A meta-
Buku Ilmiah Fetomaternal 1
167
Anita Deborah Anwar

analysis. Taiwanese Journal of Obstetrics and


Gynecology. 2018;57(5):659-64.
19. Tsao NW, Sayre EC, Hanley G, Sadatsafavi M, Lynd
LD, Marra CA, et al. Risk of preterm delivery and
small-for-gestational-age births in women with
autoimmune disease using biologics before or
during pregnancy: a population-based cohort
study. Ann Rheum Dis. 2018;77(6):869-74.

Buku Ilmiah Fetomaternal 1


168
Kelainan Ekstremitas: yang Harus Terdiagnosa Selama Kehamilan

Makmur Sitepu
Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/
RSUP H. Adam malik Medan

Pendahuluan imperfecta tipe II, achondrogenesis, bentuk


hipofosfatia mematikan kongenital, dan sindrom
Baru-baru ini, ultrasonography noninvasif telah polydactyly tulang rusuk pendek).4
mendapatkan pengakuan dalam mendiagnosis Evaluasi dimensi toraks dapat menggambarkan
displasia skeletal janin. Diagnosis prenatal dari toraks hipoplastik, yang berhubungan dengan
diagnosis skeletal ditegakkan pada wanita yang displasia tulang yang parah atau mematikan. Hal
melahirkan janin dengan displasia skeletal, dengan ini menyebabkan hipoplasia paru dan merupakan
gambaran pemendekan, pembengkokan, atau penyebab kematian yang sering pada pasien
anomali ekstremitas lainnya yang terlihat selama dengan kondisi ini. Evaluasi tulang rusuk janin sering
pemeriksaan ultrasonografi rutin prenatal. Untuk dikaitkan dengan anomali kongenital minor dan
ibu yang datang dengan usia kehamilan yang akurat, malformasi berat (sindrom Polandia, asosiasi VATER,
tersedia angka untuk menilai ekstremitas atas dan displasia cleidocranial, dan displasia camptomelic,
bawah janin. Untuk ibu yang datang dengan usia skoliosis, anomali segmentasi vertebra, dan kariotipe
kehamilan yang tidak pasti, perbandingan antara abnormal).5
dimensi tungkai dan batas kepala janin dapat Evaluasi tulang belakang janin termasuk
digunakan. Pemeriksaan ultrasonografi berulang menilai derajat osifikasi, hemivertebrae, skoliosis,
biasanya diperlukan.1 disorganisasi vertebra, dan platyspondylia. Evaluasi
Diagnosis prenatal dari displasia tulang tangan dan kaki dapat mengungkapkan polydactyly,
seringkali sulit, terutama karena tidak adanya digiti yang hilang, dan kelainan bentuk tubuh
riwayat keluarga. Saat ini, teknik prenatal yang termasuk kaki pengkor dan hipoplastik atau ibu
digunakan untuk mendeteksi kelainan ini adalah jari tumpangan. Evaluasi struktur kraniofasial janin
ultrasonografi 2 dimensi (2D), yang memiliki dapat mengungkapkan cacat identifikasi membran,
sensitivitas sekitar 60%. Ultrasonografi tiga dimensi mengorbit untuk mengecualikan hipelorisme okular,
telah dilaporkan menghasilkan pemeriksaan dengan retrognathia / micrognathia, clefting wajah atau
bentuk berbeda dari anomali wajah yang melibatkan bibir, bossing frontal, dan deformitas tengkorak
tangan dan kaki. Setelah kehamilan 30 minggu, cloverleaf.6
radiografi ortogonal standar abdomen ibu dapat Evaluasi pergerakan janin mungkin
membantu memvisualisasikan kerangka janin dan bermanfaat. Gerakan biasanya menurun pada
mengidentifikasi kemungkinan kelainan bentuk dan janin dengan displasia tulang, terutama tipe yang
ukuran tulang. Namun, superposisi tulang janin dan mematikan. Evaluasi anomali terkait termasuk
ibu sering membuatnya sulit untuk secara tepat hidramnion ibu, hidrop janin, peningkatan ketebalan
memvisualisasikan kerangka janin.2 tembus nuchal, dan anomali janin lainnya, seperti
Evaluasi Tulang Panjang mungkin bermanfaat. cacat jantung bawaan dan malformasi kistik ginjal.7
Pengukuran semua ekstremitas dapat membantu
mendeteksi segmen pendek yang dominan, Diagnosa
hipoplasia tulang tertentu, derajat mineralisasi,
ruku, angulasi, dan fraktur atau penebalan sekunder Diagnosis prenatal dari displasia tulang sering
akibat pembentukan kalus.3 didahului oleh temuan ultrasonografi pada
Evaluasi displasia tungkai pendek dapat pertengahan trimester dengan panjang femoral
menemukan adanya rhizomelic skeletal dysplasia yang pendek, atau dengan pengetahuan riwayat
(heterozigot achondroplasia, chondrodysplasia keluarga sebelumnya tentang displasia tulang.
punctata), displasia mikromelik ringan (sindrom Ultrasonografi sangat spesifik untuk memprediksi
Jeune, sindrom Ellis-van Creveld, displasia diastrofik, hasil yang mematikan, tetapi memiliki nilai terbatas
displasia mikromelik ringan, jenis osteoporosis). untuk memberikan diagnosis gangguan tulang yang
atau displasia mikromelik parah (achondroplasia akurat.8,9
homozigot, displasia atophorik, osteogenesis Sebuah studi oleh Weaver et al menunjukkan
Buku Ilmiah Fetomaternal
169
Makmur Sitepu

bahwa pada janin yang didiagnosis dengan skeletal rusuk (tipe IA)
dysplasia, risiko kematian akibat hipoplasia paru Osteogenesis imperfecta IIA dapat menunjukkan hal
dapat diprediksi menggunakan rasio volume paru berikut:15-16
yang diamati dengan volume paru yang diharapkan • Micromelia asimetris
(volume paru O/E) dan rasio panjang femur terhadap • Tulang tidak teratur / menebal
lingkar perut (FL/AC). Penelitian ini melibatkan • Tulang bersudut
23 kehamilan, di mana magnetic resonance • Rusuk bermanik, rongga dada kecil
imaging (MRI) telah dilakukan dan data biometri • Tengkorak mengeras dengan buruk
ultrasonografi telah diperoleh. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa poin cutoff untuk volume paru-
paru O / E dan FL / AC masing-masing 47,9% dan Osteogenesis imperfecta IIB dapat menunjukkan hal
0,124, dapat berguna dalam memprediksi kematian berikut:17
hipoplasia paru.10,11 • Ekstremitas bawah lebih banyak terkena
Studi lain, oleh Nelson et al, mengindikasikan • Lebih sedikit gambaran manik-manik pada
bahwa pada janin dengan displasia skeletal, tulang rusuk
keberadaan bentuk mematikan dari kondisi ini dapat • Kerangka yang terlalu keras
diprediksi pada mereka yang memiliki hidramnion
dan rasio FL/AC kurang dari 0,16. Studi ini melibatkan Osteogenesis imperfecta IIC dapat menunjukkan hal
45 janin dengan dugaan displasia skeletal.12 berikut:18
• Tulang tipis, fraktur multipel
• Iga bermanik tipis
• Tengkorak mengeras dengan buruk

Achondroplasia dapat menunjukkan hal berikut:19


• Rhizomelia, mesomelia ringan
• Jari-jari gemuk
• Frontal bossing
• Jarak interpedikulat yang dipersempit
• Temuan ultrasonografi prenatal abnormal dan
diagnosis banding displasia tulang

Gambaran ultrasonografi prenatal khas pada kasus Mineralisasi calvaria yang buruk dapat
displasia tulang mengindikasikan hal-hal berikut:20,21
Displasia Thanatophoric dapat diindikasikan dengan • Achondrogenesis IA
hal-hal berikut:13 • displasia cleidocranial
• Polihidramnion • Hipofosfatia
• Jaringan lunak yang menebal • Osteogenesis imperfecta II
• Micromelia
• Ekstremitas pada 90 ° ke bagasi Fraktur tulang panjang (terutama femur) dapat
• Femur bengkok (bentuk gagang telepon) menunjukkan hal berikut:22
• Platyspondyly • Hipofosfatia
• Frontal bossing, jembatan hidung tertekan • Neurofibromatosis
• Tengkorak bentuk semanggi (tipe II) • Osteogenesis imperfecta II dan III

Achondrogenesis dapat menunjukkan hal-hal Tulang yang tertekuk / membungkuk dengan


berikut:14 ultrasound dapat menunjukkan hal-hal berikut:23
• Polihidramnion • Achondrogenesis I dan II
• Jaringan lunak yang menebal • Sindrom Antley-Bixler
• Micromelia • Atelosteogenesis I, II, dan III
• Tidak ada osifikasi tubuh vertebra • displasia Campomelic
• Osifikasi calvarial normal (tipe II) • Displasia diastrofik
• toraks kecil, beberapa dengan fraktur tulang • Hipofosfatia
Buku Ilmiah Fetomaternal
170
Kelainan Ekstremitas: yang Harus Terdiagnosa Selama Kehamilan

• Osteogenesis II dan III Fraccaro)


Sindrom polydactyly tulang rusuk pendek, II, III, dan • Tidak adanya pusat osifikasi epifisis - SED
IV congenita, displasia epifisis multipel, dan SED
• Sindrom Stuve-Wiedemann lainnya (tidak spesifik)
• Displasia Thanatophoric I dan II • Epifisis berbentuk kerucut - Acrodysostosis,
displasia cleidocranial, dan displasia
Temuan ekstremitas adalah sebagai berikut :24 trichorhinophalangeal
• Penunjuk proksimal metacarpals - disostosis
Pemendekan disproporsional harus dievaluasi multipleks
untuk rhizomelia (pemendekan relatif ekstremitas • Stippling dari epiphyses - Chondrodysplasia
proksimal: humerus, femur), mesomelia punctata dan sindrom displasia nonskeletal
(pemendekan relatif bagian tengah ekstremitas: lainnya, seperti sindrom serebrohepatorenal,
jari-jari, ulna, tibia, fibula), akromelia (pemendekan embriopati terkait warfarin, trisomi
relatif ekstremitas distal) ), acromesomelia, dan kromosom (trisomi 21, trisomi 18), penyakit
micromelia (pemendekan umum semua ekstremitas) penyimpanan lisosom (libos, hiperfiksia -Opitz
syndrome, anencephaly, kretinisme, displasia
epifisis multipel, SED, dan varian normal
hipoparatiroidisme
• Polydactyly - Sindrom polydactyly rib pendek
• Dupaneated calcaneus - sindrom Larsen

Kesimpulan

1. Kelainan skeletal displasia merupakan kasus


yang jarang
2. Diagnosa intra uterin merupkan tantangan yang
memerlukan pemeriksaan dengan sistemik dan
ketelitian
3. Panjang femur merupakan indikator yang
terpenting
4. Sering berasosiasi dengan polihidramnion
5. Memerlukan pendekatan multidisiplin

DAFTAR PUSTAKA
• Daerah oval pada femora proksimal dan humeri
- Achondroplasia 1. International Working Group on Constitutional
• Penampilan tulang panjang berbentuk halter - Diseases of Bone. International nomenclature
displasia Kniest dan displasia metatrofik and classification of the osteochondrodysplasias
• Pembengkokan anggota badan (camptomelia) (1997). Am J Med Genet. 1998 Oct 12. 79(5):376-
- displasia camptomelic, sindrom osteogenesis 82. [Medline].
imperfecta, dan displasia thanatoforik 2. Ikegawa S. Genetic analysis of skeletal dysplasia:
• Proyeksi terkalsifikasi (paku) pada metafisis recent advances and perspectives in the post-
femoralis lateral - displasia Thanatoforik dan genome-sequence era. J Hum Genet. 2006.
achondrogenesis tipe I dan II 51(7):581-6. [Medline].
• Cupping dari ujung tulang rusuk dan 3. Bonafe L, Cormier-Daire V, Hall C, et al. Nosology
tulang panjang dan metaphyseal flaring and classification of genetic skeletal disorders:
- Achondroplasia, displasia metaphyseal, 2015 revision. Am J Med Genet A. 2015 Dec.
asphyxiating displasia toraks, dan displasia 167A (12):2869-92. [Medline].
chondroectodermal 4. Hopyan S, Gokgoz N, Poon R, Gensure RC, Yu C,
• Fraktur tulang panjang - Sindrom osteogenesis Cole WG. A mutant PTH/PTHrP type I receptor
imperfekta, hipofosfatia, osteopetrosis, in enchondromatosis. Nat Genet. 2002 Mar.
dan akondrogenesis tipe I (sindrom Parenti- 30(3):306-10. [Medline].
Buku Ilmiah Fetomaternal
171
Makmur Sitepu

5. Alman BA. Skeletal dysplasias and the growth 1995 Apr 7. 268(5207):98-100. [Medline].
plate. Clin Genet. 2008 Jan. 73(1):24-30. 17. Mundlos S, Otto F, Mundlos C, Mulliken
[Medline]. JB, Aylsworth AS, Albright S. Mutations
6. Chen C, Jiang Y, Xu C, et al. Skeleton Genetics: involving the transcription factor CBFA1 cause
a comprehensive database for genes and cleidocranial dysplasia. Cell. 1997 May 30.
mutations related to genetic skeletal disorders. 89(5):773-9. [Medline].
Database (Oxford). 2016. 2016:[Medline]. 18. Kamal R, Dahiya P, Kaur S, Bhardwaj R,
7. Pauli RM, Legare JM, Adam MP, et al. Chaudhary K. Ellis-van Creveld syndrome: a rare
Achondroplasia. GeneReviews® [Internet]. 1998 clinical entity. J Oral Maxillofac Pathol. 2013 Jan.
Oct 12 [updated 2018 May 10]. [Medline]. [Full 17 (1):132-5. [Medline]. [Full Text].
Text]. 19. Baitner AC, Maurer SG, Gruen MB, Di Cesare PE.
8. [Guideline] Trotter TL, Hall JG, American The genetic basis of the osteochondrodysplasias.
Academy of Pediatrics Committee on J Pediatr Orthop. 2000 Sep-Oct. 20(5):594-605.
Genetics. Health supervision for children with [Medline].
achondroplasia. Pediatrics. 2005 Sep. 116 20. Superti-Furga A, Bonafe L, Rimoin DL. Molecular-
(3):771-83. [Medline]. [Full Text]. pathogenetic classification of genetic disorders
9. Parnell SE, Phillips GS. Neonatal skeletal of the skeleton. Am J Med Genet. 2001 Winter.
dysplasias. Pediatr Radiol. 2012 Jan. 42 Suppl 106(4):282-93. [Medline].
1:S150-7. [Medline]. 21. Rimoin DL, Cohn D, Krakow D, Wilcox W,
10. Kronenberg HM. Developmental regulation Lachman RS, Alanay Y. The skeletal dysplasias:
of the growth plate. Nature. 2003 May 15. clinical-molecular correlations. Ann N Y Acad
423(6937):332-6. [Medline]. Sci. 2007 Nov. 1117:302-9. [Medline].
11. Shiang R, Thompson LM, Zhu YZ, Church 22. Roifman M, Brunner H, Lohr J, et al. Autosomal
DM, Fielder TJ, Bocian M. Mutations in the Dominant Robinow Syndrome. 2015 Jan 8
transmembrane domain of FGFR3 cause the [updated 2018 Aug 9]. [Medline]. [Full Text].
most common genetic form of dwarfism, 23. Boyce AM, Florenzano P, de Castro LF, et al.
achondroplasia. Cell. 1994 Jul 29. 78(2):335-42. Fibrous Dysplasia/McCune-Albright Syndrome.
[Medline]. 2015 Feb 26 [updated 2018 Aug 16]. [Medline].
12. Blomstrand S, Claesson I, Save-Soderbergh [Full Text].
J. A case of lethal congenital dwarfism with 24. Balioglu MB, Kargın D, Albayrak A, Atıcı Y.
accelerated skeletal maturation. Pediatr Radiol. The Treatment of Cleidocranial Dysostosis
1985. 15(2):141-3. [Medline]. (Scheuthauer-Marie-Sainton Syndrome), a Rare
13. Form of Skeletal Dysplasia, Accompanied by
14. Gordon SL, Varano LA, Alandete A, Maisels MJ. Spinal Deformities: A Review of the Literature
Jansen’s metaphyseal dysostosis. Pediatrics. and Two Case Reports. Case Rep Orthop. 2018.
1976 Oct. 58(4):556-60. [Medline]. 2018:4635761. [Medline]. [Full Text].Skeletal
15. Jobert AS, Zhang P, Couvineau A, Bonaventure Dysplasia Group. Instability of the upper cervical
J, Roume J, Le Merrer M. Absence of functional spine. Arch Dis Child. 1989 Feb. 64(2):283-8.
receptors for parathyroid hormone and [Medline]. [Full Text].
parathyroid hormone-related peptide in
Blomstrand chondrodysplasia. J Clin Invest.
1998 Jul 1. 102(1):34-40. [Medline]. [Full Text].
16. Schipani E, Kruse K, Jüppner H. A constitutively
active mutant PTH-PTHrP receptor in Jansen-
type metaphyseal chondrodysplasia. Science.

Buku Ilmiah Fetomaternal


172
Terdiagnosis Kelainan Kongenital:
Apa Yang Dapat Dilakukan?

Ernawati
Divisi Fetomaternal Dept Obgyn FK Universitas Airlangga
RS. Dr. Soetomo - RS Universitas Airlangga
Surabaya
Pemeriksaan prenatal yang berkembang saat ini • Memberikan informasi tentang kecurigaan
mampu memberikan informasi yang akurat tentang kelainan bawaan dan memberikan kepastian
kondisi janin dalam kandungan sehingga mampu diagnosa dan menjelaskan alternatif terapi
mendiagnosis adanya kelainan bawaan lebih terhadap kelainan yang ditemukan
dini. Dengan deteksi dini maka diharapkan dapat • Melakukan komunikasi yang efektif dan
dilakukan persiapan pada proses persalinan atau mencegah terjadinya shock dan stres pada
terapi pada pada janin untuk mencegah kematian orang tua akibat informasi yang diberikan
janin dan meminimalkan kecacatan fisik dan mental • Merujuk pada fasilitas, dokter subspesialistik
pada janin yang akan dilahirkan. Namun disisi , ahli genetik, konselor, fasilitas aborsi jika
lain perkembangan teknologi yang pesat dalam terdiagnosa kelainan yang letal serta layanan
pemeriksaan prenatal yang belum seimbang dengan perinatal paliatif yang mampu menangani
kemampuan terapi baik dari sisi kemampuan secara kelainan bawaan yang ditemukan
medis maupun finasial akan memberikan dampak Kemampuan bertahan hidup pada berbagai
etik dan psikososial pada calon orang tua. Sehingga kelainan bawaan dipengaruhi jenis kelainan bawaan
seringkali menimbulkan keresahan, kegalauan dan dan jumlah kelainan bawaan yang terjadi. Pada
rasa putus asa dari calon orang tua janin. Pengalaman penelitian tentang survival rate selama 20 th pada
orang tua setelah menerima hasil pemeriksaan kelainan bawaan didapatkan :
prenatal dipengaruhi banyak faktor antara lain faktor
individu, tingkat pemahaman orangtua, adanya akses • Jenis kasus yang bertahan hidup dalam 1 th
konseling genetik, tersedianya fasilitas kesehatan pertama
yang dapat merawat kelainan bawaan tersebut dan − Anencephaly and bilateral renal
tersedianya fasilitas aborsi jika memang kelainan agenesis mortalitas neonatal 100 %- -
tersebut mempunyai prognosa yang buruk. Arhinencephaly/holoprosencephaly,
Klinisi yang bekerja pada area ini harus common arterial trunk, hypoplasic left
mempunyai tanggung jawab yang profesional untuk heart, Patau’s syndrome, and Edwards’
memberikan informasi yang akurat terkait kelainan syndrome mortalitas 50% dalam 1 th
bawaan yang ditemukan, memberi dukungan pada pertama
calon orang tua dengan berkomunikasi yang efektif − Pada kasus dengan survival rate rendah
tentang kelainan yang ditemukan dan mampu dan kelainan kongenital berat maka
memberikan alternatif pilihan terapi yang dapat pertimbangan terminasi kehamilan
dilakukan dan meramalkan prognosa dari kelainan dapat ditawarkan pada pasien.
tersebut sehingga diagnosa kelainan bawaan tidak
hanya menimbulkan keresahan orangtua namun • Kasus dengan 100% survival rate pada 10 th
juga memberi solusi penyelesaian. Karena tidak pertama kehidupan :
semua kelainan bawaan dapat diterapi maka setelah − Choanal atresia, bladder exstrophy/
mampu melakukan pemeriksaan prenatal dan epispadia, polydactyly, syndactyly,
mampu membuat diagnosa adanya kelainan bawaan several limb anomalies, fragile X
yang akurat maka dokter harus mampu memberikan syndrome, Marfan’s syndrome, Poland’s
terapi yang optimal sesuai dengan fasilitas dan syndrome, Russell-Silver syndrome, and
kemampuan yang dimiliki dan mencegah kecacatan Stickler syndrome
yang lebih parah atau kerugian yang lebih besar, • Kasus dengan survival rate < 100% dalam 10 th
misalnya melakukan terapi yang tidak perlu pada pertama
kelainan yang besifat letal. − Down syndrome survival rate 83.9%
Hal yang harus dilakukan setelah mendiagnosis − Kelainan sistem cardiovascular survival
kelainan bawaan antara lain : rate 71% to 88·2% dalam 1 th pertama
Buku Ilmiah Fetomaternal
173
Ernawati

dan 74·7% to 76·9% pada 5 th pertama. survival rate tinggi dan memungkinkan dikoreksi maka
Pada VSD survival rate mencapai 91·7% diperlukan suatu tim yang menangani tergantung
pada 20 th pertama. dari jenis kelainan yang didapatkan. Tim ini biasanya
− Spina bifida survival rate 80.9% , spina terdiri dari tim dokter obgyn, neonatologi, bedah
bifida dengan hydrocephalus 64% anak, anestesi, jantung anak. sehingga penanganan
kelainan traktus urogenital survival rate dari kelainan bawaan diperlukan rumah sakit yang
92·6% pada 1 th pertama 88·8% pada mempunyai dokter ahli tersebut dan mempunyai
5 th pertama dan 68·8% pada 1 pertama fasilitas kamar operasi dan NICU yang memadai
67·2% dan 5 th pertama jika kelainan untuk perawatan kasus tersebut.
hanya pada traktus urinarius saja. Persiapan Operasi
− Kelainan pada tr digestive survival rate Pada kasus kelainan traktus gastrointestinal
97% pada 1 th pertama (misal gastrochisis, omphalochele, hernia
Dengan memperhatikan survival rate ini kita bisa diphragmatika), dapat disiapkan operasi elektif
memperkirakan kemungkinan daya tahan hidup dengan persiapan double set up dengan tim bedah
dan pertimbangan terminasi pada kasus yang letal, anak dan anestesi sehingga bila saat persalinan
dan mempertimbangkan terapi yang optimal pada terdapat komplikasi maka setelah bayi lahir
kasus yang mempunyai survival rate tinggi sehingga disiapkan operasi emergency untuk bayinya untuk
didapatkan hasil yang optimal dan mencegah penutupan abdomen atau pemasangan ventilator
kematian janin serta mencegah kecacatan fisik dan bila bila terjadi distres nafas. Persiapan obat-obatan
mental yang lebih parah. juga sangat penting pada saat persiapan persalinan
Jenis terapi pada kelainan bawaan : misalnya pada kasus kecurigaan kelainan jantung
bawaan maka mungkin diperlukan obat khusus
Gene therapy yang harus diberikan segera setelah bayi lahir yang
kadang tidak selalu tersedia. Persiapan operasi dan
Terapi dengan menggantikan gen yang hilang atau obat-obatan ini harus dibicarakan oleh tim sebelum
mengalami kelainan misalnya pada kasus  Severe perkiraan persalinan atau pada saat penemuan
combined immunodeficiency diseases (SCID)  kasus.

Enzyme replacement therapy Kesimpulan:

Terapi enzim pada kelainan gen yang memproduksi Hal yang harus dilakukan setelah mendiagnosis
enzim tertentu misal Gaucher disease. kelainan bawaan antara lain :
Terapi Prenatal   • Mengenali jenis kasus apakah letal atau
Beberapa kelainan bawaan dapat dilakukan operasi mempunyai survival rate yang tinggi
sebelum lahir misalnya obstruksi pada tr urinarius sehingga sehingga dapat memberikan
janin dapat dilakukan diversi dengan pemasangan informasi kepastian diagnosa dan
pigtail, hidrothorax dapat dilakukan shunting dengan menjelaskan alternatif terapi terhadap
pemasangan pigtail. kelainan yang ditemukan
• Melakukan komunikasi yang efektif dan
Persiapan Persalinan mencegah terjadinya shock dan stres pada
orang tua akibat informasi yang diberikan
Dengan mengetahui kelainan bawaan saat prenatal • Merujuk pada fasilitas, dokter
maka kita bisa melakukan persiapan persalinan subspesialistik , ahli genetik, konselor,
dengan lebih optimal sehingga mencegah tindakan fasilitas aborsi jika terdiagnosa kelainan
yang tidak perlu misal persalinan sesar emergency yang letal serta layanan perinatal paliatif
pada kasus kelainan bawaan yang bersifat letal. yang mampu menangani kelainan bawaan
Diagnosis pranatal dapat mengurangi operasi sesar yang ditemukan
emergensi sebesar 50% ( ) Membentuk tim penanganan dan mempersiapkan
persalinan/ operasi, obat-obatan yang diperlukan
Pembentukan tim operasi sesuai dengan jenis kasus yang dihadapi.

Pada kasus kelainan bawaan yang mempunyai Daftar Pustaka:


Buku Ilmiah Fetomaternal
174
Terdiagnosis Kelainan Kongenital: Apa yang Dapat Dilakukan?

Congenital Malformation over 16 Years.” BJOG:


1. Abdur-Rahman, L. O., N. A. Abdulrasheed, and J. An International Journal of Obstetrics and
O. Adeniran. 2011. “Challenges and Outcomes Gynaecology 112 (10): 1349–57.
of Management of Anterior Abdominal Wall 11. Rohana, J., N. Y. Boo, and C. R. Thambidorai.
Defects in a Nigerian Tertiary Hospital.” African 2008. “Early Outcome of Congenital
Journal of Paediatric Surgery 8 (2): 159–63. Diaphragmatic Hernia in a Malaysian Tertiary
2. Abubakar, A. M., M. A. Bello, D. Y. Chinda, K. Centre.” Singapore Medical Journal 49 (2): 142–
Danladi, and I. M. Umar. 2011. “Challenges in 44.
the Management of Early versus Late Presenting 12. Saranrittichai, S. 2008. “Gastroschisis: Delivery
Congenital Diaphragmatic Hernia in a Poor and Immediate Repair in the Operating Room.”
Resource Setting.” African Journal of Paediatric Journal of the Medical Association of Thailand
Surgery 8 (1): 29–33. 91 (5): 686–92.
3. Bakshi, K. D., B. Vaidyanathan, K. R. Sundaram, 13. Sarrafan, N., S. A. M. Nasab, M. Fakoor, and A.
S. J. Roth, K. Shivaprakasha, and others. 2007. Zakeri. 2012. “Short Term Outcome of Congenital
“Determinants of Early Outcome after Neontal Clubfoot Treated by Ponseti Method.” Pakistan
Cardiac Surgery in a Developing Country.” Journal of Medical Sciences 28 (3): 459–62.
Journal of Thoracic and Cardiovascular Surgery 14. Senga, J., E. Rusingiza, J. Mucumbitsi, A.
134 (3): 765–71. Binagwaho, B. Suys, and others. 2013. “Catheter
4. Calisti, A., K. Belay, G. Mazzoni, G. Fiocca, G. Interventions in Congenital Heart Disease
Retrosi, and others. 2011. “Promoting Major without Regular Catheterization Laboratory
Pediatric Surgical Care in a Low-Income Country: Equipment: The Chain of Hope Experience in
A 4-Year Experience in Eritrea.” World Journal of Rwanda.” Pediatric Cardiology 34 (1): 39–45.
Surgery 35 (4): 760–66. 15. Uba, A. F., and L. B. Chirdan. 2003. “Omphalocoele
5. Crowe L. Termination of pregnancy for non- and Gastroschisis: Management in a Developing
lethal fetal anomalies: Professional perspectives: Country.” Nigerian Journal of Surgical Research
Newcastle University, 2014. 
 5 (1): 57–61.
6. Fisher J, Lafarge C. Women’s experience of care 16. Walker, I. A., A. D. Obua, F. Mouton, S. Ttendo,
when undergoing termination of pregnancy and I. H. Wilson. 2010. “Paediatric Surgery and
for fetal anomaly in England. J Reprod Infant Anaesthesia in South-Western Uganda: A Cross-
Psychol 2015;33:69–87. Sectional Survey.” Bulletin of the World Health
Organization 88 (12): 897–906.
7. Glasson EJ, Sullivan SG, Hussain R, et al. The
changing survival profile of people with Down’s
syndrome: implications for genetic counselling.
Clin Genet 2002;62:390–3.
8. Lotto R, Smith LK, Armstrong N. Clinicians’
perspectives of parental decision-making
following diagnosis of a severe congenital
anomaly: a qualitative study. BMJ Open
2017;7:e014716.

9. Persson M, Cnattingius S, Villamor E, et al. Risk
of major congenital malformations in relation
to maternal overweight and obesity severity:
cohort study of 1.2 million singletons. BMJ
2017;357:j2563.
10. Richmond, S., and J. Atkins. 2005. “A Population-
Based Study of the Prenatal Diagnosis of
Buku Ilmiah Fetomaternal
175
Patologi Sistem Saraf Pusat Janin Waktu yang Tepat Untuk Mengidentifikasi

Aditiawarman, M Aldika Akbar, Ernawati D, Cininta P, Agus Sulistyono, Erry Gumilar D


Divisi Kedokteran Feto Maternal Dep/SMF Obstetri Ginekologi
FK UNAIR/RSUD Dr Soetomo Surabaya

Pendahuluan susunan saraf pusat mempunyai pengaruh pada


gambaran ultrasonografi. Adanya gambaran kista
Dalam 10 tahun terakhir, kelainan Sistem saraf pusat di daerah fosa posterior kepala janin pada awal
pada janin merupakan kelainan yang banyak sekali trimester satu antara 6-8 minggu merupakan
dilaporkan. gambaran rhombencephalon.
Hal itu tidak terlepas dari bertambah canggihnya Gambaran kistik ini merupakan perkembangan
sarana ultrasound yang mempunyai rsolusi tinggi. normal pada awal kehamilan yang mungkin
Hal lainnya adalah secara anatomi kepala janin dianggap sebagai suatu kista patologis. Pada
merupakan organ yang menonjol dan bentukan awal kehamilan tampak choroid pleksus dominan
embriologi secara visual tampak menonjol dan mengisi ventrikel . Tetapi dalam perkembangannya
dapat diikuti perbedaannya. gambaran echolucensi ventrikel menjadi dominan
Pemeriksaan Ultrasonografi yang menyangkut dan perlu dibedakan dengan hidrosephalus,
kepala janin yang pertama kali dilaporkan adalah sehingga hidrosephalus sebaiknya dikonfirmasi
penggunaaan diameter biparietal sebagai sarana pada usia kehamilan lebih lanjut. Pada kehamilan
mengukur usia kehamilan menurut biometri lanjut gambaran ini harus hilang atau dianggap
ultrasound. kista patologis. Simpulannya adalah gambaran
Walaupun demikinan kendala dan penyulit ultrasonografi susuanan saraf pusat bervariasi
pemeriksaan system saraf pusat masih ada. mengikuti usia kehamilan. Dibutuhkan pemahaman
tentang perkembangan embriologi untuk
Deteksi kelainan bawaan janin pada awal kehamilan mengetahui dan membedakan gambaran normal
dan patologi.
Baik kelainan bawaan secara umum maupun Pada trimester dua dan tiga, pemeriksaan
susuanan saraf pusat selalu dimulai dari data factor ultrasonography pada susunan saraf pusat lebih
risiko dari janin itu. Setelah itu barulah dilakukan terstruktur dan dapat kita lihat melalui potongan
pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan dapat trathalamic, transcerebelar ataupun tranventrikular.
dilakukan baik secara kuantitatip (ukuran biometri)
maupun kualitatip dengan mengikuti pola gerakan Kelainan susunan saraf pusat
janin dan lain lain. Gambaran lingkungan ( jumlah
cairan ketuban) juga merupakan data yang penting. Pada awal perkembangan , kelainan dapat
Kelainan penyerta lain dapat merupakan pertanda digolongkan menjadi
untuk mendeteksi suatu kelainan di tempat lainnya.
Kelainan bawaan secara umum berkisar pada • Kelainan osifikasi (Exencephaly, Iniencephaly,
71,5% sedang bila dikerjakan trimester satu berkisar Rachischisis, Sacral Agenesis and Caudal
31,2%. Kelainan bawaan mayor dapat diketahui Regression, Sacrococcygeal Teratomas,
78,8% tetapi hanya 37,8% terdeteksi saat trimester Neural Tube Closure Defects, Anencephaly,
satu. Pada usia kehamilan 11-14 minggu, kelaianan Encephaloceles, Myelomeningocel).
hanya terdeteksi 22,3%. Hal ini yang menjadi • Kelainan Migrasi (Holoprosencephaly, Dandy-
pertimbangan bahwa prenatal deteksi melalui Walker Malformation, Neuronal Migration
pemeriksaan ultrasonografi sebaiknya dikerjakan Disorders, Heterotopia, Pachygyria/
saat trimester dua karena detection rate yang lebih Polyrnicrogyria, Lissencephaly, Agenesis of
tinggi. the Corpus Callosum)
• Kelainan fungsi vascular (Hydranencephaly,
Deteksi kelainan bawaan system saraf pusat Schizencephaly, Matrix Hemorrhages,
infarcts)
Pada pemeriksaan kelainan saraf pusat harus
diperhatikan bahwa perkembangan embriologi
Buku Ilmiah Fetomaternal
176
Patologi Sistem Saraf Pusat Janin Waktu yang Tepat Untuk Mengidentifikasi

Exencephaly-Anencephaly minggu.
Diagnosis dikerjakan dan ditegakkan setelah
Adanya dugaan suatu exencephaly-Anencephaly ditemukan dua kriteria sonografi yakni tidak
dimulai dengan adanya gambaran CRL yang ditemukannya struktur midline (falx cerebri)
memendek dari ukuran normal. Gambaran sehingga terlihat sebagai single ventrikel dan
ultrasonography anencephaly janin saat usia adanya abnormalitas struktur wajah (hipotelorim,
kehamilan trimester satu berbeda dengan saat Cyclops). Gambaran dysmorphology dari pleksus
usia kedua. Saat usia kehamilan di trimester satu, choroidalis yang digambarkan sebagai Butterfly sign
jaringan otak masih diliputi meningen yang dikelilingi merupakan suatu pertanda dan kecurigaan kearah
oleh cairan amnion. Terdapat gambaran hipoplastic holoprocencephalon.
dari carnial-pole dan gambaran tepi yang tidak
teratur. Oleh karena exposed dan reaksi inflamasi Neural tube defect (opened).
dari material cairan amnion , meningen mengalami
deformitas dan jaringan otak terlihat langsung Diagnosis dari kelainan ini dilakukan dengan suatu
berbatasan dengan cairan amnion. Gambaran pemeriksaan ultrasonography dengan ditemukannya
ultrasonografi saat trimester satu dikenal sebagai kelainan pada vertebra karena adanya menonjolan
gambaran Wajah Mickey-mouse. Gambaran ini khas kantong meningen (myelomeningocele or
dan dilaporkan angka diagnosisnya mempunyai meningocele). Dapat dijumpai saat usia kehamilan
false positip amat rendah. Gambaran cairan amnion 10 minggu.
pada anencephaly juga berbeda dengan gambaran Selain itu mungkin dicurigai dengan adanya
echogenisitas yang mengandung partikel. gambaran scalloping frontal bone ( bentuk kepala
lemon shape)
Dandy Walker malformation IT (intracranial translucency) menghilang atau
pendek dan jarak batang otak ke os occipital pendek.
Kelainan ini merupakan suatu kelainan perkembangan Pemendekan dari IT diduga karena kecilnya volume
Rhombencephalon disertai suatu agenesis cerebellar dari ventrikel ke empat.
vermis dan pelebaran dari ventrikel ke empat dan Detection rate untuk kelainan ini belum banyak
fossa posterior. Suatu Danndy Walker malformation dilaporkan saat usia kehamilan trimester satu.
klasik dengan pelebaran fosa posterior, defect dari
cerebellar yang lebar dan hydrocephalus mungkin Encephalocele
dapat ditemukan saat usia kehamilan trimester satu.
Terdapat gambaran pelebaran IT (intracranial Encephalocele merupakan kelainan tulang cranium
translucency) dan jarak batang otak ke tepi (defect) sehingga terjadi penonjolan jaringan otak
occipital dan gambaran vermis hilang. Sedangkan keluar dari cranium. Bila hanya jaringan meningen
gambaran penebalan dari nuchal translucency tidak yang keluar, maka sebutan yang dipakai adalah
didapatkan. Untuk gambaran struktur cerebellum meningocele. Kelainan ini biasanya menyertai
dapat ditunjukan saat usia kehamilan 18-24 minggu kelainan lainnya yakni Microcephaly, Spina Bifida,
Hydrocephalus atau bagian dari Mecke-Gruber
Holoprocencephaly Syndrome.

Holoprocencephalon merupakan kelainan yang Ringkasan


disebabkan gagalnya pembelahan presencephalon
atau forebrain menjadi dua lobus dari cerebral Kemajuan dalam mendeteksi kelainan susunan
sehingga yang Nampak adalah gambaran lobus otak saraf pusat janin dalam 10 tahun terakhir banyak
hanya satu disertai kelainan struktur otak, tulang dilaporkan. Hali ini disebabkan bertambah baiknya
tengkorak dan wajah. Holoprocencephalon dibagi alat ultrasonografi. Susunan saraf pusat, karena
menjadi dua yakni alobar holoprocencephalon ( merupakan organ yang menonjol dalam tampilan,
prognosis buruk karena sulit bertahan hidup) dan merupakan organ pertama yang menjadi tujuan
lobar atau semilobar holoprocencephalon ( bayi pemeriksaan. Diawali dengan pemeriksaan biometri
dapat hidup dengan kelainan pada perkembangan kepala janin, kemudian dilanjutkan dengan gambaran
neurologi. Diagnosis dari holoprocencephalon pada patologi dari susunan saraf pusat. Tetapi dalam
beberapa kasus mungkin ditemukan saat 10-14 melakukan pemeriksaan ultrasonografi Susunan
Buku Ilmiah Fetomaternal
177
Aditiawarman, M Aldika Akbar, Ernawati D, Cininta P, Agus Sulistyono, Erry Gumilar D

saraf pusat janin , pemeriksa harus mengerti dan Ultrasound Med; 32:1863–1868. doi:10.7863/
paham tentang embriologi susunan saraf pusat, ultra.32.10.1863
mengingat gambaran normal saat pertumbuhan 3. Carvalho. 2002. Detection of fetal structural
berbeda dan selalu berubah mengikuti usia janin abnormalities at 11-14 weeks ultrasound scan.
tersebut. Beberapa kelainan dapat dideteksi saat Prenatal Diagnosis. 22: 1-4. doi: 10.1002/
awal trimester satu, tetapi kelainan lain haruslah pd.200.
menunggu sampai akhir trimetster satu, bahkan 4. Daniel Cafici, MD, Waldo Sepulveda, MD . 2003.
harus dikonfirmasi ulang saat trimester 2. First-Trimester Echogenic AmnioticFluid in the
Acrania-Anencephaly Sequence. J Ultrasound
Kepustakaan Med 22:1075–1079
5. Dominic Gabriel Iliescu1 and Cristina
1. Boaz Weisz1, Eva Pajkrt, Eric Jauniaux. 2005. Comanescu. 2017. CNS Abnormalities at 11-
Early detection of fetal structural abnormalities 14 Weeks, Neonat Pediatr Med, 3:2. DOI:
RBM Online - Reproductive BioMedicine Online. 10.4172/2572-4983.1000141
Vol 10. No 4.541–553. 6. Timor Tritsch, Monteagudo, Pilu, Malinger.
2. Bornstein E. 2013. First trimester Sonographic 2012. Ultrasonography of the Prenatal Brain.
Findings associated with a Dandy Walker 3th ed. Mc Graw Hill Med. New York
Malformation and inferior Vermian Hypoplasia.

Buku Ilmiah Fetomaternal


178
Obat Anti Koagulan Alternatif pada Kasus Obstetri Risiko Tinggi

Muhammad Ilham Aldika Akbar1,2


Departemen Obstetri & Ginekologi RS UNAIR, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya
1

2
Departemen Obstetri & Ginekologi RSUD. Dr. Soetomo, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya

Obat anti koagulan/anti-trombotik terkadang pada saat kehamilan memang masih sangat jarang,
diperlukan pada kasus kehamilan risiko tinggi, baik dan belum didapat data yang jelas mengenai risiko
sebagai terapi ataupun untuk prevensi komplikasi. menembus plasenta. Baru ada sedikit laporan
Aspirin adalah obat anti koagulan paling banyak kasus mengenai penggunan agen ini. Pada salah
digunakan pada kasus obsteri, seperti keguguran satu laporan, dari 13 ibu hamil yang mendapatkan
berulang, atau prevensi hipertensi dalam fondaparinux pada saat kehamilan, dengan total
kehamilan. Efek anti koagulan aspirin dihasilkan dari 15 kehamilan, 10 orang melahirkan bayi sehat
penghambatan fungsi trombosit/platelet dari proses tanpa komplikasi, sedangkan sisanya 3 mengalami
asetilasi enzim platelet cyclooxygenase (COX) pada keguguran, 1 mendapat kecacatan bawaan, dan 1 ibu
asam amino penting, serine529. Meskipun demikian, mengalami VTE (venous thrombo embolism) rekuren
penggunaan aspirin pada kehamilan bukan tanpa kemungkinan karena underdose. Pada laporan
risiko. Paparan aspirin dosis tinggi pada kehamilan, kasus lain, 12 kehamilan dari 10 orang wanita yang
dapat meningkatkan risiko kelainan kongenital. terpapar fondaparinux mendapatkan hasil yang
Namun pola yang konsisten dari kelainan kongenital baik, tanpa komplikasi pada ibu dan bayi. Alternatif
ini tidak terlihat dari paparan aspirin ini. Penggunaan lain adalah Danaparoid. Obat ini adalah turunan
aspirin dosis tinggi sendiri juga dihindari pada usia LMWH yang digunakan pada ibu hamil dengan
kehamilan lanjut (late pregnancy), karena risiko heparin induced thrombocytopenia (HIT), yang tidak
penutupan duktus arteriosus dini dan gangguan bisa mendapatkan heparin. Data penggunaan obat
pembekuan darah. Sedangkan penggunaan aspirin ini pada kehamilan masih sangat kurang. Untuk
dosis rendah (60-100 mg/hari) pada kehamilan dapat ibu hamil yang memiliki reaksi alergi yang sangat
dibuktikan aman. Selain itu aspirin juga memiliki berat terhadap heparin, bahkan yang tidak dapat
risiko alergi yang cukup tinggi (10-30%) pada orang- mengkonsumsi danaparoid atau fondaparinux,
orang yang memiliki manifestasi alergi (asma, dapat mencoba Argatroban. Argatroban adalah
rhinitis, flushing, conjunctivitis alergi, dan lain-lain). inhibitor trombin direk parenteral. Obat ini harus
Selain aspirin, obat anti koagulan lain diberikan melalui intra vena secara kontinus, dan
yang sering digunakan meliputi heparin, baik perlu monitoring kadar aPTT (activated partial
low molecular weight heparin (LMWH) and thromboplastin time).
unfractionated heparin (UH). LMWH adalah obat Clopidogrel juga dapat menjadi salah satu obat
antikoagulan pilihan utama pada sebagian besar ibu alternatif anti koagulan yang dapat dipertimbangkan.
hamil. LMWH telah terbukti sebagai antikoagulan Berdasarkan penelitian eksperimental pada hewan,
yang efektif dan aman untuk janin, karena tidak penggunaan clopidogrel pada kehamilan tidak
menyebrangi plasenta dan menganggu koagulasi meningkatkan risiko kelainan kongenital. Studi pada
janin. UH juga dapat dipakai sebagai alternatif tikus dan kelinci pemberian clopidogrel dengan
yang lebih murah dibandingkan LMWH. UH biasa dosis 300 dan 500 mg/kg/hari (65 dan 78 kali
digunakan jika diperlukan antikoagulasi yang cepat dosis yang direkomendasikan pada manusia) tidak
dan mudah dikendalikan (contohnya pada saat akan menunjukkan bukti adanya toksisitas pada janin.
operasi). Meskipun demikian, terkadang penggunaan Penggunaan clopidogrel sendiri pada kehamilan
LMWh dan UH tidak selalu bisa digunakan di dalam masih sangat jarang, hanya ada beberapa laporan
kehamilan. Seperti adanya alergi heparin, atau kasus. 4 kasus terpapar pada trimester pertama, dan
kontraindikasi pemakaian heparin (heparin induced 3 dari kasus ini terus mendapat paparan sepanjang
thrombocytopenia). Karena berbagai pertimbangan kehamilan. Komplikasi janin terjadi pada 2 kasus
itu, maka peneliti mulai mencari obat antikoagulan ini. Kasus pertama janin lahir aterm, mengalami
alternatif yang dapat digunakan pada kehamilan. hambatan komunikasi interventrikel restriktif dan
Fondaparinux adalah polisakarida sintetis mitral insufisiensi moderat, yang dapat dikategorikan
dari bahan aktif heparin. Penggunaan fondaparinux ringan pada 2 bulan follow up. Kasus kedua janin

Buku Ilmiah Fetomaternal


179
Muhammad Ilham Aldika Akbar

mengalami kematian dalam rahim, namun ini because of heparin intolerance. Thromb
lebih karena komplikasi ibu yang mengalami Haemost 2005;93:63.
diseksi spontan arteri koroner kiri, dan diterapi 5. Elsaigh E, Thachil J, Nash MJ, et al. The use
operaso CABG darurat. Penggunaan clopidogrel of fondaparinux in pregnancy. Br J Haematol
pada kehamilan sejauh ini baru dipakai pada kasus 2015;168:762.
penyakit jantung koroner yang diterapi dengan stent 6. Knol HM, Schultinge L, Erwich JJ, et al.
untuk mengurangi risiko re-stenosis dalam stent. Fondaparinux as an alternative anticoagulant
therapy during pregnancy. J Thromb Haemostat
PUSTAKA 2010;8:1876.
7. Tanimura K, Ebina Y, Sonoyama A, et al.
1. Kenneth A Bauer, Lawrence LK, Charles L, et al. Argatroban therapy for heparin-induced-
Use of anticoagulants during pregnancy and thrombocytopenia during pregnancy in a
postpartum. Uptodate. Last updated: 1 Feb woman with hereditary antithrombin deficiency.
2018. J Obstet Gynaecol Res 2012;38:749.
2. Weitz JL. Low-molecular-weight-heparin. N Engl 8. Marco De Santis, Carmen DL, Ilenia M, et al.
J Med 1997;337:688. Clopidogrel treatment during pregnancy: A case
3. Ginsberg JS, Kowalchuk G, Hirsh J et al. Heparin report and a review of the literature. Intern
therapy during pregnancy, risk to the fetus and Med 2011;50:1769-1773.
mother. Arch INtern Med 1989;149:2233.
4. Lindhoff-Last E, Kreutzenbeck HJ, Magnani HN.
Treatment of 51 pregnancies with danaparoid

Buku Ilmiah Fetomaternal


180
Sejauh Mana Penggunaan Modalitas Ultrasonik Dalam Pengembangan Bidang
Fetomaternal

Hidayat Wijayanegara
Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

Di Indonesia ultrasonik telah dipergunakan sebagai keadaan tersebut di atas, dapat menegakkan
sarana diagnosis imaging hampir selama 50 tahun, diagnosis yang cepat dan terapi yang akurat
terutama dalam bidang obstetri dan ginekologi sehingga berpotensi menurunkan kematian ibu.
di Indonesia. Banyak ultrasonik scanner modern − Berikutnya kemampuan diagnosis meningkat,
mampu menghasilkan gambar struktur anatomis terutama ultrasonic imaging, kematian
secara lebih detail pada gray scale, dan aliran darah ibu relatif menurun, hal ini sama dengan
pada real time 3D dan 4D scanner memperkaya memperbaiki survival rate dari kematian akibat
diagnosis secara ultrasonik. Sekarang ultrasonik kehamilan ektopik.
modal imaging klinis merupakan sarana diagnosis − Abortus yang tidak aman mengakibatkan 13%
utama. kematian ibu. Ultrasonic imaging berguna untuk
Meskipun ultrasonik dinyatakan teknologi yang memperoleh diagnosis yang definitif karena
sudah “matur” tapi kemajuan teknologi masih terus gejala abortus inkomplit dan kehamilan ektopik
berlanjut. Ultrasonografi masih dan mungkin akan mungkin sama. Penting menggunakan TAS
terus sebagai modal “imaging of choice” untuk dan TVS dengan warna dan Doppler Spectrum
menilai kehamilan karena relatif murah, kemampuan bila menyisihkan sisa hasil konsepsi dari satu
realtimenya dan operatornya merasa senang serta jaringan yang tidak viable. Color Doppler
berpengalaman. biasanya memperlihatkan peningkatan aliran
Terdapat konsensus, setiap fetus berhak mendapat Color Doppler yang focal pada daerah sisa
“pemeriksaan fisik” , berarti semua fetus harus kehamilan bila ada.
mendapatkan penapisan (scanning) ultrasonogram Peranan ultrasonic imaging pada penyakit
untuk mendeteksi anomali fetus dan komplikasi gestational trophoblas dapat menegakkan
kehamilan. diagnosis. Pada era bistable gambaran
molahidatidosa berupa “snow storm”,
Peranan Ultrasonik Obstetri dalam Menurunkan sedangkan di era Gray Scale ini gambaran
Kematian Ibu dan Perinatal berupa “Vesicular ultrasonic pattern” dapat
pula dipantau efektivitas kemoterapi melalui
Salah satu tujuan utama dipergunakannya ultrasonik penggunaan Color Doppler disamping untuk
sebagai modal imaging adalah sebagai usaha follow up suatu Choriocarcinoma.
untuk menurunkan kematian ibu dan perinatal
melalui penggunaan ultrasonik selama kehamilan Perkiraan umur kehamilan
dan persalinan melalui pemeriksaan-pemeriksaan
tertentu dan sistematis dari fetus. Pada trimester pertama kita dapat mempergunakan
I. Trimester Pertama ultrasonik untuk menentukan umur kehamilan,
− Keadaan paling sering yang mengakibatkan terutama pada mereka yang tidak berhasil recall atau
kematian ibu pada trimester I adalah perdarahan yang siklus haidnya tidak 28 hari. Umur kehamilan
banyak, shock atau sepsis. Ultrasonik sangat merupakan salah satu faktor prediktor terpenting
berperan untuk memperoleh diagnosis yang dari kematian perinatal.
akurat dari keadaan selama trimester pertama. Outcome kehamilan sangat erat kaitannya dengan
Karena itu penting untuk menyingkirkan umur kehamilan yang ditentukan dengan ultrasonik.
kehamilan dini yang patologis pada setiap wanita Penentuan umur kehamilan yang akurat, akan
usia reproduktif yang mengalami amenorrhea, mampu menegakkan/deteksi IUGR, LGA dan
perdarahan abnormal dan atau sakit dengan menentukan kapan kehamilan akan diakhiri, seperti:
menggunakan ultrasonik dikombinasi dengan pada KPD, serotinus, plasenta previa, penyakit
bHCG. hipertensi dan lain-lain.
Mempergunakan ultrasonik imaging pada
Buku Ilmiah Fetomaternal
181
Hidayat Wijayanegara

Kehamilan Ganda pada trimester I.


- Menilai anatomi fetus pada trimester II:
Ultrasonik merupakan sarana diagnosis pilihan untuk Untuk menyingkirkan kelainan congenital.
mendeteksi kehamilan ganda sedini lima minggu Pada trimester II, ultrasound guided juga
kehamilan dengan menggunakan TVS. Pemeriksaan dilakukan untuk melakukan amniosintesis.
ultrasonik dari membrana intertwin untuk melihat Menilai besarnya fetus dengan ultrasound
ada tidaknya lambda sign untuk membedakan imaging bukan hanya sekedar menentukan
kehamilan dichorionic atau monochorionic. umur kehamilan, tapi yang lebih penting
Diagnosis definitif ini tidak mungkin dilakukan pada untuk menyingkirkan IUGR.
trimester II dan III, karna itu pentingnya dilakukan - Menilai besarnya plasenta, lokasi dan
screening trimester pertama. daerah retroplasenta harus menjadi
bagian dari setiap pemeriksaan antenatal
Deteksi Dini Kelainan Anatomis dan Khromosom ultrasonik, besarnya plasenta merupakan
refleksi kesehatan dan besarnya fetus serta
Mengukur nuchal translucency (NT) sebaiknya berhubungan dengan pregnancy outcome.
dilakukan pada akhir trimester pertama kehamilan Juga terdapat korelasi positif antara volume
(11 – 14 minggu). Dia merupakan gejala diagnosis plasenta dengan berat lahir bayi dan panjang
bila dilakukan pemeriksaan pada panjang fetus (CRL) badannya.
4,5 – 4,8cm, NT akan bertambah dengan tuanya - Plasenta previa harus disingkirkan
kehamilan, karena itu pengukuran CRL yang teliti - Menilai serviks ibu
sangat diperlukan untuk interpretasinya. Menilai serviks ibu dapat membantu
Penyebab utama kematian perinatal adalah keputusan kita dalam meramal pasien-pasien
aneuploidi karena itu pengukuran NT sangat penting mana yang berisiko kelahiran prematur.
dalam menentukan diagnosisnya aneuploidi. Serviks yang pendek, pembukaan/funneling
Menentukan aneuploidi dan kehamilan struktur artinya ostium uteri internum berhubungan
melalui pemeriksaan dini ultrasonik akan dengan meningkatnya risiko persalinan
mengurangi kematian perinatal karena kedua prematur. Prediksi dini penting, karena
pasangan akan ditawarkan suatu pengakhiran persalinan prematur bertanggungjawab
kehamilan. Pengakhiran kehamilan dini berkaitan sebesar 75% dari kematian dan kesehatan
dengan rendahnya kematian dan kesakitan ibu. neonatus. Ada tiga pendekatan untuk
scanning serviks, TAS, TVS dan transperineal
II. Trimester Kedua (translabial). TVS merupakan teknik gold
standard untuk mendapatkan imaging yang
Pemeriksaan ultrasonik pada trimester II biasanya optimal.
dilakukan pada umur kehamilan 18 dan 24 minggu - Doppler velocimetry trimester kedua
untuk menilai kelainan struktur fetus dan ibu yang Penilaian Doppler A. uterine dan umbilicus
dapat mengakibatkan kematian ibu dan perinatal. merupakan teknik yang dapat dipercaya
untuk meramalkan tingkat risiko preeklamsi,
- Struktur yang dinilai: IUGR, persalinan prematur, gestasional
Anatomi fetus, biometri fetus, volume cairan diabetes dan asfiksia fetus.
amnion, plasenta, servix ibu, Velosimetri Menilai A. uterina dapat dilakukan melalui
Doppler dari A. uterine dan umbilicales. TVS atau TAS pada trimester kedua (18 – 22
Hal tersebut di atas guna menyingkirkan minggu) suatu tahanan yang tinggi dari A.
yang berhubungan dengan kelainan khusus, uterine atau adanya notch, menunjukkan
persalinan preterm, IUGR dan preeklamsi. invasi trofoblast yang tidak adekuat dari
Penemuan dini preeklamsi dan IUGR sangat A. spiralis endometrium dan myometrium.
penting untuk melaksanakan ANC yang Penilaian A. umbilicales melalui TAS. S/D
baik dan terapi dalam usaha memperbaiki ratio yang meninggi, atau aliran diastole
outcome kehamilan. Perlu ditekankan berkurang merupakan tanda kehamilan
prediksi tersebut di atas pada trimester II insufisiensi vascular plasenta.
hanya mungkin, bila umur kehamilan secara Aliran diastole bahkan hilang atau reverse
akurat telah ditentukan secara ultrasonik arahnya, menunjukkan bahwa kejadian
Buku Ilmiah Fetomaternal
182
Sejauh Mana Penggunaan Modalitas Ultrasonik Dalam Pengembangan Bidang Fetomaternal

itu dapat mengakibatkan kematian fetus Imaging dengan B Mode Imaging pada gray-scale.
intrauterine. Biasanya berhubungan
dengan penyakit-penyakit hipertensi, SGA, II. Masa Sekarang
persalinan prematur dan diabetes mellitus. Ultrasonik saat ini diagnostic imaging yang penting
Deteksi dini memperbaiki pengelolaan dalam bidang medis, sedangkan di divisi fetomaternal
memperbaiki survival merupakan pilihan utama penggunaannya.
Ultrasonik mempunyai karakteristik yang unik:
III. Trimester Ketiga 1. Ultrasonik merupakan suatu bentuk non-
- Ultrasonic imaging memegang peranan ionizing radiation, berarti aman
menilai pertumbuhan fetus dan 2. Tidak begitu mahal dibandingkan dengan
kesejahteraan, presentasi fetus, lokasi sarana imaging lain yang kemampuannya
plasenta, ultrasound guided procedure. sama
Semuanya itu bermanfaat untuk mengambil 3. Menghasilkan gambar yang real time
keputusan bila satu intervensi akan diambil 4. Kemampuan resolusinya dalam milimeter
untuk memperbaiki survival rate nya. untuk frekuensi-frekuensi yang dipergunakan
Selama trimester ketiga pemeriksaan di klinik
ultrasonik dilakukan untuk: 5. Dapat menghasilkan informasi mengenai
- Membantu perkembangan janin aliran darah dengan menggunakan prinsip
- Menilai cairan ketuban Doppler
- Doppler velocimetry A. umbilicales 6. Bisa portabel
- Pemeriksaan middle cerebral arteri Meskipun demikian ada kelemahannya:
(MCA) 1. Organ yang mengandung udara/gas dan
- Disamping itu ultrasound imaging sangat strukturnya seperti tulang tidak dapat
membantu proses persalinan, termasuk: memberi gambaran yang adekuat tanpa
- panjang serviks selama induksi mempergunakan prosedur khusus
- mengetahui posisi kepala 2. Hanya satu jendela “akustik” yang ada, pada
- turunnya kepala pemeriksaan organ-organ tertentu seperti
- mencegah persalinan macet jantung dan otak neonatus
- identifikasi penyebab perdarahan 3. Interpretasi images tergantung pada
intrapartum dan, keterampilan operator
- memantau fetal heart 4. Kadang-kadang kita tidak memperoleh
hasil gambar yang baik dari tipe penderita
Diagnosis Ultrasonik (masa lalu, sekarang, akan tertentu, seperti penderita obesitas
datang)
Banyaknya keuntungan dari ultrasonik, maka alat ini
I. Masa lalu merupakan sarana diagnostik yang sangat berharga
Kemampuan ultrasonik sebagai suatu imaging pada bidang kedokteran seperti kardiologi, pediatrik,
modality, telah dipergunakan pada tahun 1940. radiologi, neurologi, obstetri dan ginekologi
Terdapat banyak mode dari ultrasonic imaging. terutama dalam menunjang pengembangan divisi
Bentuk yang primer dari ultrasonic imaging adalah fetomaternal
pulse-echo mode, tetapi sebagai sarana diagnostik Hubungan antara ultrasonik dengan scanner
tidak diterima secara luas, sampai tahun 1970, imaging yang lain suatu hal yang dinamis.
pada saat ditemukan gray-scale ultrasound dimana Ultrasonik merupakan tool of choice dalam bidang
amplitudo non-linear echo dipetakan sebagai gray- obstetri, utamanya karena dia non-invasive, cost-
scale. Pada saat itu juga continuous wave (CW) dan effectiveness, dan kemampuan yang realtime
Pulsed Doppler (PW) ultrasound, sebagai sarana imaging. Peranan ini diduga tidak akan berubah
untuk menghitung aliran darah bisa diperoleh. untuk masa mendatang.
Duplex ultrasound Scanners yang menggabung
kedua fungsi, memuat imaging anatomies dan III. Masa Akan datang
mengukur aliran darah pada satu alat segera Kemajuan teknologi dari ultrasonik terus dilakukan
digunakan. Tahun 1985 diperkenalkan oleh ALOKA secara konstan. Perkembangan meliputi portable
alat yang menggabungkan sistem Doppler Flow scanner, miniature pocket-size scanner dan
Buku Ilmiah Fetomaternal
183
Hidayat Wijayanegara

high frequencies scanner. Frekuensi yang tinggi I sampai pada persalinan sekalipun.
(>20Hz) telah dikembangkan untuk mata, kulit dan Ultrasound-imaging sangat membantu dalam
intravascular imaging, alat ini memperbaiki spatial mengembangkan feto-maternal. Dengan
resolusi pada penetrasinya. Meskipun langkah adanya ultrasound ini maka terkuaklah tabir
dari perkembangan therapeutic ultrasound tidak kehidupan fetus intrauterin, dari keadaan
menonjol seperti diagnostic ultrasound, tetapi normal sampai yang patologis sekalipun. Kita
terdapat peningkatan perhatian pada imaging- dapat meramalkan apa yang terjadi pada suatu
guided ultrasound therapy. Suatu MR-guided proses kehamilan, bagaimana nasibnya janin,
ultrasound therapy sistem, secara komersial telah karena kita dibantu dengan Doppler Velocimetri.
ada di pasaran, untuk mengobati myome uteri, Kita dapat menemukan kelainan kongenital
tulang, liver dan Ca-Mammae. lebih baik, berkat adanya D-4 ultrasonik. Jadi
menurut hemat kami ultrasonik imaging teknik
Simpulan ini dapat menjawab tantangan perkembangan
fetomaternal dimasa mendatang, karena
- Selama 50 tahun terakhir perkembangan untuk masa depan masih tetap menjadi
teknologi ultrasound-imaging sangat sarana diagnostik primadona dibidang obstetri
mengagumkan mulai dari perbaikan/ terutama divisi feto maternal.
penyempurnaan probe sampai penyajian
gambar yang gray scale sangat bagus.
- Ultrasound-imaging ini dapat membantu
menegakkan diagnosis mulai dari trimester

Buku Ilmiah Fetomaternal


184
Tripel Eliminasi Hepatitis, Hiv dan Sifilis Pencegahan
Penularan dari Ibu Ke Bayi

Maisuri T. Chalid
Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Pendahuluan ibu hamil terinfeksi HIV sekitar 0,30%, dan sifilis


1,70%. Sementara prevalensi HBsAg reaktif pada 12
Hepatitis B, HIV dan Sifilis dapat ditularkan dari ibu provinsi diperoleh 2,76%. Dengan angka kelahiran
yang terinfeksi ke bayinya, yang dapat menyebabkan kasar (crude birth rate) sebesar 18.986 / 1.000
morbiditas dan mortalitas yang tinggi, juga kecacatan populasi, maka dapat diperkirakan 1,36 juta bayi
yang menyebabkan pembiayaan tinggi. Hepatitis dapat tertular virus Hepatitis B dari ibu mereka, jika
yang tertular pada masa perinatal mempunyai tidak ada langkah pencegahan yang diterapkan. (3)
dampak jangka panjang berujung pada kanker Intervensi eliminasi penularan HIV,
hati atau sirosis hepatis pada usia dewasa muda, hepatitis B dan sifilis (EMTCT) sebagai bagian
sementara HIV menyebabkan tingginya kematian dari komponen standar pelayanan reproduksi,
anak karena rendahnya imunitas terhadap infeksi, maternal, neonatal dan anak, yang selama ini
sementara sifilis berdampak pada 67% abortus, dilaksanakan secara terpisah, belum terkoordinasi,
kematian janin dan sifilis kongenital. Manifestasi menyebabkan terjadinya kesenjangan, duplikasi
klinis sifilis kongenital adalah keratitis interstisial, atau tumpang tindih pelayanan. Hal ini juga
limfadenopati, hepatosplenomegali, kerusakan berdampak pada kurangnya akses yang diperoleh
tulang, anemia, gigi Hutchinson, dan neurosifilis kaum perempuan dan pasangannya atau keluarga.
yang baru muncul pada tahun ke-2 setelah kelahiran. Hal ini juga menyebabkan terlewatnya peluang
Setiap tahun, kurang lebih 180.000 bayi untuk menggunakan sumber daya yang tersedia
di Wilayah Pasifik Barat terinfeksi oleh hepatitis secara efisien dan mencegah tercapainya hasil
B, 13.000 oleh sifilis dan 1400 oleh HIV melalui yang optimal. Kolaborasi dan sinergi antar program
penularan dari ibu ke anak. Telah dilaporkan penyakit sangat dibutuhkan untuk meningkatkan aksesibilitas,
infeksi menular seksual (IMS) lebih tinggi di Asia dan efektivitas dan efisiensi intervensi EMTCT yang
Pasifik dibandingkan dengan daerah lain. Pada tahun lebih baik melalui pencegahan infeksi pada usia
2016, prevalensi HIV di Asia dan Pasifik diperkirakan reproduksi, pencegahan kehamilan yang tidak
5,1 juta orang. Sekitar 71.000 ibu hamil HIV dengan diingcinkan, skrining antenatal, pengobatan dan
15.000 kasus infeksi baru HIV pada anak (tingkat vaksinasi pada bayi baru lahir.
penularan dari ibu ke anak 21%). Penelitian tahun
2012 di Asia dan Pasifik, juga melaporkan 167.000 Kebijakan dan Strategi
kasus sifilis ibu, yang berdampak pada 65.800
buruknya luaran janin, termasuk kematian janin dini. Setiap anak harus diberi kesempatan terbaik
(1)
untuk memulai hidup sehat, bebas dari penyakit
Sekitar 1/3 penduduk dunia telah terinfeksi menular yang dapat dicegah. Hal tersebut dapat
oleh virus hepatitis B. Lebih dari 240 juta orang dimungkinkan bila akses ke layanan kesehatan
terinfeksi kronis dan 780.000 kematian per tahun reproduksi, ibu, bayi baru lahir dan anak dapat
terjadi akibat dampak hepatitis B. Pada wilayah diperoleh semua ibu, anak-anak dan keluarga
yang sangat endemis seperti Asia, Pasifik, dan Afrika mereka dalam konteks cakupan kesehatan
sub-Sahara, sebagian besar infeksi HBV terjadi universal. Sustainable Development Goals (SDG)
terutama selama masa bayi dan anak usia dini. ke 3 bertujuan untuk memastikan kehidupan yang
Hal ini berhubungan dengan infeksi persisten dan sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk
peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas akibat semua di segala usia dengan mengatasi masalah
sirosis, penyakit hati dekompensasi, dan karsinoma utama kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi,
hepatoseluler (HCC) di kemudian hari.(2) kesehatan ibu dan anak, dan penyakit menular.(4)
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Strategi Sektor Kesehatan Global WHO
RI pada tahun 2016, tercatat jumlah ibu hamil di tentang HIV, IMS, dan Viral Hepatitis 2016-2021
Indonesia sekitar 5.354.594, diperkirakan prevalensi menguraikan jalur menuju berakhirnya AIDS dan
Buku Ilmiah Fetomaternal
185
Maisuri T. Chalid

eliminasi IMS dan virus hepatitis sebagai ancaman (lima puluh per seratus ribu) kelahiran hidup. (7)
kesehatan masyarakat yang utama pada tahun 2030. Dalam permenkes tersebut disebutkan
(5,6) Target regional Asia Pasifik yang ingin dicapai strategi program eliminasi penularan dari ibu ke bayi
dalam tripel eliminasi adalah jumlah kasus infeksi meliputi peningkatan akses dan kualitas layanan
baru HIV pada anak < 50 per 100 000 kelahiran hidup kesehatan bagi ibu dan anak sesuai dengan standar;
per tahun, dengan tingkat penularan HIV pada ibu peningkatan peran fasilitas pelayanan kesehatan
menyusui < 5% atau pada ibu yang tidak menyusui < dalam penatalaksanaan yang diperlukan untuk
2%, prevalensi HBsAg yang reaktif pada anak ≤ 0.1% eliminasi penularan; peningkatan penyediaan
dan angka kejadian sifilis kongenital ≤ 50 kasus per sumber daya di bidang kesehatan; peningkatan
100 000 kelahiran hidup per tahun pada tahun 2030. jejaring kerja dan kemitraan serta kerja sama lintas
(1)
program dan lintas sektor; dan peningkatan peran
Target tersebut akan dapat dicapai dengan serta masyarakat. Peta jalan dalam pelaksanaan
syarat cakupan ANC lengkap berkualitas setinggi- Eliminasi Penularan meliputi: a. akses terbuka pada
tingginya (≥95%), cakupan persalinan ditolong oleh tahun 2018-2019; praEliminasi Penularan pada
tenaga terampil (≥95%), skrining antenatal untuk tahun 2020-2021; Eliminasi Penularan pada tahun
tes HIV, hepatitis B dan sifilis (≥95%), cakupan 2022; dan pemeliharaan pada tahun 2023-2025.(7)
pengobatan setinggi-tingginya unutk HIV dan sifilis
(≥ 95%). cakupan HB0 birthdose (< 24 jam kelahiran) Intervensi Tripel Eliminasi
(>95%) , dilanjutkan HB1, HB2 & HB3 (>95%). (1)
Pemerintah melalui kementerian kesehatan Kerangka Regional Asia Pasifik mengusulkan
telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan pendekatan terpadu dan terkoordinasi menuju
(permenkes) No. 52 tahun 2017 tentang eliminasi tripel eliminasi, yang menekankan prinsip yang
penularan HIV, sifilis dan hepatitis B dari ibu ke berpusat pada perawatan ibu-baru lahir dan
anak. Pemerintah Pusat menetapkan target program anak (mother-newborn-and-child-centred care).
Eliminasi Penularan pada tahun 2022. Target Kemiripan intervensi pencegahan MTCT ketiga
program ini mempunyai indikator yang harus dicapai penyakit ini dalam pelayanan kesehatan reproduksi
berupa infeksi baru HIV, Sifilis, dan/atau Hepatitis B antenatal, persalinan, postpartum dan bayi/anak
pada anak kurang dari atau sama dengan 50/100.000 memungkinkan koordinasi dan integrasi sehingga

Buku Ilmiah Fetomaternal


186
Tripel Eliminasi Hepatitis, Hiv dan Sifilis Pencegahan Penularan dari Ibu Ke Bayi
diharapkan dapat memaksimalkan akses, efektifitas, Semua ibu hamil dengan hasil tes non-treponema
efesiensi dan keberlangsungan pengawasan dan (VDRL /RPR) positif atau treponema positif harus
pengobatannya. Sehingga tripel eliminasi merupakan segera diobati. Bila memungkinkan, ibu hamil
komponen penting dalam pelayanan antenatal - dirujuk ke fasilitas pelayanan dengan laboratorium
postpartum hingga pemantauan bayi (gambar 1). yang lebih lengkap untuk pemeriksaan titer RPR,
ccGambar 1. Pelayanan tripel eliminasi HIV - Hepatitis bila tidak memungkinkan maka terapi sifilis pada ibu
B - Sifilis terpadu periode antenatal-post partum- hamil dapat langsung diberikan. Satu dosis benzatin
bayi 9 bulan. (Sumber: WHO recommendations on penisilin 2,4 juta unit saja sudah dapat mencegah
antenatal care for a positive pregnancy experience penularan infeksi pada janin, suntikan dosis ke-2
(2016); WHO consolidated guidelines on the use of dianjurkan seminggu setelah suntikan pertama. (8)
antiretroviral drugs for treating and preventing HIV Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
infection (2016), WHO guidelines for the treatment lengkap TP rapid dapat dikombinasi dengan tes lain,
of Treponema pallidum (syphilis) (2016), WHO misalnya RPR dan TPHA. Pemeriksaan yang sama
guidelines on hepatitis B and C testing (2017), WHO untuk suami atau pasangan juga harus dilakukan.
position paper on hepatitis B vaccine (2009) Setelah diagnosis sifilis pada ibu hamil, evaluasi
sonografi dilakukan untuk janin dengan umur gestasi
Periode antenatal >20minggu untuk mencari tanda tanda dari sifilis
kongenital. Hepatomegali, penebalan plasenta,
Skrining tripel eliminasi sebaiknya dilakukan pada hidramnion, asites, hydrop fetalis dan peningkatan
trimester pertama atau sedapat mungkin pada arteri serebri media pada pemeriksaan doppler
kunjungan pertama. Hal ini penting untuk melakukan velosimetri merupakan indikasi dari infeksi pada
tes konfirmasi HIV yang membutuhkan waktu. Bila janin.(12)
ibu hamil terbukti mempunyai hasil tes HIV reaktif
pada trimester pertama, masih cukup waktu untuk Periode persalinan dan nifas
memberikan terapi ARV selama minimal 6 bulan
secara teratur, dengan demikian akan menurunkan Tujuan persalinan aman bagi ibu dengan HIV adalah
kemungkinan penularan ke bayi, dan memungkinkan menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi,
ibu untuk menjalani persalinan pervaginam. Bila serta risiko terhadap ibu, tim penolong (medis/non-
hasil konfirmasi tes HIV reaktif, perlu dilakukan tes medis) dan pasien lainnya. Persalinan melalui bedah
yang sama untuk pasangan atau suami, agar tindakan sesar berisiko lebih kecil untuk penularan terhadap
pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan pada bayi, namun menambah risiko lainnya untuk ibu.
kedua belah pihak. Pengulangan tes pada trimester Risiko penularan pada persalinan per vaginam
ke-3 dapat dilakukan pada ibu dengan hasil non dapat diperkecil dan cukup aman bila ibu mendapat
reaktif, namun termasuk kelompok yang berisiko pengobatan ARV selama setidaknya enam bulan
tinggi terpapar HIV.(8) dan/atau viral load kurang dari 1000 kopi/mm3 pada
Bila ditemukan ibu dengan hasil HBsAg minggu ke-36. Merujuk pada pedoman muktahir,
reaktif pada skrining trimester pertama, akan semua ibu hamil dengan HIV diberi terapi ARV,
memungkinkan penolong persalinan melakukan tanpa harus memeriksakan jumlah CD4 dan viral
perencanaan pengadaan vaksin HBIG (Hepatitis B load terlebih dahulu, karena kehamilan itu sendiri
Imunoglobulin) dan HB0, terutama untuk daerah merupakan indikasi pemberian ARV yang dilanjutkan
terpencil. Bila dana memungkinkan, pemeriksaan seumur hidup. Pemeriksaan CD4 dilakukan untuk
HBeAg dapat dilakukan untuk mengetahui apakah memantau pengobatan – bukan sebagai acuan untuk
virus aktif bereplikasi, karena HBeAg yang positif memulai terapi.(8)
akan mempunyai kemungkinan 90% transmisi Penggunaan kontrasepsi harus segera
ke bayi bila bayi tidak divaksinasi. Pemeriksaan dibicarakan dengan setiap perempuan dengan
viral load (titer HBV DNA) dapat dilakukan untuk HIV setelah diagnosisnya ditegakkan. Pilihan
memutuskan apakah ibu memerlukan terapi antiviral kontrasepsi berdasarkan urutan prioritas untuk
pada trimester ke-3. Jika viral load pasien> 1 juta ibu dengan HIV adalah kontrasepsi mantap bila ibu
kopi (200.000 IU / mL), maka pertimbangan terapi dengan HIV sudah memiliki jumlah anak yang cukup.
antiviral pada minggu ke-32 dianjurkan. Jika viral load Kontrasepsi jangka panjang dengan AKDR menjadi
<200.000 IU / mL, terapi antiviral tidak dianjurkan pilihan ke-2, dengan syarat risiko rendah untuk IMS
kecuali ibu hamil memiliki penyakit hati aktif. (9–11) pada ibu dan pasangannya. Pemakaian kontrasepsi
Buku Ilmiah Fetomaternal
187
Maisuri T. Chalid

hormonal perlu mempertimbangkan efek interaksi 5. World Health Organisation (WHO). Global
dengan ARV. Untuk mencegah penularan vertical, health sector strategy on viral hepatitis 2016-
ibu sebaiknya tidak menyusui bayinya, namun bagi 2021. Glob Hepat Program Dep HIV/AIDS. 2016;
ibu yang memilih tidak menyusui dapat dilakukan 6. World Health Organization (WHO). Global
penghentian produksi ASI.(8) Health Sector Strategy on HIV 2016-2021. World
Penatalaksanaan persalinan pada ibu Health Organization. 2016.
dengan HBsAg reaktif sesuai indikasi obstetri. 7. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
Imunoprofilaksis dengan vaksinasi HBIG dalam waktu Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2016
12 jam setelah lahir dan HBV segera setelah bayi lahir tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
(HB0, birthdose) maksimal dalam waktu <24 jam, dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
yang diikuti dengan penyelesaian seri vaksinasi telah Kesehatan. Depkes RI 2016.
banyak digunakan untuk mencegah penularan ibu 8. WHO. Elimination of Mother-to-child
ke anak dimana ibu terbukti HBsAg-positif. Bahkan transmission of HIV and Syphilis [Internet]. Vol.
kebijakan beberapa negara di Asia Tenggara seperti 15. 2017. 177-181 p. Available from: http://
Thailand, memprioritaskan pemberian imunisasi www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-
aktif HBV birthdose (walaupun tanpa HBIG) ini s2.0-0026037127%7B&%7DpartnerID=tZOtx
lebih progresif kurang dari 6 jam-bahkan dalam 1 3y1
jam, mempunyai efektifitas vaksinasi yang tidak 9. Dionne-Odom J, Tita ATN, Silverman NS. #38:
jauh berbeda dengan pemberian HB0 dengan HBIG Hepatitis B in pregnancy screening, treatment,
(92,2% vs 100%).(13,14) and prevention of vertical transmission.
Penatalaksanaan yang tidak kalah penting American Journal of Obstetrics and Gynecology.
adalah melakukan konseling pada ibu dan suaminya 2016.
tentang kemungkinan penularan ketiga penyakit ini, 10. Patton H, Tran TT. Management of hepatitis
penularan kepada bayi, perlunya mempersiapkan B during pregnancy. Nature Reviews
vaksinasi hepatitis B, dan pilihan kontrasepsi. Gastroenterology and Hepatology. 2014.
Rangkuman 11. Dionne-Odom J, Tita ATN, Silverman NS.
Upaya tripel eliminasi yang memadukan ketiga Society for Maternal-Fetal Medicine (SMFM)
program eliminasi ini memungkinkan ibu hamil Consult Series #38: Hepatitis B in Pregnancy-
mengetahui status infeksi pasangannya, mengetahui Screening, Treatment and Prevention of Vertical
dan mendapatkan intervensi yang perlu bagi diri Transmission. Am J Obstet Gynecol. 2015;
ibu hamil tersebut dan bayinya selama kehamilan, 12. Kamb M, Taylor M, Newman L, Hawkes S,
persalinan dan pasca persalinan. Juga meyakinkan Broutet N. A Decade of Progress in Global
ibu bahwa bayinya akan mendapat intervensi yang Congenital Syphilis Elimination , 2007 - 2016
sesuai untuk mencegah terjadinya penularan infeksi. Global Elimination of Congenital Syphilis ( CS ).
2016;2007–16.
Daftar Pustaka 13. Poovorawan Y, Sanpavat S, Pongpunlert W,
Chumdermpadetsuk S, Sentrakul P, Safary
1. WHO. Regional Framework for the Triple A. Protective Efficacy of a Recombinant
Elimination of Mother-to-child Transmission of DNA Hepatitis B Vaccine in Neonates of HBe
HIV , Hepatitis B and Syphilis in Asia and the Antigen—Positive Mothers. JAMA J Am Med
Pacific 2018 – 2030 ( Draft ). 2018;(May 2017):1 Assoc. 1989;
OF 1-20. 14. Poovorawan Y, Chongsrisawat V, Theamboonlers
2. World Health Organization. Hepatitis B: fact A, Leroux-Roels G, Crasta PD, Hardt K.
sheet N°204. Wkly Epidemiol Rec. 2015; Persistence and immune memory to hepatitis B
3. H Muljono D. Epidemiology of Hepatitis B and vaccine 20 y after primary vaccination of Thai
C in Republic of Indonesia. Euroasian J hepato- infants, born to HBsAg and HBeAg positive
gastroenterology. 2017; mothers. Hum Vaccines Immunother. 2012;
4. Sustainable Development Goals. INDICATOR
AND MONITORING FRAMEWORK FOR THE
GLOBAL STRATEGY FOR WOMEN’S, CHILDREN’S
AND ADOLESCENTS’ HEALTH (2016-2030).
SDGs. 2016.
Buku Ilmiah Fetomaternal
188
Kelainan Apa yang Harus Dapat Dideteksi dalam Kehamilan untuk
Pencegahan PPROM

Besari Adi Pramono


Divisi Fetomaternal - Departemen Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro – RSUP Dr. Kariadi
Semarang

Latar Belakang tersebut berfusi menjadi kapsula desidua, yang


sejajar dengan decidua parietalis sebagai pengingat
Berdasarkan data dari World Health Organization terjadinya kehamilan. Rupture membrane biasanya
diperkirakan prevalensi dari kelahiran premature terjadi di dekat internal cervical os.
adalah 5–18% dari 184 negara di dunia. Prematuritas
merupakan masalah terbesar yang menyebabkan Objektif
mortalitas dan morbiditas pada neonatus yang
menjadi penghalang utama untuk tercapainya tujuan Pencegahan Ketuban Pecah Dini atau Preterm
dari Millennium Development Goals (MDG)-4 karena Premature rupture of membranes (PPROM)
kontribusinya yang tinggi terhadap mortalitas pada Prediksi bagi ibu dengan risiko
neonates. Morbiditas pada kelahiran premature Managemen yang cepat dan efektif saat ketuban
dapat disebabkan oleh Respiratory Distress pecah.
Syndrome (RDS), perdarahan intraventricular,
necrotizing enterocolitis, keterlambatan penutupa Mekanisme Terjadinya Ketuban Pecah Dini
ductus arteriosus, cerebral palsy, dan gangguan
pendengaran serta penglihatan. Penyebab Ketuban Pecah Dini adalah multifaktorial,
Dari semua kelahiran premature 75% berdasarkan beberapa hal berikut ini:
dilahirkan secara spontan, dimana 50% diantaranya
tidak memiliki faktor risiko sebelum melahirkan, 1. Lokasi
usia ibu, paritas, riwayat kelahiran premature Lokasi dengan prevalensi terbanyak terjadinya
sebelumnya, kehamilan multiple, kehamilan yang rupture selaput amnion adalah di area supra-
menginduksi hipertensi, perdarahan antepartum, cervical, karena strukturnya tidak terlalu kuat
persalinan lama, ketuban pecah dini, dan infeksi dan mudah terinfeksi bakteri.
saluran kemih secara signifikan berhubungan dengan 2. Pengaruh dari morfologi membrane
kelahiran premature (p = < 0.05). PPROM berhubungan dengan terjadinya
Salah satu penyebab kelahiran prematur disrupsi dan pembengakakan dari jaringan
adalah Preterm premature rupture of membranes kolagen. Enzim yang berperan dalam mekanisme
(PPROM) atau ketuban pecah dini yang merupakan rupturnya membrane amnion adalah MMP
kondisi dimana terjadi ruptur pada selaput ketuban (Matrix metalloproteinases) yang berfungsi
sebelum terjadinya persalinan yang terjadi sebelum untuk mendegradasi kolagen di interstitial,
usia kehamilan mencapai 37 minggu, tanpa adanya jenis dari enzim ini yang menyebabkan
kontraksi uterus setiap kurang lebih 10 menit, dan rupture membrane diantaranya adalah MMP-
tidak disertai dilatasi serviks atau pendataran serviks. 1, MMP-8,MMP-9, dimana MMP-1 diketahui
PPROM terjadi antara 5-15% dari seluruh kehamilan. konsentrasinya meningkat saat terjadinya
Etiologi dari PPROM tidak diketahui tetapi beberapa PPROM, MMP-8 konsentrasinya meningkat
faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya PPROM, saat terjadinya rupture membrane secara
seperti infeksi intra-amnion atau pemendekan spontan, dan MMP-9 meningkat konsentrasinya
serviks. Lebih dari 90% kasus ditegakkan berdasarkan pada wanita yang mengalami infeksi selama
hasil anamnesis dan spekuloskopi dengan monitoring kehamilan yang meningkatkan terjadinya
langsung terhadap berkurangnya cairan amnion. rupture membrane amniotik dibandingkan
Selaput amniochorionic dihasilkan dari fusi dengan yang tidak mengalami infeksi selama
dari amnion dan korion seiring dengan obliterasi kehamilan.
dari rongga korion pada trimester awal. Kompleks

Buku Ilmiah Fetomaternal


189
Besari Adi Pramono

3. Inflamasi Pencegahan
Riwayat terjadinya korioamnionitis merupakan
penyebab tersering terjadinya PPROM yang Terjadinya PPROM dapat diidentifikasi sejak periode
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 34 sebelum kehamilan. Faktor risiko yang mungkin
minggu. Diketahui bahwa IL-6 dalam plasma diantaranya adalah sebagai berikut :
fetus dengan konsentrasi > 11 pg/ml (FIRS) yang • Ibu berusia kurang dari 16 tahun dan faktor
berhubungan secara signifikan dengan kenaikan sosial ekonomi,
konsentrasi TNF di dalam plasma janin yang Berdasarkan data WHO, pada tahun 2010
mana TNF akan meningkat sebagai akibat dari terdapat 1,2 juta remaja, 20% dari populasi di
terjadinya reaksi inflamasi, hal ini didapatkan seluruh dunia. Pada tahun 2008, terdapat 16
pada 20% pasien dengan kelahiran premature juta remaja putri berusia diantara 15-19 tahun
dan 38,4% pada pasien dengan PPROM. (11% dari populasi di seluruh dunia). Di Amerika,
Berdasarkan penelitian dari Kecerovsky, adanya 9% dari remaja wanita yang berusia 15-19 tahun
infeksi bakteri non-Lactobacillus yang berkoloni di ketahui hamil. Remaja yang hamil memiliki
di serviks pasien PPROM berhubungan dengan masalah kesehatan yang lebih besar selama
respon inflamasi yang kuat dan meningkatkan kehamilan, melahirkan, dan setelah melahirkan,
risiko terjadinya invasi oleh bakteri ke dalam jika dibandingkan dengan ibu hamil yang usianya
cairan amnion. Sneathia amnii (28.5%) dan sudah matang. Beberapa masalah yang dapat
Ureapasma (14.3%) merupakan bakteri yang muncul diantaranya seperti pada bagan berikut
sering ditemukan pada pasien PPROM. Kultur ini : (Gambar 1.)
bakteri merupakan pemeriksaan penunjang
yang penting dilakukan untuk mengetahui • BMI < 19, berdasarkan penelitian Edwards et
bakteri yang menyebabkan ruptur membrane al dan Schramm menyebutkan bahwa terjadi
amniotik. peningkatan prevalensi terjadinya PPROM

Gambar 1 Pengaruh Kehamilan pada Remaja

Buku Ilmiah Fetomaternal


190
Kelainan Apa yang Harus Dapat Dideteksi dalam Kehamilan untuk Pencegahan PPROM

akibat BMI yang rendah. BMI yang rendah dari insufisiensi serviks dan dapat terjadi pada
pada ibu merupakan faktor risiko dari kelahiran dilatasi serviks berulang yang tidak nyeri pada
premature, berat lahir rendah pada bayi, dan trimester kedua kehamilan yang tidak terkontrol,
kecil usia kehamilan. Sebuah studi pada 12.526 yang menyebabkan ketidak mampuan
wanita menyebutkan bahwa ibu dengan berat serviks untuk menahan kehamilan tersebut.
badan rendah lebih berisiko terhadap terjadinya Inkompetensi serviks dapat disebbakan
kelahiran premature. oleh trauma sebelumnya pada serviks yang
• Merokok dapat menyebabkan teraktivasinya berhubungan dengan persalinan sebelumnya
mediator inflamasi termasuk sitokin, atau operasi spade serviks sebelumnya
overexpression of matrix metalloproteinases (contohnya conization, amputation), anomaly
(MMPs) dan jalur apoptosis,yang menyebabkan uterus kongenital, seperti akibat dari paparan
degradasi kolagen pada membrane amnion- diethylstilbestrol (DES) atau defisiensi kolagen
korion yang menyebabkan terjadinya PPROM. dan elastin intrinsic.
Selain itu, rokok juga menginduksi stress Serviks memiliki tugas penting untuk menjaga
oksidatif dengan mempercepat apoptosis dan intrauterine. Sebelum persalinan, serviks keras,
degradasi proteolitik membrane janin. Jadi, tersusun terutama oleh kolagen, namun, terdapat
merokok dapat menyebabkan depresi system beragam kondisi yang dapat menurunkan kandungan
imun dengan disregulasi produksi sitokin dan kolagen pada serviks sehingga serviks melunak,
kemokin, mempengaruhi potensi migrasi dan dan akhirnya terjadi dilatasi serviks. Mediator
fungsi fagositosis dari makrofag. Hilangnya yang berperan dalam proses ini adalah sitokin dan
fungsi antibakteri ini dapat mempermudah prostaglandin, yang juga merupakan mediator
terjadinya infeksi intrauterine yang memicu inflamasi. Kanalis servikalis umumnya terdiri dari
respon inflamasi dari matriks ekstraselular mucus dengan antibakteri. dengan adanya dilatasi
spesifik (ECM)- cMMPs dan jalur mediasi serviks, maka fungsi antibakteri juga terpengaruh,
apoptosis oleh sitokin yang menyebabkan meningkatnya risiko ascending infection.yang
degradasi dan ruptur membrane. juga akan menstimulasi dilatasi serviks dan
• Riwayat kelahiran premature sebelumnya mengakibatkan terjadinya persaliann premature.
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya • Abnormalitas uterus, PPROM dapat menjelakan
kelahiran premature di kehamilan selanjutnya. proses patologis yang dapat menginisiasi
Berdasarkan studi Iams et al menyebutkan persalinan abnormal, seperti iskemia uteri,
bahwa risiko kelahiran premature (<35% burst blood vessels, infeksi intrauterine atau
minggu) adalah 14-15% sedangkan pada wanita inflamasi, overdistensi uteri,dan faktor risiko
dengan riwayat kelahiran tanpa komplikasi lain, seperti diabetes, konisasi, abnormalitas
memiliki risiko sebesar 3% untuk terjadinya uterus, merokok, alcohol, dan penggunaan obat
persalinan spontan. dan gaya hidup. Salah satu teknik yang dapat
• Kehamilan ganda, penyebab PPROM digunakan adalah analisis electromyogram
pada kehamilan ganda lebih bervariasi jika (EMG) dari uterus yang direkam dari dinding
dibandingkan dengan kehamilan tunggal. abdomen wanita yang hamil, seperti,
Sebagai contohnya, pada kehamilan kembar ElectroHysteroGram (EHG), yang merupakan
dengan monochorionic diamniotic, kebanyakan tindakan kuantitatifnon invasive dari kontraksi
kasus PPROM yang terjadi adalah masalah mekanik dari uterus selama kehamilan, yang
sekunder dari polihidramnion sebagai akibat menghasilkan diskontinuitas ledakan dari
terjadinya twin-to-twin transfusion syndrome. potensial aksi karena perubahan elektisitas
Sedangkan pada kehamilan kembar dengan secara spontan dari otot uterus.
dichorionic yang disertai PPROM di salah • Infeksi saluran kemih, 30-40% dari kasus
satu kantong gestasi membuat kita dapat persalinan premature diinduksi oleh komplikasi
membandingkan kedua janin yang dilahirkan maternal atau fetal. 60-70% sisanya diakibatkan
sembari mengeliminasi variable yang infeksi subklinis atau inflamasi, terutama infeksi
mengacaukan, sehingga efek dari terjadinya traktus genitalia, disfungsi serviks, kehamilan
PPROM dan komplikasi yang umum terjadi pada ganda, idiopatik, dan ineraksi sosial ekonomi
kehamilan tersebut dapat diketahui. dan nutrisi. Hasil keluaran yang sangat penting
• Inkompetensi serviks, merupakan sinonim dari persalinan preterm biasanya berhubungan
Buku Ilmiah Fetomaternal
191
Besari Adi Pramono

dengan efek samping infeksi pada ibu atau janin. dan lapisan luar yang menempel erat (korion).
Prostagladin yang dihasilkan karena adanya Kekuatan dari membrane tersebut dipengaruhi
proses infeksi akan menstimulasi kontraksi yang oleh sintesis dan degradasi dari komponen
menyebabkan persalinan prematur. matriks ekstraselular, termasuk fibrillar kolagen
• Sindrom antiphospolipid (APS), merupakan tipe I, III, dan V yang dianggap sebagai komponen
kondisi autoimun yang berhubungan dengan terpenting yang mempengaruhi kekuatan
thrombosis (vena atau arteri) yang merupakan amnion. Oleh karena itu, adanya masalah
efek samping dari kehamilan. Diagnosis APS ataupun penyakit pada jaringan ikat dapat
didasarkan pada klinis obstetric dan riwayat mempengaruhi sintesis fibrillar kolagen atau
trombolitik dan hasil temuan laboratoris mempengaruhi kolagen atau struktur protein
berupa antibody fosfolipid (aPL) yang positif matriks ekstraselular yang mempengaruhi
secara persisten (dalam 2 kali pemeriksaan kekuatan membrane fetus dan berakhir dengan
yang berjarak 2 minggu). aPL merupakan kelahiran premature karena ruptur membrane
heterogeneous group of autoantibodies yang yang tidak sesuai waktunya. Berikut adalah
secara langsung melawan kompleks antigen yang beberapa penyakit yang termasuk dalam
mengandung negatively-charged phospholipids Collagen vascular disorders:
dan phospholipid binding proteins. a. Ehlers-Danlos syndrome (Overly Flexible
Mengidentifikasi terjadinya kelahiran premature Joints, Stretchy Skin and Fragile Skin
pada nulipara lebih sulit jika dibandingkan dengan Merupakan kumpulan penyakit jaringan
multipara. Tingkah laku saat kehamilan sebelumnya ikat yang diturunkan dan dicirikan dengan
menjadi prediktor terbaik dari risiko yang mungkin adanya hiperelastisitas kulit, hipermobilitas
terjadi. sendi, fragilitas jaringan dan defek pada katup
Selain itu, faktor risiko dari ibu juga sangat jantung. terdapat beberapa tipe dari Ehlers-
berpengaruh terhadap terjadinya PPROM, Danlos Syndrome, diantara semua tipenya
diantaranya adalah : prevalensi terjadinya Ehlers-Danlos Syndrome
• Preterm premature rupture of membranes adalah 1 dari 5000 orang. Penyakit ini
(PROM) pada awal kehamilan memiliki risiko berhubungan dengan variasi penyebab genetik,
terjadinya rekurensi sebesar 16%–32%, sebagian diturunkan dari orangtua ke anak.
sedangkan wanita dengan persalinan awal Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
tanpa komplikasi memiliki rekurensi sebesar Ehlers-Danlos Foundations, penderita
4%. Ehlers danlos memiliki risiko yang tinggi
• Perdarahan antepartum, dimana menurut untuk mengalami kelahiran premature dan
sebuah studi epidemiologi wanita dengan PPROM, dari 18 penderita 144 (77,8%)
perdarahan antepartum yang tidak dilahirkan secara premature dan 13 dari
diketahui penyebabnya dapat meningkatkan 14 kelahiran diawali dengan PPROM.
risiko terjadinya ketuban pecah dini. Hal Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan,
ini diakibatkan oleh perdarahan yang PPROM lebih sering ditemukan pada fetus
menyebabkan teraktivasinya thrombin yang dengan classical Ehlers-Danlos syndrome (tipe I
mengakibatkan kaskade proteolysis yang dan II) dan tipe IV, karena pada tipe-tipe tersebut
berakhir dengan rusaknya membrane fetus, terdapat nonfungsional alel COL5A1 yang
yang dapat menyebabkan ketuban pecah dini menyebabkan hipoinsufisiensi kolagen tipe V,
atau disebut preterm premature rupture of atau mutasi yang menyebabkan terpengaruhnya
the membranes (PPROM) dan thrombin juga fungsi protein kolagen tipe V dan mutase pada
menstimulasi kontraksi urin, yang juga dapat gen COL3A1 yang menyebabkan terjadinya
memicu terjadinya kelahiran prematur. ehler danlos tipe IV yang menyebabkan delesi
• Collagen vascular disorders, merupakan akson multiple, skipping single akson atau point
penyakit autoimun yang menyerang jaringan mutation yang menyebabkan substitusi dari
ikat tubuh. Pada saat kehamilan komplikasi glisin oleh asam amino lain, dan hal tersebut
dari penyakit ini dapat menyerang ibu dan berperan dalam terjadinya PPROM.
bayi, karena saat kehamilan akan terbentuk b. Systemic lupus erythematosus (SLE
membrane yang melingkupi fetus. Membran Merupakan penyakit autoimun yang
tersebut terdiri dari lapisan dalam, amnion, mempengaruhi banyak organ. Prevalensi
Buku Ilmiah Fetomaternal
192
Kelainan Apa yang Harus Dapat Dideteksi dalam Kehamilan untuk Pencegahan PPROM

tertinggi terjadinya SLE adalah pada usia dapat menyebabkan limb-body wall complex,
reproduktif. Saat hamil penderita SLE perdarahan subdural dari janin, cerebral palsy,
akan mengalami penurunan konsentrasi ruptur uteri, dan fraktur spinal pada janin.
estradiol, kortisol, testosterone, • Merokok, paparan rokok pada kehamilan usia
dehydroepiandrosteron sulfat, dan lanjut berhubungan dengan berat lahir yang
progesterone di dalam serum. Diketahui rendah jika dibandingkan dengan paparan
estrogen dapat menstimulasi pematangan pada awal kehamilan, namun, paparan asap
sel imun perifer, terutama sel T, namun, rokok pada perokok pasif dapat meningkatkan
pada penderita SLE penurunan serum risiko terjadinya kelahiran premature. Selain itu
estradiol menyebabkan penurunan fungsi diketahui juga bahwa nikotin juga ditemukan
sel T yang dapat mengakibatkan prognosis sebagai penyebab penurunan potensi
yang buruk baik untuk ibu maupun janin. mitotic dari sitotrofoblas pada tes vitro, hal
Salah satu penyebab utama kematian ini menjelaskan mekanisme pertumbuhan
pada lupus adalah masalah pada ginjal plasenta selama awal kehamilan karena iskemia
yaitu nefritis lupus yang banyak ditemukan pada plasenta diketahui dapat mengakibatkan
pada penderita lupus yang hamil. Kejadian kelahiran premature.
abortus pada wanita dengan nefritis lupus • Obat Terlarang, merupakan masalah kesehatan
yang aktif mencapai 56% dibandingkan publik yang besar. Berdasarkan studi yang
dengan penderita lupus yang sedang tidak telah dilakukan diketahui bahwa wanita hamil
dalam fase aktif 36-38%. Selain nefrtis lupus yang mengonsumsi obat terlarang secara
dapat juga terjadi masalah yang melibatkan signifikan diketahui tidak memiliki partner,
system peredaran darah, musculoskeletal, tidak melakukan antenatal care, mengonsumsi
dan lain-lain, yang berakibat pada alkohol, dan merokok. selain itu, kejadian anemia
terjadinya kelahiran premature dan dan kelahiran premature juga sering ditemukan,
meningkatkan risiko mortalitas janin. hal ini diakibatkan oleh rendahnya kepedulian
Berikut ini adalah pemeriksaan akan kehamilannya, yang mengakibatkan diet
laboratorium yang direkomendasikan dan suplementasi besi inadekuat.
untuk penderita lupus saat kunjungan awal • Low body mass index (BMI < 19.8 kg/
kehamilan atau saat dikonfirmasi hamil : m2), berdasarkan penelitian Edwards et al
a). Tes fungsi ginjal, termasuk mengetahui dan Schramm menyebutkan bahwa terjadi
glomerular filtration rate (GFR), urinalisis, peningkatan prevalensi terjadinya PPROM
dan tes rasio unrin protein kreatinin akibat BMI yang rendah.
(rasio P/C) Complete blood count • Defisiensi Asam askorbat dan cooper, terjadinya
b). Tes untuk antibodi anti-Ro/SSA dan anti- ruptur membrane amniotic berhubungan
La/SSB dengan proses biokimia seperti abnormalitas
c). Lupus anticoagulant dan anticardiolipin struktur dan pembentukan kolagen yang
antibody meningkatkan risiko stress oksidatif. Defisiensi
d). Tes anti–double-stranded DNA (anti- mikronutrien seperti vitamin C dan cooper juga
dsDNA) berhubungan dengan risiko terjadinya PPROM.
e). Complement studies (CH50 or C3 and C4) Hal tersebut karena vitamin C yang merupakan
• Trauma abdomen langsung merupakan masalah antioksidan yang mudah larut dalam air yang
non-obstetri penting yang menyebabkan dapat melawan reaktif oksigen spesies sehingga
kematian ibu (6-7% dari kematian ibu di US). menurunkan terjadinya stress oksidatif.
Insidensi dari trauma meningkat bersamaan Selain itu, vitamin C juga berperan sebagai
dengan meningkatnya usia kehamilan (8% di kofaktor dari untuk enzim lysyl hydroxylase
trimester pertama, 40% di trimester ke dua, dan prolyl hydroxylase, yang dibutuhkan untuk
52% di trimester ke tiga) karena saat usia 12 sintesis hydroxyproline dan hydroxylysine,
minggu uterus masih dilindungi oleh pelvis dimana jembatan antara hydroxyproline
sehingga risiko terjadinya trauma lebih rendah yang melewati triple helix dibutuhkan oleh
jika dibandingkan saat 20 minggu dimana kolagen untuk menjaga kestabilannya. Asam
uterus sudah semakin berada diatas dan askorbat juga menyebabkan downregulasi
mencembung. Trauma abdomen langsung dari metalloproteinase-2 dan biosintesis dari
Buku Ilmiah Fetomaternal
193
Besari Adi Pramono

kolagen yang dibutuhkan untuk pembentukan spesimen swab dari endoserviks atau vagina.
stuktur tripel heliks dari kolagen. Dari sampel tersebut kemudian dilakukan:
• Infeksi Traktus Genitalia, Beberapa penelitian 1. Isolasi dari organisme
menunjukkan bahwa infeksi koriodesisual 2. Kultur
atau inflamasi merupakan etiologi mayor 3. Polimerase chain reaction (PCR)
dari PPROM terutama di usia gestasi muda. 4. Ligase chain reaction
Mekanisme yang mendasari antara infeksi
dan PPROM diduga melibatkan invasi bakteri 3. Streptococcus Grup B (Group B Streptococcus/
intrauterine, yang mengaktivasi desidua dan GBS)
selaput janin untuk menghasilkan sitokin GBS adalah flora normal saluran gastrointestinal
proinflamasi. Bakteri dan netrofil maternal dan menjadi tempat kolonisasi GBS pada ibu.
dapat menghasilkan enzim proteolitik (misalnya Kolonisasi GBS belum tentu menyebabkan
collagenase, elastase, gelatinase) dan dapat infeksi, namun ibu yang terkolonisasi GBS
menyebabkan melemahnya selaput. selama kehamilan dapat menurunkan ke
janinnya.
1. Bakterial vaginosis (BV) Kultur GBS tidak perlu dilakukan secara rutin
Kejadian BV berhubungan dengan kejadian pada pelayanan antenatal, namun terdapat
abortus spontan, PPROM, dan chorioamnionitis. beberapa kelompok yang menjadi faktor risiko
Suatu penelitian menunjukkan bahwa kejadian terjadinya infeksi dini GBS pada neonatal:
kelahiran preterm akibat KPD pada wanita a. Bayi sebelumnya terinfeksi GBS
dengan BV lebih banyak dibandingkan dengan b. Terdeteksi bakteriuria GBS di
yang tidak BV, walaupun sudah diobati dengan kehamilan sekarang
Clindamycin. c. Persalinan preterm
BV terjadi karena jumlah bakteri anaerob d. Ruptur membran berkepanjangan
(Gardnerella vaginalis, Bacteroides sp., e. Demam saat persalinan
Mobiluncus sp.,dan Mycoplasma hominis)
lebih banyak daripada flora normal vagina • Faktor Uteroplasenta
(Lactobacillus sp.). 1. Anomali uterus
BV dapat didiagnosis secara klinis dan Wanita dengan Mullerian anomaly
mikrobiologis, yaitu dengan ditemukannya 3 meningkatkan risiko kehamilan dengan PPROM
dari 4 kriteria Amsel: dan dapat terjadi persalinan preterm. Penyebab
1. pH vagina >4.50 dari PPROM akibat anomali uterus belum
2. Discaj vagina homogen berwarna putih dipastikan, namun terdapat hipotesis bahwa
keabuan wanita dengan congenital uterine anomaly
3. Positif tes Whiff (CUA) memiliki vaskularisasi uterus yang buruk
4. Adanya clue cell dari apusan vagina sehingga dapat menimbulkan PPROM dan
persalinan preterm.
2. Klamidia Pemeriksaan Mullerian anomaly dapat
Infeksi C. trachomatis pada kehamilan diketahui dilakukan dengan ultrasonography (USG),
menyebabkan pelepasan mediator inflamasi histerosalphingography (HSG) dan MRI.
yang dapat membuat rupture membran. Pemeriksaan HSG dilakukan dengan
Untuk mendeteksi infeksi klamidia, dianjurkan menyuntikkan kontras beryodium ke dalam
untuk melakukan skrining tahunan terhadap uterus dan dilihat dengan fluoroskopi.
semua wanita yang aktif secara seksual berusia Namun karena sering menimbulkan kesulitan
<25 tahun, juga wanita >25 tahun yang berisiko interpretasi dan ketidaknyamanan pasien,
tinggi terhadap infeksi (misalnya, mereka yang diagnosis dengan MRI dilakukan.
memiliki lebih dari satu pasangan seks atau 2. Solutio plasenta
pasangan seks yang memiliki infeksi menular PPROM adalah faktor risiko untuk solusio
seksual). plasenta dan mekanismenya mungkin
Infeksi urogenital C. trachomatis dapat disebabkan oleh dekompresi uterus mendadak
didiagnosis pada wanita dengan menguji urine akibat ruptur membran, yang mengakibatkan
tangkapan pertama atau mengumpulkan terganggunya lapisan spongiosa desidua,
Buku Ilmiah Fetomaternal
194
Kelainan Apa yang Harus Dapat Dideteksi dalam Kehamilan untuk Pencegahan PPROM

tempat plasenta menempel. (ringan), 12–15cm (sedang), dan >16 cm (berat).


3. Dilatasi cervix lanjut (insufisiensi cervix) Dapat juga dinilai dengan menilai keempat kuadran
Dilatasi cervix ditandai dengan dilatasi tanpa kantung amnion yang pada akhirnya didapat indeks
rasa sakit dan penipisan serviks, biasanya pada cairan amnion, bila 8.1-18cm (normal), 5.1-8.0 cm
trimester kedua kehamilan, yang menyebabkan (oligohidramnion), dan >18 cm (polyhydramnion).
penonjolan selaput janin melalui serviks uterus
dan vagina, dan, pada kasus yang parah melalui 7. Infeksi intraamniotik
genitalia eksterna dan menyebabkan KPD. Marker inflamasi yang muncul seperti sitokin
4. Riwayat konisasi cervix dari sel desidua dan membran janin, yang dapat
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi meningkatkan kontraksi uterus dan/atau ruptur
uteroplasenta karena gangguan integritas membran. Korioamnionitis dibagi menjadi klinis
jaringan dapat menjadi penyebab PPROM yang dan subklinis, di mana koriomnionitis klinis
mengarah pada persalinan preterm pada wanita ditandai oleh demam maternal, leukositosis,
dengan riwayat konisasi. Pada daerah yang takikardia maternal dan/atau janin, nyeri tekan
dikonisasi akan kehilangan sel epitelial yang uterus, dan ruptur membran preterm (PROM).
memproduksi mukus dan akan mengurangi Sedangkan korioamnionitis subklinis/histologis
flora normal, yang mana juga akan mengurangi tidak menunjukkan gejala dan didefinisikan oleh
pertahanan imunologis. peradangan korion, amnion, dan plasenta, yang
5. Pemendekan cervix pada trimester II (<2.5 cm) lebih sering terjadi dari pada korioamnionitis
Serviks pendek didefinisikan sebagai panjang klinis.
serviks kurang dari 20 mm (wanita tanpa 8. Pemeriksaan bimanual vagina berulang kali
riwayat kelahiran prematur) atau 25 mm Pemeriksaan bimanual vagina (dengan jari-
(wanita dengan riwayat kelahiran prematur) bukan dengan pemeriksaan spekulum steril
diukur dengan USG transvaginal antara usia atau USG transvaginal) dapat meningkatkan
kehamilan 16-28 minggu. infeksi asenden.
Pemendekan serviks merupakan akibat dari
konisasi dalam (>15 mm) yang diduga secara DAFTAR PUSTAKA
signifikan mengurangi ukuran serviks, yang
akan menimbulkan gangguan integritas dan 1. Lawn JE, Kerber K, Enweronu-Laryea C, Bateman
menurunnya pertahanan imun dari serviks. O. Newborn survival in low resource settings--
6. Overdistensi uterus (karena polihidramnion) are we delivering? BJOG. 2009;116(Suppl 1):49–
Overditensi uterus sebagai penyebab PPROM 59. doi: 10.1111/j.1471-0528.2009.02328.x.
belum dipastikan penyebabnya, namun 2. Blencowe H, Cousens S, Oestergaard M,
sebuah penelitian menunjukkan bahwa et al. National, regional and worldwide
pada overdistensi uterus terjadi peningkatab estimates of preterm birth rates in the year
mediator inflamasi (tumor necrosis factor 2010 with time trends for selected countries
[TNF]-α, IL-6, IL-8, CCL2, prostaglandin E2, since 1990: a systematic analysis. Lancet.
prostaglandin F2α) dan tekanan mekanik yang 2012;379(9832):2162–72. doi: 10.1016/S0140-
besar yang mungkin menyebabkan PPROM dan 6.
persalinan preterm. 3. Vidaeff AC, Ramin SM. Antenatal corticosteroids
Polihidramnion dapat disebabkan oleh beberapa after preterm premature rupture of membranes.
keadaan: Clin Obstet Gynecol 2011;54:337–43.
- Malformasi janin dan anomali genetik (8–45 %) 4. Premature rupture of membranes. Practice
- Diabetes mellitus pada ibu (5–26 %) Bulletin No. 172. American College of
- Kehamilan ganda (8–10 %) Obstetricians and Gynecologists. Obstet
- Anemia janin (1–11 %) Gynecol 2016;128:e165–77.
- Lain-lain (infeksi virus, sindrom Bartter, 5. Boyle EM, Johnson S, Manktelow B, et al.
gangguan neuromuskular, hyperkalsemia Neonatal outcomes and delivery of care for
maternal) infants born late preterm or moderately
Penegakan diagnosis polihidramnion adalah dengan preterm: a prospective population-based
pemeriksaan USG. Dengan interpretasi kantung study. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed.
tunggal vertikal berukuran 3–8 cm (normal), 8–11cm 2015;100(06):F479–F485.
Buku Ilmiah Fetomaternal
195
Besari Adi Pramono

6. Wagura P, Wasunna A, Laving A, Wamalwa D, 16. Romero R, Miranda J, Chaemsaithong P,


Ng’ang’a P. Prevalence and factors associated Chaiworapongsa T, Kusanovic JP, Dong Z, et al.
with preterm birth at kenyatta national hospital. Sterile and microbial-associated intra-amniotic
BMC Pregnancy Childbirth.2018;18(1):107. inflammation in preterm prelabor rupture of
Published 2018 Apr 19. doi:10.1186/s12884- membranes. J Matern Fetal Neonatal Med.
018-1740-2. 2015;28: 1394–409.
7. Suriyawnasa, Devika; WIjersurendra A dkk. 17. ACOG Committee on Practice Bulletins-Obstet-
Management of Preterm Rupture of Membranes rics. ACOG Practice Bulletin No. 80: premature
(PROM). SLCOG; 2016. rupture of membranes. Clinical management
8. American College of Obstetricians and guidelines for obstetrician-gynecologists.
Gynecologists’ Committee on Practice Bulletins- Obstet Gynecol 2007;109:1007-1019.
Obstetrics. Practice Bulletin No. 172: Premature 18. World Health Organization. WHO [Internet].
Rupture of Membranes. Obstet Gynecol 2016; Early marriages, adolescent and young
128(4):e165-77. pregnancies.
9. Hernández Y, López Farán JA and Gámez 19. World Health Organization. WHO [Internet]. 10
C(2011). Comparison of maternal and perinatal facts on adolescent health. 2010.
outcomes in the conservative treatment preterm 20. Care N. Affects of Adolescent Pregnancy on
premature membrane rupture between the Health of Baby. 2018;(February 2017).
use of Erythromycin and clindamycin. Ginecol 21. Hickey CA, Goldenberg RL. Low Pregravid Body
Obstet Mex;79(7):403-10. Mass Index as a Risk Factor for Preterm Birth :
10. Moore RM, Mansour JM; Redline RW; Variation by Ethnic Group. 1997;7844(96):206-
Mercer BM; Moore JJ. The physiology of fetal 212.
membrane rupture: insight gained from the 22. Z. Han, S. Mulla, J. Beyene, G. Liao, and S. D.
determination of physical properties.(Review) McDonald, “Maternal underweight and the
Placenta.2006;27:1037-51. risk of preterm birth and low birth weight:
11. Akolekar R, Beta J, Picciarelli G, Ogilvie A systematic review and meta-analyses,”
C, D’Antonio F.Procedure-related risk of International Journal of Epidemiology, vol. 40,
miscarriage following amniocentesis and no. 1, pp. 65–101, 2011. View at Pu.
chorionic villus sampling: a systematic review 23. A. J. Sharma, K. K. Vesco, J. Bulkley et al.,
and metaanalysis. Ultrasound Obstet Gynecol. “Associations of Gestational Weight Gain with
2015;45:16–26. Preterm Birth among Underweight and Normal
12. Malak TM, Bell SC. Structural characteristics Weight Women,” Maternal and Child Health
of term human fetal membranes: a novel Journal, vol. 19, no. 9, pp. 2066–2073, 2015.
zone of extreme morphological alteration View at Publisher · View at Googl.
within the rupture site. Br J Obstet Gynaecol. 24. Moore RM, Mansour JM, Redline RW, Mercer
1994;101:375–86. BM, Moore JJ. The physiology of fetal membrane
13. Maymon E, Romero R, Pacora P, Gervasi MT, rupture: insight gained from the determination
Bianco K, Ghezzi F, et al. Evidence for the of physical properties. Placenta 2006;27(11–
participation of interstitial collagenase (matrix 12):1037–1051.
metalloproteinase 1) in preterm premature 25. Weiss A, Goldman S, Shalev E. The matrix
rupture of membranes. Am J Obstet Gynecol. metalloproteinases (MMPS) in the decidua and
2000;183:914–20. fetal membranes. Front Biosci 2007;12:649–
14. Yu H, Wang X, Gao H, You Y, Xing A. Perinatal 659.
outcomes of pregnancies complicated by 26. Kumar D, Schatz F, Moore RM, et al. The effects of
preterm premature rupture of the membranes thrombin and cytokines upon the biomechanics
before 34 weeks of gestation in a tertiary center and remodeling of isolated amnion membrane,
in China: a retrospective review. Biosci Trends. in vitro. Placenta 2011;32:206–213.
2015;9:35–41. 27. Menon R, Fortunato SJ, Yu J, et al. Cigarette
15. Kacerovsky M, Vrbacky F, Kutova R, Pliskova L, smoke induces oxidative stress and apoptosis
Andrys C, Musilova I, et al. Cervical microbiota in normal term fetal membranes. Placenta
in women with preterm prelabor rupture of 2011;32:317–322.
membranes. PLoS One. 2015;10:e0126884. 28. Markhus VH, Rasmussen S, Lie SA, Irgens LM.
Buku Ilmiah Fetomaternal
196
Kelainan Apa yang Harus Dapat Dideteksi dalam Kehamilan untuk Pencegahan PPROM

Placental abruption and premature rupture 41. Harlev A, Levy A, Zaulan Y, Koifman A, Mazor
of membranes. Acta Obstet Gynecol Scand M, Wiznitzer A, et al. Idiopathic bleeding during
2011;90:1024–1029. the second half of pregnancy as a risk factor
29. Kaplan, Zaynep;Erdic S. Prediction of Preterm for adverse perinatal outcome. J Matern Fetal
Birth: Maternal Characteristics, Ultrasound Neonatal Med 2008;21:331–5.
Markers, and Biomarkers: An Updated 42. Rosen T, Kuczynski E, O’Neill LM, et al. Plasma
Overview. J Pregnancy. 2018;Volume 201. levels of thrombin-antithrombin complexes
30. J. D. Iams, R. L. Goldenberg, B. M. Mercer et predict preterm premature rupture of the fetal
al., “The Preterm Prediction Study: Recurrence membranes. J Matern Fetal Med 2001;10:297–
risk of spontaneous preterm birth,” American 300.
Journal of Obstetrics & Gynecology, vol. 178, no. 43. Elovitz MA, Baron J, Phillippe M. The role of
5, pp. 1035–1040, 1998. thrombin in preterm parturition. Transactions
31. Lewi L, Gucciardo L, Van Mieghem T, et al. of the Twenty-First Annual Meeting of the
Monochorionic diamniotic twin pregnancies: Society for Maternal-Fetal Medicine. Am J
natural history and risk stratification. Fetal Obstet Gynecol 2001 ;185 :1059–63.
Diagn Ther 2010;27:121–33. 44. Sonthalia S, Pandhi D, Sardana K, Delhi N, Goel
32. Wagner, P., Sonek, J., Mayr, S., Abele, H., Goelz, K. Collagen Vascular Disorders. 2013;(July).
R., Hoopmann, M., & Kagan, K. O. (2016). 45. A functional SNP in the promoter of the
Outcome of dichorionic diamniotic twin SERPINH1 gene increases risk of preterm
pregnancies with spontaneous PPROM before premature rupture of membranes in African
24 weeks’ gestation. The Journal of Maternal- Americans. Wang H, Parry S, Macones G, Sammel
Fetal & Neonatal Medicine, 30(14), 17. MD, Kuivaniemi H, Tromp G, Argyropoulos G,
33. Baker PN, Kenny L. Obstetrics by Ten Teachers. Halder I, Shriver MD, Romero R, Strauss JF 3.
19th ed. Boca Raton, Florida: CRC Press; 2011. 46. The physiology of fetal membrane rupture:
p. 436. insight gained from the determination of
34. Rabotti C, Mischi M. Propagation of electrical physical properties. Moore RM, Mansour JM,
activity in uterine muscle during pregnancy: A Redline RW, Mercer BM, Moore JJ Placenta.
review. Acta Physiol. 2015;213(2):406–416. 2006 Nov-Dec; 27(11-12):1037-51.
35. de Lau H, Rabotti C, Oosterbaan HP, Mischi 47. Heaps BR, House M, Socrate S, Leppert P,
M, Oei GS. Study protocol: PoPE-Prediction Strauss JF., III . Matrix biology and preterm birth.
of preterm delivery by electrohysterography. In: Petraglia F, Strauss JF III, Gabbe SG, Weiss G,
BMC Pregnancy and Childbirth. 2014;14:192. editors. Preterm Birth. Oxford, England: Informa
pmid:24898548. Press; 2007. pp. 70–93.
36. Verdenik I, Pajntar M, Leskošek B. Uterine 48. Ehlers-Danlos syndrome (EDS) type IV: review of
electrical activity as predictor of preterm birth the literature. Badauy CM, Gomes SS, Sant’Ana
in women with preterm contractions. Eur J Filho M, Chies JA Clin Oral Investig. 2007 Sep;
Obstet Gynecol Reprod Biol. 2001;95(2):149– 11(3):183-7.
153. pmid:11301159. 49. Pyeritz RE N Engl J Med. Ehlers-Danlos
37. Lumley J. Defining the problem: the syndrome.2000 Mar 9; 342(10):730-2.
epidemiology of preterm birth. BJOG. 50. Pregnancy and the Ehlers-Danlos syndrome: a
2003;110:3-7. retrospective study in a Dutch population. Lind
38. Yarlagadda S, Sajana G, Narra PJL. Association J, Wallenburg HC Acta Obstet Gynecol Scand.
of vaginal infections in Preterm labour. 2002 Apr; 81(4):293-300.
2018;7(6):2174-2179. 51. Clinical and genetic features of Ehlers-Danlos
39. Abrahams, Vikki;Chamley, Lawrence;Salmon syndrome type IV, the vascular type. Pepin M,
J. Antiphospholipid Syndrome and Pregnancy: Schwarze U, Superti-Furga A, Byers PH N Engl J
Pathogenesis to Translation. Arthritis Med. 2000 Mar 9; 342(10):673-80.
Rheumatol. doi:10.1002/art.40136 52. Molecular genetics in classic Ehlers-Danlos
40. Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER. syndrome. Malfait F, De Paepe A Am J Med
Contemporary diagnosis and management of Genet C Semin Med Genet. 2005 Nov 15;
preterm premature rupture of membranes. Rev 139C(1):17-23.
Obstet Gynecol. 2008;1(1):11-22. 53. Jaryal A, Vikrant S. Current status of lupus
Buku Ilmiah Fetomaternal
197
Besari Adi Pramono

nephritis. Indian J Med Res.2017;145:167-178. 66. Nadeau HCG, dkk. 2015. Infection and
doi: 10.4103/ijmr. IJMR_163_16. preterm birth, Seminars in Fetal & Neonatal
54. Mowla K, Alwanian M, Bahadoram S, Bahadoram Medicine. Birmingham: Elsevier. Doi: 10.1016/j.
M. Lupus nephritis in pregnancy ; a mini- siny.2015.12.008.
review to current knowledge. 2018;7(1):42-44. 67. Larsson PG, Poutakidis G, Adolfsson A, dkk.
doi:10.15171/jrip.2018.10 2016. Treatment of bacterial vaginosis in
55. Valencia X, Yarboro C, Illei G, Lipsky PE. early pregnancy and its effect on spontaneous
Deficient CD4 þCD25high T regulatory cell preterm delivery and preterm rupture of
function in patients with active systemic lupus membranes. Skövde: Clin Microbiol 5: 259. doi:
erythematosus. J Immunol. 2007;178: 2579- 88. 10.4172/2327-5073.1000259.
56. Miyamoto T, Hoshino T, Hayashi N, Oyama R, 68. Nigeen W et al. 2015. Correlation of bacterial
Okunomiya A, Kitamura S, et al. Preeclampsia as vaginosis with preterm labour: a case
a Manifestation of New- Onset Systemic Lupus control study. Int J Reprod Contracept Obstet
Erythematosus during Pregnancy. A Case-Based Gynecol.;4(6):1868-1874.
Literature Review. AJP Rep. 2016; 6:e62-7. 69. Genital infections and risk of premature
doi:10.1055/s-0035-1566245. rupture of membranes in Mulago Hospital,
57. Kwok LW, Tam LS, Zhu T, Leung YY, Li E. Predictors Uganda: a case control study Sarah
of maternal and fetal outcomes in pregnancies Nakubulwa,corresponding author Dan K. Kaye,
of patients with systemic lupus erythematosus. Freddie Bwanga, Nazarius Mbona Tumwesigye,
Lupus. 2011;20:829-36. and Florence M. Mirembe.
58. Agrawal S, Singh V, Nayak PK, Thakur P, Agrawal M. 70. LeFevre ML. 2014. USPSTF: screening for
Polytrauma during pregnancy. 2013;(January). chlamydia and gonorrhea. Ann Intern Med
doi:10.4103/0975-7341.118754 161:902–10.
59. Lindbohm ML, Sallmén M, Taskinen H. Effects 71. Papp JR, Schachter J, Gaydos C, dkk. 2014.
of exposure to environmental tobacco smoke Recommendations for the laboratory-based
on reproductive health. Scand J Work Environ detection of Chlamydia trachomatis and
Health . 2002;28(suppl 2):84–96. Neisseria gonorrhoeae. MMWR Recomm Rep
60. Ananth CV, Vintzileos AM. Maternal-fetal 2014;63(No. RR-02).
conditions necessitating a medical intervention 72. CDC. 2010. Prevention of Perinatal Group B
resulting in preterm birth. Am J Obstet Gynecol. Streptococcal Disease Revised Guidelines.
2006;195(6):1557–1563. 73. 73. Morgan JA, Cooper DB. 2018. Pregnancy,
61. M.M. Good, I. Solt, J.G. Acuna, S. Rotmensch, Group B Streptococcus. StatPearls Publishing.
M.J. Kim Methamphetamine use during (Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pregnancy: maternal and neonatal implications books/NBK482443/ pada 18/01/2018 pukul
Obstet Gynecol, 116 (2Pt 1) (2010), pp. 330-334. 13.00).
62. D. Goodman.Improving access to maternity 74. 74. ACOG Committee on Practice Bulletins-
care for women with opioid use disorders: Obstetrics. 2007. ACOG Practice Bulletin No.
colocation of midwifery services at an addiction 80: premature rupture of membranes. Clinical
treatment program J Midwifery Wom Health, 60 management guidelines for obstetrician-
(2015), pp. 706-712. gynecologists.
63. McParland PC, Taylor DJ. Preterm prelabour 75. 75. Hiersch, L., Yeoshoua, E., Miremberg, H.,
rupture of membranes. In: Boonar J, Dinlop W dkk. 2015. The association between Mullerian
(Ed). Recent Advances in Obstet and Gynecol; anomalies and short-term pregnancy outcome.
2005. p. 27–38. The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal
64. Richa S, Sumita M. Ascorbic Acid Concentration Medicine, 1-6.doi:10.3109/14767058.2015.109
and Preterm Premature Rupture of Membranes. 8613.
2014. doi:10.1007/s13224-014-0570-z 76. 76. Christos A Venetis, Stamatis P
65. D’souza AS, dkk. 2015. Genitourinary infections Papadopoulos, Rudi Campo. 2014. Clinical
as a risk factor for preterm prelabour rupture implications of congenital uterine. anomalies: a
of membranes: a hospital based case control meta-analysis of comparative studies. Elsevier.
study. Int J Reprod Contracept Obstet Doi: 10.1016/j.rbmo.2014.09.006.
Gynecol.4(6):1686-1691. 77. 77. Agatha Berger, MD*, Frances Batzer, MD,
Buku Ilmiah Fetomaternal
198
Kelainan Apa yang Harus Dapat Dideteksi dalam Kehamilan untuk Pencegahan PPROM

MBE, Anna Lev-Toaff, MD. 2014. Diagnostic for chorioamnionitis. Taiwan: Elsevier. Doi:
Imaging Modalities for Mullerian Anomalies: 10.1016/j.pedneo.2017.09.001.
The Case for a New Gold Standard. JMIG. Doi: 88. Galinsky R, Polglase GR, Hooper SB, Black
10.1016/j.jmig.2013.10.014. MJ, Moss TJ. 2013. The consequences of
78. Anita C., Melissa Spiel. 2018. Strip of the Month: chorioamnionitis: preterm birth and effects on
Preterm Premature Rupture of Membranes in development. J Pregnancy.
the Periviable Gestation and Placental Abruptio. 89. Su BH. 2014. Histologic chorioamnionitis and
DOI: 10.1542/neo.19-9-e555. neonatal outcome in preterm infants. Pediatr
79. Devi Balasubramaniam, T. V. Chitra, Seetha Neonatol.
Panicker. 2014. Outcome of emergency 90. American College of Obstetricians and
cerclage for advanced cervical dilatation: a Gynecologists. 2016. Premature Rupture of
retrospective analysis. International Journal Membranes - Interim update. Practice Bulletin
of Medical Sciences. Doi: 10.5455/2320-6012. 160.
ijrms20150141.
80. Ali Galip Zebitay, Emre Sinan Güngör. 2017.
Cervical Conization and the Risk of Preterm
Birth: A Population-Based Multicentric Trial of
Turkish Cohort. J Clin Diagn Res. doi: 10.7860/
JCDR/2017/22996.9495.
81. Sasieni, P., Castanon, A., Landy, R., Kyrgiou, M.,
Kitchener, H., Poon, L.C.Y., … Patnick, J. 2016. Risk
of preterm birth following surgical treatment for
cervical disease: Executive summary of a recent
symposium. BJOG: An International Journal of
Obstetr.
82. Hassan SS, Romero R, Vidyadhari D, Fusey S,
Baxter JK, Khandelwal M, et al. 2011. Vaginal
progesterone reduces the rate of preterm birth
in women with a sonographic short cervix:
a multicenter, randomized, double-blind,
placebo-controlled trial. Ultrasoun.
83. Hay, R., & Patterson, J. 2018. Effects of
cervical excisional procedures for cervical
intraepithelial neoplasia on pregnancy and
birth: A literature review. New Zealand College
of Midwives Journal. https://doi.org/10.12784/
nzcomjnl54.2018.3.22-29.
84. ACOG Committee on Practice Bulletins-
Obstetrics. 2018. ACOG Practice Bulletin No.
188: Prelabor Rupture of Membranes.
85. Kristina M. Adams Waldorf, MD, Natasha Singh.
2015. Uterine overdistention induces preterm
labor mediated by inflammation: observations
in pregnant women and nonhuman primates.
Am J Obstet Gynecol. doi: 10.1016/j.
ajog.2015.08.028.
86. A. Hamza, D. Herr. 2013. Polyhydramnios:
Causes, Diagnosis and Therapy. Thieme Medical
Publisher. Doi: 10.1055/s-0033-1360163.
87. Chun-Chih Peng, Jui-Hsing Chang, Hsiang-
Yu Lin. 2017. Intrauterine inflammation,
infection, or both (Triple I): A new concept
Buku Ilmiah Fetomaternal
199
Fetoscopy Laser Coagulation for Twin-to-twin Transfusion Syndrome:
An Experience of Single Center in Indonesia

Gatot Abdurrazak, Irvan Adenin, Sadina P Besar, Novan S Pamungkas,


Aditiya Kusuma, Adly Nanda Al Fattah, Lidomon Salim
Fetal Medicine-Harapan Kita, Women and Children Hospital, Jakarta-Indonesia

Intoduction with TTTS Quintero II to IV. Diagnosis of TTTS requires


2 criteria: (1) monochorionic diamniotic (MCDA)
Twin-twin transfusion syndrome (TTTS) is one of pregnancy; and (2) oligohydramnios (defined as a
the complications in monochorionic (MC) twin maximal vertical pocket [MVP] of 2 cm) in one sac,
pregnancy. The incidence was approximately 10 to and of polyhydramnios (a MVP of 8 cm) in the other
20% of MC twin pregnancies 1 Growth restriction, sac.8 The staging was based on Quintero staging
oliguria, oligohydramnios, hypovolemic state, system.9 Pregnancy with IUFD, major fetal anomaly,
intrauterine growth restriction (IUGR) were the ruptured membranes, complicated pregnancies
adverse conditions that could occurred to the requiring emergency termination, and any previous
donor twin.1 Inversely, hypervolaemic, progressive invasive therapy were excluded from the study.
cardiac failure, polyhydramnios, polycitemia, and Placenta, equator line, vascular anastomoses, and
fetal hydrops would affect the recipient fetus. 2 If umbilical cord insertions were determined during the
left untreated, the perinatal mortality of affected ultrasonographic examination. Placental Chorionicity
pregnancies exceeds 80% of pregnancies. Based were confirmed after delivery.
on recent systematic reviews, fetoscopic laser The abdominal entry point was carefully
coagulation (FLC) of intertwin vascular anastomoses determined to avoid the injury to the placenta or
recognized as an effective first-line treatment for fetuses. After spinal anaesthesia performed to the
TTTS. FLC is superior in decreasing the perinatal mother, an abdominal small incision sized 5 mm was
death compared to the repeated amnioreduction or performed on the location based on the equator line
conservative management in TTTS 3,4 Furthermore, mapping. A rigid 1.9-mm fetoscope (field of vision
FLC of TTTS is promising for the improvement 60 degrees) housed in a 9.8F sheath (Olympus;
in long-term neurodevelopmental outcome3-6. Winter & Ibe, Hamburg, Germany) was introduced
However, several complications are reported after percutaneously into the amniotic cavity of the
FLC procedure i.e preterm premature rupture of recipient twin. The whole insertion procedures were
membrane (PPROM), preterm labor 5, twin anemia- performed under the continuous ultrasonographic
polycythemia sequence (TAPS), and intrauterine fetal control.
death (IUFD).6 Video light STORZ and a camera system (Karl
FLC was introduced since more than 20 years ago, Storz, Tuttlingen, Germany) were connected to
and resulted in a significant trend for improvement fetoscope. A 0.4 mm laser fiber (Medilas D FlexiPulse;
of perinatal survival rates. The outcomes were widely Dornier MedTech, Wessling, Germany) was inserted
ranging among centers affected by number of cases, through the working channel of the sheath. Crossing
instruments, and surgeon competencies. Overall blood vessels visualized by examined the base of the
mortality rates in FLC procedures on TTTS patients intertwin membrane. We used selective coagulation
varying from 26% to 48%.7 In present study, we aim to technique by coagulating arterio-venous using the
describe the patient and procedural characteristics, administration of laser shots with an output of 35
perinatal outcomes and their associated factors in W at a distance of 1 cm. Prophylactic antibiotics
TTTS patients underwent FLC procedure. (Cefazolin 2 gram IV 30 minutes prior), tocolytic
agents (calcium channel blocker), and analgesics are
Methods administered after procedure in some cases. Patient
will be discharged after 24 to 48 hours if there were
We performed selective FLC of the intertwin vascular no signs of threatened miscarriage.
placental anastomoses during January 2015 to FLC was done by 2 experienced fetal therapy
August 2018 in Harapan Kita Women’s and Children specialists in our tertiary national referral center.
National Referral hospital to 26 patients diagnosed Both maternal characteristics and procedure reports

Buku Ilmiah Fetomaternal


200
Fetoscopy Laser Coagulation for Twin-to-twin Transfusion Syndrome

were obtained from medical records. The perinatal done at 23,73 ± 3,17 weeks of gestational age. The
outcome data were collected from perinatology duration between procedures and delivery was 46,00
medical records. We categorized 4 main perinatal ± 42,51 days. Most of subjects were delivered at
outcomes, as following criteria: (1) All death is more than 24 weeks gestational age (88,5%) and by
defined when IUFD occurred to both fetuses after caesarean section (76.9%). We had 2 cases (6.89%)
FLC, or death before being discharged from first of intraamniotic bleeding during FLC procedure. The
hospitalization, (2) two survival is defined when procedure characteristics and intervention outcome
2 babies alive at the time of discharge from first was described in Table 2. The overall survivor, one
hospitalization, (3) one survival is defined when survivor, two survivor, and at least one survivor were
1 baby alive at the time of discharge from first respectively 51%, 50%, 26%, and 76% of all subjects.
hospitalization and 1 baby death before being Each NEC, HMD, EONS, and pneumonia occurred in 1
discharged from first hospitalization or IUFD occurred out of 26 subjects (3,8%). IUFD occurred in 23,1% of
to one fetus after FLC, and (4) at least one survival subjects after the procedures (Table 3).
is defined when minimal 1 baby alive at the time As listed in Table 4, the gestational age of
of discharge from first hospitalization. In addition, delivery was associated with perinatal outcome
the perinatal comorbidities i.e. NEC, HMD, EONS, (p=0,001) in one survival group, two survival group
pneumonia, and IUFD were also reported. Descriptive (p=0,002) and at least one survival group (p=0,008).
data was reported on percentage, mean+/-SD, and In addition, mode of delivery also associated with
median (minimum-maximum). Bivariate analysis was perinatal outcome (p= 0,009) in one survival group,
conducted to determine the associated factors of (p= 0,003) in two survival group, and (p=0,004) in
perinatal outcomes. Comparisons in the examined at least on survival group. Parity, Quintero level,
parameters between different groups were placenta location, gestational age of procedure were
performed using the Chi-square test or Fisher’s exact not associated with perinatal outcome (p>0,05).
test for categorical variables and the Mann-Whitney
U test for continuous variables. P value < 0,05 used as Discussion
the cut-off value for significant association. The data
were analysed using the statistical software package This is the first local data in Indonesia regarding the
IBM SPSS 24.0 (IBM Corp., Armonk, N.Y., USA) In procedural characteristics and perinatal outcomes of
all cases the parents gave written consent after FLC for the treatment of TTTS. We reported the result
intensive counselling and the study was approved by of 26 mothers with TTTS treated by FLC during an 3.5
the ethics committee of the hospital. years study period. The number of procedure was
higher compared to previously published report of 5
Results sets of TTTS underwent FLC in Singapore during 2011
to 2014.10 The overall survivor rate in this present
During 2015 - 2018, a total of 31 pregnancies were study was 52%. This rate was similar compared to
referred to our hospital for TTTS. Two cases were other single institution report in either Asian11-13
excluded due to major congenital abnormalities found or South-East Asian countries10. In Singapore, the
on either donor or recipient fetus. FLC procedures overall survival rate and at least one survive rate
on of the communicating vessels were attempted were respectively 60% and 80% from 5 sets of
in 26 pregnancies. Three subjects delivered in other MCDA twins. In Taiwan, from 100 cases treated with
hospital after the procedures, therefore they were FLC, the overall survival rate was 68.5%, two fetal
excluded form analysis. A total of 26 pregnancies survival rate was 55%, and at least one fetal survival
received selective FLC for TTTS. Fourteen out of rate was 82%.11. In Hongkong, among 30 cases, the
26 subjects were multiparous. The procedures overall fetal survival rate, the double infant survival
were performed to the subjects diagnosed as TTTS rate, and survival rate for at least one twin were
Quintero II (30,8%), III (42,3%), and IV (26,9%). Fifty 72%, 60%, and 83% (25/30), respectively.12 In 77%
seven percent of pregnancies had anterior placenta. of pregnancies, FLC resulted in birth of at least one
The mean ± SD estimated fetal weight at the time of surviving child. We had similar result of at least one
laser procedure were respectively 955,67 ± 50 gram survival rate to previously published large series in
in fetal donor group and 1425,60 ± 719,83 gram in developed country.4,14,15 However the number was
fetal recipient group. All the subjects characteristics lower compared to previous larger studies conducted
were listed in Table 1. The FLC procedures were in high-volume center by Jeanine et,al16 and Persico,
Buku Ilmiah Fetomaternal
201
Gatot Abdurrazak, Irvan Adenin, Sadina P Besar, Novan S Pamungkas

et al 17 which published the survival rate of 80% and growing experience based on the number of cases,
83%, respectively, of at least one twin. development of instruments and techniques. There
In one of the largest series evaluating TTTS was significant difference in term of the survival of
treatment outcome, Diehl, et al found the overall both fetuses between their first 200 cases and the
survival rate of 63.3% (n = 645). They reported that last 220 cases (50% versus 69,5%, p 0,018 for trend).18
the increase in survival rates were affected by the the We analysed that the learning curve and perinatal

Table 1 Patient characteristics underwent Fetoscopy


Laser Coagulation Procedure
Variable n,% or mean ± SD
Nulliparous 12/26 (46,2%)
Mulitparous 14/26 (53,8%)
Quintero Stage
II 8/26 (30,8%)
III 11/26 (42,3%)
IV 7/26 (26,9%)
Location of Placental
Placenta Anterior 15/26 (57,7%)
Placenta Posterior 11/26 (42,3%)
EFW
Donor 955,67 (± 502,55)
Recipient 1425,60 (± 719,839
EFW, estimated fetal weight

Table 2 Procedure Characteristics and Intervention Outcome

Variable n,% or mean ± SD


GA at procedure (weeks, mean ± SD) 24 weeks, (23,73 ± 3,17)
GA at procedure (weeks, mean ± SD) 24 (18-30)
Range between procedure and delivery (days, mean 46 days, (46,00 ± 42,51)
± SD)
Mode of Delivery
Cesarean section 20/26 ( 76,90%)
Spontaneous Labor 6/26 (23,10%)
Intraamniotic Bleeding 2/26 (7,7%)
PPROM
TAPS
GA,gestational age; SD,standard deviation; PROM, premature rupture of membrane;
TAPS, twin anemia polycitemia sequence

Buku Ilmiah Fetomaternal


202
Fetoscopy Laser Coagulation for Twin-to-twin Transfusion Syndrome

Table 3 Obstetrics and perinatal outcomes of women underwent FLC

N=26 (pregnancy), 52 (fetus) n (%)


Overall Survivor (per Fetus) 27/52 (51,92%)
Both Survivor (per Pregnancy) 7/26 (26,90%)
Only one Survivor (per Pregnancy) 13/26 (50,00%)
At least one survivor 20/26 (76.90%)
GA at Delivery
Weeks, Median (minimum-maximum) 31.50 (23-38)
<24 weeks 3/26 (11,5%)

≥24 weeks 23/26 (88,5%)


Perinatal comorbidities (per Pregnancy)

NEC 1/26 (3,8%)


HMD 1/26 (3,8%)
Sepsis 1/26 (3,8%)
Pneumonia 1/26 (3,8%)
IUFD 6/26 (23,1%)

Necrotizing Enterocolitis,NEC; Hyaline Membrane Diseases,HMD; early onset neonatal sepsis, EONS;
intrauterine fetal death, IUFD

Table 4 Association between perinatal survival parameters with maternal, pregnancy and procedural
characteristics
N=26 (pregnancy), All deatha Only one P Two survivor P At least one P
52 (fetus) Survivor survivor
(n=6) (n=13) (n=7) (n=20)
Parity 0,43 0,74 0,625
Nuliipara 2 (33.3%) 7 (53.8%) 3 (42,9%) 10 (50,0%)
Multipara 4 (66.7%) 6 (46,2%) 4 (57,1%) 10 (50,0%)
Quintero 0,551 0,513 0,868
2 2 (33,3%) 4 (30,8%) 2 (28,6%) 6 (30,0%)
3 2 (33,3%) 8 (61,5%) 1 (14,3%) 9 (45,0%)
4 2 (33,3%) 1 (7,7%) 4 (57,1%) 5 (25,0%)
Placenta 0,659 0,808 1,000
Anterior 3 (50,0%) 8 (61,5%) 4 (57,1%) 12 (60,0%)
Posterior 3 (50,0%) 5 (38,5%) 3 (42,9%) 8 (40,0%)
Gestational Age at 0,001b 0,002b 0,008c
Delivery
<24 3 (50%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
>24 3 (50%) 13 (100%) 7 (100%) 20 (100,0%)

Gestational age at 0,502 0,474 0,170


procedure
<20 0 (0%) 1 (7,7%) 1 (14,3%) 2 (10,0%)
20-24 5 (83,3%) 6 (46,2%) 2 (28,6%) 8 (40,0%)
>=25 1 (16,7%) 6 (46,2%) 4 (57,1%) 10 (50,0%)
Mode of delivery 0,009b 0,003b 0,004c
SC 2 (33,3%) 11 (84,6%) 7 (100%) 18 (90,0%)
Spontaneous Labor 4 (66,7%) 2 (15,4%) 0 (0%) 2 (10,0%)
a
“All Death Group” is defined as reference group; statistically significant using ANNOVA with LSD post Hoc
Analysis; statistically significant using X2Anlysis
Buku Ilmiah Fetomaternal
203
Gatot Abdurrazak, Irvan Adenin, Sadina P Besar, Novan S Pamungkas

outcomes of this procedure significantly affected survival of at least one twin.26 We overcome the
by the number of cases.19 Despite of the numerical technically challenge in anterior placenta patient
survival rate of the procedure in our institution, the during procedures by carefully chosen the insertion
evidence of increasing of perinatal survival in treated site for the fetoscope and performing external
TTTS patients had been proven. In fact, neonatal and manipulation of the uterus. This technique was not
perinatal death rate in untreated TTTS is reported to described in a web-based questionnaire involving
range between 26 to 44%.20 worldwide fetal interventional specialists regarding
Outcome reporting of TTTS was varied the techniques of FLC for treatment of TTTS.7 We
among studies and important neonatal morbidity found two cases of intra-amniotic bleeding. In
outcomes often neglected to be reported by several Hongkong, among 30 cases, they were complicated
authors. In fact, consensus on outcome reporting with 3 intra-amniotic bleeding.12 We have one case
across clinical trial or cohort studies evaluating the (3.8%) of NEC in the neonatal periods of our cases.
treatment of TTTS is unavailable.21 NEC, HMD, EONS, Rustico found the incidence of neonatal death and
and pneumonia respectively occurred in 1 out of 26 NEC was respectively 7% and 1.2 % 27.
subjects (3,8%). IUFD occurred in 23,1% of subjects Though the Salomon’s technique appears
after the procedures. As described in a study to have superior perinatal outcomes28, similar to
conducted by Cruz-Matinez, et al, pregnancies group our center, most of low-volume center (41% of all
complicated with septostomy had a significantly participants) preferred to perform the selective
higher proportion of IUFD (43.3% vs. 25.8%, P < 0.05) coagulation technique. Salomon’s technique was
compared with pregnancies without septostomy.22 commonly performed in a high-volume center (more
Therefore septostomy could be the one of the than 20 procedures per year).7
possible associated triggers of IUFD in FLC procedure. One of the limitation in our study was
We found no association between Quintero incomplete registration of short-term complication
stage with the perinatal outcome. It was similar i.e premature rupture of membrane (PPROM) and
with the findings of a study conducted by Quintero septostomy. Retrospective data in this study were
et al which stated that stage is not related with the collected before a systematic registration of the
successful pregnancy outcome (at least 1 surviving outcome of TTTS management applied in our center.
infant).23 However, in other study, Quintero stage In one study, the rate of PPROM among TTTS patient
were considered as one of predictors of a poor underwent FLC was 17,9% if the procedure perform
major neurological impairment outcome (hazard after 17 weeks of gestational age.29 In other study,
ratio, 3.23; 95% confidence interval, 2.19 – 4.76; P< iatrogenic rupture of intertwin membranes was
0.001).24 Moreover, Eschbach, et al support the role occured in 20% of pregnancies after FLC procedure
of Quintero stage in predicting perinatal outcome for TTTS. It was associated with the increased of
in their study. They found that absent/reversed severe neonatal morbidity (26% versus 16 % in
end-diastolic flow in the umbilical artery in donor control group) and severe brain injury (15% versus 5%
fetuses had a strong correlation with single fetal in control group).30 Among 1092 cases, Stinermann
demise (SFD) (odds ratio (OR), 3.0 (95%CI, 1.1–8.0); concluded that the cumulative incidence of PPROM
P=0.01). Donor arterioarterial anastomosis (OR, 4.2 was 40%.31 The incidence of TAPS was not reported in
(95%CI, 1.4–13.1); P=0.03) was also associated with our study due to the uncommon practice of middle
the SFD. 25 Among 100 cases in a study conducted cerebral artery (MCA) Doppler measurement in
in Netherland, the perinatal survival was significantly evaluation of monochorionic twins. Donepudi stated
higher when treatment was performed in the early that true incidence of TAPS is unknown because MCA
Quintero stages (95% in stage 1, 76% in stage 2, 70% was not used in determining the Quintero staging
in stage 3, 50% in stage 4) (p = 0.02).15 of TTTS.32
Placental location was not correlated with the In addition we have another limitation in
perinatal outcome in our study. It was accordance incomplete follow up data of surviving neonates.
with Oriz, et al study which found that the placental The systematic registration of long term follow up
location was not associated with the chorioamniotic is difficult to be applied due to the uncontactable
membrane separation (CMS) after fetoscopy in TTTS patients after sending them back to the referring
cases. They concluded that CMS was highly associated hospital. As a consequence, the incidence of long
with miscarriage, PPROM before 32 weeks, preterm term morbidity i.e neurodevelopmental follow-up
delivery before 32 weeks and a lower rate of neonatal could not be assessed. Salomon et, al studied that
Buku Ilmiah Fetomaternal
204
Fetoscopy Laser Coagulation for Twin-to-twin Transfusion Syndrome

FLC was significantly associated with a reduction Aug 30;40(2):100–9.


of long-term major neurological impairment. They 6. Slaghekke F, Kist WJ, Oepkes D, Pasman SA,
reported the significantly higher Ages and Stages Middeldorp JM, Klumper FJ, et al. Twin Anemia-
Questionnaires (ASQ) score after 6 years of follow- Polycythemia Sequence: Diagnostic Criteria,
up among they who underwent FLC procedures Classification, Perinatal Management and
compared to serial amnioreduction24 Outcome. Fetal Diagn Ther. 2010;27(4):181–90.
7. Akkermans J, Peeters SHP, Middeldorp JM,
Conclusion Klumper FJ, Lopriore E, Ryan G, et al. A
worldwide survey of laser surgery for twin-
As conclusion, in our center, FLC is considered as a safe twin transfusion syndrome. Ultrasound Obstet
and effective form of treatment in the management Gynecol. 2014 Dec 18;45(2):168–74.
of TTTS. The overall survival rate was comparable 8. Simpson LL. Twin-twin transfusion syndrome.
to other low-volume centers in Asian countries and Am J Obstet Gynecol. 2013 Jan;208(1):3–18.
the at least one survival rate was comparable to the 9. Smith RP, Denbow ML. Twin-to-twin transfusion
high-volume center. Learning curve, procedures- syndrome. The Obstetrician & Gynaecologist.
related complications and perinatal outcomes of 2011 Jan 24;8(1):1–6.
this procedure had significantly affected by the 10. Thia E, Thain S, Yeo GS. Fetoscopic laser
number of cases and systematic evaluation of the photocoagulation in twin-to-twin transfusion
procedural outcomes. Therefore several attempts to syndrome: experience from a single institution.
gain higher number of cases should be attempted by Singapore Med J. 2017 Jun;58(6):321–6.
our institution. 11. Chang Y-L, Chao A-S, Chang S-D, Hsieh PC, Su
S-Y, Chen K-J, et al. Outcome of twin–twin
Conflict of interest transfusion syndrome treated by laser therapy
in Taiwan’s single center: Role of Quintero
We declare no any conflict of interests. staging system. Taiwan J Obstet Gynecol. 2016
Oct;55(5):700–4.
References 12. X Yang, et al. Fetoscopic laser photocoagulation
in the management of twin-twin transfusion
1. Diehl W, Diemert A, Hecher K. Twin–twin syndrome: local experience from Hong Kong.
transfusion syndrome: Treatment and outcome. Hong Kong Med J. 2010 Jul 23;:1–7.
Baillieres Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 13. Ozawa K, Sugibayashi R, Wada S, Sumie M,
2014 Feb;28(2):227–38. Ishii K, Nakata M, et al. Fetoscopic laser
2. Yeom W, Paik ES, An J-J, Oh S-Y, Choi S-J, Roh photocoagulation for amniotic fluid discordance
C-R, et al. Clinical characteristics and perinatal bordering on twin-twin transfusion syndrome:
outcome of fetal hydrops. Obstet Gynecol Sci. Feasibility, perinatal and long-term outcomes. J
2015;58(2):90. Obstet Gynaecol Res. 2017 May 19;43(8):1256–
3. Roberts D, Neilson JP, Kilby MD, Gates S. 62.
Interventions for the treatment of twin-twin 14. Müllers SM, McAuliffe FM, Kent E, Carroll S,
transfusion syndrome. Roberts D, editor. Mone F, Breslin N, et al. Outcome following
Cochrane Database Syst Rev. Chichester, UK: selective fetoscopic laser ablation for twin to
John Wiley & Sons, Ltd; 2014;1:CD002073. twin transfusion syndrome: an 8 year national
4. 4. Rossi AC, D’Addario V. Laser therapy and collaborative experience. Eur J Obstet Gynecol
serial amnioreduction as treatment for twin- Reprod Biol. 2015 Aug;191:125–9.
twin transfusion syndrome: a metaanalysis and 15. Middeldorp JM, Sueters M, Lopriore E, Klumper
review of literature. Am J Obstet Gynecol. 2008 FJCM, Oepkes D, Devlieger R, et al. Fetoscopic
Feb;198(2):147–52. Laser Surgery in 100 Pregnancies with Severe
5. Petersen SG, Gibbons KS, Luks FI, Lewi L, Twin-to-Twin Transfusion Syndrome in the
Diemert A, Hecher K, et al. The Impact of Entry Netherlands. Fetal Diagn Ther. 2007 Apr
Technique and Access Diameter on Prelabour 1;22(3):190–4.
Rupture of Membranes Following Primary 16. van Klink JMM, Koopman HM, van Zwet EW,
Fetoscopic Laser Treatment for Twin-Twin Middeldorp JM, Walther FJ, Oepkes D, et al.
Transfusion Syndrome. Fetal Diagn Ther. 2016 Improvement in neurodevelopmental outcome
Buku Ilmiah Fetomaternal
205
Gatot Abdurrazak, Irvan Adenin, Sadina P Besar, Novan S Pamungkas

in survivors of twin-twin transfusion syndrome Middeldorp JM, Klumper FJCM, Lopriore E, et


treated with laser surgery. Am J Obstet Gynecol. al. Prediction of single fetal demise after laser
2014 Jun;210(6):540.e1–540.e7. therapy for  twin-twin transfusion syndrome.
17. Persico N, Fabietti I, D’Ambrosi F, Riccardi Ultrasound Obstet Gynecol. 2016 Feb
M, Boito S, Fedele L. Postnatal survival after 10;47(3):356–62.
endoscopic equatorial laser for the treatment of 26. Ortiz JU, Eixarch E, Peguero A, Lobmaier SM,
twin-to-twin transfusion syndrome. Am J Obstet Bennasar M, Martinez JM, et al. Chorioamniotic
Gynecol. 2016 Apr;214(4):533.e1–533.e7. membrane separation after fetoscopy in
18. Diehl W, Diemert A, Grasso D, Sehner S, monochorionic twin pregnancy: incidence
Wegscheider K, Hecher K. Fetoscopic laser and impact on perinatal outcome. Ultrasound
coagulation in 1020 pregnancies with twin- Obstet Gynecol. 2016 Feb 4;47(3):345–9.
twin transfusion syndrome demonstrates 27. Rustico MA, Lanna MM, Faiola S, Schena V,
improvement in double-twin survival rate. Dell Avanzo M, Mantegazza V, et al. Fetal
Ultrasound Obstet Gynecol. 2017 Dec and Maternal Complications after Selective
4;50(6):728–35. Fetoscopic Laser Surgery for Twin-to-Twin
19. Peeters SHP, van Zwet EW, Oepkes D, Lopriore E, Transfusion Syndrome: A Single-Center
Klumper FJ, Middeldorp JM. Learning curve for Experience. Fetal Diagn Ther. 2012;31(3):170–8.
fetoscopic laser surgery using cumulative sum 28. Slaghekke F, Oepkes D. Solomon Technique
analysis. Acta Obstet Gynecol Scand. 2014 May Versus Selective Coagulation for Twin–Twin
30;93(7):705–11. Transfusion Syndrome. Twin Res Hum Genet.
20. Roberts D, Gates S, Kilby M, Neilson JP. 2016 May 20;19(03):217–21.
Interventions for twin–twin transfusion 29. Lecointre L, Sananes N, Weingertner AS,
syndrome: a Cochrane review. Ultrasound Kohler M, Guerra F, Fritz G, et al. Fetoscopic
Obstet Gynecol. 2008;31(6):701–11. laser coagulation for twin-twin transfusion
21. Perry H, Duffy JMN, Umadia O, Khalil A, on syndrome before 17 weeks’ gestation: laser
behalf of the International Collaboration to data, complications and neonatal outcome.
Harmonise Outcomes for Twin-Twin Transfusion Ultrasound Obstet Gynecol. 2014 Aug
Syndrome (CHOOSE). Outcome reporting across 25;44(3):299–303.
randomized trials and observational studies 30. Peeters SHP, Stolk TT, Slaghekke F, Middeldorp
evaluating treatments for twin-twin transfusion JM, Klumper FJ, Lopriore E, et al. Iatrogenic
syndrome: systematic review. Ultrasound perforation of intertwin membrane after
Obstet Gynecol. 2018 Sep 24;19:550. laser surgery for twin-to-twin transfusion
22. Cruz-Martinez R, Van Mieghem T, Lewi L, syndrome. Ultrasound Obstet Gynecol. 2014
Eixarch E, Cobo T, Martinez JM, et al. Incidence Sep 22;44(5):550–6.
and clinical implications of early inadvertent 31. Stirnemann J, Djaafri F, Kim A, Mediouni
septostomy after laser therapy for twin-twin I, Bussieres L, Spaggiari E, et al. Preterm
transfusion syndrome. Ultrasound Obstet premature rupture of membranes is a collateral
Gynecol. 2011 Mar 15;37(4):458–62. effect of improvement in perinatal outcomes
23. Quintero RA, Dickinson JE, Morales WJ, Bornick following fetoscopic coagulation of chorionic
PW, Bermúdez C, Cincotta R, et al. Stage-based vessels for twin-twin transfusion syndrome:
treatment of twin-twin transfusion syndrome. a retrospective observational study of 1092
Am J Obstet Gynecol. 2003 May;188(5):1333– cases. BJOG. 2018 Mar 1;125(9):1154–62.
40. 32. Donepudi R, Papanna R, Snowise S, Johnson
24. Salomon LJ, Örtqvist L, Aegerter P, Bussières A, Bebbington M, Moise KJ Jr. Does anemia-
L, Staracci S, Stirnemann JJ, et al. Long-term polycythemia complicating twin-twin
developmental follow-up of infants who transfusion syndrome affect outcome after
participated in a randomized clinical trial of fetoscopic laser surgery? Ultrasound Obstet
amniocentesis vs laser photocoagulation for Gynecol. 2016 Mar 4;47(3):340–4.
the treatment of twin-to-twin transfusion
syndrome. Am J Obstet Gynecol. 2010
Nov;203(5):444.e1–444.e7.
25. Eschbach SJ, Boons LSTM, Wolterbeek R,
Buku Ilmiah Fetomaternal
206
What Can Be Done in Diagnosing, Estimating and Prevention
of Pregnancy Disturbance In First Trimester

Erry Gumilar D.
Dep. Obs&Gyn. Fetomaternal Division
Airlangga University School of Medicine & DR. Soetomo General Academic Hospital
Surabaya

INTRODUCTION complication either on maternal or fetal side. Roughly


at the glimpse its complication of the pregnancy may
Preconceptional is a set of intervention that aim be coming from classified of two group as obstetrical
to identify and modify biomedical, behavioral, complication and medical & surgery disorder
and social risks to a woman’s health or pregnancy on pregnancy. The first as class of obstetrical
outcome through prevention and management. complication consist of PIH, obstetrical hemorrhage,
In turn when pregnant period coming after preterm birth etc, while medical disorder comprise
preconceptional care lasting, prenatal assesment of diabetes on pregnancy, cardiovascular disease,
should be begun sooner. So prenatal care is definited infectious diseases.
as a comprehensive antepartum care program Talking of obstetric service in the developing
involves a coordinated approach to medical care countries which mainly located at tropical and
and psycosocial support that optimally begins before coastal region some above mentioned of pregnancy
conception and extends throughout the antepartum disturbances much likely should be focused with
period. This comprehensive program includes: priority to what has been above described diseases
1. Preconceptional care
2. Prompt diagnosis of pregnancy PRINCIPLES OF DIAGNOSTIC AND SCREENING TESTS
3. Initial prenatal evaluation
4. Follow-up prenatal visit. The review on some of the key issues underlying the
fundamental principles of screening is important.
INITIAL PRENATAL EVALUATION The foundation of screening for any disease process
requires a fundamental understanding of the
Prenatal care chould be iniated as soon as there is differences between diagnostic and screening tests.
reasonable likelihood of pregnancy . The major goals Diagnostic tests are designed to give a definitive
are to: answer to the question: Does the patient have this
1. Define health status of the mother and fetus particular problem? Diagnostic tests are generally
2. Estimate the gestational age complex and require shopisticated analysis and
3. Initiate a plan for continuing obstetrical care. interpretation. The test tend to be expensive, and
they are usually only performed on patients felt to
Typical components of the initial visit are described be at “risk”. Screening tests are generally performed
as: on healthy patients and are often offered to the
− History which can be complete and updated entire relevant population. They therefore should be
− Physical examination which covering cheap,easy to use, and interpretable by everyone;
blood pressure, maternal weight, cervical their function is only to help define who, among
examination, fundal height, fetal heart rate the low-risk group is in fact at high risk. Screening
and position. test results are by definition, not pathonomonic for
− Laboratory tests, it would be work from the disease, but rather delineate who needs further
simple (hematocrit or hemoglobin) till more testing.
completed i.e. doing HIV serology or Group B
streptococcus culture. DIAGNOSTIC AND SCREENING TEST FOR PREGNANCY
DISTURBANCE/ABNORMALITIES
PRECONCEPTIONAL CARE
The tests are completely supported by some attemps
Pregnancy disturbance can be by mean as of risk identification and early detection as well.

Buku Ilmiah Fetomaternal


207
Erry Gumilar D

I. Maternal side sensitivity >90%. With positive resulted


a. PIH screening consequently patient must be
b. Obsetrical hemorrhage offered invasive testing of CVS. The test
c. Preterm is readily available and accepted within
d. Diabetes on pregnancy first trimester. The test of CVS has long
e. Cardiovascular disease on pregnancy been proven to be safe and effective
II. Fetal side in experienced hands. The karyotyping
1. Choromosome Abnormalities remained the golden standard to confirm
Screening for Down syndrome lies in the this abnormality, while microarray method
first trimester. Substantial evidence shows as alteration but expensive cost.
that free beta-HCG is realibly elevated and 2. First Trimester Ultrasound Screening
PAPP-A is diminished in this pregnancy. - Nuchal translucency thickness
In combination with ultrasound nuchal - Absent nasal bone
translucency measurement have shown - Ductus venosus velocimetry
at least a 70% sensitivity. Specifically in - Fetal brain
Trisomy 18 the values of AFP, hCG and - Fetal abdomen and ventral wall
µE3 appear to be very low. At present it - Chorionicity of the twin
used cell free fetal DNA (NIPT) with high 3. Infectiosus diseases on pregnancy

The Schematic of Obstetric Patient Service

The Disease on Preconceptional Screening test Diagnostic test Prevention


Pregnancy Care&Counseling
Pregnancy Ax/History taking BMI > 30, MAP Ratio blood s-Flit/ Aspilet 60 – 100
PIH (Pre-eclampsia) of young & elder PlGF marker mg, calcium2x
primigravida, family 500mg,micronutrition
history, previously (vit E, vit C,Fe,folic acid,
pre-ecl,co-morbid dis Zn,Se)
of kidney,autoimmun,
second marriage
Obstetrical Hemorrhage • pregn >35 yrs, Gs beyond
-HPP grandemulti, twin, ET(endometrial
-AIP etc thickness) closer to
• post sc the scarr cs

RPL (Recurrent
Pregnancy Loss) and
Preterm
Diabetes Ax/positive family Blood glucose To suppresing blood
history testing and glucose and HbA1C
HbA1C to reduce fetus
abnormality
Cardiac Disease Ax/positive family Auscultation
history, dyspneu (sign of of heart
heart failure) sound, echo
cardiograph
Infectiosus

Buku Ilmiah Fetomaternal


208
What Can Be Done in Diagnosing, Estimating and Prevention of Pregnancy Disturbance
Schematic of Fetal Scanning in First Trimester

Fetal Scanning Preconceptional Screening test Diagnostic test


Care&Counseling
− N u c h a l At pregnant woman NIPT Performed at 11-14
t r a n s l u c e n c y >35 yrs weeks
thickness
− Absent nasal
bone

Ductus venosus At pregnant >35 yrs Performed at 12-14


velocimetry wks

Fetal Brain History taking with Holoprosencephaly


Previous occurence (Alobar type) at 13
wks
Fetal Echocardiography Obesity, Diabetes, AVSD within the
>35 yrs first half (20 wks),
followup at 4-6
wks to assess the
disease progess
Fetal abdominal & Gastroschizis on 11
ventral wall defect wk as free floating
of bowel in AF.
Chorionicity of the May be seen on 14
twin weeks
Fetal spine Diabetes AFP Open type of NTD
on 12-14 weeks
-Toxoplasmosis Positive IgM First trimester Communicated
- CMV and low avidity to Neonatologist
-Rubella with in 6 mo after
given birth

SUMMARIES REFERENCES

1. Preconceptional and prenatal care are 1. Cunningham,Leveno,Bloom,Hauth,Rouse and


absolutely obliged for the pregnancy Spong : Organization of Prenatal Care. P.193 –
2. Initial prenatal evaluation should be carried 198, William Obstetric 23 rd Edition,2010
out sooner after screening and diagnostis 2. Mark I. Evans,Mark P. Johnson, Yuval Yaron and
test within first trimester application Arie Drugan : Biochemical Screening in Prenatal
3. Obstetrical complication (PIH,hemorrhage Diagnosis. P.277-280, 2006
and preterm) and medical & surgical 3. Copel, D’alton, Feltovich,Gratacos,Krakow,Od
complication on pregnancy are mostly often ibo,Platt and Tutschek. Hepatic Anomalies in:
found at tropical and coastal countries as Obstetric Imaging. Fetal Diagnosis and Care. P.
developing state 130 – 140,2018
4. It need the professional clinician those who
delivery all measures serving to the patients
based on principal care and cure.

Buku Ilmiah Fetomaternal


209
Persalinan pada Wanita Hamil dengan Penyakit Lupus (SLE)

Dovy Djanas

1. Definisi tahun pertama mortalitas SLE berkaitan dengan


aktivitas penyakit dan infeksi (termasuk infeksi M.
Lupus Eritematosus Sistemik (Systemic Lupus tuberculosis, virus, jamur dan protozoa, sedangkan
Erythematosus; SLE) merupakan penyakit inflamasi dalam jangka panjang berkaitan dengan penyakit
autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya, vaskular aterosklerosis. (IRA, 2011; Knight, 2017).
memiliki sebaran gambaran klinis yang luas serta
tampilan perjalanan penyakit dan prognosis yang 3. Patogenesis Patofisiologi
sangat beragam. SLE dapat mengenai multiorgan
dan bermanifestasi ringan hingga mengancam nyawa Faktor genetik, imunologi dan hormonal serta
(IRA, 2011; Lateef, 2013; Knight, 2017) lingkungan diduga berperan dalam patofisiologi SLE
(Gambar 1 dan 2) (IRA, 2011).
2. Epidemiologi Interaksi gen-lingkungan menghasilkan respon
imun abnormal yang menghasilkan autoantibody
SLE dapat mengenai laki-laki dan wanita, akan tetapi pathogen dan deposisi kompleks imun pada
lebih sering mengenai wanita usia produktif (Lateef, jaringan, komplemen aktif, menyebabkan inflamasi
2013; Knight, 2017) dengan angka kematian cukup dan lama kelamaan mengakibatkan kerusakan organ
tinggi. SLE dapat mengenai semua ras walaupun irreversible.
lebih banyak terlihat pada wanita ras asia atau SLE merupakan penyakit yang melibatkan
mereka yang berkulit hitam di Amerika (IRA, 2011; banyak gen. Pada individu yang memiliki predisposisi
Khan, 2017). genetik, allel normal dari beberapa gen normal
Insiden tahunan SLE di Amerika Serikat sebesar masing-masing berkontribusi terhadap respon imun
5,1 per 100.000 penduduk, sementara prevalensi abnormal yang kecil; jika beberapa variasi jumlah
SLE di Amerika dilaporkan 52 kasus per 100.000 berakumulasi , penyakit akan terjadi. Defisiensi
penduduk, dengan rasio perbandingan wanita dan homozigot pada komponen awal dari komplemen
laki-laki antara 9-14 : 1 (IRA, 2011; Knight, 2017.) (C1q,r,s; C2; C4) mengakibatkan predisposisi yang
Belum terdapat data epidemiologi SLE yang kuat terhadap kejadian SLE, namun defisiensi ini
mencakup semua wilayah Indonesia. Data tahun jarang terjadi. Tiap gen meningkatkan resiko SLE
2002 di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, sebanyak 1,5 hingga 3 kali lipat. Beberaa allel gen
didapatkan 1,4% kasus SLE dari total kunjungan kemungkinan berperan dalam mempengaruhi
pasien di Poliklinik Reumatologi Penyakit Dalam, klirens sel apoptotic (C1q,MBL) atau kompleks imun
sementara di RS Hasan Sadikin Bandung terdapat (FcR 2A dan 3A), kemunculan antigen (HLA-DR2,3,8),
291 pasien SLE atau 10,5% dari total pasien yang Maturasi sel B (IL-10), aktivasi sel T (PTPN22) atau
berobat ke poliklinik reumatologi selama tahun 2010 kemotaksis (MCP-1). Tidak satupun hipotesis ini
(IRA, 2011). telah terbukti. Sebagai penambahan terhadap
Morbititas dan mortalitas pasien SLE masih predisposisi penyakit pada etnis tertentu, beberapa
cukup tinggi. Berturut-turut kesintasan (survival) gen berpengaruh terhadap manifestasi klinis
SLE untuk 1-5, 5-10, 10-15, 15-20, dan 20 tahun penyakit ini (misal, FcR2A/3A, MBL, PDCD1 untuk
adalah 93-97%, 84- 95%, 70-85%, 64-80%, dan 53- nephritis; MCP-1 untuk arthritis dan vasculitis).
64%. Kesintasan 5 tahun pasien SLE di RSCM adalah Suatu daerah pada kromosom 16 mengandung
88% dari pengamatan terhadap 108 orang pasien gen yang merupakan predisposisi SLE, rheumatoid
SLE yang berobat dari tahun 1990-2002. Angka arthritis, psoriasis, dan Penyakit Chron’s, Terdapat
kematian pasien dengan SLE hampir 5 kali lebih pula beberapa allel gen yang berfungsi sebagai
tinggi dibandingkan populasi umum. Pada tahun- proteksi. Semua kombinasi gen ini mempengaruhi

Buku Ilmiah Fetomaternal


210
Persalinan pada Wanita Hamil dengan Penyakit Lupus (SLE)

Gambar 1 Patogenesis SLE (Mok, 2003)

Gambar 2 Patogenesis Patofisiologi SLE (Hahn, 2008).

Keterangan: Ag, antigen; C1q, complement system; C3, complement


component; CNS, central nervous system; DC, dendritic cell; EBV, Epstein-
Barr virus; HLA, human leukocyte antigen; FcR, immunoglobulin Fc-
binding receptor; IL, interleukin; MBL, mannose-binding ligand; MCP,
monocyte chemotactic protein; PTPN, phosphotyrosine phosphatase; UV,
ultraviolet.

Buku Ilmiah Fetomaternal


211
Dovy Djanas

respon imun terhadap lingkungan eksternal dan Eropa yang diikuti selama 10 tahun, manifestasi
internal; jika respon tersebut terlalu tinggi atau klinis terbanyak berturut-turut adalah artritis
berkepanjangan, penyakit autoimun akan terjadi. sebesar 48,1%, ruam malar 31,1%, nefropati 27,9%,
Jenis kelamin wanita sering terkena SLE; betina fotosensitiviti 22,9%, keterlibatan neurologik 19,4%
dari semua spesies mamalia memang memiliki respon dan demam 16,6% sedangkan manifestasi klinis yang
antibody yang lebih kuat daripada pejantan. Wanita jarang dijumpai adalah miositis 4,3%, ruam diskoid
yang terpapar kontraseptif oral yang mengandung 7,8 %, anemia hemolitik 4,8%, dan lesi subkutaneus
estrogen atau terapi sulih hormone memiliki akut 6,7% (IRA, 2011).
peningkatan resiko SLE (1,2 hingga 2 kali lipat). • Kecurigaan akan penyakit SLE perlu dipikirkan
Estradiol berikatan dengan reseptor pada limfosit bila dijumpai 2 atau lebih kriteria kewaspadaan
T dan B, kemudian akan meningkatkan aktivasi dan SLE sebagaimana tercantum dibawah ini, yaitu:
daya tahan dari sel ini, sehingga menunjang respon • Wanita muda dengan keterlibatan dua organ
imun yang memanjang. atau lebih
Beberapa rangsangan lingkungan dapat • Gejala konstitusional berupa kelelahan, demam
mempengaruhi kemunculan SLE (Gambar 1 dan (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat badan
2). Paparan terhadap cahaya ultraviolet akan • Muskuloskeletal : artritis, artralgia, miositis
menyebabkan serangan SLE pada sekitar 70% pasien, • Kulit : ruam kupu-kupu (butterfly atau malar
kemungkinan dengan peningkatan apoptosis pada rash), fotosensitivitas, lesi membranan mukosa,
sel kulit atau dengan mengubah DNA dan protein alopesia, fenomena Raynaud,purpura, urtikaria,
intraseluler dan membuatnya menjadi antigenic. vaskulitis
Sepertinya beberapa infeksi memicu respon imun • Ginjal : hematuria, proteinuria, silinderuria,
yang normal dan mengandung beberapa sel T dan sindroma nefrotik
B yang mengenal self-antigen; pada SLE, sel-sel • Gastrointestinal : mual, muntah, nyeri abdomen
tersebut tidak beregulasi dengan baik dan produksi • Paru-paru : pleurisy, hipertensi pulmonal, lesi
autobodi kemudian terjadi. Kebanyakan pasien parenkim paru
SLE mempunyai autoantibody hingga 3 tahun • Jantung : perikarditis, endokarditis, miokarditis
bahkan lebih sebelum gejala pertama penyakit ini, • Retikulo-endotel : organomegali (limfadenopati
menandakan bahwa regulasi mengendalikan derajat splenomegali, hepatomegali)
autoimun untuk beberapa tahun sebelum kualitas • Hematologi : anemia, leukopenia dan
dan kuantitas dari autoantibody dan sel B dan T trombositopenia
yang pathogen cukup untuk menyebabkan gejala • Neuropsikiatri : psikosis, kejang, sindroma otak
klinis. Virus Eipsten Barr mungkin merupakan agen organik, mielitis transversa, gangguan kognitif
infeksi yang dapat memicu SLE pada seseorang neuropati kranial atau perifer
yang memiliki predisposisi genetic. Anak dan orang Untuk menegakkan diagnosis SLE
dewasa dengan SLE cenderung terinfeksi EBV Perhimpunan Dokter Reumatologi Indonesia (2011)
dibandingkan kelompok kendali umur, jenis kelamin, merekomendasikan kriteria diagnosis SLE yaitu
dan etnis. EBV mengaktivasi dan menginfeksi limfosit terpenuhinya minimal 4 dari 11 kriteria SLE menurut
B dan bertahan pada sel tersebut dalam beberapa American College of Rheumatology (ACR) sebagai
decade; Ia juga mengandung sekuens asam amino berikut (lihat Gambar 3).
yang mirip dengan sekuens pada spilceosome Bila dijumpai 4 atau lebih kriteria (Gambar 3),
manusia (RNA/antigen protein yang dikenali oleh diagnosis SLE memiliki sensitivitas 85% dan spesi
autoantibody pada seseorang dengan SLE). Sehingga, isitas 95%. Sedangkan bila hanya 3 kriteria dan salah
interaksi antara predisposisi genetik, lingkungan, satunya ANA positif, maka sangat mungkin SLE dan
jenis kelamin, dan respon imun abnormal akan diagnosis bergantung pada pengamatan klinis. Bila
mengakibatkan autoimunitas. hasil tes ANA negatif, maka kemungkinan bukan SLE.
Apabila hanya tes ANA positif dan manifestasi klinis
Diagnosis lain tidak ada, maka belum tentu SLE, dan observasi
jangka panjang diperlukan (ARA, 2011).
Manifestasi klinis SLE sangat luas, meliputi Penyakit SLE dapat dikategorikan menjadi SLE
keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah, jantung, ringan, sedang dan berat. Berikut adalah kriteria
paru, ginjal, susunan saraf pusat (SSP) dan sistem derajat penyakit SLE menurut IRA (2011).
imun. Dilaporkan bahwa pada 1000 pasien SLE di SLE ringan
Buku Ilmiah Fetomaternal
212
Persalinan pada Wanita Hamil dengan Penyakit Lupus (SLE)

• Secara klinis tenang mesenterika.


• Tidak terdapat tanda atau gejala yang • Ginjal: nefritis proliferatif dan atau
mengancam nyawa membranous.
• Fungsi organ normal atau stabil, yaitu: ginjal, • Kulit: vaskulitis berat, ruam difus disertai ulkus
paru, jantung, gastrointestinal, susunan saraf atau melepuh (blister).
pusat, sendi, hematologi dan kulit. • Neurologi: kejang, acute confusional
Contoh SLE dengan manifestasi arthritis dan kulit. state, koma, stroke, mielopati transversa,
SLE Sedang mononeuritis, polineuritis, neuritis optik,
• Nefritis ringan sampai sedang ( Lupus nefritis psikosis, sindroma demielinasi.
kelas I dan II) • Hematologi: anemia hemolitik, neutropenia
• Trombositopenia (trombosit 20-50x103/mm3) (leukosit <1.000/mm3), trombositopenia
• Serositis mayor < 20.000/mm3 , purpura trombotik
SLE Berat trombositopenia, trombosis vena atau arteri.
• Jantung: endokarditis Libman-Sacks, vaskulitis
arteri koronaria, miokarditis, tamponade Pemeriksaan Penunjang
jantung, hipertensi maligna.
• Paru-paru: hipertensi pulmonal, perdarahan • Pemeriksaan penunjang minimal yang
paru, pneumonitis, emboli paru, infark paru, diperlukan untuk menegakkan diagnosis SLE
ibrosis interstisial, shrinking lung. dan monitoring penyakit antara lain.
• Gastrointestinal: pankreatitis, vaskulitis • Darah rutin : Hb, leukosit, hitung jenis sel, laju

Gambar 3 Kriteria Diagnosis SLE (IRA, 2011)

Buku Ilmiah Fetomaternal


213
Dovy Djanas

endap darah. Monitoring tiap 3-6 bulan sekali • Artritis reumatoid dini
bila kondisi pasien stabil • Vaskulitis
• Urin rutin dan mirkoskopik, protein kuantitatif
24 jam, jika diperlukan kreatinin urin Penatalaksanaan
• Kimia darah : ureum, kreatinin, fungsi hati dan
profil lipid. Monitoring tiap 3-6 bulan sekali bila Penatalaksanaan SLE bertujuan meningkatkan
kondisi pasien stabil kesintasan dan kualitas hidup pasien SLE
• PT, aPTT melalui pengenalan dini dan pengobatan yang
• Serologi ANA (pemeriksaan ini hanya untuk paripurna. Tujuan khusus pengobatan SLE adalah
diagnosis awal, tidak diperlukan untuk a). Mendapatkan masa remisi yang panjang, b)
monitoring.), anti-dsDNA dan komplemen (C3, menurunkan aktivitas penyakit seringan mungkin,
C4), diperiksa setiap 3-6 bulan pada pasien c).mengurangi rasa nyeri dan memelihara fungsi
dengan penyakit ginjal aktif. Pada penderita organ agar aktivitas hidup keseharian tetap baik guna
SLE ditemukan tes ANA yang positif sebesar 95- mencapai kualitas hidup yang optimal (IRA, 2018).
100%, akan tetapi hasil tes ANA dapat positif Baik untuk SLE ringan atau sedang dan berat,
pada beberapa penyakit lain yang mempunyai diperlukan gabungan strategi pengobatan atau
gambaran klinis menyerupai SLE misalnya infeksi disebut pilar pengobatan. Pilar pengobatan SLE
kronis (tuberkulosis), penyakit autoimun (artritis ini seyogyanya dilakukan secara bersamaan dan
reumatoid, tiroiditis autoimun), keganasan atau berkesinambungan agar tujuan pengobatan tercapai
pada orang normal. Jika hasil tes ANA negatif, (IRA, 2018). Pilar pengobatan SLE terdiri dari 3
pengulangan segera tes ANA tidak diperlukan hal utama yaitu : Edukasi dan konseling, Program
tetapi perjalanan penyakit reumatik sistemin rehabilitasi dan Pengobatan medikamentosa.
termasuk SLE seringkali dinamis dan berubah, Pada dasarnya pasien SLE memerlukan
mungkin diperlukan pengulangan tes ANA informasi yang benar dan dukungan dari sekitarnya
pada waktu yang akan datang terutama jika dengan maksud agar dapat hidup mandiri.
didapatkan gambaran klinis yang mencurigakan. Perlu dijelaskan akan perjalanan penyakit dan
Tes lain yang diperlukan setelah tes ANA positif kompleksitasnya. Pasien memerlukan pengetahuan
adalah tes antibodi terhadap antigen nuklear akan masalah aktivitas fisik, mengurangi atau
spesifik termasuk antids-DNA, Sm, nRNP, mencegah kekambuhan antara lain melindungi kulit
Ro(SSA), La(SSB), Sci-70 dan anti-Jo pemeriksaan dari paparan sinar matahari (ultra violet) dengan
ini dikenal dengan sebagai profil ANA /ENA. memakai tabir surya, payung atau topi; melakukan
Antibodi dsDNA merupakan tes spesifik untuk latihan secara teratur. Pasien harus memperhatikan
SLE, jarang ditemukan pada penyakit lain bila mengalami infeksi. Perlu pengaturan diet agar
dan spesifitasnya hampir 100%. Titer anti- tidak kelebihan berat badan, osteoporosis atau
dsDNA yang tinggi hampir pasti menunjukkan terjadi dislipidemia. Diperlukan informasi akan
diagnosis SLE dibandingkan dengan titer yang pengawasan berbagai fungsi organ, baik berkaitan
rendah, namun jika tes anti-dsDNA negatif tidak dengan aktivitas penyakit ataupun akibat pemakaian
menyingkirkan kemungkinan diagnosis SLE obat-obatan. Butir-butir edukasi pada pasien SLE
• Foto polos thorax. terlihat pada tabel berikut (lihat gambar 4).
Pilar kedua penatalaksanaan SLE adalah
Diagnosis Banding program rehabilitasi. Terdapat berbagai modalitas
yang dapat diberikan pada pasien dengan SLE
Beberapa penyakit atau kondisi dibawah ini seringkali tergantung maksud dan tujuan dari program ini.
mengacaukan diagnosisi akibat gambaran klinis yang Salah satu hal penting adalah pemahaman akan
mirip atau beberapa tes laboratorium yang serupa, turunnya masa otot hingga 30% apabila pasien
yaitu: dengan SLE dibiarkan dalam kondisi immobilitas
• Undifferentiated connective tissue disease selama lebih dari 2 minggu. Disamping itu penurunan
• Sindroma Sjogren kekuatan otot akan terjadi sekitar 1-5% per hari
• Sindroma antibodi antifosfolipid dalam kondisi imobilitas. Berbagai latihan diperlukan
• Fibromialgia (ANA positif) untuk mempertahankan kestabilan sendi. Modalitas
• Purpura trombositopenia idiopatik fisik seperti pemberian panas atau dingin diperlukan
• Lupus imbas obat untuk mengurangi rasa nyeri, menghilangkan
Buku Ilmiah Fetomaternal
214
Persalinan pada Wanita Hamil dengan Penyakit Lupus (SLE)

Gambar 4 Poin edukasi pilar penatalaksanaan SLE (IRA, 2011)

Gambar 5 Algoritma Penatalaksanaan SLE (IRA, 2011)

kekakuan atau spasme otot. Demikian pula modalitas utama pada pasien dengan SLE. Meski dihubungkan
lainnya seperti transcutaneous electrical nerve dengan munculnya banyak laporan efek samping
stimulation (TENS) memberikan manfaat yang cukup (gambar 8), KS tetap merupakan obat yang banyak
besar pada pasien dengan nyeri atau kekakuan otot. dipakai sebagai anti inflamasi dan imunosupresi.
Secara garis besar, maka tujuan, indikasi dan tekhnis Dosis KS yang digunakan juga bervariasi (Gambar
pelaksanaan program rehabilitasi yang melibatkan 7). Berikut adalah gambaran terminologi pemberian
beberapa maksud di bawah ini, yaitu: istirahat, terapi kortikosteroid pada penderita SLE dan efek samping
fisik, terapi dengan modalitas, Ortotik dan Lain-lain. penggunaan KS jangka panjang.
Selanjutnya adalah pilar penatalaksanaan
dengan pemberian medikamentosa. Berikut
adalah Algortima Penatalaksanaan SLE menurut
rekomendasi IRA (2011). (lihat gambar 5) (gambar 6)
Kortikosteroid (KS) digunakan sebagai pengobatan
Buku Ilmiah Fetomaternal
215
Dovy Djanas

Gambar 6 Medikamentosa SLE (IRA, 2011)

Buku Ilmiah Fetomaternal


216
Persalinan pada Wanita Hamil dengan Penyakit Lupus (SLE)

ditekankan pada beberapa hal yang penting agar


tujuan di atas tercapai, yaitu:
• Pemberian obat penghilang nyeri seperti
paracetamol 3 x 500 mg, bila diperlukan.
• Obat anti in lamasi non steroidal (OAINS), sesuai
panduan diagnosis dan pengelolaan nyeri dan
Gambar 7 Dosis Kortikosteroid (IRA, 2011) inflamasi.
• Glukokortikoid topikal untuk mengatasi ruam
(gunakan preparat dengan potensi ringan)
• Klorokuin basa 3,5-4,0 mg/kg BB/hari (150-
300 mg/hari) (1 tablet klorokuin 250 mg
mengandung 150 mg klorokuin basa) catatan
periksa mata pada saat awal akan pemberian
dan dilanjutkan setiap 3 bulan, sementara
hidroksiklorokuin dosis 5- 6,5 mg/kg BB/ hari
(200-400 mg/hari) dan periksa mata setiap 6-12
bulan.
• Kortikosteroid dosis rendah seperti prednison <
10 mg / hari atau yang setara.
Gambar 8 Efek samping Kortikosteroid (IRA, 2011) • Gunakan tabir surya topikal dengan sun
protection factor sekurang- kurangnya 15 (SPF
Pembagian dosis KS membantu kita dalam 15)
menatalaksana kasus rematik. Dosis rendah sampai
sedang digunakan pada SLE yang relatif tenang. SLE dalam Kehamilan
Dosis sedang sampai tinggi berguna untuk SLE yang
aktif. Dosis sangat tinggi dan terapi pulse diberikan Kesuburan penderita SLE sama dengan populasi
untuk krisis akut yang berat seperti pada vaskulitis wanita bukan SLE (IRA, 2011). Akan tetapi,
luas, nephritis lupus, lupus cerebral. peluang untuk memperoleh kehamilan lebih kecil
Karena berpotensial mempunyai efek samping, dibandingkan dengan penderita bukan SLE dan
maka dosis KS mulai dikurangi segera setelah kehamilan wanita SLE lebih beresiko tinggi mengalami
penyakitnya terkontrol. Tapering harus dilakukan komplikasi dibandingkan wanita hamil normal
secara hati-hati untuk menghindari kembalinya (Lateef, 2013). Beberapa penelitian mendapatkan
aktivitas penyakit, dan de isiensi kortisol yang muncul kekambuhan lupus selama kehamilan namun
akibat penekanan aksis hipotalamus-pituitari- umumya ringan, tetapi jika kehamilan terjadi pada
adrenal (HPA) kronis. Tapering secara bertahap saat nefritis masih aktif maka 50-60% eksaserbasi,
memberikan pemulihan terhadap fungsi adrenal. sementara jika nefritis lupus dalam keadaan remisi
Tapering tergantung dari penyakit dan aktivitas 3-6 bulan sebelum konsepsi hanya 7-10% yang
penyakit, dosis dan lama terapi, serta respon klinis. mengalami kekambuhan (IRA, 2011). Kekambuhan
Sebagai panduan, untuk tapering dosis prednison SLE pada waktu prakonsepsi merupakan prediktor
lebih dari 40 mg sehari maka dapat dilakukan kuat terjadinya komplikasi selama kehamilan. Oleh
penurunan 5-10 mg setiap 1-2 minggu. Diikuti karena itu pentingnya untuk melakukan perencanaan
dengan penurunan 5 mg setiap 1-2 minggu pada sebelum menginginkan kehamilan terjadi pada
dosis antara 40-20 mg/hari. Selanjutnya diturunkan wanita penderita SLE (Lateef, 2013).
1-2,5 mg/ hari setiap 2-3 minggu bila dosis prednison Menurut hasil penelitian retrospektif Khan
< 20 mg/hari. Selanjutnya dipertahankan dalam dosis tentang Pregnancy complicated by systemic lupus
rendah untuk mengontrol aktivitas penyakit. erythematosus and its outcome over 10 years (2018)
Pilar pengobatan pada SLE ringan dijalankan dari 85 wanita yang dijadikan sampel 7 diantaranya
secara bersamaan dan berkesinambungan serta diesklusikan sebagai penderita SLE dan 5 lainnya

Buku Ilmiah Fetomaternal


217
Dovy Djanas

loss follow up. Berikut adalah data demografik dan


riwayat obstetri 73 sampel penelitian yang di analisis
(Gambar 9).

Gambar 9 Data demograafik dan riwayat Obstetrik


SLE (Khan, 2018)

Insidens kejadian abortus berulang, partus preterm


dan Intrauterin Growth Restriction (IUGR) meningkat Gambar 11 Status imunologi dan riwayat obstetri
pada wanita hamil dengan SLE. Hal ini sesuai dengan SLE (Khan, 2018).
Penelitian Khan (Lihat Gambar 10). Kemungkinan
untuk mengalami preeklampsia dan eklampsia juga Menurut Knight (2017) berikut adalah perbedaan
meningkat pada penderita dengan nefritis lupus gambaran klinis sugestif preeklampsia, lupus flare
dengan faktor predisposisi yaitu hipertensi dan dan persamaan keduanya selama masa kehamilan
sindroma anti fosfolipid (APS) (IRA, 2011). (lihat Gambar 12)

Gambar 10. Komplikasi Kehamilan terkait SLE (Khan, Gambar 12. Klinis preeklampsia vs lupus flare
2018). (Knight, 2017)
*GDM (Gestasional Diabetes Mellitus), HA
(Haemolytic Anemia), DVT (Deep Vein Thrombosis),
PE (Pulmonary Emboli).

Dalam penelitian Khan (2018) juga


memaparkan status imunologi pasien hamil dengan
SLE dan riwayat obstetri pasien hamil penderita SLE
seperti terlihat pada tabel berikut (lihat Gambar 11).

Buku Ilmiah Fetomaternal


218
Persalinan pada Wanita Hamil dengan Penyakit Lupus (SLE)

Gambar 11 (Lanjutan)

Buku Ilmiah Fetomaternal


219
Dovy Djanas

Penanganan penyakit SLE sebelum, selama seperti yang dijelaskan sebelumnya. Walaupun
kehamilan dan pasca persalinan sangat penting. Hal- kontraindikasi selama kehamilan penggunaan
hal yang harus diperhatikan adalah: ACEI (enalaril) aman saat post-partum dan masa
• Jika penderita SLE ingin hamil dianjurkan laktasi (Knight, 2017). Perhatikan rekomendasi
sekurang-kurangnya setelah 6 bulan aktivitas sebelum memberikan obat-obat tersebut
penyakitnya terkendali atau dalam keadaan seperti tertera pada tabel berikut (gambar 13)
remisi total. Pada lupus nefritis jangka waktu
lebih lama sampai 12 bulan remisi total. Hal ini
dapat mengurangi kekambuhan lupus selama
hamil.
• Jadwal kunjungan ANC wanita hamil dengan
penyakit SLE adalah setiap 4 minggu sekali
dimulai pada usia kehamilan 16 – 28 minggu,
setiap 2 minggu pada kehamilan 28 – 34
minggu dan setiap minggu pada usia kehamilan
diatas 34 minggu. Kunjungan ANC tidak hanya
dilakukan oleh dokter obgyn akan tetapi juga Gambar 13 Rekomendasi medikamentosa SLE
kunjungan rutin ke reumatologist untuk menilai (IRA, 2011)
status SLE dan resiko pada kehamilan (Knight,
2017). Catatan penting selama ANC diantaranya Menurut Rekomendasi IRA (2011) dan dalam jurnal
gejala dan tanda flare dan atau preeklampsia, Knight (2017) Sebaiknya penderita lupus tidak hamil
tekanan darah, urinalisis, TFU dan DJJ. dalam kondisi berikut ini:
• Medikamentosa: • Hipertensi pulmonal yang berat (Perkiraan PAP
Menurut Knight (2017) dalam tulisannya tentang sistolik >50 mm Hg atau simptomatik)
“Management of Systemic Lupus Erythematosus • Penyakit paru restriktif (Forced Vital Capacity
during Pregnancy” medikamentosa yang aman <1 Liter)
selama masa kehamilan dan laktasi untuk • Gagal jantung sedang-berat (fraksi ejeksi
mempertahankan remisi atau pengobatan ventrikel kiri <40%)
flare adalah Hidroskiklorokuin (belum tersedia • Gagal ginjal kronis (Kr >2.5-2.8 mg/dl) Stage 4
di Indonesia), azathioprine, cyclosporine dan dan 5
takrolimus. Dosis kortikosteroid diusahakan • Hipertensi yang tidak terkontrol
sekecil mungkin yaitu tidak melebihi 7,5 mg/ • Adanya riwayat preeklamsia berat sebelumnya
hari prednison atau setara (Knight, 2017’ IRA, pada kehamilan <28 minggu atau sindroma
2011). Penggunaan asprin dan paracetamol HELLP (Hemolitic anemia, elevated liver function
untuk mengontrol simptom SLE juga aman test, low platelet) walaupun sudah diterapi
digunakan selama kehamilan. Metotreksat dengan aspirin dan heparin
dan siklofosfamid kontraindikasi digunakan • Stroke dalam 6 bulan terakhir
selama kehamilan dan masa laktasi (Knight, • Kekambuhan lupus berat dalam 6 bulan terakhir
2017). Penderita SLE yang hamil dan beresiko • Pengaruh kehamilan pada SLE terhadap fetus
mengalami preeklampsi dapat diberikan obat adalah adanya kemungkinan peningkatan risiko
antihipertensi seperti labetolol, metildopa terjadi fetal heart block (kongenital) sebesar
dan atau nifedipine sebagai pilihan pertama 2%.49 Kejadian ini berhubungan dengan adanya
pengobatan. Penggunaan ACEI (Angiotensin antibodi anti Ro/SSA atau anti La/SSB.
Converting Enzymes Inhibitor) dan ARB Perencanaan dan pemantauan kehamilan sampai
(Angiotensin II receptor Blockers) harus distop proses persalinan harus diupayakan bersama dengan
penggunannya selama masa pra-konsepsi para ahli (spesialis kebidanan, reumatolog, imunolog,
karena dapat meningkatkan resiko cacat penderita maupun keluarganya). Monitor aktivitas
kongenital. Untuk penderita SLE dengan penyakit dan laboratorium wajib dilakukan selama
gangguan ginjal penggunaan ACEI dapat kehamilan maupun pasca persalinan, termasuk di
dilanjutkan hingga awal-awal masa kehamilan dalamnya: IgM dan IgG anti cardiolipin antibodi,
diketahui (tes kehamilan pertama positif setelah lupus antikoagulan, antibodi anti Ro/SSA dan anti
HPHT) dan diganti dengan antihipertensi La/SSB. Keberhasilan kehamilan dan persalinan
Buku Ilmiah Fetomaternal
220
Persalinan pada Wanita Hamil dengan Penyakit Lupus (SLE)

tergantung pada semua faktor yang telah disebutkan sekitar 5 mg. Vitamin D juga penting dikonsumsi
di atas. selama masa prakonsepsi sekitar 10 µg Vitamin D
Wanita penderita SLE dikategorikan menjadi 3 setiap harinya untuk tumbuh kembang tulang dan
kelompok sehingga memudahkan perencanaan gigi janin. Suplemen lain yang tak kalah penting
kehamilan dan pendekatan serta managemen dalam untuk dikonsumsi penderita SLE yang merencanakan
menghadapi kehamilan dan persalinan nantinya. kehamilan adalah kalsium, karena efek jangka
Antara lain: panjang penggunaan KS sebagai terapi SLE adalah
• SLE remisi atau stabil. Pemberian terapi terjadinya osteoporosis. Studi meta-analisis baru-
disesuaikan dengan kondisi pasien dan aman baru ini menunjukkan bahwa setidaknya wanita yang
untuk merencanakan kehamilan akan hamil harus mengonsumsi asupan kalsium 1
• SLE stadium awal atau dalam keadaan aktif. gram perhari sehingga dapat mengurangi > 50%
Pada kondisi ini penderita SLE dianjurkan resiko preeklampsia dan 25 % resiko persalinan
untuk menunda kehamilan dan menggunakan preterm (Knight, 2017).
kontrasepsi yang efektif. Pemberian Disamping pemberian suplemen, edukasi
imunosupresif seperti Hydroxychloroquine dan prakonsepsi yang perlu diberikan pada penderita
atau azathioprine dapat dipertimbangkan dan SLE adalah edukasi umum mengenai gaya hidup,
aman untuk kehamilan. stop merokok dan konsumsi alkohol, menjaga BB
• SLE dengan disfungsi organ berat termasuk ideal agar meningkatkan peluang untuk sukses hamil
dalam kategori yang dikontraindikasikan untuk serta mengurangi resiko kejadian keguguran dan
hamil karena dapat menngancam kehidupan ibu komplikasi kehamilan lainnya (diabetes gestasional)
dan janin. Penderita SLE kategori ini disarankan (Knight, 2017).
untuk adopsi dan surrogacy (donor ovum) Penting juga untuk pemeriksaan dan skrining
(Khan, 2017). TORCH (Toxoplasma Rubella Cytomegalovirus
Penderita SLE dengan APS yang merencanakan dan Hepatitis) serta vaksinasi MMR (Measles,
kehamilan perlu mengonsumsi aspirin hal ini Mumps, Rubella) yang dilakukan 1 bulan sebelum
terutama dianjurkan pada penderita yang memiliki merencanakan kehamilan (Knight, 2017).
riwayat penyulit obstetri sebelumnya seperti riwayat Metoda kontrasepsi untuk SLE. Kontrasepsi
kematian janin yang tidak diketahui penyebabnya yang dapat dianjurkan kepada para penderita
pada usia kehamilan ≥ 10 minggu, lahir preterm lupus sangatlah terbatas, dan masing-masing
< 34 minggu karena preeklampsia, eklampsia harus diberikan secara individual, tergantung
atau insufisiensi plasenta (BBLR) atau mengalami kondisi penderita. Kontrasepsi oral merupakan
abortus berulang pada usia kehamilan <10 minggu pilihan bagi penderita dengan keadaan yang stabil,
sebanyak ≥ 3 kali berturut-turut. Jika riwayat pernah tanpa sindrom antifospolipid (APS). Kekhawatiran
mendapatkan aspirin pada kehamilan sebelumnya penggunaan kontrasepsi oral ini sebelumnya adalah
mengalami keguguran maka LMWH (Low Molecuar kekambuhan penyakit akibat hormon estrogen
Weight Heparin) perlu dipertimbangkan. Pemberian yang ada dalam pil kontrasepsi, namun penelitian
ini dimulai dirutinkan selama kehamilan hingga mendapatkan bukti ini sangat lemah. Kontrasepsi
6 minggu post-partum (Knight, 2017). Jadi dapat oral merupakan kontraindikasi pada penderita SLE
disimpulkan dari penelitian Knight (2017) bahwa dengan APS karena dapat mengakibatkan trombosis.
pemberian aspirin dosis rendah 75 mg dari usia Sementara penggunaan intra uterine device (IUD)
kehamilan 12 minggu dan selama kehamilan pada pada penderita yang mendapat kortikosteroid
penderita SLE dapat mengurangi resiko kejadian atau obat imunosupresan tidak direkomendasikan,
preeklampsia. karena risiko terhadap infeksi, sehingga pilihan
Selain itu, penderita SLE yang merencanakan hanya terbatas pada kondom. Depomedroxy
kehamilan juga perlu mengonsumsi vitamin dan progesteron acetate (DMPA) dapat merupakan
mineral seperti intake asam folat 400 µg setiap suatu pilihan, namun akhir-akhir ini dikhawatirkan
hari dimulai dari 3 bulan prakonsepsi hingga adanya kemungkinan efek negatifnya pada masa
usia kehamilan 3 bulan. Hal ini bertujuan untuk tulang (menimbulkan osteoporosis), sehingga hanya
mengurangi resiko defek tabung saraf janin yang diberikan berdasarkan
dikandung. Akan tetapi pada penderita SLE yang indikasi tiap-tiap individu, contohnya mereka
pernah menggunakan Metotreksat selama terapi SLE dengan kelainan perdarahan dan keterbelakangan
memerlukan dosis asam folat yang lebih tinggi yaitu mental, DPMA merupakan pilihan yang terbaik.
Buku Ilmiah Fetomaternal
221
Dovy Djanas

Konsultasi dengan para ahli sangat penting untuk lebih dianjurkan untuk melahirkan secara normal
menentukan pilihan kontrasepsi bagi penderita pervaginam. Akan tetapi faktanya dari penelitian
lupus, masing-masing harus didasarkan atas aktivitas didapatkan persalinan SC lebih dominan (>30%,
penyakit, faktor risiko terhadap trombosis dan OR 1.7). Metode persalinan SC pada penderita
osteoporosis, gaya hidup dan kepercayaan masing- SlE merupakan faktor resiko tambahan untuk
masing individu (IRA, 2011; Lateef, 2013). terjadinya VTE (Venous Thromboembolism) (OR 2-6.7
dibandingkan dengan persalinan pervaginam). Jadi
Persalinan dengan SLE dapat diambil kesimpulan bahwa SC hanya dilakukan
atas indikasi obstetrik yang ditemukan pada ibu dan
Dalam penelitian Khan (2018) berikut metode pertimbangan janin (Knight, 2017).
persalinan yang dilakukan pada wanita hamil dengan
komplikasi menderita SLE, terlihat dalam grafik DAFTAR PUSTAKA
berikut (lihat gambar 14)
1. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi
Indonesia. (2011) Diagnosis dan Pengelolaan
Lupus Eritamatosus Sistemik. Perhimpunan
Rematologi Indonesia: 1-54.
2. Khan A, Thomas M & Devi S (2018) Pregnancy
complicated by systemic lupus erithematosus
and its outcome over 10 years. Journal of
Obstetrics and Gynaecology 38(4): 476-81.
https://doi.org/10.1080/01443615.2017.1381
673.
3. Knight CL & Nelson-Piercy C (2017)
Management of systemic lupus erythematosus
during pregnancy: challenges and solutions.
Open Access Rheumatology: Research and
Gambar 14. Metode persalinan pada penderita SLE Reviews: 37-53.
(Khan, 2108). 4. Lateef A & Petri M (2013) Managing lu[us
patients during pregnancy. Best Prac Res
Penderita SLE yang hamil beresiko Clin Rheumatol 23(7): 1-20. https://doi.
untuk melahirkan secara dini (preterm) karena org/10.1016/j.berh.2013.07.005.
pertimbangan keselamatan bayi dan janin 5. Mok CC & Lau CS (2003) Pathogenesis of
selama kehamilan terkait SLE. Jika usia kehamilan systemic lupus erythematosus. J Clin Pathol
24 - 34 minggu perlu pemberian injeksi KS IM 56(7): 481-490.
(betamethasone atau dexamethasone) sebagai 6. Hahn BV (2008) Systemic Lupus Erythematosus
profilaks dan pematangan paru janin, idealnya In Harrions principles of internal medicine 17th
diberikan > 24 jam sebelum 7 hari jadwal persalinan edition. New York: McGraw Hill.
preterm. Menurut Knight (2017) penderita SLE
dengan presentasi bayi kepala tanpa penyulit

Buku Ilmiah Fetomaternal


222
PENGAKHIRAN KEHAMILAN PADA PLASENTA AKRETA

Agus Sulistyono

Hemorrhagia postpartum (HPP) masih menjadi kedalaman penembusan plasenta, keterlibatan


penyebab utama kematian maternal pada beberapa pembuluh darah baik yang dari uterus maupun
Negara, terutama Negara berkembang. Penyebab dari pembuluh darah yang lebih bawah, adanya
HPP dapat dibagi menjadi 4 T, yaitu Tonus (kontraksi invasi plasenta di daerah cervix. Penentuan
yang kurang baik, hipotonia, atonia), merupakan tersebut dikenal dengan placental mapping yang
penyebab utama HPP. Trauma (perlukaan jalan lahir, dipergunakan untuk menentukan teknik / jenis
mulai dari perineum, vagina, cervix maupun uterus operasi yang akan dikerjakan, perlu tidaknya
yang ruptur), Tissue (adanya jaringan yang tidak konsultasi dengan departemen lain (Urologi, bedah
bisa keluar pasca persalinan) dan Thrombin (Faktor thorax dan kardiovaskuler, anastesi / intensivist atau
kelainan pembekuan darah, jarang terjadi). departemen yang lain) dan penentuan kapan saat
Hipototonia dan atonia sudah dapat operasi dikerjakan berdasar placental mapping dan
ditangani dengan baik dengan pemberian obat-obat usia kehamilan.
uterotonika, penanganan secara mekanis dengan Penanganan plasenta akreta terdiri dari
kompresi bimanual maupun kompresi Aorta ataupun penanganan konservatif dengan mempertahankan
pemasangan kondom-kateter untuk kompresi uterus, yaitu dengan meninggalkan plasenta in situ,
langsung ke bekas implantasi plasenta. mengambil (mengevakuasi) plasenta dan menjahit
Penyebab jaringan (tissue), adanya placental site, kompresi uterus dengan cara
penempelan berlebihan plasenta pada dinding menjahit dan mengikat uterus sampai melakukan
uterus, bisa menempel ringan (plasenta akreta), histerektomi, baik sub total maupun total yang sering
sedang, yaitu menembus myometrium (plasenta disertai perluasan operasi ke buli-buli, ataupun
inkreta) dan bisa pula menembus sampai kadang- organ-organ sekitar uterus.
kadang keluar dari lapisan serosa (plasenta perkreta)
yang bila menembusnya berlebihan, maka plasenta SAAT PENGAKHIRAN KEHAMILAN
bisa juga menempel / menembus jaringan sekitar
uterus (buli-buli, intestine dan organ sekitar uterus Pengakhiran kehamilan dengan plasenta akreta
yang lain. Penembusan plasenta ke dinding uterus idealnya dilakukan secara elektif yaitu terencana saat
utamanya di daerah sumbu bawah Rahim (SBR) yang pengakhirannya berdasar placental mapping dan
bagian anterior, yaitu di daerah bekas luka irisan usia kehamilan, selanjutnya dikerjakan oleh tim yang
operasi seksio sesaria sebelumnya., sehingga factor terdiri dari beberapa disiplin ilmu dan di Rumah Sakit
risiko terjadinya plasenta ada 2 hal yang terbanyak, dengan perawatan ICU yang mampu menangani
yaitu riwayat operasi sesar sebelumnya dan lokasi secara intensif saat post operasi. Operasi darurat
implantasi plasenta di daerah bekas irisan di SBR dikerjakan bila ada perdarahan, kontraksi uterus atau
(plasenta previa). Kewaspadaan plasenta akreta ketuban pecah dini (Lihat gambar 1)
yaitu bila ada bumil dengan riwayat seksio sesaria
pada persalinan sebelumnya dan adanya plasenta
previa. Adanya peningkatan frekuensi operasi sesar,
maka dapat dimengerti kalau plasenta akreta juga FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SAAT PERSALINAN
meningkat, dan akan makin meningkat pada tahun- PADA PLASENTA AKRETA
tahun mendatang.
Risiko perdarahan yang massif saat persalinan
PENATALAKSANAAN PLASENTA AKRETA atau kehamilan pada plasenta akreta akan
meningkat seiring dengan meningkatnya usia
Hal penting dalam penatalaksanaan plasenta akreta gestasi. Rekomendasi saat persalinan sebaiknya
adalah penegakan diagnosis yang benar sebelum diperhitungkan dengan pertimbangan risiko
dilakukan tindakan. Penentuan lokasi plasenta, morbiditas karena perdarahan dan juga risiko

Buku Ilmiah Fetomaternal


223
Agus Sulistyono

Gambar 1 Makin meningkatnya usia gestasi, meningkatkan risiko maternal pada


manajemen plasenta akreta. (Haunschild & Lyell, 2017)

Tabel1 Risiko persalinan pada plasenta akreta berdasarkan usia kehamilan

Singkatan : GA, Gestational Age. RR, Relative Risk; RDS, Respiratory Distress Syndrome; QALY, Quality-
adjusted Life Year.
*nilai referensi
a
setelah pemberian kortikosteroid
b
QALY dengan amniosentesis untuk menilai maturasi paru

persalinan darurat karena terjadi perdarahan pada plasenta akreta dibanding previa saja. (Tabel 1)
termasuk di tempat (Rumah Sakit) yang suboptimal. Dari penelitian Warshak dkk dari 62 kasus
Perdarahan postpartum merupakan penyebab dugaan plasenta akreta yang dibuktikan hasil
utama dari morbiditas dan mortalitas plasenta patologi postoperatif, direncanakan operasi antara
akreta. Perkiraan perdarahan pada plasenta akreta 34-35 minggu. Didapatkan 22 (35%) memerlukan
rata-rata 2000-3000 mL. Hampir semua operasi operasi emergensi sebelum 34 minggu dikarenakan
plasenta akreta memerlukan transfusi. 18 karena perdarahan antepartum (22%), 1 orang
Risiko perdarahan meningkat seiring dengan karena ada kontraksi Rahim (5%) dan 3 orang
meningkatnya usia gestasi, dengan risiko perdarahan karena denyut jantung abnormal (14%). Sedangkan
darurat pada plasenta previa saja diperkirakan 4,7% pada 9 ibu yang direncanakan pengakhiran setelah
pada 35 minggu, 15% pada 36 minggu, 30% pada 35 minggu, 4 ibu (44%) dilakukan operasi darurat
37 minggu dan 59% pada 38 minggu. Sehingga karena perdarahan.
rekomendasi guideline NICHD/SMFM adalah antara Penelitian tahun 1995 yang dilakukan pada
36 – 37 minggu 6 hari untuk kasus plasenta previa. anggota Society for Perinatal Obstetricians, setelah
Pada plasenta akreta risiko perdarahan makin dini 35 minggu pengakhiran kehamilan 93% karena

Buku Ilmiah Fetomaternal


224
Pengakhiran Kehamilan pada Plasenta Akreta

perdarahan dan 4 dari 8 (50%) kematian maternal diakhiri pada usia 34 – 36 minggu
terjadi setelah pengakhiran usia kehamilan 36 Dari 77 pasien dengan plasenta akreta pada salah
minggu. satu senter plasenta akreta yang merencanakan
pengakhiran kehamilan pada usia 36 minggu,
FAKTOR PREDIKTOR PENGAKHIRAN LEBIH DINI didapatkan persalinan yang lebih dini, yaitu 38 (49%)
dilahirkan secara emergensi, yaitu 24 (63%) terjadi
Prediksi terjadinya persalinan lebih dini perlu perdarahan, 12 (32%) karena adanya kontraksi uterus
diperhatikan, karena dapat menyebabkan terjadinya dan ketuban pecah dini pada 2 (5%) kasus. (Tabel 2)
persalinan sebelum saat yang ditentukan. Faktor
yang paling berperan disini adalah panjang canalis CESAREAN HYSTERECTOMY.
cervicalis. Faktor yang jarang adalah adanya ketuban
pecah dini, adanya kontraksi Rahim dan denyut Morbiditas dan mortalitas cesarean hysterectomy
jantung janin yang tidak normal. cukup besar, sehingga dianjurkan untuk melakukan
Pada plasenta previa, bila cervical length (CL) pengakhiran kehamilan lebih awal dan terjadual,
nya lebih pendek berhubungan dengan lebih sering cesarean hysterectomy darurat meningkatkan
terjadi perdarahan dan pengakhiran lebih dini. Cut morbiditas dan mortalitasnya karena dikerjakan
off panjang CL belum didapatkan keseragaman. Dari saat persiapan yang kurang dan kemungkinan lokasi
penelitian Stafford 2010, 68 pasien plasenta previa Rumah Sakit saat dilakukan operasi kurang optimal.
dengan panjang CL ≤ 30 mm dibandingkan > 30 Dibandingkan dengan histerektomi non obstetrik,
mm secara transvaginal pada kehamilan 32 minggu, hysterectomy peripartum meningkatkan risiko
berhubungan dengan peningkatan risiko perdarahan perlukaan bladder (9% vs 1%), ureter (0,7% vs
(73% vs 28%) dan persalinan emergensi (76% vs 28%). 0,1%), reoperasi (4% vs 0,5%), trnsfusi (46% vs 4%),
Sedangkan menurut penelitian Zaitoun dkk yang infeksi luka operasi (10% vs 3%) dan tromboemboli
melibatkan 18 pasien, dengan panjang CL <30mm vena (1% vs 0,7%). Sedangkan wanita yang
akan diikuti dengan persalinan cesar emergensi mengalami cesarean hysterectomy dengan indikasi
sebanyak 16 (89%) pada usia kehamilan < 34 minggu. plasenta akreta memiliki nilai morbiditas yang
Berdasarkan analisis regresi logistik, kemungkinan lebih tinggi dibandingkan yang dikarenakan atonia
perdarahan yang diikuti persalinan adalah 10-20% uteri, yaitu peningkatan perlukan bladder (OR
bila panjang CL 50-60 mm dan menjadi 60-100% bila 3,61), ureter (OR 2,87) dan organ lain (OR 2,10),
CL-nya <10-15 mm. pada Cl > 30 mm kemungkinan peningkatan ini dikarenakan adanya perubahan
terjadinya perdarahan 28%. struktur anatomi, jaringan yang lebih rapuh atau
Hasil yang berbeda didapat pada penelitian adanya neovaskularisasi. Cesarean hysterectomy
Polat yang khusus pada plasenta previa perkreta pada placenta akreta juga meningkatkan kejadian
yang dilakukan histerektomi, dari 61 pasien plasenta sistotomi sebanyak 14-18% pada plasenta akreta
akreta dengan batasan panjang CL ≤ 20,5 mm dan inkreta sedangkan pada perkreta meningkat
dan > 20,5 mm, didapatkan hasil rata-rata umur menjadi 38-50%. Komplikasi cesarean hysterectomy
kehamilan yang hampir sama, yaitu 35,7 (±2,6) secara umum adalah demam postoperatif (11%),
minggu sebanyak 32 pasien dan 34,7 (±2,9) minggu ileus (5,6%) dan <3% perlukaan usus, abses vaginal
sebanyak 29 pasien. Sehingga persalinan dianjurkan cuff, infeksi luka operasi, deep vein thrombosis,

Tabel 2 Luaran plasenta previa berdasarkan panjang CL dengan cut-off 30 mm

Buku Ilmiah Fetomaternal


225
Agus Sulistyono

tromboflebitis septik dan kematian maternal. 5. Shellhaas C, Gilbert S, Landon M et al.


Cesarean hysterectomy pada plasenta akreta yang The frequency and complication rates of
dikerjakan secara terencana akan mengurangi hysterectomy accompanying cesarean delivery.
morbiditas dibanding secara darurat, baik dalam Obstet Gynecol. 2009;114:224-229
hal jumlah perdarahan, jumlah transfusi darah, 6. Stafford I, Dashe J, Shivvers S et al.
komplikasi postpartum maupun perawatan di ICU. Ultrasonographic cervical length and risk of
hemorrhage in pregnancies with placenta
REFERENSI previa. Obstet Gynecol. 2010;116:595-600
7. Warshak CR, Ramos GA, Eskander R. et al.
1. Brennan D, Schulze B, Chetty et al. Surgical Effect of predelivery diagnosis in 99 consecutive
management of abnormally invasive placenta: cases of placenta accrete. Obstet Gynecol.
a retrospective cohort study demonstrating the 2010;115:65-69
benefits of standardized operative approach. 8. Wright J, Devine P, Shah M et al. Morbidity and
Acta Obstet Gynecol Scand. 2015;94:1380-1386 mortality of peripartum hysterectomy. Obstet
2. O’Brien J, Barton J, Donaldson E. The Gynecol. 2010;115:1187-1193
management of placenta accrete: Conservative 9. Zaitoun M, El Behery M, Abd El Hamed A et al.
and operative strategies. Am J Obstet Gynecol. Does cervical length and the lower placental
1996;175:1632-1638 edge thickness measurement correlates with
3. Polat M, Kahramanoglu I, Senol T et al. Shorter clinical outcome in cases of complete placenta
the cervix, more difficult the placenta percreta previa? Arch Gynecol Obstet. 2011;284:867-873
operations. J Matern Fetal Neonatal Med.
2015;15:1-5
4. Shamshiraz A, Fox K, Salmanian B et al.
Maternal morbidity in patients with morbidly
adherent placenta treated with and without a
standardized multidisciplinary approach. Am J
Obstet Gynecol. 2015;212:218.e1-9

Buku Ilmiah Fetomaternal


226
Asuhan Prenatal: Apa yang dapat Dilakukan pada Kehamilan
dengan Kelainan Autoimun?

Vaulinne Basyir
Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang Sumatra Barat Indonesia

PENDAHULUAN Tabel 1 Kemunculan Penyakit Autoimun Selama


Kehamilan6
Penyakit autoimun merupakan kelainan multisistem
kronis dan seringkali menyerang wanita usia
produktif dan subur. Peningkatan diagnostik
dan perawatan selama masa kehamilan telah
meningkatkan kualitas hidup pasien, sehingga
kehamilan dengan autoimun sudah mulai menjadi
umum. Perubahan hormon selama masa kehamilan
menghasilkan variasi imunologi dalam perjalanan
penyakit ini. Beberapa tipe penyakit autoimun
dapat membaik selama kehamilan, tipe lainnya
relatif tidak berubah atau menjadi lebih buruk
selama kehamilan.1-3 Namun demikian, kehamilan
dengan kelainan autoimun sangat berisiko tinggi
karena implikasi jangka panjang dari gangguan ini
pada ibu dan janin. Lebih lanjut, proses kehamilan
juga akan terancam berbahaya karena adanya
keterlibatan organ dan adanya antibodi yang bersifat
“otomatis”. Oleh karena itu, kehamilan dengan
kelainan autoimun masih dianggap hal yang tabu
baik di negara maju maupun di negara berkembang.4
Saat ini, telah terjadi peningkatan dalam pelayanan Selama kehamilan, faktor imunologi yang
kesehatan termasuk konseling pra-konsepsi selama berperan dalam perbaikan gejala penyakit
kehamilan oleh dokter kandungan sehingga asuhan autoimun rheumatoid arthritis (RA) dan multiple
prenatal pada ibu hamil dengan kelainan autoimun sclerosis belum dapat dipahami sampai saat ini.
dapat dilakukan dengan optimal. Menariknya, pada beberapa kasus, kondisi biologis
proses pembentukan plasenta yang berlangsung
KEHAMILAN DENGAN KEMUNCULAN PENYAKIT normal dapat mendorong adanya toleransi
AUTOIMUN antibodi terhadap antigen janin sehingga dapat
meningkatkan keberlangsungan kehamilan pada ibu
Penyakit autoimun dapat mempersulit kehamilan hamil dengan RA. Namun, sebagian besar penyakit
karena adanya perubahan yang kompleks secara autoimun tidak membaik selama kehamilan. Seorang
imunologis. Sistem imun ibu harus menghindari wanita dengan systemic lupus erythematosus (SLE)
penolakan terhadap adanya janin (semi allogenic umumnya memiliki perjalanan penyakit yang tidak
fetus), akibat adanya kemampuan imunokompeten dapat diprediksi dan beresiko lebih tinggi mengalami
dalam melawan infeksi dan upaya membersihkan komplikasi kandungan (misal, persalinan prematur
sel-sel abnormal (misal, pra-kanker) yang dapat dan kematian janin). Respon autoimun pada wanita
berbahaya bagi ibu dan janin.5 Dalam kondisi dengan SLE ini dapat menjadikan janin sebagai
hamil, gejala penyakit autoimun dapat membaik, target ketika autoantibodi melewati plasenta, misal
memburuk atau tidak menunjukkan gejala apapun. pada kejadian neonatal lupus syndrome (NLS) dan
Ini bergantung pada spesifiknya penyakit autoimun neonatal thyrotoxicosis.7
(Tabel 1).6 Heterogenitas cacat imun pada penyakit
autoimun terlihat dalam kemunculan respon

Buku Ilmiah Fetomaternal


227
Vaulinne Basyir

yang bervariasi dari masing-masing penyakit penyakit dan perbaikan meningkat pada trimester
yang muncul selama proses kehamilan. Penyakit kedua dan ketiga. Sampai saat ini belum ditemukan
autoimun ini mendorong peningkatan reaksi bukti bahwa RA meningkatkan risiko aborsi spontan,
imun akibat ketidakmampuan sistem imun dalam persalinan prematur atau preeklampsia.11 Hench
mengatur regulasi sel T dan B. Sel T dan sel B dkk.12 menduga bahwa kortisol plasma yang
mengenali peptida asing yang menempel pada meningkat selama kehamilan merupakan faktor
permukaan sel yang dipresentasikan oleh molekul yang menyebabkan terjadi perbaikan RA selama
major histocompatibility complex (MHC), yaitu kehamilan, namun hasil penelitian Ostensen dkk.13
human leukocyte antigens (HLA).8 Autoimun dapat menunjukkan bahwa tidak ada korelasi diantara
terjadi pada individu yang secara genetika memiliki perubahan konsentrasi kortiso; dan aktivitas
kemampuan pengenalan antigen tubuh sendiri RA selama kehamilan. Hasil penelitian Bijlsma
sebagai peptida asing oleh sel T atau sel B ketika faktor dkk.14 menunjukkan bahwa hormon estrogen
lingkungan atau faktor lain memicu hal tersebut. dapat memperburuk kondisi RA. Nelson dkk.15
Sebagian besar penyakit autoimun dikaitkan dengan menunjukkan bahwa peningkatan peredaran
satu atau lebih gen HLA kelas II polimorfik karena gen protein bebas selama kehamilan yang menyebabkan
ini yang berperan mempresentasikan peptida asing peningkatan kemunculan penyakit autoimun. Jadi,
ke sel T dan sel B untuk dieliminasi. Sebagai contoh, respon imun ibu terhadap antigen HLA paternal yang
HLA-DRB1*03 (Caucasians) dan HLA-DQB1*0303 diinduksi kehamilan, diduga memiliki peran penting
(Chinese) dikaitkan dengan penyakit autoimun dalam kemunculan penyakit autoimun termasuk RA
Graves.9 (Gambar 1).7,15-16
Beberapa tahun belakangan telah dilakukan
penelitian terkait hormon seks dan pengaruh ASUHAN PRENATAL PADA KEHAMILAN DENGAN
imunologis terhadap kemunculan penyakit PENYAKIT AUTOIMUN
autoimun. Hasil penelitian menggunakan model
hewan menunjukkan adanya peran estrogen dalam Penyakit autoimun pada kehamilan menimbulkan
pemicu perkembangan penyakit autoimun ini selama banyak situasi sulit selama proses diagnosis dan
kehamilan. SLE lebih sering terjadi pada wanita yang perawatan bagi dokter kandungan. Diagnosis kondisi
menggunakan pil KB dan wanita pascamenopause autoimun pada kehamilan tetap merupakan tugas
yang menggunakan terapi hormon.10 Sebagian besar yang menantang karena gejala umum dan tanda-
penyakit autoimun (selain SLE) tidak menunjukkan tanda kehamilan menyamarkan manifestasi penyakit
insiden pada wanita selama masa reproduksi.10-11 autoimun, seperti SLE. Kelelahan, lemahnya kondisi
Pada wanita hamil dengan penyakit autoimun janin selama kehamilan awal, perubahan kulit,
RA, 75% kehamilan disertasi dengan tanda perbaikan anemia dan trombositopenia merupakan pertanda

Gambar 1 Hipotesis mengenai perbaikan RA selama kehamilan7

Buku Ilmiah Fetomaternal


228
Asuhan Prenatal: Apa yang dapat Dilakukan pada Kehamilan dengan Kelainan Autoimun?

umum untuk kondisi kehamilan dan SLE.9 \ tercapai.


• Kehamilan pada pasien dengan penyakit 2. Selama kehamilan, obat-obatan yang diresepkan
autoimun berisiko tinggi. oleh dokter untuk mengatasi penyakit autoimun
• Perawatan ibu hamil dengan penyakit autoimun disarankan diberikan dalam dosis yang rendah
juga bukan hal yang mudah karena variasinya atau diganti dengan yang lebih aman. Misalnya,
obat-obatan sehingga sifat farmakokinetik obat- kortikosteroid (obat anti inflamasi) diresepkan
obatan dapat memengaruhi proses absorpsi dalam dosis serendah mungkin selama
yang memengaruhi lambung dan memperberat kehamilan untuk mengurangi risiko ibu hamil
kerja ginjal.7 mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi),
• Seringkali kehamilan dengan penyakit autoimun diabetes gestasional, osteoporosis, ketuban
diberikan imunosupresan, namun ternyata pecah dini atau persalinan prematur, serta
pemberian imunosupresan dapat meningkatkan mengurangi risiko bayi mengalami masalah
risiko teratogenik pada janin diawal kehamilan. pertumbuhan di dalam rahim.
Oleh karena itu diperlukan imunosupresan 3. Beberapa dokter mungkin akan meresepkan
yang dimodifikasi.7 antikoagulan, seperti aspirin atau heparin
• Penyakit autoimun bersifat tidak stabil selama dosis rendah pada penyakit autoimun RA
kehamilan dan tentu saja parah atau tidaknya untuk mencegah pembentukan gumpalan
penyakit ini dipengaruhi oleh induksi dan darah selama kehamilan. Obat-obatan ini
perubahan hormon serta imulogi selama biasanya diresepkan pada ibu hamil dengan
kehamilan.7 kondisi autoimun positif terhadap sindrom
• Pemberian steroid yang merupakan landasan antifosfolipid, yaitu gangguan autoimun yang
umum dalam penatalaksanaan terhadap menyebabkan pembekuan darah abnormal.
kondisi ini, justru diketahui dapat memperburuk Komplikasi dari sindrom antifosfolipid pada
hipertensi ibu, menyebabkan diabetes, kehamilan dapat berupa keguguran berulang,
bahkan dapat menyebabkan terhambatnya kematian saat melahirkan, dan preeklamsi.
pertumbuhan janin.7 4. Berolahraga. Olahraga dapat membantu
• Pemantauan intensif terhadap pasien antenatal mengurangi kelelahan dan mencegah kekakuan
dengan penyakit autoimun terbukti mencegah sendi pada wanita dengan penyakit autoimun.
komplikasi ibu dan janin.7 Dokter diharuskan membantu pasien dalam
• Penggunaan rutin prednisolon selama kehamilan menentukan olahraga apa yang aman bagi
masih kontroversi. kehamilan, serta latihan ringan yang tepat bagi
• Hasil penelitian menunjukkan apabila penyakit kondisi pasien.
autoimun ini tidak memburuk (tidak aktif) maka 5. Mengkonsumsi suplemen tambahan seperti
angka kelahiran bayi hidup dilaporkan mencapai asam folat. Asam folat terbukti mengurangi
65-85%.7,18 cacat lahir. Dokter kandungan disarankan
merekomendasikan agar pasien mengonsumsi
Berdasarkan NYU Langone Health17 dan beberapa setidaknya 400 mcg asam folat setiap hari
jurnal hasil penelitian15,18, asuhan prenatal pada ibu selama tiga bulan sebelum pembuahan dan
hamil dengan penyakit autoimun dapat dilakukan selama kehamilan.
dengan: 6. Membatasi kafein. Dokter disarankan untuk
1. Melakukan penyuluhan terhadap wanita meminta pasien membatasi kafein selama
dengan penyakit autoimun yang ingin hamil kehamilan. Kafein dapat menurunkan aliran
untuk melakukan pemeriksaan secara intensif. darah ke plasenta. Plasenta merupakan organ
Setidaknya selama enam bulan sebelum yang memberi makan bayi di dalam rahim,
kehamilan. Wanita dengan penyakit autoimun sehingga konsumsi kafein dapat menyebabkan
yang rutin melakukan pemeriksaan dan gawat janin dan bayi kekurangan nutrisi yang
mengalami remisi, biasanya memiliki risiko biasanya ditunjukkan oleh detak jantung bayi
komplikasi kehamilan yang rendah. Biasanya yang tidak normal. Konsumsi kafein harus kurang
selama masa pemeriksaan rutin sebelum dari 200 mg/hari.
kehamilan, dokter akan memberikan obat- 7. Apabila pasien merokok, maka dokter akan
obatan yang disesuaikan sehingga remisi meminta untuk berhenti merokok. Merokok

Buku Ilmiah Fetomaternal


229
Vaulinne Basyir

dapat menyebabkan cacat lahir dan beberapa 9. Harrington LE, Hatton RD, Mangan PR, Turner H,
komplikasi kehamilan seperti: preeklampsia, Murphy TL, Murphy KM, Weaver CT. Interleukin
keguguran, dan persalinan prematur. 17‐producing CD4+ effector T cells develop via a
lineage distinct from the T helper type 1 and 2
KESIMPULAN lineages. Nat Immunol. 2005;6:1123–32.
10. Annunziato F, Cosmi L, Santarlasci V, Maggi
Asuhan prenatal pada ibu hamil dengan kelainan L, Liotta F, Mazzinghi B, et al. Phenotypic and
autoimun dapat dilakukan dengan beberapa cara: functional features of human Th17 cells. J Exp
rutin melakukan pemeriksaan, penggunaan obat- Med. 2007;204:1849–61.
obatan dengan dosis rendah, konsumsi suplemen 11. Cosmi L, Maggi L, Santarlasci V, Capone M,
tambahan, olahraga, membatasi kafein dan berhenti Cardilicchia E, Frosali F, et al. Identification of
rokok. a novel subset of human circulating memory
CD4(+) T cells that produce both IL‐17A and
DAFTAR PUSTAKA IL‐4. J Allergy Clin Immunol. 2010;125:222–30.
12. Hench PS. The ameliorating effect of pregnancy
1. Adams KM, et al. The changing maternal “self” on chronic atrophic (infectious rheumatoid)
hypothesis: a mechanism for maternal tolerance arthritis, fibrositis, and intermittent
of the fetus. Placenta 2007;28(5–6):378–382. hydrarthrosis. Mayo Clin Proc 1938;13:161–167.
[PubMed: 16934327] 13. Ostensen M. Glucocorticosteroids in pregnant
2. Ando T, et al. Intrathyroidal fetal microchimerism patients with rheumatoid arthritis. Z Rheumatol
in Graves’ disease. J Clin Endocrinol Metab 2000;59 Suppl 2:II/70–II/74.
2002;87(7):3315–3320. [PubMed: 12107242] 14. Bijlsma JW, Huber-Bruning O, Thijssen JH.
3. Anolik JH. B cell biology and dysfunction in Effect of oestrogen treatment on clinical and
SLE. Bull NYU Hosp Jt Dis 2007;65(3):182–186. laboratory manifestations of rheumatoid
[PubMed: 17922667. arthritis. Ann Rheum Dis 1987;46(10):777–779.
4. Chan GW, Mandel SJ. Therapy insight: [PubMed: 3318724].
management of Graves’ disease during 15. Nelson JL. Your cells are my cells. Scientific
pregnancy. Nat Clin Pract Endocrinol Metab American 2008;298(2):72–79.
2007;3(6):470–478. [PubMed: 17515891] 16. Lombardelli L, Logiodice F, Aguerre‐Girr M,
5. Costenbader KH, et al. Reproductive and Kullolli O, Haller H, Casart Y, et al. Interleukin‐17‐
menopausal factors and risk of systemic lupus producing decidual CD4+ T cells are not
erythematosus in women. Arthritis Rheum deleterious for human pregnancy when they
2007;56(4):1251–1262. [PubMed: 17393454] also produce interleukin‐4. Clin Mol Allergy.
6. Piccinni MP, Lombardelli L, Logiodice F, Ornella 2016;14:1. doi:10.1186/s12948‐016‐0039‐y.
K, Paola P, Sergio R. How pregnancy can affect 17. NYU Langone Health. Preparing for pregnancy
autoimmune diseases progression?. Clin Mol with autoimmune diseases. https://nyulangone.
Allergy (2016) 14:11. o rg /co n d i t i o n s /a u to i m m u n e - d i s e a s e s -
7. Vengetesh PM, Hebbar S, Rai L. Autoimmune in-pregnancy/treatments/preparing-for-
diseases in pregnancy: maternal and pregnancy-with-autoimmune-diseases. 2019.
fetal outcomes. International Journal of 18. Figueiredo SS, Araujo JS, Kozan JEM, Santos
Reproduction, Contraception, Obstetrics and NCL, Tanganeli V. Rhizomelic chondrodysplasia
Gynecology. 2015,4(1):9-14. punctata: a case report and brief literature
8. Lo YM, et al. Quantitative analysis of the review. Radiol Bras. 2007;40:69-72.
bidirectional fetomaternal transfer of
nucleated cells and plasma DNA. Clin Chem
2000;46(9):1301–1309. [PubMed: 10973858]

Buku Ilmiah Fetomaternal


230
ADAKAH UPAYA PENCEGAHAN PADA HIDROPS FETALIS?

Bambang Rahardjo
Divisi Kedokteran Fetomaternal Obsteri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya – Malang

Pendahuluan Basques sekitar 30% Rh negative, sedangkan pada


ras kulit hitam sekitar 4-8% Rh negative. 45% Rh
Hidrops Fetalis didefinisikan sebagai akumulasi cairan positif merupakan homozygote sedangkan 55%
yang abnormal pada paling tidak 2 kompartemen dari Rh negative merupakan heterozygote dimana
janin. Hal ini merupakan implikasi dari kelebihan konsekuesinya ada peluang 50:50 keturunannya
cairan tubuh yang ditunjukkan dengan adanya merupakan Rh positif. Jika pertama kali ibu Rh
akumulasi cairan ekstraseluler pada jaringan dan negative dan janin Rh positif, maka ada resiko 16%
serosa. Secara umum digambarkan dengan adanya antigen Rh janin akan menstimulasi system immune
gambaran edema seluruh tubuh dan efusi pada dua maternal untuk menghasilkan anti-D antibody. Respon
atau lebih cavitas serosa seperti pericardial atau efusi immune pertama kali umumnya mengandung IgM
pleura dan acites. Tiga mekanisme utama terjadinya anti-D dimana karena berat molekulnya besar maka
hydrops fetalis adalah anemia intrauterine, gagal tidak dapat melewati placenta sehingga tidak terjadi
jantung intrauterine dan hypoproteinemia. Selain itu hemolysis pada janin. Pada kehamilan selanjutnya
juga ada hubungan causal dengan kelainan structural, dimana jika janin Rh positif maka terjadi respon
kelainan kromosom, dan skeletal dysplasia. immune yang cepat dimana banyak mengandung Ig
Prevalensi dari hydrops fetalis sekitar 1 : 1000- G anti-D dengan berat molekul lebih kecil dimana
14000 kelahiran. Ada dua jenis hydrops fetalis yaitu akan mudah melawati placenta dan menyebabkan
immune hydrops fetalis dan non-immune hydrops hemolysis dan anemia janin. Kebanyakan pada kasus
fetalis. Prognosis dari non-immune hydrops fetalis Rh Isoimmunization menyebabkan hemolitik ringan
sangat jelek dimana hanya sekitar 20-33% janin yang atau sedang, hanya 20-25% yang terjadi hemolitik
selamat. Sedangkan prognosis immune hydrops fetalis berat dan menyebabkan immune hydrops in utero.
lebih baik dimana sangat tergantung dari diagnosis Selain antibody anti-RhD, ada alloantobodi lain yaitu
dini dan tindakan yang dilakukan selanjutnya. anti Rhc dan anti-K, walaupun frekwensinya lebih
Diperkirakan angka kejadian non-immune hydrops jarang. Efek utama dari anti-K adalah supresi produksi
fetalis lebih dari 90% kasus. Hal yang juga penting sel darah merah pada janin dibanding hemolysis.
adalah jenis hydrops fetalis apakah immune ataukah Dalam kaitan dengan pencegahan immune
non-immune hydrops fetalis. Yang penting untuk hydrops fetalis, diperlukan skreening alloantibody
membedakan jenis tersebut adalah ada atau tidaknya terhadap sel darah merah pada kehamilan. Skreening
antibody maternal terhadap antigen sel darah merah dikerjakan pada umur kehamilan 12-16 minggu
janin. Untuk itu dapat dilakukan indirect Coomb test. dengan pemeriksaan alloantibody golongan darah
Mengingat prognosa yang buruk pada kasus ABO dan grup Rh. Hal ini dapat dibantu dengan
hydrops fetalis terutama pada non-immune hydrops pemeriksaan fenotip ayah. Sedangkan genotip janin
fetalis, menjadi tantangan kita untuk mencari peluang dapat dilakukan dengan pemeriksaan PCR free fetal
upaya preventif yang mungkin bisa dikerjakan. DNA dari sirkulasi maternal. Skreening alloantibody
dapat diulang pada trimester kedua tiap 4 minggu
Pembahasan sampai aterm. Positif jika didapatkan kadar anti-D >
Immune Hydrops Fetalis 4 IU/ml; anti-c > 7,5 IU/ml dan kadar berapapun dari
anti-K.
Dikatakan immune hydrops fetalis jika dijumpai Beberapa kejadian dapat berpotensi untuk
gambaran hydrops pada janin dan disertai antibody terjadi sensitisasi, antara lain amniosintesis atau
terhadap sel darah merah janin pada sirkulasi maternal. CVS maupun cordosintesis, APH, versi luar, trauma
Hal ini menyebabkan terjadinya alloimunisasi. Upaya abdomen, intervensi in-utero, bahkan partus
pencegahan yang sudah banyak dikenal adalah pada pervaginam maupun CS. Profilaksi diberikan injeksi Ig
immune hydrops fetalis sebagai akibat dari maternal- anti-D 125 IU IM paling lambat 72 jam setelah kejadian
fetal Rhesus (Rh)-blood group incompatibility. yang dicurigai terjadi sensitisasi. Jika kehamilan lebih
Pada ras Caucasian sekitar 15% Rh negative, ras dari 20 minggu, maka pemberiaan Ig anti-D sebaiknya
Buku Ilmiah Fetomaternal
231
Bambang Rahardjo

disesuaikan dengan hasil tes jumlah volume IV. Jika tranfusi lebih dari 15 ml, lebih praktis jika
darahccccccc janin yang masuk ke sirkulasi maternal Ig anti-D diberiksan secara IV. Dilanjutkan dengan
(tes Kleihauer). Jika hasil tes mengindikasikan jumlah pemeriksaan FMH dengan interval 48 jam dan
darah janin yang masuk sirkulasi maternal (FHM) > selanjutnya dosis lanjutan Ig anti-D dapat diberikan
2 ml maka dosis Ig anti-D harus disesuaikan. Pada sampai ada konfirmasi sel darah merah janin sudah
perdarahan recurrent atau intermitten, minimal bersih dari sirkulasi maternal. Jika lebih dari 1 unit
diberikan Ig anti-D dengan dosis 500 IU dengan tranfusi darah maka diperlukan red cell exchange
interval 6 minggu. untuk mengurangi jumlah sel darah merah RhD
Sebelum diperkenalkannya pemberian Ig positif dan mengurangi dosis yang diperlukan untuk
anti-D secara rutin (dosis standart 500 IU) pada pemberian Ig anti-D.
tahun 1970, hemolitik disease pada janin dan bayi
baru lahir di UK sekitar 46/100.000 kelahiran hidup. Non-immune Hydrops Fetalis
Setelah pemberian rutin Ig anti-D, maka angka
kematian menurun menjadi 1,6/100.000 kelahiran Disebut Non-immune hydrops fetalis jika tidak
hidup. Pemberian rutin Ig anti-D rutin dapat didapatkan antibody terhadap sel darah merah
diberikan pada semua wanita dengan Rh negative pada sirkulasi maternal. Insiden sekitar 1 per 4000-
yang belum tersensitisasi. Dapat diberikan dua dosis 5000 kelahiran hidup, dimana insiden ini banyak
pada kehamilan 28 dan 34 minggu dengan dosis 500 ditemukan pada waktu pemeriksaan USG pada
IU atau dosis tunggal pada usia kehamilan 28-30 trimester 1 dan 2. Penyebab dari non-immune
minggu dengan dosis 1500 IU. Pemberian profilaksis hydrops fetalis (NIHF) sangat beragam, dimana
ini harus diinformasikan jika pasien akan menjalani kebanyakan adalah idiopatik, sedangkan penyebab
tranfusi. terbanyak yang dapat diidentifikasi adalah kelainan
Sedangkan pada kasus setelah persalinan pada kardiovasuler (sekitar 17-33% kasus), diikuti kelainan
wanita dengan Rh negative, perlu diambil contoh kromosom (sekitar 14-16% kasus), dan kelainan
darah tali pusat untuk pemeriksaan golongan darah hematologi (sekitar 4-12% kasus). Sedangkan sisanya
ABO dan Rh. Jika hasil meragukan maka harus anggap lebih jarang lagi dan lebih sukar untuk dikenali.
bahwa bayi mempunyai golongan Rh positif, sehingga Kelainan jantung janin merupakan penyebab
perlu diberikan Ig anti-D dengan dosis minimum terbanyak dari NIHF. Memang tidak ada yang
500 IU dalam waktu 72 jam setelah persalinan. pasti bentuk kelainan jantung mana yang akan
Pemeriksaan sampel darah maternal untuk menyebabkan hydrops. Yang jelas mekanisme
konfirmasi golongan darah ABO dan status RhD serta utama terjadinya hydrops adalah karena terjadi
skreening Fetomaternal Haemorrage (FMH) dalam gagal jantung kongestif disertai overload cairan.
waktu 2 jam setelah persalinan. Pemberian IG anti-D Kelainan jantung structural yang disertai hydrops
dengan dosis 500 IU dapat dipakai pada FMH sekitar mempunyai prognosis yang sangat buruk. Sedangkan
4 mL. Dosis dapat ditambahkan dengan perhitungan kelainan jantung berupa arrhythmia seperti SVT,
dosis tambahan 125 IU tiap 1 ml sel darah merah atrial flutter, heart blok, dan bradyarrythmia
janin. Jika dideteksi FMH >4 mL, maka pemeriksaan mempunyai prognosis yang lebih baik. Pemberian
sampel darah maternal dilakukan dalam waktu obat-obatan yang memperbaiki irama jantung dan
72 jam setelah pemberian IM Ig anti-D dan dalam menguatkan otot pompa jantung dapat mencegah
waktu 48 jam setelah pemberian IV untuk konfirmasi terjadinya hydrops. Gangguan kromosom yang
pembersihan sel darah merah janin dari sirkulasi sering disertai NIHF adalah Turner syndrome, dimana
maternal. Sedangkan pada kasus dugaan FMH dalam selalu dijumpai cystic hygroma. Selain itu kelainan
jumlah besar, maka lebih dipilih pemberian Ig anti-D struktur janin juga dapat menyebabkan hydrops
secara IV untuk dosis besar maupun ulangan. Jika seperti skeletal dysplasia, kelainan GIT, kelainan
intraoperative cell salvage dilakukan pada Caesarean genitourinary maupun kelainan neurogical.
section, Ig anti-D 1500 IU segera diberikan jika bayi Sedangkan pada kelainan hematologi, mekanisme
Rh positif dan dilakukan skreenig FMH pada ibu. utama terjadinya hydrops adalah anemia berat
Pada kasus tranfusi dengan menggunakan yang menyebakan high-output cardiac failure.
darah RhD positif pada wanita dengan RhD negative Anemia janin dapat disebabkan kelainan struktur
yang belum tersensitisasi, dapat diberikan Ig anti-D Hb (seperti thalassemia α), perdarahan pada janin
dengan dosis 125 IU/ml sel darah diberikan IM (seperti perdarahan intracranial), hemolysis (seperti
atau diberikan 100 IU/ml sel darah jika diberikan defisiensi G6PD), maupun kegagalan pembentukan
Buku Ilmiah Fetomaternal
232
Adakah Upaya Pencegahan pada Hidrops Fetalis?

eritrosit karena kerusakan sumsum tulang belakang adalah dengan pemberian Ig anti-D pada maternal
(seperti pada infeksi parpovirus B19). Pada dengan Rh negative dimana dapat menurunkan
infeksi kongenital, banyak organisme yang dapat angka mortalitas janin secara bermakna. Untungnya
menyebabkan timbulnya hydrops seperti syphilis, untuk negara kita ibu dengan Rh negative sangat
CMV, Rubella, parpovirus B19, toxoplasma, herpes jarang. Sedangkan pada kasus non-immune hydrops
simplex, dan coxsackievirus. Mekanisme yang fetalis dimana penyebabnya sangat heterogen, upaya
mungkin terjadi adalah anemia janin karena supresi pencegahan lebih sulit untuk dikerjakan. Deteksi dini
pembentukan eritrosit, miokarditis janin, maupun kelainan pada ibu maupun janin yang berpotensi
hepatitis janin. Dengan memahami kemungkinan akan menyebabkan terjadinya hydrops sangatlah
mekanisme yang terjadi pada NIHF, maka kita punya penting. Prenatal screening dan konseling dapat
peluang untuk mencegah terjadinya hydrops fetalis. dikerjakan, meliputi riwayat personal dan keluarga,
Strategi pencegahan pada kasus non-immune hydrops tes golongan darah ABO dan Rh, indirect Coomb test,
fetalis sangat tergantung dari etiologinya. Sebagai dan serologi penyakit infeksi kronis serta penyakit
contoh, hydrops fetalis yang disebabkan kelainan metabolik maternal.
irama jantung seperti SVT sehingga menyebabkan
gagal jantung kongestif. Timbulnya hydrops fetalis Daftar Pustaka
dapat dicegah dengan pemberian obat-obatan
untuk mengatur irama jantung janin. Sedangkan 1. Bianci DW., Crombleholme TM., D’Alton ME.,
pada kasus infeksi seperti infeksi Parvovirus B19, Malone FD., 2010. Fetology: diagnosis and
toxoplasmosis, syphilis, CMV, dan varicella dapat pula management of the fetal patient. 2nd ed. Mc
menimbulkan hydrops fetalis dimana umumnya juga Graw Hill Medical, p 885-899
dijumpai gambaran hepatomegaly, splenomegaly 2. Kilby MD., Oepkes D., Johnson A., 2013. Fetal
dan acites. Pada kondisi ini, strategi pencegahan Therapy: scientific basis and critical appraisal
yang paling mungkin dilakukan adalah dengan of clinical benefits. Cambrige University press,
melakukan prenatal screening terutama pada wanita p 55-66
yang mempunyai resiko. Pada gangguan hematologi 3. Creasy RK., Resnik R., Iams JD., Lockwood CJ.,
seperti thalassemia, dapat menyebabkan timbulnya Moore TR., 2009. Maternal-Fetal medicine;
hydrops fetalis pada 7% kasus. Faktor etnis punya Pinciples and Practice, 6nd ed., vol. 1, Saunders,
peran dalam hal ini. Sebagai contoh pada thalassemia p 477-517
alfa homozygote, 55,1% terjadi non-immune hydrops 4. Berghella V., 2007. Maternal-Fetal evidence
fetalis yang didiagnosa setelah 20 minggu kehamilan based guidelines. Informa UK Ltd, p 327-351
di China Selatan. Sehingga peran screening pre 5. Queennan JT., 2004. Management of high risk
konsepsi sangatlah penting. pregnancy. 5nd ed., Blackwell science Inc., p 419-
Selain hal tersebut diatas, tidak ada strategi 432
pencegahan yang spesifik untuk kasus non-immune 6. Crowther CA., Keirse MJ., 2000. Anti-D
hydrops fetalis. Pemeriksaan post mortem pada administration in pregnancy for preventing
janin dengan non-immune hydrops fetalis yang rhesus alloimmunisation. Cochcrane Data Base
berakhir dengan kematian akan sangat membantu Syst. Rev., 2: CD00020
kita dalam menentukan penyebabnya. Hal ini tentu 7. Moise KJ., 2005. Red blood cell alloimmunisation
akan sangat membantu dalam konseling genetic dan in pregnancy. Semin. Hematology; 42: 169-178
memperkirakan resiko recurrent. Bahkan pada kasus 8. Moise KJ., 2002. Management of Rhesus
non-immune hydrops fetalis idiopatik, walaupun alloimmunisation in pregnancy. Obst. Gynaecol.,
sangat jarang tapi masih memungkinkan terjadi 100: 600-611
kekambuhan. 9. Kumpel BM., Elson CJ., 2001. Mechanism
of anti-D mediated immune suppression: A
Kesimpulan paradox awaiting resolution?. Trends Immunol.
22: 26-31
Hydrops fetalis berkontribusi besar pada morbiditas 10. Rise CH., Bofill JA., Le M., Martin RW., 2005.
maupun mortalitas perinatal. Jenis yang paling Non-immune hydrops fetalis: prenatal diagnosis
banyak adalah non-immne hydrops fetalis dimana and perinatal outcome. J Miss State Med Assoc:
pada jenis ini justru prognosisnya lebih jelek. Upaya 46-99
pencegahan hydrops fetalis yang banyak dikenal 11. Samuels P., Ludmir J., 1990. Non-immune
Buku Ilmiah Fetomaternal
233
Bambang Rahardjo

hydrops fetalis: A heterogenous disorder and


therapeutic challenge. Semin Roentgenol., 25:
353
12. Iskaros J., Jauniaux E., Rodeck C., 1997: outcome
of non-immune hydrops fetalis diagnosed
during the first half of pregnancy. Obstet
Gynaecol, 90(3): 321-5

Buku Ilmiah Fetomaternal


234
ASPEK GENETIK PADA PREEKLAMSIA

Johanes C. Mose

Divisi Fetomaternal KSM/Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP Dr. Hasan sadikin Bnadung

Pendahuluan Varian rs1799963 dari gen coagulation factor II (F2)


atau prothrombin memiliki OR 1,95 (95% CI 1,43-
Preeklamsi merupakan komplikasi kehamilan 2,66).
yang berat yang berdampak pada tingginya angka Varian rs1799889 dari gen serpin peptidase inhibitor
kematian ibu dan perinatal. Angka kejadiannya (SERPINE atau dikenal sebagai plasminogen activator
bervariasi antara 5-8% di Negara maju, sedangkan di inhibitor type I) memiliki OR 1,17 (95% CI 1,03-1,33).
Negara berkembang bisa bervariasi antara 8-12%.(1,2) (6)

Sampai saat ini penyebab utamanya belum Variasi genetik terkait sistem renin-angiotensin
diketahui secara pasti, sehingga upaya pencegahan Varian Angiotensin Converting Agent (ACE)
dan pengobatannya masih belum memuaskan. rs4646994 dilaporkan mempunyai risiko Odds
Preeklamsi diyakini disebabkan oleh interaksi yang sebesar 1,20 (95% CI 1,08-1,34). (6)
kompleks dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Variasi genetik terkait pada stress oksidatif
Preeklamsi sering ditemukan pada wanita dalam Ada 3 varian dari NOS3 (nitric oxide synthase 3)
keluarga yang ibunya pernah mengalami preeklamsi. yang diteliti namun tidak satupun yang bermakna
(3,4,5)
Lebih lanjut ditemukan bahwa kejadian kejadiannya pada preeklamsi.(6)
preeklamsi sangat bervariasi diantara pelbagai ras, Variasi genetik yang terkait pada inflmasi
interaksi genetiknya sangat kompleks serta belum Varian gen cytotoxic T-lymphocyte-associated
jelas varian gen mana yang paling dominan.(1) protein 4 (CTLA4) rs2312775 dilaporkan memiliki OR
Makalah ini bertujuan untuk menyampaikan 1,24 ((95% CI 1,01-1,52).(6)
rangkuman hasil penelitian metaanalisis mengenai Variasi genetik terkait metabolism lemak
variasi genetik yang berhubungan dengan preeklamsi Varian gen lipoprotein lipase (LPL) rs268 dilaporkan
(6)
serta laporan terakhir (14 Desember 2018) tentang mempunyai OR 2,42 (95% CI 1,25-4,68) .(6)
penelitian variasi genetik preeklamsi di populasi Dari pemaparan hasil penelitian metaanalisis
Amerika Latin.(7) Variasi genetik terkait koagulasi dan diatas diatas terlihat bahwa terdapat 7 variasi dari
fibrinolisis 6 gen yang terlibat pathogenesis preeklamsi yaitu:
Dua varian gen coagulationfactor V (FV) yatu : variasi rs 6025 dan rs6020 dari gen FV ; rs1799963
rs 6025 dan rs6020 dilaporkan bermakna kejadiannya dari gen F2 ; rs 1799889 dari gen SERPIN 1 ;
pada preeklamsi dengan OR masing-masing 1.94 rs4646994 dari gen ACE; rs2317745 dari gen CTLA4;
(95% CI 1,56-2,45) dan 1,94 (95% CI 1,05 – 3,60). dan rs268 dari gen LPL.(6)

Gambar 1 Odds Ratio (95% CI) dari variasi genetik yang berhubungan dengan preeklamsi. (A) 7 variasi genetik
yang bermakna kejadiannya pada preeklamsi. (B) Semua variasi genetik yang pernah diteliti tapi tidak bermakna
kejadiannya pada preeklamsi. (6)

Buku Ilmiah Fetomaternal


235
Johanes C. Mose

Kebanyakan variasi genetik yang ditemukan gen yang terkait dengan Pro dan Anti Inflamasi; 10
juga merupakan faktor risiko bagi penyakit gen yang terkait dengan DNA repai, apoptosis dan
kardiovaskuler sehingga diduga bahwa preeklamsi detoksifikasi; 19 gen yang terkait dengan pembuluh
dan penyakit kardiovaskuler memiliki faktor genetik darah; 7 gen ang terkait dengan metabolisme lemak
yang sama. (6) dan karbohidrat. (gambar 1)(7)

Suatu laporan penelitian tentang variasi Selanjutkan, dikemukakan adanya kelompok


genetik di polpulasi Amerika Latin (7) dihubungan gen yang bersifat sebagai factor risiko preeklamsi (16
dengan pathogenesis preeklamsi menurut teori two- gen) dan kelompok yang lain yang berfungsi sebagai
stage model dari Redman(8) yang dilanjutkan dengan factor pencegah preeklamsi (7 gen). Gen MTHFR bisa
four and six-stage model untuk melibatkan seluruh dikelom[okan kedalam factor ridiko maupun factor
aspek imun dari preeklamsi.(9) pencegah preeklamsi, (gambar 2). (7)
Ditemukan 6 gen yang terkait dengan gen
MHC (Major histocompatibility complex) ; 26

Gambar 2 Enam tahap patogenesis preeklamsi menurut Redman


dan 5 kelompok gen yang terkait dengan kejadian preeklamsi.(7)

Gambar 3 Pengelompokan gen dan variasi genetik yang terkait dengan faktor
risiko genetik dan faktor genetik pencegah preeklamsi. (7)

Buku Ilmiah Fetomaternal


236
Aspek Genetik pada Preeklamsia

Simpulan 3. Sutherland A, Cooper DW, Howie PW, Liston


WA, MacGillivray I. The indicence of severe pre-
Kejadian preeklamsia sudah lama diketahui eclampsia amongst mothers and mothers-in-
berhubungan dengan faktor keluarga (familial), law of pre-eclamptics and controls. Br J Obstet
sehingga sangat dicurigai berhubungan erat dengan Gynaecol 1981;88:785–91.
faktor genetik. Sudah banyak penelitian genetik yang 4. Chesley LC, Cooper DW. Genetics of
dilakukan untuk menemukan kandidat gen yang hypertension in pregnancy: possible single gene
menjadi penyebabnya. Namun demikian, kejadiannya control of pre-eclampsia and eclampsia in the
kecil dan upaya replikasinya memberikan hasil yang descendants of eclamptic women. Br J Obstet
tidak konsisten. Kebanyakan variasi genetik yang Gynaecol 1986;93:898–908.
ditemukan juga merupakan faktor risiko bagi penyakit 5. Nilsson E, Salonen RH, Cnattingius S,
kardiovaskuler sehingga diduga bahwa preeklamsi Lichtenstein P. The importance of genetic and
dan penyakit kardiovaskuler memiliki faktor genetik environmental effects for pre-eclampsia and
yang sama. Tidak ada satupun gen yang secara gestational hypertension: a family study. BJOG
tersendiri menjadi penyebab preeklamsi. Preeklamsi 2004;111:200–6.

adalah suatu kelainan genetik kompleks. Interaksi 6. Buurma AJ, Turner RJ, Driessen JHM, Moyaart
beberapa SNP secara sendiri atau berkombinasi AL, Schoones JW, Bruijn JA, Bloemenkamp
dengan faktor lingkungan merupakan patogenesis KWM, Dekkers OM, Baelde HJ. Genetic variants
preeklamsi yang diterima saat ini. in preeclampsia: a meta-analysis. Human
Reprod update 2013;19:289-303.
Daftar rujukan 7. Michita RT, Kaminski VDL, Chies JAB. Genetic
variants in preeclampsia : Lessons from studies in
1. Steegers EA, von Dadelszen P, Duvekot Latin-America Populations. Front Physiol 2018.
JJ, Pijnenborg R. Preeclampsia. Lancet | https://doi.org/10.3389/fphys.2018.01771
2010;376:631-44. 8. Redman CW. The six stages of pre-
2. Vata PK, Chauhan NM, Nallathanbi A, Hussein F. eclampsia. Pregnancy Hypertens. 2014 ; 4 : 246.
Assessment of prevalence of preeclampsia from 9. Redman CW. Immunology of
Dilla region of Ethiopia. BMC Research Notes preeclampsia. Semin. Perinatol.  1991;15: 257–
2015;58:816. 62.

Buku Ilmiah Fetomaternal


237
CERCLAGE VS PESARIUM ARABIN UNTUK MENCEGAH KELAHIRAN PRETERM

Akhmad Yogi Pramatirta


Divisi Fetomaternal KSM/Dep Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Kata Pengantar pasien dengan inkompetensi serviks mendapatkan


kesimpulan bahwa perawatan dengan pesarium
Kelahiran preterm spontan (SPTB) adalah sindrom lebih baik ke arah surgical cerclage dibandingkan
dengan beberapa penyebab. Dua puluh tahun yang mengurangi risiko perdarahan atau sepsis maternal.
lalu, Romero et al, mengklasifikasikan patofisiologi Bahkan pesarium donat telah digunakan dengan
kelahiran preterm spontan ke dalam faktor urin, intensi pencegahan kelahiran preterm spontan, (R.
aktivasi membran desidual dan pelunakan serviks. Romero, pers.comm). Walaupun, pesarium donat
Dengan banyaknya penelitian dan kejadian yang hanya dapat digunakan secara efektif pada prolapse
menjelaskan etiologi kondisi ini, angka kejadian genital ,bukan pada kasus inkompetensi serviks. Hal
kelahiran preterm spontan diketahui telah meningkat ini disebabkan karena pembukaan dalam terlalu kecil
dan ditetapkan sebagai masalah kesehatan global.1,2 untuk enclose atau incline serviks.4,7
Saat ini, pesarium servikal telah digunakan Pesarium dirancang secara khusus untuk
untuk merawat prolapses vagina dan uterus. wanita hamil terutama pada negara Eropa Timur.
Walaupun banyak ahli kandungan yang belum Jiratko et al menjelaskan ‘Mayer Ring Pessary’
mendapatkan pelatihan dalam pemasangan yang dibuat dari kaca organik. Pada 1978, Jorde
pesarium dan tata laksananya, 86% dari mereka dan Hamann di Jerman Timur mengembangkan
meresepkan pesarium untuk indikasi ini di Amerika pesarium yang diharapkan dapat mengelilingi serviks
Serikat dan penggunaannya masih ditampilkan dalam dalam rancangan butterfly shaped, dengan diameter
makalah dalam pengelolaan kondisi ini. Rancangan yang lebih besar melewati sakrum, dan diameter
pesarium yang berbeda asalnya digunakan untuk lebih kecil melewati simfisis. Pesarium ini dibuat
perawatan prolapse genital dan juga digunakan asli dari plastik dan silikon dan telah dibandingkan
secara sporadic untuk mencegah kelahiran preterm dalam dua randomized control trial (RCT), antara
spontan, tetapi hal ini belum dipromosikan secara surgical cerclage dan tanpa intervensi. Namun
aktif oleh pimpinan akademis atau secara formal pada kelompok pasien yang mendapatkan terapi ini
dievaluasi dalam penelitian sampai saat ini.3-5 merasakan ketidaknyamanan karena rasa kaku dan
nyeri selama insersi dan selama terapi.8
Perkembangan Konsep Penggunaan Pesarium Pada akhir 1970, Hans Arabin di Jerman Barat
Untuk Mencegah Kelahiran Preterm Spontan merancang round cone shape pesarium yang dibuat
dari silikon fleksibel. Rancangan ini menyerupai
Laporan awal dalam penggunaan pesarium forniks vagina yang bertujuan mengelilingi serviks
untuk mencegah kelahiran spontan menggunakan sedekat mungkin ke os internal. Pesarium Arabin
model awal yang dirancang untuk merawat dirancang bukan hanya bertujuan untuk menyokong
prolapse genital. Tahun 1959 Cross menjelaskan dan mensupresi, tetapi juga untuk memperbaiki
pengalamannya menggunakan cincin pesarium posisi serviks lebih memutar kearah sacrum.
pada 13 pasien dengan riwayat laserasi serviks, Transabdominal ultrasonografi memperlihat-
inkompetensi serviks atau uterus didelphis, kan secara visual pengurangan atau setidaknya
penelitian ini juga didapatkan dalam penelitian yang stabilisasi saluran serviks setelah penggunaan
dilakukan oleh Dharan dan Ludmir.4,6 pesarium pada beberapa pasien. Rancangan
Vitsky menjelaskan penggunaan pesarium pesarium ini pertama kali dipublikasikan dalam
Hodge pada 7 dari 14 pasien didapatkan buku yang dikarang oleh Kubli dan Arabin dengan
pengurangan tekanan dalam intrauterine yang kesimpulan bahwa pemasangan pesarium memiliki
mencegah penonjolan selaput ketuban di serviks. keuntungan bahwa tindakan anastesi dapat dihindari
Pesarium diduga mengubah inklinasi kanal serviks dengan pelepasan yang mudah tetapi hingga saat
dan menahan serviks, namun teori ini belum ini tidak ada penelitian randomized control trial yang
terbukti secara klinis. Penelitian oleh Oster dan dapat membuktikan keefektifannya.5,8
Javert menggunakan pesarium Hodge pada 29 Pada 1990, Quaas et al, melaporkan studi
Buku Ilmiah Fetomaternal
238
observasional pada 107 pasien, dimana pemasangan kemungkinan serviks membangun derajat ketebalan
pesarium Arabian digunakan untuk menggantikan atau edema, setidaknya pada beberapa pasien.
jahitan pada serviks sebagai terapi profilaksis atau Secara objektif hal ini dikonfirmasi melalui MRI.4,5
sebagai perawatan dan bahkan sebagai intervensi Pesarium juga mengurangi reflek Ferguson
emergensi. Pada 92 % wanita, kehamilan dapat (A. Baschat, pers. Comm) yang mengakibatkan loop
dijaga sampai 36 minggu tanpa komplikasi. Pada feedback postif dimana tekanan dinding serviks atau
pasien pasca pemasangan pesarium diharapkan vagina disampaikan ke hipotalamus dan kelenjar
serviks distal lebih menempel setelah pemasangan pituitari, menyebabkan pelepasan oksitosin dan
pesarium. Acharya et al mendemonstrasikan kontraksi lebih lanjut.4,5
gambaran klinis situasi emergensi pada pasien
dengan dilatasi serviks eksternal, dimana pesarium Berapa ukuran pesarium yang harus digunakan ?
mengakibatkan penutupan serviks.3,5
Ukuran pesarium yang bervariasi memungkinkan
Apa saja mekanisme untuk mencegah kelahiran adaptasi yang lebih baik disesuaikan karakter pasien
premature spontan? secara individu, dan pemlihan yang tepat dari
pesarium didasarkan dari kriteria pragmatis. Perforasi
Terdapat beberapa hipotesa bagaimana pesarium dalam silicon mengakibatkan pengeluaran cairan
Arabin dapat mencegah kelahiran prematur spontan vagina, yang akan berkumpul diantara pesarium dan
dan ketuban pecah dini. Pemeriksaan klinis dan fornix vagina bagian atas. Diameter dalam proksimal
USG menggambarkan bahwa pesarium menekan pesarium Arabin yang digunakan bervariasi antara
serviks dan mengubah inklinasi kanalis servikalis ke 32-35 mm dan diameter distal luar antara 65-70 mm.
uterus. Hal ini didemonstrasikan lebih sistematis dan Juga terdapat variasi dari tinggi pesarium (17, 21
objektif pada studi observasional menggunakan 25, 30 mm), sehingga pesarium dipilih berdasarkan
MRI, yang memperlihatkan pemasangan pesarium ukuran uterus dan bahkan derajat prolaps.5,7,8
mengakibatkan sudut uteroservikal akut yang lebih Secara umum, diameter proksimal 32 mm
dan hal ini menetap selama pesarium tetap in situ. cukup lebar untuk mengelilingi seviks tanpa risiko
Perubahan ini dapat mencegah tekanan langsung laserasi. Diameter 32 mm digunakan jika pesarium
pada membrane di level os servikal internal dan dipasang pada trimester pertama. (pada kasus
pada serviks itu sendiri. Sangat mungkin bahwa berat radical cone biopsy) dan pada trimester kedua atau
uterus diarahkan lebih ke segmen bawah uterus ketiga pada pasien tanpa masalah funneling serviks
daerah anterior.5,8 yang signifikan. Pada pasien dengan funneling
Sebagai tambahan, pesarium dapat serviks lebar berbentuk U- atau V-, diameter dalam
mencegah pembukaan yang lebih jauh pada os proksimal 35 mm disarankan untuk mencegah
internal yang serring berhubungan dengan disosiasi tekanan pada membrane dan untuk mengurangi
amnion dan korion, terlebih saat wanita hamil pelepasan prostaglandin selama penempatan.4,5
berdiri tegak. Diketahui bahwa selaput ketuban janin Pada ibu dengan tubuh mungil dan
sangat rentan terhadap stress mekanik serta lesi primigravida, diameter distal luar 65 mm cukup
inflamasi dan infeksi dengan derajat kerentanan yang untuk pesarium bertahan di dalam vagina.
bergantung dari disposisi genetik. Dampak secara Diameter distal 70 mm dipilih untuk ibu yang lebih
mekanik bervariasi antar beberapa populasi berbeda tinggi atau wanita multipara. Ketebalan 17-21
atau pasien individu dengan manifestasi klinis dari mm digunakan untuk mengurangi efek samping
pembukaan serviks dini.5,9 ketika pesarium digunakan awal pada kehamilan
Hipotesis lainnya pesarium melindungi tunggal, dan pesarium yang lebih tebal yaitu 25 mm
cervical mucus plug. Hal ini dapat dicapai karena digunakan pada pasien dengan uterus yang teregang
pesarium mendukung penempelan jaringan serviks. (kehamilan ganda, polihidramnion), atau bahkan
Penemuan klinis dari beberapa studi memperlihatkan 30 mm pada pasien dengan gejala prolaps uterus
cervical mucus plug memegang peranan penting selama kehamilan. Umumnya pesarium dengan
dalam memelihara kehamilan denag melindungi ukuran besar menyebabkan rasa tidak nyaman pada
kavitas intrauterine dari infeksi dan dapat pasien seperti keputihan yang berasal dari cairan
merangsang timbulnya persalinan. Pemeriksaan yang terkumpul di belakang pesarium.2,5
klinis memperlihatkan semakin lama pesarium tetap
berada di tempatnya selama kehamilan, lebih besar
Buku Ilmiah Fetomaternal
239
Bagaimana Pesarium Dipasang ? dengan air mengalir dan memasukkannya kembali
jika tidak ada hal-hal yang mencurigakan.2,3,5
Serviks harus diperiksa dengan ultrasonografi Pesarium harus dikeluarkan jika ada tanda-
transvaginal dan hasil dari pengukuran panjang tanda abortus imminen, keadaan inpartu dan
serviks, evaluasi pembukaan dan tes spesifik lain akan dilakukan seksio sesarea. Beberapa kontraksi
digunakan dalam beberapa keadaan misalnya jumlah mengindikasikan pengeluaran pesarium dalam
fibronektin atau interleukin. Untuk alasan pragmatis, upaya untuk mencegah peningkatan tekanan pada
disarankan untuk mengambil apusan serviks/ serviks, yang akan mengakibatkan risiko lesi atau
vagina sebelum penempatan pesarium berdasarkan kongesti vena.2,3,5
protokol lokal untuk pasien tanpa pesarium. Biasanya Pada kasus ketuban pecah dini, pesarium
tidak diperlukan tindakan anastesi atau analgesia hanya akan diam di tempatnya ketika korioamnionitis
untuk menunggu hasil swab sebelum pesarium dapat ditangani dan tidak ada kontraksi, terutama
diletakkan.2,3,5 pada tahap awal kehamilan. Pada penelitian oleh
Pesarium ini dilapisi krim antibakteri, gel, Goya dkk, pesarium tetap berada di tempatnya
atau cairan sebagai lubrikasi agar penempatan lebih pada pasien ketuban pecah dini tanpa kontraksi
mudah. Pesarium ditekan antar jempol dan jari –jari atau korioamnionitis. Pembukaan pesarium
dan secara longitudinal masuk ke introitus. Dalam mengakibatkan keluarnya cairan, walaupun jika
vagina pesarium terbuka, sehingga bagian cincin terdapat beberapa risiko infeksi, pesarium disarankan
dalam yang lebih kecil mengarah langsung menuju untuk dikeluarkan.2,3,5
serviks. Bagian proksimal pesarium secara hati-hati
ditekan keatas ke forniks atas sampai mengelilingi Pertimbangan Klinis
seluruh serviks, dan bagian anterior pesarium ditekan
melewati sakrum. Sangat disarankan untuk meminta Apakah skrining ultrasonografi transvaginal harus
pasien berdiri dan berjalan beberapa langkah setelah diimplementasikan untuk seluruh kehamilan tunggal
pemasangan, dan menanyakan beberapa sensasi, masih menjadi perdebatan. Semenjak beberapa
karena seharusnya insersi pesarium selanjutnya studi RCT dan metaanalisis mendemonstrasikan
tidak lagi dirasakan oleh pasien. Beberapa pasien bahwa progesterone vaginal dapat megurangi angka
merasakan sensasi seperti ditekan, dan jika pasien kejadian kelahiran preterm spontan karena panjang
merasakan tidak nyaman maka ukuran dan posisinya serviks yang pendek. Beberapa ahli kandungan
harus diperiksa lagi, baik secara klinis maupun mengklaim pembiaayaan yang efektif dari aturan
pemeriksaan sonografi, atau keduanya untuk ‘screen and treat’, tetapi untuk kebanyakan sistem
mengkonfirmasi serviks seluruhnya menonjol ke kesehatan program skrining yang berkualitas
bagian proksimal. Pemeriksaan dengan spekulum menggunakan ultrasonografi mid trimester untuk
diindikasikan untuk beberapa pasien. Pada pasien mendeteksi panjang serviks yang pendek akan sangat
dengan pembukaan serviks yang lebar, pemeriksaan mahal. Dalam hal scanning, Nicolaides meminta
ekstensif digital harus dihindari. bahwa petugas kesehatan harus terlatih dan hasilnya
subjektif terhadap kualitas asuransi. Untuk itu,
Bagaimana dan Kapan Pesarium Diubah atau harus diaplikasikan untuk mengukur panjang serviks
Dikeluarkan ? dengan TVS, dan bahkan untuk intervensi dengan
aplikasi pesarium.1,4,6
Secara rutin, pesarium dikeluarkan sekitar Goya et al melaporkan RCT multisenter dengan
usia kehamilan 37 minggu. Sebelum dikeluarkan, penggunaan pesarium pada skrining wanita tanpa
disarankan untuk meyakinkan bahwa serviks seleksi dengan TVS dan hasilnya memperlihatkan
terdorong ke dalam pesarium. Ketika ada tanda – pada wanita dengan panjang serviks yang pendek
tanda edema serviks, pasien harus diinformasikan (<25mm) antara 18-22 minggu pesarium mengurangi
bahwa pengeluaran pesarium akan terasa nyeri. angka luaran yang buruk dan pemanjangan waktu
Ada beberapa indikasi umtuk mengeluarkan atau kehamilan dibandingkan dengan kontrol. Dalam
reinsersi pesarium. Jika pasien mengeluh merasa penelitiannya, 385 wanita secara acak mendapatkan
tidak nyaman, atau perdarahan minor, pemeriksaan pesarium (n=192) atau manajemen ekspektatif
speculum atau cervical smear harus dilakukan untuk (n=193). Wanita dengan abnormalitas janin mayor,
mengesampingkan erosi atau laserasi. Disarankan kontraksi uterus regular dan terasa nyeri, perdarahan
untuk mengeluarkan dan membersihkan pesarium vagina aktif, pecah ketuban, plasenta previa,
Buku Ilmiah Fetomaternal
240
Cerclage Vs Pesarium Arabin untuk Mencegah Kelahiran Preterm

atau riwayat biopsy cone atau penjahitan serviks perbandingan secara acak dari tiga manajemen
in situ, tidak termasuk dalam percobaan. Dalam ini, atau kombinasi ketiganya diperlukan untuk
grup pesarium, hanya sedikit kelahiran sebelum 34 mengetahui manajemen yang optimal dari para ibu
minggu (6% vs 27%; relatif risk (RR) 0,24; 95% CI, hamil ini. Keuntungan yang mungkin dari pesarium
0,13-0,43), sebelum 37 minggu (22% vs 59%; RR, adalah pesarium ini dapat diinsersi pada usia
0.36; 95% CI, 0.27-0.49) dan sebelum 28 minggu (2% kehamilan lanjut, ketika tidak ada lagi jahitan, atau
vs 8%;RR, 0,25;CI, 0.09-0.73).1,4,6 saat penjahitan serviks tidak berhasil.1-4
Dalam studi RCT yang lebih kecil, 108 wanita
Asia dengan kehamilan tunggal dan panjang serviks Kehamilan Ganda
< 25mm dengan pemeriksaan rutin TVS trimester
kedua diacak dengan pesarium (n=53) dan grup Dalam suatu studi kontrol, untuk pertama kalinya
kontrol (n=55). Wanita dengan abnormalitas janin pesarium diaplikasikan berdasarkan penemuan
mayor, jahitan operasi sekarang atau kehamilan TVS diperlihatkan pesarium dapat secara signifikan
sebelumnya, adanya dilatasi serviks, kontraksi uterus menurunkan kelahiran spontan prematur pada
yang terasa nyeri, ketuban pecah dini dan bahkan kehamilan ganda dengan panjang serviks yang
riwayat inkompetensi serviks tidak termasuk kriteria. pendek. 23 wanita dengan panjang serviks < 25
Pengamat mencoba tidak memberi tahu pasien mm sebelum 24 minggu cocok dengan 23 wanita
tentang treatment yg dilakukan melalui simulasi yang dirawat dengan pesarium. Angka rata-rata
insersi pesarium pada grup control. Angka rata- umur kehamilan saat kelahiran adalah 35+6 minggu
rata kehamilan saat kelahiran 38,1 minggu pada pada grup pesarium dan 33+2 minggu pada grup
pesarium grup dibandingkan dengan 37,8 minggu kontrol (P = 0,02). Studi yang lain memperlihatkan
pada grup yang diharapkan, tanpa perbedaan yang pengurangan yang signifikan kelahiran spontan
signifikan pada angka rata-rata kelahiran sebelum premature pada monokorionik kehamilan ganda
28, 34, 37 minggu.4 dengan serviks yang pendek (< 25 mm) dimana
Diasumsikan, di masa yang akan datang TVS pesarium dipasang diikuti perawatan laser untuk
servikal pada wanita risiko rendah akan bertambah twin to twin transfusion syndrome, dengan median
besar, relatif lebih sedikit wanita akan datang dengan umur kehamilan saat kelahiran 4 minggu lebih
serviks pendek sebagai satu-satunya indikasi untuk lama dibandingkan grup kontrol. Walaupun
pemasangan pesarium servikal (atau progestron ukuran contoh pada kedua grup sangat kecil (n=8).
atau keduanya).4 Kedua studi menyimpulkan RCT sangat penting
untuk mengevaluasi efektivitas pesarium pada
Kehamilan Tunggal Dengan Riwayat Kelahiran kehamilan ganda. Beberapa percobaan belum ada
Prematur Spontan dan Pemendekkan Serviks. yang menunjukkan 17 hidroksiprogesteron, vaginal
progesteron atau penjahitan memberikan efek yang
Pemeriksaan ultrasonografi transvaginal sedini menguntungkan dalam memperpanjang kehamilan
mungkin penting dengan pertimbangan cut off values ganda.1,4
yang sama digunakan sebelum 20 minggu memiliki
rasio lebih tinggi umtuk kelahiran prematur spontan Pasien Dengan Large Cone Biopsy Sebelumnya
dibandingkan jika dilakukan pada usia kehamilan
selanjutnya. Belum ada RCT yang membandingkan Wanita dalam grup ini harus dirujuk secepatnya
efek pesarium servikal dengan penjahitan ataupun saat kehamilan. Serviks yang sehat terdiri dari 30 %
progesteron. Alfirevic et al membandingkann tiga jaringan otot polos di os internal , tetapi hanya 6 %
studi kohort pada wanita dengan kelahiran prematur di os eksternal. Biopsi cone radikal menghilangkan
spontan sebelumnya < 34 minggu dan serviks bagian yang kaya kolagen pada serviks, dan
pendek yang dirawat dengan penjahitan (n=142), mengganggu integritasnya. Terdapat hubungan
progesteron vaginal (n=59) atau pesarium (n=42). yang signifikan antara prosedur eksisi loop dan
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam risiko kelahiran premature spontan, walaupun tidak
angka kematian perinatal, morbiditas neonatal atau ada hubungan yang signifikan dalam studi ketika
kelahiran prematur spontan, terpisah dari angka perbandingan disesuaikan dengan faktor perancu
yang lebih tinggi dari kelahiran prematur spontan < menggunakan kohort pada wanita yang dilakukan
34 minggu kehamilan dengan progesteron vaginal biopsi selama kolposkopi setelah melahirkan.
dibandingkan grup pesarium. Disimpulkan bahwa Bagaimanapun risiko ini meningkat setelah konisasi
Buku Ilmiah Fetomaternal
241
Akhmad Yogi Pramatirta

atau perawatan berulang pada pasien dengan risiko pemasangan pesarium. Intercourse tidak dilarang
kanker invasf.4-6 dan hasilnya sama antara teori dan grup control RCT
Hingga saat ini, baik profilaksis maupun (Goya et al).4
penjahitan emergensi telah ditemukan gagal untuk Disarankan untuk mengonfirmasi kembali
mengurangi angka kejadian kelahiran prematur penempatan yang benar oleh petugas kesehatan
spontan. Untuk alasan ini, pesarium servikal, atau dan pemeriksaan sonografi setelah insersi pesarium.
dikombinasikan dengan progesterone vaginal dapat Jika terjadi pemindahan letak pesarium, dimana
menjadi pilihan, seperti didemonstrasikan pada studi tergantung dari pengalaman operator dan keahlian
sebelumnya pada 12 wanita dengan satu atau lebih dalam seleksi dan penempatan pesarium dan yang
surgical conization sebelumnya dan panjang serviks dapat bervariasi antar beberapa populasi, dan harus
6-36 mm dirawat dengan pesarium dan tambahan direposisi kembali dengan bantuan pemeriksaan
progesterone jika panjang serviks < 15 mm. Angka spekulum atau dipilih ukuran lain yang sesuai.
rata-rata kehamilan saat kelahiran adalah 37+6 Pesarium harus terletak pada tempatnya sampai
minggu (range 33-41 minggu) dan rata-rata interval sekitar 37 minggu, kecuali ada indikasi utnuk
dari insersi hingga persalinan adalah 181 ( range, 84- dikeluarkan. Pasien harus kontrol kembali ke dokter
219 ) hari atau 24+2 minggu.4 jika merasa tidak nyaman, kontraksi yang nyeri,
perdarahan, atau curiga ketuban pecah dini. Ketika
Kontraindikasi penempatan pesarium sudah benar, pemeriksaan
vagina secara berkala, baik pemeriksaan digital,
Kontraindikasi pemasangan pesarium meliputi spekulum, atau USG tidak diperlukan kecuali jika
adanya kelainan kongenital bayi yang letal, terdapat penemuan yang memengaruhi manajemen
korioamnionitis, nyeri, dan kontraksi uterus regular. selanjutnya.1,8,9
Pada pasien dengan uterus bicollis (dua serviks)
meletakkan pesarium dengan pas adalah suatu hal Apakah Pasien Dengan Pemasangan Pesarium
yang sulit. Pada wanita hamil dengan prolaps ringan Harus Dirawat ?
atau sedang, pesarium servikal akan menimbulkan
perasaan ridak nyaman atau nyeri, walaupun wanita Wanita dengan pemasangan pesarium diindikasikan
dengan prolapse yang lebih berat selama kehamilan hanya karena alasan pemendekan serviks, tanpa
terdapat risiko yang lebih kecil dari prolapse uterus kontraksi, atau faktor komorbiditas lainnya, biasanya
selama pembukaan pesarium. tidak perlu dirawat, terutama jika lingkungan rumah
dan kondisi sosial mendukung. Faktanya, perawatan
Manajemen Pasien Dengan In Situ Pesarium dengan pesarium dapat meyakinkan pasien untuk
tetap tinggal di rumah sebagai ganti perawatan di
Sangat penting utnuk memberi informasi dan rumah sakit. Dengan pemendekkan serviks awal,
menyediakan hasil studi terkini dan sertifikat atau faktor risiko tambahan lainnya, seperti infeksi,
status pesarium. Pesarium Arabin disertifikasi untuk funneling, disosiasi membrane sangat disarankan
mencegah kelahiran prematur spontan di negara pasien untuk dirawat segera, diikuti pemeriksaan
Eropa (Nomor Identifikasi : MED/CERT0482 EN gejala klinis dantampilan serviks menggunakan TVS
ISO13485 Council Directive 93/42/EEC concerning berdasarkan teknik yang dijelaskan.1,8,9
medical services), Skandinavia, Federasi Rusia,
Indonesia, Unit Emirat Arab. Di negara lain tenaga Apakah Tambahan Pengobatan Dapat Diaplikasikan
ahli harus menyediakan informasi dari kolegium ?
untuk mengetahui apakah sertifikat Conformite
Europeenne (CE) diakui atau apakah pasien harus Tidak ada kontraindikasi untuk tambahan
diinformasikan tentang penggunaan off label sampai pengobatan , misalkan indometasin, antibiotik,
perawatan diterima. atau progesteron vaginal. Keputusan diambil
Wanita dan penyedia layanan kesehatan harus berdasarkan terapi pengobatan sebelumnya, selama
diinformasikan mengenai kemungkinan vaginal atau setelah pemasangan pesarium bergantung
discharge dijelaskan bahwa hal tersebut terjadi pada kondisi klinis dan observasi. Pada pasien
karena pengumpulan cairan di belakang pesarium. dengan kehamilan tunggal dan riwayat kelahiran
Kesalahan diagnosis dengan ketuban pecah dini spontan prematur, terapi intramuscular profilasksis
atau infeksi serviks merupakan suatu kontraindikasi dengan 17 hidroksiprogesteron telah dihubungkan
Buku Ilmiah Fetomaternal
242
Cerclage Vs Pesarium Arabin untuk Mencegah Kelahiran Preterm

dengan pengurangan angka kejadian kelahiran Lau TK, et al. Arabin cerclage pessary in the
prematur spontan secara signifikan. Di Amerika management of cervical insufficiency. J Matern
Serikat disarankan untuk dilakukan penjahitan Fetal Neonatal Med. 2012;25(12):2693-5.
jika pasien ini memperlihatkan pemendekkan 6. Care A, Muller‐Myhsok B, Olearo E, Todros T,
serviks. Dapat menjadi pilihan untuk menggunakan Caradeux J, Goya M, et al. Can previous preterm
pesarium servikal sebagai gantinya, tapi data untuk birth classification influence treatment of short
memperbandingkan hal ini belum mencukupi.1,4,6 cervix in a subsequent pregnancy? Comparison

Pada pasien dengan kehamialan tunggal of vaginal progesterone and Arabin pessary.
dan panjang serviks yang pendek, pemasangan Ultrasound Obstet Gynecol. 2018.
pesarium serviks adalah pilihan utama. Jika 7. de Tejada BM. Maternal sepsis complicating
pemeriksaan TVS memperlihatkan pemendekkan arabin cervical pessary placement for the
serviks yang lebih lanjut, penambahan progesteron prevention of preterm birth: a case report. BMC
vaginal dapat dipertimbangkan. Pendekatan Pregnancy Childbirth. 2017;17(1):34.
alternatifnya adalah memulai dengan progesteron 8. Tsikouras P, Anastasopoulos G, Maroulis V,
vaginal dan juga memasukkan pesarium pada Bothou A, Chalkidou A, Deuteraiou D, et al.
pemeriksaan follow up, atau bahkan menyarankan Comparative Evaluation of Arabin Pessary and
keduanya secara simultan jika panjang serviks <15 Cervical Cerclage for the Prevention of Preterm
atau 20 mm.1,4,6 Labor in Asymptomatic Women with High
Pada beberapa pasien dengan funneling Risk Factors. Int J Environ Res Public Health.
ekstrim dan tidak terdapat inner cervical length, 2018;15(4):791.
tetapi memiliki jaringan eksternal servikal yang 9. Wolnicki BG, von Wedel F, Mouzakiti N,
cukup, indometasin dan progesteron vaginal Al Naimi A, Herzeg A, Bahlmann F, et al.
mungkin digunakan selama 24-48 jam sebelum Combined treatment of McDonald cerclage
insersi pesarium dan pasien berada pada posisi and Arabin-pessary: a chance in the prevention
Tredelenburg. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi of spontaneous preterm birth? J Matern Fetal
volume cairan amnion, tekanan pada os internal dan Neonatal Med. 2019:1-9.
pelepasan prostaglandin sebelum insersi pesarium
dan dengan interval aplikasi kortikosteroid serta
mengesampingkan kemungkinan kelahiran dini atau
korioamnionitis progresif yang cepat.

Daftar Pustaka

1. Arabin B, Alfirevic Z. Cervical pessaries for


prevention of spontaneous preterm birth: past,
present and future. Ultrasound Obstet Gynecol.
2013;42(4):390-9.
2. Jachymski T, Bober L, Sieroszewski P. Preventing
premature birth–comparison of a cervical stitch
and Arabin pessary–a pilot study. European
Journal of Obstetrics and Gynecology and
Reproductive Biology. 2016;206:e51-e2.
3. Barinov SV, Shamina IV, Lazareva OV, Tirskaya
YI, Ralko VV, Shkabarnya LL, et al. Comparative
assessment of arabin pessary, cervical cerclage
and medical management for preterm birth
prevention in high-risk pregnancies. J Matern
Fetal Neonatal Med. 2017;30(15):1841-6.
4. Jin X-H, Li D, Huang L-L. Cervical pessary for
prevention of preterm birth: a meta-analysis.
Sci Rep. 2017;7:42560.
5. Ting YH, Lao TT, Wa Law L, Hui SYA, Chor CM,
Buku Ilmiah Fetomaternal
243
Stunting Upaya Pencegahan Sejak Kehamilan

Erna Suparman
Department of Obstetrics and Gynecology
Faculty of Medicine, Universitas Sam Ratulangi
General Hospital Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Stunting merupakan salah satu permasalahan anak dengan prevalensi yang cukup besar di dunia. Prevensi
menjadi kunci utama pada kasus stunting di mana prevensi dini sejak masa kehamilan dapat dilakukan terhadap
ibu hamil.
Stunting (Defisiensi Pertumbuhan Linear) didefinisikan sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yang dialami oleh anak yang diakibatkan oleh pemberian nutrisi yang kurang.
Prevalensi stunting di dunia cukup tinggi mencapai 156 juta anak di seluruh dunia atau mencapai 23% dari
total populasi balita di seluruh dunia. Beberapa factor yang dapat menyebabkan Stunting, adanya restriksi
pertumbuhan fetus dan persalinan prematur, faktor nutrisi, adanya infeksi pada anak.
Pada restriksi pertumbuhan fetus dan persalinan prematur, terdapat adanya hubungan terjadinya stunting pada
bayi dengan kondisi sesuai masa kehamilan. Pada faktor nutrisi & infeksi pada anak. Diduga terdapat paparan
patogen pada intestinal yang menyebabkan terjadinya inflamasi mukosa intestinal sehingga menyebabkan
terjadinya malabsorbsi nutrisi. respon imunologi yang disebabkan karena adanya infeksi yang berulang akan
menyebabkan kebutuhan metabolisme tubuh yang meningkat.
Prevensi stunting selama kehamilan tidak dapat dilakukan hanya dengan satu pendekatan, tetapi memerlukan
berbagai pendekatan yang bersifat holistik dan komprehensif. Pencegahan stunting selama masa kehamilan
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penambahan suplemen yang memiliki dampak pada panjang
bayi pasca lahir, edukasi dan konseling terhadap pemenuhan nutrisi selama masa kehamilan, penanganan dan
penatalaksanaan terhadap infeksi yang sedang terjadi dan penegakan serta advokasi peraturan yang berkaitan.

Buku Ilmiah Fetomaternal


244
Sisi Lain Kematian Bumil Dengan Kelainan Jantung
Kelayakan Untuk Hamil

Hermanto Tri Joewono


Surabaya

Kematian pada bumil/lin dengan penyakit jantung menempati urutan pertama kematian tidak langsung/
nonobstetris/ nonmaternal dan makin meningkat proporsinya pada dekade terakhir. Penyakit jantung
dan peripartum cardiomyopathy merupakan penybab morbiditas dan mortalitas yang dapat dijumpai di
unit perawatan intensif. Angka kejadian dalam kehamilan berkisar 0,1 % di negara maju dan 0,6 di negara
berkembang, tetapi merupakan penyebab kematian maternal tidak langsung terbanyak: 9 % di negara
berkembang dan 36 % di negara maju dan masuk ICU 18 % di Amerika Serikat. Penulis lain menyatakan bahwa
meskipun hanya terjadi pada 1-4 % kehamilan, namun merupakan penyumbang 10-25 % kematian maternal –
dimana terdapat proporsi yang cukup besar yang dapat dicegah terutama pada kelainan bawaan karena makin
banyak anak yang dapat diselamatkan dan menginjak usia reproduksi
Ada beberapa isu penting yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kematian ini diantaranya peningkatan
pemahaman 1. Adanya proporsi yang cukup besar gadis yang menderita penyakit jantung bawaan yang tidak
layak hamil karena dapat membahayakan dirinya 2. Adanya masa rawan perubahan hemodinamik saat hamil
yaitu saat usia kehamilan 34 minggu: hipervolume maksimal, saat mengejan di kala II: peningkatan tekanan
sistolik dan postpartum dini setelah bayi lahir dimana aliran darah balik membebani jantung
Diusulkan pembentukan satu tim multidisiplin di tiap RS yang secara proaktif mendeteksi kasus mana yang 1.
boleh hamil saat prakonsepsi terutama di divisi jantung anak, 2. layak hamil saat hamil muda dan 3. Memerlukan
terminasi kehamilan untuk menyelamatkan ibu. Klasifikasi kelayakan untuk hamil bagi penderita mungkin lebih
cocok dibanding klasifikasi risiko menurut ZAHARA, CARPREG maupun WHO

Buku Ilmiah Fetomaternal


245
DETEKSI KELAINAN MELALUI PENDEKATAN 4 CHAMBER VIEW DAN
PEMBULUH BESAR JANTUNG

Adhi pribadi
Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung
PENDAHULUAN terlalu bermasalah bila menggunakan alat dengan
resolusi yang sangat baik bahkan trimester 1-pun
Cacat jantung bawaan (CHDs) memiliki etiologi dapat mendeteksi kelainan jantung berat, Frekuensi
multifaktorial dan karena itu deteksi prenatal mereka transduser (5 MHz lebih baik dari 3,5 MHz ). faktor
tidak bisa dicapai hanya dengan berkonsentrasi lain yang mempengaruhi pencitraan selama
pada populasi risiko tinggi. Penyaringan USG trimester kedua kehamilan, bahkan di tangan ahli
biasanya dilakukan pada trimester kedua dan masih pemeriksaan jantung yaitu karena habitus tubuh ibu
merupakan cara terbaik untuk mendeteksi cacat dan operasi perut sebelumnya, dan usia kehamilan
jantung. Tanda-tanda penyakit jantung sering tidak dini (terutama bila alat kurang memadai), tetapi
terlihat oleh semua orang, sehingga diperlukan sangat jarang karena posisi janin. Alasan tambahan
pemeriksaan yang teliti dan hati- hati. Pada tahun untuk pemeriksaan yang tidak memadai adalah
1980-an, empat orang diperlukan untuk skrining ‘kekurangan waktu’. Di beberapa pusat layanan
jantung, yang memungkinkan tingkat deteksi obstetri biasanya telah ditentukan target waktu
anomali yang lebih besar. Penggabungan “beberapa tertentu (misalnya 15-20 menit) karena pasien harus
potongan jantung dan pembuluh darah besar telah dilayani relatif banyak. Dalam keadaan ini mungkin
direkomendasikan sebagai bagian dari pemeriksaan tidak ada waktu untuk menunggu janin berubah
skrining rutin. Banyak penelitian di 10 tahun posisinya atau untuk mengubah preset yang berbeda
terakhir telah menekankan pentingnya skrining dari mesin atau menggunakan transduser lainnya.
jantung, tetapi hasil yang dicapai sangat beragam, Perbandingan pendekatan yang digunakan
dengan tingkat deteksi dilaporkan bervariasi dari dalam pemeriksaan yang berbeda yang
5% menjadi 92%, hal ini menandakan pemeriksaan mempengaruhi keakuratan ekhokardiografi janin:
jantung sangat “operator dependent”. Oleh karena 1. Risiko tinggi vs populasi berisiko rendah
itu langkah pemeriksaan dikembangkan oleh 2 dengan prevalensi yang berbeda.
perkumpulan seminat di dunia USG yaitu ISUOG 2. Beberapa penguji berpengalaman vs
dan AIUM untuk standarisasi pemeriksaan jantung. banyak penguji dengan berbagai tingkat
Terdapat 4 alasan cacat jantung tidak terdeteksi, sbb: pengalaman.
3. Perbedaan dan akurasi tindak lanjut
1. Pemeriksaan yang tidak adekuat pascasalin.
4. Pemeriksaan selama kehamilan vs
Pemeriksaan yang tidak adekuat cenderung menjadi pemeriksaan pada waktu tertentu ( misalnya
yang paling umum dari cacat jantung yang tergambar < 15 minggu atau 18 - 20 minggu ).
dalam empat ruang jantung (4CV). Jantung yang 5. Pertimbangan semua cacat jantung vs hanya
diperiksa sering dilaporkan dengan alasan ‘terbatas CHDs berat yang ‘ terdeteksi ‘ pada tampilan
Pemeriksaan karena posisi janin’, sebetulnya dengan 4CV.
merubah sudut pemeriksaan yang dapat dilakukan, 6. Pemeriksaan 4CV vs pemeriksaan lengkap
organ jantung masih dapat diperiksa dengan baik termasuk pembuluh darah besar.
termasuk pemeriksaan irama jantung. Dua masalah
utama yang biasa ditemui: pertama, pemeriksa Solusi
mungkin tidak dapat mendapatkan gambaran
memadai 4CV dilihat dengan posisi janin berbeda 1. Analisis yang optimal dari jantung dapat
dan, kedua, gambar tidak dioptimalkan untuk analisis dicapai dengan perbesaran gambar,
jantung. menggunakan fungsi zoom, sehingga jantung
Aspek teknis lain yang berkontribusi terhadap mengisi sepertiga sampai setengah dari
visualisasi optimal jantung meliputi: usia kehamilan layar, dan dengan penggunaan cine - loop
(20 - 23 minggu adalah lebih baik untuk 16 - 18 untuk menilai fase yang berbeda dari siklus
minggu ) meskipun saat ini usia kehamilan tidak jantung.
Buku Ilmiah Fetomaternal
246
Deteksi Kelainan Melalui Pendekatan 4 Chamber View Dan Pembuluh Besar Jantung

2. Pelatihan untuk mengenalkan gambaran bertambahnya usia kehamilan. Perburukan terjadi


potongan jantung sesuai level. karena bertambahnya kebutuhan janin yang
3. Waktu pemeriksaan yang cukup untuk bertambah seiring pertumbuhan tubuh janin yang
pemeriksaan jantung. memerlukan suplai darah. Khusus kelainan karena
anatomi dapat terdeteksi pada usia kehamilan
2. 4CV Terlihat tapi anomali tidak terdeteksi lebih dini seperti sindrom hipoplastik, ebstein
anomali, AVSD, , univentrikel, dll. Waktu terdiagnosis
‘Lihat empat ruang jantung’ Istilah yang mungkin biasanya berhubungan dengan usia kehamilan yang
menyiratkan bahwa anomali jantung mungkin bertambah, selain lebih terlihat kelainan anatomi
hanya hadir ketika ‘tidak empat ruang’ ditemukan. disertai pula progesivitas perburukan termasuk
Untuk skrining harusnya terdapat batasan yang kardiomegali dan gangguan irama jantung.
jelas cut-off ukuran untuk menentukan kecurigaan
anomali. Seperti cut-off yang hadir untuk struktur Solusi
janin lainnya terutama bila pengukuran yang
digunakan (Misalnya, 10 mm untuk ventrikel serebral Tampaknya tidak mungkin untuk menghindari
lateral, 10 mm untuk cisterna magna, 6 mm untuk anomali yang berkembang intrauterin terdeteksi
menentukan pyelectasia, 2-cm saku cairan amnion hanya dari skrining USG yang dilakukan pada
untuk oligohidramnion, dll). Cut-off untuk jantung waktu tertentu. Dalam banyak kasus terdeteksi,
ditentukan oleh suatu normogram, meskipun kurang bagaimanapun, terutama dengan CHD terisolasi,
familiar di kalangan obstetrikus, hanya akrab pada direncanakan pengiriman ke pusat tersier dengan
spesialis ekhokardiografi janin dan dilupakan, perawatan neonatal yang optimal adalah solusi
atau tidak digunakan, oleh sonographers selama terbaik. Sejak jantung anomali berkembang dalam
pemeriksaan rutin. Ini mungkin alasan kedua kandungan mungkin terlewatkan di kedua skrining
mengapa banyak cacat jantung diabaikan meskipun trimester, jantung janin harus diperiksa jika trimester
teknik pemindaian yang tepat. Banyak operator ketiga dilakukan pemeriksaan Penelitian Yagel, pada
mungkin mengharapkan distorsi parah dari empat awal kehamilan (13-16 minggu), 64% dari CHDs
ruang anatomi atau kardiomegali yang terlihat jelas. terdeteksi, dan meningkat menjadi 81% pemeriksaan
Namun, beberapa jantung cacat ringan terdeteksi ditambahkan pada 20 - 22 minggu dan pemeriksaan
di 4CV sering diabaikan. Deteksi dini hanya dapat tambahan selama trimester ketiga menunjukkan
dibuat dengan pemeriksaan yang hati-hati. Oleh deteksi kumulatif sampai 85% .
karena itu, ketaatan checklist dan pengetahuan
tentang anomali adalah wajib bagi operator di level 4. Anomali tidak terdeteksi pada saat
ini. Namun demikian, beberapa kondisi cacat jantung pemeriksaan “real time”
mungkin diabaikan bahkan oleh para ahli, meskipun
pemeriksaan telah dilakukan hati-hati. Faktor-faktor Hal ini diketahui bahwa pandangan empat ruang
yang disebutkan di Alasan 1 di atas, seperti frekuensi tidak dapat mendeteksi
transduser, usia kehamilan, sudut insonation, waktu seluruh anomali jantung. banyak conotruncal
pemeriksaan dan ibu faktor (misalnya obesitas), anomali berhubungan dengan yang normal empat
mungkin memainkan peran tambahan yang penting ruang anatomi. Oleh karena itu, ini adalah tes skrining
dalam menentukan cacat ringan diabaikan. yang salah untuk sejumlah anomali terutama yang
melibatkan pembuluh darah besar. Pemeriksaan
Solusi tampilan empat-ruang dengan rutin USG akan
kehilangan beberapa anomali jantung parah kecuali
Pemeriksaan tidak hanya mencakup cara temuan tambahan seperti septum ventrikel besar
mendapatkan 4CV tetapi juga pemeriksaan terhadap cacat atau rongga ventrikel kecil yang hadir. Contoh
pembuluh darah besar tetap dilakukan. anomali tersebut termasuk transposisi besar arteri
(Gambar 5), tetralogi Fallot, double-outlet ventrikel,
3. Anomali jantung berkembang intrauterin trunkus arteriosus communis dan gangguan dari
arkus aorta. Mengandalkan real-time four-chamber
Jantung merupakan organ yang dinamis sehingga lihat dapat menyebabkan kasus diabaikan di mana
pada beberapa kasus kelainan kongenital deteksi dapat secara signifikan dibantu oleh Doppler
berkembang menjadi lebih buruk seiring warna, yang paling umum dalam kasus-kasus
Buku Ilmiah Fetomaternal
247
Adhi pribadi

otot ventrikel septal defect dan katup regurgitasi ObstetricsAmirsys.Salt Lake city. 2005.
trikuspid, yang ditemukan di banyak kondisi janin 9. DeVore GR, McGahan JP. Cardiac anatomy and
Beberapa cacat lainnya hanya terdeteksi sonographic approach. Dalam: Nyberg DA,
postnatal, seperti beberapa bentuk koarktasio aorta, McGahan JP, Pretorius DH, Pilu G. Diagnostic
septum sekundum, cacat atrium dan patent ductus imaging of fetal anomalies.Lippincott Williams
arteriosus. Wilkins.Philadelphia.2003.421-50.
10. Pilu G, Jeanty P, Perolo A, PrandstrallerD.
Saran untuk solusi Prenatal diagnosis of congenital heart disease.
Dalam: Fleischer AC, Manning FA, Jeanty
Scan jantung adalah pemeriksaan yang dinamis P, Romero R. Sonography in Obstetrics &
dan tidak boleh hanya menggunakan tampilan 4CV, Gynecology principles and practice 6th. McGraw-
tetapi mencakup pula visualisasi pembuluh besar Hill.New York.2001.p.157-76.
termasuk traktus luaran kiri (LVOT), kanan (RVOT), 3 11. Bianchi DW, Crombleholme TM, D’Altom ME.
pembuluh darah besar (TVV) dan arkus aorta. Empat Fetology diagnosis & management of fetal
potongan tersebut sebaiknya rutin sebagai bagian patient.McGraw Hill. New York.2000.
dari pemeriksaan skrining rutin. Hak pasien yang 12. Rychik J, Ayres N, Cuneo B, Gotteiner N,
menjalani skrining USG untuk memiliki pemeriksaa Hornberger L, Spevak PJ. American society of
yang tepat dan lengkap, termasuk jantung. echocardiography guidelines and standards
for performance of the fetal echocardiogram
Daftar Pustaka (American society of echocardiography report).
J Am Soc Echocardiogr 2004;17:803-10.
1. Johanes C. Mose, Adhi Pribadi.Jantung. 13. Jeanty P, Chaoui R, Tihonenko I, Grochal F.
Dalam: Adhi Pribadi, Johanes C. Mose, Firman A review of findings in fetal cardiac section
F.Wirakusumah. Ultrasonografi Obstetri & drawings. Part 1: the-chamber view. J ultrasound
Ginekologi. Sagung Seto.Jakarta.2011. med 2007;26:1601-10.
2. Yoo SJ, Lee YH, Kim ES, Ryu HM, Kim MY, 14. Jeanty P, Chaoui R, Tihonenko I, Grochal F.
Choi HK. Three-vessel view of the fetal upper A review of findings in fetal cardiac section
mediastinum: an easy means of detecting drawings. Part 3: the-vessel-Trachea view and
abnormalities of the ventricular outflow tracts variants. J ultrasound med 2007;26:1601-10.
and great arteries during obstetrics screening 15. Yagel S, Cohen SM, Achiron R. Examination
.Ultrasound obstet.Gynecol.9 (1997) 173-82. of the fetal heart by five short axis views: a
3. The International society of Ultrasound in proposed screening method for comprehensive
Obstetrics & Gynecology. Cardiac screening cardiac evaluation. Ultrasound Obstet Gynecol
examination of the fetus: guidelines for 2001;17:367-9.
performing the ’ basic’ and ‘ extended’ basic 16. Al-Hay AA, MacNeill SJ, Yacoub M, Shore DF,
cardiac scan. Ultrasound Obstet Gynecol Shinebourne EA. Complete atrioventricular
2006;27:107-13. dect, Down syndrome, and surgical outcome:
4. Yeo George SH. Cardiac system . Course material risk factors. Ann Thorac Surg 2003;75:412-21.
advanced ultrasound workshop KK hospital 17. Craig B. Atrioventricular septal defect: from
Singapore 2009. fetus to adult. Heart 2006;92:1879-85.
5. Shi-joon Yoo, Jaeggi E. Ultrasound evaluation 18. Poon LCY, Huggon IC, Zidere V, Allan LD.
of the heart.Dalam : Callen PW. Callen Tetralogy of Fallot in the fetus in the current era.
ultrasonography in obstetrics and gynecology 5th Ultrasound Obstet Gynecol 2007;29:625-7.
ed. Saunders Elsevier.Philadelphia. 2008.p.511-
86.
6. Drose JA.FetalEchocardiography(2nd).
Saunders,Philadelphia.2010.
7. Bader R, Hornberger LK, Huhta JC. The
perinatal cardiology Handbook. Mosby Elsevier.
Philadelphia.2008.
8. Woodward PJ, Kennedy A, Sohaey R, Byrne
JLB, Oh KY, Puchalski MD. Diagnostic imaging
Buku Ilmiah Fetomaternal
248
Neurodevelopmental in Congenital Heart Diseases (CHD)

Adhi pribadi
Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

The fetal brain is still very easy to form and for its insufficiency can lead to long-term deficits in
formation requires cues from its environment to neuronal connectivity affecting postnatal function as
develop well, so also if the environment is not shown in the auditory and vision systems. Recurrent
supportive it can adversely affect its development. acute exposure to inflammatory agents results in
Existing empirical evidence supports this opinion and diffuse white matter damage and in some cases
exposure to excessive pressure in intrauterine life periventricular necrosis. So that the length of time
affects the neurological development of the fetus on and severity of this prenatal disorder is a long-
short and long term with long-term implications for term determinant of functional outcome. How to
mental health disorders in childhood and adult life. detect the presence of disturbances in blood flow
Mediators of endocrine and inflammatory stress are to the brain or systemic conditions that result in
the main candidate pathways for programming brain fetal hypoxia can be done doppler examination, as
development. These mediators are responsive to a follows:
variety of intrauterine disorders and change signaling
pathways important for brain development. [1] 1) Mid Cerebral Artery - Pulsatility Index (MCA-PI)
The exact mechanism that causes brain
disorders in CHD is not fully understood. There are The Doppler parameter found the pulsation index
two suspected mechanisms: 1) The brain can mainly (PI) of the middle cerebral artery (MCA) to be
develop differently in infants with CHD due to genetic lower in all study groups or in the diagnosis of CHD.
or related factors. The development of the heart In particular, fetuses with left hypoplastic heart
and brain occur simultaneously in the human fetus syndrome (HLHS) or heart lesions associated with
and involves genetic pathway. Mismatches in one of impaired brain oxygen supply have a lower pulsation
these pathways can cause abnormal development index than the middle cerebral artery (MCA-PI)
of both organs and thus can cause neurological compared to healthy controls. [3,4] Fetus with Right-
developmental disorders. 2) Heart defects result sided obstructive lesions often have MCA-PIs that are
in changes in blood flow resulting in changes in similar to healthy controls. [3,4,5] None of the studies
circulation that affect the supply of oxygen and on Doppler parameters in fetuses with CHD reported
nutrients to the brain and therefore can interfere higher MCAs compared to healthy. Very low MCA-PIs
with normal brain development. [2,3,4] occur from the second trimester and continue into
The plasticity of the brain is very large with the the third trimester, and tend to decline more than
possibility of disturbance in the event of hypoxia or expected for gestational age. [6] (Figure 1)
when there is a relatively short period of hypoxemic
state can have a significant effect on the fetal brain 2) Cerebroplacental ratio (CPR)
which causes partial loss of neuron and brain white
matter damage. Smooth brain injury can occur, for Cerebroplacental ratio (CPR) appears as an important
example for certain types of neurons, and this can predictor of adverse pregnancy outcomes, and this
have a significant effect on certain system functions has implications for the assessment of fetal well-
so that postnatal abnormalities are highly dependent being diagnosed with small of gestational age (SGA).
on which region undergoes pathology. Hypoxic brain Calculated as a simple ratio between the middle
injury sometimes does not alter the survival rate cerebri artery pulses index (MCA-PI) and the umbilical
and can survive until delivery, but in subsequent artery pulses index (UA-PI). [7] Measurement of
developments develops brain development is not this ratio is related to placental insufficiency and
maximal or even appear disturbance. This situation adverse effects on the fetus and is certainly related
can be seen in the state of autism syndrome, to postnatal neurological outcomes.
hyperactivity, lack of intelligence, and others. Fetuses with abnormal CPR that are suitable for
Mild and prolonged or chronic placental gestational age or have a late-onset SGA (> 34 weeks

Buku Ilmiah Fetomaternal


249
Adhi pribadi

Buku Ilmiah Fetomaternal


250
Neurodevelopmental in Congenital Heart Diseases (CHD)

of gestation) have a higher incidence of fetal distress 2. Martinez-Biarge M, Jowett VC, Cowan FM,
in labor that requires emergency caesarean delivery, Wusthoff CJ Neurodevelopmental outcome in
lower cord pH, and an increased level of admission children with congenital heart disease. Semin Fetal
to the care unit intensive when compared with a Neonatal Med. 2013;18(5):279–285.
fetus with normal CPR. Fetuses with early-onset SGA 3. McQuillen PS, Goff DA, Licht DJ.Effects of congenital
(<34 weeks of gestation) with abnormal CPR have heart disease on brain development. Prog Pediatr
a higher incidence of worsening and are associated Cardiol. 2010;29(2):79–85.
with the following: (1) Preterm, (2) SGA, (3) Higher 4. Donofrio MT, Duplessis AJ, Limperopoulos C.
rates of cesarean section (4 ) An increase in Apgar Impact of congenital heart disease on fetal brain
score of less than 7 in 5 minutes, (5) Increased level development and injury. Curr Opin Pediatr.
of neonatal acidosis, (6) Increased intensive care, 2011;23(5):502–511.
and (7) Increased incidence of perinatal death. CPR 5. Ruiz A, Cruz-Lemini M, Masoller N, et al (2017).
is also an early predictor of adverse outcomes than Longitudinal changes in fetal biometries and
the biophysical, umbilical artery, or media cerebral cerebroplacental haemodynamics in fetuses
artery profile. In conclusion, CPR should be regarded with congenital heart disease. Ultrasound Obstet
as an assessment tool for the fetus undergoing the Gynecol. 49(3):379–386.
third trimester of ultrasound examination. [8,9] 6. Yamamoto Y, Khoo NS, Brooks PA, Savard W,
Cerebroplacental ratio was also reported Hirose A, Hornberger LK (2013). Severe left heart
to be lower in the majority of fetuses with CHD. obstruction with retrograde arch flow influences
Again, HLHS fetuses tend to have lower CPR than fetal cerebral and placental blood flow. Ultrasound
fetuses with right-sided or TGA obstructive lesions. Obstet Gynecol. 42(3):294–299.
[9,10] Flow from the left heart through the aortic 7. Masoller N, Sanz-Cortés M, Crispi F, et al (2016).
arc is very important for fetal brain growth because Severity of fetal brain abnormalities in congenital
there are 3 main blood vessels in the arcus region heart disease in relation to the main expected
which bleeds the upper body and head including pattern of in utero brain blood supply. Fetal Diagn
the brain. The three blood vessels are a.inominata Ther.39(4):269–278.
or a.brachiocephalic, a.Carotis comunnis left, and 8. Hahn E, Szwast A, Cnota J II, et al (2016).
a.Suclavia left. If the flow into these 3 blood vessels Association between fetal growth, cerebral
(especially the carotid) will cause the brain to lack blood flow and neurodevelopmental outcome in
blood supply and affect brain oxygenation. The long univentricular fetuses. Ultrasound Obstet Gynecol.
term will result in chronic hypoxia and widespread 47(4):460–465.
brain damage. (Figure 2) 9. Khalil J A, Morales-Rosell O, Townsend R,
The human body always has a safety path Morlando M, Papageorghiou A, Thilaganathan
and applies automatically, so also if blood flow to B. Value of third-trimester cerebroplacental ratio
the brain decreases and results in hypoxia, the body and uterine artery Doppler indices as predictors
will respond by dilating blood vessels and increasing of stillbirth and perinatal loss. Ultrasound Obstet
blood flow to these organs, especially the brain. So Gynecol 2016; 47:74–80.
that the parameters that can be measured are the 10. Gramellini D, Folli MC, Raboni S, Vadora E, Merialdi
increase in diastolic waves on the MCA, this situation A. Cerebral-umbilical Doppler ratio as a predictor
will be seen by the pulsatility ratio which tends to of adverse perinatal outcome. ObstetGynecol
decrease in hypoxia to a certain point is said to be 1992;79:416-20.
the brain sparring effect. The description of brain 11. Arias F. Accuracy of the middle-cerebral-to-
sparring effect in obstetrics often occurs in cases umbilical-artery resistance index ratio in the
of intrauterine growth retarded, with the same prediction of neonatal outcome in patients at high
principle (hypoxia) in the CHD state. risk for fetal and neonatal complications. Am J
Obstet Gynecol 1994;171:1541-5.
References: 12. Berg C, Gembruch O, Gembruch U, Geipel A
(2009). Doppler indices of the middle cerebral
1. Buss.C, Entringer.S, Wadhwa.P.D. (2012).Fetal artery in fetuses with cardiac defects theoretically
Programming of Brain Development: Intrauterine associated with impaired cerebral oxygen delivery
Stress and Susceptibility to Psychopathology. Sci in utero: is there a brain-sparing effect? Ultrasound
Signal. 5(245): doi:10.1126/scisignal.2003406. Obstet Gynecol. 34(6):666–672.

Buku Ilmiah Fetomaternal


251
Teknik Dasar dan Sistematika Pemeriksaan Jantung Janin

Akhmad Yogi Pramatirta


Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

Jantung merupakan organ yang cukup penting dalam Kunci dari pengertian pemeriksaan jantung
tubuh seorang manusia sehingga jantung yang sehat janin adalah pengenalan anatomi tubuh yang baik,
sangat dibutuhkan meskipun manusia itu masih terutama jalannya pembuluh besar dari dan ke
dalam kandungan sekalipun. Gangguan jantung akan jantung disamping struktur jantungnya sendiri.
berdampak langsung dalam aliran darah terutama Beberapa tips untuk pemeriksaan jantung yang lebih
oksigen dan bahan-bahan metabolisme yang baik adalah:
terkandung dalam sel eritrosit dan plasma. 1. Menentukan letak organ viseral dan
Gangguan jantung yang sering terjadi hubungannya dengan posisi jantung.
menimbulkan kondisi hidrops fetalis. Hal ini terutama 2. Identifikasi morfologi masing-masing
disebabkan gangguan dari aliran darah karena komponen pada level-level pemeriksaan.
jantung tidak optimal memompa darah. Hidrops 3. Pengukuran dan pemeriksaan yang baik
tidak selalu terjadi pada gangguan jantung karena antara komponen-komponen dalam satu
terdapat kondisi yang tidak disertai gejala hidrops. level atau segmen, seperti hubungan
Meskipun demikian gangguan jantung sebagian arterioventrikular, relasi ventrikuloarterial
besar karena kelainan anatomi baik kelainan septum serta letak dari pembuluh darah besar.
(AVSD) atau kelainan pada pembuluh darah besar 4. Dapat membedakan hubungan
serta biasanya disertai kelainan kongenital yang lain antara atrioventrikular dan antara
terutama pada trisomi dan kelainan kromosom yang ventrikuloarterial.
lain. Kelainan jantung jenis Patent Ductus Arteriosus 5. Mengevaluasi setiap kelainan berhubungan
(PDA) hanya dapat didiagnosis pascanatal karena dengan malformasi yang didapatkan pada
pada antenatal ductus arteriosus terbuka pada setiap level.
seluruh janin. Terdapat perbedaan jumlah insidensi
kelainan jantung antenatal di berbagai tempat, PRINSIP PEMERIKSAAN
tetapi yang kelainan yang sering terjadi adalah:
AVSD (+PDA), Tetralogi of fallot, transposition great 1. Usia Kehamilan
artery/vessel (TGA/V), correction TGV/A (CTGV/A) Jantung janin optimal dilakukan
hipoplastic left/right heart (HLH/HRH), mitral/ pemeriksaan pada usia 18-22 minggu
tricuspid regurgitasi. kehamilan. Beberapa kelainan dapat
Bila mendengar jantung kadang-kadang didiagnosis pada awal atau akhir trimester
terlintas bahwa hal ini merupakan pemeriksaan yang kedua.
rumit dan sulit dilakukan, akan tetapi bila mengetahui 2. Faktor Alat
prinsip-prinsipnya akan memudahkan memahami Frekuensi tinggi dibutuhkan untuk
dan melakukan pemeriksaan yang baik, tentunya alat pemeriksaan jantung berkisar 5-7,5 MHz,
pemeriksaan yang baik sangat menunjang terhadap atau frekuensi yang paling tinggi yang
diagnosis yang akurat. dapat dipakai pada alat USG. Harmonic
Insidensi penyakit jantung kongenital di Imaging mungkin dapat digunakan untuk
Amerika Serikat adalah sekitar 8 per 1000 bayi lahir citra yang lebih baik.
hidup, sedangkan dunia berkisar 4-13 per 1000 Gray scale merupakan alat dasar yang
kelahiran hidup. Sekitar sepertiga dari jumlah ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan
mengidap penyakit yang kritis, serta memerlukan jantung. Zoom dan cine loop tidak kalah
kateterisasi jantung atau mereka meninggal dalam penting karena dapat memudahkan
tahun pertama. Bila dilakukan pembedahan pada pemeriksaan terutama memperjelas
masa kanak-kanak, 85% akan bertahan hidup sampai gambar dan memperlambat gerakan
dewasa. Perkiraan insidensi dan distribusi penyakit jantung.
spesifik akan bergantung pada kelompok usia yang
diteliti.(1)
Buku Ilmiah Fetomaternal
252
Teknik Dasar dan Sistematika Pemeriksaan Jantung Janin

TEKNIK PEMERIKSAAN DAN ANATOMI NORMAL 6. Potongan gambar setinggi dibawah level 5
sedikit yang memperlihatkan lobus kanan
Jantung yang normal berkisar sepertiga dari area liver, ventrikel kanan, atrium kanan, aorta,
thoraks. Frekuensi jantung selalu dikonfirmasi arteri pulmonalis, arteri Pulmonalis kanan.
berkisar 110 – 160 x/m. Peningkatan ringan frekuensi Teknik untuk mengambil level 6 relatif lebih
jantung >160x/m dapat terjadi pada janin yang sulit dibandingkan 5 level sebelumnnya.
bergerak. Axis jantung berkisar 45±20 derajat ke kiri. Dikenal sebagai level basal short axis.
Abnormalitas situs diduga bila aksis jantung tidak 7. Potongan untuk memperlihatkan arcus
sesuai dengan letak lambung. Kondisi abnormalitas Aorta ascenden, arcus Aorta dan Aorta
aksis sendiri meningkatkan kemungkinan descenden. Dikenal level arcus aorta.
abnormalitas. Probe pada level 1 diletakkan secara
Teknik pemeriksaan jantung membutuhkan transversal pada abdomen bagian atas. Pada level
pengenalan potongan-potongan citra berdasarkan ini akan didapatkan gambaran visceral situs atau
tingkatan (sequential segment approach) sesuai transverse view of upper abdomen (level 1),
bagian jantung yang diperiksa. Terdapat 7 tingkatan digunakan potongan untuk mengukur biometri
(guidelines ISUOG 2007) yang dilakukan revisi Abdominal circumference (AC). Terlihat arteri
pada tahun 2013 menjadi 5 tingkatan (guidelines sebelah kiri vertebra, sedangkan vena cava inferior
ISUOG 2013) yang wajib dilakukan setiap melakukan terletak anterior dibanding dengan Aorta desenden
pemeriksaan jantung. Diharapkan bila terbiasa karena akan memasuki atrium kanan. Terlihat pula
menggunakan teknik ini sebagian besar kelainan lambung dan limpa dibelakang lambung.
jantung dapat dideteksi. Suatu kemajuan yang
sangat baik bila dapat mendeteksi kelainan jantung
meskipun belum dapat menegakkan diagnosis
kelainan tersebut, dan melakukan pemeriksaan
second opinion pada sejawat yang lain atau pada
konsultan fetomaternal.
Kelima tingkatan (guidelines ISUOG 20013) tersebut
mulai dari yang terbawah kemudian naik mengarah
ke bagian kepala janin, adalah:
1. Potongan gambar setinggi abdomen
bagian atas (upper abdomen/situs)
2. Potongan gambar setinggi empat ruang
jantung (four chamber view) dikenal juga
sebagai dasar pemeriksaan jantung
3. Potongan gambar setinggi saluran keluar Gambar 1 Level 1 memperlihatkan potongan
ventrikel kiri (LVOT=left ventricle outflow setinggi abdominal circumference
tract) atau pangkal aorta. yaitu lambung, vertebra, lien,
4. Potongan gambar setinggi saluran keluar dan aorta, letak organ ini untuk
ventrikel kanan (RVOT=right ventricle menentukan arah axis jantung.
outflow tract) atau pangkal arteri Selanjutnya probe dalam keadaan
pulmonalis. transversal dinaikkan ke arah kepala dan akan
5. Potongan gambar setinggi arcus aorta mencapai potongan yang memperlihatkan jantung
yang memperlihatkan hubungan terutama dengan 4 ruang atau four camber view level (4CV)
besar diameter 3 pembuluh darah besar : (level 2), pada level ini terlihat jantung dengan 4
Aorta(Ao), A. Pulmonalis (AP), Vena Cava ruang dan identifikasi meliputi septum, katup, axis,
Superior (VCS) serta Ductus Arteriosus(DA). atrioventricular junction, tebal dinding ventrikel,
Bagian level 5 ini dikenal juga dengan tebal septum, foramen ovale, lebar kedua ventrikel
gambaran 3 pembuluh darah besar (three dan atrium. Doppler dapat digunakan terutama
great vessels (TGV) view). untuk mendiagnosis adanya regurgitasi pada kedua
Sedangkan 2 tingkatan tambahan (guidelines katup. Level 4CV sangat penting karena sebagian
ISUOG 2007) terdiri dari potongan gambar besar kelainan jantung dapat terdiagnosis bila cermat
setinggi: dalam level ini termasuk kelainan AVSD dan HLH/
Buku Ilmiah Fetomaternal
253
Akhmad Yogi Pramatirta

HRH. Pada level ini kedua atrium dan kedua ventrikel adanya moderator band, berjalan kearah posterior
diharapkan mempunyai ukuran yang hampir sama Aorta (alur LVOT). Pada level 3 dan 4 ini, kelainan
(equal), flap foramen ovale bergerak kearah atrium yang dapat didiagnosis adalah Transposistion great
kiri, moderator band menentukan ventrikel kanan, artery (TGA). Gambaran normal LVOT (merupakan
perbedaan kecil dalam ukuran kedua atrium dan pangkal Aorta dan Aorta ascenden) menyilang di
ventrikel kemungkinan suatu variasi organ. Dinding anterior RVOT yang merupakan Arteri Pulmonalis
septum harus dievaluasi dari atrium sampai pada (anatomi normal), sehingga bila menggunakan color
apex jantung. Defek pada septum sulit didiagnosis Doppler akan membentuk konfigurasi abjad X (christ
bila probe sejajar atau paralel dengan dinding cross). Bila gambaran X ini tidak terjadi atau bila
septum. Defek antara 1-2 cm sulit teridentifikasi bila tanpa menggunakan color Doppler LVOT dan RVOT
tidak cermat melakukan pemeriksaan. ini terlihat sejajar kemungkinan besar merupakan
suatu TGA. Kelainan septum juga dapat ditentukan
pada level ini.
level 5 atau TGV view posisi probe kembali
transversal dan diarahkan ke kepala lebih tinggi
dibanding dengan level 2 sampai mencapai Arcus
Aorta, disisi Aorta akan terlihat Arteri Pulmonalis
dan Ductus Arteriosus akan membentuk huruf
V bila menggunakan Color Doppler, serta Vena
Cava Superior disisi lain Aorta. Kedudukan Aorta
selalu ditengah antara Arteri Pulmonalis dan Vena
Cava Superior. Kelainan didiagnosis bila terdapat
perbedaan ukuran dari TGV, misalnya pada Tetralogi
Fallot salah satunya kecurigaan bila Aorta lebih
besar dibanding Arteri Pulmonalis. Sebaliknya pada
Gambar 2 Memperlihatkan level 2 setinggi 4 Coarctasio Aorta diameter Arteri Pulmonalis lebih
ruang jantung (four chamber view) besar dibandingkan dengan Aorta.
Level 6 merubah kedudukan probe
Kedua katup harus terlihat bebas bergerak melintang dari arah lobus liver kanan dan bahu
dan berirama selaras, bila terlihat bagian kecil kiri atau menyilang dada janin kearah kiri. Level ini
yang tidak selaras kiri-dan kanan kemungkinan berguna untuk mendiagnosis Tetralogy fallot selain
terdapat regurgitasi, untuk menilai regurgitasi level 5 karena dapat dilakukan perbandingan antara
dapat juga digunakan color Doppler. Karena banyak Arteri Pulomalis dan Aorta secara berdampingan.
hal yang dicermati dan dapat menyaring sebagian Pada Fallot, Aorta lebih besar ukurannya dibanding
besar kelainan besar kelainan jantung maka level dengan Arteri Pulmonalis yang mengalami stenosis
2 ini dikenal juga sebagai pemeriksaan jantung sehingga ukurannya lebih kecil.
dasar (basic), sedangkan level berikutnya dikenal Level 7 terutama untuk mendiagnosis
pemeriksaan jantung dasar lanjutan (extended kelainan pada arkus Aorta terutama Coarctasio Aorta
basic). (CA). Pada kondisi CA ini Aorta Descenden lebih
Level berikutnya adalah level 3 (LVOT) besar dibanding dengan Aorta Ascensden. CA juga
dengan cara probe setinggi level 2 dinaikkan sedikit dapat dikonfirmasi pada level 5 bila Arteri Pulmonalis
dan diputar kearah bahu kanan janin, pada potongan lebih besar dibanding dengan Aorta.
ini akan terlihat terutama pangkal Aorta beserta
katup Aorta, Aorta Ascenden dan muara vena Dari ketujuh level tersebut yang relatif memerlukan
Pulmonalis. Bila pembuluh besar tersebut Aorta teknik sedikit sulit yaitu pada level 6 karena akan
maka dapat disusuri sampai ke Arcus Aorta untuk merubah posisi probe melintang antara lobus liver
meyakinkan benar-benar bahwa pembuluh besar kanan dan bahu kiri.
tersebut adalah Aorta.
Level 4 (RVOT) adalah dengan cara DAFTAR PUSTAKA
merubah probe lebih kearah medial dari arah probe
pada level 3. Tanda RVOT adalah bila pembuluh 1. Cunningham F.G, Gant N.F, Leveno K.J, Gilstrap
besar berasal dari ventrikel kanan yang ditandai L.C, Hauth J.C, Wenstrom K.D. Williams
Buku Ilmiah Fetomaternal
254
Teknik Dasar dan Sistematika Pemeriksaan Jantung Janin

Obstetrics, 21st ed. New York: McGraw 5. Woodward PJ, Kennedy A, Sohaey R, Byrne
Hill,2001.p.1181-1208. JLB, Oh KY, Puchalski MD. Diagnostic imaging
2. Blanchard DG, Shabetai R. Cardiac disease. obstetrics. Salt Like city; Amirsys : 2005.p.6:50-
In: Creasy RK, Resnik R, Iams JD, eds. 53
Maternal-fetal medicine. 5th ed.Philadelphia: 6. Pilu G, Jeanty P, Perolo A, Prandstraller D.
Saunders;2004.p.815-40. Prenatal diagnosis of congenital heart disease.
3. Pilu G, Gabrielli S, Perolo A, Prandstraller D. In: Fleischer AC, Manning FA, Jeanty P, Romero
fetal echocardiograhy: prenatal diagnosis of R,eds. Sonography in obstetrics & Gynecology.
congenital heart disease. In: Winn H, Hobbins 6thed. New York; McGraw Hill:2001.p.157-76.
J, eds. Clinical maternal-fetal medicine. 1 st
ed. New York: Parthenon Publishing Group;
2000.p.691-718.
4. Copel JA, Kleinman CS, Friedman A. Diagnosis
and management of fetal heart disease.In:
Rodeck C, Whittle M, eds. Fetal medicine basic
science and clinical practise. London:Churchill
Livingstone:1994.p.641-9.

Buku Ilmiah Fetomaternal


255
AMNIOSENTESIS DAN AMNIOREDUKSI

Johanes C. Mose
Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

AMNIOSENTESIS : - Sarung tangan steril


- Kantong plastik steril
Amniosentesis pertama kali digunakan di - Jelly steril
Jerman pada awal tahun 1880 untuk mengobati Pemeriksaan USG : sebaiknya menggunakan USG
polihidramnion. Pada tahun 1930, Menees dkk real-time dengan transduser curvilinier. Pemeriksaan
melaporkan pemanfaatan amniosentesis untuk USG sebelumnya sangat penting untuk :
memasukkan kontras media kedalam kantong janin Caranya :
untuk melihat janin dan letak plasenta. - Kulit dinding perut & sekitarnya dibersihkan
Tahun 1937 Aburel melaporkan penggunaan daroi sisa jelly & dilakukan tindakan a &
amniosentesis untuk memasukkan cairan NaCl antiseptik.
hipertonis pada tindakan terminasi kehamilan. - Punksi dapat dilakukan secara buta melalui
Penggunaan amniosentesis berkembang dengan tempat suntikan tadi. Dapat juga dilakukan
pesat setelah tahun 1950-an sejalan dengan dengan tuntunan / pengamatan USG.
perkembangan teknik analisis spektrofotometris dari Sebelumnya, trnsduser harus dimasukkan
bilirubin untuk memantau janin yang mengalami Rh- kedalam kantong plastik steril dengan
isoimunisasi. Akan tetapi penggunaan amniosentesis menggunakan jelly steril secukupnya.
untuk keperluan pemeriksaan genetika baru dimulai - Jarum punksi dimasukkan kedalam perut
pada pertengahan tahun 1950-an. ibu, uterus, sampai ujungnya berada didalam
Jacobson & Barter 1967 melaporkan pertama kali cairan amnion.
penggunaan amniosentesis pada pemeriksaan - Kemudian mandrin dikeluarkan, biasanya
diagnosis prenatal dari kelainan kromosom. akan terlihat cairan amnio akeluar melalui
Dalam beberapa tahun kemudian banyak penelitian jarum punksi.
yang dilakukan dengan menggunakan amniosentesis - Cairan amnion disedot dengan syringe
untuk mendiagnosis pelbagai kelainan kromosom & sebanyak 15-20 cc & dimasukkan kedalam
kelainan metabolisme prenatal. tabung reaksi. Aspirasi dilakukan secara
Makalah ini bertujuan untuk mengulas secara singkat perlahan-lahan oleh karena aspirasi yang
mengenai cara melakukan amniosentesis, waktu, terlalu cepat terutama dengan syringe 30-50
operator, risiko dan pemantauan pasca tindakannya. cc bias mengakibatkan kolapsnya kantong
janin & bias ikut tersedot kedalam jarum
Teknik punksi.
- Setelah didapatkan cairan amnion
Amniosentesis untuk keperluan diagnosis prenatal secukupnya, jarum punksi dapat
biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan. Sebelum dikeluarkan.
dilakukan tindakan ini, ada beberapa hal yang harus - Dilakukan pemeriksaan USG ulangan
dipersiapkan, antara lain: terhadap keadaan janin setelah dilakukan
Pasien : kandung kemih harus kosong/dikosongkan amniosentesis.
lebih dulu untuk menghindari aspirasi urine & Waktu :
kemungkinan infeksi. Pasien ditidurkan terlentang & Amniosentesis sebaiknya dilakukan pada
membebaskan dfaerah aperut & suprapubisnya. umur kehamilan 15-18 minggu. Untuk
Alat : - 1 set steril & antiseptik : 2 bh doekjes, keperluan analisis kromosom & biokimia
- 1 kom, cairan betadin dan kasa sebaiknya dilakukan pada umur kehamilan
secukupnya. 15-17 minggu oleh karena pada waktu
- 2 bh syringe 10 cc + jarum punksi spinal itu kehamilannya cukup besar sehingga
(G20-22) tekniknya lebih mudah & sudah ditemukan
- 2 bh tabung reaksi 10cc cukup sel janin didalamnya yang diperlukan
Buku Ilmiah Fetomaternal
256
Amniosentesis dan Amnioreduksi

untuk perbenihan. atau inkompeten serviks).


Untuk keperluan pemeriksaan kadar AFP Komplikasi yang pernah dilaporkan
sebaiknya dilakukan pada umur kehamilan pada awal-awal penggunaan amniosentesis
16-20 minggu. Sedangkan untuk keperluan adalah komplikasi akibat tertusuknya jarum
mendiagnosis kelainan cystic fibrosis seperti, fistula ileokutaneus, gangren tangan
sebaiknya pada umur kehamilan 17-18 bayi, kerusakan patella, perforasi kornea
minggu. & kebutaan, atresia ilem, kista porensefali,
Saat ini terdapat kecenderungan untuk kerusakan nervus perifer & hematoma tali
melakukan tindakan early amniocentesis, pusat.
yaitu yang dilakukan pada umur kehamilan Risiko terhadap ibu sangat sedikit
11-15 minggu untuk mengganti tindakan termasuk: perdarahan, infeksi & sensitisasi
biopsi korion yang dilaporkan memiliki risiko darah.
yang lebih besar. Dengan pemberian suntikan
profilaksis anti D-imunoglobulin, penggunaan
Operator : USG & tindakan antiseptik yang baik, maka
Operator tindakan amniosentesis sebaiknya risiko-risiko ini hampir tidak pernah lagi
mereka ditemukan.
yang sudah terbiasa dengan penggunaan
USG. Penggunaan USG oleh operator AMNIOREDUKSI :
yang berpengalaman akan mengurangi
kemungkinan terjadinya ‘bloody tap’ atau Amnioreduction adalah tindakan pengeluaran/
aspirasi urine. Dalam keadaan ragu-ragu aspirasi cairan amnion dari kantong amnion.
dapat dilakukan pemeriksaan kusus untuk Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk
membedakan urine atau cairan amnion. mengurangi keluhan (sesak nafas) ibu hamil,
Pemantauan/ anjuran pasca tindakan : memperbaiki perfusi uteroplasenta (terutama pada
Pada umumnya penderita dapat kasus TTTS), dan pada kehamilan serotinus.
dipulangkan setelah istirahat + 15-30 menit, Aspirasi cairan amnion dapat dilakukan secara
dengan anjuran untuk istirahat rebah manual atau dengan menggunakan mesin aspirator.
dirumah selama 1 hari. Dapat menggunakan jarum 18G atau 20G dengan
Jangan dulu melakukan pekerjaan/ mengeluarkan sejumlah tertentu cairan amnion
olah raga yang berat & coitus dihindari sesuai indikasi klinisnya.
selama 1 hari. Indikasi :
Pada penderita dengan Rh negatif - Polihidramnion yang disertai keluhan sesak
(suami Rh positif) diberikan vaksinasi dengan nafas
250 IU anti D-imunoglobulin. - Pada TTTS , mengurangi volume cairan
Segera melaporkan diri/ dating amnion dari resipient twin agar dapat
ke RS lagi apabila terdapat perdarahan memperbaiki aliran darah ke donor twin.
pervaginam, pebgeluaran cairan pervaginam - Untuk mengurangi distensi uterus, sehingga
atau kontraksi uterus yang menetap. mengurangi risiko kejadian ketuban pecah
Pemeriksaan USG dilakukan secara dan preterm labor
rutin untuk memantau perkembangan janin - Sebelum dilakukan cerclage, pada prolapsus
selanjutny. kantong amnion kedalam canalis cervicalis
Kontraindikasi :
Risiko : - Maternal dan fetal bleeding
Risiko terjadinya abortus sesudah tindakan - Preterm labor
amniosentesis tercatat sebesar + 1%, akan - Kecurigaan khoriomanionitis
tetapi dengan menggunakan jarum yang halus - Tindakan dihentikan apabila jarumnya
dengan tuntunan USG ditemukan kejadian melukai janin atau tali pusat
abortus sebesar 0,3-0,5%. Terutama apabila Polihidramnion:
cara ini tidak dilakukan pada kehamilan yang Adalah keadaan dimana volume cairan amnion
dicurigai akan berakhir abortus (misalnya, melebihi keadaan normal menurut kehamilannya.
fetus tidak viable, hematoma retroplasenter Diagnosisnya ditegakkan melalui pemeriksaan USG
Buku Ilmiah Fetomaternal
257
Johanes C. Mose

dengan pengukuran Indeks Cairan Amnion (pada 4 - Jumlah cairan yang dikeluarkan bervariasi
kuadran. > 25 cm) atau diameter terbesar kantong menurut indikasi klinis ibu (sesak nafas) atas
amnion > 8cm. sampai mencapai jumlah yang normal (AFI:
Sekitar 50% penyebabnya tidak diketahui. Selebihnya 5-25 cm atau diameter 2-8 cm).
bisa disebabkan oleh DM, cacat bawaan seperti - Ibu terus dipantau keadaan umum, kontraksi
obstruksi duodeni, atresia esofagi, labioschisis, Rahim dan keadaan janinnya.
tumor leher/ hygroma colli, hernia diafragmatika dan
kelainan tabung saraf/NTD. Risiko :
Kelainan kromosom seperti trisomy 21 (Down - Terjadi kontaksi/ his
syndrome) dan trisomy 18 (Edwards syndrome); - Persalinan preterm
infeksi intrauterine; dan TTTS. - Ketuban pecah
- Solusio plasenta
Prosedur : - Perdarahan pervaginum
Merupakan prosedur yg sederhana yg bisa dilakukan - Khorioamnionitis
dengan atau tanpa anesthesia. Dilakukan melalui Konseling pasca tindakan :
tuntunan USG dengan standar sterilitas yg biasa. Pasca tindakan, ibu dikonseling atau dipantau
- Pasien berbaring pada posisi terlentang kemungkinan timbulnya komplikasi sbb :
- Dilakukan pemeriksaan USG untuk mencari - Timbulnya his/ kontraksi yang reguler
lokasi yang ideal untuk menusuk jarum - Ketuban pecah
pungsi dan keadaan janin. Sebaiknya - Perdarahan pervaginum
menghindari tempat insersi plasenta dan - Demam
bagian kepala/mata janin. Dilakukan juga - Berkurangnya gerakan janin
pengukuran diameter kantong janin.
- Dilakukan tidakan a dan antiseptic di daerah Penutup
yang sudah ditandai untuk penusukan jarum
pungsi Demikian telah disampaikan secara singkat tentang
- Probe USG disterilkan dengan menggunakan teknik, persiapan, waktu, operator, pematauan pasca
cairan antiseptic atau dilapisi dengan karet tindakan dan risiko akibat tindakan amniosentesis
atau sarung tangan steril. Digunakan jelly dan amnioreduksi. Semoga ada manfaatnya bagi kita
yang steril juga. sekalian.
- Dengan tuntunan pemeriksaan USG
dilakukan pungsi dengan jarum G18-20 Rujukan
ditempat yang sudah ditandai sambil terus
diamati masuknya jarum melalui kulit perut, 1. Milunsky A. Genetic disorders and the fetus.
dinding uterus sampai kedalam kantong Diagnosis, prevention and treatment. 2nd ed.
amnion yang dikehendaki New York: Plenum Press 1986.
- Dilakukan aspirasi cairan amnion sambil 2. Harrison MR, Golbus MS, Filly RA. The unborn
mengamati warnanya (bening, kuning atau patient. Prenatal diagnosis and treatment. New
kemerahan). Dapat dilanjutkan pemeriksaan York: Grune & Stratton, Inc 1984.
cairan anion untuk analisis karyotyping atau 3. Whittle MJ, Connor JM. Prenatal diagnosis in
biokimia. obstetric practice. Oxford: Blackwell scientific
- Aspirasi selanjutnya dapat dilakukan secara Pub 1989
manual atau menggunakan mesin aspirator

Buku Ilmiah Fetomaternal


258
Anatomi Jantung

Amillia Siddiq
Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

Jantung adalah organ pertama yang terbentuk dan yang dikenal sebagai mediastinum. Gambar 1
berfungsi, memberi prioritas terhadap pentingnya menunjukkan posisi jantung di dalam rongga thoraks.
transport material dari dan ke bayi yang sedang Pada jantung terdapat lapisan yang menyelubungi
berkembang. Organ jantung sangat penting untuk jantung yang dikenal sebagai perikardium, atau
dipahami. Masing-masing ventrikel memompa kantung perikardial, dan berada di ruangnya sendiri
sekitar 70 mL darah per kontraksi pada orang yang disebut rongga perikardial.
dewasa dalam kondisi istirahat. Jantung terdiri dari Permukaan dorsal jantung terletak pada
empat bilik yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel. Atrium corpus vertebrae, dan permukaan anteriornya
kiri dan ventrikel kiri dipisahkan oleh katup mitral, berada dibawah sternum dan cosate. Vena besar
sedangkan atrium kanan dan ventrikel kanan yaitu vena cava superior dan inferior, dan arteri besar
dipisahkan oleh katup trikuspidalis. Pada bayi, secara yaitu aorta dan arteri pulmonal, terletak pada basis
normal terdapat hubungan antara atrium kiri dan jantung.
kanan yang memungkinkan darah dari atrium kanan Dasar jantung terletak setinggi costa ke-3,
langsung masuk ke atrium kiri tanpa melalui siklus seperti yang terlihat pada Gambar 1. Bagian bawah
pulmonal. Lubang ini dikenal sebagai foramen ovale, jantung (apeks), puncaknya, terletak di sebelah kiri
secara fisiologis akan menutup segera setelah abyi sternum antara costae keempat dan kelima. Sisi
lahir. Untuk dapat mengerti bagaimana proses ini kanan jantung mengarah ke arah anterior, dan sisi
dapat terjadi, perlu dipahami anatomi dan fisiologi kiri mengarah ke posterior.
jantung.
Perkembangan Organ Jantung
Lokasi Organ Jantung
Organ jantung adalah organ fungsional pertama yang
Organ jantung terletak di dalam rongga berkembang. Jantung mulai berdetak dan memompa
thoraks, medial di antara kedua paru-paru darah sekitar hari ke 21 atau 22, hanya tiga minggu

Gambar 1 Posisi jantung di dalam rongga thoraks. Jantung terletak di dalam rongga thoraks, medial
diantara kedua paru-paru didalam rongga mediastinum. Bentuk jantung lebih lebar pada
bagian atas, dan menyempit di bagian apex.

Buku Ilmiah Fetomaternal


259
Amillia Siddiq

Gambar 2 Perkembangan Jantung manusia Gambar ini memperlihatkan


perkembangan embriologi manusia selama 8 minggu pertama dan
formasi 4 ruang jantung.

setelah fertilisasi. Organ jantung berfungsi untuk dengan cepat . Pada titik ini, rantai kardiogenik akan
mendistribusikan darah melalui pembuluh darah berubah menjadi tabung endokardial. Kedua tabung
dan untuk pertukaran nutrisi, oksigen, dan zat sisa bermigrasi bersama dan bergabung membentuk
metabolisme. menjadi jantung primitif tunggal. Tabung jantung
Jantung terbentuk dari jaringan embrio primitif dengan cepat membentuk lima daerah yang
mesoderm sekitar 18 sampai 19 hari setelah fertilisasi. berbeda yaitu truncus arteriosus, bulbus cordis,
Mesoderm adalah satu dari disk embrionik trilaminar primordial ventrikel, atrium primitif, dan sinus
germ cell yang membedakan awal perkembangan venosus. Awalnya, semua darah vena mengalir dari
yang secara kolektif memunculkan semua jaringan sinus venosus ke truncus arteriosus. Pola ini sangat
dan organ selanjutnya. Jantung mulai berkembang berbeda dari pola orang dewasa.
di dekat kepala embrio yang dikenal sebagai area Lima area jantung primitif akan berkembang.
kardiogenik. Mengikuti sinyal kimiawi dari lapisan Truncus arteriosus pada akhirnya akan membelah
endoderm, area kardiogenik ini mulai membentuk dan berkembang menjadi aorta ascenden dan
dua rantai yang disebut rantai kardiogenik (Gambar truncus pulmonaris. Bulbus cordis berkembang
1). Seiring dengan perkembangan rantai kardiogenik menjadi ventrikel kanan. Ventrikel primitif
tersebut, akan terbentuk lubang yang berkembang membentuk ventrikel kiri. Atrium primitif menjadi

Buku Ilmiah Fetomaternal


260
Anatomi Jantung

bagian depan dari atrium kanan dan kiri dan kedua hari 28, memisahkan jantung menjadi atrium dan
aurikula. Sinus venosus berkembang menjadi bagian ventrikel, walaupun foramen ovale tetap ada sampai
posterior dari atrium kanan, Nodus SA, dan Sinus beberapa saat setelah kelahiran. Antara minggu
koronarius. Seiring dengan bertambah panjangnya empat dan delapan. Pembagian sekat atrium dan
tabung jantung, akan mulai melipat di dalam ventrikel oleh septum interatrial, interventricular,
pericardium, yang pada akhirnya membentuk huruf dan atrioventricular selesai pada akhir minggu ke
S, yang mirip dengan jantung dewasa. Proses ini lima, walaupun foramen ovale memungkinkan aliran
terjadi antara hari 23 dan 28. Pola perkembangan darah fetus masih terjadi hingga kelahiran atau
jantung lainnya termasuk perkembangan septum dan beberapa saat setelahnya. Katup atrioventricular
katup. Septum internum mulai membentuk sekitar terbentuk antara minggu ke lima dan ke delapan,

Human embryo heart (day 54 - 56).

Basic Heart

Advanced Heart
Hill, M.A. (2017). UNSW Embryology (17th ed.) Retrieved September 18, 2017, from https://embryology.
med.unsw.edu.au
Buku Ilmiah Fetomaternal
261
Amillia Siddiq

Volume Jantung

Minggu Volume jantung (ml) Volume Paru-paru (ml)

10 0.6 1.6

18 4.3 10.9

30 26.6 49.3

Data tabel adalah “usia embrio” sedangkan referensi asli menggunakan usia
gestasi GA (dari LMP)

Volume Sekuncup

Minggu Volume Sekuncup Kiri (ml) V o l u m e Cardiac Output L/R (ml/min)


sekuncup
kanan (ml)

10 0.02 0.01 2.39 / 1.8

18 0.32 0.30 43.46 / 46.72

32 2.07 2.67 284.71 / 365.99

Data tabel adalah “usia embrio” sedangkan referensi asli menggunakan usia gestasi GA (dari LMP) Volume
stroke (SV) dapat dihitung dari pengukuran ultrasound volume diastol akhir (EDV) dikurangi volume sistol
akhir (ESV); (SV = EDV - ESV)

dan katup semilunaris terbentuk antara minggu lima yang dilapisi endocardium. Berlokasi antara dua
dan sembilan. atrium adalah septum interatrium. Normalnya
di jantung orang dewasa, septum interatrium
• Daerah kardiogenik - di mesenkim splanchnic berbentuk oval yang dikenal dengan fossa ovalis,
daerah plat prechordal yang merupakan foramen ovale saat bayi. Foramen
• Minggu 2 pasang tabung berdinding tipis ovale memungkinkan darah di jantung fetus untuk
• Minggu 3 tabung menyatu, truncus arteriosus melewati langsung dari atrium kanan ke atrium kiri,
keluar, jantung berkontraksi membiarkan darah masuk tanpa melalui sirkuit
• Minggu 4 tabung jantung terus memanjang, pulmoner.
melengkung membentuk bentuk S Di antara dua ventrikel terdapat septum kedua yang
• Minggu 5 Septasi dimulai, atrium dan dikenal dengan septum interventricularis. Tidak
ventrikel seperti septum interatrial, septum interventricularis
• Septasi berlanjut, septa atrium tetap terbuka, normalnya intak setelah pembentukannya selama
foramen ovale perkembangan fetus. Septum ini secara substansial
lebih tebal daripada septum interatrial, karena
Septum Jantung ventrikel menghasilkan tekanan yang lebih besar
ketika berkontraksi. Septum antara atrium dan
Kata septum berasal dari Bahasa latin “sesuatu ventrikel disebut septum atrioventricular. Hal
yang menutup”. Dalam hal ini, septum (plural = ini ditandai dengan adanya empat katup yang
septa) merujuk sebuah dinding atau partisi yang memungkinkan darah untuk melalui dari atrium
membagi jantung menjadi ruangan-ruangan. Septa ke ventrikel dan dari ventrikel ke dalam trunkus
adalah kelanjutan secara fisik dari myocardium pulmonal dan aorta.

Buku Ilmiah Fetomaternal


262
Anatomi Jantung

Figure 8 Internal Structures of the Heart. This anterior view of the heart shows the four chambers,
the major vessels and their early branches, as well as the valves. The presence of the
pulmonary trunk and aorta covers the interatrial septum, and the atrioventricular
septum is cut away to show the atrioventricular valves.

Katup antara atrium dan ventrikel secara umum Daftar Pustaka


dikenal dengan katup atrioventrikularis. Katup
pada bukaan yang mengarah ke trunkus pulmonum 1. https://opentextbc.ca/anatomyandphysiology/
dan aorta secara umum dikenal dengan katup chapter/19-5-development-of-the-heart/
semilunaris. 2. htt ps : / /e m b r yo l o g y. m e d . u n sw. e d u . a u /
embryology/index.php/Basic_-_Primitive_
Septum interventrikularis dapat dilihat pada gambar Heart_Tube
8. Di dalam gambar ini, septum atrioventricular telah 3. htt ps : / /e m b r yo l o g y. m e d . u n sw. e d u . a u /
dihilangkan untuk lebih dapat menunjukkan katup embryology/index.php/Cardiovascular_
bicuspid dan tricuspid; septum interatrial tidak dapat System_Heart_Development
terlihat, karena lokasinya tertutup dengan aorta dan 4. http://www.indiana.edu/~anat550/cvanim/
trunkus pulmonum.

Buku Ilmiah Fetomaternal


263
Doppler pada Obstetri

Makmur Sitepu
Departemen Obsteri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan

Pendahuluan eksterna ibu. Tranduser digerakkan secara perlahan


Cara kerja sistem Doppler yaitu mengukur perbedaan kearah kepala bagian tengah sampai terlihat arteri
frekuensi antara suara yang dipancarkan yang uterina pada miometrium dengan pemetaan
mengenai sel-sel darah merah yang mengalir didalam warna. Doppler kemudian diletakkan diatas arteri
pembuluh darah dan gema yang dipantulkan kembali untuk mendapat gelombang doppler, yang di kenali
semakin kuat bila arus darah mendekati tranduser dari bentuk dan laju yang lebih lambat sesuai
sedangkan melemah jika menjauhi transduser. nadi ibu. 7
Dengan tekhnik berwarna secara konvensi ditetapkan Pada saat pemeriksaan ibu tidur terlentang,
: arus yang mendekati berwarna merah sedangkan dilakukan pemeriksaan biometri janin, menentukan
yang menjauhi berwarna biru.1,2,3 tempat atau letak plasenta dengan menggunakan
Ada dua cara menilai hemodinamik sirkulasi, real time USG, kemudian pemeriksaan arus darah
yaitu pengukuran langsung dari volume arus arteri uterina kanan dan kiri pada sisi mediokranial
darah ( blood flow volume ) dan penilaian tidak dari spina iliaka superior atau cervicocorporal
langsung dari kecepatan arus darah ( flow velocity junction sebagai gambaran yang khas , bersilangan
) dengan menggunakan analisis spektrum Doppler ( dengan arteri iliaka eksterna, ibu harus dalam
waveform analysis ). Penilaian ini sangat tergantung keadaan menahan nafas . Diukur rasio RI, PI, dan
dari besarnya pembuluh darah yang akan dipelajari ada atau tidaknya takik diastolik.
4.5
Pada pemeriksaan doppler akan terlihat
Untuk mengurangi kesalahan pengukuran volume perubahan dari analisa spektrum dimana pada
aliran darah sangat tergantung pada ketepatan trimester kedua ini tahanan arteri uterina semakin
pengukuran diameter pembuluh darah dan menurun, sehingga takik diastolik pada gambaran
sudut pancaran suara dengan arus darah didalam gelombang arus arteri uterina sebagian besar
pembuluh, maka pemeriksaan gelombang arus menghilang, takik ini menghilang pada kehamilan
darah digambarkan dengan beberapa parameter 18- 20 minggu / 20- 24 minggu.Jika terdapat takik
berdasarkan hubungan antara sistolik dan diastolik, diastolik persisten dengan atau tanpa peningkatan
parameter tersebut antara lain : 6 rasio S/D atau nilai indeks resistensi / RI ≥ 0,58
ataupun indeks pulsatilitas /PI ≥ 1,3 disebut
SD rasio, RI dan PI indek abnormal. Dengan bertahannya takik diastolik
Pemeriksaan arteri uterina pada arteri uterina , RI ≥ 0,58 atau PI ≥ 1,3
mempunyai nilai prediktif terhadap kemungkinan
Suplai darah terbanyak untuk uterus berasal dari terjadinya luaran perinatal yang kurang baik.
arteri. uterina dan arteri ovarika. A.uterina berasal Luaran perinatal yang kurang baik meliputi :
dari a. iliaka interna yang mensuplai sebagian besar preeklamsi, pertumbuhan janin terhambat, preterm,
di pelvis. Arteri uterina memberikan cabang ke persalinan dengan tindakan karena gawat janin atau
serviks dan vagina dan diteruskan ke atas dan sisi kematian perinatal. 9.10
lateral uterus, cabang- cabang arteri menembus Dengan memasuki usia kehamilan trimester
dinding uterus miring kedalam sampai 1/3 bagian ketiga , tahanan arteri uterina semakin menurun,
tengah uterus, kemudian bercabang sejajar dengan sehingga notch ( lekukan ) pada gambaran
permukaan sebagian arteri arkuata. Arteri radialis gelombang arus arteri uterina sebagian besar
merupakan cabang dan tegak lurus pada arteri menghilang. Dengan bertahannya notch pada
arkuata, masuk kedalam endometrium memberi arteri uterina, mempunyai nilai prediktif yang
cabang arteri basalis, yang kemudian a.radialis baik terhadap kemungkinan terjadinya hipertensi
menjadi arteri spiralis.. 1 dalam kehamilan.
Gelombang doppler arteri uterina dapat Bertahannya notch pada kedua sisi arteri
diperoleh dengan mengidentifikasi arteri iliaka uterina mempunyai 52 - 57 % kemungkinan

Buku Ilmiah Fetomaternal


264
Doppler pada Obstetri

Gambar 1 Doppler Arteri uterina yang merupakan cabang dari arteri Iliaka.

Gambar 2. Takik diastol arteri uterina.

timbulnya penyulit, dan satu diantara tiga wanita pada daerah dekat plasenta maka sirkulasi yang
hamil tersebut timbul penyulit yang memerlukan terekam besar sedang bila sampel diambil dekat
persalinan sebelum usia kehamilan 34 minggu. 11.12 dengan abdomen janin maka sirkulasinya menjadi
lambat. Sirkulasi darah vena umbilikal sangat
Arteri Umbilikal dipengaruhi oleh gerakan pernafasan janin dimana
bila inspirasi akan meningkat dan sebaliknya pada
Merupakan pembuluh darah yang pertama sekali saat expirasi sirkulasi darah vena akan melambat hal
dilakukan pemeriksaan doppler dengan gambaran yang sama terjadi juga pada pemeriksaan arus darah
yang khas berupa gambar gergaji dengan aliran arteri arteri umbilikal 2 13,14
pada satu sisi dan aliran vena pada sisi yang lain. Pada awal kehamilan sirkulasi arteri umbilikal masih
Pengukuran di arahkan pada bagian tali pusat yang berjalan lambat dengan gambaran diastol yang
bebas ( free floating ), kalau pengambilan sampel negatif (absent end diastolic flow) pada sebagian
Buku Ilmiah Fetomaternal
265
Makmur Sitepu

kasus diastole mulai muncul pada usia 10 minggu Ductus venosus


dan pada usia kehamilan 15 minggu kehamilan
normal harus telah muncul gelombang diastol. Pada Pemeriksaan Doppler pada DV dapat diambil pada
preeklampsi dengan viskositas darah yang lebih pemetongan midsagital ataupun transversal setinggi
kental maka akan terjadi perlambatan arus darah lingkar abdomen. Dv adalah penghubung antara
arteri umbilikal 13 vena porta kiri dengan vena cava inferior dengan
gambaran mapping doppler berupa alaising (
Aorta. percampuran warna).4,13,14
Gambaran doppler pada DV berupa tripasik yakni
Pemeriksaan doppler pada aorta dilaksanakan pada sistole, diastole dan A wave, spektrum abnormal
bagian terbawah dari dada diatas diafragma dengan berupa terbaliknya A wave hanya terjadi pada
sudut isonisasi < 45%. Velositas diastol aorta sudah trimester I yang disebabkan oleh sphinter ductus
ditemui pada trimestes II dan III pada kehamilan venosus yang masih immatur dan bila dijumpai pada
normal dengan gambaran PI konstan sepanjang usia 11-14 minggu maka harus dilakukan skreening
kehamilan. kelainan khromosom ataupun gangguan jantung. 14
Pemeriksaan DV mempunyai arti klinis yang penting
Arteri renalis. pada keadaan PJT yang disebabkan insufisiensi dari
plasenta, Hidrop foetalis, gangguan fungsi jantung.
Dopler pada arteri renalis didapat berupa cabang Adanya gambaran A wave terbalik pada PJT maka
dari aorta abdominalis ke arah hilus dsari ginjal. merupakan keadaan yang significant untuk terjadinya
Gambaran disatol tetap negatif sampai usia 34 kematian janin.13.14
minggu dan meningkat dengan semakin tuanya
kehamilan. Penurunan resistensi aretri renalis yang Arus darah Plasenta
merupakan peningkatan sirkulasi pada ginjal akan
meningkatkan produksi urin janin. 1,14 Pretorius et al, 1998 melakukan pemeriksaan
pembuluh darah plasenta dengan 3 D power Doppler
Cerebral arteri media mendapatkan peningkatan jumlah pembuluh darah
intraplasenta dan percabangannya seiring dengan
Dengan mappling doppler berwarna dapat dilakukan semakin tuanya kehamilan. Gambaran volume
pemeriksaan main cerebral artery berupa arteri plasenta dapat menunjukkan dengan jelas asal
karotid, middle cecebral artery anterior dan posterior pembuluh darah baik yang berputar-putar sekalipun
dan juga dapat mengevaluasi resistensi pembuluh yang selama ini tidak mungkin dibedakan dengan
darah.1,3 menggunakan 2 dimensi. Disamping itu juga dapat
Pada pemotongan transversal kepala setinggi dengan jelas membedakan pembuluh darah plasenta
BPD transduser diarahkan ke dasar tengkorak sampai sisi maternal maupun fetal.
terlihat tulang sphenoid. Akan tampak MCA yang
merupakan cabang utama dari cabang lateral sirkulus
willisi yang berjalan anterolateral dari garis tengah Kesimpulan:
dengan posisi ini senantiasa bisa didapat sudut
isonisasi <10%. Pada pemeriksaan jangan dilakukan 1. Dijumpai korelasi 3 D vascular byopsi dengan
tekanan yg berlebihan sebab akan mempengaruhi usia kehamilan dimana dengan semakin
resitensi dari aliran darah MCA. meningkatnya usia kehamilan semakin
Dalam keadaan normal sirkalusi pada MCA bertambahnya vascularisasi di plasenta
lebih lambat dibandingkan arteri karotid, aretri terutama VI dengan r=-305 dan VFI dengan r=
cerebral anterior dan posterior serta yang terpenting -0,206 dan tidak ditemui korelasi dengan FI
adalah harus jauh lebih lambat dibandingkan dengan 2. Dijumpai peningkatan vascularisasi di plasenta
arteri umbilikalis dan bila sirkulasi pada MCA lebih dengan semakin tuanya kehamilan sampai usia
besar dibandingkan aretri umbilikalis ini sudah 35 minggu kemudian setelah itu menurun
terjadi redistribusi sirkulasi darah pada organ vital 3. Tampak adanya korelasi terbalik antara arus
salah satunya adalah MCA yang dikenal dengan darah arteri umbilikal dengan 3D vascular
istilah brain sparring effect yang bisa dijumpai pada byopsi plasenta terutama VFI terhadap RI, SD
keadaan PJT, preeklampsi dsb.13,14 dan PI dengan angka masing-masing r=-0,320;
Buku Ilmiah Fetomaternal
266
Doppler pada Obstetri

Gambar 3 3D power doppler vascular byopsi pada daerah intervilus.

Vasc.byopsi VI FI VFI

Usia Kehamilan R – 0,305 R -0,024 R – 0,206


3D vascular Byopsi VI FI VFI
umbilakal
RI R 0,280 R -0,20 R – 0,32
SD R 0,18 R – 0,20 R - 0,38
PI R 0,16 R - 0,26 R – 0,36

Usia VI FI VFI RI SD PI
kehamilan

28 22,070 42,496 9,379 0,60 2,50 0,84


29 4,220 38,526 1,626 0,54 2,79 0,84

30 11,818 36,846 4,354 0,52 2,10 0,72


31 14,291 46,584 6,658 0,57 2,32 0,84
32 10,452 36,298 3,794 0,62 2,67 0,92
33 6,874 39,815 2,739 0,52 2,07 0,69
34 7,173 34,393 2,467 0,64 2,79 1,04
35 23,378 50.019 4,694 0,67 3,00 1,07
36 9,103 42,922 3,907 0,52 2,06 0,72
37 8,784 40,424 3,551 0,57 2,35 0,81

Buku Ilmiah Fetomaternal


267
Makmur Sitepu

Usia VI FI VFI RI SD PI
kehamilan

38 12,000 42,339 5,129 0,49 1,52 0,44


39 6,060 32,571 2,156 0,64 2,75 1,10
40 6,874 39,815 2,739 0,52 2,07 0,69
X 11,007 40,489 4,415 0,564 2,396 0,832
SD 5,888 5,000 2,542 0,072 0,389 0,166

- r=0,380; r= -0,363 9. Mose J. Doppler Ultrasound and fetal well


4. Lokasi plasenta juga menentukan vascularisasi being. Ultrasound Workshop, PIT Fetomaternal
di plasenta terutama perbedaan yang signifikan 6, Semarang , Maret 2005
dijumpai pada indek FI dan VFI. 10. Arias TP, Christina KH, Kypros H. The Role of
uterine artery Doppler in predicting adverse
Daftar Pustaka pregnancy outcome. Best Practice & Research
Clinical Obstetrics and Gynecology 2004 ; vol
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, 18, no 3 : 383 – 96
Gillstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Doppler 11. Wirakusumah FF, Pemeriksaan Arus Darah
Velocimetry. In : Williams Obstetrics 21 st ed Janin Dengan Sistem Doppler Pada Kehamilan
.New York: McGraw –Hill ; 2001 :1111 - 39 Lanjut Dalam Pemantauan Kesejahtraan Janin.
2. Trudinger B. Doppler Ultrasound Assesment of Ultrasonografi Kedokteran 4. Bandung, 2003
Blood flow. In : Creasy RK, Resnik R, Maternal 12. Yu CK, Smith GCS, Papageorghiou AT, Cacho
Fetal Medicine, Principle and Practice, 3 rd ed. AM, Nicolaides KH. An integrated model for
Philadelphia. WB Saunders ; 1994 : 234-57 prediction of preeclampsia using maternal
3. Salim A. Penilaian arus darah janin dan factors and uterine artery Doppler velocimetry
uteroplasenter. Kursus Dasar Ultrasonografi in unselected low risk women . Am J Obstet
dan Kardiotokografi, Bandung, April 2000 Gynecol 2005 ; 193: 429 -36
4. Goncalves LF, Romero R, Gervasi M, Maymon 13. Ertan AK, taniverdi HA.Doppler sonography in
E, Doppler velocimetry of the uteroplacental obstetri. Donald school J Ultrasound Obstet
circulation . In : Fleischer AC, Manning FA, Gynecol 2013;7(2); 128-148
Jeanty P,Romero R. Sonography in Obstetric & 14. Nicolaides K, Rizzo G, Hecher K, ximenes R.
Gynecology principles and practice. 6 th ed Doppler in Obstetrics. Diploma in fetal medicine
New York :.McGraw – Hill ; 2001 : 285 - 314 & ISUOG educational series.
5. Harris RD, Alexander RD. Ultrasound of the
placenta and umbilical cord. In : Callen PW.
Ultrasonography in Obstetrics and Gynecology.
4 th ed. Philadelphia. WB Saunders ; 2000 : 597
- 626
6. Maulik D, Yarlagadda P, Young JP, Ciston P.
Comparative efficacy of umbilical arterial
doppler Indices for predicting adverse
perinatal outcome .Am J Obstet Gynecol 1991;
164 :1434- 40
7. Poston L. The control of blood flow to the
placenta. Exp. Physiol 1997: 377-87
8. Less CC, Brown AS, Harrington KF.
Individualized Risk A ssesment for Adverse
Pregnancy Outcome by uterine artery doppler
at 23 weeks of gestation . Obstet Gynecol 1997
; 94 -100

Buku Ilmiah Fetomaternal


268
Identifikasi Edema Paru dengan USG

Triwedya Indra Dewi


Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Identifikasi Edema Paru dengan USG Gagal nafas akut merupakan kondisi sakit kritis
yang membutuhkan evaluasi secara berkala dan
Gagal nafas akut merupakan suatu kondisi yang intervensi segera. pemeriksaan ultrasonografi paru
sangat berbahaya bagi seorang pasien. Beberapa secara bedside merupakan pemeriksaan noninvasif,
kasus gawat darurat mungkin bisa terjadi di tersedia secara cepat, dan menjadi pemeriksaan
tempat-tempat yang memiliki fasilitas yang lengkap penunjang tambahan dari pemeriksaan fisik.
untuk mendiagnosis suatu penyakit dan tentunya Kelebihan utama USG paru ini karena dapat dilakukan
dapat mempengaruhi luaran. Pemeriksaan fisik secara cepat untuk mendiagnosis kelainan di paru.
dan radiografi sederhana memiliki keterbatasan Keuntungan lainnya adalah tidak perlunya pasien
sehingga masih dibutuhkan pemeriksaan mutakhir dilakukan transportasi ke bagian radiologi, megurangi
yang tentunya akan membuat pengobatan menjadi paparan radiasi, dan dapat digunakan sebagai
terlambat. Ultrasonografi paru saat ini telah menjadi panduan terapi. Salah satu aplikasi ultrasonografi
pemeriksaan dasar pada pasien dengan sakit kritis. paru pada gagal nafas akut adalah protokol Bedside
Gagal nafas pada kehamilan terjadi pada Lung Ultrasound in Emergency (BLUE). Terdapat tujuh
sebagian kecil pasien, akan tetapi dampaknya sangat prinsip dasar pada protokol ini: (1) gunakan alat yang
berat untuk ibu maupun janinnya. Gagal nafas pada sederhana untuk pencitraan paru; (2) ingatlah gaya
kehamilan terjadi pada 0.2% kehamilan, dan lebih gravitasi (udara berada di langit dan cairan berada
banyak ditemukan pada periode paska persalinan. di bumi) dalam menentukan penyakit; (3) tentukan
Penyebab gagal nafas pada kehamilan dapat titik yang pemeriksaan pada dada yang disebut
disebabkan karena beberapa kondisi tertentu pada BLUE point agar analisis dapat dilakukan berulang;(4)
kehamilan atau kelainan akibat sistem pernafasan, tentukan dengan tepat garis pleura (pleural line);
sehingga tatalaksana pada pasien dengan kehamilan (5)
Fokus pada artefak seperti garis A (A-line)
dan gagal nafas membutuhkan penanganan merupakan pengulangan dari garis pleura; (6) analisa
multidisiplin yaitu obstetri, feto maternal, gesekan pleura (lung slideing) berupa kerlipan yang
neonatologi, pulmonologi, intensivis, dan kardiologi. dapat dilihat pada garis pleura yang menyebar secara
Gagal nafas karena kondisi tertentu pada kehamilan homogen dibawahnya (membentuk tanda sea-shore
dapat disebabkan oleh preeklamsia, emboli ketuban, pada M-mode);(7) penyakit pernafasan yang bersifat
atau kardiomiopati peripartum. Kehamilan juga akut dan mengancam jiwa pada dasarnya berada
akan meningkatkan risiko atau derajat penyakit pada lapisan superfisial.
menjadi lebih berat seperti tromboemboli, asma, Table 2 Perbandingan pemeriksaan USG paru
penumonitis virus, dan aspirasi asam lambung. dibandingkan dengan CT scan pada
Table 1 Penyebab gagal nafas pasien dengan pasien sakit kritis
kehamilan

Buku Ilmiah Fetomaternal


269
Triwedya Indra Dewi

Gambar 1 BLUE point yang merupakan titik yang digunakan saat melakukan pemeriksaan BLUE protocol

Gambar 2 Profil A terdapat garis pleura dan artefak


garis A yang merupakan pantulan dari
garis pleura

Gambar 3 Profil B dengan gambaran seperti mercu suar atau ekor komet yang menandakan proses di
intersisial

Buku Ilmiah Fetomaternal


270
Identifikasi Edema Paru dengan USG

Gambar 4. BLUE-protocol

Protokol BLUE dilakukan setiap seorang dokter Daftar Pustaka


memiliki keraguan pada pemeriksaan fisik. Alat
USG didorong mendekati pasien dan dilakukan 1. Lapisky SE. Acute respiratory failure in
pemeriksaan protokol BLUE. Hal pertama yang akan pregnancy. Obstetric Medicine 2015, Vol. 8(3)
dicari adalah lung sliding . Jika positif makan tentukan 126–132
apakah pemeriksaan menunjukan profil A atau B. 2. Neto FL, Abdrade JM, Raupp AC, Townsend
Jika terdapat profil A maka lakukan pemeriksaan RS. Beltrami FG, Brisson H, et al. Diagnostic
vena secara sekuensial. Gambaran profil A disertai accuracy of the Bedside Lung Ultrasound in
trombosis vena dalam dapat menegakkan diagnosis Emergency protocol for the diagnosis of acute
emboli paru sebagai penyebab gagal nafas dengan respiratory failure in spontaneously breathing
spesifisitas sebesar 99%. Apabila tidak ditemukan patients.J Bras Pneumol. 2015;41(1):58-64
trombosis vena dalam maka lakukan pemeriksaan 3. Lichtenstein DA. Lung ultrasound in the critically
pada titik PLAPS. Jika PLAPS positif maka pasien ill. Annals of Intensive Care. 2014.4:1
diagnosa suatu pneumonia, akan tetapi jika PLAPS 4. Lichtenstein DA. Novel approaches to
normal maka dicurigai suatu PPOK atau asma akut. ultrasonography of the lung and pleural space:
Gambaran profil B menunjukkan adanya edema where are we now?. Breathe 2017 13: 100-111
paru. gambaran profil A/B atau C (konsolidasi 5. Lichtenstein DA. BLUE-Protocol and FALLS-
anterior) menunjukkan suatu pneumonia. Protocol: Two Applications of Lung Ultrasound
Protokol BLUE merupakan pemeriksaan USG in the Critically Ill. American College of Chest
yang sering digunakan dengan menggunakan alat Physicians. 2015. DOI: 10.1378/chest.14-1313
yang sederhana. Protokol ini dapat melakukan
pemeriksaan pada paru-paru untuk menilai
penyebab gagal nafas akut dan dapat diumpamakan
sebagai stetoskop yang dapat divisualisai.

Buku Ilmiah Fetomaternal


271
Kelainan Kongenital pada Ekstremitas

Defrin
Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

PENDAHULUAN Berdasarkan patogenesisnya, kelainan ekstremitas


dapat dibagi sebagai berikut:3
Kelainan kongenital merupakan suatu kelainan a. Malformasi : suatu kelainan yang disebabkan
yang dibawa dari sejak lahir. Ilmu yang mempelajari oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan
mengenai kelainan kongenital dan penyebab dari satu atau lebih proses embriogenesis.
terjadinya kelainan tersebut pada embrio yang Perkembangan awal dari suatu jaringan
sedang berkembang disebut dengan teratologi.1 atau organ tersebut berhenti, melambat
Diperkirakan, angka kejadian kelainan ekstremitas atau menyimpang sehingga menyebabkan
kongenital terjadi 6/10.000 kelahiran hidup, dimana terjadinya suatu kelainan struktur yang
insidensi kelainan tertinggi terjadi pada ekstremitas menetap. (contoh: phocomelia, polydactyly).
atas. Selain itu kelainan ekstremitas kongenitak lebih b. Deformasi : suatu bentuk, kondisi, atau posisi
sering terjadi unilateral dan lebih sering muncul pada abnormal bagian tubuh yang disebabkan oleh
sisi tubuh bagian kanan dibandingkan kiri.2,3 gaya mekanik sesudah pembentukan normal
Kelainan ekstremitas kongenital dapat disebabkan terjadi. Tekanan ini dapat disebabkan oleh
faktor genetik (defek gen tunggal, gangguan keterbatasan ruang dalam uterus ataupun
kromosom) dan nongenetik (teratogen dan defisiensi faktor ibu yang lain seperti primigravida,
mikronutrien). Kelainan kongenital pada ekstremitas panggul sempit, abnormalitas uterus seperti
dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula uterus bikornus, kehamilan kembar (contoh:
bersamaan dengan kelainan kongenital lainnya dan clubfeet).
disebut dengan kelainan kongenital multipel.3 c. Disrupsi : suatu defek morfologik satu
Untuk menegakkan kelainan ekstremitas secara bagian tubuh atau lebih yang disebabkan
dini saat masih didalam kandungan perlu dilakukan oleh gangguan pada proses perkembangan
menggunakan diagnosis prenatal. Ultrasonografi yang mulanya normal. Ini biasanya terjadi
(USG) telah menjadi salah satu metode pencitraan sesudah embriogenesis. Berbeda dengan
pilihan untuk menegakkan diagnosis prenatal dan deformasi yang hanya disebabkan oleh
membantu dalarn tindakan pengelolaan cacat tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan
bawaan, dibandingkan dengan metode pencitraan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan
lainnya karena aman, tidak invasif, cukup akurat. (contoh: amniotic band sequence).
dan cukup sederhana dibanding metode pencitraan Sedangkan berdasarkan etiologi, kelainan
lainnya, Namun, akurasi pemeriksaanya masih ekstremitas dapat disebabkan oleh:3
sangat bergantung dengan kemampuan resolusi alat a. Abnormalitas Kromosom (T21, T13, T18)
serta pengetahuan dan pengalaman operator.4,5 b. Single gene disorders
c. Kondisi Multifaktorial (dislokasi kongenital
ETIOLOGI KELAINAN EKSTREMITAS dari pinggul, clubfeet, scoliosis)
Penyebab kelainan ekstramitas sangat kompleks, d. Penyakit Maternal dan teratogen (DM tipe 1,
dapat timbul akibat kelainan genetik, abnormalitas penyakit autoimun, penggunaan as.valproat,
kromosom, faktor intrauterin, gangguan vascular, kokain, dll)
penyakit maternal dan terpapar teratogen.
Namun sampai saat ini hampir 50% abnormalitas DIAGNOSIS PRENATAL KELAINAN EKSTREMITAS
kongenital tidak diketahui penyebabnya secara pasti.
Pengetahuan tentang etiologi dan prognosa dari Berkembanganya teknologi ultrasonografi (USG)
kelainan ekstremitas tersebut, dapat memberikan pada saat ini, meningkatkan akurasi dari pemeriksaan
kemungkinan penegakkan diagnosis prenatal pada USG pada trimester 1. Ekstremitas digunakan
kehamilan dan kemungkinan opsi untuk dilakukan sebagai marker dari pertumbuhan janin, nutrisi
pencegahan untuk terjadinya kelainan ekstremitas serta usia kehamilan. Evaluasi dari ekstremitas janin
tersebut.3,6,7 dan identifikasi abnormalitas ekstremitas dapat

Buku Ilmiah Fetomaternal


272
Kelainan Kongenital pada Ekstremitas

digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis kongenital atau abnormalitas kongenital lainnya,
berbagai macam abnormalitas kromosom dan non seperti riwayat abortus, riwayat lahir mati, retardasi
kromosom. 2,8,9 mental dan kondisi abnormalitas lainnya.11
Pemeriksaan USG dilakukan secara sistematis,
dimulai dari proksimal ke distal dan memperhatikan KELAINAN KONGENITAL PADA EKSTREMITAS12,13
keempat ekstremitas. Berikut hal-hal yang dapat
dilihat menggunakan USG sesuai dengan usia 1. Sirenomelia : merupakan penyakit kelainan
kehamilan :10 langka bawaan, yang ditandai dengan kedua
a. 8-9 minggu : limbbud kaki yang menyatu dari paha hingga tumit.
b. 10-11 minggu : appendiculat tulang panjang, (Gambar 2.)
phalang 2. Amniotic Constriction Band : suatu kelainan
c. 12-13 minggu : metakarpal, metatarsal yang terjadi akibat helaian-helaian membran
d. 20-24 minggu : calcaneum, talus amnion, yang disebut pita amnion, terlepas dan
Selain pemeriksaan dengan menggunakan USG, melekat ke berbagai bagian tubuh, termasuk
dokter juga harus mengetahui bagaimana kondisi ekstremitas, jari-jari, tengkorak, serta muka
ibu hamil misalnya apakah ibu memiliki penyakit sehingga terjadi amputasi atau patahnya
dasar seperti diabetes melitus, hiperkoagulobilitas, bagian yang terkena. Hal ini sering terjadi
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dan penyakit pada ketuban pecah dini yang disertai dengan
autoimun lainnya, myotonic dystrophy, hipertensi, oligohidramnion. Biasanya kelainan ini terjadi
dan terpapan dengan teratogen seperti obat- asimetris, lebih dari 1 ekstremitas dan sporadic.
obatan, infeksi, alkohol, dan merokok. Informasi Angka kejadiannya adalah 1/1200 kelahiran
penting lainnya yang perlu dicari tahu adalah riwayat hidup. (Gambar 3)
anggota keluarga yang memiliki kelainan ekstremitas 3. Amelia Unilateral / Sindrom Tetraamelia:

Gambar 1 USG ekstremitas janin pada trimester 1.


(a–c) Potongan koronal pada ekstremitas atas (d–f) Potongan sagital pada ekstremitas bawah.
Ket: H, humerus; R, radius; R-F, kaki kanan; R-H, tangan kiri; U, ulna

Buku Ilmiah Fetomaternal


273
Defrin

merupakan kelainan bawaan autosomal resesif pada subtalar, equinus pada ankle dan deviasi
yang ditandai dengan tidak adanya keempat medial seluruh kaki dalam hubungan dengan
anggota badan. Kelainan ini menyebabkan lutut. Angka kejadian 2/1000 kelahiran hidup.
malformasi berat berbagai bagian tubuh (Gambar 7)
termasuk wajah dan kepala, jantung, sistem 7. Radial Clubhand: merupakan kelainan
saraf, kerangka dan alat kelamin. Biasanya ekstremitas berupa hipoplasia atau aplasia
bayi akan meninggal segera setelah lahir, radius, skafoid, trapesium, metakarpal I dan
dikarenakan paru-paru yang tidak berkembang. terbentuknya ibu jari serta struktur lain seperti
Para peneliti telah menemukan mutasi pada otot, saraf dan pembuluh darah.Polidaktili :
WNT3 gen pada orang dengan sindrom tetra merupakan suatu kelainan ekstremitas berupa
amelia dari satu keluarga besar. (Gambar 4) terjadinya duplikasi jari-jari tangan melebihi
4. Sindaktili: merupakan kelainan pada jari, berupa dari biasanya. Kelainan ini dapat berupa
pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak duplikasi jaringan lunak sampai duplikasi yang
tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek. disertai dengan metakarpal dan phalangs.
Ada yang perlekatannya hanya sepertiga dari Hubungan pada jari tangan daerah metakarpal
panjang jari, atau sepanjang jari saling melekat dapat mempunyai sendi / tanpa sendi.
serta bisa juga hanya terjadi pada jaringan (Gambar 8)
kulit, tendon (jaringan lunak) bahkan pada
kedua tulang yang bersebelahan. Penyebabnya KESIMPULAN
adalah kelainan genetika, ataupun obat-obatan
tertentu yang dikonsumsi saat kehamilan. Angka Kelainan kongenital (kelainan bawaan) merupakan
kejadian dari kelainan ini 3/10000 kelahiran suatu kelainan yang dibawa dari sejak lahir. Salah
hidup. satu kelainan kongenital yang sering terjadi adalah
5. Ectrodactili: merupakan kelainan yang terdiri kelainan ekstremitas kongenital. Kelainan ekstremitas
dari jari tengah atau jari kaki yang hilang. Tangan dapat disebabkan faktor genetik (defek gen tunggal,
orang penderita kelainan ini seperti capit, gangguan kromosom, multifaktorial) dan nongenetik
bahkan ada juga yang hanya memiliki satu jari. (teratogen dan defisiensi mikronutrien). Kelainan
Penyebab kelainan ini adalah mutasi kromosom kongenital pada ekstremitas dapat berupa satu jenis
7, yang juga dapat menyebabkan kondisi seperti kelainan saja atau dapat pula bersamaan dengan
gangguan pertumbuhan, hernia dan gangguan kelainan kongenital lainnya dan disebut dengan
pendengaran. Karena itu ectrodactili atau kelainan kongenital multipel. Ultrasonografi telah
lobster claw syndrome biasanya terjadi bersama menjadi salah satu metode pencitraan pilihan untuk
dengan kelainan fungsi indera lainnya. menegakkan diagnosis prenatal dan membantu
(Gambar 6) dalam tindakan pengelolaan cacat bawaan termasuk
6. Club Foot / Congenital Talipes Equinovarus : kelainan ekstremitas kongenital.
merupakan deformitas forefoot adduksi dan
supinasi melalui sendi midtarsal, tumit varus

Gambar 2 Bayi dengan Kelainan Sirenomalia

Buku Ilmiah Fetomaternal


274
Kelainan Kongenital pada Ekstremitas

Gambar 3 Bayi dengan Amniotic Constriction Band

Gambar 4 Kelainan Sindrom Tetraamelia

Gambar 5 Kelainan Sindaktili

Buku Ilmiah Fetomaternal


275
Defrin

Gambar 6 Kelainan Ectrodactili

Gambar 7 Kelainan Clubfoot

Gambar 8 Polidaktili

Buku Ilmiah Fetomaternal


276
Kelainan Kongenital pada Ekstremitas

DAFTAR PUSTAKA 8. Seashore MR, Wappner RS. Genetic in primary


care & clinical medicine. Edisi ke-1. Stamford:
1. Cordero JF. Registries of birth defects and Lange Medical Book; 1996.
genetic diseases. Pediatr Clin North Am. 9. Carrera JM. Editorial: The decalogue of prenatal
2002;39:65–70. ultrasonographic diagnosis. Ultrasound Review
2. Christianson A, Howson CP, Modell B. March of Obstet Gynecol 2002; 2: 193-4
dimes: global report on birth defects. New York: 10. Callen PW. The obstetric ultrasound examination.
White Plains; 2006. Dalam: Callen PW. Ultrasonography in obstetrics
3. Ermito Sentina, et al. Prenatal diagnosis of limb and gynecology. 3rd ed. Philadelphia: WB
abnormalities: role of fetal ultrasonography. Saunders Co. 1998: 1-14
Journal of Prenatal Medicine 2009; 3 (2): 18-22. 11. Bhat Arshad, et al. Prenatal sonographic
4. Rice Katrine J, et al. Diagnosis of Fetal Limb diagnosis of limb-body wall complex: case
Abnormalities Before 15 Weeks Cause for series of a rare congenital anomaly. Radiology
Concern. Ultrasound Med 2011; 30:1009–1019. Case Reports. 2016:16-20
5. Dickey Jeffrey M, et al. The utility of ultrasound 12. Liao Yi Mei, et al. Routine screening for fetal limb
for the detection of fetal limb abnormalities – abnormalities in the first trimester. Prenatal
a 20-year single-center experience. Prenatal Diagnosis. 2016(36):117–126.
Diagnosis 2015, 35, 348–353. 13. Rypens Françoise. Fetal anomalies of the hands
6. Aase JM. Diagnostic dysmorphology. Edisi ke- and feet. Department of Medical ImagingSte-
1. New York & London: Plenum Medical Book Justine Mother-Child University Hospital
Company; 1998. CenterUniversity of Montreal, Quebec, Canada.
7. Samadirad et al. Clinical Study Congenital 2013
Anomalies and Termination of Pregnancy in
Iran Hindawi Publishing Corporation Journal of
Pregnancy Volume 2012.

Buku Ilmiah Fetomaternal


277
KELAINAN IRAMA JANTUNG

Mintareja Teguh
SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Karangasem

Pemeriksaan Irama Janin


M-Mode Echocardiography

M-Mode Echocardiography digunakan untuk


mengevaluasi fetal aritmia dan melihat variasi katup
jantung. M-Mode cursor ditempatkan menyilang
pada atrium dan ventrikel, maka kontraksi atrium
dan ventrikel terekam (gambar 1). Gambaran signal
yang terekam bergantung pada posisi punggung
janin.

Pulsed Doppler Echocardiography


Gambar 2 Pulsed Doppler pada inflow ventrikel kiri (katup
Pulsed Doppler Echocardiography dapat memberikan mitral) dan outflow pada sinus irama jantung janin normal.
informasi penting dalam penilaian kelainan irama Kontraksi atrium (A) pada katup mitral dan kontraksi
jantung janin dan merupakan metoda yang lebih ventrikel (V) outflow aortaDikutip dari: Afred A dkk.1
disukai saat ini selain M-Mode Echocardiography.
Pulsed Doppler Echocardiography memungkinkan
mengetahui sinyal simultan dari kontraksi atrium dan
ventrikel sehingga dapat mengidentifikasi klasifikasi
berbagai kelainan aritmia jantung janin. Doppler
cursor ditempatkan melintasi katup mitral dan aorta
(gambar 2), arteri dan vena paru (gambar 3), arteri
dan vena ginjal (gambar 4) atau vena cava inferior
dan aorta (gambar 5). Ketika vena cava superior
dan aorta secara bersamaan dilakukan Doppler,
aliran retrograde pada vena cava superior menandai
awal sistol atrium, dan timbulnya aliran aorta ke
depan menandai awal dari sistol ventrikel. Interval
PR mekanis juga dapat dievaluasi menggunakan Gambar 3 Pulsed Doppler pada arteri dan vena
Doppler. pulmonal pada sinus irama jantung janin normal.
Dikutip dari: Alferd A dkk.1

Gambar 1 Gambaran M-Mode sinus irama jantung Gambar 4. Pulsed Doppler pada aorta dan vena cava
janin normal Dikutip dari: Alfred A dkk.1 superior pada sinus irama jantung janin normal
Dikutip dari: Alfred A dkk.1

Buku Ilmiah Fetomaternal


278
Kelainan Irama Jantung

Elektrokardiografi (EKG) Janin Premature Atrial Contractions


EKG pada janin yang dilaporkan dan diperkenalkan
pada sekitar satu dekade yang lalu, berasal dari Sebagian besar kelainan irama jantung irregular
rekaman abdomen sinyal elektrik jantung janin. ditemukan adanya PACs (gambar 6) yang disebabkan
Teknik ini sangat sulit dilakukan karena kesulitan oleh denyut atrium ektopik, yang sering terjadi pada
mengisolasi sinyal EKG janin dari sinyal EKG ibu yang akhir trimester ke dua hingga kehamilan aterm. PACs
tumpang tindih. 1-2% dikaitkan dengan penyakit jantung bawaan
dan dapat berkembang menjadi takikardia selama
Tissue Doppler Imaging intrauterin dan 2-3% kasus berlanjut hingga usia 3-4
Pencitraan Tissue Doppler adalah teknik yang minggu pertama dalam kehidupan neonatus.
relatif baru yang memungkinkan analisis langsung Faktor risiko yang mempengaruhi perkembangan
pergerakan kecepatan miokardium pada jantung PACs menjadi takikardia adalah termasuk denyut
janin.3 Teknik ini memberikan peta kode berwarna ventrikel yang rendah disebabkan beberapa denyut
dari pergerakan dan struktur jantung dan atrium ektopik dan kompleks ektopik yang diblokir.
pergerakannya (gambar 5). Termasuk bigemini (gambar 7) atau trigemini (gambar
8).1,2,5-7 Adanya PACs pada janin dengan gangguan
fungsi jantung harus diwaspadai kemungkinan
terjadinya Supraventricular Tachycardia (SVT).
Observasi mingguan atau 2 minggu sekali perlu
dipantau irama jantung janin hingga menunjukkan
perbaikan pada PACs atau hingga janin lahir.

Gambar 5 Pencitraan Tissue Doppler pada four


chamber view pada janin normal (A) dan janin
dengan anemia (B). Perhatikan warna hijau pada
ventrikel kanan menunjukkan disfungsi ventrikel
kanan
Dikutip dari: Alfred A dkk.1

Klasifikasi dan Terapi pada Kelainan Irama Jantung


Klasifikasi kelainan irama jantung (aritmia) pada Gambar 6. M-Mode menunjukkan kontraksi atrium
neonatus, anak dan dewasa berdasarkan pada dan ventrikel normal, yang diikuti oleh APCs (panah)
temuan yang didapat pada hasil EKG. Teknik EKG dan VPCs (*)
secara teknis sulit diterapkan pada janin, maka untuk Dikutip dari: Alfred A dkk.1
klasifikasi aritmia janin digunakan Ultrasonogarfi
(USG) seperti: M-Mode, Pulsed Doppler
Echocardiography, Tissue Doppler Imaging.4
Aritmia janin dikelompokkan menjadi tiga
kelompok utama:
1. Irama Jantung irregular
2. Bradiaritmia (< 100 denyut/menit)
3. Takiaritmia ( > 180 denyut/menit)

1. Irama Jantung Irregular


Kelainan irama jantung irregular adalah
penyebab paling umum untuk aritmia janin dan Gambar 7 A. M-Mode dan B. Colour Doppler arteri
di klasifikasikan: Premature Atrial Contractions umbilikalis pada janin dengan bigemini
(PACs); Premature Ventricular Contractions Dikutip dari: Alfred A dkk.1
(PVCs).
Buku Ilmiah Fetomaternal
279
Mintareja Teguh

Sinus Bradikardia

Sinus bradikardia jarang terjadi dan dapat disebabkan


karena disfungsi sinus node, asidemia janin,
sindroma long QT atau kelainan bawaan seperti
sindroma heterotaxy.9 Disfungsi sinus node dapat
terjadi akibat kelainan genetik atau kerusakan sinus
node normal karena infeksi atau antibodi. Sindroma
Long QT adalah kelainan genetik pada channels
natrium dan kalium yang mengatur repolarisasi
jantung. Perlu dipikirkan suatu sindroma Long QT
bila mempuyai riwayat dalam keluarga atau ketika
Gambar 8 A. M-Mode dan B. Colour Doppler arteri ditemukan takikardia ventrikel dengan blok AV 2:1.
umbilikalis pada janin dengan trigemini Karateristik sinus bradikardia meliputi AV 1:1 pada
Dikutip dari: Alfred A dkk.1 EKG dengan rerata atrium yang lambat.
Premature Ventricular Contraction
Atrium Bigemini atau Trigemini Persisten
Premature Ventricular Contraction (PVCs) sangat
jarang terjadi, denyut prematur berasal dari ventrikel. Atrium bigemini atau trigemini persisten dengan
PVCs disebagian besar kasus tidak berbahaya. Sangat blok denyut prematur merupakan penyebab lain dari
sulit membedakan PACs dari PVCs pada janin. bradikardia janin. Membedakan jenis bradikardia
Gambaran regurgitasi trikuspid pada Colour Doppler dari blok AV jantung ini sangat penting mengingat
atau gelombang A yang kecil pada vena cava inferior prognosis yang berbeda. Blok denyut prematur
yang berdenyut bersamaan dengan hantaran ektopik dan blok AV jantung, denyut atrium lebih tinggi
menunjukkan berasal dari ventrikel.5 dibanding denyut ventrikel. Blok denyut prematur
biasanya cenderung hilang dengan meningkatnya
Terapi Irama Jantung Irregular aktivitas janin.

Terapi tidak diperlukan dalam sebagian besar kasus Congenital Atrioventricular Heart Block
dengan irama jantung irregular yang disebabkan
adanya PACs atau PVCs karena sebagian besar Congenital Arrioventricular Heart Block (CAVB)
akan hilang secara spontan. Menghindari faktor 40% kasus yang terjadi pada janin dengan kelainan
yang diduga menyebabkan irama jantung irregular jantung bawaan, terutama isomerisme atrium kiri
seperti merokok, konsumsi kafein yang berlebihan, (heterotaxy) atau Transposition of The Great Arteries
obat β mimetik. Disarankan hanya mengevaluasi (TGA), dan 60% sisanya bukan disebabkan anomali
setiap seminggu atau 2 minggu untuk memantau strutural. CAVB sering disebabkan karena penyakit
irama jantung janin menjadi takikardia yang imun jaringan ikat ibu. CAVB terjadi pada sekitar 1
memerlukan terapi janin. Bila terjadi takikardia tidak dari 22.000 kelahiran hidup. 1-2% pada kelahiran
direkomendasi untuk diterminasi kehamilannya, hidup dengan antibodi anti-SSA/Ro, dengan risiko
setelah janin lahir diperlukan EKG pada masa rekurensi berkisar 14-17% pada kehamilan.10-14
neonatus.8 Patogenesis CAVB disebabkan respons
inflamasi dan kerusakan miokardium oleh antibodi
2. Bradiaritmia Janin maternal, hal ini meliputi disfungsi miokardium,
Definisi bradikardia adalah denyut jantung kardiomiopati, fibroelastosis endokardial dan
janin < 100 denyut/menit. Penekanan abdomen kelainan konduksi. CAVB menyebabkan tingkat
saat pemeriksaan USG dapat menyebabkan kematian yang tinggi, 70% yang berkaitan dengan
peningkatan stimulasi vagal reflek pada janin, malformasi jantung dan 19% disebabkan karena
episode denyut jantung janin trasien < 100 imun.15 Untuk memprediksi janin yang berisiko
denyut/menit biasanya normal. Penyebab mengalami CAVB pada kehamilan dengan antibodi
bradikardia janin termasuk: sinus bradikardia, anti-SSA dapat dilakukan pengukuran interval PR
blok atrium bigemini/trigemini persisten, blok dengan Doppler USG. Nilai normal interval PR pada
AV derajat tinggi.9,10 janin 0,12 ± 0,02 detik bila diukur dari katup mitral/
Buku Ilmiah Fetomaternal
280
Kelainan Irama Jantung

aorta (gambar 10). Perpanjangan interval PR > 0,14 manfaat pengobatan steroid pada CAVB harus
detik terdapat pada 30% janin dalam kehamilannya dilakukan. Penggunaan steroid sebagai pengobatan
dengan antibodi anti-SSA. Petanda potensial lainnya pencegahan pada kehamilan berisiko tidak
seperti regurgitasi trikuspid, penurunan fungsi dianjurkan. Lebih lanjut, terapi dengan obat-obat β
jantung, takikardia ventrikel dan fibroelastosis.15 mimetik untuk meningkatkan denyut jantung janin
dalam heart blok komplit telah disarankan, tetapi
manfaat jangka panjang dari pengobatan tersebut
belum jelas. Penggunaan Hidroxychloroquine (HCQ)
dapat mencegah rekurensi penyakit pada kehamilan
berikutnya, diduga HCQ berperan penting untuk
mencegah manifestasi jantung dari anti-SSA/Ro.1,2,15

3. Fetal Takiaritmia
Definisi takikardia adalah denyut jantung janin
> 180 denyut/menit. Takikardia yang berlanjut
Gambar 9 M-Mode janin dengan blok jantung. berpotensi meningkatkan morbiditas dan
Kontraksi atrium (A) terjadi secara teratur. Kontraksi mortalitas janin, sehingga memerlukan evaluasi
ventrikel (V) terjadi dengan kecepatan yang lebih dan terapi lebih lanjut. Malformasi jantung janin
lambat, terlepas dari kontraksi atrium jarang berhubungan dengan kelainan kongenital
Dikutip dari: Alfred A dkk.1 jantung, hanya berkisar 1-5% kasus takikardia
yang disebabkan malformasi kelainan jantung
janin. Takiaritmia janin meliputi: Takikardia
atrium dan ventrikel, rerata variabilitas serta
interval waktu AV dan VA meningkat.2

Sinus Takikardia

Sinus takikardia ditandai denyut atrium dan


ventrikel yang sama berkisar 180-200 denyut/menit,
konduksi AV 1:1, durasi interval AV dan variabilitas
denyut jantung normal. Disebabkan oleh demam,
infeksi, konsumsi obat β mimetik dan gawat janin.
Gambar 10 Interval PR normal. A. Interval PR 0,100 Penatalaksanaan sinus takikardia adalah menterapi
detik crusor Dopller di mitral-aorta. B. Interval PR penyebab yang mendasarinya.
0,142 detik crusor Doppler di spektral jaringan
Dikutip dari: Alfred A dkk.1 Takikardia Supraventrikular

Terapi Bradiaritmia Janin Supraventricular Tachycardia (SVT) adalah penyebab


paling umum dari takikardia janin berkisar 66-
Sebagian besar kasus sinus bradikardia tidak 90% dari semua kasus. Kisaran takikardia pada SVT
memerlukan terapi. Heart block yang berhubungan sekitar 220-240 denyut/menit, rasio konduksi AV 1:1,
dengan malformasi jantung tidak dapat dilakukan denyut jantung janin monoton dengan berkurangnya
terapi intrauterin, bila ditemukan denyut ventrikel < variabilitas kecepatan atrium atau ventrikel (gambar
50 denyut/menit dihubungkan dengan peningkatan 11).
terjadinya hidrops fetalis. Terapi Heart block yang
disebabkan karena imun diberikan betametason Atrial Flutter
atau deksametason, terbukti efektif meningkatkan
kelangsungan hidup pada 1 tahun pertama Definisi Atrial Flutter adalah kecepatan atrium
dari 47% menjadi 95% bila digunakan secara yang regular berkisar 300-600 denyut/menit,
sistematis. Dosis steroid berulang telah terbukti disertai variasi derajat konduksi blok AV, sehingga
mengganggu pertumbuhan janin dan mengurangi menghasilkan kecepatan ventrikel yang lambat
berat otak pada hewan. Konseling mengenai risiko/ berkisar 220-240 denyut/menit (gambar 12). 80%
Buku Ilmiah Fetomaternal
281
Mintareja Teguh

kasus konduksi blok AV 2:1 dan sisanya 3:1. 10-30% Digosin masih merupakan pilihan obat lini pertama
kasus takiaritmia janin disebakan Flutter atrium dan dalam terapi takiaritmia pada janin. Terapi digosin
30% kasus dikaitkan dengan kelainan kromosom dan tidak efektif pada SVT dengan interval VA yang
kelainan jantung struktural atau cacat lainnya. 35- memnajang. Namun demikian, digosin tampaknya
40% berakhir dengan hidrops fetalis. efektif dalam mengobati SVT dengan interval VA
pendek dan flutter atrium pada janin non hidrops.1,2
Sotalol oral β-blocking agent direkomendasikan
sebagai obat pilihan untuk SVT dengan interval VA
panjang dan untuk janin hidrops, baik diberikan
secara tunggal atau dalam kombinasi dengan
digosin.2 Flesainid, amiodaron dan obat antiaritmia
lainnya biasanya dicadangkan sebagai pengobatan
lini ke dua dalam kasus-kasus yang tidak responsif
terhadap digosin dan/atau sotalol.1

DAFTAR PUSTAKA

Gambar 11 M-Mode pada janin dengan SVT 1. A. Abuhamad, R. Chaoui. A Pratical Guide to
Dikutip dari: Alfred A dkk.1 Fetal Echocardiography Normal and Abnormal
Hearts. Edisi ke-3. China: Wolters Kluwer; 2016:
h.547-61.
2. U. Gembruch. Dalam S. Yagel, N.H.
Silverman, U. Gembruch, penyunting: Fetal
Cardiology Embryology, Genetic, Physiology,
Echocardiographic Evaluation, Diagnosis and
Perinatal Management of Cardiac Diseases.
Edisi ke-1. Ontario: Martin Dunitz Publishing;
2003: h.355-69.
3. Rein AJ, O’Donnell C, Geva T, dkk. Use of Tissue
Velocity Imaging in The Diagnosis of Fetal Cardiac
Arrhythmias. Circulation. 2002;106:1827–33.
4. Jaeggi ET, Nii M. Fetal Bradyarrhythmias
Gambar 12 M-Mode janin dengan atrial flutter and Tachyarrhythmias: New and Accepted
Dikutip dari: Alfred A dkk.1 Diagnostic and Treatment Tethods. Semin Fetal
Neonatal Med. 2005;10:504–14.
Takikardia Ventrikular 5. Simpson JM, Yates RW, Sharland GK. Irregular
Heart Rate in The Fetus not Always Benign.
Takikardia ventrikel jarang terjadi dan memiliki Cardiol Young. 1996;6:28–31.
kecepatan ventrikel lebih dari 180 denyut/menit 6. Simpson LL. Fetal Supraventricular Tachycardias:
dalam pengaturan disosiasi AV.2 Diagnosis and Management. Semin Perinatol.
2000;24:360–72.
Fribrilasi Atrium 7. Vergani P, Mariani E, Ciriello E, dkk. Fetal
Arrhythmias: Natural History and Management.
Fbrilasi atrium adalah bentuk jarang dari takikardia Ultrasound Med Biol. 2005;31:1–6.
janin yang melibatkan kecepatan atrium yang 8. Larmay HJ, Strasburger JF. Differential Diagnosis
cepat dan tidak teratur dengan konduksi blok AV . and Management of The Fetus and Newborn
Kecepatan ventrikel cepat dan tidak teratur dengan with an Irregular or Abnormal Heart Rate.
variabilitas. Seringkali fibrilasi atrium sulit dibedakan Pediatr Clin North Am. 2004;51:1033–50.
dari flutter atrium pada janin.2 9. Hofbeck M, Ulmer H, Beinder E, dkk. Prenatal
Findings in Patients with Prolonged QT Interval
Terapi Takiaritmia Janin in The Neonatal Period. Heart. 1997;77:198–
204.
Buku Ilmiah Fetomaternal
282
Kelainan Irama Jantung

10. Beinder E, Grancay T, Menendez T, dkk. Fetal with Anti-SSA/Ro Antibodies: A Study of
Sinus Bradycardia and The Long QT Syndrome. 165 Pregnancies, with Special Focus on
Am J Obstet Gynecol. 2001;185:743–47. Electrocardiographic Variations in The Children
11. Michaelsson M, Engle MA. Congenital Complete and Comparison with A Control Group. Arthritis
Heart Block: An International Study of The Rheum. 2004;50:3187–94.
Natural History. Cardiovasc Clin. 1972;4:85–101. 15. Moak JP, Barron KS, Hougen TJ, dkk. Congenital
12. Siren MK, Julkunen H, Kaaja R. The Increasing Heart Block: Development of Late-onset
Incidence of Isolated Congenital Heart Block in Cardiomyopathy, A Previously Underappreciated
Finland. J Rheumatol. 1998;25:1862–64. Sequela. J Am Coll Cardiol. 2001;37:238–42.
13. Brucato A, Frassi M, Franceschini F, dkk. Risk of
Congenital Complete Heart Block in Newborns
of Mothers with Anti-Ro/SSA Antibodies
Detected by Counterimmunoelectrophoresis:
A Prospective Study of 100 Women. Arthritis
Rheum. 2001;44:1832–35.
14. Costedoat-Chalumeau N, Amoura Z, Lupoglazoff
JM, dkk. Outcome of Pregnancies in Patients

Buku Ilmiah Fetomaternal


283
Pengikatan Serviks (Cervical Cerclage)

Jeffry Iman Gurnadi


SMF Obstetri & Ginekologi RSUD Cibabat Bandung

Definisi:
Pengikatan serviks (cervical cerclage) adalah suatu prosedur bedah dengan melakukan penyisipan atau
penjahitan benang khusus (sintetis) pada serviks, yang bertujuan untuk memperkuat leher rahim setelah
diagnosa inkopeten servik telah ditegakkan.1
inkompetensi serviks (cervical incompetence) telah di definisikan oleh American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) sebagai ketidakmampuan dari servik uterus untuk mempertahankan kehamilan di
semester 2, dalam kondisi tidak adanya kontraksi Rahim.2

Maksud dan Indikasi: spekulum saat 16 - 23 minggu.3

Maksud dari Penjahitan ini secara mekanik akan Metaanalisis Cochrane (2012) menganalisis 9
meningkatkan kekuatan tensil serviks, sehingga penelitian acak pengikatan serviks dibandingkan
dapat mempertahankan kehamilan dari persalinan yang tidak diikat; yang melibatkan 2.898 ibu hamil,
preterm atau abortus. menyatakan bahwa pengikatan serviks dapat
Tindakan ini merupakan suatu prosedur yang untuk mengurangi persalinan preterm secara bermakna
mencegah persalinan preterm yang bersifat invasif. (RR 0,80, 95%. CI 0,69-0,95).4
• Kontraindikasi :
Penjahitan serviks dilakukan pada: • - Kelainan kongenital janin mayor
Indikasi Obstetri: • - Infeksi intrauterin
• - Perdarahan masif
Ibu hamil dengan insufisiensi serviks berdasarkan • - Persalinan preterm fase aktif
anamnesis pernah mengalami dua kali atau lebih • - IUFD
abortus trimester kedua (kelahiran preterm). • - KPD preterm
Pengikatan serviks disarankan pada 12-14 minggu • Menonjolnya selaput ketuban saat
kehamilan (Tindakan/operasi pada serviks pemeriksaan sebelum penjahitan
atau penilaian serviks sebelum kehamilan yang merupakan kontraindikasi relatif yang harus
mengindikasikan “kelemahan serviks” tidak diberitahukan pada ibu, karena risiko pecah
diperhitungkan sebagai indikasi pengikatan serviks). ketuban (iatrogenic) cukup tinggi (>50%).
Indikasi Ultrasonografi: Plasenta previa, bukan kontraindikasi mutlak
Kehamilan tunggal, riwayat kelahiran prematur/ untuk pengikatan serviks.5
abortus midtrimester satu kali atau lebih, yang pada Tidak ada konsensus tentang batas usia kehamilan
pemeriksaan TVUS ditemukan pemendekan serviks untuk dilakukan pengikatan serviks. Umumnya
(<25 mm) saat 16 - 23 minggu kehamilan. Pada dilakukan di atas 12 minggu, karena abortus di
panjang serviks <25 mm dengan pemeriksaan TVUS bawah 12 minggu sering akibat kelainan kromosom
yang tidak disertai riwayat obstetri, tidak dianjurkan (aneuploidi) dan secara USG kelainan kongenital
untuk pengikatan serviks (Rekomendasi B). mayor/trisomi-21 dapat dideteksi sebelum
Ibu hamil dengan riwayat persalinan preterm atau pengikatan serviks. Pengikatan serviks umumnya
abortus midtrimester ditawarkan untuk melakukan tidak dilakukan di atas 28 minggu karena persalinan 29
serial TVUS antara 14 -24 minggu. minggu sudah dapat menghasilkan fetus yang cukup
Funelling (dilatasi ostium internal) tanpa pemendekan baik (bila dilakukan persiapan yang baik). Pengikatan
serviks, bukan indikasi pengikatan serviks. antara 24-28 minggu merupakan kontroversi, karena
tindakan pengikatan serviks pada usia kehamilan
Indikasi Fisik: tersebut meningkatkan risiko ketuban pecah.
Keputusan untuk melakukan pengikatan serviks;
Ibu hamil dengan insufisiensi serviks berdasarkan dilakukan dengan pertimbangan secara individual,
leher rahim melebar pada pemeriksaan digital atau termasuk riwayat obstetrik, keterampilan operator

Buku Ilmiah Fetomaternal


284
Pengikatan Serviks (Cervical Cerclage)

dan ketersediaan NICU. Pengikatan serviks tidak terjadinya infeksi. Pemberian antibiotika
dilakukan sebagai profilaksis untuk memperpanjang terapi untuk keadaan yang ditemukan harus
usia kehamilan pada kehamilan multipel tanpa diberikan (servisitis misalnya).
riwayat insufisiensi serviks atau indikasi USG/fisik.
Pemberian Tokolitik
PROSEDUR
Tokolitik tidak diberikan pada pengikatan serviks,
Manajemen pengikatan serviks sebagian besar karena tidak ada data tentang iritabilitas uterus dan
didasarkan pada data dari serial kasus, studi pemakaian tokolitik pada trimester pertama. Tidak
observasional dan pendapat para ahli. Tidak banyak ada bukti bahwa pemberian tokolitik preoperatif
penelitian dengan jumlah kasus yang besar yang pada trimester dua akan memperpanjang usia
menganalisis masing masing prosedur. kehamilan. Pemberian indometasin (prostaglandin
synthesase inhibitor) pada pengikatan serviks
Penilaian pra operasi yang dilakukan trimester kedua didasarkan pada
Evaluasi janin peningkatan prostaglandin sementara setelah
pengikatan, namun tidak terbukti bermanfaat.6
Sebelum melakukan pengikatan serviks,
klinisi harus mengonfirmasikan aktivitas jantung Pemberian Progesteron
janin (viabilitas), usia kehamilan, anomali struktur
janin (seperti anensefal) yang dapat mempengaruhi Ibu dengan riwayat persalinan preterm biasanya
keputusan pasien untuk melanjutkan kehamilan sudah mendapat progesteron sebelum pengikatan
dan menawarkan penapisan aneuploidi jika belum serviks. Pemberian progesteron setelah pengikatan
dilakukan. Pemeriksaan USG detail trimester kesatu tidak terbukti bermanfaat. Pemberian progesteron
harus dilakukan pada semua kandidat pengikatan untuk melanjutkan pemakaian sebelum pengikatan
serviks. masih dilakukan, tetapi pemberian yang berkaitan
dengan pengikatan serviks tidak dilakukan.6
Skrining untuk infeksi
Anestesi
• Pemeriksaan laboratorium untuk infeksi
menular seksual (gonore, klamidia); Sebaiknya pengikatan dilakukan dengan anestesi,
sebaiknya dilakukan jika ibu berisiko tinggi baik regional atau umum; tujuan utama tindakan ini
untuk terkena infeksi, meskipun penapisan adalah untuk ketenangan ibu. Untuk mendapatkan
infeksi menular seksual belum terbukti relaksasi uterus; anestesi umum lebih terpilih
meningkatkan luaran pengikatan serviks. dibandingkan lokal.
• Infeksi intrauterine harus disingkirkan
sebelum tindakan dengan melakukan Persiapan pasien
anamnesis, pemeriksaan ginekologi dan
obtetri serta penapisan laboratorium Pengosongan kandung kencing selalu dilakukan
(demam, leukositosis, leukore, nyeri sebelum pengikatan, namun jangan memasang
uterus saat pemeriksaan dalam, CRP dan kateter selama dan pasca tindakan, untuk
lainnya) harus dikerjakan untuk mengurangi meminimalkan kemungkinan infeksi. Vagina
risiko infeksi yang dapat berakhir dengan dibersihkan secara hati-hati dengan antiseptik sesuai
terjadinya sepsis pada ibu; namun pemberian prosedur yang telah berlaku, meskipun penelitian
antibiotika profilaksis tidak dianjurkan tentang ini belum ada.
sebelum tindakan.
• Bila serviks berdilatasi antara 2-4 cm, Cara / Teknik pengikatan:
kejadian infeksi intraamnion sekitar 10-
50% dan berikan informed consent yang jelas Kebanyakan ikatan serviks dilakukan secara
mengenai kemungkinan infeksi.6 Pemberian transvaginal, karena transabdominal merupakan
antibiotika profilaksis tidak dianjurkan pada tindakan yang lebih invasif. Dengan cara
indikasi obstetri karena tindakan pengikatan transabdominal (transabdominal cervicoisthmic
serviks mempunyai risiko minimal untuk cerclage)7, ikatan dapat dilakukan pada bagian yang
Buku Ilmiah Fetomaternal
285
Jeffry Iman Gurnadi

lebih tinggi (pada bagian ismus serviks) dengan


ligamentum kardinale sebagai batas bawahnya, Terjadinya funneling sangat tidak
sedangkan pendekatan transvaginal seringnya menguntungkan karena terjadi peningkatan tekanan
hanya mencapai bagian distal ostium internum. intra uterine; terjadinya pembukaan serviks disertai
dengan pemendekan panjangnya serviks. Hal ini
akan menyebabkan menurunnya kemampuan
barrier bakteri dan menurunnya kekuatan mekanik
dari serviks itu sendiri. Setiap tindakan diatas
mempunyai untung rugi dan secara indikasi
pengikatan transabdominal dikerjakan apabila
ditemukan keadaan servik tidak dapat diidentifikasi
secara tranvaginal atau membahayakan karena
adanya defek di serviks
Metode cerclage yang paling banyak dikenal
adalah prosedur McDonald dan Shirodkar. Pada
cara Shirodkar, ikatan dilakukan sedekat mungkin
dengan ostium internum serviks dengan melakukan
diseksi anterior dekat vesika uterina dan posterior
Gambar 1 Tiga jenis cerclage berdasarkan dekat rektum. Ikatan McDonald tidak membutuhkan
tingkatan/tipe tingginya penjahitan diseksi, benang disisipkan pada serviks yang secara
cerclage teori tidak mungkin sedekat Shirodkar dengan
1. Transabdominal cerclage setinggi ostium ortium interna), namun ikatan Shirodkar tidak
internal seviks melalui stroma serviks.7-8
2. Transvaginal cerclage setinggi perbatasan Data yang terkumpul menyatakan tidak ada
serviks dan forniks. perbedaan bermakna luaran persalinan antara
3. Transvaginal cerclage tinggi setelah adanya kedua prosedur ini, namun tidak ada RCT
pembukaan forniks (randomized controlled trial) antara kedua prosedur
ini. Umumnya para ahli memakai prosedur
Efektifitas dari tingginya cerclage belum ada yang diyakini lebih baik untuknya dengan dasar
penelitian secara sistematis. Bila dilihat dari klinis, keterampilannya masing masing. Satu penelitian
cervicoisthmic cerclage lebih unggul dibandingkan (bukan RCT), membandingan luaran kedua prosedur
yang lain karena pengikatan dilakukan setinggi ini saat penjahitan pertama, ternyata luarannya
internal ostium serviks dan karenanya dapat sama. Pengikatan pada kehamilan berikutnya
mencegah terjadinya kondisi funneling (terbukanya ternyata menghasilkan luaran yang berbeda, cara
kanalis servikalis dari kanalis internal).7 Shirodkar menghasilkan berat badan bayi yang lebih
berat (3.020 vs 2. 470).6
Belum ada penelitian RCT tentang perbedaan jenis
jarum , benang dan jenis ikatan yang digunakan,
pemilihan biasanya didasarkan atas kemauan
operator, pengalaman atau fasilitas sarana
prasarana yang ada.

Teknik menurut Shirodkar:

Teknik ini lebih sulit dari cara McDonald, karena


membutuhkan insisi dan diseksi daerah paraserviks
• Ibu dalam posisi Litotomi
• Vagina dibersihkan dengan antiseptik secara
Gambar 2. Transabdominal cerclage setinggi hati hati
ostium internal seviks diatas • Kandung kencing dikosongkan agar serviks
ligamentum kardinale sebagai dapat dilihat dengan jelas.
batas tindakan • Dipasang retraktor vagina panjang atau
Buku Ilmiah Fetomaternal
286
Pengikatan Serviks (Cervical Cerclage)

spekulum (Grave), dipegang oleh asisten


• Jepit bibir serviks posterior dengan oval klem,
tarik ke ventral-anterior sehingga forniks
posterior terlihat.
• Buat insisi sekitar 2-3 cm pada serviks posterior
pada perbatasan mukosa serviks dan vagina.
• Sebelum insisi dapat disuntikkan 2 ml NaCl
submukosa, agar memudahkan insisi dan
diseksi.6
• Sayatan posterior dibuat terlebih dahulu untuk
menghindari darah yang akan mengganggu
penglihatan bila sayatan anterior dibuat terlebih
dahulu.
• Rektum disisihkan secara tumpul pada serviks
posterior, sedangkan dianterior disisihkan
kandung kencing secara tumpul dengan jari
atau kasa kecil pada klem panjang. Diseksi harus Gambar 3. Shirodkar cerclage
cukup jauh sehingga operator dapat meraba
ligamentum sakrouterina dan Cardinale setinggi • Pengikatan dapat dilakukan di anterior atau
ostium interna. posterior sesuai dengan keinginan operator,
• Setelah sayatan posterior, dilakukan sayatan umumnya di anterior agar lebih mudah
anterior dan kandung kemih disisihkan. membukanya. Benang dibiarkan agak panjang
• Dipakai long curved Allis clamps, untuk untuk identifikasi.
menjepit pinggiran insisi yang telah dibuat dan • Bila perlu, luka insisi dapat dijahit dengan
mendekatkan sisi (ujung) sayatan anterior dan benang kromik no. 0
posterior.
• Digunakan mersilene 5 mm yang mempunyai Prosedur pengikatan serviks cara McDonald
jarum atraumatik di kedua ujungnya. Benang
mersilene disisipkan melalui celah submucosa • Setelah a dan antisepsis, pada vagina dipasang
dengan jarum khusus, dimasukkan dari tepi retraktor atau speculum Grave yang besar,
sayatan anterior bagian lateral menuju sayatan dipegang oleh asisten
posterior sisi yang sama setinggi ostium • Serviks anterior dan posterior dijepit dengan
internum, bila tidak dapat setinggi ostium ring klem, dan ditarik kedepan. Benang jahit
internum, setidaknya 2 cm kearah cephal dari terpilih adalah mersilene atau monofilament
ostium eksternum. nonabsorbable, nomor 1 atau 2
• Lakukan penyisipan benang pada sisi lainnya, • Jahitan dimulai dari jam 12 pada batas antara
lalu diikatkan 4-7 kali.8 mukosa vagina yang berugae dengan batas
serviks sedikitnya 2 cm dari di atas ostium
eksternum
• Jahitan dibuat melingkar 4 sampai 6 tusukan
mengelilingi serviks, setinggi dan seaman
mungkin, dengan menghindari kandung kemih,
rektum dan pembuluh darah uterus (pada jam
3 dan 9).
• Jarak antar tusukan jarum sekitar 1 sentimeter
• Setiap tusukan harus mengenai stroma serviks
agar tidak lepas, setelah mengelilingi serviks
• Kemudian dibuat simpul 4-6 kali, di anterior
atau posterior serviks. Benang digunting cukup
panjang untuk identifikasi dan kemudahan
membukanya saat persalinan.
• Kadang- kadang, pada serviks yang telah
Buku Ilmiah Fetomaternal
287
Jeffry Iman Gurnadi

Gambar 4 Teknik pengikatan McDonald. A. “Double-headed Mersilene


band” dengan 4 tusukan di serviks menghindari pembuluh darah.
B. Posisi jahitan setinggi mungkin di daerah serviks, mendekati
cervicovaginal junction, kira-kira pada level setinggi OUI.

Gambar 5 Prosedur pengikatan serviks pada serviks yang melebar.


berdilatasi, dibutuhkan ikatan kedua, lebih oleh ibu dan keluarganya. Bila dilakukan penjahitan,
proksimal dan lebih dekat dengan ostium maka ibu harus dalam posisi Trendelenburg, anestesi
internum. Keduanya harus dilepaskan umum; ketuban bila menonjol harus direposisi ke
bersamaan saat persalinan. dalam uterus sebelum penjahitan. Setelah reposisi
• Ikatan kedua yang rutin dilakukan (tidak ketuban, vesica uterina dapat diisi 250 cc cairan agar
atas indikasi pembukaan serviks), tidak ketuban tertahan selama penjahitan. Cara invasif
meningkatkan keberhasilan luaran. utuk mereposisi ketuban prolaps dapat dengan
(Gambar 4) kondom kateter, balon kateter Foley diisi 30 ml
Pasien dengan prolaps ketuban sebetulnya selama penjahitan dan dikosongkan serta dilepaskan
merupakan kontraindikasi relatif terhadap penjahitan sesaat sebelum ikatan dikencangkan. Tindakan ini
serviks, karena risiko pecah ketuban dini preterm meningkatkan risiko pecahnya ketuban.6
iatrogenik. Hal ini harus diberitahukan dan dipahami Amniosentesis transabdominal dengan panduan
Buku Ilmiah Fetomaternal
288
Pengikatan Serviks (Cervical Cerclage)

USG, dapat dilakukan untuk amnioreduksi yang uterus, terutama pada uterus yang sensitif, namun
akan membantu reposisi selaput ketuban ke dalam tidak dapat diprediksi sebagai ancaman persalinan
uterus. Biasanya diambil 150-250 ml cairan amnion. preterm. Meskipun tidak ada bukti bahwa koitus
(Gambar 5) akan mempengaruhi hasil perinatal, pasien diminta
untuk beristirahat dan tidak koitus selama 1 minggu;
A. Ketuban menonjol melalui serviks yang setelahnya koitus harus berkondom. Aktivitas
berdilatasi sangat lebar; dikurangi biasanya sampai 32-34 minggu kehamilan,
B. Penempatan kembali membran ke uterus meskipun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
dengan traksi jahitan pada tempatnya; mengurangi aktivitas fisik dapat meningkatkan hasil
C. Penempatan dua kolom jahitan melingkar; kehamilan.
D. Tampilan terakhir serviks. Kunjungan ulang dilakukan setiap minggu,
dinilai keadaan ibu, kehamilan, kontraksi uterus dan
PENGIKATAN SERVIKS TRANSABDOMINAL panjang serviks. Bila didapatkan kecenderungan
untuk persalinan preterm, diberikan kortikosteroid
Jarang sekali dilakukan, diindikasikan pada ibu hamil untuk pematangan paru setelah usia kehamilan 23
yang gagal melahirkan bayi >28 minggu setelah minggu dan pemberian magnesium sulfat untuk
berulang kali pengikatan transvaginal. Prosedur ini pencegahan palsi serebral.6
dapat dilakukan saat kehamilan muda atau sebelum
hamil. Prosedur ini meningkatkan morbiditas ibu. Pengangkatan jahitan ikatan serviks:
Metaanalisis hanya mendapatkan telah serial
kasus dan satu penelitian pengikatan serviks Benang ikatan serviks idealnya diambil secara elektif
setelah transvaginal gagal. Cara transabdominal pada 37 minggu kehamilan atau segera setelah onset
meningkatkan survival di atas 24 minggu, (12%:6%) persalinan prematur untuk menghindari laserasi
dibanding yang melakukan pengikatan serviks serviks serta ruptur uterus yang mungkin terjadi.
transvaginal berulang. Davis dkk, mendapatkan Risiko absolut laserasi serviks tidak jelas, karena
keberhasilan pengikatan transabdominal sampai kejadiannya jarang.7 Pada pengikatan serviks dengan
33 minggu lebih baik dari transvaginal berulang cara McDonald, benang biasanya dipotong dan
(38%:10%), namun risiko perdarahan ibucccccc diambil tanpa analgesia, sedangkan cara Shirodkar
menjadi meningkat akibat tindakan operasi sering membutuhkan kembali ruang operasi untuk
transabdominal.6 mengambilnya, baik karena simpul yang terkubur
di bawah epitel vagina atau pita Mersilene telah
PERAWATAN PASCA OPERASI DAN TINDAK LANJUT disusupi oleh jaringan granulasi serviks.
Pasien umumnya dipulangkan setelah
Pengikatan serviks merupakan prosedur bedah rawat pengambilan benang untuk menunggu persalinan,
jalan. Sebagian besar pasien dapat dipulangkan yang umumnya terjadi dalam dua minggu; hanya
setelah pemulihan anestesi dan mampu mobilisasi. sekitar 10 persen wanita melahirkan secara spontan
Beberapa ibu hamil mungkin membutuhkan rawat dalam waktu 48 jam dari pengangkatan benang
inap karena risikonya meningkat. Analgetik yang elektif.
diberikan biasanya cukup golongan acetaminophen. Prosedur pengikatan Shirodkar pada ibu yang
Pasien diminta untuk melaporkan setiap ada cairan dilakukan seksio sesarea, tidak harus diangkat, dapat
dari vagina sehingga mereka dapat dievaluasi untuk dipakai untuk kehamilan berikutnya, namun karena
kemungkinan pecah ketuban. Mereka juga harus ada masa nifas, kemungkinan terinfeksi meningkat
diberitahu untuk kemungkinan adanya bercak dan dapat meningkatkan infertilitas.
darah, kram dan disuria (karena cedera otot ringan
dari retraktor dinding vagina) yang akan mereda Pengangkatan benang ikatan serviks pada kejadian
dalam beberapa hari. Mereka yang telah menjalani KPD preterm
prosedur Shirodkar dapat merasa adanya benang
catgut chromic yang keluar dari vagina pada dua Apabila setelah pengikatan serviks terjadi pecah
sampai tiga minggu setelah penjahitan; mereka ketuban sebelum 37 minggu, jahitan serviks dapat
harus diberi tahu bahwa benang tersebut bukan dibuka atau tidak tergantung dari ada atau tidaknya
benang ikatan serviks (mersilene). infeksi. Bila tidak ada infeksi, kebanyakan peneliti
Setelah penjahitan, sering didapatkan kontraksi mengangkat jahitan pada usia kehamilan 32
Buku Ilmiah Fetomaternal
289
Jeffry Iman Gurnadi

minggu. Infeksi pada kehamilan dengan pengikatan prosedur bedah penjahitan serviks dengan berbagai
serviks berbahaya bagi ibu dan janin karena dapat materi benang yang bertujuan memperkuat leher
menyebabkan sepsis. Melepaskan ikatan di atas 32 rahim untuk mencegah keguguran/persalinan
minggu tidak dianjurkan, bila sebelum/selama diikat preterm. Prosedur pengikatan serviks dilakukan
serviks belum dilakukan, berikan kortikosteroid pada 12-14 minggu untuk menghindari abortus
dan MgSO4 sebagai pematangan paru dan proteksi akibat aneuploidi. Pemeriksaan USG harus dilakukan
serebral.9 sebelum tindakan dilakukan untuk menapis/
identifikasi anomali struktural janin mayor (seperti
Komplikasi: anensefali yang mempengaruhi kelangsungan/
kualitas hidup janin).
Apabila indikasi dan kontraindikasi diperhatikan, Singkirkan kemungkinan ketuban pecah dini
komplikasi yang terjadi umumnya kurang dari 6%. preterm atau persalinan preterm aktif. Sebaiknya
yaitu: Ketuban pecah saat dilakukan menghindari penggunaan rutin antibiotik profilaksis.
pengikatan, terutama pada pengikatan emergensi Tokolitik tidak rutin diberikan, kecuali terdapat
saat sudah ada pembukaan serviks dan ketuban kontraksi uterus. Kebanyakan studi terkontrol
sudah menonjol (Gambar 5). tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Infeksi intraamnion (2-25%), sepsis maternal dalam hasil luaran antara prosedur McDonald dan
dan kematian maternal dapat terjadi pada semua Shirodkar. Ikatan serviks dibuka elektif pada 37
indikasi (riwayat obstetrik, USG atau emergensi). minggu kehamilan atau segera setelah terjadi onset
Migrasi ikatan. Ikatan merosot sejalan dengan persalinan. Ikatan serviks sebaiknya dibuka apabila
tuanya kehamilan. Apabila kehamilan sudah dekat terjadi ketuban pecah dini preterm.
32 minggu, tidak dilakukan ikatan ulang, akan tetapi
apabila kehamilan masih di bawah 28 minggu dapat DAFTAR PUSTAKA
dipertimbangkan untuk melakukan ikatan ulang
dengan syarat yang sama. 1. Cervical Cerclage. Green Top Guideline
Pematangan paru dan pencegahan lesi no.60, Royal College of Obstetricians and
serebral perlu dilakukan. Laserasi/robekan serviks. Gynaecologists. May,2011.
Komplikasi ini terjadi pada sekitar 5% ibu hamil, 2. Cerclage for The Management of Cervical
jarang terjadi perdarahan hebat atau fistula.10 Insufficiency. Obstet Gynecol 2014 Feb; 123(2
pt 1):372-9.
Luaran Kehamilan: 3. Berghella V, Keeler SM, To MS, et al. Effectiveness
of cerclage according to severity of cervical
Pengikatan serviks yang dilakukan atas indikasi length shortening: a meta-analysis. Ultrasound
riwayat obstetrik, temuan pemendekan serviks saat Obstet Gynecol 2010; 35:468.
USG transvaginal akan meningkatkan usia kelahiran 4. Ehsanipoor RM, Seligman NS, Saccone G, et
sehingga 70-90% bayi dilahirkan viable pada usia di al. Physical Examination-Indicated Cerclage: A
atas 33 minggu dibanding dengan hanya 10-30% bayi Systematic Review and Meta-analysis. Obstet
viable bila tidak dilakukan pengikatan serviks. Usia Gynecol 2015; 126:125.
kehamilan saat dilakukan pengikatn juga berpengaruh 5. Alfirevic Z, Stampalija T, Roberts D, Jorgensen
terhadap luaran kehamilan, direkomendasikan 14- AL. Cervical stitch (cerclage) for preventing
16 minggu. Umumnya para peneliti sepakat bahwa preterm birth in singleton pregnancy. Cochrane
pengikatan emergensi mempunyai risiko lebih tinggi Database Syst Rev 2012; :CD008991
dan meningkatkan kejadian very low birthweight 6. Norwitz ER, Lockwood CJ, Barss VA. Transvaginal
premature infant, yang meningkatkan kemungkinan Cervical Cerclage. Uptodate, Literature review.
serebral palsy dan cacat organ lainnya, sehingga Dec 2016.
pengikatan emergensi harus dinilai dengan cermat 7. Validity of indications for transabdominal
perlu tidaknya dengan kemampuan institusi merawat cervicoisthmic cerclage for cervical
bayi very low birthweight premature infant.10 incompetence. Cammarano CL, Herron
MA, Parer JT. Am J Obstet Gynecol 1995
RINGKASAN DAN REKOMENDASI Jun;172(6):1871-5.
8. Ezechi OC, Kalu BK, Nwokoro CA. Prophylactic
Pengikatan (Cerclage) serviks adalah berbagai cerclage for the prevention of preterm delivery.
Buku Ilmiah Fetomaternal
290
Pengikatan Serviks (Cervical Cerclage)

Int J Gynaecol Obstet 2004; 85:283.


9. Simonazzi G, Curti A, Bisulli M, et al. Cervical
lacerations in planned versus labor cerclage
removal: a systematic review. Eur J Obstet
Gynecol Reprod Biol 2015; 193:19.
10. Harger JH. Cerclage and cervical insufficiency:
an evidence-based analysis. Obstet Gynecol
2002; 100:1313.

Buku Ilmiah Fetomaternal


291
PLACENTA AND AMNION FLUID

Aloysius Suryawan
Dept .Fetomaternal
Obstetrics and Gynecology Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran / RSHS
Universita Kristen Maranatha Bandung

PLACENTA 2, chorion frondosum and chorion leave. Chorion


frondosum is a chorion part of decidua basalis that
1.1 Anatomy of Placenta form primitive placenta, chorion leave is part of
Placenta derived from trophoblast, and starts to smooth chorion that contain atrophical villous.
develop on the 8th – 9th day after fertilization occurs.
Trophoblast penetrates endometrium epitel cell’s 1. 2 Physiology of Placenta
then differentiate into 2 layers, sincytiotrophoblast 1. Respiration
and cytothrophoblast. Exchange of O2 and CO2 happens through
Sincytiothrophoblast is the outer layer, which diffusion. Velocity of the diffusion depends on
invades and erode endometrium’s epitel then form the gradient of gas exchange and maternal-
a lacunar space. Lacunar space contains blood from foetal blood flow, permeability, and the size of
the rupture of capillaries and endometrial’s gland placental surface.
secret. Embryo got its nutrition from diffusion, which 2. Nutrition
pass through sincytiothrophoblast in its process. Nutrition transfer from maternal to fetal :
Lacunar space connect with lacunar’s tissue on the • Simple diffusion (i.e water and electrolyte
4th weeks of gestation, the process then named transfer)
a primitive utero-placental circulation. Lacunar • Facilitative diffusion (i.e glucose transfer)
will then become intervillous space. The normal • Active diffusion (i.e amino acid transfer)
thickness of placenta is less than 4,5 cm and weighed • Pinocytosis (i.e large protein and cells
500-600 gram when the pregnancy is full term. transfer)
Cytothrophoblast is the inner layer that will • Excretion
form chorion. At first, cytothrophoblast will form The residu of fetal metabolism excretes from
a primary villous, then it will surround all of the maternal circulation through placenta, using simple
gestational sac and spread to the new lacunar tissue. diffusion method.
On the 10th weeks of pregnancy, decidua capsularis’s
villous is compressed and degenerated into chorion Enzyme Production
leave. Decidua basalis’s villous will form chorion
frondosum, which later will develop into placenta. Placenta produce oxyrocinase, monoamino oxidase,
Between the inner layer of cytothrophoblast and insulinase, histaminase, and heat stable alkaline
heuser cell formed a group of new cell that derived phosphatase.
from throphoblast, that will form a connective tissue Placental Barrier
called ekstra-embryonal mesoderm. Fetal blood (inside chorialis villi) separates
There are 3 different types of decidua, the from maternal’s blood (in intervillous space) by
first one is decidua basalis, decidua vera (decidua fetal’s endotel, stroma, cytothrophoblast, and
vera) and decidua capsularis. Decidua basalis is a sincytiothrophoblast.
thickening that happens below the embryo where Endocrine
chorion frondosum and myometrium implanted, Placenta produce :
which will form the maternal part. Decidua capsularis a. Protein hormone
is the decidua that grows and cover embryo on the i. Human chorionic gonadotropin
luminal side, attach it to endometrium, then together (hCG), is a glikoprotein produced by
with decidua basalis it will cover the embryo. While sincytiothrophoblast, hCG maintain
decidua vera is a decidual that is left in the uterine corpus luteum until 10 weeks of gestation
cavity. (estrogen and progesteron production). Until
Chorion is a trophoblast which mesenchimal sincytiothrophoblasts are able to produce its
vili protrude to decidua. Chorion differentiates into own progesterone. hCG has 2 sub-unites :
Buku Ilmiah Fetomaternal
292
Placenta and Amnion Fluid

Figure 1 Placenta and Amnion

1. Alpha hCG : FSH, LH, TSH i.e Gonadotropin Releasing Hormone


2. Beta hCG : type of hCG that present (GnRH), Corticotropin Releasing Factor
only in pregnancy (CRF), ACTH, and Melanocyte Stimulating
hCG’s concentration rise significantly Hormone (MSH)
after nidation happens, it reach v. Other hormones
100.000 mIU/mL and stays that way i.e inhibin, relaxin, and beta-endorphine.
until the pregnancy reach full term. b. Steroid hormone
Beta-hCG’s test can be used for i. Estrogen syntethized by sincytiothrophoblast
pregnancy test, ectopic pregnancy, and dehydroxy-androsterone sulphate
and throphoblastic disease. (DHES) or 16-alpha-hydroxy (16-OH-DHES).
ii. Human Placental Lactogen (hPL) DHES comes from preterm fetuses (50%)
Is a polypeptide hormones that produced by and maternal’s adrenal gland (50%). DHES
sincytiothrophoblast. This hormones play a in the placenta transform to estradiol-17b
roles in : (E2). Estrogen excretes through maternal’s
- Lipolysis : free fatty acid as mother’s urine mostly as estriol (E3), some as estradiol
and fetal’s energy source. (E2) and estrone (E1). Estriol in urine and
- Gluconeogenesis inhibition maternal serum used as fetal developmental
- Somatotropik : increase fatty acid, index, its sinthesis depends on fetus’s
amino acid and glucose level on the adrenal and hepar integrity, compatible with
blood. placental development (feto-placental unit).
- Mammotropic and iatrogenic effect Urine’s estriol concentration increase as the
: hPL can be detected in the blood on gestation advances, and when the gestation
the 5th-8th weeks of pregnancy, its is full term it reach 35-40mg/24 jam. When
concentration increase proportionally urine’s estriol concentration decrease
with placental mass (6 mg/mL on the progressively, it indicates fetal distress.
35th weeks) ii. Progesterone syntethized by
iii. Human Chorionic Tyrothropin (HCT) sincytiothrophoblast from maternal’s
HCT may play a role on maternal’s thyroid cholesterol, it then excretes through
activity, therefore makes the development of maternal’s urine as pregnandiol.
fetal’s thyroid gland possible. Progesterone concentration rise as the
iv. Hypothalamic and Pituitary like hormones gestation advances, it reach 250mg/

Buku Ilmiah Fetomaternal


293
Aloysius Suryawan

Figure 2 Fetal Circulation

day. Progesterone is a glucocorticoid and descendent à 2 umbilical arteries à Placenta.


mineralokortikoid hormone precursor (Figure 2 )
produce by fetal adrenal gland.
1. 3 Physiology of Circulation in Pregnancy 1. 4 Ultrasound of the Placenta
1. Uteroplacental circulation The normal placental anatomy is comprised the
Maternal’s blood circulation à A. Iliaca umbilical cord, placental membranes and placental
interna à A. Uterina à A. Spiralis Desidua parenchyma. The umbilical cord has an average
à Villi chorialis capillaries in intervillous diameter of 0.8 to 2.0 cm and average length of 55
space à V. Umbilicalis (> O2) à Fetal’s blood cm but may range from 30 to 100 cm. It is composed
circulation à Intervillous space à 2 umbilical of one umbilical vein and two umbilical arteries
arteries (> CO2) à A.uterina surrounded by connective tissue that is gelatinous
2. Fetomaternal Circulation in nature called Wharton’s Jelly. The placental
Maternal and fetal blood circulation passing membranes are composed of the amnion and
through umbilicus and placenta. chorion. The amnion is first identifiable about the
3. Fetal’s blood circulation system seventh or eighth day of embryonic development
V.umbilicalis à Ductus venosus arantii à and eventually engulfs the growing embryo. As
Inferior vena cava à Right atrium à Ovale the pregnancy progresses the amnion is brought
foramen à Left atrium à Left ventricle à into contact with the chorion. This occurs at
Arteries on the head and the upper trunk approximately twelve to fifteen weeks gestation.
à Superior vena cava (deoxygenized blood The normally developing placenta increases in
from fetal’s head region) à Right ventricle size and echogenicity as pregnancy progresses. In the
à A.pulmonalis à Ductus arteriosus à Aorta early first trimester, the diameter of the gestational
Buku Ilmiah Fetomaternal
294
Placenta and Amnion Fluid

sac normally grows 1 mm each day. By five weeks Placental lakes are part of the normal appearance
gestation, a small mound of echogenic chorionic villi of the placenta in the second and third trimesters.
consistent with the early placenta, a yolk sac and Placental lakes may be absent, few or numerous and
umbilical cord may be visualized. It is at this time seem to be more prevalent with increasing placental
that the first true embryonic measurements may be thickness. Lakes are anechoic and contain maternal
taken. blood which can be seen swirling and have low
In the first trimester, the growth of the placenta velocity venous blood flow within them.
is more rapid than the fetus. After the first trimester Placenta can be seen using USG on the 10th weeks
at approximately 17 weeks, the placental weight of gestation, as a hyperechoic area surrounding
increases throughout normal gestation and correlates gestational sac. On the 12th and 13th weeks of
with birth weight. As a general rule, the placental gestation, intervillous blood flow can be detected
thickness in mm should approximate the gestational using colour doppler. Meanwhile small intra-
age in weeks plus or minus 10 mm. Ultrasound can placental artery can be detected by colour doppler
be used to evaluate placental maturity by visualizing on 16th – 18th weeks of gestation.
the changes in the intervening placental substance.
Calcium deposition occurs throughout pregnancy ABNORMALITIES OF THE PLACENTA
as a normal physiologic process of placental aging.
The amount of calcium deposition is known as the 2.1 Normal Imaging Appearance and Variants
placental grade. At the end of the fourth month, the placenta has
attained its final thickness and shape. Although
Table 1 Description of ultrasonographic placental usually discoid, the placenta can be variable in
grade morphology. Variant placental shapes include
bilobed, succenturiate, circumvallate, and placenta
membranacea.
Placental size is expressed in terms of thickness
in the midportion of the organ and should be between
2 and 4 cm. Placental thinning has been described
in systemic vascular and hematologic diseases that
result in microinfarctions. Thicker placentas (>4
cm) are seen in fetal hydrops, antepartum infecti
ons, maternal diabetes, and maternal anemia.
Placental thickening can be simulated by myometrial
The normal placental shape is a single round contractions and underlying fibroids.
disk with a central cord insertion (Fig. 1). At the
end of twenty weeks, the placenta has reached
its final thickness and shape. The chorionic plate
should be the same size as the basal plate so that
the fetal membranes extend all the way to the edge.
Circumferential enlargement continues until term.

Figure 3 Ultrasound of a normal placental cord


insertion

Buku Ilmiah Fetomaternal


295
Aloysius Suryawan

Figure 4 Normal Placenta in USG

Table 2 Variant Placental Morphology

Figure 5 Succenturiate Placenta

Buku Ilmiah Fetomaternal


296
Placenta and Amnion Fluid

Figure 6 Bilobed Placenta

Figure 7 Circumvallate Placenta

Figure 8 Placenta Membranacea

Buku Ilmiah Fetomaternal


297
Aloysius Suryawan

2.2 Placental Causes of Antepartum Hemorrhage about 1% of pregnancies and is a leading cause of
2.2.1 Retroplacental / Submembranous Hematoma vaginal bleeding in the latter half of pregnancy. It is
also an important cause of perinatal mortality and
Intrauterine hematomas are commonly observed morbidity. The maternal effect of abruption depends
features on ultrasound examinations, especially primarily on its severity, whereas its effect on the
among patients with clinically evident bleeding in fetus is determined both by its severity and the
early pregnancy. Retroplacental hemorrhage may gestational age at which it occurs. Abruptio placentae
manifest itself in 3 ways : (1) external bleeding have been associated with maternal hypertension,
without formation of a significant intrauterine preeclampsia, preterm premature rupture of the
hematoma; (2) formation of a retroplacental or membranes, ciggarete smoking and cocaine use.
marginal hematoma with or without external Abruption is the most common cause of
bleeding and (3) formation of a submembranous haemorragic DIC in pregnancy. Fetal distress due
hematoma at a distance from the placenta, with to hypoxia is a major risk. Maternal hypovolaemia
or without external bleeding. A retroplacental due to a large retroplacental bleed, causes maternal
or submembranous hematoma will appear as a hypotension, reduced uterine blood flow and a
hypoechoic or complex collection at sonography. At reduction in maternal blood oxygen carrying capacity.
least on follow-up examination should be performed Abruption also causes a reduction in the surface area
to ensure that the hematoma has decreased in size. of the placenta available for oxygen exchange. Fetal
In early pregnancy, subchorionic hematoma may be anaemia may also occur if there is blood loss from the
distinguished from a nonfused amnion by evaluating fetal side of the uteroplacental circulation. Up to 25%
the thickness of the membrane. The membrane of perinatal deaths are due to abruption. Premature
above a subchorionic hematoma is thicker than the labour is a frequent result of placental abruption. A
amnion. cycle may be established whereby a small abruption
stimulates uterine contractions which cause further
separation of the placenta. Preterm delivery results
in significant neonatal morbidity and mortality.
As many as 50% of these babies have respiratory
distress syndrome. Where there are no signs of fetal
distress, it is sometimes possible to inhibit uterine
contractions to allow further fetal maturation.
However the advantages of this must be balanced
against the risks of giving tocolytic drugs and of
intrauterine fetal death.
2.2.3 Placenta Previa
Placenta previa is diagnosed when the placental
implantation covers part or all of the internal cervical
os and is a common cause of bleeding in the second
and third trimester of pregnancy. The prevalence
of placenta previa has been recently estimated
to be approximately 0.5% of all pregnancies, and
this increase correlates to the elevated cesarean
section rate. Placenta previa is a major cause of
maternal morbidity and mortality because of the
associated massive antepartum and intrapartum
Figure 9 Placental Hematoma hemorrhage. Moreover, placenta previa is associated
with preterm delivery, with the neonatal mortality
2.2.2 Placental abruption increasing threefold as a result of prematurity. Four
Placental abruption is defined as the premature locations describe the implantation of the placenta
separation of the implanted placenta before the in relationship to the internal cervical os :
delivery of the fetus. In extreme cases, this may 1. Low-lying placenta : a low-lying placenta is one
be accompanied by severe bleeding, pain and in which the lower placental edge is within 2cm
hypovolemic shock. Placental abruption complicates of the internal cervical os, or describes a low
Buku Ilmiah Fetomaternal
298
Placenta and Amnion Fluid

Figure 10 Placental Abruption

implantation in the second trimester. membranes rupture; such vessels are also at risk
2. Marginal placenta previa : with marginal of direct injury during labor. In cases of vasa previa,
previas, the inferior placental margin abuts the the abnormal vessels either connect a velamentous
internal cervical os cord insertion with the main body of the placenta or
3. Partial placeta previa : with partial previas, the connect portions of a bilobed placenta or a placenta
inferior placental margin extends partially over with a succenturiate lobe. The diagnosis of vasa
the internal cervical os previa is made with Doppler Ultrasonography, which
4. Complete placenta previa : with complete demonstrates vascular flow within vessels overlying
previas, the placenta completely covers the the internal cervical os. Marginal sinus previa, where
internal cervical os. prominent maternal vessels are appreciated at the
edge of the placenta, can mimic vasa previa at color
In recent years, publications have described the flow imaging. As with placenta previa, patients with
diagnosis and outcome of placenta previa on the basis vasa previa diagnosed in the second trimester should
of localization, using transvaginal sonography (TVS) be reevaluated later in gestation. The vasa previa can
when the exact relationship of the placental edge to resolve as the uterus enlarges and the relationship of
the internal cervical os can be accurately measured. the placenta to the internal os changes.
TVS has also been shown to be safe in the presence
of placenta previa, even when there is established
vaginal bleeding. Magnetic resonance imaging (MRI)
will also accurately image the placenta.
Risk factors for placenta previa include advanced
maternal age, increasing parity, increasing number
of prior cesarean deliveries or uterine surgery,
increasing number of uterine curettages, male fetus,
smoking, cocaine use and multiple gestations.

2.2.4 Vasa Previa


Vasa previa refers to the presence of abnormal
fetal vessels within the amniotic membranes that Figure 12 Vasa Previa
cross the internal cervical os. These vessels are
unsupported by Wharton jelly or placental tissue 2.2.5 Placenta Accreta, Increta, and Percreta
and are at risk of rupture when the supporting During the process of placental development and

Buku Ilmiah Fetomaternal


299
Aloysius Suryawan

Figure 11 Placenta Previa


implantation, a defect in the normal decidua 2.2.6 Nontrophoblastic Placental Tumors
basalis from prior surgery or instrumentation Nontrophoblastic placental tumors are quite rare.
allows abnormal adherence or penetration of Chorioangiomas are the most common, occurring
the chorionic villi to or into the uterine wall. in less than 1% of pregnancies. Chorioangiomas
The extent of adherence to and invasion of the are essentially hemangiomas of the fetal portion
placental tissue varies: Superfi cial invasion of of the placenta, supplied by the fetal circulation.
the basalis layer is termed placenta accreta Although the vast majority are small and of no
(approximately 75% of cases); deeper invasion clinical signifi cance, large (>5 cm) or multiple
of the myometrium is termed placenta increta; lesions (so-called chorioangiomatosis) stress
and even deeper invasion involving the serosa the fetal circulation and can be associated with
or adjacent pelvic organs is termed placenta complications such as hydrops, thrombocytopenia,
percreta. The prevalence of placenta accreta has intrauterine growth retardation, and an overall
increased more than 10-fold in the past 30 years to increase in antepartum mortality.
approximately 1 in 2500 deliveries. This increase Given that the vast majority of chorioangiomas
appears to relate to the increasing rate of uterine are incidentally identified, the sonographic
surgery (curettage or cesarean delivery), which characteristics are best described. These
results in a decidual defect that allows abnormal lesions appear as well-circumscribed, rounded,
placental ingrowth. hypoechoic or mixed-echogenicity masses
Gray-scale Ultrasonography and Doppler protruding from the fetal side of the placenta.
imaging have been shown to be effective imaging Most are located near the cord insertion, and
strategies for the detection of placenta accreta Doppler imaging reveals substantial vascularity
when applied to a clinically high-risk population, or a large feeding vessel. MR imaging is used only
such as those with prior uterine surgery or as an adjunct for further evaluation in equivocal
placenta previa. cases.

Buku Ilmiah Fetomaternal


300
Placenta and Amnion Fluid

Figure 13 Spectrum of Placenta Acreta

AMNIOTIC FLUID epithelial cells.


Alpha-fetoprotein (afp) is a protein that appears at
3. 1 Amniotic Fluid Production 15 weeks of gestation.
Until it reaches 15 weeks of pregnancy, amnionic 3. 4 The regulation of amniotic fluid:
fluid, plasma filtrate diffuse through chorionic plate, 1. Maternal-fetal circulation
and the fluid change through the fetomaternal 2. Filtration of kidneys ( glomerular filtration rate )
circulation. At 15 to 30 weeks of pregnancy, fetus 3. Fetal absorption
produces 500 ml/day through urine, water and 4. Fluid production ( kidneys, lungs, skin, umbilical
solutes freely transverse fetal skin. After 30 weeks, cord, and amniotic sac)
diffusion through the skin decreases but the function 3. 5 Amniotic fluid volume:
of kidney and urinary excretion increase because a. 10 weeks 30 ml
the fetal skin becomes keratinized, making it b. 20 weeks 300 ml
impermeable to further diffusion. 30 weeks 600 ml
Amniotic fluid is constantly circulated and gets 36 weeks 1000 ml
replaced every 3 hours. 38-42 weeks 600 ml
3. 2 Amniotic fluid functions:
1. Allow room for fetal growth, movement, and
development AMNIOTIC FLUID VOLUME ASSESSMENT
2. Fetal pulmonary development
3. Protects the fetus from trauma 4.1 Sonographic Assesment of Amniotic Fluid
4. Growth and maturation ( Ingestion into GIT ) Volume
5. Maintains temperature Diagnosing any prenatal amniotic fluid volume
6. Contains antibacterial activity (AFV) abnormality is crucial to properly managing
7. Aids dilatation of the cervix during labour. a pregnancy in order to decrease the risk of fetal
3. 3 Chemical composition: and neonatal morbidity and mortality. Multiple
98% is water, a large number of dissolved substances techniques can be used to assess AFV during
such as creatinine, urea, bile, pigmentns, minerals pregnancy. Dye-dilution techniques at the time
(Na+,K+,Cl-), enzyme, renin, glucose, fructose, proteins of hysterotomy is the most accurate, yet most
(albumin, globulin), lipids, hormones. Suspended in invasive and impratical method for determining AFV.
it are some undissolved material such as some fetal Because of the bounds of the dye-dilution technique,

Buku Ilmiah Fetomaternal


301
Aloysius Suryawan

sonography is used to measure AFV at any given a pocket of a maximal depth of amniotic fluid which
point throughout gestation. is free of anumbilical cord and fetal parts. A MVP of
greater than or equal to 2 cm to less than 8 cm is
4.2 Amniotic Fluid Index (AFI) considered normal. Oligohydramnios is diagnosed
Amniotic Fluid Index is the most widely used when the MVP is less than 2 cm, and polyhydramnios
sonographic method for assessing AFV throughout is diagnosed when the MVP is greater than or equal
pregnancy. The uterus is divided into four quadrants to 8 cm.
and measuring the deepest vertical pocket in each
quadrant in centimeters. The measurements are ABNORMALITIES OF AMNIOTIC FLUID VOLUME
then added to give an estimated total AFV. To obtain
an accurate AFI, the ultrasound transducer should 5. 1 Hydramnios / Polyhydramnios
be oriented perpendicular to the patient’s coronal An abnormally increased amniotic fluid volumes
plane, and the deepest, unobstructed pocket of more than 2000 cc, or more than 95th percentile for
amniotic fluid should be identified. Narrow spaces gestational age. Hydramnios may be suspected in the
between fetal structures and the uterus should be uterine size exceeds than expected for gestational age.
avoided. A quadrant cannot be measured if one Etiology of hydramnios is idiopathic in approximately
must measure through fetal parts or through a loop 70 percent, fetal anomaly, and diabetes. Congenital
of umbilical cord. The AFI is measured after 25 weeks infection and red blood cell alloimunization are less
of gestation.An AFI between 5 - 24 cm is cosidered frequent reasons. Infections that may present with
normal. Oligohydramnios is diagnosed if the AFI hydramnios include cytomegalovirus, toxoplasmosis,
measures less than 5 cm, and polyhydramnios is syphilis, and parvovirus.
diagnosed if the AFI is greater than 24 cm. AFI is used Sonograph assessment show large amount of
amniotic fluid, good image quality of fetal parts, and
placenta can appear thin. Large amount of amniotic
fluidhydramnios was categorized according to
degree (Dashe, 2002; Lazebnik, 1999: PriPaz, 2012).
Mild if the AFI is 25 to 29,9 cm, moderate if 30 to 34,9
cm, and severe if 35 cm of more. Mild hydramnios is
the most common, approximately two thirds of case.
Using MVP, mild is 8 to 9,9 cm, moderare is 10 to 11,9
cm, severe if 12 or more.

Figure 15 Measurement of Amniotic Fluid Index

Figure 18 Ultrasound image of polyhydramnios

5. 2 Oligohydramnios
Figure 16 Ultrasound image of AFI An abnormally decreased amniotic fluid volumes
less than 500 cc, or less than 5th percentile of
4.3 Maximum vertical pocket (MVP) gestational age. The term anyhydramnios is used if
Maximum vertical pocket / Single deepest pocket no measureable pocket of amniotic fluid is identified.
(SDP) technique can be used to assess AFV as early The uterine size may smaller than expected than
as the second trimester. It is performed by assessing gestational age.
Buku Ilmiah Fetomaternal
302
Placenta and Amnion Fluid

When amniotic fluid volume is decreased RadioGraphics. 2009.


from the early second trimester, it may reflect 8. Nagy, Sandor. Clinical Significance of
kidney abnormality, uteroplacental insuficiency, and Subchorionic and Retroplacental Hematomas
membrane rupture. When amniotic fluid volume Detected in the First Trimester of Pregnancy.
becomes abnormally decreased in the late second or Elsevier. 2003.
in the third trimester, it more likely is associated with 9. Ananth, Cande V. Severe placental abruption:
fetal-growth restriction, placenta abnormality, or clinical definition and associations with
preeclampsia or vascular disease. Oligohydramnios maternal complications. Elsevier Inc. 2016.
is commonly found in posterm pregnancies, for 10. Sekiguchi, Atsuko. Type and Location of Placenta
amniotic fluid volume decreased by approximately8 Previa Affect Preterm Delivery Risk Related to
percent per week beyond 40 weeks. Antepartum Hemorrhage. Journal of Medical.
The sonographic diagnosis of oligohydramnios 2013; 10(12):1683-1688
is usually based on an AFI less than 5 cm or on a
MVP less than 2 cm. Sonograph assessment show
reduced amount of amniotic fluid, poor scan quality,
crowding fetal parts, and decrease in number of
pocket of fluids.

Figure 19 Ultrasound imaging of oligohydramnios

Bibliography

1. Holzman, Jennifer Holzman. Ultrasound of the


Placenta. Donald School Journal of Ultrasound
in Obstetrics and Gynecology. 2007;47-49.
2. Fleischer, Arthur C. Sonography In Obstetrics
And Gynecology. Seventh edition. Mc. Graw
Hill. 2011.
3. Andonotopo, Wiku. Ultrasonografi Obstetri dan
Ginekologi Praktis. Jakarta. Sagung Seto. 2017.
4. Berghella, Vincenzo. Maternal – Fetal Evidence
Based Guidelines. Informa Healthcare. 2007.
5. Kiyotake, Junichi. Ultrasonic Studies on Amniotic
Fluid Umbilical Cord and Placenta. Word Journal
of Dentistry. 2011; 5(1):65-72
6. Rashid, Sabrina Q. Amniotic Fuid Volume
Assessment Using The Single Deepest Pocket
Technique in Bangladesh. Journal of Medical
Ultrasound. 2013; 21(4);202-206
7. Elsayes, Khaled M. Imaging of the Placenta :
A Multimodality Pictorial Review. Journal of
Buku Ilmiah Fetomaternal
303
PRE-ECLAMPSIA AND IUGR SCREENING WITH DOPPLER ULTRASOUND

Wiku Andonotopo
Sub Divisi Fetomaternal, SMF Obsgin RSUD Kabupaten Tangerang, Banten
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Introduction to these parameters. Even the best of these


formulae have a margin of error in the region of
Fetal growth restriction (FGR) is a major determinant +/-15%, and there is evidence that they are least
of stillbirth, perinatal mortality and neonatal accurate in the very small and very large fetuses.
morbidity, most importantly hypoxic ischemic Furthermore, until recently there have been no
encephalopathy and cerebral palsy. Despite the standard criteria for the diagnosis of FGR at term.
fact that two thirds of stillbirths were traditionally One could argue that the diagnosis of FGR is best
considered unexplained, it was revealed that 43% achieved using longitudinal assessment of fetal
of these fetuses were FGR using a different stillbirth biometry. However, this ideal is not always feasible
post-mortem classification system. Furthermore, as multiple routine scan assessments performed
a retrospective population study has shown that every 3-4 weeks is required – something that is
the antenatal detection of SGA could potentially beyond the scope of resources available in many
halve the risk of stillbirth. Therefore, improving settings. The application of evidence derived from
the identification of the small for gestational age studies of early-onset FGR would be inappropriate,
(SGA) fetuses potentially could prevent stillbirth, as early and late-onset FGR might reflect different
likely through appropriate antenatal surveillance pathological processes and are known to differ in
and timely delivery. At present, the prenatal many aspects. Recently, a consensus definition
detection of SGA is achieved in only about 1 in 4 for late FGR (defined as FGR beyond 32 weeks’
cases. gestation) was reached using a Delphi procedure.
SGA is traditionally defined as birthweight This definition used four parameters: estimated
below the 10th centile for gestational age and fetal weight (EFW) <10th percentile, abdominal
sex according to population references. The use circumference (AC) <10th percentile, crossing
of customized centiles adjusts the birthweight centiles on growth charts of more than two
for maternal height, weight, ethnicity, parity, quartiles, and fetal cerebroplacental ratio (CPR)
gestational age, fetal sex, and has been shown to <5th percentile. FGR is a known risk factor for
classify additional SGA fetuses, which would not stillbirth. It is also possible that those stillbirths
have been identified by conventional population- that result from placental hypoxia represent the
based definitions. Studies have demonstrated tip of the iceberg and that for each fetal loss,
that those foetuses identified as SGA only by a greater number of surviving neonates might
customized centiles are at increased risk of suffer neurological impairment as a result of less
adverse outcome, while those considered as SGA severe hypoxia.
only by population centiles have similar outcomes Preeclampsia (PE) constitutes an important
to the appropriately grown fetuses. However, cause of maternal and perinatal morbidity and
the concept of customization is controversial mortality both in low- and high-income countries,
at present, partially due to the fact that some accounting for one in five maternal deaths and
of the factors which influence fetal size, might 15% of all premature deliveries. It is estimated that
not have a physiological effect, and that they one maternal death occurs every 12 minutes due
themselves are known pathological risk factors to PE and its complications. Moreover, there is
for stillbirth – such as advanced maternal age, consistent evidence showing that women who
increased maternal weight and ethnic origin. had PE in their pregnancies have a significantly
Estimation of the fetal weight using increased rate of cardiovascular disease in
ultrasound at term also has its limitations. While the future. Compared with women that had
individual fetal parameters can be measured uncomplicated pregnancies, women affected by
reasonable accurately, the fetal weight is PE have a four-fold increased risk of heart failure
estimated by applying one of many formulae and a twofold increased risk of stroke and death

Buku Ilmiah Fetomaternal


304
Pre-Eclampsia and Iugr Screening with Doppler Ultrasound

from cardiovascular causes. The severity and the first trimester may also predict preeclampsia,
gestational age of onset of PE appear to further FGR, placental abruption and stillbirth, although
influence the rate of long-term cardiovascular with less sensitivity and specificity than second
morbidity. trimester measures. Studies have reported
progressive deterioration of uterine artery
Assessment of fetal growth at term Doppler indices in women who go on to develop
preeclampsia. This has led to a shift in emphasis
For decades, fetal growth has been assessed using from a single point assessment to monitoring the
ultrasound biometric measurements including longitudinal trend.
head circumference (HC), AC and femur length It has been shown that uterine artery
(FL). It is important to appreciate that biometry Doppler indices in the third trimester might be of
measured at single ultrasound scan gives clinical value. Some studies have suggested that
information only about fetal size, but tells us the predictive value of third trimester uterine
nothing about fetal nutrition and growth velocity. artery Doppler is comparable to that of umbilical
Impaired fetal growth velocity, defined as a artery Doppler when predicting adverse pregnancy
deceleration in the rate of growth measured outcomes in late onset FGR. More recent findings
longitudinally by at least two scans, ideally three suggest that third trimester uterine artery
weeks apart, can be used as a surrogate marker Doppler was significantly associated with the risk
of FGR. Interval growth assessment, like any of stillbirth and perinatal death. Raised uterine
other measurement, is potentially susceptible artery mean PI in the third trimester is associated
to inaccuracies as a result of intra- and inter- with significantly lower birthweight and fetal
observer variability, particularly when the interval CPR. Indeed, uterine artery Doppler in the third
between examinations is short. trimester is an independent predictor of the
It has long been recognized that impaired fetal fetal CPR, even after adjusting for birthweight
growth is associated with adverse pregnancy centile or SGA.
outcomes. Interestingly, term SGA fetuses with In normal pregnancies, a decrease in the
normal MCA PI had similar neurodevelopmental uterine artery vascular resistance in the second
outcomes to those above the 10th centile with trimester has also been described. This denotes a
normal MCA PI. All of this evidence supports the significant pattern modification in relation to the
concept that it is impaired fetal growth velocity, one presented by women that are non-pregnant
rather than size per se, that puts a fetus at risk or in the first trimester of pregnancy, which possibly
of adverse outcome. It is notable that the reflects the second wave of trophoblastic invasion
improvement of the detection of SGA neonates of spiral arteries that is completed between 16
using assessment of the fetal growth (biometry) andeks of gestation.
was associated with a high false positive rate (two In pregnancies complicated by PE and/or
false positives for each additional SGA neonate FGR, frequently a decrease in resistance does not
detected). It is clear, therefore, that additional happen, leading to significantly increased peak
parameters such as fetal Doppler or biochemical systolic velocity, resistance and pulsatility indices
markers, such as placental growth factor, are (RI and PI, respectively). It is hypothesized that
required to optimize the identification of fetuses the mechanism of disease in late-onset PE and
at risk of adverse outcome. FGR is different, with no clear evidence of defective
placentation, suggesting that in these cases the
Uterine artery Doppler maternal cardiovascular system may be involved,
Conventionally, uterine artery Doppler indices and that the clinical manifestations may be due
have been measured in the second trimester to the placenta no longer being able to meet the
when increased resistance has been taken as an oxygen and nutrients demands of the fetus at its
indicator of impaired trophoblastic invasion of the greatest.
maternal spiral arteries, and associated with an
increased risk of later pregnancy complications due Fetal Doppler
to placental dysfunction, such as preeclampsia,
SGA and FGR. It has also been demonstrated that Although it is now well established that fetal
uterine artery Doppler indices at the end of the Doppler is a valuable tool in the assessment
Buku Ilmiah Fetomaternal
305
Wiku Andonotopo

and management of high-risk pregnancies, this is both


not the case with regard to low risk pregnancies AGA and SGA fetuses, and this has been
where the evidence of its benefit is lacking. Growth discussed in a recent review. Most studies
restricted fetuses are characterized by an increase that assessed the utility of CPR in identifying at
in the resistance to flow in the umbilical artery risk fetuses used point estimates and lacked
(increased PI) and may develop a reduction in the longitudinal data.
MCA PI. This latter finding is an indication of brain Given that fetuses considered to be at risk,
sparing in which available oxygen and nutrition such as those diagnosed to be SGA, are monitored
is redistributed towards the vital organs (brain, with serial ultrasound examinations, it should
heart and adrenal glands) and away from those be possible, and indeed would be preferable,
less critical organs. These two Doppler findings to use reference ranges for CPR based on studies
(increased umbilical artery PI and reduced MCA PI) with a longitudinal design. However, the reference
can be combined in CPR, which is the simple ratio ranges currently used for CPR are based on cross
between the MCA PI and the umbilical artery PI. In sectional studies and thus more suitable for single
FGR, as the umbilical artery Pi is increased, and the observations rather than serial monitoring.
MCA PI may be reduced, the CPR is low. CPR is lower in fetuses suffering with FGR
Fetal brain sparing (low MCA PI or CPR) that are therefore at increased risk of stillbirth.
has been associated with adverse pregnancy However, in normal fetuses, CPR normally falls
outcomes, even in fetuses with normal umbilical after 34 weeks of gestation. It is conceivable that
artery Doppler. However, the CPR improves the the rate and/or magnitude of this fall might be
prediction of adverse pregnancy outcomes when greater in at risk fetuses.
compared to its individual components. It has been The conditional centile for CPR ≤5th and ≤10th
shown that a suboptimal or low CPR is associated was associated with adverse perinatal outcomes.
with short-term markers of neonatal outcome Moreover, adding the conditional centile to
such as cord blood acidemia, need for emergency the conventional centile for CPR has improved
operative delivery and neonatal unit admission, as the prediction of adverse perinatal outcomes,
well as stillbirth and neonatal morbidity. compared to the use of the conventional centile
Fetuses with late onset FGR, in particular alone. The adverse perinatal outcomes described
those with abnormal MCA Doppler, were found to in this study included preterm birth, operative
have a significantly smaller corpus callosum at term delivery for fetal distress, neonatal unit admission,
than AGA fetuses; this in turn was associated with 5- minute Apgar score less than 7, neonatal
an increased risk of neurobehavioral disorders in hypoglycaemia and perinatal mortality. It remains
FGR babies. The same group showed that SGA to be established whether a steeper than
fetuses with cerebral blood flow redistribution expected fall in the CPR can predict fetal demise.
have a higher incidence of neurodevelopmental
deficit at the age of two years, achieving a lower Conclusion
mean centile in communication and problem
solving. Furthermore, small fetuses with abnormal It is increasingly clear that the use of point estimates
CPR were more likely to suffer with a deficit in of biometry is inadequate for assessing fetuses for
cognitive functioning and academic achievement growth restriction at term and identifying those
in all domains at the age of six to eight years. at increased risk of adverse perinatal outcome.
Abnormal CPR predicted low academic scores in Serial measurements to assess growth velocity,
children born at term. combined with Doppler measures to identify those
In common with studies of individual Doppler fetuses with redistribution, are preferable. The
parameters, the majority of studies of CPR have CPR, a measure combining both umbilical and MCA
until recently focused on SGA fetuses. Abnormal Doppler indices, appears to be a very promising
CPR in SGA fetuses was associated with an increased tool for optimizing the identification of at risk
risk of cesarean section for presumed fetal foetuses. Prediction of PE and FGR remains an
distress, low 5-minute Apgar score, neonatal important challenge in clinical practice. Screening
unit admission and neonatal complications. by maternal characteristics and history has poor
CPR is a marker of failure to reach growth sensitivity, as well as the utilization of uterine
potential and adverse pregnancy outcomes, in artery Doppler or any other marker alone. There
Buku Ilmiah Fetomaternal
306
Pre-Eclampsia and Iugr Screening with Doppler Ultrasound

is a clear association of elevated mean uterine as an isolated screening test shows low positive
artery PI, in both first and second trimesters, with predictive value and sensitivity.
the occurrence of PE and FGR, but its application

Buku Ilmiah Fetomaternal


307
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

Dudy Aldiansyah
Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri & Ginekologi FK USU- RSUP HAM

PENDAHULUAN pendek, sumbu panjang dan lengkung sagital.


Meskipun demikian, sebagian besar anomali jantung
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah bentuk dapat didiagnosis menggunakan lima pandangan
paling umum dari kelainan kongenital. Insiden PJB melintang yang diusulkan oleh Yagel dan merupakan
adalah sekitar 8-10 per 1.000 (0,8% –1%) kelahiran landasan ekokardiografi janin.6
hidup, dan bisa 10 kali lipat lebih tinggi pada bayi Diagnosis prenatal dapat dilakukan dengan
prematur (8,3%). 50% – 60% dari PJB membutuhkan menggunakan ultrasound, karena memiliki
koreksi bedah dan 25% merupakan penyebab utama sensitivitas dan spesifitas cukup tingi untuk
kematian bayi. PJB dibagi dua kelompok, yaitu; PJB menegakkan kelainan jantung. Skrining prenatal
sianotik dan PJB asianotik. PJB sianotik ditandai oleh pada PJB dapat dilakukan dengan visualisasi “Four
adanya sianosis sentral akibat adanya shunt kanan Chamber View”, three vessels (3V) dan three
ke kiri, sebagai contoh Tetralogi of Fallot (ToF), vessels with trachea (3VT) view. Four chamber view
Transposisi Arteri Besar (TGA) dan Atresia Trikuspid merupakan pengambilan yang paling penting untuk
(TA).1,2 evaluasi struktur utama dari jantung, posisi, ukuran,
Diagnosis prenatal dini telah terbukti kontraktilitas dan ritme dari jantung. Pada jantung
mengurangi risiko perinatal morbiditas dan yang normal 2/3 bagian berada di sisi kiri dengan
mortalitas. Dalam diagnosis prenatal, kondisi jantung titik axis utama kearah kiri. Ekokardiogram janin
janin tetap menjadi tantangan yang melibatkan dilakukan bila dijumpai gambaran kelainan jantung
sonografer, dokter kandungan, ahli radiologi, dan pada saat skrining atau jika ada peningkatan risiko
subspesialis terapi janin. Kelainan jantung yang yang diketahui untuk PJB sekitar 2%-3%.1,7
terdeteksi dengan USG, meskipun pada populasi Ekokardiogram janin transabdominal optimal
berisiko rendah, merupakan indikasi rujukan dapat dilakukan pada 16 minggu kehamilan dan
ekokardiogram janin yang lebih terperinci. 1,2 seterusnya. Namun, USG obstetrik umum khas
untuk kehamilan risiko rendah dilakukan pada usia
TINJAUAN PUSTAKA kehamilan 18 hingga 22 minggu. Pada saat ini,
detail anatomi jantung janin dapat divisualisasikan
Penyakit jantung bawaan berupa kelainan dan dievaluasi dengan baik, seperti koneksi
struktural, fungsional, atau terkait ritme merupakan atrioventrikular dan ventrikuloarterial. Gambar
indikasi untuk penilaian ekokardiografi janin. ekokardiografi janin sulit diperoleh setelah usia
Penebalan nuchal translucency pada trimester kehamilan 28 hingga 30 minggu karena bayangan
pertama dikaitkan dengan peningkatan insiden tulang rusuk janin, posisi janin, atau habitus tubuh
penyakit jantung bawaan. Peningkatan penebalan ibu.5
nuchal translucency ini dapat dikaitkan dengan lesi Skrining jantung janin dengan ultrasound
obstruktif sisi kiri atau kelainan kromosom dengan dapat mendeteksi sebagian besar kasus PJB. Namun,
kemungkinan kerusakan jantung terkait seperti skrining prenatal berdasarkan pada visualisasi four
trisomi 21 dan sindrom Turner.4,5 chamber view, tidak cukup untuk mendeteksi banyak
Skrining jantung prenatal diperkenalkan kasus PJB, terutama cacat konotruncal dan outflow
pada pertengahan 1980-an ketika pandangan four ventrikel, truncus arteriosus, dan defek septum
chamber view dimasukkan ke dalam skrining obstetri outlet. Ketika evaluasi outlflow tract ditambahkan ke
rutin antara usia kehamilan 18 dan 22 minggu. four chamber view, sensitivitas skrining ultrasound
Yagel et al, melakukan pemeriksaan jantung janin untuk PJB meningkat dari sekitar 30% menjadi
dengan lima pandangan melintang, yang saat ini 69% -83% . Saat ini, tiga pembuluh darah (3V)
digunakan untuk skrining jantung. Pandangan lain dan 3 V dengan trakea (3VT) view ditambahkan
yang digunakan dalam ekokardiografi transthoracic ke four chamber view standar dan outlflow tract
dapat diperoleh, misalnya, pandangan parasternal untuk meningkatkan deteksi PJB. Yang terakhir

Buku Ilmiah Fetomaternal


308
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

memungkinkan deteksi lesi seperti koarktasio aorta, daripada katup mitral. Penilaian kualitatif ruangan
lengkung aorta kanan, lengkung aorta ganda, dan dan penilaian kuantitatif katup atrioventrikular harus
cincin pembuluh darah, mencapai tingkat deteksi dilakukan dengan Four chamber view. Selain itu,
prenatal penyakit jantung bawaan hingga 90%. fungsi jantung dan penilaian irama harus dilakukan.1
Waktu rata-rata untuk mendapatkan gambaran Tampilan outflow tract (tampilan lima
jantung adalah lebih dari 2 menit, tetapi dalam ruang) dapat diperoleh dari tampilan empat ruang
sekitar sepertiga dari kasus, pemeriksaan jantung dengan menggeser transduser ke kepala janin yang
tertunda sekitar 15-20 menit karena persentasi janin memungkinkan identifikasi asal arteri besar. Pada
yang tidak mendukung. Ekokardiogram janin harus tampilan RV outflow normal (RVOT), paru dapat
dilakukan jika PJB dicurigai pada pemeriksaan skrining divisualisasikan yang timbul dari RV dan melintasi
jantung kebidanan, atau jika ada peningkatan risiko aorta asendens. Untuk mengoptimalkan tampilan,
yang diketahui.1 dengan fokus pada analisis kontinuitas septum
Four chamber view adalah bidang yang paling ventrikel ke aorta, dan bahkan aorta asendens,
penting. Pendekatan ini memungkinkan evaluasi transduser diputar ke bahu kanan janin. Evaluasi
struktur jantung utama, posisi, ukuran (1/3 toraks), LV outflow view (LVOT) dan RVOT membantu
kontraktilitas, dan ritme jantung. Pada levocardia mengidentifikasi outflow defek septum ventrikel dan
normal, 2/3 dari jantung kiri dengan sumbu anomali conotruncal.1
menunjuk ke kiri. Sumbu jantung berada pada 45 ± LVOT mengkonfirmasi aorta yang timbul dari
20 ° dan sumbu abnormal dikaitkan dengan anomali LV morfologis sebagai pembuluh yang melanjutkan
kromosom, perpindahan jantung yang abnormal, dan septum ventrikel aliran keluar serta kontinuitas
banyak PJB, terutama pada anomali konotruncal dan katup aorta-mitral. Dalam pandangan ini, katup aorta
jantung univentrikular. Kardiomegali dapat dievaluasi dapat dikenali dan evaluasi terperinci dari ukuran
dengan ukuran global jantung dan pada janin dan mobilitasnya dapat dilakukan. Bahkan, ketebalan
kecil ini harus dilakukan dengan rasio kardiotoraks septum diukur dengan tampilan lima ruang (LVOT).
(CTr = area jantung / area thorax). Ukuran AV kiri Pada tampilan RVOT, arteri pulmonalis melintasi
dan kanan serupa. Namun, pada trimester ketiga, aorta ascenden dan menjadi pembuluh darah di
asimetri ringan di atas kanan dapat menjadi varian sebelah kiri. Namun, ketika pembuluh darah besar
normal. Selain ukuran, karakteristik morfologis dan terbalik (TGA), aorta dan arteri paru berjalan secara
fungsional dari masing-masing ruang (atria, ventrikel, paralel dan tidak saling silang.10 Tampilan sumbu
dan katup atrioventrikular) dapat dianalisis. Atrium pendek arteri yang hebat dapat diperoleh dengan
kiri (LA) biasanya terletak paling posterior (dekat memiringkan tampilan dari empat hingga lima ruang
aorta descending) dan diidentifikasi oleh pelengkap dan mengkonfirmasi pulmonary trunk (PT). Dalam
seperti jari. Selain itu, LA ditandai dengan adanya pandangan ini, bifurkasi arteri pulmonalis kanan dan
foramen ovale flap dan hubungannya dengan vena kiri paling baik divisualisasikan, dan juga ukuran dan
paru. Atrium kanan (RA) memiliki embel piramidal mobilitas katup pulmonal dapat dinilai.1
dengan basis luas dan menerima vena cava.1 Tampilan tiga pembuluh (3V) diperoleh
Berbeda dengan atrium yang berhubungan dari Four chamber view dengan menggerakkan
satu sama lain dengan foramen ovale, ventrikel transduser ke arah janin bagian atas dan batang paru-
dipisahkan oleh septum interventrikular. Bagian paru; lengkungan dengan isthmus aorta dan superior
otot septum adalah dua pertiga bagian bawah dan vena cava (SVC) dapat divisualisasikan. Kaliber dari
selaput adalah bagian dari septum interventrikular pulmonary trunk sedikit lebih besar dari aorta,
yang berdekatan dengan katup aorta, mitral, sedangkan SVC adalah yang lebih kecil dan posterior
dan trikuspid (septal cusp). Pada dugaan defek arteri.11 PT, arteri pulmonalis kanan, dan lengkung
septum ventrikel (VSD), jantung harus diperiksa duktus dapat terlihat. Lengkungan aorta dan duktus
menggunakan tampilan lateral yang memungkinkan terletak di sebelah kiri trakea pada konfigurasi
“efek putus” karena sudut insonasi oleh Four berbentuk-V. Trakea diakui sebagai struktur
chamber view.9 Di lokasi retrosternal, ventrikel kanan echogenik di sisi kanan arteri dan anterior ke tulang
(RV) diregulasi dengan adanya band moderator dan belakang. Tampilan tiga pembuluh darah dan trakea
lumen lebih pendek dari lumen ventrikel kiri (LV). (3VT) memungkinkan diagnosis koarktasio aorta,
LV adalah posterior RV, mencapai puncak jantung lengkung aorta kanan, lengkung aorta ganda, dan
dan lumennya lebih panjang dari RV. Selanjutnya, cincin pembuluh darah. Timus dapat divisualisasikan
katup trikuspid menyisipkan sedikit lebih apikal di depan tiga pembuluh darah sebagai struktur yang
Buku Ilmiah Fetomaternal
309
Dudy Aldiansyah

kurang echogenik yang penting untuk mendeteksi janin. Beberapa centre menawarkan intervensi
cacat yang terkait dengan sindrom delesi 22q11.2, menggunakan kateter intrauterin untuk melebarkan
kelainan pada wajah, hipoplastik tymus, dan stenosis katup pulmonal atau aorta. Bukti
hipokalsemia. Pengukuran rasio thymic-thoracic (TT- menunjukkan bahwa bantuan awal obstruksi outflow
ratio) adalah alat yang layak dan bermanfaat pada tract yang parah dapat membalikkan perkembangan
janin dengan defek jantung.1 hipoplasia ventrikel dalam beberapa kasus dengan
Transposisi arteri besar adalah salah satu meningkatkan aliran dan dengan demikian
bentuk PJB sianotik, terjadi pada 2,5% hingga 5% dari menciptakan stimulus untuk pertumbuhan ventrikel.
semua kasus. Transposisi arteri besar dengan septum Diagnosis prenatal untuk kelainan jantung bawaan
ventrikel yang utuh mewakili sekitar 75% dari kasus sangat penting dalam mengidentifikasi pasien yang
ini dan menghasilkan jalur sirkulasi paralel dan merupakan kandidat yang cocok untuk dilakukan
terpisah antara sistem sirkulasi paru dan sistemik. intervensi. Intervensi pada jantung janin adalah
Dengan tidak adanya pencampuran yang signifikan bidang yang sedang berkembang dan memerlukan
pada tingkat ductus arteriosus dan septum atrium, penelitian lebih lanjut untuk memberikan
potensi sianosis parah sangat tinggi. Four chamber pengobatan intrauterin.5
view di sebagian besar kasus ini akan tampak normal.
Deteksi transposisi arteri besar biasanya dilakukan Kesimpulan :
atas dasar memvisualisasikan outflow tract secara
paralel. Bentuk PJB ini sering terlewatkan dalam Deteksi PJB selama skrining obstetri rutin tetap
skrining prenatal. Yates, menggunakan data yang menjadi tantangan diagnostik. Sayangnya, perbaikan
disediakan oleh British Pediatric Cardiac Association, dalam instrumentasi sonografi dan sistem, termasuk
menemukan bahwa <20% dari kasus ini diidentifikasi USG Doppler dan teknik pencitraan 3D, belum
dalam skrining prenatal. Temuan ini sesuai dengan menghasilkan perbaikan dalam deteksi PJB. Dalam
penelitian oleh Jaeggi et al. membandingkan beberapa kasus, deteksi dini memiliki dampak
pola, manajemen, dan hasil preversus utama yang signifikan pada morbiditas neonatus yang lahir
didiagnosis PJB mayor. Dalam penelitian ini, rata- dengan PJB. Untuk keluarga, deteksi dini dapat
rata, hanya 6,5% dari kasus PJB yang membutuhkan memberikan kesempatan untuk konseling dan
visualisasi outlet tract terdeteksi sebelum kelahiran.2 peningkatan pemahaman tentang kehamilan.
Tetralogy of Fallot adalah bentuk PJB sianotik Deteksi dini juga memberikan peluang untuk
yang paling umum, mewakili 3% hingga 5% dari peningkatan manajemen kehamilan, persalinan dan
semua bayi yang lahir dengan PJB. Tetralogy of Fallot potensi untuk meminimalkan komplikasi.
didefinisikan sebagai (1) obstruksi aliran keluar
ventrikel kanan, (2) hipertrofi ventrikel kanan, (3) Daftar Pustaka
menimpa aorta, dan (4) defek septum ventrikel
(VSD). Ini pertama kali dikaitkan dengan Maude 1. Bravo-valenzuela NJ, Peixoto AB, Araujo Júnior
Abbott Kanada pada tahun 1924. Identifikasi VSD E. Prenatal diagnosis of congenital heart
dan aorta adalah gambaran sonografi utama. Selain disease: A review of current knowledge. Indian
itu, arteri pulmonalis biasanya lebih kecil dari aorta. Heart J 2018; 70: 150–164.
Dimasukkannya outflow tract dan four chamber 2. Scott T, Jones J, Swan H. Screening for Congenital
view sangat meningkatkan kemungkinan deteksi Heart Disease : Sonographic Features and
prenatal.2 Techniques for Prenatal Detection. J Diagnostic
Ekokardiografi janin, seperti tes ultrasonografi Med Sonogr 2016; 32: 191–200.
lainnya, bergantung pada operator dan bergantung 3. Drăgoi V, Horhoianu I, Scăunașu R, et al.
pada keahlian ahli jantung anak dan skrining Cyanotic Congenital Heart Defects – literature
perinatologis. Keterbatasan teknis termasuk posisi review. J Clin Investig Surg 2017; 2: 67–74.
janin yang buruk di mana tidak memungkinkan untuk 4. Natraj Setty HSS, Gouda Patil SS, Ramegowda RT,
memperoleh gambar yang memadai dan pencitraan et al. Comprehensive Approach to Congenital
yang sulit karena habitus tubuh ibu. Pada pasien yang Heart Defects. J Cardiovasc Dis Res 2017; 8:
mengalami obesitas berat, akuisisi gambar buruk dan 01–05.
pemindaian janin menjadi sulit.5 5. Jone PN, Schowengerdt KO. Prenatal Diagnosis
Ekokardiografi janin berfungsi sebagai of Congenital Heart Disease. Pediatr Clin North
panduan untuk intervensi berbasis kateter jantung Am 2009; 56: 709–715.
Buku Ilmiah Fetomaternal
310
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

6. Hunter LE, Seale AN. Prenatal diagnosis of Congenital Heart Defects. Where do we Stand. J
congenital heart disease. Echo Res Pract 2018; Cardiol 2018; 1: 1–6.
1: 81–100. 10. Syamasundar P. Congenital Heart Defects – A
7. Liu H, Zhou J, Feng QL, et al. Fetal Review. Congenit Hear Dis - Sel Asp 2012; 1:
echocardiography for congenital heart disease 1–44.
diagnosis: A meta-analysis, power analysis and 11. Quartermain MD, Pasquali SK, Hill KD, et al.
missing data analysis. Eur J Prev Cardiol 2015; Variation in Prenatal Diagnosis of Congenital
22: 1531–1547. Heart Disease in Infants. Pediatrics 2015; 136:
8. Tsuda T. Cyanotic congenital heart disease. J 378–385.
Hear Cardiol 2016; 2: 1–5.
9. Ac P. Prevention and Early Detection of

Buku Ilmiah Fetomaternal


311
SKORING MAP
(Morbidly Adherent Placenta)

Yanuarman
Divisi Kedokteran Fetomaternal, Departemen Obstetri dan Ginekologi ,
Rumah Sakit Embung Fatimah Batam

Pendahuluan Berikut ini akan dibahas upaya2 untuk dapat


Pelayanan obstetrik modern telah mendeteksi MAP sedini mungkin dengan pendekatan
meningkatkan angka kejadian seksio sesarea anamnesis faktor risiko, pemeriksaan USG
transperitonealis profunda atau sayatan di segmen transabdominal dan transvaginal serta pemeriksaan
bawah rahim. Hal ini menyebabkan meningkatnya MSAFP (mean serum alfa feto protein).
risiko plasentasi abnormal pada kehamilan
berikutnya, yang mengarah pada komplikasi klinis
seperti plasenta previa dan morbidly adherent
placenta (MAP) yang terdiri dari plasenta akreta,
plasenta inkreta dan plasenta perkreta.
Plasenta akreta adalah plasenta yang
berinsersi lebih dalam dari stratum basalis, sehingga
secara klinis sulit dilepaskan dari dinding rahim.
Plasenta akreta adalah plasenta yang tumbuh hingga
mencapai batas miometrium, plasenta inkreta
bila plasenta menembus melewati miometrium,
sedangkan plasenta perkreta adalah plasenta yang
telah menembus hingga lapisan serosum atau lebih.
Morbidly adherent placenta ini mempunyai potensi
mengancam jiwa dan menimbulkan risiko kehilangan
fungsi kesuburan.
Insidensi MAP ini dahulu jarang terjadi,
diperkirakan berkisar antara 1 setiap 540 persalinan
hingga 1 setiap 70.000 persalinan. Breen dkk
berdasarkan catatan persalinan antara tahun 1871
hingga 1972 melaporkan insidensi 1 dari 7.000
persalinan.1 Read dkk melaporkan peningkatan
insidensi plasenta akreta manjadi 1 : 4027 persalinan
pada tahun 1970-an.2 Peneliti lain melaporkan
kejadian plasenta akreta sebanyak 1 : 533 kehamilan Karakteristik dan Faktor Risiko
dalam periode 1982-2002. Hal ini sesuai dengan
laporan sebelumnya , dengan kisaran 1: 4027 Dengan kecenderungan meningkatnya angka seksio
kehamilan pada tahun 1970 , telah meningkat sesarea terjadi pula peningkatan insidensi plasenta
menjadi 1 dalam 2510 Laporan dari USA pada akreta. Saat ini diperkirakan risiko terjadinya
tahun 2009 insidensinya sekitar 0,9% dari seluruh plasenta akreta adalah 25-50% pada pasien plasenta
persalinan. Dalam waktu 50 tahun terakhir, insidensi previa dengan riwayat bekas seksio sesarea.
placenta akreta ini diperkirakan meningkat 10x Insidensi ini akan semakin meningkat bila seksio
lipat.3-7 sesarea berulang.
Mortalitas maternal akibat plasenta akreta Berdasarkan penelitian tersebut faktor risiko
yang dilaporkan adalah sebesar 7% (AJOG 1996).3. yang paling bermakna adalah riwayat seksio sesarea.
Secara tradisional penatalaksanaan MAP adalah Semakin sering seksio sesarea, semakin meningkat
dengan histerektomi totalis, namun bila keadaan pula risikonya. Berdasarkan penelitian Silver 2006,
umum ibu relatif stabil bisa juga diupayakan risiko plasenta akreta pada 1 kali seksio adalah
penatalaksanaan konservatif. 0,24%, dan meningkat hingga mencapai 6,74%

Buku Ilmiah Fetomaternal


312
Skoring Map (Morbidly Adherent Placenta)

pada riwayat 6 kali seksio sesarea. Pada penelitian Keputusan untuk memberikan kortikosteroid
ini pula terlihat bahwa seksio sesarea hingga 3 kali antenatal dan waktu administrasi harus diperhatikan.
mempunyai risiko pakreta yang relatif rendah (0,24%
sd 0,57%) dibandingkan seksio sesarea ke empat dan
seterusnya.

Komplikasi plasenta akreta adalah perdarahan


masif, cedera rahim, buli-buli, ureter, dan usus,
sehingga sering memerluka tindakan operatif
Pada tabel di atas terlihat bahwa risiko seperti histerektomi atau ligasi pembuluh besar
plasenta akreta pada pasien bekas seksio dengan Pelvis untuk mengontrol perdarahan Diagnosis
plasenta yang berinsersi di anterior lebih tinggi pada plasenta akreta biasanya ditegakkan berdasarkan
seksio sesarea saja. faktor risiko dan riwayat obstetri sebelumnya,
gambaran USG transabdominal dan Doppler atau
magnetic resonance imaging (MRI) pada pasien
risiko tinggi pada saat pemeriksanan antenatal.
Deteksi dini plasenta akreta dapat memperbaiki
luaran pasien karena memberi kesempatan klinisi
untuk merencanakan saat yang tepat, teknik operasi
yang adekuat dan persiapan tim multidisiplin
sehingga dapat mencegah komplikasi dan mortalitas
maternal. Persiapan yang harus dilakukan adalah
ahli anestesi obstetrik, operator yang kompeten,
ketersediaan komponen darah, pemasangan ureter
kateter pre operasi hingga persiapan ICU.
Sayang sekali diagnosis prenatal plasenta akreta
hingga saat ini masih sulit, sedangkan akurasi MRI
masih dipertanyakan. Hingga saat ini akurasi USG
grayscale dan Doppler masih dalam penelitian.
Sensitivitasnya dilaporkan antara 33% hingga 100%,
dan spesivisitasnya sangat bervariasi.3-8

Beberapa penelitian juga mulai menyarankan


pemakaian USG transvagina untuk meningkatkan
akurasi diagnosis plasenta previa maupun plasenta
akreta. Di RS Hasan Sadikin Bandung, sejak tahun
2013 mulai dirasakan peningkatan kasus plasenta
akreta. Sejak tahun 2013 sampai Mei 2015 ini kurang
lebih ada 10 kasus dengan mortalitas masih >50%.
Bila bekas seksio sesar disertai dengan plasenta
previa maka risiko plasenta akreta akan meningkat
secara bermakna sejak seksio sesarrea yang keempat
(2,13%, 5x sebesar 2,33% dan 6x sebesar 6,74%.
Buku Ilmiah Fetomaternal
313
Yanuarman

Distribusi Faktor Risiko Kasus Plasenta Akreta di RSHS 2011- April 2016

Faktor “Risiko jumlah %

Riwayat sc 10 62,5

Riwayat kuretase berulang 6 37,5

Riwayat hyperemesis gravidarum 5 11,6

Plasenta previa 4 25

Riwayat miomektomi 1 6,2

Total pasien plasenta akreta 16 100

Di RSHS telah dilakukan penelitian retrospektif korioangioma), kehamilan multipel, kematian janin
kasus2 yang dilakukan histerektomi sesarean atas dalam rahim, atau kondisi maternal seperti tumor
indikasi atonia uteri/ perdarahan pascasalin. Dari 43 ovarium atau koriokarsinoma. Penyebab peningkatan
kasus, terdapat diagnosis patologi anatomi plasenta AFP ini belum diketahui, tetapi diduga berhubungan
akreta, dan plasenta inkreta sebanyak 16 kasus dengan beberapa kelainan plasenta seperti korionik
(37,2%). Yang menarik selain bekas seksio sesarea vilitis dan lesi vaskuler plasenta yang memungkinkan
(62,5%), terdapat 6 kasus (37,6%) mempunyai faktor terjadinya kebocoran AFP dari konsentrasi tinggi di
risiko kuretase berulang, hyperemesis gravidarum sirkulasi janin ke sirkulasi maternal yang mempunyai
11,6%. Diduga ada peran malnutrisi pada saat invasi konsentrasi AFP rendah. Peningkatan AFP juga
trofoblas yang memicu reaksi pertumbuhan plasenta berhubungan dengan peningkatan frekuensi
ke dinding uterus yang lebih dalam. malformasi uterus ( kemungkinan berhubungan
dengan plasentasi abnormal.)
Penegakkan diagnosis Komplikasi obstetri yang berhubungan
dengan peningkatan kadar serum maternal AFP
Plasenta akreta, seringkali tidak diketahui hingga yang tidak dapat dijelaskan adalah pertumbuhan
saat operasi atau persalinan, yaitu setelah bayi janin terhambat (PJT), perdarahan antepartum,
dilahirkan dan seharusnya diikuti dengan lahirnya solusio plasenta, kontraksi prematur dan persalinan
plasenta, tetapi plasenta tetap tidak lepas atau prematur, abortus spontan, kematian janin >24
hanya terlepas sebagian. Kejadian plasenta previa minggu, hipertensi gestasional +/- proteinuria,
tanpa operasi seksio sesarea berkaitan dengan 1-5 % oligohidramnion, dan morbiditas perinatal,
kejadian dari plasenta akreta. Selain bertambahnya dan (Apgar rendah, asfiksia, perawatan NICU).
usia ibu dan jumlah paritas, faktor risiko lainnya Guideline SOGC 2008 merekomendasikan adanya
adalah keadaan yang mengakibatkan kerusakan peningkatan Serum Alfa Feto Protein yang tidak
jaringan miometrium diikuti oleh perbaikan kolagen dapat dijelaskan penyebabnya disertai plasenta
sekunder, seperti miomektomi sebelumnya, cacat previa pada trimester dua, harus meningkatkan
endometrium akibat kuretase yang mengakibatkan kewaspadaan adanya plasenta akreta, inkreeta atau
sindrom Asherman (9) , leiomioma submukosa , ablasi perkreta sehingga pemeriksaan lebih lanjut meliputi
termal (10) , dan embolisasi arteri uterina (11) USG dan MRI pada perbatasan plasenta-uterus harus
Akhir-akhir ini dilaporkan adanya peningkatan dilakukan.
kadar serum maternal alfa feto protein selama
kehamilan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Diagnosis
Dikategorikan tidak dapat dijelaskan penyebabnya Riwayat obstetri
bila peningkatan kadar maternal serum alfa protein
bukan disebabkan kelainan kromosom janin, kelainan Saat ini seluruh penelitian tentang plasenta akreta
struktural janin (misalnya neural tube defect, defek atau MAP sepakat bahwa faktor risiko MAP adalah
dinding abdomen), anomali plasenta (misalnya riwayat jejas pada uterus seperti bekas seksio

Buku Ilmiah Fetomaternal


314
Skoring Map (Morbidly Adherent Placenta)

sesarea, apalagi bila disertai dengan plasenta yang lebih lengkap pada segmen bawah rahim.
previa atau plasenta letak rendah yang berinsersi di Karakteristik gambaran insersi plasenta normal
segmen bawah rahim anterior. Penelitian di RSHS adalah mempunyai batas hypoechoic antara plasenta
terhadap kasus plasenta akreta yang dipastikan dan kandung kemih. Gambaran USG dari plasenta
dari hasil PA, mendapatkan faktor lain yang harus akreta terdapat ketidak teraturan lacuna plasenta
dipertimbangkan yaitu riwayat kuretase berulang (tidak ada vaskularisasi) dalam plasenta, tipisnya
dan hiperemesis gravidarum. Hal lain yang harus miometrium pada bagian plasenta, hilangnya
ditanyakan adalah riwayat manual plasenta atau retroplasenta “clear space,” penonjolan plasenta
kuretasi pascasalin pada kehamilan sebelumnya. ke dalam kandung kemih, peningkatan vaskularisasi
Kepentingan mendiagnosis plasenta akreta sebelum uterus antara lapisan serosa-kandung kemih, dan
persalinan terbukti dapat mengurangi jumlah aliran darah turbulen di lacuna pada Doppler
perdarahan yang terjadi serta komplikasi kehilangan ultrasonografi (12, 13). Kehadiran dan peningkatkan
rahim bahkan kematian. Hal ini disebabkan bila MAP jumlah lacuna dalam plasenta pada 15-20 minggu
terdiagnosis sebelum persalinan dapat dilakukan kehamilan telah terbukti menjadi tanda-tanda
perencanaan multidisiplin dan pemilihan tempat ultrasonografi paling prediktif dari plasenta akreta,
persalinan yang mampu menangani kasus MAP ini. dengan sensitivitas 79% dan nilai prediksi positif
Bila dari anamnesis ditemukan faktor risiko MAP 92% (14). Lakuna ini dapat mengakibatkan plasenta
harus dilakukan pemeriksaan USG yang lebih memiliki gambaran “moth-eaten” atau “keju Swiss”.
cermat oleh petugas yang mempunyai kompetensi Secara keseluruhan, ultrasonografi hitam putih
mendiagnosis MAP. cukup untuk mendiagnosis plasenta akreta, dengan
sensitivitas 77-87%, spesifisitas 96-98%, nilai prediksi
Ultrasonografi positif sebesar 65-93%, dan nilai prediksi negatif
sebesar 98 (13, 14). Penggunaan Doppler, Doppler
Ultrasonografi transvaginal dan transabdominal warna, atau pencitraan tiga dimensi tidak secara
adalah kelengkapan diagnostik yang dapat digunakan signifikan meningkatkan sensitivitas diagnostik
untuk keperluan diagnostik MAP. Ultrasonografi dibandingkan dengan yang dicapai dengan
transvaginal aman digunakan untuk pasien dengan ultrasonografi hitam putih (15).
plasenta previa dan memungkinkan pemeriksaan

Buku Ilmiah Fetomaternal


315
Yanuarman

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, harus ada Penggunaan Magnetic Resonance Imaging lebih mahal
upaya untuk menambah sensitivitas dan spesivisitas dibandingkan ultrasonografi dan membutuhkan
diagnosis prenatal kasus MAP. pengalaman dan keahlian dalam evaluasi invasi
plasenta yang abnormal. Meskipun kebanyakan
studi telah menyarankan akurasi diagnostik dari
MRI dan USG untuk plasenta akreta, MRI dianggap
sebagai modalitas ajuvan dan menambahkan
sedikit akurasi diagnostik ultrasonografi. Namun,
ketika ada temuan USG ambigu atau kecurigaan
dari plasenta akreta posterior, dengan atau tanpa
plasenta previa, pemeriksaan ultrasonografi saja
mungkin tidak cukup. Laporan dari 300 kasus yang
diterbitkan pada tahun 2005 menunjukkan bahwa
MRI mampu menguraikan anatomi dari invasi-nya
dan menghubungkannya dengan daerah sistem
vaskular anastomosis-nya (16). Selain itu, penelitian
Magnetic Resonance Imaging ini menunjukkan bahwa menggunakan irisan MRSI
secara aksial dapat dipakai untuk konfirmasi invasi

Buku Ilmiah Fetomaternal


316
Skoring Map (Morbidly Adherent Placenta)

parametrium dan kemungkinan keterlibatan ureter. Simpulan: gambaran plasenta akreta pada
Masih terdapat kontroversi seputar penggunaan pemeriksaan USG grayscale 2 dimensi adalah
peningkatan kontras berbasis gadolinium meskipun 1. hilangnya retroplacental hypoechoic zone (clear
menambah spesifisitas diagnosis plasenta akreta oleh zone)
MRI. Penggunaan kontras gadolinium memungkinkan 2. Penipisan progresif di daerah retroplacental
MRI untuk lebih jelas menggambarkan permukaan hypoechoic zone
luar plasenta terhadap miometrium dan 3. Terdapatnya multipel placental lakes (swiss
membedakan antara sinyal vaskular heterogen cheese appearance/ multiper lakunar )
dalam plasenta yang disebabkan oleh pembuluh 4. Penipisan dinding perbatasan serosa uterus
darah ibu. Pedoman American College of Radiology dengan vesika urinaria atau penonjolan dinding
untuk praktek MRI yang aman merekomendasikan vesika urinaria karena pertumbuhan plasenta
bahwa gadolinium intravena harus dihindari selama (perkreta)
kehamilan dan harus digunakan hanya jika benar- 5. Bridging vessels
benar penting (18).
Saran tambahan:
Anamnesis Faktor risiko diikut sertakan juga
riwayat kuretase berulang, riwayat hyperemesis
gravidarum, dan manual plasenta.

Pemeriksaan Laboratorik:
Kadar Mean Serum Alfa feto protein pada trimester
kedua.

Management
Manajemen

Pertimbangan Umum (plasenta accreta minded)


Sangat penting bahwa dokter kandungan memahami
faktor risiko dan modalitas diagnostik untuk plasenta
akreta. Jika pada saat anamnesa terdapat faktor2
risiko MAP, ditambah dengan ada kecurigaan kelainan
implantasi plasenta yang abnormal berdasarkan
pemeriksaan Usg, harus ditindak lanjuti dengan
konfirmasi diagnostic ke fasilitas yang mampu untuk
mendiagnosis . Selanjutnya harus dipersiapkan
tempat persalinan dan saat terminasi kehamilan
yang tepat. Penyedia layanan kesehatan di rumah
sakit kecil atau lembaga dengan pasokan bank darah
yang tidak mencukupi atau ketersediaan yang tidak
memadai dari keahlian dan dukungan personil harus
mempertimbangkan pemindahan pasien ke pusat
perawatan perinatal tersier. Hasil yang lebih baik
telah ditunjukkan ketika pasien melahirkan di pusat-
pusat tersier khusus (19).
Perencanaan persalinan melibatkan dokter
anestesi, dokter kandungan, dokter ginekologi
onkologi, intensivist, kedokteran fetomaternal,
ahli neonatologi, ahli urologi, ahli hematologi, dan
ahli radiologi intervensi untuk mengoptimalkan
hasil luaran pada pasien (19). Untuk meningkatkan
keselamatan pasien, penting bahwa persalinan
dilakukan oleh tim obstetri berpengalaman yang
Buku Ilmiah Fetomaternal
317
Yanuarman

mencakup seorang ahli bedah obstetri, dengan pasien, mengikuti protokol di instansi masing
spesialis bedah lainnya, seperti urolog, ahli bedah masing bagi penanganan perdarahan.
umum, dan ahli onkologi ginekologi, jika tersedia. • Waktu persalinan seharusnya diindividualisasi,
Karena terdapat risiko kehilangan darah cukup bergantung pada keadaan pasien.
tinggi, nilai hemoglobin ibu sebelum operasi harus Mengkombinasikan luaran maternal dan
diperhatikan sebelum operasi jika mungkin (20). neonatal, dioptimalkan dalam keadaan
Banyak pasien dengan plasenta akreta membutuhkan stabil saat usia kehamilan 34 minggu tampa
kelahiran prematur darurat karena perdarahan amniocentesis.
masif secara tiba-tiba. Perangkat penyelamatan • Keputusan pemberian kortikosteroid dan waktu
darah autolog telah terbukti aman, dan penggunaan pemberiannya harus dipikirkan secara individu.
perangkat ini mungkin menjadi tambahan yang • Secara umum rekomendasi penanganan pada
berharga selama operasi (21). kecurigaan plasenta akreta di rencanakan
pada kondisi prematur secara hysterectomi
Rekomendasi dan Kesimpulan dengan plasenta insitu sebelumnya, karena
pengeluaran plasenta berhubungan dengan
• Ibu hamil yang memiliki risikotinggi plasenta morbiditas perdarahan. Bagaimanapun juga
akreta adalah yang memiliki kerusakan penanganan secara pembedahan dari plasenta
myometrium akibat persalisan seksio sesarea akreta harus difikirikan secara individu.
sebelumnya baik plasenta previa di anterior dan
posterior diatas luka parut uterus.    References
• Harus dilakukan anamnesis yang teliti tentang
faktor2 risiko lain terjadinya MAP, seperti 1. Hughes EC, editor. Obstetric-gynecologic
kuretase berulang, riwayat manual plasenta terminology: with section on neonatology and
atau kuretase pascasalinan dan riwayat glossary on congenital anomalies. Philadelphia
hyperemesis gravidarum yang tidak ditangani (PA): F.A. Davis; 1972.
dengan ada adekuat. 2. Hudon L, Belfort MA, Broome DR. Diagnosis
• Ultrasonografi Grayscale sensitif (77–87%) dan and management of placenta percreta: a
spesifik (96–98%) dalam mendiagnosis plasenta review. Obstet Gynecol Surv 1998;53:509–17.
akreta. [PubMed]
• Jika terdapat sugestif kuat dari adanya invasi 3. O’Brien JM, Barton JR, Donaldson ES. The
plasenta abnormal, petugas kesehatan di rumah management of placenta percreta: conservative
sakit kecil atau institusi yang tidak memiliki and operative strategies. Am J Obstet Gynecol
suplai bank darah yang baik, atau ketidak 1996;175:1632–8. [PubMed]
tersediaan sub spesialis dan sumberdaya 4. Shellhaas CS, Gilbert S, Landon MB, Varner
pendukung, pasien dipertimbangkan untuk MW, Leveno KJ, Hauth JC, et al. The frequency
dirujuk pada pusat perawatan perinatal tersier and complication rates of hysterectomy
• Untuk meningkatkan keselamatan pasien, accompanying cesarean delivery. Eunice
perlunya persalinan dikamar operasi oleh tim Kennedy Shriver National Institutes of Health
obstetri berpengalaman melibatkan spesialis and Human Development Maternal-Fetal
obstetri, spesialis bedah, seperti urologi, bedah Medicine Units Network. Obstet Gynecol
umum, dan ginekologi onkologi untuk hadir 2009;114:224–9. [PubMed] [Obstetrics &
jika dibutuhkan. Memperbaiki luaran telah Gynecology]
didemonstrasikan pada ketika perempuan 5. Wu S, Kocherginsky M, Hibbard JU. Abnormal
dengan plasenta akreta melahirkan di pusat placentation: twenty-year analysis. Am J Obstet
spesialisasi tersier Gynecol 2005;192:1458–61. [PubMed]
• Konseling preoperatif pada pasien harus 6. Read JA, Cotton DB, Miller FC. Placenta accreta:
dikalukan termasuk diskusi dari potensi changing clinical aspects and outcome. Obstet
kebutuhan histerektomi, dan risiko perdarahan Gynecol 1980;56:31–4. [PubMed] [Obstetrics &
banyak dan kemungkinan kematian materna Gynecology]
• Meskipun persalinan terencana menjadi 7. Miller DA, Chollet JA, Goodwin TM. Clinical risk
tujuan, kemungkinan merencanakan persalinan factors for placenta previa-placenta accreta. Am
emergensi harus dikembangkan pada setiap J Obstet Gynecol 1997;177:210–4. [PubMed]
Buku Ilmiah Fetomaternal
318
Skoring Map (Morbidly Adherent Placenta)

8. Silver RM, Landon MB, Rouse DJ, Leveno KJ, 18. 18. Kanal E, Barkovich AJ, Bell C, Borgstede JP,
Spong CY, Thom EA, et al. Maternal morbidity Bradley WG Jr, Froelich JW, et al. ACR guidance
associated with multiple repeat cesarean document for safe MR practices: 2007. ACR
deliveries. National Institute of Child Health and Blue Ribbon Panel on MR Safety. AJR Am J
Human Development Maternal-Fetal Medicine Roentgenol 2007;188:1447–74. [PubMed] [Full
Units Network. Obstet Gynecol 2006;107:1226– Text]
32. [PubMed] [Obstetrics & Gynecology] 19. Eller AG, Bennett MA, Sharshiner M, Masheter
9. Al-Serehi A, Mhoyan A, Brown M, Benirschke C, Soisson AP, Dodson M, et al. Maternal
K, Hull A, Pretorius DH. Placenta accreta: morbidity in cases of placenta accreta managed
an association with fibroids and Asherman by a multidisciplinary care team compared
syndrome. J Ultrasound Med 2008;27:1623–8. with standard obstetric care. Obstet Gynecol
[PubMed] [Full Text] 2011;117:331–7. [PubMed] [Obstetrics &
10. Hamar BD, Wolff EF, Kodaman PH, Marcovici Gynecology]
I. Premature rupture of membranes, placenta 20. Anemia in pregnancy. ACOG Practice Bulletin
increta, and hysterectomy in a pregnancy No. 95. American College of Obstetricians and
following endometrial ablation. J Perinatol Gynecologists. Obstet Gynecol 2008;112:201–7.
2006;26:135–7. [PubMed] [Full Text] [PubMed] [Obstetrics & Gynecology]
11. Pron G, Mocarski E, Bennett J, Vilos G, Common 21. Postpartum hemorrhage. ACOG Practice Bulletin
A, Vanderburgh L. Pregnancy after uterine artery No. 76. American College of Obstetricians and
embolization for leiomyomata: the Ontario Gynecologists. Obstet Gynecol 2006;108:1039–
multicenter trial. Ontario UFE Collaborative 47. [PubMed] [Obstetrics & Gynecology]
Group. Obstet Gynecol 2005;105:67–76. 22. Chestnut DH, Dewan DM, Redick LF, Caton
[PubMed] [Obstetrics & Gynecology] D, Spielman FJ. Anesthetic management for
12. Comstock CH. Antenatal diagnosis of placenta obstetric hysterectomy: a multi-institutional
accreta: a review. Ultrasound Obstet Gynecol study. Anesthesiology 1989;70:607–10.
2005;26:89–96. [PubMed] [Full Text [PubMed]
13. 13. Warshak CR, Eskander R, Hull AD, Scioscia 23. Robinson BK, Grobman WA. Effectiveness of
AL, Mattrey RF, Benirschke K, et al. Accuracy timing strategies for delivery of individuals with
of ultrasonography and magnetic resonance placenta previa and accreta. Obstet Gynecol
imaging in the diagnosis of placenta accreta. 2010;116:835–42. [PubMed] [Obstetrics &
Obstet Gynecol 2006;108:573–81. [PubMed] Gynecology]
[Obstetrics & Gynecology] 24. Placenta accreta. Society for Maternal-Fetal
14. 14. Comstock CH, Love JJ Jr, Bronsteen RA, Lee Medicine. Am J Obstet Gynecol 2010;203:430–
W, Vettraino IM, Huang RR, et al. Sonographic 9. [PubMed]
detection of placenta accreta in the second 25. Bretelle F, Courbiere B, Mazouni C, Agostini
and third trimesters of pregnancy. Am J Obstet A, Cravello L, Boubli L, et al. Management of
Gynecol 2004;190:1135–40. [PubMed] placenta accreta: morbidity and outcome. Eur
15. Chou MM, Ho ES, Lee YH. Prenatal diagnosis of J Obstet Gynecol Reprod Biol 2007;133:34–9.
placenta previa accreta by transabdominal color [PubMed] [Full Text]
Doppler ultrasound. Ultrasound Obstet Gynecol 26. Tan CH, Tay KH, Sheah K, Kwek K, Wong K, Tan
2000;15:28–35. [PubMed] [Full Text] HK, et al. Perioperative endovascular internal
16. 16. Palacios Jaraquemada JM, Bruno CH. iliac artery occlusion balloon placement in
Magnetic resonance imaging in 300 cases management of placenta accreta. AJR Am J
of placenta accreta: surgical correlation of Roentgenol 2007;189:1158–63. [PubMed] [Full
new findings. Acta Obstet Gynecol Scand Text]
2005;84:716–24. [PubMed] [Full Text] 27. Shrivastava V, Nageotte M, Major C, Haydon M,
17. 17. Webb JA, Thomsen HS, Morcos SK. The Wing D. Case-control comparison of cesarean
use of iodinated and gadolinium contrast media hysterectomy with and without prophylactic
during pregnancy and lactation. Members of placement of intravascular balloon catheters
Contrast Media Safety Committee of European for placenta accreta. Am J Obstet Gynecol 2007;
Society of Urogenital Radiology (ESUR). Eur 197:402.e1–5. [PubMed]
Radiol 2005;15:1234–40. [PubMed] 28. Bishop S, Butler K, Monaghan S, Chan K,
Buku Ilmiah Fetomaternal
319
Yanuarman

Murphy G, Edozien L. Multiple complications 30. Butt K, Gagnon A, Delisle MF. Failure of
following the use of prophylactic internal iliac methotrexate and internal iliac balloon
artery balloon catheterisation in a patient catheterization to manage placenta percreta.
with placenta percreta. Int J Obstet Anesth Obstet Gynecol 2002;99:981–2. [PubMed]
2011;20:70–3. [PubMed] [Obstetrics & Gynecology]
29. Mussalli GM, Shah J, Berck DJ, Elimian A,
Tejani N, Manning FA. Placenta accreta and
methotrexate therapy: three case reports. J
Perinatol 2000;20:331–4. [PubMed]

Buku Ilmiah Fetomaternal


320
SKRINING TRIMESTER PERTAMA

Aryani Azis
Dep Obstetri & Ginekologi Universitas Sriwijaya Palembang

PENDAHULUAN tertinggal dan berpotensi keluhan dari pasien pada


saat persalinan bila suatu kelainan tidak terdeteksi
Kelainan kongenital dapat terjadi sejak awal selama kehamilan.
pertumbuhan primordial atau pertumbuhan suatu Usia yang paling baik untuk penapisan
organ oleh faktor-faktor intrinsik atau terjadi kelainan pada janin masih diperdebatkan, tetapi
kemudian selama pertumbuhan primordial yang banyak pusat diagnostik sepakat penapisan yang
normal oleh faktor-faktor ekstrinsik. Perubahan paling baik adalah pada trimester II terutama pada
bentuk tersebut bisa terjadi karena malformasi, kehamilan 18-23 minggu. Selain itu penapisan telah
deformasi dan distrupsi. dapat dilakukan pada usia 11-13 minggu terutama
Peningkatan pelayanan ante dan intrapartum untuk pemeriksaan Nuchal Translucency (NT).
dapat menurunkan angka kejadian kematian Penapisan NT terutama untuk melihat
perinatal namun angka kejadian cacat bawaan kemungkinan terjadinya kelainan atau suatu
sebagai penyebab kematian perinatal cenderung sindroma, karena untuk melihat defek atau kelainan
meningkat. Karena itu upaya pencegahan kejadian pada usia ini masih terlalu dini dan kelainan-kelainan
cacat bawaan termasuk deteksi dini pada masa tertentu tidak dapat terlihat meskipun demikian
prenatal perlu dikembangkan. kelainan seperti anansefal, ensefalokel, kembar
Ultrasonografi merupakan salah satu metode siam, amelia, gastroschizis dan sebagian kelainan
pencitraan pilihan untuk menegakkan diagnosis tungkai telah dapat didiagnosis pada trimester
dan membantu dalam pengelolaan cacat bawaan pertama. Sedangkan pemeriksaan trimester kedua
dibandingkan dengan metode pencitraan lainnya adalah untuk mendiagnosis kelainan pada organ
karena aman, tidak invasif, akurat dan sederhana yang masih belum cukup terlihat pada pemeriksaan
dalam pengerjaan dibanding dengan metode trimester pertama.
pencitraan yang lainnya. Akurasi pemeriksaan masih Penebalan NT juga berhubungan dengan
sangat tergantung pada kemampuan resolusi alat kelainan karena defek kromosom yang lain terutama
serta pengetahuan dan pengalaman operator. dan sangat berhubungan dengan kelainan kongenital
mayor, kelainan jantung dan pembuluh darah
SKRINING TRIMESTER PERTAMA utama, serta kelainan genetik. Keuntungan lain dari
penapisan NT pada trimester I adalah konfirmasi
Secara morfologis kelainan kongenital terbagi 2 yaitu bahwa janin hidup, menentukan usia kehamilan
kelainan kongenital berat (mayor) dan kelainan secara akurat, diagnosis kelainan kongenital mayor
kongenital ringan (minor). Kelainan kongenital secara dini dan deteksi kehamilan multipel.
mayor adalah kelainan yang memberikan dampak Skrining trimester pertama dapat juga
besar pada bidang medis, operatif dan kosmetik dan dilakukan dengan mengkombinasi antara
mempunyai risiko kesakitan dan kematian tinggi, pemeriksaan USG dengan pemeriksaan serum β-hCG
misal anensefalus, hidrosefalus dan hidronefrosis. bebas, Pregnancy Associated Plasma Protein-A
Kelainan kongenital minor adalah kelainan yang (PAPP-A), dan Alpa Fetoprotein (AFP) guna mengukur
kurang memberikan dampak medis operatif maupun risiko down sindrome.
kosmetik dan biasanya kurang memeengaruhi Risiko dari banyak kelainan kromosom
kelangsungan hidup, misalnya : nistagmus, adalah karena meningkatnya usia ibu, tetapi karena
strabismus, hirsutisme, mikropenia dan polidaktili. banyaknya terjadi defek kromosom berat sebagian
Keterampilan operator USG dalam bidang besar mengalami kematian dalam rahim dengan
obstetrik sangat diperlukan untuk diagnosis dan ditandai keguguran yang meningkat.
menilai prognosis serta menunjang keberhasilan Nuchal Translucency adalah gambaran
perawatan pranatal. Standar pemeriksaan yang sonografi yang berupa akumulasi cairan abnormal
berkualitas dibutuhkan oleh seorang operator dibelakang leher pada trimester pertama.
untuk menjamin tidak ada pemeriksaan yang Translusensi digunakan sebagai istilah untuk

Buku Ilmiah Fetomaternal


321
Aryani Azis

penumpukan cairan berseptum atau tanpa septum 2. Doubilet PM, Benson CB. Ultrasound of the
dan dapat menutupi seluruh tubuh janin. early first trimesters. Ultrasonography in
Secara normal NT janin akan meningkat seiring Obstetrics and Gynecology 6th ed. Callen PW.
dengan bertambahnya umur. Beberapa penelitian Sunders Elsevier. Philadelphia. 2017. p82-97
menunjukan semakin tebal NT semakin meningkatnya 3. Trudell AS, Odibo AO. Evaluation of fetal
risiko terjadinya defek kromosomal terurama Trisomi anatomy in the first trimesters. Ultrasonography
21. Pada usia 11 – 13 minggu nasal bone tidak terlihat in Obstetrics and Gynecology 6th ed. Callen PW.
dengan USG pada 60 – 70% janin dengan trisomi 21 Sunders Elsevier. Philadelphia. 2017. p98-117
dan 2% kromosom normal. Abnormalitas dari ductus 4. Nicolaide KH. The 11 – 13+6 weeks scan. Fetan
venosus terjadi pada 80% janin dengan trisomi 21 Medicine Foundation. London 2004
dan 5% pada janin yang normal. Tanda secara USG 5. Yeo L, Vintzilos AM. The second trimester genetic
seperti adanya exomphalos, megakistik dan arteri sonogram. Ultrasonography in Obstetrics and
umbilikalis tunggal meningkatkan kemungkinan Gynecology 6th ed. Callen PW. Sunders Elsevier.
abnormalitas kromosom. Philadelphia. 2008.p.70-111
Peningkatan NT berhubungan dengan trisomi 6. Mose JC. Peranan USG pada deteksi dini cacat
21, sindroma Turner, dan kelainan defek kromosom bawaan. Ultrasonografi Obstetri & Ginekologi
yang lainnya. Dengan dilakukannya pemeriksaan 2nd ed. Divisi Kedokteran Feromaternal DEP/
USG dan atau dengan kombinasi skrining trimester SMF Obstetri & Ginekologi RSHS/FK UNPAD.
I serum β-hCG bebas, Pregnancy Associated Bandung. 2016.p.81-92
Plasma Protein-A (PAPP-A), dan Alpa Fetoprotein 7. Pribadi A. Penapisan Trimester I dan II.
(AFP), diharapkan dapat memberikan informasi Ultrasonografi Obstetri & Ginekologi 2nd
bagi orang tua yang berisiko mendapatkan anak ed. Divisi Kedokteran Feromaternal DEP/
cacat, meningkatkan kepercayaan dan mengurangi SMF Obstetri & Ginekologi RSHS/FK UNPAD.
kecemasan yang berhubungan dengan reproduksi, Bandung. 2016.p.93-106
memberikan kesempatan pada pasangan yang
berisiko untuk merencanakan keluarga secara aktif
dengan menerangkan bahwa mereka masih mungkin
menghindari melahirkan anak cacat dengan jalan
selective abortion, juga memungkinkan penolong
untuk memberikan penanganan yang optimal sedini
mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Goetzinger Katherine R, Odibo AO. Ultrasound


evaluation of fetal aneuplhoidy in the first
and second trimesters.Ultrasonography in
Obstetrics and Gynecology 6th ed. Callen PW.
Sunders Elsevier. Philadelphia. 2017. p57-81.

Buku Ilmiah Fetomaternal


322
Teknik Pemasangan Pesarium

David Randel Christanto


Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih /
Rumah Sakit Umum Jayapura Papua

1. Pendahuluan Pesarium dirancang secara khusus untuk wanita


Selama berabad-abad, pesarium vagina telah hamil yang terutama berasal dari negara-negara
digunakan untuk menangani prolaps uterus atau Eropa Timur. Jiratko dkk. menggambarkan sebuah
vaginal vault. Di AS, sebagian besar ginekolog telah pesarium cincin Mayer yang terbuat dari kaca
menerima pelatihan untuk fitting dan manajemen organik.
pesarium, 86% dari mereka tetap meresepkan
pesarium untuk indikasi ini.1 Desain pesarium yang
berbeda yang awalnya digunakan untuk manajemen
prolaps genital juga telah digunakan secara sporadis
untuk pencegahan persalinan prematur spontan,
tetapi ini belum dipromosikan secara aktif dalam
akademik atau dievaluasi secara resmi dalam
pengaturan penelitian hingga saat ini.1,2

2. Desain Pesarium Cervix untuk Kehamilan


Laporan awal mengenai penggunaan pesarium
untuk pencegahan persalinan prematur spontan
menggunakan model yang awalnya dirancang untuk
menangani prolaps genital. Pada tahun 1959, Cross Gambar 1. Pesarium cincin (kiri atas), pesarium
menjelaskan pengalamannya dalam menggunakan Hodge (kanan atas) dan pesarium donat (kiri
pesarium cincin pada 13 pasien dengan riwayat bawah), semua awalnya dirancang untuk mencegah
laserasi serviks, inkompetensi serviks atau uterus prolaps genital atau retrofleksi uterus, dan
didelfis, seperti dikutip oleh Dharan dan Ludmir.2,3 pesarium berbentuk kupu-kupu untuk mendukung
Vitsky menggambarkan penggunaan pesarium serviks menurut Jorde dan Hamann (kanan bawah)2
Hodge pada tujuh pasien dan pada lebih dari 14
pasien rekan-rekannya, yang mendalilkan bahwa Pada tahun 1978, Jorde dan Hamann di Jerman
pengurangan tekanan pada os interna mencegah Timur mengembangkan pesarium yang seharusnya
penonjolan membran. Ia juga menyarankan bahwa mengelilingi serviks yang tersisa dalam desain
pesarium mungkin mengubah kemiringan kanalis berbentuk kupu-kupu, dengan diameter yang lebih
servikalis dan mengompresi serviks, tapi ini tidak besar menghadap sakrum dan diameter yang lebih
pernah diuji dan mengingat bukaan yang besar dari kecil menghadap pubis. Ia awalnya dibuat dari plastik
pesarium Hodge dan pesarium cincin, ini tampaknya dan akhirnya silikon dan dibandingkan dalam dua uji
tidak mungkin. Oster dan Javert juga menggunakan coba terkontrol secara acak (RCT) dengan cerclage
pesarium Hodge pada 29 pasien dengan Inkompetensi atau tanpa intervensi. Namun, karena penulis
serviks yang didefinisikan dengan kriteria yang menggunakan kriteria seleksi yang tidak jelas atau
berbeda, dengan alasan bahwa terapi dengan metodologi yang tidak memadai untuk randomisasi,
pesarium akan menjadi lebih superior daripada penelitian ini tidak dianggap memenuhi syarat untuk
cerclage karena mengurangi risiko perdarahan atau dimasukkan dalam tinjauan Cochrane berjudul
sepsis ibu. Bahkan pesarium donat telah digunakan Cervical pessary for preventing preterm birth.2,4
dengan maksud mencegah persalinan prematur Pada akhir tahun 1970-an, Hans Arabin di
spontan. Namun, ada kemungkinan bahwa pesarium Jerman Barat merancang suatu pesarium berbentuk
donat bisa digunakan secara efektif hanya untuk kerucut bulat yang terbuat dari silikon fleksibel.
menangani prolaps genital, dan tidak inkompetensi Desain kubahnya seperti menyerupai forniks vagina,
serviks, karena bukaan dalamnya terlalu kecil untuk dengan tujuan untuk mengelilingi serviks sedekat
mencakup atau memiringkan serviks.1,2 mungkin dengan os interna (Gambar 2).

Buku Ilmiah Fetomaternal


323
David Randel Christanto

untuk memungkinkan adaptasi yang lebih baik


terhadap karakteristik setiap pasien, dan pilihan yang
tepat dari pesarium ditentukan menurut kriteria
pragmatis. Lubang dalam silikon memungkinkan
pelepasan sekret vagina, yang dapat terakumulasi di
antara pesarium dan forniks atas vagina. Diameter
bagian dalam proksimal dari pesarium Arabin yang
digunakan saat ini bervariasi antara 32 – 35 mm dan
diameter bagian luar distal antara 65 - 70 mm. Juga
ada variasi dalam tinggi pesarium (17, 21, 25, 30
mm), yang memungkinkan pilihan pesarium dapat
memperhitung-kan ukuran uterus dan, akhirnya,
derajat prolaps.1, 2
Secara umum, diameter dalam proksimal
Gambar 2. Pesarium Arabin serviks, yang dirancang 32 mm cukup lebar untuk mengelilingi serviks
untuk mendekatkan, memiringkan dan mungkin tanpa risiko laserasi. Diameter 32 mm digunakan
memutar serviks setinggi mungkin2 jika pesarium digunakan pada trimester pertama
(misalnya setelah radical cone biopsy) dan pada
Bukaan dalam proksimal yang lebih kecil trimester kedua atau ketiga pada pasien tanpa
dalam permukaan yang rata harus diarahkan ke funneling serviks yang signifikan. Pada pasien dengan
serviks, sedangkan cincin distal dengan bukaan serviks lebar edematosa dan funnelling serviks
yang lebih lebar tetap dalam vagina. Pesarium berbentuk U atau V yang lebih lebar, diameter dalam
Arabin dirancang dengan maksud tidak hanya untuk proksimal 35 mm diusulkan dapat menghindari
mendukung dan mengompresi, tetapi juga untuk tekanan pada membran dan untuk meminimalkan
memiringkan serviks dan mungkin memutarnya pelepasan prostaglandin selama penempatannya.1, 2
lebih menghadap sakrum. Awalnya, efek yang Pada wanita dengan postur yang lebih kecil
dijelaskan ini disarankan oleh pemeriksaan klinis dan primigravida, diameter luar distal 65 mm cukup
dan dengan sonografi transabdominal (TAS). Baru bagi pesarium untuk tetap dalam vagina. Diameter
di kemudian hari sonografi transvaginal dilakukan distal 70 mm dipilih pada pasien yang lebih tinggi
untuk memvisualisasikan reduksi atau setidaknya atau wanita yang pernah melahirkan. Tinggi yang
stabilisasi funneling serviks setelah penempatan lebih kecil dari 17-21 mm biasanya digunakan
pesarium pada pasien tertentu.5,6 untuk meminimalkan efek samping ketika pesarium
diindikasi-kan pada awal kehamilan tunggal,
3. Ukuran Pesarium sementara pesarium dengan tinggi lebih besar
dari 25 mm dipilih pada pasien dengan ekstensi
Ukuran yang berbeda dari pesarium telah tersedia uterus (kehamilan kembar, polihidramnion), atau

Gambar 3 Ukuran Pesarium

Buku Ilmiah Fetomaternal


324
Teknik Pemasangan Pesarium

Tabel 1 Ukuran pesarium Arabin yang diusulkan untuk Situasi Klinis yang berbeda1,2

bahkan 30 mm pada pasien dengan gejala prolaps yang lebih kecil terarah ke atas menuju serviks.
uterus selama kehamilan. Kemungkinan bahwa Bagian proksimal dari kubah pesarium dengan hati-
pesarium dengan luas permukaan yang lebih besar hati didorong ke arah forniks atas sampai serviks
terkait dengan lebih banyak keluhan tentang sekret benar-benar dikelilingi, dan bagian anterior dari
intermiten, karena cairan lebih mungkin menumpuk pesarium ini kemudian ditekan sedikit ke arah
di belakang pesarium tersebut.1, 2 (Tabel 1) sakrum. Dianjurkan untuk meminta pasien untuk
berdiri dan berjalan beberapa langkah setelah insersi,
4. Teknik Memasukkan Pesarium dan untuk menanyakan tentang setiap sensasi –
pesarium yang telah dimasukkan seharusnya tidak
Serviks harus diperiksa dengan TVS dan hasil lagi dirasakan oleh pasien. Beberapa pasien bahkan
pengukuran panjang serviks, evaluasi funneling dan melaporkan sedikit menghilangnya sensasi tekanan.
setiap tes khusus yang digunakan dalam pengaturan Jika pasien mengeluh tidak nyaman, ukuran atau
yang berbeda, seperti penilaian fibronektin atau posisi pesarium harus dipertimbangkan kembali.
interleukin, harus didokumentasikan. Untuk alasan Setelah itu, pasien harus diperiksa lagi, baik dengan
pragmatis, disarankan untuk mengambil swab vagina evaluasi klinis atau sonografi atau keduanya, untuk
/ serviks sebelum penempatan dan untuk mengobati menegaskan bahwa serviks lengkap menonjol
hasil positif menurut protokol lokal untuk pasien melalui cincin bagian proksimal. Pemeriksaan
tanpa pesarium. Biasanya tidak perlu menggunakan spekulum dapat diindikasikan pada beberapa pasien,
anestesi atau analgesia atau menunggu hasil swab untuk memastikan. Pada pasien dengan funnelling
sebelum penempatan pesarium.1, 2, 4 serviks lengkap, pemeriksaan digital ekstensif harus
Pesarium ditutupi dengan krim, gel atau cairan dihindari jika memungkinkan.1,2
antibakteri untuk memberikan lubrikasi untuk fitting
dengan lebih mudah. Pesarium kemudian dijepit
di antara ibu jari dan jari-jari dan memasukkannya
secara longitudinal ke introitus. Di dalam vagina
pesarium dilepaskan, sehingga cincin bagian dalam

Buku Ilmiah Fetomaternal


325
David Randel Christanto

Gambar 6 Pesarium kemudian dijepit di antara


Gambar 4 Pesarium yang digunakan memiliki 6 ibu jari dan jari-jari dan memasukkannya secara
lubang yang dibuat oleh dr. Arabin untuk tujuan longitudinal ke introitus.2
mencegah bayi lahir prematur. Diameter bagian
atas lebih kecil dari diameter bagian bawah.2

Gambar 7 Di dalam vagina pesarium dilepaskan,


sehingga cincin bagian dalam yang lebih kecil terarah
ke atas menuju serviks. Bagian proksimal dari kubah
Gambar 5 Presario ditutupi dengan krim, gel atau pesarium dengan hati-hati didorong ke arah forniks
cairan antibakteri untuk memberikan lubrikasi atas sampai serviks benar-benar dikelilingi, dan
untuk fitting dengan lebih mudah2 bagian anterior dari pesarium ini kemudian ditekan
sedikit ke arah sakrum.2

Gambar 8 Cervical Length Measurement Scanning Within The Pessary


Here is the image that should be obtained when scanning within in the pessary (annotation on
right). This image is often easiest to obtain when women with an anteverted cervix

Buku Ilmiah Fetomaternal


326
Teknik Pemasangan Pesarium

Gambar 9 Cervical Length Measurement Scanning Superior to the Pessary2

5. Waktu Pesarium Diganti atau Dikeluarkan atau kongesti vena.1, 2, 5


Dalam kasus PPROM yang dikonfirmasi dengan
Secara rutin, pesarium akan dikeluarkan pada sekitar pemeriksaan biokimia dan USG, pesarium dapat
37 minggu. Sebelum pengeluaran disarankan untuk dibiarkan di tempatnya ketika korioamnionitis dapat
memastikan bahwa serviks terdorong kembali dikesampingkan dan kontraksi uterus tidak dijumpai,
melalui cincin bagian dalam dari kubah pesarium.
Ketika ada tanda-tanda edema serviks, wanita
harus diberitahu bahwa pengeluaran mungkin
menimbulkan nyeri.1,2
Ada beberapa indikasi untuk mengeluarkan dan
memasukkan kembali pesarium tersebut. Jika
seorang wanita mengeluh ketidaknyamanan atau
perdarahan minor, pemeriksaan spekulum atau
bahkan apusan serviks harus dilakukan, untuk
menyingkirkan erosi dan laserasi. Dapat dianjurkan
untuk mengeluarkan dan membersihkan pesarium
dengan air dan memasukkannya kembali jika tidak
ada temuan yang mencurigakan.1,2 Gambar 10 Pesarium dikeluarkan2
Pesarium harus selalu dikeluarkan ketika ada
tanda-tanda partus iminens, dan pengeluaran tidak terutama pada usia kehamilan dini.1,2 Dalam RCT
boleh dilupakan pada pasien in partu atau menjalani yang dilakukan oleh Goya dkk., pesarium dibiarkan di
caesar. Telah dilaporkan kasus di mana pesarium tempatnya pada wanita dengan PPROM tanpa tanda
tidak dikeluarkan sampai stadium lanjut persalinan, kontraksi atau korioamnionitis. Bukaan dari pesarium
yang mengakibatkan hilangnya cincin kecil dari memungkin-kan cairan melewatinya; Namun, jika
jaringan serviks segera setelah persalinan. Kontraksi ada faktor risiko tambahan untuk infeksi, disarankan
yang berat harusnya mengindikasikan pengeluran untuk mengeluarkannya.5,6
pesarium dalam rangka untuk menghindari
peningkatan tekanan pada serviks, dengan risiko lesi

Buku Ilmiah Fetomaternal


327
David Randel Christanto

6. Simpulan 4. Abdel-Aleem H, Shaaban OM, Abdel-Aleem


MA. Cervical pessary for preventing preterm
Penggunaan pesarium untuk mencegah persalinan birth. Cochrane Database of Systematic
prematur menyimpulkan bahwa penggunaan Reviews 2013, Issue 5. Art. No.: CD007873. DOI:
pesarium serviks lebih unggul daripada manajemen 10.1002/14651858.CD007873.pub3.
ekspektatif dalam pencegahan kelahiran prematur 5. Goya M, Pratcorona L, Merced C, Rodo C, Valle
pada wanita dengan kehamilan tunggal dan serviks L, Romero A, Juan M, Rodriguez A, Munoz B,
yang pendek. 7 Santacruz B, Bello-Munoz JC, Llurba E, Higueras
T, Cabero L, Carreras E. Cervical pessary in
Daftar pustaka pregnant women with a short cervix (PECEP): an
open-label randomised controlled trial. Lancet
1. Jin Z, Chen L, Qiao D, Tiwari A, Junky CD, Sun 2012; 379: 1800–1806
B, Wang L, Yu H. Cervical pessary for preventing 6. Arabin B, Halbesma JR, Vork F, Hubener M,
preterm birth: a meta – analysis. J Matern Fetal van Eyck J. Is treatment with vaginal pessaries
neonatal Med, 2017 Apr; 32(7): 1148-1154 an option in patients with a sonographically
2. Arabin B, Alfirevic Z. Cervical pessaries for detected short cervix? J PerinatMed 2003; 31:
prevention of spontaneous preterm birth: past, 122–133.
present and future. Ultrasound Obstet Gynecol 7. Roberts D, Dalziel S. Antenatal corticosteroids
2013; 42: 390–399 for accelerating fetal lung maturation for women
3. Dharan VB, Ludmir J. Alternative treatment at risk of preterm birth. Cochrane Database Syst
for a short cervix: the cervical pessary. Semin Rev. 2006;(3):CD004454.
Perinatol 2009; 33: 338–342

Buku Ilmiah Fetomaternal


328
Update Tatalaksana Edema Paru pada Kasus Preeklamsi

I Wayan Artana Putra


Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar

Pendahuluan sebesar dan volume tidal hingga 40 %. Kombinasi


Preeklampsia masih menjadi penyebab penurunan functional residual capacity dan dan
kematian ibu nomer dua tertinggi setelah peningkatan konsumsi oksigen selama kehamilan
perdarahan. Pada preeklampsia, kematian ibu 40 % akan meningkatkan risiko hipoksisa pada ibu dan
disebabkan oleh perdarahan intra cerebral dan 28 janin. Hipoksemia dan hipoksia yang persisten
% oleh karena edema. (1). Edema paru bisa menjadi sangat membahayakan dan memerlukan perawatan
penyulit sekitar 0,05% kehamilan berisiko rendah dan intensif. (7,8)
dapat berkembang hingga 2,9% pada kehamilan yang Edema paru akut pada wanita hamil adalah
diperberat oleh preeklampsia terutama yang disertai peristiwa yang mengancam jiwa dan menyebabkan
oleh komplikasi medis, bedah atau obstetrik. 70% morbiditas dan mortalitas yang signifikan dalam
dari kasus edema paru terjadi dalam 71 jam setelah kehamilan. Kematian telah dilaporkan pada sekitar
melahirkan. Pada wanita dengan preeklampsia 10% kasus yang sering mencerminkan kegagalan
dengan gejala berat atau sindrom HELLP edema paru multiorgan. (5,6)
akut terjadi antaraa 4,3 % sampai 15 persen kasus.
Pada wanita dengan eklampsia angkanya berkisar Patofisiologi
antara 5% sampai 33%. Di Rumah sakit dr Soetomo
Surabaya edema paru pada preeklampsia terjadi Penyebab dari edema paru adalah multifaktorial.
pada 7,3 % kasus pada tahun 2013 dan 4,3% kasus Faktor-faktor yang sudah ada sebelum hamil seperti:
pada tahun 2014. Sebanyak 70% edema paccccru penyakit jantung kongenital, hypertensi, BMI yang
terjadi post partum dan 30 % terjadi ante partum. tinggi kelainan endokrin dan pengguna obat kokain.
Edema paru acut berkontribusai terhadap kematian Faktor risiko yang berhubungan dengan kehamilan
ibu se.besar 17,2% dari semua ibu hamil yang seperti: kehamilan multiple, kardiomyopati
mengaalami hypertensi dalam kehamilan di Afrika peripartum, sepsis, emboli paru dan syndrome HELLP.
selatan. (2,3,4) Edema paru akut dapat disebabkan oleh Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
berbagai gangguan dari salah satu penentu utama pengelolaan kehamilan meliputi: penggunaan
fungsi kardiovaskular dan aliran cairan ke interstitium tokolitik, steroids, dan keseimbangan cairan yang
paru. Tekanan hidrostatik, tekanan osmotik koloid, positif (> 2000 cc).(9) Menurut hukum starling,
dan permeabilitas kapiler menentukan jumlah adanya faktor-faktor yang menyebabkan penurunan
cairan dalam interstitium paru dan dijelaskan oleh tekanan osmotik koloid, peningkatan permiabelitas
persamaan Starling. Ini umumnya terjadi dalam kapiler atau peningkatan tekanan hidrostatik intra
kaitannya dengan disfungsi organ multipel daripada vaskuler akan menyebabkan ekstravasasi cairan dari
sebagai komplikasi yang tersendiri. Terjadinya edema ruang vaskuler dan akan menjadi predisposisi dari
paru pada preekampsia dipermudah oleh adanya edema paru. Penyebab yang spesifik dari edema paru
perubahan fisiologis kehamilan, serta efek kontribusi akut adalah pemberian terapi tokolitik pada periode
patofisiologi pre-eklampsia berupa kerusakan antenatal dan pemberian cairan yang berlebihan
endothel, peningkatan tekanan intravaskuler dan pada pasien dengan preeklampsia pada periode post
hypoalbumin. (6) partum. (5,9)
Pada kehamilan terjadi edema saluran Pada persalinan terjadi perubahan kekuatan
pernafasan atas sebagai akibat dari peningkatan hidrostatik-onkotik yang terjadi dalam 15 jam
volume darah dan adanya hormon kehamilan postpartum. Peningkatan tekanan hidrostatik pada
yang menginduksi terjadinya edema mukosa dan kapiler paru juga dapat terjadi sebagai akibat dari
hypervaskularisasi. Pada kehamilan juga terjadi disfungsi jantung kiri, kelebihan cairan iatrogenik
penurunan residual volume sebesar 20 % dan dan mobilisasi cairan ekstra vaskular post partum.
Functional residual capacity sebesar 20 %. Dan Penggunaan koloid tanpa pemantauan yang memadai
sebaliknya terjadi peningkatan konsumsi oksigen dapat meningkatkan risiko edema paru. Patologi yang

Buku Ilmiah Fetomaternal


329
I Wayan Artana Putra

Gambar 1 Skema terjadinya edema paru(diambil dari kepustakaan no 11

mendasari peningkatan permeabilitas kapiler pada sputum, takikardi, ronchi, dyspnea, tachypnea, batuk
preeklampsia adalah kerusakan endotel yang terjdi batuk, dan wheezing. Rerata tekanan darah sistolik
secara menyeluruh. Kardiomyopati peripartum, adalah 160mm Hg, sedangkan rerata tekanan darah
kelainan jantung yang sering dijumpai pada pasien diastoliknya adalah 96mm Hg. (3,5,12)
preeklampsia dan hypertensi, merupakan salah Diagnosis edema paru dibuat berdasarkan
satu pencetus terjadinya edema paru. Edema paru anamnesis adanya faktor risiko dan gejala klinis
dapat juga didahului oleh pemberian cairan yang tersebut diatas dan pemeriksaan fisik dan penunjang.
mendadak, emboli cairan ketuban atau sepsis. (8,9,10) Pada pemeriksaan fisik paru dijumpai adanya ronkhi
Patogenesis edema paru hidrostatik basah di basal paru bahkan diseluruh lapangan
dikaitkan terutama dengan perbedaan tekanan paru, suara S3 irama gallop, disertai murmur dan
menurut hukum Starling. Edema paru terjadi karena penurunan saturasi oksigen. Pemeriksaan penunjang
ekstravasasi cairan yang disebabkan peningkatan yang diperlukan adalah pemeriksaan rontgen
tekanan hidrostatik atau penurunan gradien tekanan thorax dan analisa gas darah untuk mengetahui
onkotik melintasi barrier alveolo-kapiler. Selain itu, Pa O2, PaCo2 dan perubahan satatus asam basa
kapasitas sistem limfatik untuk mengeluarkan cairan dari pasien. Pada pasien pasien tertentu mungkin
dari ruang interstitial dan untuk mengalirkan ke vena diperlukan pemeriksaan EKG dan ekhokardiografi,
sistemik tergantung pada tekanan vena sistemik dan spiral CT imaging, ventilation/perfusion scan,
integritas limfatik. Gambaran klinis edema paru atau pulmonary arteriography. Hal ini diperlukan
didominasi oleh kongesti paru karena peningkatan untuk menyingkirkan adanya cardiopulmonary
afterload akut. Peningkatan afterload dapat menjadi compromise, seperti emboli paru ,pneumonia dan
mekanisme utama yang bertanggung jawab atas kardiomyopati (5, 13).
edema paru yang menyebabkan disfungsi jantung
akut dan kongesti paru, atau bisa sekunder akibat Target Terapi
disfungsi jantung yang berat. (11,12) (Gambar 1)
Penanganan edema paru pada prinsipnya
Gejala klinis dan Diagnosis adalah penanganan kedaruratan medis dimana
perawatannya harus disesuaikan secara individual
Gambaran klinis edema paru diakibatkan dengan urgensinya, mekanisme patofisiologis yang
oleh kongesti paru bersamaan dengan peningkatan mendasarinya, dan karakteristik hemodinamik akut
afterload yang cepat. Gejala klinis yang sering yang terjadi. Beratnya gejala klinis harus diidentifikasi,
muncul pada preeklampsia dengan edema paru karena sebagian besar kematian terjadi pada hari
adalah sesak nafas yang timbul mendadak disertai pertama masuk. Tekanan darah sistolik adalah
orthopnea, agitasi batuk-batuk dengan frothy salah satu prediktor yang paling penting dalam
Buku Ilmiah Fetomaternal
330
Update Menagemen Edema Paru pada Kasus Preeklampsia

memprediksi buruknya penyakit bahkan kematian 1. Diuretik


di rumah sakit pada kasus edema paru. Pedoman Diuretik intravena adalah komponen penting dari
tatalaksana terbaru merekomendasikan bahwa pengobatan edema paru, dan pedoman terbaru
pasien dengan edema paru dapat dikelompokkan menganggap diuretik I.V. sebagai terapi lini pertama.
berdasarkan risiko sejak saat diagnosis dan perlu Furosemide adalah diuretik yang paling umum
pemantauan dan perawatan intensif sesuai dengan digunakan. Loop diuretik menghambat reabsorpsi
tekanan darah sistolik saat masuk. Disamping NaCl dan menghasilkan natriuresis dan diuresis.
segera melakukan dekongesti, identifikasi cepat dari Efek diuretik terjadi 35-45 menit setelah pemberian
faktor pencetus dan etiologi yang mendasari adalah I.V. Furosemide bekerja dengan menghambat co-
langkah penting dalam manajemen edema paru. transporter Na / 2Cl / K ginjal di membran luminal
Faktor-faktor pencetus yang bertanggung jawab atas dari loop of Henle, yang bertanggung jawab terhadap
ketidakstabilan hemodinamik dan presentasi klinis reabsorpsi 35% natrium yang difilter. Furosemide juga
juga harus diidentifikasi dan ditangani. (11,14) menghambat Na / 2Cl / K co-transporter yang sama
Tujuan awal dari penanganan edema dalam sel epitel alveolar, mempengaruhi sekresi
paru adalah untuk segera memperbaiki gejala transepitel klorida dan meningkatkan pembersihan
klinis, mengembalikan oksigenasi jaringan, dan cairan alveolar serta mengurangi edema. (5,8,11)
menstabilkan kondisi hemodinamik pasien. Selanjutnya, furosemide I.V. menghasilkan
Perbaikan dispnea yang cepat merupakan tujuan venodilatasi langsung, efek yang dapat dilihat
utama pengobatan dan merupakan penentu dalam 2-5 menit setelah pemberian. Pengurangan
efektifitas pengobatan. yang cepat dari venous return yang dihasilkan oleh
Karena redistribusi volume relatif memainkan furosemide biasanya terjadi sebelum diuresis dan
peran utama dalam patofisiologi edema paru, strategi hal ini relevan secara terapi untuk mendapatkan
terapeutik harus fokus pada transisi mengembalikan perbaikan gejala pada edema paru. Namun,
ke reservoir vena. Tujuan ini dapat dicapai dengan: efek venodilator bersih furosemide sulit untuk
1) mengurangi tekanan hidrostatik kapiler paru; 2) dinilai, karena penurunan volume sirkulasi yang
meningkatkan drainase limfatik dengan mengurangi dihasilkan oleh furosemide adalah pada aktivasi
tekanan vena sistemik; atau 3) mengeluarkan atau neurohormonal. Secara historis, venodiltaasi
memindahkan cairan dari alveoli. (6,11) langsung telah menjadi salah satu argumen untuk
Pada umumnya, pengobatan agresif kongesti penggunaan diuretik I.V. pada edema paru karena
paru dapat mengubah keseimbangan antara tekanan patofisiologi utama dari edema paru adalah akibat
end-diastolik dan volume end-diastolik, yang akan dari redistribusi cairan daripada akumulasi cairan
berdampak negatif pada cardiac output (CO), tekanan keseluruhan. Efektifitas penggunaan loop diuretik
darah sistolik, dan perfusi end-organ (ginjal, koroner). juga seimbang dengan keterbatasan resistensi
Akibatnya, beberapa pasien mungkin mengalami diuretik, aktivasi neurohormon, dan memburuknya
perburukan iskemia, aritmia yang mengancam jiwa, fungsi ginjal.(5,8,11)
atau penurunan fungsi ginjal selama pengobatan. Hal utama yang harus diperhatikan dengan
Oleh karena itu, selain mengurangi kongesti paru, penggunaan diuretik loop I.V. adalah fenomena
strategi terapeutik harus mencegah kerusakan adaptasi nefron, yang terjadi pada pasien yang
end organ dan tidak meningkatkan risiko iskemia, sebelumnya terpapar penggunaan jangka panjang
kecenderungan aritmia jantung, dan atau secara furosemide oral. Terapi furosemide jangka panjang
permanen mengubah hemodinamik intrarenal. ccccccc dapat menginduksi ‘adaptasi nefron’, masing-
masing peningkatan reaktif dalam kapasitas transpor
Terapi natrium transelular aktif dalam segmen tubular yang
terletak jauh dari lokasi tempat kerja furosemide.
Dalam praktek klinis, manajemen akut edema paru Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya respons
terdiri dari pemberian opiat intra vena, diuretik, natriuretik pada dosis diuretik IV konvensiona dan
vasodilator, obat -obat inotropik, dan ventilasi mungkin menjelaskan penggunaan dosis diuretik IV
mekanis. Kira-kira 70-80% kasus, pasien edema yang lebih tinggi pada pasien edema paru. Ada variasi
paru diobati dengan kombinasi terapi intra vena. substansial dalam praktik klinis mengenai dosis,
kecemasan dan mengurangi rasa sakit. cara pemberian, dan durasi terapi, karena sangat
sedikit bukti Level A, kelas I yang tersedia. Namun,
strategi dosis tinggi dikaitkan dengan tren dengan
Buku Ilmiah Fetomaternal
331
I Wayan Artana Putra

kecenderungan lebih besar perbaikan dispnea meskipun PCO2 ibu hingga 60 torr belum terbukti
dengan risiko gangguan fungsi ginjal sementara merusak janin. (11,16)
yang tampaknya tidak memiliki konsekuensi jangka
panjang. Pemberian diuretik dianjurkan melalui 3. Vasodilators
bolus intra vena 4 mg/ menit pelan-pelan, dengan Menurut pedoman terbaru, vasodilator dapat
dosis 40-80 mg. kemudian dilanjutkan dengan infus dianggap sebagai tambahan untuk terapi diuretik
kontinyu dengan dosis 5-10 mg perjam. (5,11) untuk menghilangkan dispnea bila tekanan darah
sistolik tetap> 110 mmHg. Menariknya, tekanan
2. Support ventilasi darah sistolik digunakan sebagai sinyal keamanan dan
Langkah pertama dalam meningkatkan ventilasi bukan sebagai penanda keberhasilan. Nitrogliserin
untuk pasien dengan edema paru akut adalah I.V. (NTG) terutama merupakan venodilator yang
memastikan bahwa mereka diposisikan duduk. menurunkan preload dan mengurangi kongesti paru.
Hal ini mengurangi mismatch ventilasi-perfusi Manfaat hemodinamik dari NTG dihasilkan oleh
dan membantu pernafasan bekerja dengan baik. aktivasi siklik guanosin monofosfat (cGMP) yang
Pemberian oksigen tidak dianjurkan secara rutin bergantung pada protein kinase. (11,15)
untuk pasien tanpa hipoksemia karena hiperoksemia NTG menghasilkan redistribusi darah dari
dapat menyebabkan vasokonstriksi, mengurangi sirkulasi sentral ke dalam vena-vena yang besar,
curah jantung, dan meningkatkan mortalitas jangka mengurangi kongesti vena paru dan mengurangi
pendek. Oksigen tambahan dan ventilasi berbantu impedansi ventrikel kiri, yang menghasilkan
hanya boleh digunakan jika saturasi oksigen kurang penurunan tekanan atrium kiri. Terapi nitrat
dari 92% . Jika diperlukan, oksigen harus diberikan dosis tinggi secara bersamaan dan dosis rendah
untuk mencapai target saturasi oksigen sebesar 92- furosemid I.V. dikaitkan dengan mengurangi
96%. Tergantung pada skenario klinis, titrasi oksigen penggunaan intubasi dan risiko yang lebih rendah
dapat terjadi menggunakan sejumlah perangkat dari kejadian kardiovaskular lainnya dibandingkan
pemberian oksigen. Oksigen diberikan 4 L / menit dengan furosemide I.V. dosis tinggi pada pasien
melalui kanula hidung, 5-10 L / menit melalui masker, edema paru. Pemanfaatan nitrat I.V. dalam kasus
15 L / menit melalui masker reservoir non-rebreather edema paru karena gagal jantung akut, dibatasi oleh
atau kanula nasal hight-flow dengan fraksi oksigen aktivasi dan toleransi neurohormonal reaktif. Jika
inspirasi yang lebih besar dari 35%. (5,11) pasien mengalami distress pernafasan, asidosis atau
Tujuan ventilasi mekanis, baik invasif atau hypoksis, meskipun sudah diberikan oksigen, maka
non-invasif, adalah untuk meningkatkan oksigenasi, hal itu adalah indikasi melakukan ventilasi mekanis
mengurangi kerja pernapasan, memindahkan non invasive. (5,8,11)
cairan alveolar dan interstitial ke kapiler. Ventilasi
mekanis juga berguna untuk membalikkan asidosis 4. Obat-obat inotropik
pernapasan dan hiperkapnia, dan pada akhirnya Sebagian besar pasien yang dirawat dengan edema
dapat meningkatkan perfusi jaringan. Dengan paru memiliki kongesti paru terkait dengan tekanan
menggunakan model skoring sederhana Wardhana pengisian ventrikel kiri yang tinggi. Meskipun
dkk. (2018), mendapatkan 46%-99% kasus edema sebagian besar hipertensi atau normotensif saat
paru memerlukan ventilator. Keputusan untuk masuk, sekitar 10-15% dari pasien edema paru datang
memulai MV harus diantisipasi dan harus didasarkan dengan tekanan darah sistolik yang rendah sebagai
pada penilaian klinis, dengan mempertimbangkan hasil dari Cardiac Output yang rendah sehingga
gambaran klinis keseluruhan, tetapi tidak boleh obat-obat inotropik diperlukan. Pasien edema paru
ditunda sampai pasien dalam keadaan ekstrem atau lainnya mungkin mengalami penurunan tekanan
memiliki tingkat kesadaran yang berubah. (4,11,16) darah sistolik yang tidak terduga dan tiba-tiba
Karena cadangan oksigen ibu menurun pada selama perawatan sebagai akibat dari pengobatan
kehamilan, desaturasi arteri yang signifikan akan agresif dari kongesti paru atau resolusi dari respons
terjadi jika pasien menjadi apnea bahkan untuk waktu stres reaktif. Pada kondisi ini membutuhkan inotrop
yang singkat. Episode demikian juga meningkatkan I.V. untuk mempertahankan CO dan tekanan perfusi.
risiko hipoksia pada janin. Ventilator mekanis harus Tekanan darah sistolik yang rendah atau adanya
disesuaikan untuk menjaga PCO2 dalam kisaran 30 tanda-tanda hipoperfusi jaringan, serta kebutuhan
hingga 32 torr. Data yang tersedia tentang ventilasi terapi inotropik, dihubungkan dengan tingginya
hiperkapnis permisif pada pasien hamil terbatas, mortalitas jangka pendek. Inotrop yang paling
Buku Ilmiah Fetomaternal
332
Update Menagemen Edema Paru pada Kasus Preeklampsia

umum digunakan adalah agen simpatomimetik pengobatan gejala dan tanda-tanda efek sekunder
(Dobutamine dan dopamine). pre eklampsia. Penanganan pasien edema paru
Tetapi obat-obat ini sering dikaitkan dengan meliputi pemberian diuretik, support ventilasi,
efek samping seperti iskemia, tachyarrhythmias, vasodilator, obat inotropik dan morphin. Manajemen
dan hipotensi, dan dapat meningkatkan mortalitas pasien edema paru idealnya harus multidisiplin dan
di rumah sakit dan setelah pulang dari rumah ahli anestesi dan harus terlibat dalam perawatan
sakit. Namun, karena hipoperfusi sistemik akibat pasien dari tahap awal. (8,11)
dari Cardiac Output rendah terjadi, maka obat-
obat simpatomimetik tetap menjadi terapi utama. DAFTAR PUSTAKA
Meskipun berhubungan dengan efek samping
jangka panjang, yang mungkin dimediasi melalui 1. Khan A., Ghosh A.,Banerjee P.K.,Mondal T.K.,
cedera miokard yang memburuk. Untuk pemberian Analysis is of the cause of maternal death in
obat-obat simpatomimetik, pengobatan yang preeclampsia. 2014, IOSR Journal of Dental and
didahului dengan beta-blocker sangat baik dalam Medical Sciences (IOSR-JDMS)e-ISSN: 2279-
memengaruhi respons klinis yang diharapkan. (11,12,15) 0853, p-ISSN: 2279-0861.Volume 13, Issue 3 Ver.
VI. (Mar. 2014), PP 07-10 www.iosrjournals.org
5. Morphin 2. Thornton, C.E. Dadelszen P.V., Makris A.
Morfin juga digunakan dalam pengobatan edema Acute Pulmonary Oedema as a Complication
paru, meskipun kurangnya bukti yang mendukung of Hypertension During Pregnancy 2011,
kemanjurannya. Pemberian morphin menimbulkan Hypertension in Pregnancy, 30:169–179, 2011,
efek vasodilatasi sistemik dan mengurangi DOI: 10.3109/10641950902972140 .
kecemasan yang berkaitan dengan dispnea. 3. Bhatnagar P.K., and Bordia K., Prevalence,
Penelitian in vivo telah mengkonfirmasi bahwa clinicL presentation, diagnosis and treatment
pemberian morfin I.V. mengurangi resistensi vaskular of acut pulmonary oedem in severe pregnancy-
sistemik (SVR) dan venous return. Tetapi dilain pihak, induced hypertention and eclampsia case in
morphin dapat menginduksi depresi pernafasan Tribal population south of Rajasthan, J. Evid.
yang dapat memperburuk hipoksemia pada pasien Based Med. Healthc., pISSN- 2349-2562, eISSN-
yang sudah hipoksikemik dan mempengaruhi perfusi 2349-2570/ Vol. 3/Issue 38/May 12, 2016
serebral, yang pada akhirnya memerlukan intubasi. 4. Wardhana M.P.,Dachlan E.G., and Dekker
Penggunaan diuretik dan vasodilator I.V. dapat G. Pulmonary edema in preeclampsia: an
mengurangi kongesti paru dan menghindari efek Indonesian case–control study The Journal of
buruk morfin pada pengaturan pernapasan. Morfin Maternal-fetal & Neonatal Medicine http://
mungkin berguna pada beberapa pasien dengan dx.doi.org/10.1080/14767058.2017.1295442.
edema paru akibat iskemia miokard ketika diperlukan 5. Devi D.S.,Kumar B.V., Case report, A case of
analgesia dan sedasi. Dosis yang digunakan adalah severe preeclampsia presenting as acute
1-2,5 mg. (11,12). pulmonary oedema, 2015 Department
of Obstetrics & Gynecology, Government
Kesimpulan Medical College, Kozhikode, Kerala, India
DOI: http://dx.doi.org/10.18203/2320-1770.
Pasien dengan edema paru dapat dikelompokkan ijrcog20160608.
berdasarkan risiko sejak munculnya gejala dan 6. A. T. Dennis and C. B. Solnordal Acute pulmonary
diagnosis awal, dan memerlukan terapi intensif, oedema in pregnant women, Anaesthesia
yang sering ditentukan oleh tekanan darah sistolik a 2012 The Association of Anaesthetists of
awal. Stratifikasi pasien dapat meningkatkan alokasi Great Britain and Ireland, doi:10.1111/j.1365-
sumber daya dan memusatkan intensitas perawatan 2044.2012.07055.x
pada pasien yang kemungkinan besar mendapat 7. Anonim, Critical Care in Pregnancy, in Dries
manfaat dari terapi agresif awal. M.D.,Fundamental Critical care Support, fifth
Penananganan dengan berbagai mode ed. 2014, Society of Critical Care Medicine, The
bertujuan untuk mengembalikan oksigenasi optimal intensive Care Professionals.
dan hemodinamik yang stabil dengan jumlah cairan 8. Gei A.F. Suarez V.R. Respiratory Emergencies
terendah. Untuk mengurangi komplikasi ibu dan During Pregnancy, in Foley M.R. ed. Obstetric
janin, penatalaksanaan didasarkan terutama pada Intensive Care Manual, fourth ed 2013.McGraw-
Buku Ilmiah Fetomaternal
333
I Wayan Artana Putra

Hill Inc. antenatal pulmonary oedema in a woman


9. Ricketts R, Huang H and Wali A, Acute Pulmonary with hypertension and superimposed
Edema and Pulmonary Hypertension in a Pre- preeclampsia, 2015 BMJ Case Rep. 2015; 2015:
Eclamptic Pre-Term Woman , 2018, Department bcr2015212751. Published online 2015 Nov 25.
of Anesthesiology, Baylor College of Medicine 14. Gandhi S., Sun D., Alison L. et al. The Pulmonary
USA Edema Preeclampsia Evaluation (PEPE)
10. Somani S., Somani S. Sudhir S.and Meerajudin, Study, 2014, J. Obstet Gynaecol Can 2014; 36
Eclampsia complicated with pulmonary edema (12):1065-1070
and postpartum cardiomyopathy-a challenge 15. Ana C. B. Pordeus, Katz L, Mariana C. Soares,
task, 2017, International Journal of Pregnancy Sabina B. M, Melania M. R. A., Acut Pulmonary
& Child Birth, Volume 2 Issue 4 - 2017 edem in an acut intensive care unit, Pordeus et
11. Chioncel O, Collins S.P, Ambrosy A.P., al. Medicine (2018) 97:28
Gheorghiade M and Filippatos G. Pulmonary 16. Hamada K.,Chigusa Y.,Kondoh E., et al.
Oedema—Therapeutic Targets, 2015, Radclife Noninvasive Positive-Pressure Ventilation for
Cardiology 2015 Preeclampsia-Induced Pulmonary Edema: 3
12. Purvey M.,Allen G. Managing acute pulmonary Case Reports and a Literature Review , 2018,
edem, Aust Prescr 2017; 40:59-63 http://doi. Case Reports in Obstetrics and Gynecology
org/10.1873/austprescr.2017.013 Volume 2018, Article ID 7274597, 6 pages
13. Kubota Y, S and Nelson C.P, Fulminant https://doi.org/10.1155/2018/7274597 .

Buku Ilmiah Fetomaternal


334
TRAP dan Cord Occlusion

I Wayan Artana Putra


Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultasa Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar

Pendahuluan memasuki atrium kanan. Begitu darah memasuki


atrium kanan, kedua sisi jantung janin bekerja
Twin-Reversed Arterial Perfusion (TRAP) adalah kasus secara paralel melalui shunt intra dan ekstra cardiac
yang sangat jarang terjadi. Prevalensinya sekitar 0,3 (foramen ovale, ductus arteriosus) untuk mengisi
: 10000 kehamilan, dan menjadi penyulit sekitar 1% aorta dan memberikan sirkulasi sistemik. Aorta
dari kehamilan kembar monokorionik. Meskipun distal berakhir di arteri iliaka comunis kiri dan kanan,
etiologi pastinya tidak diketahui, perkembangan yang masing-masing terbagi menjadi cabang iliaka
antara dua janin yang berbagi aliran darah plasenta internal dan eksternal. Arteri umbilikalis membawa
tunggal sangat penting untuk terjadinya TRAP. Hal darah yang relatif terdeoksigenasi dari arteri iliaka
ini adalah akibat dari komunikasi vaskular antara internal kembali ke plasenta.(3,4,8
kembar acardiac dan kembaran yang berfungsi Pada TRAP, janin pepompa mempertahankan
sebagai pompa (donor). Kembar Acardiac adalah pola sirkulasi janin normal. Selain itu, sebagian dari
kembaran parasit dengan perkembangan kepala, cardiac output mengalir melalui anastomosis arterio-
lengan, dan jantung yang tidak lengkap. Kembar arterial dan kemudian mengalir retrograde ke satu
pemompa biasanya tidak menunjukkan kelainan apa atau kedua arteri umbilical dan sirkulasi sistemik
pun, selain dari yang terkait dengan gagal jantung. dari kembar acardiac, sehingga menciptakan perfusi
Karena anastomosis arteri-ke-arteri dan vena-ke- sirkulasi yang “terbalik”. Sementara anastomosis
vena, kembar acardiac menerima suplai darah secara arterio-arterial antara sirkulasi kembar dalam TRAP
retrograde dari janin pemompa. (1,2,8) Kematian janin biasanya ada di sepanjang permukaan plasenta.
dalam rahim, atau anomali jantung yang berat pada Terdapat juga serangkaian atypia vaskular , dan juga
satu janin menyebabkan fungsi pompa jantung tidak kelainan lain, seperti komunikasi arteri umbilikalis-
memadai untuk mempertahankan perfusi tubuhnya. ke-umbilikalis langsung yang memintas chorionic
Sebagai hasil dari anastomosis vaskular plasenta plate. Anastomosis vena-vena juga ada tetapi
antara dua sirkulasi janin yang terjadi pada kembar peranannya sangat kecil. (3,4)
monokorionik, janin normal (pemompa) dalam
beberapa keadaan dapat mempertahankan perfusi
janin yang mati/acardiac di dalam rahim. Hal ini
terlihat pada USG Doppler sebagai reversed umbilical
arterial blood flow dari kembaran janin yang normal ke
jaringan acardiac melalui anastomosis antar-kembar
artero-arterial. Massa acardiac diperfusi dengan
darah terdeoksigenasi dan kandungan oksigen yang
rendah dalam jaringan menghasilkan perkembangan
yang sangat abnormal dan penampilan hidropik janin
acardiac. Darah dengan kadar oksigen yang rendah
bergerak kembali dari kembar acardiac ke kembar
pompa melalui anastomosis vena-vena (1,2,9)

PATOFSIOLOGI  Gambar 1 Aliran darah dari arteri umbilikalis dari janin


normal mengalir ke janin acardiac melalui anastomosis
Dalam sirkulasi janin normal, darah yang relatif arteri-arteri dan menciptakan aliran yang “retrograde”
kaya oksigen dari plasenta mengalir melalui vena
umbilikalis ke janin. Dari sana, ductus venosus shunts Diagnosis
80 persen dari aliran darah plasenta ke vena cava
inferior, di mana ia bercampur dengan aliran balik Diagnosis kembar acardiac atau TRAP sequence
vena dari ekstremitas bawah dan ginjal sebelum dilakukan dengan USG dimulai dengan penemuan
Buku Ilmiah Fetomaternal
335
I Wayan Artana Putra

kehamilan kembar monokorionik (plasenta tunggal) dan tidak dikenali sebagai bentuk manusia.
di mana satu kembar yang berfungsi sebagai pompa Ini dapat dibedakan dengan teratoma karena
tampak normal secara struktural, sedangkan kembar menempel pada tali pusat.(6,7)
lainnya (kembar acardiac / TRAP twin) memiliki
beberapa cacat lahir yang mendalam yang tidak Prognosis
memungkinkan untuk bertahan hidup, sering disebut
parasit. Diagnosis ditegakan dengan menggunakan Indikator untuk prognosis buruk berdasarkan adanya
pemeriksaan ultrasonografi pulse dan color Doppler. penemuan sebagai berikut:
Hal ini untuk melihat aliran darah arteri yang 1. Rasio berat kembar acardiac / pompa kembar >
menghubungkan kembar acardiac / TRAP secara 0,70
retrograde, sehingga memperkuat diagnosis. (5,7) 2. Polihidramnion
Setelah diagnosis ditegakkan, pemeriksaan 3. Gagal jantung pada janin yang berfungsi sebagai
USG lebih lanjut harus dilakukan untuk menilai pompa
adanya risiko terjadinya morbiditas dan mortalitas 4. Hidrop pada janin pemompa
pada janin yang sehat. Berat badan kedua kembar 5. Kehamilan monoamniotik (risiko keterikatan tali
adalah faktor penting yang digunakan untuk pusat)
menentukan prognosis luaran dari kembar normal. Kembar yang berfungsi sebagai pompa dapat
Jika berat kembaran yang abnormal lebih besar dari mengalami tanda-tanda kematian akibat out put
50% dari kembaran normal, kelangsungan hidup yang tinggi seperti polihidramnion, kardiomegali,
kembaran normal hanya 10%. Ekokardiogram janin efusi perikardial dan pleura, asites, dan regurgitasi
dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi jantung trikuspid. Perkembangan gagal jantung pada janin
kembar normal untuk melihat adanya peningkatan pemompa terkait dengan rasio ukuran kembar
beban jantung. Amniosentesis ditawarkan untuk acardiac dengan janin pemompa. (5, 11,12)
menganalisis kromosom masing masing kembar.
Sekitar 9% dari kembar normal, dan 30% dari kembar Menajemen Kehamilan
acardiac akan memiliki kelainan kromosom. (5,7)
Pemeriksaan USG regular digunakan untuk
Klasifikasi TRAP memantau kondisi kesehatan kembar normal. USG
juga digunakan untuk memeriksa pertumbuhan dan
Kembar Acardiac diklasifikasikan menurut tingkat aliran darah ke kembar acardiac. Beberapa kembar
perkembangan cephalic dan truncal. Anomali yang acardiac ukurannya kecil dan suplai darahnya
paling umum adalah acardius acephalus di mana berhenti dengan sendirinya. Ketika ini terjadi,
organ dada dan kepala janin tidak ada. Kembar kembar normal dapat tumbuh tanpa efek samping
acardiac umumnya diklasifikasikan berdasarkan menjadi kembar pompa. Kembar acardiac berukuran
tingkat malformasi morfologis mayor yang dijumpai lebih dari 50% ukuran kembar normal mengancam
sebagai berikut: kehidupan bayi normal. (12,13)
1. Acardiac-acephalus, di mana tidak ada
struktur cephalic. Ekstremitas kepala dan Opsi Penanganan pada TRAP
atas tidak ada. Ini adalah varietas yang paling
umum. Pilihan manajemen yang bisa dilakukan untuk
2. Acardiac-anceps, di mana beberapa struktur kehamilan dengan komplikasi kembar acardiac
kranial dan jaringan saraf atau jaringan (TRAP squence) dengan faktor risiko tinggi, sehingga
otak ada. Tubuh dan ekstremitas juga memenuhi kriteria untuk operasi janin.
berkembang. Ini adalah bentuk yang sangat 1. Expectant manajemen : Ini berarti bahwa
maju. kehamilan akan diawasi dengan ketat
3. Acardiac-acormus dengan struktur cephalic, dengan ultrasound dan metode lain, dengan
tetapi tidak ada struktur truncal. Tali pusat tindakan persalinan untuk mencegah
menempel di kepala. Ini merupakan bentuk kematian kembar pemompa di dalam rahim.
acardia yang paling langka. Dengan expectant management diperkirakan
4. Acardius-amorf dimana struktur cephalic 50 hingga 75% terjadi risiko keguguran atau
atau truncal tidak dapat dibedakan. prematur ekstrem. (12,13)
Perkembangan anatominya paling sedikit 2. Fetal Treatment: Dengan intervensi ini
Buku Ilmiah Fetomaternal
336
TRAP dan Cord Occlusion

diperkirakan sekitar 66% kemungkinan masing kasus. Pertimbangan penting


kembar pemompa akan bertahan, dengan termasuk akses bedah (lebih dipilih akses
risiko cedera neurologis 5%. (12,13) melalui membran kembar acardiac / TRAP
jika memungkinkan), ukuran dan posisi
Fetal terapi pada kehamilan dengan TRAP kembar acardiac, panjang tali pusat, dan
lokasi dan panjang koneksi pembuluh darah
Fetal terapi dikerjakan apabila kembar acardiac sangat plasenta.(5,10)
besar, atau kembar normal menunjukkan tanda- 2. Dengan pertimbangan tersebut di atas,
tanda masalah jantung. Ada dua jenis intervensi yang pendekatan bedah dapat direkomendasikan.
dapat dikerjakan: Ablasi Radio Frekuensi (RFA) dan Sebagian besar tindakan dilakukan dengan
oklusi tali pusat janin dari kembar acardiac dengan anestesi lokal dengan sedasi intravena.
fetoskopi. Tujuan dari intervensi fetus pada TRAP Sekitar 2 hingga 3 milimeter sayatan dibuat
adalah untuk menghentikan aliran darah ke kembar di perut untuk memungkinkan penyisipan
acardiac sehingga mengurangi beban jantung pada instrumen bedah mikro ke dalam rahim.
kembar pemompa. Kriteria inklusi dan eksklusi untuk Antibiotik profilaksis juga diberikan kepada
pertimbangan intervensi bedah untuk memisahkan ibu untuk mencegah infeksi . (5,10,11)
sistem sirkulasi kembar acardiac dari kembar
pemompa tercantum di bawah ini. (10,11,14) Teknik intervensi Janin

Kriteria Inklusi: 1. Oklusi tali pusat dengan bipolar melalui


tuntunan USG (15)
Semua kehamilan harus berusia antara 16 dan 26 Tujuan :
minggu. Setelah diagnosis Acardiac / TRAP telah 1. Prosedur penghentian aliran darah yang
dikonfirmasi, minimal satu dari keriteria berikut ini tidak normal pada kasus TRAP twin (twin
harus ada untuk dipertimbangkan sebagai kandidat reversed arterial perfusion sequence).
untuk terapi intervensi: 2. Tali pusar kembar acardiac akan dipotong
1. Ukuran kembar acardiac melebihi kembar menggunakan bipolar dan memisahkannya
pompa (lingkar perut kembar acardiac lebih dari sirkulasi kembar yang normal.
besar dari ukuran kembar pompa)
2. Polyhydramnios ( SDP> 8cm) Persiapan sebelum tindakan:
3. Doppler yang sangat abnormal pada • Lakukan pemasangan infuse sebelum
kembar pompa (persistent absent atau tindakan
reversed diastolic flow yang persisten arteri • Lakukan pengukuran tekanan darah dan nadi
umbilikalis, aliran yang pulsatile pada vena dan suhu tubuh
umbilical, dana tau reversed flow pada • Lakukan pemasangan Patch GTN transdermal
ductus venosus) diberikan untuk merelaksasi rahim. Patch
4. Hidrop fetalis pada kembar pemompa ini dapat dibiarkan selama 24 jam Lakukan
5. Kembar monokorionik-monoamniotik pemasangan Patch GTN transdermal
diberikan untuk merelaksasi rahim. Patch ini
Kriteria eksklusi: dapat dibiarkan selama 24 jam
• Masukkan obat analgesia suppositoria
1. Adanya kelainan kongenital mayor pada (diklofenak) secra supositoria, karena
kembar pemompa tindakan ini bisa menimbulkan keluhan sakit
2. Karyotyping abnormal kepala pada.
3. Pecahnya selaput ketuban • Lakukan pemeriksaan USG untuk membantu
4. Khorioamnionitis/ infeksi intra uterin memandu proses entri yang benar kedalam
uterus dan mencapai target pada titik-itik
Rincian Prosedur tertentu selama prosedur untuk memandu
fetoskop
1. Setiap kehamilan harus dinilai secara • Siapkan monitor untuk memandu proses
individual, dan jenis intervensi janin harus identifikasi anastomosis dan proses tindakan
disesuaikan dengan spesifikasi masing- laser.
Buku Ilmiah Fetomaternal
337
I Wayan Artana Putra

• Lakukan Pemindaian mendetail sebelum • Pulangkan pasien setelah evaluasi post


prosedur untuk menentukan posisi plasenta tindakan dilakukan
dan janin dan posisi insersi tali pusat ke • Opnamekan pasien Jika ada komplikasi,
plasenta dan hubungannya terhadap satu seperti perdarahan atau kontraksi.
sama lainnya. • Lakukan USG kembali 1 minggu pasca
tindakan dilakukan untuk mengevaluasi hasil
Pada saat tindakan tindakan yang sudah dilakukan
• Posisikan pasien dalam posisi semi-telentang
di meja tindakan. 2. Oklusi tali pusat dengan bipolar melalui
• Lakukan desinfeksi pada probe dan dinding tuntunan fetoskopic (15)
abdomen sebelum tindakan dilakukan. Prosedur persiapan sebelum tindakan sampai
• Oleskan Gel USG steril pada Abdomen membuka akses ke abdomen sama dengan oklusi
dan probe ultrasound ditempatkan untuk tali pusat melaui tuntunan USG, yang berbeda hanya
memungkinkan masuknya jarum pada titik tuntunannya. Langkah-langkah selanjutnya adalah
yang dipilih. sebagai berikut:
• Bersihkan kulit kembali dan lakukan injeksi • Masukan Introducer kanula dan masukkan
anestesi local 10 ml (lidokain 1%) secara fetoscopy melalui kanul.
subkutan dan sampai ke permukaan uterus. • Tampung cairan amnion untuk melakukan
• Buat Sayatan kecil (sekitar 3mm) di kulit kariotipe jika orang tua meminta sesaat
dengan pisau untuk memungkinkan kanula setelah introducer kanula telah dikeluarkan
masuk kedalam uterus dan sebelum fetoskop dimasukkan.
• Masukan Introducerkanula dengan panduan • Masukkan Bipolar kedalam kantung amnion
ultrasound dengan tuntunan fetoscopy
• Tampung cairan amnion untuk melakukan • Arahkan bipolar dan lakukan oklusi, pastikan
kariotipe jika orang tua meminta sesaat tidak ada bagian janin lain yang terkena.
setelah introducer kanula telah dikeluarkan • Sisakan sejumlah normal cairan di dalam
dan sebelum fetoskop dimasukkan uterus. (tindakan ini memakan waktu
• Masukkan Bipolar kedalam kantung amnion sekitar 30 menit dan tergantung pada lokasi
dengan tuntunan USG. plasenta,usia kehamilan, posisi bayi)
• Arahkan bipolar dan lakukan oklusi, pastikan • Catat Energi yang digunakan selama prosedur
tidak ada bagian janin lain yang terkena. dan dicatat pada catatan pasien.
• Lakukan oklusi bipolar yang dioperasikan • Catat rincian dari temuan dan prosedur
dengan menekan pedal kaki yang disediakan. dicatat pada catatan rekam medis dan
• Sisakan sejumlah normal cairan di dalam buku pasien untuk memberikan catatan
uterus. (tindakan ini memakan waktu riwayat tindakan sehingga mempermudah
sekitar 30 menit dan tergantung pada lokasi melakukan evaluasi selama kehamilan
plasenta,usia kehamilan, posisi bayi) berlangsung.
• Catat Energi yang digunakan selama prosedur • Pasang dressing kecil atau plester untuk
dan dicatat pada catatan pasien. menutupi sayatan
• Catat rincian dari temuan dan prosedur • Pindahkan pasien ke ruangan lain dan
dicatat pada catatan rekam medis dan istirahatkan selama 40-60 menit.
buku pasien untuk memberikan catatan • Lakukan pemeriksaan USG evaluasi pasca
riwayat tindakan sehingga mempermudah tindakan untuk mengevaluasi keadaan bayi.
melakukan evaluasi selama kehamilan • Pulangkan pasien setelah evaluasi post
berlangsung. tindakan dilakukan
• Pasang dressing kecil atau plester untuk • Opnamekan pasien Jika ada komplikasi,
menutupi sayatan seperti perdarahan atau kontraksi.
Post tindakan • Lakukan USG kembali 1 minggu pasca
• Pindahkan pasien ke ruangan lain dan tindakan dilakukan untuk mengevaluasi hasil
istirahatkan selama 40-60 menit. tindakan yang sudah dilakukan
• Lakukan pemeriksaan USG evaluasi pasca
tindakan untuk mengevaluasi keadaan bayi. Perawatan Pasca Operasi
Buku Ilmiah Fetomaternal
338
TRAP dan Cord Occlusion

Shanmugasundaram R, Twin Reversed


Ultrasonografi mingguan direkomendasikan Arterial Perfusion (TRAP) Sequence with
untuk empat minggu setelah operasi. Kemudian, Fetal Intervention: Report of Two Cases
tergantung pada keadaan klinis, USG tindak lanjut 2017, Department of Neonatology, Mehta
dapat dilakukan setiap 3 hingga 4 minggu selama multispecialty hospitals Ind Pvt Ltd, Chennai,
masa kehamilan (5,15) India.
10. Has R., Kalelioglu I., Esmer A.C. et al. Bipolar Cord
DAFTAR PUSTAKA Coagulation in the Management of Complicated
Monochorionic Twin Pregnancies, 2014,
1. Aitken K., Andrews J., Tim Van Mieghem T. Department of Obstetrics and Gynecology,
V., Windrim R., Kachura J.,and Ryan G. Early Istanbul University, Istanbul Faculty of Medicine,
Radiofrequency Ablation for Twin Reversed Istanbul, Turkey , DOI: 10.1159/000360853
Arterial Perfusion (TRAP) Sequence: Case 11. Wang H. M., Li H.Y.,Wang X.T.et al. Radiofrequency
Report and Literature Review, Gynecol Obstet ablation for selective reduction in complex
(Sunnyvale) 2014, 4:9 ,DOI: 10.4172/2161- monochorionic multiple pregnancies: A case
0932.1000239 series, 2017, Taiwanese Journals of Obstetric
2. Gerychova R., Racanska E., Petr Janku P. and Gynecology, Volume 56, Issue 6, December
TRAP (Twin Reverse Arterial Perfusion) 2017, Pages 740-744.
Syndrome.2009. Department of Obstetrics and 12. Dubey S.,Verma M.,Goel P.and Punia RPS, Twin
Gynecology, University Hospital Brno, Masaryk Reverse Arterial Perfusion: To Treat or Not?,2017,
University, Czech Republic, 2009-10-27-12 TRAP J Clin Diagn Res. 2017 Jan; 11(1): QD05–QD07
syndrome © Gerychova www.thefetus.net/ doi: 10.7860/JCDR/2017/24400.9140
3. Miller R. Diagnosis and management of twin 13. Mone F., Devaseelan P and Ong S. Intervention
reversed arterial perfusion (TRAP) sequence, versus a conservative approach in the
2019, UpToDate, www.uptodate.com  ©2019 management of TRAP swquence : a systematic
UpToDate, Inc. and/or its affiliates. All Rights review, DOI 10.1515/jpm-2015-0165
Reserved 14. Valsky D.V., Martnez-Serrano M.J., Sanz M.
4. Martin A., Weber and Sabire N.J., Twin et al. Cord Occlusion Followed by Laser Cord
reverse arterial perfusion (TRAP) sequence: transection in monochorionic monoamniotic
pathophysiology, 2013, in Kilby M.D., Oepkes discordant twins,
D., Jhonson A., Fetal Therap Scientific Basis and 15. Kusuma J. A.A.N., ed., Buku Panduan Pelatih
Critical Appraisal of Clinical Benefits, Cambride Pelatihan Fetal Therapy, edisi 1 2019, Satgas
University Press, 2013. Prenatal diagnosis dan Fetal Theraphy.
5. Somers L. Twin Reversed Arterial Perfusion Himpunan Kedokteran Fetomaternal Indonesia.
Squence-Facts, 2014, Fetal Health Founda tion.
6. Mirzamoradi M.,Esmaeli S. Saleh M., Pournajaf
E., Acardiac twin: a rare case report, MOJ
Womens Health. 2017;5(5):300‒303. DOI:
10.15406/mojwh.2017.05.00137
7. Paladini D.,Volve P., Ultrasound in multiple
pregnancy, rational approach and diagnostic
potential, in Ultrasound of Congenital Fetal
Anomalies, Cecon ed. CRC Press Taylor & Francis
Group, 2014.
8. Chaveeva P., Poon L. C. Sotiriadis A., Kosinski
P.,Nicolaides K.H. Optimal Method and Timing
of Intrauterine Intervention in Twin Reversed
Arterial Perfusion Sequence: Case Study and
Meta-Analysis, Fetal Diagn Ther 2014;35:267–
279
9. Sowjanya S V N S, Thiagarajan K. and

Buku Ilmiah Fetomaternal


339
Update Penatalaksanaan Sepsis Maternal

M. Alamsyah Aziz
Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pendahuluan untuk sepsis maternal yang akan dikembangkan dan


diuji: yang berkaitan dengan awal identifikasi wanita
Sepsis merupakan kondisi yang dapat mengancam dengan kemungkinan ibu yang mengalami infeksi
jiwa, yang terjadi akibat adanya respon tubuh parah (diduga sepsis maternal), dan yang lainnya
terhadap infeksi yang disebabkan oleh luka dari berfokus pada mengkonfirmasikan diagnosis sepsis
jaringan itu sendiri maupun dari organ. Jika sepsis maternal.7
berkembang selama kehamilan, saat atau setelah
melahirkan, atau setelah aborsi, hal tersebut dapat Diagnosa Maternal Sepsis
dikatakan sebagai sepsis maternal.1 Meskipun dapat Tanda dan Gejala
dicegah, namun sepsis maternal terus menjadi
penyebab utama mortilitas dan morbiditas bagi Semua profesional medis harus sigap mengantisipasi
wanita hamil.2 gejala dan tanda-tanda sepsis maternal dan syok
Di negara berkembang, kematian maternal dikatakan septik. Gejala sepsis maternal antara lain:
sebagai iceberg phenomenon karena beberapa
faktor yang mempengaruhi sehingga sulit untuk 1. Nyeri abdominal pireksia (>38°C diukur 2x
dilaporkan dan dicatat. Data mengatakan hampir dengan interval 4 jam; >38,5°C dalam sekali
500,000 kematian ibu/kematian pasca-melahirkan pengukuran);
terjadi akibat adanya komplikasi kehamilan dan 2. Hipotermia (<35,0°C);
persalinan, 99% kasus terjadi di negara berkembang.3 3. Takipnea (>20 x pernapasan per menit);
Berdasarkan Indonesian Demographic and Health 4. Oliguria (luaran urin <0,5 cc/kg/jam);
Survey tahun 2015, Maternal Mortality Rate (MMR) 5. Hipoksia (kejenuhan O2 <90%);
di Indonesia dengan nilai 126/100.000 kelahiran 6. Hipotensi (tekanan darah sistolik <90 mmHg);
hidup. Hal ini menurunkan nilai MMR dari tahun 7. Takikardia (laju denyut jantung >100 bpm; >90
1990 hingga tahun 2015 sebesar 5%.4 bpm dalam puerperium);
Lima penyebab utama kematian maternal adalah 8. Leukositosis (jumlah leukosit >12,0 x 109/L atau
haemorrhage, sepsis, hipertensi saat kehamilan, >12.000/mm);
masa kehamilan yang panjang, unsafe abortion.3 9. Leukopenia (jumlah leukosit <4 x 109/L atau
Maternal sepsis dapat diperkirakan terjadi kurang <4.000/mm3);
lebih 75.000 kematian maternal setiap tahunnya, 10. Gangguan kesadaran;
terlebih lagi pada negara yang memiliki pendapatan 11. Kegagalan merespon pengobatan;
rendah. Studi mengatakan pada negara dengan 12. Peningkatan perdarahan masa nifas;
nilai pendapatan tinggi bahwa insidensi morbiditas 13. Terlambatnya involusi uterus (< 2 cm/hari).8
maternal yang disebabkan oleh sepsis berkisar 0,1
hingga 0,6 per 1.000 kelahiran.5,6 Pemeriksaan Laboratorium

Definisi Maternal Sepsis Pengujian laboratorium yang harus dilakukan saat


maternal sepsis terdeteksi adalah:
Sepsis maternal adalah kondisi yang mengancam 1. Perhitungan jumlah sel darah lengkap
jiwa yang didefinisikan sebagai disfungsi organ akibat (leukositosis >12,0 x 109/L atau jumlah leukosit
dari infeksi selama kehamilan, persalinan, pasca- rendah <4 x 109/L);
aborsi, atau periode postpartum. Operasionalisasi 2. Pemeriksaan laktat serum ≤ 6 jam setelah
sepsis maternal berdasarkan definisi terbaru, maka deteksi, kadar > 4mmol/L mengindikasikan
dibutuhkan fokus pada unsur-unsur yang perlu pada hipoksia jaringan;
proses menindak-lanjuti sepsis maternal seperti 3. Pemeriksaan serum C reactive protein (kadar
permberian antibiotik dan cairan, serta dukungan normal bervariasi berdasarkan usia dan gender);
fungsi organ vital. Terdapat dua set kriteria identifikasi 4. Pemeriksaan ureum darah, elektrolit, dan fungsi
Buku Ilmiah Fetomaternal
340
Update Penatalaksanaan Sepsis Maternal

hati; Bakteri penyebab penyakit menular seksual (PMS)


5. Pemeriksaan gula darah: dugaan sepsis jika seperti Gonococcus dan Chlamydia juga dapat
kadar >7 mmol/L atau 126 mg/dL; menjadi penyebab sepsis puerperalis. Lebih dari
6. Rontgen toraks untuk pemeriksaan edema paru satu jenis bakteri dapat terlibat dalam patogenesis
dan pneumonia; sepsis puerperalis, yang bersifat endogen maupun
7. Ultrasonografi panggul untuk identifikasi koleksi eksogen. Bakteri-bakteri ini secara normal hidup
cairan atau tertahannya sisa produk kehamilan; dalam vagina dan rektum tanpa membahayakan
8. Evaluasi CT Scan jika dibutuhkan untuk ibu, namun dengan teknik persalinan paling higienis
mengevaluasi necrotizing fasciitis.8 sekalipun, infeksi bakteri endogen tetap dapat
terjadi. Bakteri endogen dapat menjadi berbahaya
Kultur Mikrobiologis dan menyebabkan infeksi jika:
Terbawa ke dalam uterus, biasanya dari vagina
The Surviving Sepsis Campaign merekomendasikan melalui jari atau alat saat pemeriksaan panggul;
bahwa kultur mikrobiologis yang tepat dan rutin Terdapat kerusakan jaringan seperti memar,
harus dilakukan sebelum terapi antimikroba dimulai jaringan nekrosis atau jaringan mati setelah
pada pasien yang diduga mengalami sepsis atau persalinan traumatik;
septik syok, bila dilakukan kultur tersebut maka Ketuban pecah lama sehingga mikroorganisme
hasil menunjukkan tidak ada penundaan substantial dapat menginfeksi uterus.11
pada awal terapi antimikroba. Sebagai contoh, Selain bakteri endogen, sepsis puerperalis juga
pemeriksaan kultur mikroba perlu dilakukan 45 dapat diakibatkan oleh bakteri eksogen yang berasal
menit sebelum agar hasil menunjukkan tidak dari luar vagina seperti beberapa jenis Streptococcus,
terdapat penundaan substantial pada awal terapi Staphylococcus, Clostridium tetani, dll. Bakteri
antimikroba. Kultur yang dilakukan tepat sebelum eksogen dapat masuk ke vagina melalui:
administrasi terapi antimikroba meningkatkan hasil 1. Tangan yang kotor dan peralatan yang tidak
kultur secara signifikan, hal tersebut dimanfaatkan steril;
sebagai identifikasi pathogen yang lebih efektif. 2. Droplet infeksi seperti dari bersin atau batuk;
Beberapa penelitian retrospektif menunjukkan 3. Substansi asing yang tersisipkan ke dalam
bahwa dilakukannya kultur mikroba tepat sebelum vagina misalnya minyak, herba, kain;
terapi berhubungan erat dengan peningkatan hasil 4. Aktivitas seksual.11
terapi yang lebih baik.1
Mikroorganisme penyebab sepsis maternal Modified Early Obstetrics Warning Score (MEOWS)
berat dan syok sepsis biasanya polimikrobial dari
mikrobakteri yang berkolonisasi di vagina. Sebuah Modified Early Obstetrics Warning Score (MEOWS)
penelitian di Belanda mengidentifikasi beberapa telah dirancang untuk memungkinkan pengenalan
bakteri sepsis seperti Streptococci b-haemolytic awal gangguan fisik pada wanita yang melahirkan
group A (GAS), Escherichia coli, Streptococci dengan memantau parameter fisiologis mereka.
b-haemolytic group B, G, dan Streptococci MEOWS didokumentasikan pada diagram observasi
oralis, Staphylococcus aureus, Citrobacter, dan MEOWS. Semakin jauh dari ‘normal’ pengamatan
Fusobacterium. Pada kasus demam puerperalis individu semakin tinggi skornya. Pengenalan dini
berat, infeksi seringkali disebabkan oleh GAS. Secara penyakit kritis, keterlibatan cepat staf klinis senior
historis, GAS merupakan penyebab epidemi sepsis dan tim multi-disiplin yang bekerja merupakan faktor
puerperalis. Setelah pengenalan pencucian tangan penting dalam memberikan perawatan berkualitas
yang benar oleh Ignaz Semmelweis (1818–1865), tinggi untuk wanita hamil dan pasca melahirkan yang
insidensi kematian ibu akibat sepsis puerperalis sakit.12
menurun secara drastis. Penurunan selanjutnya MEOWS adalah cara pengukuran variabel
dipengaruhi oleh peningkatan kondisi sosioekonomi fisiologis. Nilai-nilai dari hasil observasi kemudian
dan pengenalan antibiotik.9 diterjemahkan ke dalam skor ringkasan yang memiliki
Jenis bakteri lain yang ditemukan sebagai ambang kritis, di mana diperlukan tinjauan dan
penyebab sepsis puerperalis, antara lain intervensi medis. Hal ini diyakini bahwa perubahan
Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumonia, kecil dalam kombinasi variabel fisiologis yang diukur
MRSA, Clostridium tetani, Clostridium septicum, oleh MEOWS dapat mengenali kerusakan lebih
Clostridium welchii, dan Morganella morganii.10,11 awal daripada perubahan yang jelas dalam variabel
Buku Ilmiah Fetomaternal
341
M. Alamsyah Aziz

Tabel 1 Skor MEOWS12


Skor 3 2 1 0 1 2 3
Suhu ( C)0
< 35 35-37,4 37,5-39 <39
TD sistolik < 70 71-79 81-89 90-139 140-149 150-159 > 160
TD < 45 46-89 90-99 100-109 >110
Diastolik
Nadi < 40 40-50 51-100 101-110 111-129 > 130
Respirasi <8 9-14 15-20 21-29 > 30
AVPU Alert Responds Responds Unconscious
to voice to pain
Produksi <10 <30 Tidak
Urin mL/ diukur
jam

individual. Deteksi dini akan memicu intervensi cepat Pendekatan tersebut terdiri dari: pemberian
berikutnya yang akan mencegah penurunan fisiologis cairan intravena, peningkatan pemberian oksigen,
lebih lanjut atau memfasilitasi rujukan yang tepat.12 pemberian obat-obat vasopresor, pemberian
Proses penggunaan MEOWS adalah sebagai berikut: obat-obat inotropik, pemberian transfusi darah,
1. Setiap kali satu set pengamatan dilakukan pemberian ventilasi mekanik, dan pemakaian
pada wanita ante atau post natal, MEOWS kateter arteri. Pendekatan ini bertujuan untuk
harus dihitung dan dicatat dalam catatan penyesuaian kembali, cardiac preload, afterload, dan
pada bagan observasi sebagaimana yang kontraktilitas jantung untuk tujuan akhir tercapainya
berlaku. keseimbangan antara  oxygen delivery dan oxygen
2. Semua wanita yang datang ke Triage demand. 13
yang dilakukan observasi dasar harus Setelah sepsis terdiagnosis, tindakan-tindakan
didokumentasikan. berikut ini harus dilakukan sesegera mungkin dalam
3. Perempuan dalam persalinan aktif tidak 3 jam adalah:
memerlukan MEOWS 1. Pengukuran kadar laktat
4. Perempuan yang menerima perawatan 2. Kultur darah sebelum pemberian antibiotik
intensif pada kamar bersalinan harus 3. Pemberian antibiotik dalam satu jam
dilakukan pencatatan MEOWS. pertama diagnosis sepsis berat dan syok
5. Semua pasien rawat inap obstetrik harus septik menurut protokol lokal (tidak
memiliki observasi lengkap dan MEOWS menunggu hasil kultur, sesuai dengan pola
dihitung pada setiap transfer ke area baru kuman yang diduga)
(misalnya pada transfer dari kamar bersalin 4. Pemberian 30ml/kg kristaloid untuk
ke ruang perawatan nifas). penderita hipotensi atau memiliki kadar
6. Setiap wanita yang memiliki skor MEOWS ≥4 laktat ≥ 4mmol/L.
harus memiliki saturasi oksigen yang dicatat Adapun tindakan-tindakan berikut ini harus dilakukan
dengan setiap set pengamatan penuh.12 sesegera mungkin dalam 6 jam adalah:
1. Penggunaan vasopressors (pada penderita
Manajemen Maternal Sepsis hipotensi yang tidak merespon resusitasi
cairan awal) untuk mempertahankan tekanan
Setiap profesional medis sebaiknya mengetahui arteri rerata (mean arterial pressure/MAP)
sasaran terapi yang ingin dicapai dalam pengelolaan ≥65mmHg.
sepsis berat dan syok septik agar luaran pasien 2. Jika terjadi hipotensi persisten setelah
lebih terukur. Setelah diagnosis ditegakkan maka pemberian cairan awal (MAP <65mmHg)
rangkaian terapi harus dimulai secara agresif atau jika laktat awal ≥4mmol/L, pengkajian
dan adekuat dalam waktu < 6 jam. Patokan yang kembali status volum dan perfusi jaringan.
disebut dengan”Early goal directed therapy” telah 3. Pengukuran laktat kembali apabila laktat
terbukti dapat menurunkan MMR secara signifikan. awal meningkat.14
Buku Ilmiah Fetomaternal
342
Update Penatalaksanaan Sepsis Maternal

Alur MEOWS12
Terapi antibiotik secara intravena dan dan ampicillin/ sulbactam (unasyn). Pemberian
dalam dosis terapeutik tinggi harus dilakukan antibiotik dilanjutkan sampai dengan afebris 24
sedini mungkin, jika memungkinkan dalam 1 jam. jam. Antibiotik spektrum luas lainnya: piperacillin/
Terdapat banyak bukti penelitian bahwa penundaan tazobactam 3,375 g iv/ 6 jam atau clindamycin
pemberian antibiotik berkaitan dengan peningkatan 900 mg iv/ 8 jam + carbapenem, ertapenem atau
mortalitas. 14 The Surviving Sepsis Campaign meropenem 1 g iv/ hari, dan imipenem/ cilastatin
merekomendasikan terapi spektrum empirik yang 1 g iv/ 6-8 jam.8 Beberapa pilihan antibiotika pada
lebih luas yakni dengan satu atau lebih antimikroba sepsis/ sepsis berat/ syok septik sebagai berikut :
untuk membasmi pathogen (termasuk bakteri dan Pada umumnya untuk infeksi yang terkait
jamur atau virus). Akan tetapi terapi antimikroba dengan kehamilan dan persalinan, yang dicurigai
empirik harus dipersempit ketika identifikasi dengan infeksi aerob dan anaerob masih dapat
pathogen mengarah pada satu jenis dan sensitifitas diberikan kombinasi penicillin, aminoglikosid dan
ditetapkan dan/atau dengan peningkatan klinis clindamicyn atau metronidazol;
yang memadai. 14 Untuk kondisi chorioamnionitis, 1. Sebagai alternatif, pada pasien-pasien yang
ampicillin dapat diberikan 2 gr iv/ 6 jam + gentamicin tidak mengalami neutropenia dapat diberikan
1,5 mg/kg iv/ 8 jam, unasyn (ampicillin sulbactam) 3 sefalosposrin generasi kedua atau ketiga.
gr iv/ 6 jam, ticarcillin-clavulanate 3,1 gr iv/ 6 jam, atau Sefalosporin generasi ketiga atau keempat,
cefoxitin 2 gr iv/ 6 jam. Jika seksio sesarea dilakukan, sepeti cefotaxime, ceftizoxime, cefoperazone,
maka dapat ditambahkan metronidazol 1x500 mg ceftriaxone, cefpirone, cefepine, atau
iv atau clindamycin 900 mg iv. Setelah persalinan, ceftazidime  serta  meropenem  dapat
1 dosis tambahan perlu diberikan. Untuk kondisi dipertimbangkan pada infeksi yang berat
endometriotis, dapat diberikan antibiotik atau pada infeksi oleh berbagai macam
clindamycin 900 mg iv/ 8 jam + gentamicin 1,5 mg/ strain bakteria gram negatif;
kg BB/ 8 jam, amoxicillin 1 g iv/ 6 jam + gentamycin 2. Pada sepsis berat yang mengancam
5 mg/kgBB/ 24 jam + metronidazol 500 mg iv/ 8 nyawa direkomendasikan kombinasi
jam. Pilihan antibiotik lainnya: cefotetan, cefoxitin, sefalosporin generasi ke-3 atau ke-4 dengan
ceftizoximine, pipercillin dengan/ tanpa tazobactam, aminoglikosida;

Buku Ilmiah Fetomaternal


343
M. Alamsyah Aziz

3. Pada beberapa rumah sakit, terdapat 2015 est. https://www.indexmundi.com/


bakteri gram negatif yang resisten terhadap indonesia/maternal_mortality_rate.html.
aminoglikosida dan cephalosporine generasi (Diakses tanggal 31 Januari 2019).
ke-2, 3, dan 4. Pada kondisi ini dapat diberikan 5. Anonim. Sepsis and Pregnancy & Childbirth.
meropenem atau ciprofloxacin. Pseudomonas http://www.sepsisalliance.org/sepsis_and/
aeruginosa yang resisten terhadap pregnancy_and_childbirth/. (Diakses tanggal
gentamicin dapat diberikan  amikacin, tanggal 5 September 2014).
ceftazidime, cefepime, meropenem, atau 6. Dillena J, Zwartb J, Schuttec J, Roosmalen
tobramisin. Strain Enerokokal yang saat ini J. Maternal sepsis: epidemiology, etiology
resisten dengan banyak antibiotika dapat and outcome. Current Opinion in Infectious
diberikan chlorampenicol, doksicyclin atau Diseases. 2010;23:249-54.
fluoroquinolon; 7. Department of Reproductive Health and
4. Obat   anti jamur tidak dianjurkan untuk Research World Health Organization. Statement
diberikan secara rutin, kecuali pada of Maternal Sepsis. 2017. WHO.
pasien-pasien yang mengalami penurunan 8. Arulkumaran S. The Safer Motherhood
imunitas dan kondisi kondisi tertentu yang Knowledge Transfer Program: Maternal Sepsis
memudahkan terjadinya infeksi jamur Prevention Recognition Treatment. The Global
dan dapat diberikan  ampotericin B atau Library of Women’s Medicine. www.glowm.
flukonasol. 15 com.
9. Dillen J, Zwart J, Schutte J, Roosmalen J.
Kesimpulan Maternal sepsis: epidemiology, etiology
and outcome. Current Opinion in Infectious
1. Morbiditas maternal yang disebabkan oleh Diseases. 2010;23:249-54.
sepsis maternal di Indonesia masig tinggi. 10. Arulkumaran S. The Safer Motherhood
Identifikasi dini dan manajemen yang tepat Knowledge Transfer Program: Maternal Sepsis
dibutuhkan untuk menurunkan insidensi Prevention Recognition Treatment. The Global
tersebut. Library of Women’s Medicine. www.glowm.
2. Sepsis maternal merupakan kondisi yang com.
mengancam jiwa yang didefinisikan sebagai 11. World Health Organization. Education material
disfungsi organ akibat dari infeksi selama for teachers of midwifery. Managing puerperal
kehamilan, persalinan, pasca-aborsi, atau sepsis. Midwifery education modules 2nd ed.
periode postpartum. 2008:1-154.
3. MEOWS dapat digunakan untuk mendiagnosa 12. Trust Guideline for the use of the Modified Early
sepsis maternal. Obstetric Warning Score (MEOWS) in detecting
4. Manajemen: pengukuran kadar laktat, the seriously ill and deteriorating woman. 2016.
kultur darah, dan pemberian antibiotik 13. Vincent JL, Abraham E, Annane D, Bernard G,
dan kristaloid harus dilakukan pada 3 jam Rivers E, G. B. Reducing Mortality in Sepsis : new
pertama. directions. Supplement. Critical Care. 2002;6
Suppl 3.
Referensi 14. Lucas DN, Robinson PN, Nel MR. Sepsis in
obstetrics and the role of the anaesthetist.
1. World Health Organization. Maternal Sepsis International Journal of Obstetric Anesthesia.
[26 Januari 2018]. https://www.who.int/ 2012;21:56-67.
reproductivehealth/maternal-sepsis/en. 15. Anonim. Pedoman Tata Laksana Maternal
(Diakses pada tanggal 31 Januari 2019) Sepsis. http://hkfmindonesia.com/articles/
2. Rhodes A, Evans LE, Alhazzani W, Levy MM, read/PEDOMAN-TATA-LAKSANA-MATERNAL-
Antonelli M, Ferrer R, et al. Surviving Sepsis SEPSIS-1. Diakses tanggal 6 September 2014.
Campaign: International Guidelines for 2013.
Management of Sepsis and Septic Shock 2016.
Intensive Care Med. 2017;43:304-77.
3. HKFM. Protap Penatalaksanaan Sepsis pada Ibu.
4. Anonim. Indonesia Maternal Mortality Rate
Buku Ilmiah Fetomaternal
344
Ultrasonografi (USG) Abdomen dan Ginjal

Rima Irwinda
Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/RSCM

Embriogenesis Traktus Gastrointestinal dan pelvis renal lebih hipoekoik. Pada usia gestasi 12
Urinarius minggu, vesika urinaria terlihat sebagai struktur
Gastrointestinal bulat hipoekoik di abdomen bagian bawah (gambar
1.).2
Traktus gastrointestinal janin mulai berkembang
pada akhir minggu ke-5 dan terbagi menjadi foregut
(esophagus, gaster, duodenum), midgut (usus halus
yaitu ileum dan yeyenum), dan hindgut (kolon dan
rektum).1
Traktus urinarius
Ginjal janin berkembang di pelvis dan naik ke posisi
normal pada minggu ke-9. Pada minggu ke-10 gestasi
ginjal mulai berfungsi penuh. Bila ginjal gagal untuk
naik ke posisi normal maka akan menyebabkan
ektopik ginjal, paling sering terletak di pelvis.
Ginjal dapat diidentifikasi dengan USG mulai dari
minggu ke-15. Pada minggu ke-20 ginjal berada di
samping tulang belakang bilateral. Vesika urinaria
mulai terlihat sejak usia 13 minggu dan harus dapat
divisualisasi pada usia 15 minggu.1

USG trimester 1
Dinding abdomen

Insersi normal dari tali pusat dapat terlihat setelah


12 minggu. Sebagai bagian dari perkembangan
janin normal, pada minggu ke-6 usia gestasi midgut
akan mengalami herniasi ke dasar tali pusat. Organ
intestinal akan kembali ke dalam rongga abdomen
pada minggu ke-12. Adanya herniasi pada usia
kehamilan < 12 minggu, masih dapat dianggap
kondisi fisiologis. Hernia umbilikal fisiologis terjadi Gambar 1 Gaster berada pada sisi kiri abdomen
mulai usia kehamilan awal 8 minggu. Sedangkan (kiri). Vesika urinaria terlihat sebagai struktur
jika ditemukan pada usia kehamilan > 12 minggu hipoekoik (kanan). Gambar diunduh dari American
merupakan awal dari kondisi patologis (misal Institute of Ultrasound in Medicine (AIUM).
omfalokel, defek garis tengah).1,2,3
USG trimester 2
Penilaian organ
Pada usia gestasi 11 – 13+6 minggu, gaster dan vesika Tujuan utama USG saat trimester 2 adalah
urinaria merupakan satu-satunya struktur hipoekoik memberikan informasi diagnostik yang akurat untuk
berisi cairan pada rongga abdomen. Posisi gaster asuhan antenatal yang optimal dan mendapatkan
berada pada sisi kiri abdomen bersama dengan luaran yang terbaik untuk ibu dan janin. USG trimester
levokardia, yang dapat membantu menkonfirmasi 2 bertujuan untuk konfirmasi usia kehamilan dan
situs viseralis normal (gambar 1.). Ginjal janin melakukan pengukuran biometri janin serta menilai
terletak di paraspinal dengan bentuk bean-shaped, pertumbuhan janin.4
berstruktur sedikit ekogenik dengan bagian tengah
Buku Ilmiah Fetomaternal
345
Rima Irwinda

Lingkar abdomen (abdominal circumference/AC) Pengukuran AC merupakan salah satu indikator


Potongan transversal setinggi hepar, yang ditandai terbaik pertumbuhan janin karena merefleksikan
dengan:4 volume organ penting seperti hepar. Dengan
1. Bentuk sebulat mungkin dan simetris membandingkan dengan lingkar kepala (head
2. Vena umbilikalis setinggi sinus porta circumference/HC), dapat mengetahui jenis dari
3. Gaster terlihat IUGR. Kurva AC selama kehamilan menunjukkan
4. Ginjal tidak terlihat kenaikan linier hingga usia kehamilan 36 minggu,
kemudian mulai sedikit menurun. Pada awal
kehamilan AC lebih kecil dibandingkan HC, sebanding
pada usia kehamilan 36 minggu, dan kemudia AC
lebih besar dibandingkan HC. 5

Penilaian anatomi
Penilaian terbaik untuk memvisualisasikan abdomen
janin adalah dengan potongan transversal setinggi
saat melakukan pengukuran AC. Pada tingkat ini
struktur berikut dapat dinilai: traktus intrahepatik
dari vena umbilikal pada aspek anterior, gaster
di kuadran kiri, serta tulang belakang dan aorta
abdominal pada aspek posterior. Bila vena umbilikalis
diikuti maka akan terlihat insersi tali pusat di dinding
abdomen (gambar 3.). Jumlah arteri dan vena dari
tali pusat dapat dihitung dengan gambaran gray-
scale sebagai kompenen tambahan dari penilaian
anatomi rutin.1,4,6

Esofagus dapat terlihat sebagai struktur ekogenik


tubular di didaerah leher dan dada posterior. Gaster
harus dapat divisualisasikan pada usia 14 minggu di
kuadran atas kiri sebagai struktur anekoik sirkular
dan posisinya dinilai terhadap jantung. Usus halus
dan usus besar keduanya dapat dinilai dengan
USG. Membedakan usus halus dengan kolon dapat
dilakukan pada usia gestasi akhir. Kolon membentuk
lingkaran yang lebih besar, mengisi abdomen
Gambar 2 Pengukuran lingkar abdomen. Gambar terutama di daerah perifer dan mengandung materi
diunduh dan modifikasi dari ISUOG guidelines dan hipoekoik yakni mekonium.1,4
Ultrasoundpaedia.

Cara pengukuran
Pengukuran AC dilakukan dengan cara outer to
outer, baik secara langsung dengan cara ellips
atau tracing (gambar 2.), maupun tidak langsung
dengan menghitung diameter yang saling tegak
lurus (diameter abdomen anteroposterior/APAD
dan diameter abdomen transversal/TAD). Untuk
mengukur APAD, titik pertama ditempatkan di batas
luar dinding abdomen dari aspek posterior lalu ditarik
ke arah anterior dinding abdomen. Untuk mengukur Gambar 3 Insersi tali pusat normal. Gambar
TAD, titik pertama ditempatkan di batas luar, diunduh dari ISUOG guidelines.
melintasi abdomen pada titik terlebar. Kemudian AC
dihitung dengan rumus: AC = 1.57 (APAD + TAD). 4 Pada potongan aksial, ginjal tampak sebagai struktur
Buku Ilmiah Fetomaternal
346
Ultrasonografi (USG) Abdomen dan Ginjal

ekogenik pada kedua sisi tulang belakang (gambar terdapat beberapa struktur yang menghasilkan cairan
5.). Dilatasi ringan dari pelvis renalis terkadang amnion. Pada perkembangan awal janin, cairan
dapat terlihat dan merupakan kondisi fisiologis. Pada amnion berasal dari proses osmosis air melintasi
potongan koronal, ginjal terlihat dengan bentuk ruang amnion. Selanjutnya pada usia gestasi sekitar
bean-shaped. Korteks, medula, dan sinus renal 12 minggu, ginjal janin mulai memproduksi urin,
dapat dibedakan dengan baik pada janin.1,4 Vesika yang akan terakumulasi menjadi cairan amnion.1
urinaria tampak sebagai struktur kistik median di Cairan amnion mengandung protein yang
bagian bawah abdomen (gambar 4.). Apabila gagal diperlukan untuk perkembangan janin. Cairan
untuk memvisualisasi vesika maka harus dilakukan amnion akan ditelan oleh janin, masuk melalui
pemeriksaan lebih lanjut. Vesika urinaria terisi esofagus ke gaster, dan melalui usus kecil ke usus
dan kosong setiap 30 – 45 menit sekali.1,3 Ureter besar, dimana absorbsi terjadi. Polhidramnion
normal tidak terlihat dengan USG, sehingga apabila terjadi ketika terdapat obstruksi aliran normal atau
tervisualisasi harus dicurigai adanya kelainan. gangguan absorbsi. Misalnya, janin dengan atresia
Kelenjar adrenal yang terletak superior dari kutub esofagus atau atresia duodenum. Cairan amnion
atas ginjal dengan struktur hipoekoik berbentuk akan keluar kembali dari esofagus dan absorpsi tidak
segitiga mudah diidentifikasi pada janin.1,6 terjadi. Akibatnya terjadi akumulasi cairan amnion
dan terjadi polihidramnion. 1

Atresia Esofagus
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital
dimana esofagus tidak terbentuk sempurna dan
seringkali disertai fistula trakeo-esofageal (86 – 90%
kasus). Insidensinya berkisar antara 1:800 hingga
1.5000 kelahiran hidup dengan etiologi yang tidak
diketahui. Diagnosis prenatal biasanya hanya dapat
dilakukan pada 10% kasus. Pada pemeriksaan
USG dapat terlihat bubble gaster tampak kecil
atau tidak ada sama sekali, dan disertai dengan
polihidramnion. Namun gaster dapat juga normal
Gambar 4 Potongan koronal abdomen janin untuk apabila terdapat fistula trakeo-esofageal. Atresia
menilai organ-organ di abdomen. esofagus dapat dijumpai bersama dengan anomali
kongenital terkait lainnya seperti atresia duodenum,
sindrom Down, pertumbuhan janin terhambat (PJT/
Intrauterine Growth Restriction/IUGR), dan trisomi. 1

Atresia atau stenosis duodenum


Tidak terbentuknya bagian proksimal usus halus
atau duodenum disebut sebagai atresia duodenum.
Insidensinya sekitar 1:10.000 kelahiran hidup.
Malformasi ini terjadi akibat kegagalan kanalisasi
dari usus primitif pada minggu ke-11 gestasi. Atresia
lebih banyak ditemukan daripada stenosis (70%).
Gambaran USG klasik dari atresia duodenum adalah
“double bubble” yang disebabkan dilatasi gaster dan
Gambar 5 Gambar kedua ginjal normal. Gambar duodenum proksimal yang anekoik dan berisi cairan.
diunduh dari ISUOG guidelines. Diagnosis biasanya dapat dibuat pada akhir trimester
kedua. Atresia duodenum dapat berhubungan
Kelainan Gastrointestinal dengan trisomi 21 sehingga gambaran USG trisomi
21 lainnya harus diperiksa secara teliti.1
Polihidramnion atau jumlah cairan amnion yang
berlebih dapat dijumpai bersama dengan anomali Obstruksi usus dan atresia anorektal
multipel lainnya. Selama perkembangan janin, Temuan USG berupa dilatasi usus mengindikasikan
Buku Ilmiah Fetomaternal
347
Rima Irwinda

adanya obstruksi. Penyakit Hirschsprung dapat lateral dari insersi tali pusat). 1,7
menyebabkan obstruksi usus fungsional akibat tidak
adanya persarafan pada dinding usus. Obstruksi Temuan USG gastroskisis:1
usus yang paling sering terjadi adalah meconium 1. Insersi tali pusat normal
plug syndrome yakni obstruksi usus akibat sumbatan 2. Massa periumbilikal, sisi kanan
mekonium. Atresia anorektal atau kelainan 3. Loop usus di luar rongga abdomen
perkembangkan rektum dan anus juga dapat 4. Dapat disertai IUGR
menyebabkan obstruksi dan dilatasi usus. 1

Defek dinding abdomen


Defek dinding abdomen kongenital dapat berupa
gastroskisis, omfalokel, dan body stalk anomaly.
Gastroskisis dan omfalokel merupakan kelainan
defek dinding abdomen yang paling sering ditemui.
Diagnosis prenatal dengan USG relatif sederhana
dan dapat dilakukan pada paruh pertama kehamilan.
Namun perlu dingat kembali adanya hernia fisiologis
yang terjadi antara minggu ke-5 hingga ke-11
gestasi.1,7

a. Gastroskisis
Gastroskisis adalah defek dinding abdomen Gambar 6 Gastroskisis. Gambar dimodifikasi dari
paraumbilikal sisi kanan. Insidensinya berkisar Penny SM. Examination Review for Ultrasound:
dari 1:10.000 hingga 1:15.000 kelahiran hidup. Abdomen and Obstetrics & Gynecology. 1st Ed.
Gastroskisis dianggap sebagai kasus sporadis dengan United States: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
etiologi yang multifaktorial. Usia ibu muda, rokok,
dan konsumsi obat vasoaktif pada trimester pertama b. Omfalokel
diduga sebagai faktor risiko dari gastroskisis. Omfalokel adalah defek pada dinding ventral
Malformasi terjadi akibat gangguan vaskular pada abdomen disertai herniasi dari peritoneum dan atau
vena umbilikal atau arteri omfalomesenterik. organ intra peritoneum ke dasar tali pusat. Defek
Gastroskisis biasanya disertai herniasi dari organ diduga disebabkan oleh abnormalitas pada proses
intraperitoneal (tidak dilapisi selaput peritoneum). 1,7 body infolding. Omfalokel terletak di garis tengah
Tidak seperti omfalokel, gastroskisis umumnya (midline) abdomen, sehingga insersi tali pusat
tidak berhubungan dengan malformasi lain atau akan berada di massa omfalokel. Massa omfalokel
kelainan kromosom, namun dapat disertai kelainan seluruhnya dilapisi selaput peritoneum yang utuh.
gastrointestinal lain (malrotasi, atresia, volvulus, Asites biasanya terlihat di dalam omfalokel dan
infeksi). Meskipun biasanya disertai IUGR, prognosis juga abdomen. Perlu diperhatikan apakah massa
bayi setelah operasi lebih baik dibandingkan dengan mengandung liver karena akan memberikan
omfalokel. Luasnya kerusakan usus yang terjadi prognosis yang lebih buruk. 1,7
menentukan prognosis penyakit. Usus yang terpapar Meskipun omfalokel klasik yang umum
cairan amnion dapat mengalami dilatasi, penebalan ditemui terletak di mid-abdomen, namun ada juga
dinding dan penurunan gerakan peristaltik. 1 Cara omfalokel letak tinggi (khas untuk Pentalogy of
persalinan pada janin dengan gastroskisis masih Cantrell)/epigastrik, dan omfalokel letak rendah/
kontroversial. Dianjurkan untuk melakukan rujukan hipogastrik (ekstrofi vesika urinaria atau kloaka).
maternal sebelum persalinan ke fasilitas kesehatan Insidens omfalokel berkisar dari 1:4.000 hingga
tersier. Angka mortalitas berkisar 8 – 28%.1,7 1:7.000 kelahiran hidup. Malformasi ini lebih sering
dijumpai pada wanita usia tua, kebanyakan kasus
Dari USG (gambar 5.) dapat terlihat massa bersifat sporadis meskipun kejadian familial dengan
periumbilikal yang mudah teridentifikasi. Usus pewarisan terkait jenis kelamin atau pola autosomal
terlihat berada di luar abdomen dan melayang di pernah dilaporkan. 1,7
cairan amnion. Dari USG juga dapat diidentikasi Omfalokel dibandingkan dengan gastroskisis
insersi umbilikalis yang normal (defek berasa di secara signifikan memiliki risiko yang lebih tinggi

Buku Ilmiah Fetomaternal


348
Ultrasonografi (USG) Abdomen dan Ginjal

untuk terjadinya defek jantung dan anomali dinding anterior besar yang melekatkan janin ke
kromosom. Trisomi 18, trisomi 13, sindrom Turner, plasenta atau dinding uterus, tidak tampak tali
atau sindrom Beckwith-Wiedemann terkait dengan pusat, dan tampak organ abdomen di luar rongga
omfalokel.1 abdomen. Malformasi multipel dapat berhubungan
Gambaran USG (gambar 6.) omfalokel yang dengan kelainan ini. Body stalk anomaly merupakan
dapat diidentifikan adalah massa pada garis tengah kondisi yang fatal. 1,7
abdomen yang mengandung usus, liver atau organ
abdomen lain. Selain itu, dari USG juga dapat terlihat Kelainan Ginjal
insersi tali pusat ke dalam membran yang melapisi Kelainan ginjal merupakan penyebab paling
massa serta vena umbilikalis yang berjalan melalui sering dari oligohidramnion. Pada minggu ke-12
bagian tengan defek. 1,7 kehamilan, ginjal mulai memproduksi urin yang
Cara persalinan untuk janin dengan omfalokel akan terakumulasi menjadi cairan amnion. Bila janin
masih menjadi perdebatan. Namun persalinan harus memiliki kelainan ginjal, khususnya agenesis renal
dilakukan di fasilatas kesehatan tersier dan sebisa bilateral, fungsi renal inadekuat, atau obstruksi
mungkin mendekati usia aterm. Seksio sesarea traktus urinarius, dapat terjadi oligohidramnion
mungkin diperlukan untuk menghindari distosia atau bahkan anhidramnion pada beberapa kasus.
dan pecahnya kantong pada omfalokel yang besar. Konsekuensi dari oligohidramnion adalah hipoplasia
Pada kasus defek yang kecil, persalinan pervaginam paru. 1
direkomendasikan.1,7
Agenesis renal
Temuan USG omfalokel: 1 Kegagalan pembentukan ginjal disebut sebagai
1. Massa pada garis tengah abdomen agenesis renal. Agenesis renal dapat unilateral atau
mengandung usus, dan/atau organ abdomen bilateral. Terdapat dua temuan USG yang dapat
lain membantu untuk menegakkan diagnosis, yakni
2. Insersi tali pusat pada massa tidak tampaknya ginjal dalam abdomen dan tidak
3. Berbagai anomali terkait teridentifikasinya cabang arteri renalis dari aorta
abdominal dengan USG Doppler. Kelenjar adrenal
dapat ditemukan pada posisi datar atau dikenal
dengan “lying down” adrenal sign. 1
Agenesis renal bilateral, dikenal juga dengan
sindrom Potter, merupakan kondisi fatal. Tidak
terbentuknya kedua ginjal dapat sulit untuk
terdeteksi dengan USG karena kurangnya cairan
amnion di sekitar janin. Karena itu, penggunaan
color Doppler sangat bermanfaat untuk menilai
area ginjal.1 Agenesis renal unilateral lebih sering
terjadi dibandingkan dengan agenesis renal bilateral.
Agenesis renal unilateral biasanya memiliki jumlah
amnion yang cukup dan memiliki prognosis yang
lebih baik. Sebelum membuat kesimpulan agenesis
Gambar 7 Omfalokel. Gambar dimodifikasi dari renal unilateral, pemeriksa harus mengidentidikasi
Penny SM. Examination Review for Ultrasound: adanya ginjal dalam pelvis yang merupakan lokasi
Abdomen and Obstetrics & Gynecology. 1st Ed. tersering dari ektopik ginjal. Adanya agenesis ginjal
United States: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. unilateral akan menyebabkan ginjal kontralateral
membesar, kondisi ini merupakan kompensasi
c. Body stalk anomaly hipertrofi. 1
Body stalk anomaly adalah defek dinding abdomen
berat yang disebabkan oleh kegagalan pembentukan Temuan USG aganesis ginjal bilateral: 1
body stalk. Malformasi ini ditandai dengan tidak 1. Tidak tampak ginjal bilateral
adanya tali pusat dan umbilikus, serta fusi plasenta 2. Tidak tampak vesika urinaria
ke visera hernia. Insidensinya jarang sekitar 1:14.000 3. Oligohidramnion berat
kelahiran hidup. 1,7 Dari USG dapat ditemukan defek 4. “Lying down” adrenal sign bilateral
Buku Ilmiah Fetomaternal
349
Rima Irwinda

5. Cabang arteri renalis tidak terdeteksi dengan membedakan adalah pada kelainan ini vesika
color Doppler (bilateral) urinaria biasanya terlihat dan volume cairan amnion
Temuan USG aganesis ginjal unilateral: 1 normal. Penyakit ginjal polikistik autosomal dominan
1. Tidak tampak ginjal unilateral tidak bermanifestasi sampai kira-kira dekade ke-5
2. Kompensasi hipertrofi dari ginjal kontralateral kehidupan. Penyakit ginjal kistik dewasa juga
3. Vesika urinaria terlihat berhubungan dengan perkembangan kista di organ
4. Volume cairan amnion normal lain seperti liver, pankreas, dan limpa. 1
5. “Lying down” adrenal sign unilateral
6. Cabang arteri renalis tidak terdeteksi dengan Temuan USG penyakit ginjal polikistik autosomal
color Doppler (unilateral) resesif (infantil): 1
1. Ginjal membesar ekogenik bilateral
Penyakit ginjal kistik 2. Vesika urinaria terlihat
Terdapat beberapa jenis penyakit kista ginjal 3. Volume cairan amnion normal
janin yang disebutkan oleh Potter: penyakit ginjal 4. Kista tidak bermanifestasi hingga dekade
polikistik autosomal resesif, penyakit ginjal polikistik ke-5 kehidupan
autosomal dominan, penyakit ginjal displastik
multikistik, dan penyakit obstruktif displastik kistik. 1 Penyakit ginjal displastik multikistik
Kelainan ini merupakan kelainan familial. Kelainan ini diduga disebabkan oleh obstruksi ureter.
Pada kasus aurosomal resesif, kedua orangtua Temuan USG menunjukkan kista nonkomunikans
pasti merupakan pembawa sifat (carrier) dan multipel berdinding halus dengan ukuran yang
keturunannya akan memiliki peluang 25% terkena bervariasi di area fossa renalis unilateral ataupun
penyakit dan 50% peluang menjadi pembawa bilateral. Biasanya tidak terdapat jaringan ginjal yang
sifat. Sedangkan pada ksus autosomal dominan, berfungsi normal pada ginjal yang terkena. Karena
setidaknya salah satu orangtua merupakan pembawa itu, kista bilateral merupakan kelainan yang fatal
sifat gen dominan, dan keturunannya memiliki dengan disertai oligohidramnion dan tidak adanya
peluang 50% untuk menerima gen dominan. Penting vesika urinaria. Namun sebagian besar kasus adalah
diingat bahwa kelainan gen dominan manifestasi unilateral sehingga volume cairan amnion masih
penyakitnya cenderung lebih ringan dibandingkan normal.1
dengan kelainan resesif. 1
Temuan USG penyakit ginjal displastik multikistik
Penyakit ginjal polikistik autosomal resesif (infantil) bilateral: 1
Temuan USG yang tipikal pada kelainan ini adalah 1. Kista nonkomunikans multipel berdinding
kedua ginjal tampak membesar ekogenik, vesika halus dengan ukuran yang bervariasi di area
urinaria tidak tampak, dan oligohidramnion. Ginjal fossa renalis bilateral.
dapat membesar hingga 3 – 10 kali ukuran normal 2. Tidak tampak vesika urinaria
sesuai usia gestasi. Janin dengan trisomi 13 dan 3. Oligohidramnion
trisomi 18 dapat juga memiliki penyakit ginjal
polikistik. Penyakit ginjal polikistik autosomal resesif Temuan USG penyakit ginjal displastik multikistik
seringkali tidak terdeteksi, bergantung pada ukuran unilateral: 1
kista. 1 1. Kista nonkomunikans multipel
berdinding halus dengan ukuran yang
Temuan USG penyakit ginjal polikistik autosomal bervariasi di area fossa renalis unilateral.
1. resesif (infantil): 1 2. Kompensasi hipertrofi dari ginjal
2. Ginjal membesar ekogenik bilateral kontralateral
3. Tidak tampak vesika urinaria 3. Vesika urinaria terlihat
4. Oligohidramnion 4. Volume cairan amnion normal

Penyakit ginjal polikistik autosomal dominan Penyakit ginjal obstruktif displasia kistik
(dewasa) Kelainan ini seperti penyakit ginjal displastik
Temuan USG pada kelainan ini mirip dengan multikistik, disebabkan oleh obstruksi ginjal pada
penyakit ginjal polikistik autosomal resesif, yakni awal kehamilan. Adanya ureterokel atau obstruksi
kedua ginjal tampak membesar ekogenik. Yang outlet vesika urinaria yang berat, pada awal
Buku Ilmiah Fetomaternal
350
Ultrasonografi (USG) Abdomen dan Ginjal

kehamilan, dapat menyebabkan obstruksi displasia ultrasound scan. Ultrasound Obstet Gynecol.
kistik bilateral dan oligohidramnion. Namun, 2013; 41: 102–13. DOI: 10.1002/uog.12342
pada banyakan kasus obstruksi unilateral lebih 3. Sarraf MG. Ultrasound evaluation during the
sering ditemukan dan biasanya disebabkan oleh first trimester of normal pregnancy. In Donald
obstruksi pelviureteral junction atau vesicoureteral School Textbook of Ultrasound in Obstetrics &
junction. Biasanya kelainan ini juga disertai adanya Gynecology. Chapter 10. Jaypee Borthers. New
hidronefrosis dan vesika urinaria berdinding tebal.1 Delhi. 2003;156–177.
4. Salomon LJ, et al. Practice guidelines for
Temuan USG penyakit ginjal obstruktif displastia performance of the routine mid-trimester fetal
kistik bilateral: 1 ultrasound scan. Ultrasound Obstet Gynecol.
1. Ginjal tampak kecil ekogenik 2010. DOI: 10.1002/uog.8831
2. Kista pada perifer ginjal 5. Carrera JM. Ultrasonographic diagnosis of
3. Hidronefrosis bilateral intrauterine growth restriction. In Donald
4. Vesika urinaria berdinding tebal School Textbook of Ultrasound in Obstetrics &
5. Oligohidramnion Gynecology. Chapter 10. Jaypee Borthers. New
Delhi. 2003;318–352.
REFERENSI 6. D’Addario V, Di Naro E, Di Cagno L. Normal
fetal anatomy. In Donald School Textbook of
1. Penny SM. Examination Review for Ultrasound: Ultrasound in Obstetrics & Gynecology. Chapter
Abdomen and Obstetrics & Gynecology. 1st Ed. 10. Jaypee Borthers. New Delhi. 2003;286–300.
United States: Lippincott Williams & Wilkins; 7. D’Addario V, Di Cagno L, Tamburro R.
2010. Malformations of the gastrointestinal system.
2. The International Society of Ultrasound in In Donald School Textbook of Ultrasound in
Obstetrics & Gynecology. ISUOG Practice Obstetrics & Gynecology. Chapter 10. Jaypee
Guidelines: performance of first-trimester fetal Borthers. New Delhi. 2003;411–424.

Buku Ilmiah Fetomaternal


351
Update Neurosonografi
A.A.G. Putra Wiradnyana
Departemen Obstetri Dan Ginekologi Divisi Fetomaternal
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar

PENDAHULUAN otak janin selama kehamilan :3


1. Perkembangan otak janin di trimester pertama.
Perkembangan otak janin merupakan salah satu Sekitar 16 hari setelah pembuahan  (sperma
fase  yang sangat penting pada pertumbuhan membuahi sel telur), dasar dari pembentukan
janin  dalam kandungan. Tidak hanya berlangsung sumsum tulang belakang dan otak janin (neural
saat janin masih berada di dalam kandungan, plate) mulai terbentuk.  Neural plate  terus
pertumbuhan otak bayi juga berlangsung sampai bertumbuh dan kemudian berubah menjadi
bayi tersebut sudah tumbuh di luar kandungan. tabung saraf (neural tube). Selanjutnya, tabung
Oleh karena itu, pertumbuhan otak bayi sudah harus saraf menutup pada usia kehamilan sekitar 5-8
diperhatikan sejak bayi dalam kandungan. minggu, dan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
Perkembangan otak janin dimulai saat awal otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
konsepsi dan terus berlangsung seiring dengan Otak belakang ini kemudian akan membentuk
berkembangnya janin tersebut. Serangkaian sumsum tulang belakang. Sekitar minggu ke-5
program genetik yang kompleks mengkoordinasi usia kehamilan, sel-sel bayi mulai bertambah
pembentukan, perkembangan dan migrasi dari dan mulai membentuk fungsi-fungsi tertentu.
berjuta sel saraf. Kelainan kongenital yang terjadi Pada usia kehamilan sekitar 5 minggu, otak,
pada otak janin dapat disebabkan oleh kelainan sumsum tulang belakang, dan jantung bayi mulai
kromosomal dan non kromosomal seperti infeksi berkembang. Inilah masa-masa kritis bayi pada
yang terjadi awal kehamilan (proses organogenesis), trimester pertama. Risiko terjadinya gangguan
obat-obatan yang bersifat teratogenik yang diminum pertumbuhan bayi pada masa ini sangat tinggi
oleh ibu hamil, trauma dan lain-lain.1 dan bila terjadi maka bisa menyebabkan  bayi
cacat lahir. Sekitar usia kehamilan 6-7 minggu,
INSIDEN otak bayi akan terus bertumbuh sampai
membentuk otak besar (cerebrum), otak kecil
Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia (cerebellum), batang otak, kelenjar hipofisis, dan
(WHO), sekitar 3 juta janin dan bayi yang dilahirkan hipotalamus. Kelima bagian otak ini mempunyai
setiap tahun dengan kongenital anomali. Survei yang fungsi masing-masing yang sangat penting
dilakukan di seluruh dunia menunjukkan bahwa untuk fungsi seluruh tubuh. Pada minggu ke-8
prevalensi terjadinya kongenital anomali sangat usia kehamilan, otak bayi terus bertumbuh.
bervariasi antara satu negara dengan negara yang Selanjutnya, pada minggu ke-10, otak bayi
lainnya. Prevalensi terjadinya kongenital anomali sudah mulai berfungsi. Selain itu, organ lain
dilaporkan terendah terjadi di Jepang yaitu sebesar juga sudah mulai berfungsi pada minggu ini,
1,07 % sedangkan yang tertinggi terjadi di Taiwan seperti ginjal, usus, dan hati. Pada minggu ke-10
yaitu sebesar 4,3 %. Prevalensi terjadinya kongenital usia kehamilan, calon bayi ini tidak lagi disebut
anomali di Inggris sebesar 2 % dan di Afrika Selatan embrio, melainkan janin atau fetus.
sebesar 1,49 %. Variasi prevalensi kongenital anomali 2. Perkembangan otak janin di trimester kedua.
ini dapat disebabkan oleh pengaruh ras, sosial, Pada trimester kedua, di usia kehamilan
ekonomi, dan ekologis.2 minggu ke-18, saraf bayi mulai diselubungi oleh
myelin. Myelin akan melindungi saraf bayi dan
PERKEMBANGAN OTAK JANIN DI DALAM berfungsi untuk mempercepat pengantaran
KANDUNGAN pesan antar sel-sel saraf. Perkembangan myelin
ini akan terus berlanjut sampai usia bayi 1
Pertumbuhan otak janin sudah dimulai pada awal tahun. Jadi, perkembangan otak masih akan
usia kehamilan sampai bayi tersebut lahir ke dunia. terjadi setelah bayi lahir. Pada akhir trimester
Berikut ini merupakan tahap-tahap perkembangan kedua, batang otak bayi yang berperan dalam

Buku Ilmiah Fetomaternal


352
Update Neurosonografi

fungsi dasar kehidupan, seperti denyut jantung, b. Microcephaly.


tekanan darah, dan pernapasan, menunjukkan c. Scapocephaly.
perkembangannya yang hampir matang. d. Acrocephaly.
3. Perkembangan otak janin di trimester ketiga. e. Hypomineralization.
Otak berada pada perkembangannya yang 3. Transcerebellar :
paling pesat pada trimester ketiga, terutama a. Dandy-Walker malformation.
perkembangan neuron. Ukuran otak bayi juga b. Dandy-Walker variant.
membesar pada masa ini dan   mempunyai c. Megacisterna Magna.
berat 3 kali lipat selama 13 minggu terakhir d. Spina bifida.
usia kehamilan. Dari sekitar 100 gram pada e. Arnold Chiari II.
akhir trimester kedua menjadi 300 gram pada
trimester ketiga. Bentuk otak bayi juga sudah Berikut ini akan disampaikan kelainan-kelainan
mulai berubah, dari yang tadinya memiliki yang terdapat pada otak janin berdasarkan jenis
permukaan yang halus menjadi semakin kelainannya :3
berlekuk seperti bentuk otak orang dewasa. 1. Kelainan mayor :
Pertumbuhan otak bayi berjalan lebih cepat a. Cerebellar ventriculomegaly.
pada minggu 27-30 usia kehamilan. Pada saat b. Holoproencephaly.
ini, sistem saraf sudah cukup berkembang untuk c. Agenesis corpus callosum.
mengontrol beberapa fungsi tubuh. Janin juga 2. Posterior fossa cranial malformation :
sudah mulai bisa mendengar suara dari luar a. Dandy-Walker malformation.
rahim. Pada minggu ke-28, aktivitas gelombang b. Dandy-Walker variant.
otak janin mulai mempunyai siklus tidur. Pada c. Blake’s pouch cyst.
trimester ketiga, otak kecil (yang mengontrol d. Megacisterna magna.
pergerakan) berkembang lebih cepat. Korteks e. Retrocerebellar arachnoid cyst.
otak besar yang beperan dalam fungsi berpikir, f. Joubert syndrome.
mengingat, dan merasakan juga mengalami g. Rhombencephalosynapsis.
banyak perkembangan pada masa ini. Pada h. Chiary II malformation.
trimester ketiga banyak terjadi perkembangan 3. Anomalies of neuronal proliferation and
otak selama kehamilan, namun otak mulai migration and of cortical organization :
berfungsi sekitar waktu bayi akan lahir pada a. Microcephaly.
usia kehamilan penuh. Tidak hanya sampai b. Hemimegalencephaly.
waktu ini, otak akan terus berkembang secara c. Lissencephaly.
bertahap dalam beberapa tahun kehidupan e. Schizencephaly.
bayi setelah lahir. Pada saat otak berkembang, 4. Destructive lesions :
baik masih dalam kandungan maupun saat a. Hydrancephaly.
sudah lahir, sebaiknya beri asupan yang bergizi b. Proencephaly.
kepada bayi untuk mendukung perkembangan c. Intracranial haemorrhage.
otaknya. e. Space-occupying lesions.
5. Spina bifida :
KELAINAN PADA OTAK JANIN a. Acrania/exencephaly/anencephaly.
b. Cephalocele.
Berikut ini akan disampaikan kelainan-kelainan yang c. Spinal disraphism.
terdapat pada otak janin yang dapat dilihat melalui e. Spina bifida.
pendekatan standar :3 f. Sacrococcygeal teratoma.
1. Transventricular :
a. Biventricular hydrocephalus. KESIMPULAN
b. Triventricular hydrocephalus.
c. Intraventricular haemorrhage. Pada pemeriksaan USG kepala janin, kita harus
d. Agenesis corpus callosum. mengenali struktur yang normal pada kepala.
e. Aneurysm of vein Galen. Pada pemeriksaan USG kepala janin kita menggunakan
2. Transthalamic : pendekatan standar untuk mengetahui struktur
a. Macrocrania. yang normal dan abnormal yaitu transventricular,
Buku Ilmiah Fetomaternal
353
Putra Wiradnyana

transthalamic, dan transcerebellar. 5. Paladini D, Pastore G, Cavallaro A, Massaro M,


Walaupun pada pemeriksaan trimester awal Nappi C. Agenesis Of The Fetal Corpus Callosum
kehamilan kepala janin terlihat normal, pemeriksaan : Sonographic Signs Change With Advancing
tersebut harus diulang pada trimester ke-2 kehamilan Gestational Age. Ultrasound Obstet Gynecol.
yaitu pada umur kehamilan 18-22 minggu, karena 2013; 42: 687-690.
kelainan pada kepala janin biasanya terjadi pada 6. Lee WY, Tan WC, Tan YR, Tan HK. Congenital
trimester ke-2 kehamilan. Intracranial Space Occupying Lesion : A Case
Report. Obstet Gynecol Int J. 2016; 5(3): 00160.
KEPUSTAKAAN 7. Saeidi R, Abasi A. The Neonate Was Born
With Holoprosencephaly. Iranian Journal Of
1. Gliozheni O, Sylejmani S, Kati K, Ultrasound And Neonatology. 2014; 5(3): 32-35.
Diagnosis Of Fetal Anomalies. DSJUOG. 2011; 8. Krauer F, Riesen M, Reveiz L, Oladapo OT, Vega
5(3): 193-204. RM, Porgo TV, Haefliger A, Broutet NJ, Low
2. Francine R, Pascale S, Aline H. Congenital N, WHO Zika Causality Working Group. Zika
Anomalies : Prevalence And Risk Factors. Virus Infection As A Cause Of Congenital Brain
Universal Journal Of Public Health. 2014; 2(2): Abnormalities And Guillain-Barre Syndrome :
58-63. Systematic Review. PloS Med. 2017; 14(1): 1-27.
3. Paladini D, Volpe P. Ultrasound of Congenital 9. Sailaja K. A Study On Congenital Anomalies Of
Fetal Anomalies Differential Diagnosis And Central Nervous System. Int J Anat Res. 2017;
Prognostic Indicators. 2007; 11-62. 5(2.2): 3819-23.
4. Vasiljevic B, Gojnic M, Djukic SM. Ultrasound 10. Batur A, Sakarya ME. Congenital Brain
Diagnosis Of Congenital Brain Anomalies. Abnormalities : Pictorial Essay. Eastern Journal
Research Gate. 2012; 75-110. Of Medicine. 2015; 20: 11-19.

Buku Ilmiah Fetomaternal


354
Penanganan Syok Sepsis pada Pasien Peritonitis Diffusec Perforasi
Duodenum dengan Komplikasi Akut Kidney Injury
di Ruang Intensif

Nurita Dian Kestriani Saragi Sitio


Departemen /KSM Anestesi dan Terapi Intensif FK UNPAD/RS Hasan Sadikin Bandung

Pendahuluan Hb 14,4 PT 24,2


Sepsis adalah tantangan yang besar di ruang
Ht 43,4 INR 2,14
intensif dimana angka kejadiannya di seluruh dunia
meningkat dengan luas. Sepsis dan syok septik Leukosit 5.470 aPTT 40,20
adalah salah satu penyebab utama mortalitas pada Trombosit 408.000 Ur 66
pasien dengan kondisi kritis.1 Di Rumah sakit hasan Na 131 Cr 2,69
sadikin cukup tinggi dimana 70 dari 107 pasien atau
K 4,9 Laktat 6,5
65.4% yang dirawat dengan sepsis meninggal di
tahun 2015. GDS 137 pH 7,333
Sepsis menurut konsensus terbaru adalah Albumin 1,5 pCO2 29,7
keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa HCO3 15,9 pO2 117,1
yang disebabkan karena disregulasi respon tubuh
BE -8,2 Saturasi O2 98,0
terhadap infeksi. Sedangkan septik syok didefinisikan
Pasien diasses sebagai Syok sepsis ec peritonitis
sebagai keadaan sepsis dimana abnormalitas sirkulasi
diffus dan Akut kidney Injury. Kemudian dilakukan
dan metabolik yang terjadi dapat menyebabkan
laparatomi eksplorasi. Pasca operasi pasien dikirim
kematian secara signifikan.2
ke ruang intensif.
Infeksi Intraabdomen merupakan penyebab kedua
tertinggi mortalitas yang berkaitan dengan infeksi Pada saat tiba di ruang intensif pasien dilakukan
di ICU. Gangguan multi organ dimana salah satunya assesment ulang. Kesadaran dalam pengaruh obat,
adalah akut kidney injury merupakan komplikasi tekanan Darah 111/76 mmHg (Norepinephrine
yang sering terjadi pada sepsis. 0,2 mcg/kgbb/menit) , nadi 130 x/menit, reguler,
respirasi 16 x/menit on bagging, suhu 37 oC,
Laporan Kasus saturasi 98 %. Urine output 30-50cc/jam. Dilakukan
pemeriksaan laboratorium ulang
Laki laki 25 tahun datang dibawa ke RS Hasan
sadikin bandung dengan keluhan utama nyeri di Hb 15,3 PT 13,5
seluruh perut. Sejak 5 hari sebelum masuk Rumah Ht 45,8 INR 1,22
Sakit,pasien mengeluh nyeri seluruh perut yang
Leukosit 6.420 aPTT 39,20
disertai dengan mual dan muntah. Pasien mengeluh
Trombosit 353.000 Ur 70,0
tidak bias buang air besar sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai demam. Riwayat trauma ataupun Na 128 Cr 2,34
benturan pada bagian perut tidak ada. Riwayat K 5,9 Laktat 2,7
penyakit penyerta tidak ada. GDS 105 pH 7,239
Saat masuk RS keadaan umum tampak sakit
Albumin 1,10 pCO2 36,0
sedang, kesadaran somnolen, GCS E3M6V5, tekanan
darah 70/46 mmHg, nadi 150 x/menit, reguler, HCO3 15,5 pO2 193,1
respirasi 24 x/menit, suhu 38,5 oC saturasi O2 98 % BE -10,4 Saturasi O2 99,4
dengan oksigen 6 liter/menit simple mask. Kemudian
Pasien diasses sebagai syok sepsis ec peritonitis
dilakukan resusitasi cairan, tekanan darah tidak
difus ec perforasi dodenum, akut kidney injury
respon sehingga diputuskan untuk memeberikan
dan hiperkalemia. Dilakukan asesmen ulang
norepinefrin. Hasil laboratorium
untuk menilai kondisi cairan intravaskular dengan
menggunakan echo hemodinamik dan didapatkan
bahwa pasien masih respon terhadap cairan.
Dilakukan resusitasi cairan, pemberian meropenem,
Buku Ilmiah Fetomaternal
355
Nurita Dian Kestriani Saragi Sitio

penanganan suportif terhadap hemodinamik dan adanya peningkatan resiko disfungsi organ, keadaan
ventilasi serta penanganan imbalance elektrolit. memburuk, atau kematian.2,3
Setelah resusitasi cairan dan hemodinamik Akut Pada pasien ini SOFA score nya adalah 6 dimana
kidney injury menjadi lebih baik, pada hari ke dua pasien menggunakan norepinefrin 0,2 mikrogram/
ureum Ureum 66,0 Kreatinin 1,51. Pada hari ke tiga menit dan kenaikan kreatinin lebih dari 2. Sehingga
ureum 47, kreatini 1,03. dari nilai sofa score dapat disimpulkan pasien
Pasien diberikan nutrisi melalui yeyunostomi feeding mengalami disfungsi organ multi organ yang berat.
pada hari ke 2 di ICU. Kemudian diekstubasi pada Pada pasien yang kritis, terapi antimikroba harus
hari ke 3. dimulai sesegera mungkin. Pada pasien ini, untuk
memastikan pemberian antibiotik yang tepat waktu
Diskusi dan efektif, klinisi harus selalu memperkirakan status
patofisiologi pasien sama seperti memperkirakan
Pada tahun 2016, defenisi sepsis menurut SCCM farmakokinetik antibiotik (Recommendation 1B)4
dan ESICM adalah keadaan disfungsi organ yg Pemilihan regimen entibiotik empiris pada pasien
mengancam jiwa disebabkan oleh disregulasi respon infeksi intra abdomen harus berdasarkan kondisi
tubuh terhadap infeksi.1 Diagnosis sepsis ditegakkan klinis pasien, risiko infeksi individual berdasarkan
dengan qSOFA score dan SOFA score2 resistensi patogen, dan epidemiologi resistensi lokal
Parameter qSOFA terdiri dari: (Recommendation 1C)4
• Tekanan darah sistolik, ≤ 100 mmHg Selain antibiotik source kontrol adalah hal yang
• Frekuensi pernapasan, ≥ 22 breaths per sangat penting dilakukan dan harus segera dilakukan.
minute Prinsip dari source kontrol adalah rapid diagnostic in
• Gangguan mental GCS <13 specific site.
Pasien dinilai untuk setiap parameter yang AKI adalah penurunan fungsi ginjal yang cepat dan
tidak normal, pasien non ICU, dengan total score 2 ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus
atau 3, dianjurkan untuk mendapatkan perawatan dan berakibat penurunan pembuangan produk
di ICU dan resiko terjadinya kematian besar. Pasien nitrogen, hilangnya regulasi air, elektrolit, dan asam
tersebut harus dilakukan penilaian disfungsi organ basa. AKI didasarkan kadar serum kreatinin (Cr) dan
dengan menggunakan SOFA score. Pada pasien ini produksi urin (urine output/ UO)5
nilai quick sofa adalah 2, sehingga pasien kita duga
mengalami sepsis. Kemudian didukung dengan Stadium AKI
adanya bukti infeksi.
Stage Serum Creatinine Urine Output
Penilaian SOFA Score
1. 1,5 – 1,9 times 0,5 mg/kg/h for
baseline OR x 0,3 6 – 12 hours
SOFA score paling sering digunakan pada pasien
mg/dl
perawatan di ICU. Evaluasi klinis dari pasien untuk
menetukan SOFA Score terdiri dari pemeriksaan 2. 2,0 – 2,9 times 0,5 mg/kg/h for
bilirubin, kreatinin, koagulasi dan analisa gas darah. baseline 12 hours
Parameter SOFA yang abnormal jika tiap 3. 3,0 times baseline 0,3 ml/kg/h for
parameter memiliki score 2 atau lebih besar OR increase in serum 24 hours OR
• PaO2/FiO2 < 300 mmHg creatininento x 4,0 Anuria for 12
• Platelet < 100 x 103/mm3 mg/dl OR initiation hours
• Bilirubin ≥ 2 mg/dl of renal replacement
• Hipotensi membutuhkan obat vasopressor therapy OR in patients
• GCS Score ≤ 12 18 years, decrease in
Kreatinin ≥ 2 mg/dl atau urin output < 500 ml/hari GFR to 35 ml/min
Parameter normal jika score 0 dan 4 untuk kerusakan
organ. Masing-masing parameter dinilai secara
individual, berat ringannya penyakit ditentukan
dengan total score. Resiko pasien lebih besar jika
total scorenya lebih tinggi. Jika score 2 atau lebih
tinggi pada masing masing parameter, menandakan
Buku Ilmiah Fetomaternal
356
Penanganan Syok Sepsis pada Pasien Peritonitis Diffusec Perforasi

KDIGO 2012 dan memonitoring hemodinamik baik terhadap


Kriteria RIFLE KDIGO 2012 perfusi ginjal. Dengan melakukan hal tersebut
hemodialisa dapat dihindari.
Class Serum Creatinine or GFR Terapi supportif lainnya meliputi beberapa hal yaitu :

Risk Increase in serum creatinine 1,5


Ventilasi mekanik
OR GFR decreased 25%
Injury Serum creatinine 2 OR GFR Jika terdapat ARDS makan harus dilakukan strategi
decreased 50% untuk melindungi paru. Rekomendasinya adalah
Failure Serum Creatinine 3 OR serum dengan menggunakan tidal volume 6ml/kgBB dan
creatinine 4mg/dl with an acute membatasi plateu pressure sampai 30 cmH2O. Pada
rise 0,5 mg/dl OR GFR decreased pasien ini tidak terdapat ARDS sehingga ventolasi
75% mekanik hanya sebagai supportif sampai kondisi
Loss Persistant acute renal failure = metabolik pasien baik.4
complete loss of kidney function
4 weeks Nutrisi

E n d - s t a g e ESRD 3 months
Rekomendasi dari SSC adalah tidak memberikan
kidney disease
nutrisi parenteral sedini mungkin. Pada pasien ini
sudah dipasang yeyunostomi feeding, sehingga saat
KDIGO 2012
hemodinamik stabil nutrisi enteral bisa menjadi
pilihan pertama.4
Untuk penanganan AKI, KDIGO membuat suatu
skema penanganan sesuai dengan stage AKI seperti
Kesimpulan
dibawah 6:
Prognosis pasien sepsis dan syok septik sangat
High risk :
tergantung pada penanganan resusitasi dini di
Diskontinu semua agen yang nephrotoxic
instalasi gawat darurat. Penanganan yang telat akan
Pastikan kondisi volume intravaskular dan tekanan
menyebabkan kegagalan multi organ. Perawatan di
perfusi
ruang intensif berfokus pada resusitasi dan terapi
Pertimbangkan monitoring hemodinamik fungsional
suportif terhadap komplikasi
Monitor serum kreatinin dan urine output
Cegah hiperglikemi
Referensi
Pertimbangkan alternatif untuk prosedur
radiokontras
1. Staitieh B, Martin GS. Epidemiology of Sepsis:
Current Data and Predictions for the Future.
Stage 1:
Dalam : Ward NS, Levy MM, editors. Sepsis.
• Penanganan high risk
Cham: Humana Press; 2017. ; 25-43
• Penanganan diagnostik non invasiv
2. Singer, M. et al. The third International
• Pertimbangkan penanganan diagnostik invasiv
Consensus Definition for sepsis and sepstic
Stage 2 :
shock (sepsis-3) 2016. Journal of the American
• Penanganan high risk dan stage 1
Medical Association 315.(8); 801-810
• Periksa untuk perubahan dosis obat
3. Lie KC, Lau CY, Van Vinh Chau N, West TE,
• Pertimbangkan renal replacement therapy
Limmathurotsakul D; for Southeast Asia
• Pertimbangkan perawatan ICU
Infection clinical research network.Utility
Stage 3 :
of SOFA score, management and outcomes
• Penanganan high risk, stage 1 dan stage 2
of sepsis in Southeast Asia: a multinational
• Hindari pemasangan cateter subclavian bila
multicenter prospective observational study. J
memungkinkan
intensive care 2018;6:9.
• Pasien ini diasses sebagai AKI stage 2, dilakukan
4. Rhodes, Andrew MB BS. Et al. Surviving
penanganan dengan melakukan asesmen ulang
Sepsis Campaign : International Guidelines for
terhadap volume intravaskuler, memastikan
Management of Sepsis and Septic Shock 2016.
Buku Ilmiah Fetomaternal
357
Nurita Dian Kestriani Saragi Sitio

Critical care Medicine : 2017 (45); 486-552


5. Kellum, John A. et al. Definition and classification
of AKI dalam Management Kidney disease
improving global outcome : Clinical Practice
guideline for Acut Kidney Injury ; 19-21
6. Kellum, John A. et al. evaluation and general
management of patients with and at risk for AKI
dalam Management Kidney disease improving
global outcome : Clinical Practice guideline for
Acut Kidney Injury ; 25-27

Buku Ilmiah Fetomaternal


358
Perubahan Fisiologi Ginjal dan Pencitraan Kelainan Ginjal dengan USG pada
Kehamilan

Rudi Supriyadi
Divisi Ginjal & Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RSUP Dr Hasan Sadikin – Bandung

Pendahuluan Perubahan Fisiologis Ginjal Pada Kehamilan

Kehamilan mempengaruhi hampir semua aspek a. Perubahan Anatomi


fisiologi ginjal. Perubahan tersebut mencakup Ukuran ginjal kedua ginjal membesar 1 sampai
perubahan fisiologi ginjal dan perubahan sistim 1,5 cm selama kehamilan, dan terjadi dilatasi
hemodinamik yang ditandai dengan ekspansi pelvis renalis, kalik renalis dan ureter secara
volume cairan tubuh dan vasodilatasi. Laju filtrasi progresive yang lebih kentara pada ginjal kanan.
glomerulus meningkat 50% dan aliran plasma Perubahan ini terjadi karena kompresi ureter
renal meningkat hingga mencapai 80% jika oleh pembuluh darah iliaca dan/atau gangguan
dibandingkan dengan kondisi tidak hamil. Fungsi tonus, peristaltik dan kekuatan kontraksi ureter
tubulus, pengaturan air dan elektrolit berubah, hal karena peningkatan produksi progesteron selama
ini menimbulkan peningkatan ringan proteinuria, kehamilan. Namun bukti penyebab hidronefrosis
glukosuria, osmolalitas serum yang lebih rendah, yang paling nyata adalah karena kompresi mekanik
dan penurunan kadar Natrium serum. Ginjal tampak ureter. Hidronefrosis cenderung lebih sering terjadi
lebih besar selama kehamilan karena retensi cairan pada ginjal kanan, mencapai 86% dari semua
dan hidronefrosis fisiologis umum terjadi.1 kejadian hidronefrosis pada kehamilan. Hal ini
Berbagai perubahan fisologis yang terjadi pada dihubungkan dengan struktur anatomi ureter
ginjal kehamilan tidak jarang menimbulkan berbagai kanan yang bersilangan dengan pembuluh darah
masalah yang menganggu kesehatan ibu dan iliaca dan ovarium pada posisi sebelum masuk ke
janin yang dikandungnya. Kehamilan dan kelainan dalam cavum pelvis. Penelitian telah menunjukkan
ginjal bisa saling mempengaruhi. Kelainan ginjal bahwa pemberian progesteron pada perempuan
pada kehamilan bisa ditinjau dari berbagai aspek. yang tidak hamil tidak menyebabkan hidronefrosis,
Wanita dengan kehamilan normal bisa mengalami dan tidak didapatkan korelasi antara kadar
gangguan ginjal, bisa juga wanita dengan kelainan estrogen atau progesteron dengan beratnya dilatasi
ginjal yang kemudian hamil atau adanya kelainan pelvokalik ginjal. Jadi hidronefrosis yang asimetrik
pada kehamilan yang menyebabkan gangguan ini tidak dapat dijelaskan karena efek hormonal.
ginjal. Tulisan ini akan membahas salah satu aspek Hidronefrosis tidak terjadi pada perempuan dengan
diatas, yaitu wanita dengan kehamilan normal yang ginjal di pelvis atau posisi ureter yang terdiversi,
kemudian mengalami kelainan ginjal. Beberapa yang mana ureter masuk ke dalam buli-buli diatas
hal yang menyangkut perubahan anatomi dan pintu pelvis. Insiden hidronefrosis ditemukan lebih
fisiologi ginjal selama kehamilan, kejadian infeksi tinggi pada primigravida, hal ini juga mendukung
saluran kemih selama kehamilan dan batu pada hipotesis bahwa kompresi mekanik adalah penyebab
saluran kemih yang terjadi pada kehamilan normal hidronefrosis. Gambaran pada MRI menunjukkan
akan dibahas dalam tulisan ini. Tulisan ini menjadi ureter yang tertekan antara ilopsoas dan uterus
penting mengingat pada kehamilan masalah gravid setinggi promontorium sakral.1
yang timbul pada ginjal dan saluran kemih akan Pelebaran sistim penampung tersebut dapat
memberikan tantangan yang lebih sulit dalam hal menampung 200 sampai 300cc urine, menimbulkan
diagnosis, terapi profilaksis maupun kuratif yang stasis urine dan meningkatkan risiko pyelonefritis
harus memperhatikan keamanan bagi ibu dan pada perempuan dengan bakteruria asimtomatik
kehamilannya sekaligus harus mampu mengurangi (BUA) hingga 40% lebih tinggi dibandingkan
risiko sequele yang bisa timbul dikemudian hari. perempuan yang tidak hamil.2 Pembesaran uterus
juga bisa menyebabkan pergeseran dari kandung
kemih ke atas atau ke anterior yang bisa menyebabkan
Buku Ilmiah Fetomaternal
359
Rudi Supriyadi
gangguan pengosongan sehingga terjadi stasis urine karena terjadinya dilatasi pada pembuluh darah
dan memudahkan terjadinya infeksi.3 pre-glomerular yang diikuti penurunan resistensi
Hidronefrosis selama kehamilan dilaporkan terjadi pembuluh darah post-glomerular.2
pada 43% - 100% kehamilan, dan lebih sering terjadi Mengukur estimasi laju filtrasi glomerulus
seiring dengan bertambahnya umur kehamilan. (eLFG) tidak mudah dilakukan pada kondisi wanita
Pengukuran kuantitatif secara serial dengan hamil, karena formula penghitungan eLFG dari
ultrasonografi menunjukkan kejadian hidronefrosis MDRD dan CKD-Epi secara signifikan lebih rendah
tersering mulai pada usia kehamilan 28 minggu. dibandingkan oleh LFG sebenarnya. Nilai LFG
Volume ginjal meningkat hingga 30% lebih karena sebenarnya pada kehamilan hanya bisa diukur
meningkatnya volume vaskuler dibanding karena dengan teknik inulin atau kliren kreatinin. Biomarker
peningkatan ukuran nefron. baru seperti cystatin C belum bisa direkomendasikan
Walaupun ultrasonografi adalah pilihan utama teknik untuk penggunaan klinis. Namun perubahan pada
pencitraan untuk mengevaluasi hidronefrosis pada LFG sejalan dengan perkembangan kehamilan lebih
kehamilan, berbagai teknik MRI dapat digunakan jika penting untuk mengukur fungsi ginjal dibandingkan
ultrasonografi tidak dapat memberikan pencitraan nilai absolutnya.2
yang jelas. MRI dapat menentukan lokasi sumbatan, Pada pengukuran kliren kreatinin 24 jam
dan menentukan apakah sumbatannya dari dalam dengan inulin pada wanita hamil sehat didapatkan
atau dari luar saluran kemih. 2 peningkatan LFG mulai pada 4 minggu setelah
konsepsi, meningkat hingga 40-65% dari nilai
b. Perubahan hemodinamik ginjal post partum pada trimester ke-2. Pada trimester
Volume plasma terus meningkat hingga mencapai terakhir, LFG yang diukur dengna teknik yang
1,25 liter hingga umur kehamialan 32 sampai 34 sama mendapatkan nilai yang turun kembali
minggu. Walaupun diikuti peningkatan jumlah seperti kondisi tidak hamil. Pada penelitian serial
eritrosit, namun terjadi peningkatan plasma yang yang mengukur kliren kreatinin 24 jam pada awal
tidak proporsional sehingga menyebabkan gambaran kehamilan didapatkan terjadi peningkatan LFG
anemia pada kehamilan normal. Cardiac output sebesar 45% pada umur kehamilan 9 minggu. Pada
meningkat hingga 40% - 50% karena peningkatan dua perempuan yang secara kebetulan mengalami
denyut jantung, stroke volume dan aliran balik vena. keguguran dilaporkan tidak mengalami peningkatan
Tekanan darah sistemik menurun karena terjadi LFG yang bermakna dibandingkan perempuan
penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dengan kehamilan normal 3 minggu sebelum
yang perkirakan karena interaksi berbagai hormon/ keguguran. Dari temuan ini tampaknya peningkatan
zat yang dihasilkan selama kehamilan, diantaranya LFG sebagai adapatasi ginjal selama kehamilan
prostasiklin, nitrit oxide, relaxin dan progresteron.2 penting untuk menjaga kelangsungan kehamilan.
Vasodilatasi sistemik meningkatkan pengisian Data lain menunjukkan bahwa perempuan dengan
arterial dan menurunkan resistensi vaskuler sehingga penyakit ginjal kronik yang lanjut, dimana tidak ginjal
meningkatkan perfusi ginjal dan meningkatkan laju tidak mampu beradaptasi seperti pada ginjal sehat
filtrasi glomerulus (LFG) dimulai pada minggu ke-4 berhubungan dengan berat badan lahir yang lebih
masa gestasi dan terus meningkat sampai 40-50% rendah.4
dari nilai awal pada trimester ke-2, kemudian diikuti Pada awal masa kehamilan, vasodilatasi dan
oleh penurunan ringan hingga akhir masa kehamilan. penurunan resistensi vaskuler sistemik mengaktifkan
Perubahan ini menyebabkan penurunan kadar sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) untuk
kreatinin pada rentang 0,4 – 0,8 mg/dL. Walaupun meningkatkan renin, angiotensin II (Ang II), dan
nilai diatas 0,8 mg/dL bisa merupakan nilai yang aldosteron. Hal ini memungkinkan peningkatan
normal pada kondisi tidak hamil, pada kondisi hamil volume plasma yang disebabkan karena peningkatan
angka >0,8 mg/dL mengindikasikan adanya disfungsi aldosteron, hal ini penting untuk mempertahankan
ginjal. Sebagian besar klinisi menganggap kreatinin aliran darah uteroplasenta yang adekuat. Namun,
>1,0 mg/dL sebagai angka yang abnormal pada tekanan darah ibu tidak meningkat, hal ini mungkin
kehamilan. Aliran perfusi ginjal meningkat sampai karena berkurangnya respons terhadap efek
sekitar 80%, di atas peningkatan laju glomerulus, hal pressor Ang II karena berkurangnya sensitivitas otot
ini menyebabkan penurunan fraksi filtrasi. Walaupun polos arteri dan penurunan regulasi reseptor AT1.
terjadi peningkatan aliran perfusi ginjal, namun tidak Angiotensin (1-7) meningkat pada kehamilan dan
terjadi perubahan pada tekanan intraglomerular dapat berkontribusi pada vasodilatasi melalui aktivasi

Buku Ilmiah Fetomaternal


360
Perubahan Fisiologi Ginjal dan Pencitraan Kelainan Ginjal dengan USG

reseptor Mas. Hormon yang dihasilkan ovarium dan ginjal dan yang lebih jarang lagi adalah neoplasma.
vasodilator relaxin adalah mediator kunci untuk Jika ditemukan mikro-hematuria pada
peningkatan sinyal NO pada kehamilan, dan mungkin kehamilan, periksaan kultur urine perlu di lakukan
berkontribusi pada vasodilatasi pada kehamilan untuk menyingkirkan adanya infeksi. Jika tidak
normal. Relaxin diproduksi di corpus luteum dan didapatkan proteinuria, tekanan darah normal,
pada kehamilan dihasilkan dalam jumlah besar oleh morfologi yang ditemukan isomorfik dan kreatinin
plasenta pada awal kehamilan, terus meningkat pada serum dalam batas normal maka pemeriksaan lebih
umur kehamilan 6 minggu dan kemudian kembali lanjut dapat ditangguhkan sampai 3 bulan setelah
normal 6 minggu postpartum. persalinan. Jika dapat dilakukan, pemeriksaan
ultrasonografi saluran kemih dan pemeriksaan
Kelainan Ginjal Pada Kehamilan Normal antinuclear antibody (ANA) akan sangat membantu
Urinalisis diagnosis. Ultrasonografi akan membantu
menyingkirkan kemungkinan batu saluran kemih,
Tidak jarang perempuan muda pertama kali juga dapat melihat dijika ada penyakit ginjal polikistik
melakukan pemeriksaan urinalisis pertama kali pada juga pada kasus yang jarang adanya tumor.
awal-awal kehamilan. Pada pemeriksaan urinalisis Jika ditemukan mikrohematuria dismorfik dengan
tidak jarang ditemukan hematuria, proteinuria jumlah yang signifikan pada kehamilan dengan
maupun pyuria, penyebabnya bisa berhubungan tekanan darah yang normal, penyebab yang paling
dengan kehamilan maupun kebetulan ditemukan sering adalah GN, diantaranya thin basement
bersamaan dengan kehamilan. membrane nephropathy, Nefropati IgA atau nefritis
lupus. Pada mikro-hematuria isomorfik persisten
1. Hematuria tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
Mikrohematuria dapat terdeteksi pada sekitar 20% sistoskopi selama kehamilan. Mikrohematuria seperti
kehamilan. Mikrohematuria dikatakan signifikan ini biasanya hilang secara spontan setelah kehamilan
secara klinis jika ditemukan tiga atau lebih sel dan kemungkinan adanya tumor uroepitelial sangat
darah merah per bidang daya tinggi pada evaluasi jarang ditemukan pada kelompok usia reproduksi.
mikroskopis sedimen urine pada dua dari tiga
sample urine yang dikumpulkan dengan benar 2. Proteinuria
(clean-catch, midstream), atau >2500 sel darah Proteinuria yang ditemukan pada masa kehamilan
merah/ml urine. Mikro-hematuria menghilang pada memerlukan pemeriksaan lebih lanjut karena sering
sekitar 75% kasus setelah melahirkan. Namun jika dikaitkan dengan preeklamsia. Ada berbagai hal lain
penyebabnya sekunder dari glomerulonefritis (GN), yang juga bisa menyebabkan proteinuria diantaranya
maka hematuria tersebut akan bertahan setelah GN atau komplikasi akibat kondisi sistemik seperti
kehamilan dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih diabetes atau hipertensi esensial tidak jarang
lanjut pascapersalinan. dideteksi pertama kali pada kehamilan. Proteinuria
Mikro-hematuria dismorfik yang ditemukan gestasional (proteinuria de novo terisolasi tanpa
selama kehamilan sering kali disebabkan oleh preeklamsia) juga dapat terjadi, keadaan ini tidak
glomerulopathy primer atau lupus nefritis dan memberikan efek buruk bagi ibu atau janinnya.2,6
sebagian berkaitan dengan pre-eklamsia. Hematuria Ekskresi protein melalui urine bisa meningkat
Isomorfik, biasanya disebabkan karena infeksi pada kehamilan normal dan hal ini bisa berlanjut
kandung kemih atau kompresi kandung kemih oleh sampai setelah persalinan bahkan bisa baru
kepala bayi. Mikros-hematuria yang terisolasi tidak membaik setelah 3-12 bulan postpartum. Ekskresi
memiliki efek buruk pada kehamilan; tidak ada ini tampak lebih tinggi pada kehamilan kembar.
perbedaan yang signifikan pada usia kehamilan Gestasional proteinuria terjadi karena kombinasi
maupun komplikasi saat persalinan, dan tidak ada dari peningkatan LFG, peningkatan permeabilitas
perbedaan signifikan pada berat lahir, hipertensi glomerular basement membrane, dan peningkatan
gestasional, maupun preeklampsia.5 tubular proteinuria.
Makro-hematuria pada kehamilan paling Proteinuria pada kehamilan dikatakan
sering disebabkan karena hemoragik sistitis bakterial abnormal jika melebihi 300mg/hari. Kuo et al.
atau perdarahan per-vagina. Beberapa hal yang melaporkan pada 95% wanita hamil mengekskresikan
lebih jarang terjadi diantaranya batu saluran kemih, protein <200 mg/hari.
malformasi arteriovena ginjal, penyakit polikistik Proteinuria paling sering terdeteksi pada
Buku Ilmiah Fetomaternal
361
Rudi Supriyadi

kehamilan dengan urinalisis dipstik, tetapi metode belanda. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa
ini sering memberikan hasil false negatif maupun pada wanita dengan kehamilan tunggal, BUA tidak
false positive. Berbagai hal yang berhubungan berhubungan dengan kejadian kehamilan preterm.
dengan perubahan fisiologi selama kehamilan dapat BUA menunjukkan hubungan yang signifikan dengan
menyebabkan kesalahan ini. Adanya hematuria, urin pyelonefritis, tapi risiko absolut pyelonefritis pada
yang alkali, perubahan osmolalitas urine selama BUA relatif rendah.10” Namun untuk sementara,
kehamilan. Kesalahan hasil pemeriksaan proteinuria rekomendasi yang ada tetap memperhatikan
dipstik dapat dikurangi dengan perangkat urinalsis kekhawatiran tentang risiko ASB pada kehamilan
otomatis untuk mengurangi kesalahan pengamat.2,4 sampai ada penelitian lebih lanjut yang membuktikan
Pemeriksaan protein urin 24 jam tetap hal ini.2 Sebanyak 1% hingga 2% kehamilan dipersulit
menjadi standar baku emas untuk pemeriksaan oleh sistitis bakteri akut, didefinisikan sebagai
kuantitas protein, tetapi teknik ini tidak praktis ketika ISK bakteri akut disertai dengan gejala seperti
penilaian cepat proteinuria diperlukan, seperti pada frekuensi, disuria, atau urgency. Meskipun lebih
preeklampsia. Alternatif pemeriksaan lain yang dari 105 organisme per mililiter mendefinisikan ASB,
dapat diandalkan adalah rasio protein urin dengan sedikitnya 102 organisme per mililiter cukup untuk
kreatinin (uPCR); rasio yang lebih besar dari 30 mg mendiagnosis sistitis jika disertai dengan piuria dan
protein/mmol kreatinin berkorelasi cukup baik gejala khas.11
untuk protein urin lebih besar dari 300 mg / 24 jam.2
Morris et al. melakukan systematic review dan meta- Batu saluran kemih pada kehamilan
analysis pada 20 penelitian dengan 2978 wanita
hamil, dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa Manajemen BSK pada kehamilan sangat menantang.
pemeriksaan protein creatinin rasio memberikan Hal yang sering menjadi kendala adalah membedakan
nilai diagnosis yang menjanjikan pada pasien dengan antara perubahan fisiologis dan patologis, dengan
kecurigaan pre-eklamsia.7 modalitas diagnostik dan pilihan terapi yang lebih
terbatas dibandingkan pada kondisi saat tidak
Infeksi saluran kemih hamil. Perawatan klinis pada ibu harus optimal
dengan tetap menjaga potensi risiko pada janin dan
Infeksi saluran kemih (ISK) komplikasi kehamilan kehamilan. BSK pada wanita hamil telah dikaitkan
tersering kedua setelah anemia dan merupakan dengan peningkatan risiko yang signifikan terjadinya
jenis infeksi yang paling umum selama kehamilan. keguguran berulang, pre-eklampsia ringan,
Diperkirakan bahwa 5-10% wanita mengembangkan hipertensi kronis, diabetes mellitus gestasional, dan
beberapa jenis ISK selama kehamilan. Perubahan kelahiran sesar. BSK juga telah dikaitkan dengan
adaptif terkait kehamilan pada saluran kemih ketuban pecah dini dalam satu penelitian. Persalinan
merupakan predisposisi terjadinya ISK yang dapat prematur akibat BSK berkisar antara 2,5 dan 40%.12,13
mengakibatkan komplikasi ibu dan janin yang serius
seperti persalinan prematur, berat lahir rendah, atau Pemeriksaan Pencitraan Ginjal pada Kehamilan
infeksi sistemik ibu.8,9” ISK pada kehamilan dapat
diklasifikasikan sebagai bakteriuria asimptomatis Diagnosis gangguan ginjal pada kehamilan
(BUA), infeksi saluran kemih bagian bawah dan didasarkan adanya gejala klinis, laboratorium dan
infeksi saluran kemih bagian atas. ISK bagian bawah pemeriksaan pencitraan. Ultra Sonografi urologi
(BUA dan sistitis) pada kehamilan meningkatkan adalah pemeriksaan pilihan lini pertama untuk
risiko pyelonefritis sebesar 20% – 30%.9 Pada BUA diagnosis kelainan ginjal dan batu saluran kemih
terjadi kolonisasi saluran kemih oleh satu spesies pada wanita hamil. USG adalah modalitas yang aman,
bakteri tanpa adanya gejala spesifik yang dirasakan. cepat, banyak tersedia diberbagai pusat pelayanan
Di luar kehamilan, BUA biasanya tidak perlu diobati kesehatan, dan tidak memberikan efek radiasi ynag
dengan antibiotik. Pandangan tradisional adalah berbahaya seperti sinar x dari alat rontgen atau CT
ASB dapat menyebabkan komplikasi serius pada Scan ataupun efek magnetik yang kuat dari MRI
kehamilan, sehingga perlu diberikan terapi pada USG dapat memperlihatkan parenkim renal,
wanita hamil yang mengalami BUA. Pandangan sistem pelviokalik, ureter bagian atas dan sebagian
ini baru-baru ini ditantang, Kazemier et al, 2015, ureter bagian bawah. Kelemahan USG adalah tidak
melakukan penelitian prospektif kohort yang disertai dapat memperlihatkan ureter secara utuh terutama
RCT multicenter pada 4283 wanita hamil tunggal di ureter bagian bawah karena lokasinya yang tertutup
Buku Ilmiah Fetomaternal
362
Perubahan Fisiologi Ginjal dan Pencitraan Kelainan Ginjal dengan USG

organ. Kadang kala ginjal sendiri menjadi lebih sulit Hidrasi yang cukup membantu meningkatkan akurasi
terlihat pada wanita hamil terutama trimester 3 pemeriksaan karena menimbulkan distensi kandung
ataupun kehamilan ganda. Latar belakang cairan kemih dan memudahkan visualisasi ureteral jet.13
pada kehamilan akan mempersulit mendapatkan Dengan kemajuan teknologi fiber optik
gambaran ginjal yang jelas pada posisi tertentu.13 memungkinkan untuk pengembangan ureteroskop
Ultrasound dapat mengidentifikasi batu di fleksibel dengan diameter kecil yang memungkinkan
pelvis renalis namun mempunyai keterbatasan untuk melakukan tindakan endourologi untuk
untuk memvisualisasikan batu di ureter. Batu di mengatasi batu yang menyumbat. Penelitian
ereterovesical junction dapat dideteksi dengan menunjukkan prosedur ini aman dan efektif
menggunakan USG transvaginal. USG urologi dilakukan pada kehamilan dengan anestesi lokal atau
memiliki 34% sensitivitas dan 86% spesifitas dalam regional.16,17 (Bagan 1)
mendiagnosis batu saluran kemih pada kehamilan. Pencitraan sonogram ultra (USG) merupakan
Sensitifitas USG yang rendah disebabkan karena teknik pencitraan terbaik dan teraman pada wanita
USG tidak mampu membedakan obstruksi pada hamil. Pencitraan tersebut memerlukan teknik yang
ureter karena adanya batu yang menyumbat atau khusus karena letak ginjal yang retroperitoneal
hidronefrosis fisiologis yang terjadi pada kehamilan sehingga lebih mudah tertekan ke belakang,
normal. USG dopler berwarna dapat digunakan sedangkan ibunya sendiri tidak mungkin atau
untuk membantu melihat artefak yang tampak kesulitan posisi telungkup bila kehamilan sudah
berkedip dari batu dan untuk mendeteksi aliran memasuki trimester 2-3. Posisi yang terbaik pada
urine pada ureterovesical junction (ureteric jet) dari orang normal untuk USG ginjal adalah dari arah
ureter ke dalam saluran kemih. Hal tersebut tampak belakang dengan posisi telungkup, namun bagi ibu
jika tidak ditemukan sumbatan total. Pemeriksaan ini hamil besar maka posisi miring lateral dekubitus
harus dilakukan minimal selama 5 menit, jika tidak merupakan cara yang terbaik bisa diperoleh. Letak
ditemukan ureteric jet atau aliran ureteric jet yang ureter yang lebih sulit dicitrakan oleh USG karena
lemah pada salah satu sisi bisa merupakan indikasi semakin terhalang oleh janin dan cairan ketuban.
adanya obstruksi pada ureter. Namun perlu dicatat Ureter proksimal hanya mungkin dilihat sedikit.
ureteric jet tidak tampak pada 15% kehamilan. 14,15 Pencitraan kandung kemih akan lebih sulit pada
Pemeriksaan USG dengan posisi kontralateral ibu hamil besar apalagi bila kepala sudah masuk ke
dekubitus dapat mengurangi hasil positif palsu. panggul pada akhir-akhir kehamilan.
Bagan 1 Algoritme penanganan nyeri kolik lumbal.18

Buku Ilmiah Fetomaternal


363
Rudi Supriyadi

Beberapa Gambar Pencitraan Sonogram Saluran kemih Pada Wanita Hamil.

Gambar 1 Derajat hidronefrosis pada kehamilan (19,20)

Gambar 2 Wanita hamil tanpa gejala dengan dilatasi fisiologis di sisi kanan. (a) Ureter lumbar kanan (panah)
ditunjukkan dengan baik pada gambar mode-B dan pada (b) sonogram color-flow memuncak pada tingkat
arteri iliaka umum kanan (panah ganda). Vena cava inferior (IVC; panah melengkung) terletak di belakang
ureter. Di sisi kiri, aorta terlihat lebih dalam daripada IVC (tidak ditampilkan). 21

Buku Ilmiah Fetomaternal


364
Perubahan Fisiologi Ginjal dan Pencitraan Kelainan Ginjal dengan USG

Daftar Pustaka books/urinary-tract-infections/urinary-tract-


infections-during-pregnancy
1. Cheung KL, Lafayette RA. Renal Physiology 12. 12. Meher S, Gibbons N, DasGupta R. Renal
of Pregnancy. Adv Chronic Kidney Dis. 2013 stones in pregnancy. Obstet Med. 2014
May;20(3):209–14. Sep;7(3):103–10.
2. Aggarwal S, Brown MA. Renal Physiology and 13. 13. Masselli G, Weston M, Spencer J. The role
Complications in Normal Pregnancy. In: Feehally of imaging in the diagnosis and management of
J, Flöge J, Tonelli M, Johnson RJ, editors. renal stone disease in pregnancy. Clin Radiol.
Comprehensive clinical nephrology. Sixth ed. 2015 Dec;70(12):1462–71.
Edinburgh: Elsevier; 2019. p. 502–21. 14. 14. Olsburgh J, Willis S. Urological Problems
3. Cohen D, DasGupta R. Clinical Dilemmas. In: in Pregnancy. In: Bramham K, Hall M, Nelson-
Rane A, DasGupta R, editors. Urinary tract Piercy C, editors. Renal disease in Pregnancy.
infection clinical perspective on urinary tract 2nd ed. United Kingdom: Cambridge University
infection. London: Springer; 2013. p. 25–7. Press; 2018. p. 185–95.
4. Bramham K, Salter T. Renal Physiology. In: 15. 15. Cabiddu G, Castellino S, Gernone G,
Bramham K, Hall M, Nelson-Piercy C, editors. Santoro D, Moroni G, Giannattasio M, et al. A
Renal disease in Pregnancy. 2nd ed. United best practice position statement on pregnancy
Kingdom: Cambridge University Press; 2018. p. in chronic kidney disease: the Italian Study
1–12. Group on Kidney and Pregnancy. J Nephrol.
5. Brown MA, Holt JL, Mangos GJ, Murray N, 2016 Jun;29(3):277–303.
Curtis J, Homer C. Microscopic hematuria in 16. Laing KA, Lam TBL, McClinton S, Cohen NP,
pregnancy: Relevance to pregnancy outcome. Traxer O, Somani BK. Outcomes of Ureteroscopy
Am J Kidney Dis. 2005 Apr;45(4):667–73. for Stone Disease in Pregnancy: Results from a
6. Chung WH, To WWK. Outcome of pregnancy Systematic Review of the Literature. Urol Int.
with new onset proteinuria and progression 2012;89(4):380–6.
to pre-eclampsia: A retrospective analysis. 17. Ho A, Sarmah P, Bres-Niewada E, Somani BK.
Pregnancy Hypertens. 2018 Apr;12:174–7. Ureteroscopy for stone disease: expanding roles
7. Morris RK, Riley RD, Doug M, Deeks JJ, Kilby in the modern era. Cent Eur J Urol [Internet].
MD. Diagnostic accuracy of spot urinary 2017 [cited 2019 Jan 22];70(2). Available
protein and albumin to creatinine ratios for from: http://ceju.online/journal/2017/
detection of significant proteinuria or adverse bleeding-obesity-laser-solitary-kidney-stone-
pregnancy outcome in patients with suspected ureteroscopy-1343.php
pre-eclampsia: systematic review and meta- 18. Blanco LT, Socarras MR, Montero RF, Diez EL,
analysis. BMJ. 2012 Jul 9;345(jul09):1–12. Calvo AO, Galan JA, et al. Renal colic during
8. Szweda H, Jozwik M. Urinary tract infections pregnancy: Diagnostic and therapeutic aspects.
during pregnancy - an updated overview. Dev Literature review. Cent Eur J Urol. 2016;70:93–
Period Med. 2016;20(4):263–72. 100.
9. Glaser AP, Schaeffer AJ. Urinary Tract Infection 19. Sarah, Faubel et al. CJASN February 2014, 9 (2)
and Bacteriuria in Pregnancy. Urol Clin North 382-394
Am. 2015;42(4):547–60. 20. Masselli G, et al., The role of imaging in the
10. Kazemier BM, Koningstein FN, Schneeberger C, diagnosis and management of renal stone
Ott A, Bossuyt PM, de Miranda E, et al. Maternal disease in pregnancy, Clinical Radiology (2015)
and neonatal consequences of treated and 21. Grenier N et al. Dilatation of the collecting
untreated asymptomatic bacteriuria in system during pregnancy: physiologic vs
pregnancy: a prospective cohort study with an obstructive dilatation. Eur Radiol. 2000 Jan
embedded randomised controlled trial. Lancet 27;10(2):271–9
Infect Dis. 2015 Nov;15(11):1324–33.
11. Berard A, Santos F, Ferreira E, Perreault S.
Urinary Tract Infections During Pregnancy.
In: Tenke P, editor. Urinary Tract Infections
[Internet]. InTech; 2011 [cited 2019 Jan 21].
Available from: http://www.intechopen.com/
Buku Ilmiah Fetomaternal
365
IDENTIFIKASI SYOK HIPOVOLEMIK DENGAN ULTRASONOGRAFI

Indra Magda Tiara


SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Bahteramas Kendari

Pendahuluan ruang perikardial, sementara efusi yang lebih besar


cenderung area mengelilingi jantung. Pengecualian
Pengenalan dini dan penatalaksanaan syok yang untuk ini pasien dengan efusi lokal, Cairan atau darah
tepat terbukti menurunkan angka kematian segar cenderung memiliki penampilan yang gelap
Penggunaan USG bedside pada pasien syok atau anechoic, sedangkan darah membeku atau
memungkinkan untuk evaluasi cepat penyebab syok eksudat mungkin memiliki penampilan yang lebih
yang dan meningkatkan diagnosis yang akurat pada ringan atau lebih echogenic.
hipotensi. USG bedside dapat membantu diagnosis Vena cava inferior dapat juga dievaluasi dari tanda
syok yang cepat dan akurat. USG untuk deteksi syok konfirmasi tambahan suatu tamponade, pelebaran
hipovolemia mudah dipelajari dengan menggunakan vena menunjukkan suatu syok obstruktif. Jika
uji RUSH (Rapid Ultrasound in Syok). Uji RUSH tamponade teridentifikasi dan hemodinamik pasien
melibatkan 3 bagian penilaian fisiologis yaitu pompa, tidak stabil perikardiosintesis emergensi harus
tangki dan pipa segera dilakukan.
Protokol RUSH
Langkah 1: Pompa. B . Kontraktilitas Ventrikel Kiri
Langkah pertama dalam evaluasi pasien dalam syok Kedua,ventrikel kiri dapat dianalisis kontraktilitas
adalah penentuan status kardiak. Pencitraan jantung globalnya. Pengkajiannya dapat menentukan
biasanya melibatkan empat aksis: aksis parasternal kekuatan dari pompa yang sangat penting dalam
panjang dan pendek ,aksis subxiphoid, dan aksis mengarahkan kita saat resusitasi cairan. Fokus
apikal (Gambar 1). pemeriksaan adalah evaluasi pergerakan dinding
ventrikel kiri dengan memperkirakan secara visual
perubahan volume dari diastole ke sistol. Suatu
ventrikel dapat memiliki kontraktilitas yang baik
jika terjadi perubahan volume yang besar antara
kedua siklus. Kebalikannya,kontraksi yang buruk
dari jantung terjadi jika persentase kecil perubahan
pergerakan dinding antara sistol dan diastole.
Jantung juga bisa dilatasi ukurannya. Berdasarkan
pengkajian,kontraktilitas jantung dapat dikategorikan
normal, penurunan ringan,,moderat dan berat.
Keempat kategori tersebut disebut hiperdinamik
ditunjukkan ruangan ruangan kecil dan kuat.
Gambar 1 Pemeriksaan RUSH, langkah pertama : Kontraksi hiperkinetik yang menghasilkan obliterasi
evaluasi pompa ventrikel saat sistol. Hal tersebut biasa terjadi pada
Dokter yang merawat pasien dengan syok harus syok distributif atau syok hipovolemik. M-Mode
mulai dengan ekokardiogram yang diarahkan dapat digunakan untuk menggambarkan dinding
pada tujuan mencari tiga temuan spesifik: efusi ventrikel kiri selama siklus jantung. Tempatkan
perikardial, kontraktilitas ventrikel kiri, dan dilatasi kursor melintasi ventrikel kiri terutama pada daun
ventrikel kanan. Probe frekuensi rendah disarankan katup mitral. M-Mode bisa melakukan pengukuran
untuk pemeriksaan ini. diameter ruangan baik pada saat sistol atau diastole.
Persentase diketahui sebagai fraksional yang diukur
A. Efusi Perikardial dan Tamponade Jantung. berdasarkan formula berikut ini(EDD-ESD/EDD)
Pertama,kantong perikardial harus divisualisasikan X100. ESD adalah end sistolik diameter diukur
untuk menentukan apakah pasien memiliki efusi sebagai dimensi terkecil diantara dinding ventrikel.
perikardial, yang mungkin menjadi penyebab gejala EDD adalah end diastolic diameter yang merupakan
. Efusi kecil dapat dilihat sebagai garis tipis di dalam diameter terbesar.Pada umumnya fraksional 30-

Buku Ilmiah Fetomaternal


366
Identifikasi Syok Hipovolemik dengan Ultrasonografi

45% berhubungan dengan ejeksi fraksi normal. gambar IVC,Probe pertama ditempatkan di posisi
M-Mode bisa menunjukkan jantung hiperdinamik
dimana dinding ventrikel kiri hampir bersentuhan
selama sistol dan didapatkan fraksional tinggi. Pada
jantung kontraksi jelek M-Mode memperlihatkan
pemisahan sistolik luas antara dinding ventrikel dan
fraksional rendah. Fraksional merupakan metode
semikuantitatif untuk mengetahui fungsi sistolik
secara cepat dan mudah sebagai data penting untuk
mengarahkan resusitasi cairan.

Gambar 3 Pemeriksaan RUSH protocol langkah ke-2


: Kepenuhan tangki

4-chamber subxiphoid untuk mengidentifikasi


ventrikel kanan dan atrium kanan. Probe kemudian
diputar ke arah posterior tulang belakang dengan
penanda berorientasi di lateral, dan memeriksa
konvergensi IVC dengan atrium kanan. IVC harus
ditelusuri ke arah inferior saat melewati hati secara
khusus mencari pengaruh dari tiga vena hepatika
Gambar 2 Pemeriksaan M Mode menunjukkan dengan IVC. Diameter IVC dievaluasi pada posisi
kontraktilitas yang baik. RV : Right sekitar 2 cm dari sambungan atrium kanan dan IVC.
Ventrikel, LV: left ventrikel IVC juga dapat dicitrakan pada long-axis plane, IVC
akan ditemukan langsung di sebelah kanan aorta
C. Ukuran Ventrikel Kanan dan dapat dibedakan oleh dinding yang lebih tipis
Tujuan ketiga dalam memeriksa jantung adalah dan terdapat variasi aliran Color Doppler pada saat
mengevaluasi ketegangan ventrikel kanan. Salah satu periode pernafasan . IVC normalnya akan mengalami
tanda penting dari emboli paru besar adalah syok. kolaps pada saat inspirasi. hal ini terjadi karena
Banyak keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan negative dihasilkan di rongga dada pada saat
secara mendadak pada sirkuit pembuluh pulmonal inspirasi, menyebabkan peningkatan aliran darah dari
yang menghasilkan dilatasi akut dari bagian kanan rongga perut ke rongga toraks. Kombinasi ukuran
jantung. Pada ekokardiografi bedside rasio normal IVC dan persentase perubahan selama inspirasi,
ventrikel kiri ke kanan adalah 1: 0,6. Dilatasi ventrikel disebut sonospirometri, telah terbukti secara akurat
kanan,khususnya ukuran yang lebih besar dibanding memperkirakanCVP. gambaran M-mode dari IVC
ventrikel kiri dapat menjadi tanda emboli paru besar merupakan sarana yang sangat baik untuk mengukur
pada pasien hipotensi. dan mendokumentasikan derajat kolaps IVC pada
saat Inspirasi. Pedoman yang baru diterbitkan oleh
2. Langkah : Tanki American Society Echocardiografi mendukung
Bagian kedua dari protokol RUSH berfokus pada penggunaan ukuran IVC dan kolaptibilitasnya dalam
penentuan status volume intravaskular, yang disebut penilaian CVP.Rekomendasinya bahwa diameter IVC
sebagai “tangki” (Gambar 3). <2,1 cm dan kolaps >50% saat inspirasi berkorelasi
dengan tekanan CVP normal 3mmHg (kisaran
(A). Kepenuhan Tangki: Vena Cava inferior dan 0–5mmHg). Fenomena ini dapat diamati pada syok
Vena jugularis interna. Langkah pertama menilai hipovolemik dan distributif. IVC lebih besar> 2,1 cm
“kepenuhan tangki” dengan pemeriksaan IVC. dan kolaps <50% saat inspirasi menunjukkan tekanan
Melihat ukuran relatif pembuluh darah dan dinamika CVP tinggi 15 mmHg (kisaran 10-20mmHg). Fenomena
pernapasannya, IVC memberikan gambaran ini dapat dilihat dikeadaan syok kardiogenik dan
volume intravaskular dan telah digunakan untuk obstruktif. Diskenario di mana diameter dan derajat
memperkirakan tekanan vena sentral (CVP). Untuk kolaps IVC yang tidak sesuai dengan paradigma
Buku Ilmiah Fetomaternal
367
Indra Magda Tiara

ini, menggambarkan nilai menengah CVP 8mmHg


(kisaran 5-10 mm). Perhatikan bahwa pasien yang
di intubasi dan menerima ventilasi tekanan positif,
dinamika pernafasan dari IVC akan dibalik. Namun,
sebagian besar pasien yang diintubasi, IVC menjadi
lebih besar dan lebih sedikit penyesuaian. Karena itu,
pengulangan pemeriksaan IVC dengan loading cairan
mungkin lebih bermanfaat daripada pemeriksaan
yg dilakukan sekali pada saat statis, karena volume
respons pasien berkorelasi dengan pengisian IVC
secara progresif dari waktu ke waktu.

Gambar 5 Gambaran vena jugularis intrena


yang melebar dan distensi pada
short axix view. IJ : vena jugulais
interna, CA : arteri karotis.

Gambar 4 Kolapsibilitas vena cava inferior, long


axix view.

Direkomendasikan bahwa penilaian fungsi


Gambar 6 Gambaran vena jugularis intrena yang
jantung dilakukan sebelum pengukuran IVC untuk
kolaps pada short axix view. IJ : vena
memberikan konteks untuk interpretasi temuan IVC.
jugulais interna, CA : arteri karotis.
Pemeriksaan IVC dalam short & long-axis view juga
ditekankan, karena pengukuran single longitudinal
Pada pasien yang saluran cernanya penuh
dapat menimbulkan kesalahan penentuan ukuran
gas,Pengkajian Vena Cava Inferior dan Vena Jugularis
pembuluh darah yang dikenal dengan sebutan
Interna dapat dilakukan apabila kepala dielevasikan
the cylinder tangent effect. Pada pasien yang
30 derajat. Penggunaan probe linear dengan
perutnya dipenuhi gas atau usus dan menghalangi
frekuensi tinggi dianjurkan. Pengkajian volume
penilaian terhadap IVC, dapat digantikan dengan
seharusnya diperiksa pengisian relative vena dan
penilaian vena jugularis interna dengan kepala
ketinggian column vena pada leher sebaik persentase
tempat tidur pasien dinaikkan hingga 30 derajat.
parameter respirasi. Vena jugularis interna kanan
Probe linier frekuensi tinggi direkomendasikan
dan kiri seharusnya di evaluasi. Keliber yang kecil dari
untuk pemeriksaan ini. Untuk penilaian volum, kita
vena jugularis dengan level penutupan yang rendah
harus memeriksa kepenuhan relatif dari vena dan
pada level sewaktu inspirasi berhubungan positive
ketinggian vessel column dileher, serta perubahan
dengan cpv yang rendah. Sebaliknya vena jugularis
persentase dalam parameter ini dengan dinamika
yang membesar pada sudut dari dagu dengan
pernapasan. Optimalnnya kedua vena jugularis
sedikit colaps saat respirasi mengindikasikan CPV
interna kanan dan kiri harus dievaluasi. Kaliber kecil
yang meningkat. Evaluasi sonografi dari JVD dapat
dari vena, dengan level yang rendah pada leher
membantu kita dalam mengkaji volume yang kita
saat inspirasi berkorelasi baik dengan CVP rendah.
dapatkan dari evaluasi vena cava inferior.
Sebaliknya, vena jugularis interna yang mengalami
distensi ke superior sudut rahang, dan kolaps saat
(B)“Kebocoran tangki”: USG Toraks dan FAST Status
inspirasi, menunjukkan peningkatan CVP.
volume intravaskuler dari seorang pasien harus

Buku Ilmiah Fetomaternal


368
Identifikasi Syok Hipovolemik dengan Ultrasonografi

diketahui, langkah selanjutnya adalah melihat


kelemahan dari tank. Hal ini bertujuan untuk melihat
kompromisasi haemodinamik akibat kehilangan
cairan kritis pada sirkuit vaskuler. Pada kondisi
traumatik klinis harus secepatnya mengetahui
terjadinya haemoperitoneum atau haemotoraks.
Pada kali ini syok hipovolemik terjadi akibat hasil
dari bocornya tangki. Pada kondisi non-traumatik
akumulasi kelebihan cairan pada abdomen dan
cavum toraks menghasilkan over-load tangki
dengan hasil efusipleura dan asites yang bisa terjadi
bersamaan dengan gagal jantung, gagal ginjal,
Gambar 7 Gambar B-line pada edema paru
dan atau gagal hati. Pada pasien perempuan usia
produktif, pemeriksaan seharusnya mengkaji secara
spesifik cairan bebas intra abdomen atau cairan
KESIMPULAN
pelvik. Yang apabila ditemukan mengindikasikan
rupturnya kehamilan ektopik. Pengkajian ini
Ultrasonografi dapat digunakan sebagai alat
diinisiasikan dengan pemeriksaan FAST (Focused
bantu dalam mendiagnosis penyebab syok salah
Assesment Of Sonography for Trauma). Penempatan
satunya dalam kasus syok hipovolemik. Selain
probe diatas diafragma dapat mengidentifikasi
itu dapat digunakan dalam evaluasi keberhasilan
koleksi cairan toraks. Apabila didapatkan koleksi
terapi resusitasi pada kasus syok. Pemeriksaan
cairan abnormal harus dicurigai sebagai suatu proses
RUSH protokol pada kasus syok hipovolemik
infeksi.
didapatkan perubahan pada pompa yakni terjadinya
Akhirnya, ultrasonografi paru dapat
hiperkontaktilitas jantung, ukuran dimensi jnatung
mengidentifikasi edema paru yaitu suatu tanda yang
menjadi kecil, pada tangka terjadi pendataran atau
sering diindikasikan oleh karena over-load tangki dan
mengecilnya diameter vena cava inferior, dan vena
kelemahan tangki dengan akumulasi cairan pada
jugularis interna.
parenkim paru. Untuk mengkaji oedema paru pada
ultrasonografi paru dicitrakan dengan menggunakan
REFERENSI
transduser frekuensi rendah pada dada sebelah
anterolateral pada sela iga kedua dan kelima. Deteksi
1. E. Rivers, B. Nguyen, S. Havstad et al., “Early
oedema paru dengan ultrasonografi bisa dilihat
goaldirected therapy in the treatment of severe
artefak ultrasonografi paru dengan ultrasonografi
sepsis and septic shock,” The New England
B-Line atau roket paru. Penampakan seri B-Line ini
Journal of Medicine, vol. 345, no. 19, pp. 1368–
menyeluruh garis ekogenik yang terang yang berasal
1377, 2001.
dari garis preural dan diproyeksikan secara posterior
2. F. Sebat, A. A. Musthafa, D. Johnson et al.,
seperti gambaran fanlike ( Gambar 7 ). Sebaliknya
“Effect of a rapid response systemfor patients
artefak ekor komet yang lebih kecil pada paru normal
in shock on time to treatment and mortality
menghilang beberapa senti meter pada pleura dan
during 5 years,” Critical Care Medicine, vol. 35,
lebih baik dilihat dengan menggunakan probe
no.11, pp. 2568–2575, 2007.
frekuensi tinggi. B-Line dari oedema paru lebih bisa
3. A.E.Jones,V.S.Tayal,D.M.Sullivan,andJ.A.Kline,
ditetapkan dan memperluas area yang lebih jauh
“Randomized, controlled trial of immediate
dari citra Ultrasonografi dengan menggunakan probe
versus delayed goal-directed ultrasound to
frekuensi rendah.
identify the cause of nontraumatic hypotension
in emergency department patients,” Critical
Care Medicine, vol. 32, no. 8, pp. 1703–1708,
2004.
4. P.R.T.Atkinson,D.J.McAuley,R.J.Kendalletal.,“Abd
ominal and Cardiac Evaluation with Sonography
in Shock (ACES): an approach by emergency
physicians for the use of ultrasound in patients

Buku Ilmiah Fetomaternal


369
Indra Magda Tiara

with undifferentiated hypotension,” Emergency 11. G. Rozycki, M. G. Oschner, J. A. Schmidt et al.,


Medicine Journal, vol. 26, no. 2, pp. 87–91, “A prospective use of surgeon’s performed
2009. ultrasound as the primary adjunct modality
5. M. Gunst, V. Ghaemmaghami, J. Sperry et al., for injured patient assessment,” The Journal of
“Accuracy of cardiac function and volume status Trauma, vol. 39, pp. 879–885, 1995.
estimates using the bedside echocardiographic 12. M. R. Randazzo, E. R. Snoey, M. A. Levitt, and
assessment in trauma/critical care,” The Journal K. Binder, “Accuracy of emergency physician
of Trauma, vol. 65, no. 3, pp. 509–516, 2008. assessment of left ventricular ejection
6. J. Pershad, S. Myers, C. Plouman et al., “Bedside fraction and central venous pressure using
limited echocardiography by the emergency echocardiography,” Academic Emergency
physician is accurate during evaluation of the Medicine, vol. 10, no.9, pp. 973–977, 2003.
critically ill patient,” Pediatrics, vol. 114, no. 6, 13. F. Jardin and A. Vieillard-Baron,
pp. e667–e671, 2004. “Ultrasonographic examination of the venae
7. J. H. Boyd and K. R.Walley, “The role of cavae,” Intensive Care Medicine, vol. 32, no.2,
echocardiography in hemodynamic monitoring,” pp. 203–206, 2006.
Current Opinion in Critical Care, vol. 15, no. 3, 14. P. A. Marik, “Techniques for assessment of
pp. 239–243, 2009. intravascular volume in critically ill patients,”
8. Y. F. Lanctot,M. Valois, and Y. Bealieu, “EGLS: Journal of Intensive Care Medicine, vol. 24, no.
echo guided life support. An algorithmic 5, pp. 329–337, 2009.
approach to undifferentiated shock,” Critical 15. D. J. Blehar, E. Dickman, and R. Gaspari,
Ultrasound Journal, vol. 3, pp. 123–129, 2011. “Identification of congestive heart failure via
9. J.ElmerandV.A.Noble,“An Evidence based respiratory variation of inferior vena cava
approach for integrating bedside ultrasound diameter,” American Journal of Emergency
into routine practice in the assessment of Medicine, vol. 27, no. 1, pp. 71–75, 2009.
undifferentiated shock,” ICU Director, vol. 1, no.
3, pp. 163–174, 2010.
10. D. A. Lichtenstein and D. Karakitsos, “Integrating
ultrasound in the hemodynamic evaluation
of acute circulatory failure (FALLS-the fluid
administration limited by lung sonography
protocol),” Journal of Critical Care, vol. 27, no.
5, pp.53.e11–533.e19, 2012.

Buku Ilmiah Fetomaternal


370
OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT USG DALAM BIDANG OBSTETRI

Firman F. Wirakusumah
Divisi Fetomaternal KSM/Dept Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pendahuluan pemeriksaan.
Teknik diagnosis ini sudah dapat membantu
Pada abad 21, penggunaan USG terutama dalam mendeteksi berbagai kecacatan yang terjadi pada
bidang obstetri telah meningkat dengan sangat janin secara dini seperti ; Sindroma Down, bibir
cepat. Sejak pertengahan abad 20, Ian Donald (1955) sumbing, dll.
memperkenalkan alat bantu diagnostik ini dengan Bersamaan dengan laju pertumbuhan
dasar suara ultra sebagai pengganti stetoskop dan teknologi digital, dikembangkan pula dibidang
alat-alat lain seperti mono-aural yang dipakai dalam Obstetri “Sensor Information Technology (SensIT)
diagnosis ibu hamil. program” yaitu dalam hal-hal ; memprediksi waktu
Sangat banyak keuntungan yang didapat dari kelahiran, mendeteksi kehamilan kembar, menilai
pemeriksaan ini, pemeriksaan ini merupakan suatu posisi bayi, mengetahui letak & menilai fungsi
pemeriksaan yang nyaman bagi pasien sebab, dapat plasenta, menilai kecukupan volume air ketuban
dilakukan dengan persiapan sederhana, cukup hanya (AFI/Amniotic Fluid Index), melihat detail wajah,
dengan menahan berkemih bila USG dilakukan pada mengetahui jenis kelamin janin dalam kandungan,
perut bagian bawah.  mengetahui kelengkapan organ janin, menentukan
Di negara maju, risiko kematian dan morbiditas taksiran berat janin, menghitung denyut jantung
ibu hamil sudah sangat kecil, mereka sudah bukan janin, menentukan apakah kehamilan terjadi pada
pasien lagi, dokter seolah-olah berbicara dengan tempatnya (rongga rahim), mendeteksi tumor,
pasiennya yaitu ”foetus/janin”. hingga memprediksi waktu subur, dikemas dalam
Pemeriksaan ini dapat dilakukan berulang- satu alat pantau elekronik.
ulang dengan efek samping yang jauh lebih ringan Pada kesempatan ini akan ditinjauan
dibandingkan dengan alat-alat yang sudah ada keuntungan dan optimalisasi alat USG ini, akan
seperti, alat diagnostik tambahan, X-ray dengan efek dibahas dari bagaimana mengetahui janin in utero
samping radiasi. dalam hal-hal ; anatomi, fisiologi, patologi, sampai
Pemeriksaan USG berkembang dengan cepat kemungkinan ada gangguan neurobehavior.
seiring kemajuan teknologi fisika. Selain itu sekarang sudah berkembang pula
After sensor/probe yang didasari teknologi kearah kegunaan alat USG ini untuk “Ultrasound-
fisika suara ultra ini, dibidang teknologi kesehatan Guided Therapy” yaitu, prosedur sonografi invasif
khususnya Obstetri dikembangkan dalam bentuk, pada ibu dan janin dalam rahim.
metode gambar/pencitraan ; greyscale & bistable.
Glossary Link Doppler, suatu teknik fisika Ultrasonografi sebagai alat diagnostik
Doppler, secara bersamaan dikembangkan pada
pertengahan abad 20, (Doppler technology, dipakai Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik
sejak tahun 1977 di bidang Obstetri). Teknik Doppler diagnosis pencitraan menggunakan suara ultra yang
ini dikembangkan dengan mengkombinasikan ; digunakan untuk mencitrakan organ internal ; otot,
pindai dupleks dan pindai berwarna,sehingga kita ukuran organ, struktur anatomi, kelainan patologis.
dapat memantau aliran darah didalam sirkulasi Teknik ini berguna untuk memeriksa organ tubuh,
darah uterus maupun janin. khususnya sonografi Obstetri, biasa digunakan pada
Pencitraan USG selain dengan teknik 2D, pemantauan masa kehamilan. Di dalam menentukan
dikembangkan pula kearah teknologi USG 3D dan 4D. pilihan frekuensi, frekuensi untuk mendapatkan
Suara ultra dibidang alat bantu diagnosis ini, resolusi gambar dan penembusan suara ultra ke
mudah dalam pelayanan dan mempunyai risiko dalam tubuh pasien, dipilih frekuensi dalam lingkup
rendah dari efek radiasi. Prosedurnya non-invasif dan 2 sampai 13 Megahertz. Istilah “suara ultra” dalam
tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga seseorang fisika adalah energi akustik dengan frekuensi di atas
dapat segera melanjutkan kegiatan normal setelah pendengaran manusia (20.000 Hertz). Di dalam

Buku Ilmiah Fetomaternal


371
Firman F. Wirakusumah

bidang medis ini dipakai frekuensi ratusan kali lebih trimester pertama kehamilan). Peningkatan
tinggi diatas kemampuan pendengaran manusia. ketebalan NT berhubungan dengan kelainan
Ultrasonografi medis digunakan dalam bidang2 a.l. khromosom, yaitu Trisomi. Kelainan ini
;Kardiologi, Endokrinologi, Ginekologi, Obstetri, dapat juga disertai gangguan embriogenesis
Ophthalmologi,Urologi, Bedah Intravaskular. lain seperti ; major cardiac defects, skeletal
Berdasarkan uraian diatas maka pada kesempatan ini dysplasias, fetal akinesia, diaphragmatic hernia
akan dibahas mengenai Ultrasonografi dalam bidang (syndrome).
Obstetri. Makalah ini penulis beri judul “Optimalisasi NT dilihat dengan USG 2D pada ; usia kehamilan
Penggunaan alat USG dalam bidang Obstetri”. 11 minggu ≥ 2mm, dan usia kehamilan 13
minggu ≥ 2.8mm.
Rumusan Masalah Pemeriksaan kelainan kepala seperti
Anencephalus ; tidak ada tulang kepala, lidah
Bagaimana Mengoptimalkan fungsi alat USG dalam besar.
peningkatan pelayanan di bidang Obstetri, khususnya 3D - USG banyak dipakai dalam diagnosis ;
Kedokteran Fetomaternal. a. Down syndrome, b. Micrognathia
c. Apert’ssyndrome.
Teknologi Kedokteran : Perbedaan USG 3D dan 4D : USG 3D dapat melihat
• Anatomi janin secara 3 dimensi, sedangkan 4D selain itu
Anatomi ibu dan janin, untuk pemeriksaan dapat melihat pula pergerakan janin in-utero
diarahkan ke organ2 ; pembuluh darah uterus, misalnya, untuk memantauneurobehavior.
regio uterus, pemeriksaan kepala janin, Waktu yang baik untuk melihat wajah, kelainan
apakah normal/abnormal (lemon shape), kulit muka misalnya, bibir sumbing adalah pada
wajah normal (USG 3D), cacat bawaan berat kehamilan 26-30 minggu.
(major congenital malformation). Pemeriksaan • Fetal Neurobehavior
ultrasonografi pada Trimester Pertama ; Dasar USG Fetal neurobehavior adalah
secara umum dilakukan pada kehamilan 0-12 kemampuan USG dalam mencari gejala kearah
minggu ; kantung kehamilan, biometri janin, kelainan perilaku janin berdasar sistem saraf.
perkembangan pulsasi jantung janin dalam Pemeriksaan melalui gerakan kepala : refleksi,
rangka embriogenesis. rotasi, antefleksi arah gerakan tangan-kepala.
• Fisiologi Ekspresi muka janin ; kerdipan mata, gerakan
Fisiologi USG Doppler (Christian Doppler : menghisap, menguap, menjulur lidah, menelan
1803 – 1853). Prinsip Doppler : memeriksa dan menyeringai (KANET = Kurjak’s Antenatal
hemodinamika Uterus-Plasenta-Janin. Neurodevelopmental Test).
USG teknik Doppler dikembangkan pada
pertengahan abad 20, berkembang dengan • Prosedur sonografi invasif pada ibu, dan janin
cepat dan banyak membantu dalam diagnosis dalam rahim
di bidang Obstetri/Fetomaternal. ○ Chorionic Villus Sampling (CVS)
Pemeriksaan USG B mode lebih dulu dipakai ○ Amniocentesis
sebagai alat bantu diagnostik, oleh Ian Donald ○ Fetal Blood Sampling (FBS)
(1955) dalam pemantauan dibidang informasi ○ Thoraco-Shunt Creation Amniotic.
morfologi hasil kehamilan. USG Doppler untuk
bidang fisiologi, dipakai kemudian (1977), untuk • Chorionic Villus Sampling (CVS), adalah tes yang
melihat sirkulasi darah di uterus maupun janin dilakukan pada awal kehamilan, prosedur ini
in-utero. dilakukan pada umur kehamilan 10-12 minggu.
Teknik diagnosis USG dipakai dengan • Amniocentesis, adalah suatu teknik alat bantu
menggunakan Prinsip Doppler ; Color Doppler diagnosis, misalnya bila hasil laboratorium
Imaging CDI) & Color Velocimetry Imaging (CVI). triple test diduga ada kelainan khromosom,
• Patologi diduga Trisomi. Tes ini dilakukan umumnya
Nuchal translucency ( NT) screening dengan pada kehamilan antara 14-20 minggu. Masalah
USG B mode, mencari lapisan cairan tipis pada lain bila ada kehamilan akibat perbedaan
daerah posterior nuchal (gambaran cairan/ Rhesus darah Ibu dan Janin, sampai terjadi
echolucent) di kulit leher belakang pada Anemia Gravis ada kemungkinan diikuti dengan
Buku Ilmiah Fetomaternal
372 
Optimalisasi Penggunaan Alat USG dalam Bidang Obstetri

transfusi in-utero (cordosintesis) atau bisa juga 3. Yigiter A.B., Kavak ZN. Evaluation of Fetal
pada keadaan lain seperti untuk mengetahui anomalies by Two and Three-Dimentional
maturitas paru janin. Prosedur ini dilakukan Ultrasound. Gynaecol Perinatol. 2007;16(2):62–
pada trimester II/III. 67
• Cordocentesis (Fetal Blood Sampling/FBS), 4. Campbell S., Pearce M.F., Hackett G., Cohen-
adalah teknik mendapatkan darah janin in- Overbeek T., Hernandez C., Qualitative
utero, dikenal juga sebagai ; percutaneous Assesment of Utero-placental Blood Flow :
umbilical blood sampling, intrahepatic blood Early Screening Test for High-Risk Pregnancies.
sampling. Doppler Ultrasound Screening Test. Obtet
• Thoraco-amniotic shunt fetoscopy prenatal Gynecol.1986;68(5): 649-53
therapy, adalah teknik invasif dengan bantuan 5. Bruner J., Gabbe S.G., Levy D.W., Arger P.H.
USG pada janin dengan kelainan seperti, Doppler Ultrasonography of the Umbilical
Hydrops Fetalis disertai kista multikistik, diambil Cord in Normal Pregnancy. Southern Medical
cairannya untuk mengurangi volume janin, Journal.1993; 86(1):53-5
sehingga janin dapat lahir pervaginam. 6. Tan E.K, Eng, Tan E.L.. Alterations in physiology
and anatomy during pregnancy. Best Pract Res
Penutup Clin Obstet Gynaecol. 2013; 27(6):791-802.
7. Todros T, Capuzzo E,Gaglioti P. Prenatal
Telah disampaikan masalah penggunaan Alat diagnosis of congenital anomalies. Images
USG dalam pelayanan bidang Obstetri, khususnya Paediatr Cardiol. 2001; 3(2): 3–18.
dalam Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Pembahasan 8. Ghaffari S.R., Tahmasebpour A.R., Jamal A.,
ditujukan dalam hal optimalisasi pemakaian teknologi Hantoushzadeh S., Eslamian L., Marsoosi V.,
kesehatan masa kini berbasis teknologi fisika dan et.al. First-trimester screening for chromosomal
digital dalam bidang diagnosis dan terapi bagi ibu abnormalities byintegrated application of
serta janin yang dikandungnya. Fokus pembahasan nuchal translucency, nasal bone,tricuspid
adalah pada masalah ; anatomi, fisiologi, patologi, regurgitation and ductus venosus flow
sampai kemungkinan ada gangguan antenatal care combinedwith maternal serum freeβ-hCG and
neurobehavior. PAPP-A: a 5-year prospective study. Ultrasound
Selain itu dibahas pula teknologi masa kini alat Obstet Gynecol.2012;39: 528 – 534.
bantu diagnosis ini dalam perkembangannya kearah 9. Honemeyer U, Talic A, Therwat A, Paulose L,
“Ultrasound-Guided Therapy” yaitu, pemakaian Patidar R. The clinical value of KANET in studying
USGdalam Thoraco-amniotic shuntfetoscopy fetal neurobehavior in normal and at risk
prenatal therapy,yaitu suatu teknik invasif dengan pregnancies. J Perinat Med. 2013;41(2):187-97.
bantuan USG pada janin dengan kelainan seperti, 10. Rychik J,Ayres N, Cuneo B,Gotteiner N,
Hydrops Fetalis disertai kista multikistik, diambil Hornberger L, Spevak P.J.,et.al. American society
cairannya untuk mengurangi ukuran massa janin of echocardiography guidlines and standards
sehingga dapat dilahirkan per vaginam. for performance of fetal echocardiogram.
PlumX Metrics, DOI: https://doi.org/10.1016/j.
Daftar Pustaka : echo.2004.04.011
11. Moreira Neto R, Porovic S. Clinical study of fetal
1. Kurjak , Abo-Yaqoub S, Stanojevic M,Yigiter3 neurobehavior by KANET test. J Perinat Med.
A.B., Vasilj O., Lebit D, et.al. The potential 2018 Aug 28;46(6):631-639.
of 4D sonography in the assessment of fetal .
neurobehavior – multicentric study in high-risk
pregnancies. J. Perinat. Med. 38 (2010) 77–82
2. Yagiter A.B., Kavak Z. Fetal Medicine Unit,
Department of Obstetrics and Gynecology,
Marmara University School of Medicine,
Haydarpasa, Istanbul, Turkey. Normal standards
of fetal behavior assessed by four-dimensional
sonography. The Journal of Maternal-Fetal and
Neonatal Medicine. 2006; 19(11): 707–721
Buku Ilmiah Fetomaternal
373
UP TO DATE PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI PLASENTA

Masita Fujiko
Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanudin

Studi tentang plasenta merupakan aspek permukaan terlihat jelas. Lekukan korionik tidak
mendasar dari manajemen kehamilan dari trimester sampai ke pelat basilar. Cotyledon tidak digambarkan,
pertama hingga trimester ketiga. Dalam beberapa dan tidak ada hiperogenogenisitas atau kalsifikasi
tahun terakhir peningkatan teknologi ultrasonografi yang jelas; • Tingkat 2: Lekukan korionik meluas ke
telah memberi berbagai kemungkinan membuat pelat basilar dan delineasi marginal echogenik dari
diagnosis baru dan sangat penting dalam praktik kotiledon plasenta. Tidak ada kalsifikasi yang jelas;
klinis. Makalah ini membahas penyakit plasenta • Tingkat 3: Kalsifikasi luas terbukti. Kalsifikasi yang
yang telah diketahui tetapi menyoroti pentingnya tersebar luas mungkin disebabkan oleh berbagai
beberapa entitas patologis yang muncul, yang bila faktor (hipertensi, diabetes, IUGR, merokok).1
didiagnosis lebih awal dapat dengan signifikan
meningkatkan outcome ibu dan anak. Gambar 1 Grannum scale : (A) Grade 0; (B) Grade 1
Plasenta secara sonografi dapat diidentifikasi (C) Grade 2; (D) Grade 3
sejak 8 minggu kehamilan. Tampak merata isoechoic
hingga 20 minggu, dan ketebalannya tidak lebih
dari 3 cm. Setelah usia ini, kita dapat mengamati
penampakan kalsifikasi dan daerah hiperechoic dan
ketebalan plasenta mencapai sekitar 4 hingga 5 cm.
Pada masa kehamilan aterm, diameter plasenta
biasanya adalah 15 sampai 20 mm.1,2 Namun,
selama pemeriksaan ultrasonografi, penilaian
ukuran plasenta seringkali subyektif. Banyak
penulis menyatakan , bentuk dan dimensi plasenta
merupakan cermin kesejahteraan janin. Plasenta
yang tipis dapat menjadi informasi hambatan indeks SOLUSIO PLASENTA
pertumbuhan intrauterin (IUGR). Peningkatan
ketebalan plasenta yang berlebihan pada trimester Solusio plasenta adalah sindrom klinik yang
kedua / ketiga dapat dikaitkan dengan gangguan kompleks akibat pelepasan plasenta sebelum
perinatal. Penebalan yang homogen dapat dikaitkan kelahiran janin. Merupakan kondisi gawat darurat,
dengan diabetes mellitus, anemia, hidrops, infeksi dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang
3,4
(Tabel 1) tinggi, sering dikaitkan dengan persalinan preterm
dan mortalitas perinatal yang tinggi (15 hingga 25
%). Solusio plasenta dapat total atau sebagian dan
terjadi pada 0,4 sampai 1% kehamilan.2
Ultrasonografi dapat menjadi alat bantu meski
tidak selalu menentukan diagnosis. Dalam evaluasi
plasenta, perhatian yang seksama harus diberikan
pada lokalisasi, dimensi, anatomi, morfologi, dan
implantasinya, tidak termasuk adanya plasenta
previa. Plasenta biasanya muncul seperti massa
hyperechoic yang homogen, jika dibandingkan
Kalsifikasi plasenta bisa terjadi selama dengan miometrium. Pada trimester ke-3 lebih
kehamilan. Pada umumnya dianggap tanda-tanda heterogen untuk adanya kalsifikasi dan kekosongan
maturasi / penuaan plasenta. Menurut frekuensi vaskular (daerah anechoic dalam ruang intervillous).
dan distribusinya, Grannum dkk, menciptakan sistem Echogenisitas perdarahan tergantung pada interval
evaluasi ultrasound (penilaian plasenta) (Gambar. 1): waktu antara timbulnya gejala dengan pemeriksaan
• Tingkat 0: Plasenta homogen; • Tingkat 1: Lobulasi USG. Perdarahan akut muncul hyperechoic / isoechoic
Buku Ilmiah Fetomaternal
374
Up to Date Pemeriksaan Ultrasonografi Plasenta

ketika echogenisitasnya lebih besar dari plasenta atau apakah plasenta tumpang tindih dengan
atau sama. Tidak selalu dapat mengevaluasi adanya bekas luka bedah dari operasi caesar sebelumnya.
perdarahan pada pemeriksaan pertama. Dalam Beberapa peneliti telah menyarankan plasenta
seminggu, area perdarahan menjadi hypoechoic previa total, yang disertai perlekatan plasenta ke
dibanding plasenta dan mirip dengan miometrium. dinding anterior yang menutupi bekas luka uterus,
Dalam dua minggu, area ini menjadi anechoic, sangat seharusnya dinyatakan sebagai plasenta previa
mirip dengan cairan ketuban.1,3 berpotensi masalah besar terutama komplikasi
Volume perdarahan diperkirakan dengan perdarahan. Penelitian sebelumnya menunjukkan
pengukuran tiga diameter tegak lurus (D), bahwa plasenta previa sering merupakan faktor
berdasarkan rumus: 0,52 x (D1, D2, D3). Lokalisasi risiko untuk plasenta akreta. Placenta accreta
perdarahan didefinisikan atas dasar daerah yang Spectrum (PAS) adalah istilah terbaru yang digunakan
terlibat dan diklasifikasikan sebagai: • Subchorial untuk menggambarkan plasenta akreta, increta, dan
(antara miometrium dan membran plasenta); • percreta. Konsep ªPAS º, diperkenalkan oleh FIGO
Retroplasental (antara miometrium dan plasenta); • pada tahun 2018.2,3
Preplacental (antara plasenta dan rongga amniotik). Klasifikasi dan nomenklatur lokasi plasenta
Dalam bentuk subchorial, perdarahan dapat telah diklarifikasi selama dekade terakhir. Istilah,
terlokalisasi dan tersembunyi. Perdarahan subkorial seperti “plasenta letak rendah,” “marginal placenta
adalah lokasi yang paling umum (67% kasus). Dalam previa,” “partial placenta previa,” dan “total placenta
bentuk retroplasental, hematoma di bawah plasenta previa” semuanya mengacu pada plasenta letak
meningkat dan dapat menembus miometrium. rendah yang abnormal. Plasenta previa total terletak
Perdarahan retroplacental pada USG ditandai menutup di seluruh ostium uteri internal (Gbr. 1).
dengan penebalan plasenta dan penampakan Plasenta previa parsial sebagian melintasi ostium
gumpalan retroplasental (Gambar 2).4 uteri internal (Gbr. 2). Plasenta marginal memanjang
hingga ke ostium internal, tetapi tidak menutupi di
PLASENTA PREVIA atasnya (Gbr. 3). Penting untuk menentukan jarak
antara margin bawah plasenta dan ostium uteri
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan yang internal. Plasenta yang tumpang tindih dengan
berbahaya dan merupakan penyebab perdarahan ostium internal juga harus diukur dan jarak dilaporkan
postpartum yang paling umum. Semakin banyak dalam mm. Perubahan dalam lokasi plasenta terjadi
peneliti menyatakan bahwa posisi plasenta memiliki sepanjang kehamilan dan merupakan konsekuensi
peran penting dan pengaruh terhadap outcome dari dua fenomena, pembentukan segmen bawah
kehamilan. Selama penanganan klinis plasenta rahim.5
previa, harus disadari tidak hanya jenis plasenta Pemeriksaan ultrasound transabdominal
previa (total, parsial atau marginal) tetapi juga posisi dikaitkan dengan kejadian positif palsu dalam
perlekatan plasenta anterior dinding rahim, posterior, mendiagnosis plasenta previa ditemukan sekitar 25%

Gambar 2 A Gambaran hematoma retroplasenter ditampakkan hypo-anechoik B. Specimen post-op

Buku Ilmiah Fetomaternal


375
Masita Fujiko

Gambar 3. Klasifikasi dan nomenklatur lokasi plasenta

kasus. Hal ini merupakan konsekuensi dari beberapa spektrum plasenta akreta, seperti plasenta previa dan
faktor seperti lokasi plasenta diposterior, bayangan kelahiran caesar sebelumnya, harus dievaluasi oleh
kepala janin, obesitas dan pengisian terlalu sedikit penyedia layanan kesehatan dengan pengalaman
atau berlebihan dari kandung kemih. Pencitraan dan keahlian dalam diagnosis dan penatalaksanaan
transvaginal merupakan metode yang akurat untuk spektrum plasenta akreta. Hubungan ultrasonografi
melokalisasi plasenta letak rendah. Studi case yang paling penting dari spektrum plasenta akreta
control juga telah mengkonfirmasi keakuratan pada trimester kedua dan ketiga adalah adanya
pemeriksaan transvaginal dalam menilai plasenta plasenta previa, yang terdapat pada lebih dari 80%
letak rendah. Faktanya, pemeriksaan transvaginal . Abnormalitas lainnya yang berhubungan dengan
telah sangat mengurangi insiden plasenta previa spektrum plasenta akreta termasuk hilangnya
karena penilaian yang lebih baik dari ostium uteri zona hypoechoic normal antara plasenta dan
internal dan margin plasenta inferior.5 miometrium, ditemukannya beberapa gambaran
vaskular lakuna dalam plasenta, penurunan
PLASENTA AKRETA ketebalan miometrium retroplacental (kurang dari 1
mm), kelainan serosa-kandung kemih, dan ekstensi
Diagnosis antenatal dari PAS (plasenta plasenta ke miometrium, serosa atau kandung
akreta spektrum) sangat diperlukan, karena kemih. Penggunaan pencitraan Color Doppler dapat
hasil dioptimalkan ketika persalinan terjadi pada memudahkan diagnosis. Aliran darah lacunar yang
fasilitas perawatan ibu tingkat III atau IV. Modalitas turbulen adalah temuan paling umum dari spektrum
diagnostik utama untuk diagnosis antenatal adalah plasenta akreta pada pencitraan Color Doppler.
ultrasonografi obstetrik. Ciri-ciri akreta yang terlihat Temuan Doppler lain dari spektrum plasenta akreta
oleh ultrasonografi dapat terdiagnosis sedini termasuk peningkatan vaskularisasi subplasenta,
mungkin pada trimester pertama. Namun, sebagian dan vessels bridging yang menjembatani plasenta
besar wanita didiagnosis pada trimester kedua dan ke margin uterus. Meskipun penilaian risiko klinis
ketiga. Idealnya wanita dengan faktor risiko untuk mungkin menjadi alat yang paling penting untuk

Buku Ilmiah Fetomaternal


376
Up to Date Pemeriksaan Ultrasonografi Plasenta

menilai spektrum plasenta akreta, banyak penelitian PAS termasuk pemilihan transduser. TVS
melaporkan sensitivitas dan spesifisitas yang direkomendasikan untuk identifikasi kanal serviks,
sangat tinggi dari ultrasonografi obstetrik dalam ostium uteri internal, dan hubungan antara tepi
mendiagnosis spektrum plasenta akreta. Sebuah plasenta anterior dan ostium uteri internal. Dapat
tinjauan sistematis, termasuk 23 studi dan 3.707 juga digunakan untuk evaluasi dari dinding rahim
kehamilan, mencatat sensitivitas rata-rata 90,72% yang berbatasan kandung kemih. Pemindaian
(95% CI, 87,2-93,6) dan spesifisitas 96,94% (95% CI, transabdominal dapat ditingkatkan dengan memilih
96,3-97,5%.) Namun, banyak kelainan yang terkait transduser frekuensi yang lebih tinggi (5-9 MHz)
dengan spektrum plasenta akreta sering terjadi pada (linier jika memungkinkan. Perlu mengisi kandung
plasenta normal pada kehamilan tanpa spektrum kemih untuk pemeriksaan ultrasonografi (sekitar
plasenta akreta. Meskipun evaluasi ultrasonografi 200-300 mL). Garis kandung kemih sangat penting
penting, tidak adanya temuan ultrasonografi tidak untuk mengidentifikasi segmen bawah rahim, yang
menghalangi diagnosis spektrum plasenta akreta, merupakan lokasi yang diduga bekas luka sesar
dengan demikian, faktor risiko klinis tetap sama sebelumnya. Tanpa kandung kemih penuh, tanda-
pentingnya dengan prediktor spektrum plasenta tanda seperti gangguan dinding kandung kemih,
akreta oleh temuan USG. Hal ini terutama berlaku tonjolan plasenta, dan hipervaskularitas uterovesikal
di daerah di mana keahlian ultrasonografi dalam tidak dapat dinilai dengan tepat.8
mengidentifikasi fitur spektrum plasenta akreta Sebuah meta- analisis terbaru menunjukkan
terbatas.6,7 kehamilan bekas luka sesar dengan embrionik positif
Dalam upaya untuk mengurangi kesalahan / aktivitas jantung janin dikaitkan dengan angka
karena subyektivitas dalam membuat diagnosis dan morbiditas ibu yang tinggi termasuk perdarahan
memastikan bahwa semua operator menggunakan hebat, ruptur uterus dini, histerektomi, dan
deskripsi yang sama untuk temuan yang sama, gangguan PAS yang berat. Dengan demikian, wanita
Kelompok Kerja Eropa tentang Plasenta Invasif yang didiagnosis pada trimester pertama dengan
Abnormal (EW-AIP) baru-baru ini mengusulkan kehamilan bekas luka sesar, dikonseling mengenai
deskripsi yang distandardisasi untuk diagnosis risiko komplikasi termasuk histerektomi.8
prenatal dari plasenta akreta. Ini ditunjukkan pada Karena risiko dalam melanjutkan
Tabel 2. kehamilan, penghentian pada trimester pertama
Masalah teknis dalam diagnosis gangguan dapat dipertimbangkan. Observasi pasien

Tabel 2 Deskripsi yang distandardisasi untuk diagnosis prenatal dari plasenta akreta. Kelompok Kerja Eropa
tentang Plasenta Invasif Abnormal (EW-AIP)6

Buku Ilmiah Fetomaternal


377
Masita Fujiko

dapat dipertimbangkan dengan operator yang 4. Khurana A. Placenta And Transvaginal


berpengalaman , terutama yang memiliki keahlian Sonography. Donald School Journal of
dalam diagnosis dan penanganan gangguan PAS.8 Ultrasound in Obstetrics and Gynecology. April
Take home massage 2018;12(2): 137-144
Ulasan ini menyangkut evaluasi ultrasonografi 5. Cali G, Minneci G. Placenta from Basic Facts
normal dan plasenta abnormal dengan korelasi to Highly Sophisticated Placenta Accreta
klinis. Fungsi plasenta normal sangat penting untuk Story. Donald School Journal of Ultrasound in
outcome ibu , janin , anak anak dan dewasa kelak. Obstetrics and Gynecology. July 2018; 12(3):
Fungsi plasenta abnormal dapat berkonsekunsi 168-185
terhadap gangguan kehamilan yang menghasilkan 6. ObstetricsCare consensus. Placenta accreta
gangguan patologi untuk janin dan ibu. Lokasi, Spectrum. Journal Obstetrics And Gynecology.
ukuran, bentuk, dan arsitektur mudah dievaluasi 2018. Vol 132. No.6 : e 259-69
dengan teknik dua dimensi. USG tiga dimensi dan 7. Younesi L, Dehkordi ZK, Lima ZS. Ultrasound
Teknik Doppler telah membuka lebih jauh fungsi Screening at 11-14 Weeks of Pregnancy for
plasenta dan telah membuka era untuk membuat Diagnosis of Placenta Accreta in Mothers with A
evaluasi plasenta sama pentingnya dengan janin. History of Cesarean Section. Euro Journal Transl
Myol.2018.28(4):354-61
DAFTAR PUSTAKA 8. Jauniaux E, Bhide A, Kennedy A. FIGO Consensus
guidelines on placenta accreta spectrum
1. Fadl S, Moshirri M, Fligner CL. Placental Imaging: disorders : Prenatal Diagnosis and Screening.
Normal Appeareance with Review of Pathologic Prenatal Diagnosis and Screening. International
Findings. Journal of Radiografics. May 2017. Journal Gynecology Obstetric. 2018.140; 274-
2. Mazumber U, Katubia, Rouf S. Up Date Protocol 280.
for Management of Placenta Previa. Review
article. Journal Shaheed Suhrawardi Med Coll.
Vol.9.No1. June 2017
3. Jing L, Wei G, Mengfan S. Effect of Site of
Placentation on Pregnancy Outcomes in Patiens
wirth Placenta Previa. Research article Open
access. 2018

Buku Ilmiah Fetomaternal


378
Fetal anemia dan transfusi intrauterine

I Nyoman Hariyasa Sanjaya


Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetri & Ginekologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar

Pendahuluan (MoM) 1untuk GA ( Tabel 1). Hidrops biasanya tidak


berkembang sampai defisit Hb> 70 g / L atau nilai Hb
Anemia janin adalah kondisi yang relatif jarang tetapi absolut adalah <50 g / L6.
serius. Penyebab terkait kekebalan paling umum,
yang melibatkan alloimunisasi sel darah merah 2. .Kausa fetal anemia
(RBC), diikuti oleh penyebab non-imun, seperti
infeksi parvovirus B19 dan, yang lebih jarang adalah Banyak kondisi yang dapat menyebabkan anemia
hemoglobinopati, pendarahan fetomaternal (FMH) janin. Penyebab paling umum di Amerika Serikat
dan komplikasi kembar monokorionik, di antara adalah aloimunisasi RBC ibu dan infeksi seperti
lainnya. Beberapa kemajuan telah dibuat dalam parvovirus. Penyebab lain termasuk kelainan pada
diagnosis dan perawatan anemia janin. Ultrasonografi cara bayi membuat sel darah merah, sindrom genetik
beresolusi tinggi sekarang memungkinkan penapisan atau metabolisme, dan tumor pembuluh darah bayi
yang akurat dan non-invasif dengan mengukur atau plasenta.9
kecepatan sistolik puncak arteri serebral tengah Aloimunisasi RBC ibu terjadi ketika RBC ibu dan
(MCA-PSV)1, menggantikan amniosentesis serial bayi berada tidak cocok. Ketika sel darah merah bayi
untuk skrining anemia janin2. Penyempurnaan teknik menyeberang ke dalam darah ibu, sistem kekebalan
pengambilan sampel darah janin (FBS) dan transfusi tubuh ibu membuat protein yang disebut antibodi
intrauterin (IUT) telah menghasilkan hampir 90% yang dapat melintasi plasenta dan menyerang sel
kelangsungan hidup janin anemik, dengan hasil darah merah bayi. Proses ini dikenal sebagai penyakit
perkembangan saraf jangka panjang yang sangat hemolitik janin dan bayi baru lahir (HDFN). Penyebab
baik3. Dalam ulasan ini, kami membahas etiologi alloimunisasi ibu yang paling umum adalah transfusi
yang paling umum dari anemia janin, skrining saat darah sebelum atau selama kehamilan; perdarahan
ini dan alat diagnostik, manajemen anemia janin, feto-maternal terkait dengan persalinan, trauma,
termasuk teknik FBS / IUT dan risiko serta manfaat aborsi spontan atau yang diinduksi; dan kehamilan
terkait, serta hasil jangka pendek dan jangka panjang ektopik. Prosedur kebidanan seperti chorionic
setelah IUT4. villus sampling (CVS) dan amniosentesis juga dapat
menyebabkan alloimunisasi ibu.9
1. Definisi fetal anemia Di masa lalu, ketidakcocokan Rhesus grup D
antara ibu dan bayi (juga dikenal
Definisi anemia janin (Tabel 1) Ketika nilai karena Rh (D) alloimunisasi) adalah penyebab
hemoglobin janin (Hb) meningkat secara bertahap paling umum dari HDFN. Globulin imun Rh (D)
selama kehamilan, anemia dapat diklasifikasikan mencegah ibu membuat antibodi berbahaya,
berdasarkan derajat deviasi Hb dari rata-rata untuk dan penggunaannya membuat anemia janin
usia kehamilan (GA) 5 atau pada kelipatan median akibat ketidakcocokan Rh menjadi kurang umum.
Tabel 1.
Keparahan
Definition Rujukan
Ringan Sedang Berat
Hemoglobin
Nicolaides et al.5
deviation from GA < 20 g/L 20–70 g/L > 70
mean
Mari et al.1; Goodwin
Hemoglobin values
and Breen7 0.84–0.65 0.64–0.55 ≤ 0.54
expressed as MoM
Moise Jr and Argoti8
Hematocrit < 30%

Buku Ilmiah Fetomaternal


379
I Nyoman Hariyasa Sanjaya

Sayangnya, kelompok inkompatibilitas sel darah


merah lainnya masih dapat menyebabkan anemia
janin.9
Anemia janin juga dapat disebabkan oleh
infeksi parvovirus. Juga dikenal sebagai “penyakit
kelima,” parvovirus adalah infeksi virus pada masa
kanak-kanak yang menyebabkan ruam pada wajah,
badan, lengan, dan kaki. Virus ini menyerang sel
darah merah yang berkembang di sumsum tulang
bayi. Jika bayi tidak dimonitor secara ketat, hasilnya
adalah anemia dan kematian janin yang parah,
terutama jika infeksi terjadi sebelum minggu ke-20
kehamilan. Infeksi virus, bakteri, dan parasit lainnya Gambar 1.4 USG (tampilan sagital) janin dengan
(seperti toksoplasmosis, cytomegalovirus [CMV], hidrops non-imun sekunder akibat infeksi
virus coxsackie, dan sifilis) juga dapat menyebabkan parvovirus B19. A, asites; L, hati; P, polihidramnion.4
anemia janin. Untungnya, infeksi ini jarang terjadi.9
Anemia janin dapat terjadi pada kelainan
genetik dan metabolisme tertentu termasuk sindrom
Down, alpha-thalassemia, defisiensi G-6-PD, anemia
Fanconi, penyakit Gaucher, dan penyakit Niemann-
Pick. Akhirnya, beberapa kehamilan kembar itu
berbagi plasenta (kembar monokorionik) juga
berisiko anemia janin.9

3. Cara mendiagnosis fetal anemia

Diagnosis anemia janin yang sebenarnya dapat


dibuat hanya dengan mengambil sampel darah
dari pusar tali. Namun prosedur itu invasif, bisa
sulit untuk dilakukan, dan dapat mengakibatkan Gambar 210 Contoh pengukuran kecepatan sistolik
hilangnya kehamilan atau persalinan dini. Stillbirth puncak arteri serebri media normal sebesar 40,9
dilaporkan pada 1% -2% wanita yang menjalani cm / s atau 1,27 kelipatan median dengan Doppler
cordocentesis. Untungnya, ada cara-cara yang kurang ultrasound pada usia kehamilan 25 minggu.10
berisiko untuk menentukan apakah bayi menderita
anemia. Society for Maternal-Fetal Medicine (SMFM)
merekomendasikan penggunaan ultrasonografi
untuk mengukur aliran darah di salah satu arteri
di otak bayi (disebut arteri serebral tengah atau
MCA). Salah satu respons janin terhadap anemia
adalah mempercepat darah mengalir ke otak. Tes
ini telah terbukti berguna dalam skrining anemia
janin pada beberapa kondisi, termasuk aloimunisasi
RBC dan parvovirus. Pengukuran aliran darah MCA
menggunakan ultrasonografi harus dilakukan oleh
ultrasonografi, dokter kedokteran ibu-janin, atau
orang lain dengan pelatihan khusus dalam teknik
yang tepat.9 Gambar 310 Contoh pengukuran kecepatan sistolik
puncak arteri serebral tengah abnormal 83,5 cm
/ s atau 2,06 kelipatan median dengan Doppler
ultrasound pada usia kehamilan 30 minggu yang
mengindikasikan anemia janin.10

Buku Ilmiah Fetomaternal


380
Fetal anemia dan transfusi intrauterine

4. Manajemen fetal anemia yang ditunjukkan oleh penurunan hemoglobin (Hb)


yang diharapkan sebesar 0,3 g / dL per hari dari
Perawatan untuk wanita yang berisiko mengalami pengukuran Hb pasca transfusi setelah prosedur TUI
anemia janin bervariasi, tergantung pada dugaan kedua.
penyebab penyakit tersebut. Pada wanita yang Setelah keputusan untuk melakukan TUI
diduga alloimunisasi RBC (berdasarkan pada dibuat, pencarian donor darah yang sesuai dimulai.
kehadiran antibodi dalam darah mereka), langkah Semua donor darah yang dipilih adalah donor reguler
kunci adalah menentukan jenis darah ayah bayi di SQUH Blood Bank atau Departemen Layanan Bank
untuk menentukan apakah bayi berisiko. Jika itu Darah di Kementerian Kesehatan (MOH) di Oman.13
tidak memungkinkan, golongan darah bayi dapat Donor terpilih memenuhi kriteria seleksi donor
dievaluasi menggunakan amniosentesis, atau standar dan harus membuat minimal satu donasi
dalam beberapa kasus dengan memeriksa darah ibu sebelumnya negatif untuk semua penanda serologis
(menggunakan teknologi cell free DNA).9 dalam waktu dua tahun dari TUI yang direncanakan.
Wanita yang mengembangkan antibodi Semua donor potensial diuji untuk sifat sel sabit, HIV-
terhadap darah bayi mereka kemudian diuji selama 1 dan -2, virus hepatitis C, virus hepatitis B (termasuk
kehamilan untuk menentukan tingkat antibodi antigen permukaan dan antibodi anti-inti) dan
mereka. Pengujian ini harus diulang setidaknya sifilis. Semua unit sel darah merah yang digunakan
setiap 4 minggu. Jika seorang wanita hamil memiliki adalah golongan darah O, RhD-negatif, sabit-negatif,
kehamilan sebelumnya yang dipersulit oleh anemia negatif untuk antigen yang sesuai dari antibodi ibu
janin, kadar antibodi tidak membantu dalam yang menyebabkan HDFN dan cross-match yang
kehamilan saat ini. Tes tambahan harus dilakukan kompatibel dengan serum ibu.14 Selain itu, para
termasuk pemeriksaan ultrasonografi atau penilaian donor dicocokkan dengan fenotip Rh (C, c, E dan e)
langsung kadar RBC bayi untuk mendiagnosis anemia dan Kell (K) ibu bila memungkinkan.
janin. Tes-tes ini juga diperlukan ketika tingkat Tim multidisiplin mengawasi semua komponen
antibodi meningkat dan bayi berisiko mengalami darah dan aspek transfusi dari prosedur TUI termasuk
anemia.9 dua ahli hematologi dan ahli hematologi dengan
Wanita hamil yang telah terpapar untuk keahlian dalam kedokteran transfusi. Semua prosedur
parvovirus harus diuji untuk melihat apakah mereka IUT dilakukan oleh terapis janin di Unit Pengobatan
sebelumnya memiliki infeksi parvovirus. Jika infeksi Janin di Rumah Sakit Royal menggunakan protokol
parvovirus dikonfirmasi pada wanita hamil yang yang ditentukan sebelumnya dalam kondisi aseptik
belum pernah terpapar virus, ia harus menjalani dan menggunakan bimbingan USG terus menerus.
pemantauan ultrasound untuk mengidentifikasi Terapis janin yang melakukan prosedur telah
tanda-tanda anemia janin.9 menyelesaikan pelatihan beasiswa mereka di luar
negeri. Setiap pasien diberikan 5 mg diazepam dan
5. Transfusi intrauterine (TIU) antibiotik profilaksis intravena sebelum prosedur.
Selain itu, steroid antenatal diberikan kepada pasien
Pada presentasi, riwayat kebidanan pasien ≥25 minggu kehamilan, dalam kasus CS darurat
ditentukan dan kecepatan sistolik puncak arteri diperlukan. Dengan demikian, semua prosedur TUI
serebri janin tengah (MCA-PSV) diukur. Selain dilakukan dalam jarak dekat dengan ruang operasi.
itu, golongan darah ditentukan dan skrining virus Untuk transfusi, jarum spinal ukuran 20 atau 22
dan antibodi dilakukan. Selanjutnya, keputusan digunakan ketika pasien berada di bawah analgaesia
dibuat apakah prosedur TUI diperlukan dan, jika lokal. Sebelum transfusi, 1 mL darah janin diuji untuk
demikian, volume unit RBC diperlukan. Fetal menilai proporsi Hct awal, jumlah darah lengkap dan
Doppler Pengukuran MCA-PSV digunakan untuk jumlah retikulosit. Jika anemia janin dikonfirmasi,
menentukan waktu optimal TUI pertama dan transfusi dilakukan pada kecepatan 5 mL / menit,
kedua.11 Cordocentesis direncanakan jika janin dengan pemantauan janin dekat dan menargetkan
memiliki nilai MCA-PSV ≥1,5 kelipatan median dan untuk meningkatkan proporsi Hct janin menjadi 45-
/ atau tanda-tanda hidrops janin terdeteksi melalui 50%, kecuali dalam kasus hidrops fetalis. Pada janin
ultrasonografi.12 Transfusi kemudian dilakukan jika hidropik, transfusi tukar dilakukan. Atau, setengah
sampel darah pra-TUI mengkonfirmasi anemia janin. dari volume yang diperkirakan ditransfusikan untuk
Keputusan tentang TUI berikutnya dibuat setelah menghindari volume yang berlebihan, diikuti dengan
memprediksi kemungkinan kelanjutan anemia janin, penilaian janin. Prosedur kedua direncanakan 24-48
Buku Ilmiah Fetomaternal
381
I Nyoman Hariyasa Sanjaya

jam kemudian untuk mencapai proporsi target Hct. F, Zimmerman R, Moise KJ, Jr, Dorman KF,
Volume unit RBC yang diproses untuk ditransfusikan Ludomirsky A, Gonzalez R, Gomez R, Oz U, Detti
dihitung sebagai berikut: 15 L, Copel JA, Bahado‐Singh R, Berry S, Martinez‐
Poyer J, Blackwell SC. Noninvasive diagnosis
by Doppler ultrasonography of fetal anemia
due to maternal red‐cell alloimmunization.
Collaborative Group for Doppler Assessment of
di mana FPBV adalah volume darah fetoplasenta the Blood Velocity in Anemic Fetuses. N Engl J
dalam mL, TH adalah proporsi target Hct, IH adalah Med 2000; 342: 9–14.
proporsi Hct janin awal dan HTB adalah proporsi Hct 2. Oepkes D, Seaward PG, Vandenbussche FP,
dari unit RBC yang ditransfusikan. Volume darah Windrim R, Kingdom J, Beyene J, Kanhai HH,
fetoplacental dihitung dari perkiraan ultrasound Ohlsson A, Ryan G. Doppler ultrasonography
berat janin (UEFW) dalam g sesuai dengan rumus versus amniocentesis to predict fetal anemia. N
berikut:15 Engl J Med 2006; 355: 156–164.
3.
FPBV = 1.046 + UEFW × 0.14 4. Lindenburg IT, Smits‐Wintjens VE, van Klink JM,
Verduin E, van Kamp IL, Walther FJ, Schonewille
Segera setelah pengembalian secara bebas dari H, Doxiadis, II, Kanhai HH, van Lith JM, van
darah, kemudian janin dilumpuhkan menggunakan Zwet EW, Oepkes D, Brand A, Lopriore E. Long‐
0,3 mg / kg pancuronium untuk mengurangi risiko jeli term neurodevelopmental outcome after
hematoma Wharton yang dahsyat atau pencabutan intrauterine transfusion for hemolytic disease
jarum.15 Vena pusar di tempat akar tali pusat ke of the fetus/newborn: the LOTUS study. Am J
dalam plasenta adalah ditargetkan untuk transfusi. Obstet Gynecol 2012; 206: 141.e1–8.
Rute transplasental digunakan untuk kasus dengan 5.
plasenta anterior, sedangkan rute transamniotik 6. N. Abbasi, J.-A. Johnson, G. Ryan. Fetal Anemia.
digunakan dalam kasus dengan plasenta posterior. Ultrasound Obstet Gynecol 2017; 50: 145–153
Rute intrakardiak dipilih dalamcccc kasus-kasus di 7. Nicolaides KH, Soothill PW, Clewell WH,
mana secara teknis sulit untuk mencapai lokasi di Rodeck CH, Mibashan RS, Campbell S. Fetal
mana tali pusat terhubung ke plasenta. Tidak ada haemoglobin measurement in the assessment
prosedur yang dilakukan melalui rute intrahepatik of red cell isoimmunisation. Lancet 1988; 1:
atau loop bebas dari tali pusat. 1073–1075.
Setelah transfusi selesai, tingkat Hb pasca- 8. Nicolaides KH, Thilaganathan B, Rodeck
transfusi dan proporsi Hct diperiksa. Semua pasien> CH, Mibashan RS. Erythroblastosis and
28 minggu kehamilan dipantau dengan pelacakan reticulocytosis in anemic fetuses. Am J Obstet
detak jantung janin selama satu jam setelah prosedur. Gynecol 1988; 159: 1063–1065.
Interval antara prosedur ditentukan berdasarkan 9. Goodwin TM, Breen MT. Pregnancy outcome
penilaian Doppler MCA-PSV mingguan dan sesuai and fetomaternal hemorrhage after
dengan penurunan tingkat Hb yang diharapkan, noncatastrophic trauma. Am J Obstet Gynecol
seperti dijelaskan di atas.17,18 Prosedur IUT berulang 1990; 162: 665–671.
diatur jika ada tanda-tanda anemia janin yang 10. Moise KJ, Jr, Argoti PS. Management and
berkembang, terutama untuk janin dengan fitur prevention of red cell alloimmunization in
dari hidrops fetalis pada rujukan. Prosedur terakhir pregnancy: a systematic review. Obstet Gynecol
umumnya dilakukan pada 34 minggu kehamilan, 2012; 120: 1132–1139.
dengan pengiriman direncanakan pada> 35 minggu 11. https://s3.amazonaws.com/cdn.smfm.org/.../
kehamilan. Dalam kasus di mana janin telah fetal_anemia.pdf
menerima transfusi intraperitoneal, persalinan 12. Salcedo J,Friedrich E, Wing DA, Porto M. Acute
direncanakan pada 32-34 minggu kehamilan.13 Fetal Anemia Diagnosed by Middle Cerebral
Artery Doppler Velocimetry in Stage V Twin–
Twin Transfusion Syndrome. AJP Rep. 2011 Dec;
REFERENSI 1(2): 95–98.
13. Society for Maternal-Fetal Medicine (SMFM)
1. Mari G, Deter RL, Carpenter RL, Rahman Mari G, Norton ME, Stone J, Berghella V, Sciscione
Buku Ilmiah Fetomaternal
382
Fetal anemia dan transfusi intrauterine

AC, et al. Society for Maternal-Fetal Medicine 17. Fisk NM, Moise KJ., Jr . Fetal therapy: Invasive
(SMFM) Clinical Guideline #8: The fetus at risk and transplacental. Cambridge, UK: Cambridge
for anemia - Diagnosis and management. Am J University Press; 1997. pp. 141–63.
Obstet Gynecol. 2015;212:697–710. 18. James D, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B, Crowther
14. Mari G, Deter RL, Carpenter RL, Rahman F, CA, Robson SC, editors. High Risk Pregnancy:
Zimmerman R, Moise KJ, Jr, et al. Noninvasive Management options. 3rd ed. Philadelphia,
diagnosis by Doppler ultrasonography Pennsylvania, USA: Saunders; 2010. pp. 209–28.
of fetal anemia due to maternal red-cell 19. Scheier M, Hernandez-Andrade E, Fonseca
alloimmunization: Collaborative group for EB, Nicolaides KH. Prediction of severe fetal
Doppler Assessment of the blood velocity in anemia in red blood cell alloimmunization after
anemic fetuses. N Engl J Med. 2000;342:9–14. previous intrauterine transfusions. Am J Obstet
15. Al-Riyami AZ, Al-Salmani M, Al-Hashami SN, Al- Gynecol. 2006
Mahrooqi S, Al-Marhoobi A, Al-Hinai S, Al-Hosni 20. Detti L, Oz U, Guney I, Ferguson JE, Bahado-
S, Panchatcharam SM, Al-Arimi ZA. Intrauterine Singh RO, Mari G, et al. Doppler ultrasound
Fetal Blood Transfusion. Descriptive study of velocimetry for timing the second intrauterine
the first four years’ experience in Oman. Sultan transfusion in fetuses with anemia from red
Qaboos Univ Med J. 2018 Feb; 18(1): e34–e42. cell alloimmunization. Am J Obstet Gynecol.
16. Gibson BE, Todd A, Roberts I, Pamphilon D, 2001;185:1048–51.
Rodeck C, Bolton-Maggs P, et al. Transfusion
guidelines for neonates and older children. Br J
Haematol. 2004;124:433–53.

Buku Ilmiah Fetomaternal


383
Amniosintesis

A. A. G. Putra Wiradnyana
Departemen Obstetri Dan Ginekologi Divisi Fetomaternal
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar

PENDAHULUAN prosedur membantu operator untuk menghindari


tusukan transplasental yang sangat penting dalam
Amniosentesis adalah suatu teknik untuk mengambil kasus ibu hamil yang positif terinfeksi virus HIV
cairan ketuban dari rongga rahim menggunakan atau hepatitis. Perdarahan fetomaternal terjadi
jarum, melalui pendekatan transabdominal dan pada sekitar 50 % dari semua ibu hamil yang
di bawah tuntunan ultrasonografi (USG) untuk menjalani prosedur amniosintesis. Untuk mencegah
mendapatkan sampel sel eksfoliasi janin, transudat, terjadinya reaksi sensitisasi terhadap Rhesus pada
urin, atau sekresi. Early amniocentesis dilakukan ibu hamil yang mempunyai Rhesus negatif dan
pada umur kehamilan 10-13 minggu, sedangkan late suami Rhesus positif adalah dengan pemberian 300
amniocentesis dilakukan pada umur kehamilan 13- μg anti-D Immunoglobulin pada ibu hamil setelah
15 minggu, dengan berbagai macam pemeriksaan amniosentesis, asalkan hasil Coomb indirect test
kromosom, biokimiawi, molekuler, dan mikroba yang negatif.1
dilakukan pada sampel cairan ketuban tersebut.3
Alasan yang paling umum untuk melakukan prosedur
ini adalah untuk melakukan diagnosis prenatal dari
kelainan kromosom, infeksi janin, dan peradangan
intra-amniotik, serta menilai kematangan paru
janin.1,2,3 Prosedur ini memiliki risiko keguguran
sekitar 0,5 %. Apabila prosedur ini dilakukan pada
trimester ke-2, setelah membran amniotik menyatu
dengan korion, risiko terjadinya kebocoran cairan
ketuban sekitar 0,3 % kasus dan komplikasi langka
lainnya, seperti perdarahan plasenta, infeksi intra-
amniotik, hematoma dinding perut, dan trauma
pada janin.3
Gambar 1 Evaluasi USG1
PROSEDUR AMNIOSINTESIS
EVALUASI USG

Ibu hamil yang akan dilakukan pemeriksaan


diposisikan tidur terlentang untuk akses yang lebih
baik ke rongga ketuban. Evaluasi USG sebelum
prosedur dilakukan untuk memastikan denyut
jantung janin, posisi janin, gerakan janin, menentukan
lokasi plasenta, serta kantung vertikal maksimum
(MVP) cairan ketuban. Tusukan transplasental
dikontraindikasikan dalam kasus alloimunisasi atau
infeksi virus pada ibu oleh human immunodeficiency
virus (HIV), virus hepatitis B (HBV) atau virus hepatitis
C (HCV). Cara lain untuk meminimalkan risiko adalah
penggunaan jarum yang berukuran kecil dan untuk
menghindari pendekatan transplasental. Ibu hamil
yang positif HIV dan virus hepatitis aman untuk
menjalani prosedur amniosentesis asalkan viral Gambar 2 Tusukan Pada Dinding Perut1
load pasien rendah dan tusukan transplasental
dihindari. Penggunaan panduan USG selama

Buku Ilmiah Fetomaternal


384
Amniosintesis

PERSIAPAN telah diubah oleh gerakan ibu atau kontraksi otot-


otot perut. Sebelum memasuki rongga amnion,
Operator atau asisten membersihkan perut ibu seluruh jarum harus dapat divisualisasikan.1,2 (
dengan larutan antiseptik dengan menggunakan
sarung tangan steril. Probe USG harus ditutup dengan
penutup plastik steril, dengan gel di bagian dalam
untuk meningkatkan transmisi sonik. Idealnya, gel
steril dengan kemasan individual harus digunakan,
untuk mengurangi risiko kontaminasi dari botol gel
multi guna.1

INSERSI JARUM
Insersi jarum dilakukan di bawah tuntunan USG
untuk memastikan posisi jarum dan janin. Probe USG Gambar 4 Transplasental Amniosintesis2
ditempatkan tegak lurus terhadap perut ibu untuk
mendapatkan bidang transversal perut ibu. Insersi
jarum memiliki 4 tahap yaitu tusukan pada kulit
perut, tusukan pada uterus, masuk ke dalam rongga
amnion dan memajukan jarum tanpa mengenai tali
pusat atau bagian-bagian janin.1,2
Pada saat menusuk jarum pada kulit perut
ibu, jarum dimasukkan pada sudut 45◦ sehubungan
dengan bidang mid-sagital, kontralateral terhadap
probe, sehingga probe dan jarum berada pada
sudut 90◦ terhadap satu sama lain. Jarum harus Gambar 5 Transamniotik Amniosintesis2
dimasukkan lateral ke probe, langsung di bawah
bagian tengah sinar ultrasonik. Jarum ditusukkan ASPIRASI CAIRAN KETUBAN
sekitar 3 cm ke arah MVP . Tusukan kulit awal
membutuhkan tekanan terbatas sambil menusukkan Untuk menghindari kontaminasi sel darah ibu,
jarum melalui jaringan subdermal pasien. Selama dilakukan pembuangan 2 ml cairan amnion pertama
menusukkan jarum, hindari tusukan loop usus lalu dilakukan penyedotan cairan amnion atau
yang tidak disengaja yang dapat menyebabkan dilakukan penyedotan 2 ml cairan amnion pertama
korioamnionitis, sepsis maternal dan lain-lain. Pada lalu spuite diganti dengan yang baru, dilakukan
saat melakukan tusukan pada uterus bisa terasa penyedotan cairan amnion sebanyak 10 ml atau
menyakitkan, karena peritoneum visceral yang sesuai dengan kebutuhan pemeriksa.1,2
menutupi uterus. Orientasi jarum harus dikonfirmasi
segera sebelum tusukan uterus karena mungkin

Gambar 3 A. Teknik Tusukan Yang Benar Visualisasi


Lengkap Lintasan Jarum. B, C. Kesalahan Sudut Dapat
Menyebabkan Tusukan Usus.
Buku Ilmiah Fetomaternal
385
A. A. G. Putra Wiradnyana

POST PROSEDUR KEPUSTAKAAN


Secara umum dilakukan observasi pada ibu hamil
setelah menjalani prosedur amniosintesis. Pada 1. Lemini CM, Saavedra MP, Borobio V, Bennasar
saat observasi, dilakukan penilaian secara klinis M, Gonce A, Martinez JM, Borrell A. How To
adanya tanda-tanda inpartu. Dengan USG dilakukan Perform An Amniocentesis. Ultrasound Obstet
pemantauan denyut jantung janin dan adanya Gynecol. 2014; 44: 727-731.
perdarahan pada tempat tusukan.4,5 2. Theodora M, Antsaklis P, Antsaklis A. Invasive
Rekomendasi pada ibu hamil setelah menjalani Prenatal Diagnosis : Amniocentesis. DSJUOG.
prosedur amniosintesis sebagai berikut :1,2,3 2015; 9(3): 307-313.
Pemberian 300 μg anti-D Immunoglobulin 3. Zelenietz C, Colangelo K, Chatta I. Amniocentesis
pada ibu hamil dengan Rhesus negatif setelah : Safety, Reliability And Alternatives. UWOMJ.
amniosentesis, asalkan hasil Coomb indirect test 2011; 78(3): 79-82.
negatif. Pemberian 600 IU anti-HBV Immunoglobulin 4. Ogilvie C, Akolekar R. Pregnancy Loss Following
pada ibu hamil dengan HbsAg (+) atau dengan viral Amniocentesis Or CVS Sampling-Time For A
load yang tinggi setelah amniosintesis. Reassessment Of Risk. J. Clin. Med. 2014; 3:
Istirahat di rumah selama 24 jam, aktivitas normal 741-746.
untuk kebersihan pribadi dan kegiatan di dalam 5. Connolly KA, Eddleman KA. Amniocentesis : A
rumah diperbolehkan. Contemporary Review. World J Obstet Gynecol.
1. Menghubungi fasilitas kesehatan yang 2016; 5(1): 58-65.
terdekat bila ada gejala-gejala inpartu, 6. Williams SF, Fay E, Montalvo C, Holland B,
perdarahan, kebocoran air ketuban, demam Apuzzio JJ. Pregnancy Outcome After Late
dengan suhu di atas 380 C. Second Trimester Amniocentesis For Prenatal
2. Kontrol 1 minggu lagi untuk memastikan Diagnosis. Journal Of Gynecology And
denyut jantung janin dan mengevaluasi Obstetrics. 2014; 2(4): 59-62.
adanya tanda-tanda perdarahan di tempat 7. Lehmann LS. How Can We Improve
tusukan. Amniocentesis decision Making ? Israel Journal
Of Health Policy Research. 2016; 5(4): 1-3.
8. Prusa AR, Kasper DC, Pollak A, Olischar M, Gleiss
A, Hayde M. Amniocentesis For Detection Of
Congenital Toxoplasmosis : Results From The
Nationwide Austrian Prenatal Program. Clin
Microbiol Infect. 2014.
9. Kim SM, Romero R, Lee JH, Chaemsaithong P,
Lee MW, Chaiyasit N, Lee HJ, Yoon BH. About
One-Half Of Early Spontaneous Preterm
Deliveries Can Be Identified By A Rapid
Matrix Metalloproteinase-8 (MMP-8) Bedside
Test At The Time Of Mid-Trimester Genetic
Gambar 6 Intraamniotic Bleeding2 Amniocentesis. J Matern Neonatal Med. 2015;
1-9.
KESIMPULAN 10. Wang J, Chen L, Zhou C, Wang L, Xie H, Xiao Y,
Amniosentesis harus dilakukan oleh operator yang Zhu H, Hu T, Zhang Z, Zhu Q, Liu Z, Liu S, Wang
berpengalaman, untuk mengurangi risiko komplikasi. H, Xu M, Ren Z, Yu F, Cram DS, Liu H. Prospective
Amniosintesis dapat dilakukan pada umur Chromosome Analysis Of 3429 Amniocentesis
kehamilan 10-13 minggu yang disebut dengan early Samples In China Using Copy Number Variation
amniocentesis dan pada umur kehamilan 13-15 Squencing. Am J Obstet Gynecol. 2018.
minggu yang disebut dengan late amniocentesis. 11. Cohen JG, Shatz TM, Levavi LR. Factors That
Untuk meminimalkan risiko tusukan transplasental Affect The Decision To Undergo Amniocentesis
dapat digunakan jarum spinal G 20-22 di bawah In Women With Normal Down Syndrome
tuntunan USG. Screening Results : It Is All About The Age.
Pemberian antibiotika profilaksis tidak diberikan Heatlh Expectations. 2014; 18: 2306-2317.
secara rutin.
Buku Ilmiah Fetomaternal
386
INFEKSI PARVOVIRUS B19 (B19) PADA FETUS

A. A. G. Putra Wiradnyana
Departemen Obstetri Dan Ginekologi Divisi Fetomaternal
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar

PENDAHULUAN lebih pendek. Selanjutnya hal ini akan


menimbulkan terjadinya gagal jantung
Infeksi B19 yang terjadi pada ibu hamil diperkirakan dan no-imun fetal hidrops (NIHF). Adanya
sekitar 1-5 %.1 Prevalensi infeksi lebih tinggi selama antigen P yang diekspresikan pada miosit
epidemi antara 3-20 % dengan tingkat serokonversi jantung janin memungkinkan Parvovirus
3-34 %.2,3 Infeksi yang terjadi pada ibu hamil dapat B19 untuk menginfeksi sel-sel miokard
menimbulkan efek yang buruk pada janin, terutama yang dapat menimbulkan miokarditis yang
bila infeksi tersebut terjadi pada trimester ke-2 dapat memperburuk gagal jantung tersebut.
dan ke-3 kehamilan. Infeksi B19 pada janin dapat Penyebab lain yang mungkin adalah
menyebabkan anemia pada janin. Anemia pada janin miokarditis yang disebabkan oleh infeksi
ini disebabkan oleh karena virus B19 menginfeksi virus B19 menyebabkan gagal jantung dan
sel-sel progenitor eritroid janin sehingga umur gangguan fungsi hati. Gangguan fungsi hati
eritrosit tersebut akan menjadi lebih pendek. Hal janin ini disebabkan karena kerusakan sel-
ini akan menimbulkan terjadinya gagal jantung sel hepatosit secara langsung dan akibat
dan no-imun fetal hidrops (NIHF). Adanya antigen penumpukan hemosiderin secara tidak
P yang diekspresikan pada miosit jantung janin langsung. Pada pemeriksaan ultrasonografi
memungkinkan Parvovirus B19 untuk menginfeksi (USG) pada janin dengan hidrops didapatkan
sel-sel miokard yang dapat menimbulkan miokarditis adanya ascites, edema kulit, efusi pleura dan
yang dapat memperburuk gagal jantung tersebut.4 pericardial serta edema plasenta.

INFEKSI PADA JANIN DIAGNOSIS ANEMIA JANIN

Infeksi B19 pada janin dapat menimbulkan gejala Penanda yang sangat penting adanya anemia pada
sebagai berikut :5 janin dapat dilihat dari adanya beberapa kelainan
1. Keguguran. pada janin dan penentuan nilai Peak Systolic Velocity
Kejadian keguguran oleh karena infeksi B19 Middle Cerebral Artery (PSV-MCA) yang didapat
sebelum usia kehamilan 20 minggu sekitar melalui pemeriksaan USG. Pemeriksaan PSV-
14,8 % dan setelah 20 minggu sebesar 2,3 MCA merupakan pemeriksaan non-invasif dengan
%. Hal ini disebabkan oleh karena terjadinya sensitivitas yang tinggi untuk menentukan derajat
kerusakan organ secara menyeluruh. anemia janin. Ada korelasi terbalik antara PSV-MCA
2. Kelainan kongenital. dan nilai hemoglobin pada janin yang menderita
Meskipun ada laporan kasus yang anemia, baik yang disebabkan oleh infeksi B19 atau
menyatakan adanya kelainan sistem saraf karena alloimunisasi golongan darah ibu.6
pusat, kraniofasial, dan mata, namun hal
tersebut tidak dapat dibuktikan dengan EFEK JANGKA PANJANG PADA NEONATUS
adanya hubungan antara infeksi B19 dengan
peningkatan risiko kelainan bawaan pada Ada beberapa penelitian tentang efek jangka
janin. panjang pada anak-anak dari ibu yang mengalami
3. Fetal hidrops. infeksi B19 pada saat hamil. Efek jangka panjang
Hubungan antara infeksi B19 pada ibu hamil tersebut yaitu insufisiensi hati, miokarditis, anemia
dengan terjadinya fetal hidrps sudah dapat tergantung transfusi, dan kelainan sistem saraf
dijelaskan. Anemia pada janin disebabkan pusat. Penelitian yang dilakukan oleh Miller, et al
oleh karena virus B19 menginfeksi sel- (1998) tidak menemukan adanya peningkatan efek
sel progenitor eritroid janin, sehingga yang buruk pada anak-anak dari ibu yang terinfeksi
umur eritrosit tersebut akan menjadi virus B19 pada saat hamil pada umur 1 tahun (182

Buku Ilmiah Fetomaternal


387
A. A. G. Putra Wiradnyana

anak) dan umur 7-10 tahun (129 anak). Kebanyakan pemeriksaan PCR, tapi diagnosis invasif pada kondisi
anak-anak yang lahir dari ibu terinfeksi virus B19 seperti ini tidak diperlukan untuk semua infeksi
pada saat hamil tidak menderita gejala sisa jangka ibu hamil yang dicurigai atau dikonfirmasi. Jika
panjang, tetapi diperlukan studi lebih lanjut untuk amniosentesis dilakukan untuk indikasi janin, PCR
membuktikan hal ini.7 untuk virus B19 dapat diminta sebagai bagian dari
pemeriksaan.1
INFEKSI PADA KEHAMILAN
PENATALAKSANAAN HIDROPS FETALIS
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan
status imunitas ibu hamil yang terinfeksi B19 yaitu Setiap kehamilan dengan janin dengan hidrops
dengan memeriksa IgG dan IgM spesifik Parvovirus fetalis harus dirujuk ke pusat perawatan tersier
B19. IgM biasanya muncul dalam waktu 2-3 hari dengan spesialis obstetri dan ginekologi konsultan
setelah infeksi akut dan dapat bertahan sampai 6 fetomaternal. Secara umum penanganan hidrops
bulan. Sedangkan IgG muncul beberapa hari setelah fetalis masih kontroversial. Darah yang didapat
IgM muncul dan biasanya tetap ada seumur hidup. melalui kordosintesis, selain untuk pemeriksaan
1. IgG (+), IgM(-). DNA virus dengan PCR, dipakai juga untuk
Jika seorang ibu hamil memiliki IgG (+) dan pemeriksaan kadar hemoglobin dan jumlah
IgM (-), maka ibu hamil tersebut dapat retikulosit janin. Setelah melakukan pemeriksaan
dianggap kebal. Kemungkinan besar akan tersebut, penanganan selanjutnya adalah dilakukan
tertular infeksi sekitar 6 bulan sebelumnya. transfusi intrauteri. Transfusi intrauteri dilakukan
Jika ibu hamil tersebut kebal, maka dia dapat tergantung dari umur kehamilan dan fasilitas pusat
dipastikan tidak akan memiliki konsekuensi pelayanan kesehatan. Jika janin tersebut cukup
buruk pada kehamilan karena hanya bulan atau tanggal perkiraan persalinannya cukup
infeksi primer dalam kehamilan yang dapat dekat, terminasi kehamilan dapat dipertimbangkan.
menyebabkan kerusakan janin. Jika janin tersebut tidak cukup bulan atau tanggal
2. Ig G (-), IgM (+). perkiraan persalinan masih jauh, tindakan
Ini menunjukkan infeksi yang baru atau amniosentesis, selain untuk pemeriksaan virus
hasil positif palsu. Dalam situasi seperti DNA, juga dilakukan untuk evaluasi kematangan
ini, ibu hamil tersebut harus mengulangi paru. Pemberian kortikosteroid untuk mempercepat
pemeriksaan dalam 1-2 minggu. Jika IgG (+) kematangan paru harus segera diberikan.8 Pada
itu menunjukkan infeksi baru. Jika IgG (-) dan kasus miokarditis, derajat beratnya hidrops fetalis
IgM (-) menunjukkan ibu hamil tersebut tidak tidak berkorelasi dengan hemoglobin janin. Pada
kebal sehingga ia rentan terhadap infeksi. laporan kasus hidrops fetalis yang disebabkan oleh
Jika ibu hamil telah terinfeksi virus baru-baru infeksi virus B19 yang dilakukan transfusi intrauteri
ini, dan mungkin sedang dalam masa inkubasi, menunjukkan bahwa kematian janin terjadi pada 11
disarankan agar tes IgG dan IgM diulangi 2-4 minggu % kasus. Pada 20 kasus yang dilakukan penanganan
kemudian. Jika hasil tes menunjukkan IgG(+) dan konservatif, 18 kasus memiliki kadar hemoglobin
IgM(+), ini menunjukkan terjadi infeksi baru-baru ini. janin < 8 g/dL dan sebagian besar mengalami hidrops
Selanjutnya dilakukan tes lagi untuk mengkonfirmasi fetalis yang berat. Dilakukan transfusi intrauteri
serokonversi. Apabila hasil tes menunjukkan dengan monitoring USG didapatkan hidrops fetalis
peningkatan titer IgG B19 artinya terjadi infeksi baru- membaik. Penelitian yang dilakukan Failey, et al
baru. Jika titer tidak meningkat, artinya telah terjadi (1995) mendapatkan bahwa penanganan hidrops
infeksi sebelumnya (6 bulan sebelumnya).7 fetalis yang dilakukan dengan transfusi intrauteri
terjadi penurunan kematian janin sebesar 7 kali lipat
DIAGNOSIS INFEKSI PADA FETUS dibandingkan dengan yang tidak dilakukan transfusi
intrauteri.7
Virus B19 biasanya tidak dapat dikultur dalam media
kultur biasa. DNA virus dapat diidentifikasi dengan KESIMPULAN
pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) Sebagian besar kasus hidrops fetalis yang
cairan ketuban yang didapat melalui amniosintesis disebabkan oleh infeksi virus B19 pada ibu hamil
atau darah janin yang didapat melalui kordosentesis. yang dilakukan transfusi intrauteri memiliki hasil
Meskipun infeksi B19 dapat didiagnosis melalui yang memuaskan, tetapi tetap saja ada risiko besar
Buku Ilmiah Fetomaternal
388
Infeksi Parvovirus B19 (B19) pada Fetus

kematian janin. Jika dicurigai adanya infeksi virus B19 6. Tolfvenstam T, Broliden K. Parvovirus B19
pada ibu hamil, sebaiknya ibu hamil tersebut dirujuk infection. Semin Fetal Neonatal Med. 2009
ke fasilitas kesehatan yang ada spesialis obstetri dan Aug;14(4):218–21.
ginekologi konsultan fetomaternal untuk dilakukan 7. Markenson GR, Yancey MK. Parvovirus B19
pemeriksaan pada ibu hamil tersebut dengan infection in pregnancy. Seminars Perinatol.
janinnya. 1998;22:309–17.
8. Rodis JF. Parvovirus infection. Clin Obstet
KEPUSTAKAAN Gynecol. 1999;42:107–20.

9. Waring GJ. Parvovirus B19 Infection : Timely
1. Feldman DM, Timms D, Borgida AF. Diagnosis In Pregnancy Essential. Elsevier. 2018.
Toxoplasmosis, parvovirus, and cytomegalovirus 10.
in pregnancy. Clin Lab Med. 2010 Sep;30(3):709– 11.
20. 12. Hellmund A, Geipel A, Berg C, Bald R, Gembruch
2. Tolfvenstam T, Broliden K. Parvovirus B19 U. Early Intrauterine Transfusion In Fetuses
infection. Semin Fetal Neonatal Med. 2009 With Severe Anemia Caused By Parvovirus B19
Aug;14(4):218–21. Infection. Fetal Diagn Ther. 2017; 1-9.
3. Ergaz Z, Ornoy A. Parvovirus B19 in pregnancy. 13. Pasquini L, Seravalli V, Sisti G, Battaglini C, Nepi
Reprod Toxicol. 2006 May;21(4):421–35. F, Pelagalli R, Di Tommaso M. Prevalence Of A
4. de Haan TR, de Jong EP, Oepkes D, positive TORCH And Parvovirus B19 Screening
Vandenbussche FP, Kroes AC, Walther FJ. In Pregnancies Complicated By Polyhydramnios.
Infection with human parvovirus B19 (ʻfifth Prenatal Diagnosis. 2016; 36: 290-293.
diseaseʼ) during pregnancy: potential life- 14. Gasim GI, Eltayeb R, Elhassan EM, Haggaz AD,
threatening implications for the foetus. Ned Rayis DA, Adam I. Human Parvovirus B19 And
Tijdschr Geneeskd. 2008 May 24;152(21):1185– Low Hemoglobin Level In Sudanese Women.
90. International Journal Of Gynecology And
5. Rodis JF, Rodner C, Hansen AA, Borgida AF, Obstetrics. 2016; 132: 318-320.
Deoliveira I, Rosengren SS. Long-term outcome
of children following maternal human parvovirus
B19 infection. Obstet Gynecol. 1998;91:125–8.

Buku Ilmiah Fetomaternal


389
DETEKSI DINI KELAINAN BAWAAN : ANC TERFOKUS

Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma


Divisi Fetomaternal Departemen/KSM Obstetrik dan Ginekologi FK Unud/
RSUP Sanglah Denpasar

PENDAHULUAN terus sampai berusia 1 tahun. Dari tahun 1994 –


2005 terdapat 2,55% kelainan kongenital dari seluruh
Birth defect atau Congenital anomaly atau kelainan jumlah bayi yang lahir.
bawaan adalah abormalitas structural atau fungsional Dibandingkan dengan deteksi komplikasi
termasuk kelainan metabolic yang ditemukan pada maternal pada kehamilan, kesehatan janin dan
bayi baru lahir. Defek structural dan abnormalitas deteksi adanya kelainan bawaan kurang mendapatkan
pembentukan jaringan atau organ pada bayi baru perhatian, disebabkan karena banyak penyebab nya
lahir disebabkan oleh embriogenesis yang tidak yang tidak diketahui, memerlukan sarana diagnostik
berjalan normal oleh berbagai paparan yaitu paparan yang tidak sederhana dan kompetensi untuk
bahan teratogenik,faktor genetic dan lingkungan mendeteksi kelainan bawaan yang belum memadai.
yang terjadi pada masa kritis embriogenesis yaitu Sehingga seringkali kelainan bawaan ini ditemukan
pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. 1 pada saat lahir dengan segala konsekuensinya.
Diperkirakan sekita 65-75 % kelainan Oleh karena itu deteksi pasangan yang
bawaan tidak diketahui penyebabnya, sekitar mempunyai risiko kelaianan bawaan dan bagaimana
15% disebabkan oleh single gene disorders , 5 % cara mendeteksinya sangat penting untuk menjadi
disebabkan oleh abnormalitas kromosomal dan perhatian. Penanganan kelaianan bawaan harus
sekitar 10 % disebabkan oleh faktor lingkungan dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi
yaitu kondisi medis ibu,penyalahgunaan karena banyak melibatkan berbagai bidang ilmu
obat,infeksi,radiasi, hipertermia,paparan zat kimia mulai sejak antenatal,intranatal maupun postnatal.
dan kondisi lingkungan uterus. 1 Antenatal care yang terfokus perlu dilakukan agar
Di seluruh dunia secara umum, angka kelainan pemeriksaan ibu hamil difokuskan pada kemungkinan
bawaan cukup besar, laporan dari Centre for Disease adanya kelainan bawaan.
Control tahun 2008 menyatakan bahwa diperkirakan
sebanyak 276.000 kematian bayi baru lahir dalam 4 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO KELAINAN BAWAAN
minggu pertama kehidupannya . 2
Laporan dari Boyle dari studi register Penyebab kelainan kongenital dapat ditemukan
persalinan selama kurun waktu 1984 sampai 2007 pada masa prenatal dan perinatal, sebagian besar
di 14 negara di Eropa menemukan angke kejadian penyebab kelainan bawaan belum diketahui
kelainan bawaan mengalami peningkatan dari 6% secara pasti. Faktor penyebab dari lingkunan telah
menuju ke 16% dari persalinan. Hal tersebut juga teridentifikasi seperti radiasi, malnutrisi pada ibu
berdampak pada banyaknya bayi baru lahir yang hamil dan obat-obatan yang bersifat teratogenik.
dirawat dan menimbulkan biaya yang tidak sedikit .3 Infeksi TORCH (Toxoplas, Orther’s, Rubella,
RSUP Sanglah menemukan 2,6/100 pada Cytomegalovirus, Herpes simplex virus). Konsumsi
tahun 1994 sampai 2005. Ratusan jenis kelainan asam valproat menyebabkan NTD pada 1- 2%
bawaan telah diidentifikasi, kelainan bawaan kehamilan. Konsumsi kokain, alkohol dan merokok
merupakan penyebab kematian tertinggi pada usia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan disfungsi
1 tahun pertama.. Kadang-kadang suatu kelainan perkembangan saraf pusat pada janin. Hingga saat
kongenital belum ditemukan hingga beberapa saat ini belum ada teori pasti yang dapat menjawab
setelah kelahiran bayi. Kelainan kongenital pada bayi etiologi dari kelainan kongenital sistem saraf pusat
baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau secara jelas. Beberapa peneliti hanya sepakat bahwa
dapat pula beberapa kelainan kongenital yang terjadi kejadian kelainan kongenital sistem saraf pusat
secara bersamaan yang disebut kelainan kongenital dikarenakan multi faktor yang berhubungan dengan
multipel. Insiden kelainan kongenital di Indonesia faktor dari ibu dan janin di antaranya jenis kelamin
tahun 2009 berkisar 15 per 1.000 kelahiran. Angka bayi, berat badan bayi lahir, paritas, status masa
kejadian ini akan menjadi 4 – 5% bila bayi diikuti gestasi dan usia kehamilan .2,3,4
Buku Ilmiah Fetomaternal
390
Deteksi Dini Kelainan Bawaan : Anc Terfokus

Oleh karena penyebab kelaianan bawaan sebagian SKRINING KELAINAN BAWAAN PADA ANTENATAL
besar belum diketahui maka faktor risiko menjadi hal CARE TERFOKUS
yang penting untuk diketahui.
Feldkamp pada tahun 2017 melakukan studi Tujuan antenatal care adalah memastikan
kohort untuk mengetahui pola dan penyebab kesehatan ibu dan janin dalam kondisi optimal untuk
kelainan bawaan di Utah, dan menyusun klasifikasi menghasilkan luaran kehamilan, persalinan dan nifas
multidimensional berdasarkan Etiology, morpologi ( yang optimal sehingga ibu dan bayi dalam kondisi
isolated,major dan minor) dan Pathogenesis sebagai sehat. Antenatal care yang dilakukan saat ini masih
berikut ( Feldkamp,2017): berbasis pada jumlah kunjungan,dengan paradigm
1. Kelainan bawaan yang diketahui makin sering seorang ibu hamil datang ke dokter atau
penyebabnya: abnormalitas kromosom, bidan maka asilnya akan makin baik. Hal tersebut
faktor lingkungan (paparan obat, gestasional tidak selalu benar, oleh karena setiap trimester
diabetes), twinning (acardiac, conjoined kehamilan mempunai karakter yang berbeda.
twin) Secara tradisional antenatal care yang berdasarkan
2. Morpologi : Isolated ( kelaianan bawaan jumlah kunjungan akan menghasilkan kategorisasi
tunggal ), multiple (lebih dari satu kelainan ibu hamil menjadi risiko tinggi dan risiko rendah,
morpologi) dimana pada ibu hamil yang mempunyai risiko tinggi
3. Patogenesis : sequence, developmental field akan mendapat perhatian yang lebih sedangkan
defect dan pattern. ibu hamil pada kelompok risiko rendah seolah-olah
Sementara itu ada juga klasifikasi kelainan bawaan tidak mendapat perhatian yang sesungguhnya.
berdasarkan waktu, histology, klinis dan konsekuensi Padahal seharusnya antenatal care harus mengikuti
medis : scientific base, dimana setiap trimester mempunya
1. Malformasi karakteristik sendiri,sehingga segala kemungkinan
2. Disrupsi risiko bersifat individual6.
3. Deformasi Maternal and Neonatal Health Program (MNH)
Klasifikasi berdasarkan perubahan histologis yang pada tahun 2004, memperkenalkan Focused ANC,
mendasarinya: dengan paradigm setiap wanita hamil memiliki risiko,
1. Aplasia sehingga harus mendapatk basic care yang sama dan
2. Hypoplasia terfokus pada masalah individual ibu hamil tersebut
3. Hyperplasia yang dapat mempengaruhi hasil akhir kehamilan.
4. Displasia Pergeseran paradigma baru ANC tersebut disebabkan
Klasifikasi berdasarkan klinis: oleh tiga hal penting yaitu 1) jumlah kunjungan tidak
1. Single system defect selalu berkorelasi dengan luaran kehamilan yang
2. Multiple malformation syndrome baik khususnya di negara berkembang yang memiliki
3. Association sumber daya terbatas, 2) kebanyakan ibu hamil tidak
4. Sequences mengalami komplikasi sehingga harus diupayakan
5. Complexes agar setiap kehamilan normal tidak mengalami
Klasifikasi berdasarkan konsekuensi medis: komplikasi selam kehamilan,persalinan dan nifas,
1. Mayor malformations dan 3) wanita hamil dengan risiko kebanyakan tidak
2. Minor malformations mengalami komplikasi, sementara wanita hamil
tanpa risiko seringkali mengalami masalah. Ada
Klasifikasi berdasarkan etiologi: fokus utama dalam ANC terfokus yaitu6 :
1. Kelainan kromosom (C) 1. Targeted assessement, adalah
2. Mikrodelesi (MD) pemeriksaan yang dapat memastikan
3. Teratogen (T) keberlangsungan childbearing cycle dan
4. New Dominant (ND) masa neonatus dengan cara melakukan
5. Familial (F) deteksi dini komplikasi,kondisi kronis,dan
6. Syndrome (S) masalah potensial yang mempengaruhi
7. Isolated (I) kehamilan.
8. Multiple (M) 2. Individualized Care, untuk membantu
proses normal kehamilan/persalinan
termasuk didalamnya promotif/
Buku Ilmiah Fetomaternal
391
Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma

preventif,kesiapan menghadapi ─ Terpapar terhadap zat-zat kimia atau


persalinan dan komplikasinya. lingkungan yang berbahaya.
MNH, merekomendasikan 4 kali kunjungan ─ Terpapar dalam waktu lama terhadap obat-
dengan konten yang padat pada trimester satu dan obatan seperti: valvroic acid, carbamazepin,
diikuiti oleh focus pada masalah pada trimester atau obat teratogenik lainnya.
berikutnya. Kunjungan tersebut adalah pada usia ─ Pada beberapa kasus abortus berulang
kehamilan kurang dari 16 minggu, 24-28 minggu, 32 trimester pertama.
minggu dan 36 minggu. Prenatal diagnostik yang digunakan untuk melihat
Dalam perspektif deteksi kelainan bawaan, apakah bayi memiliki risiko kelainan bawaan
pemeriksaan untuk melakukan deteksi dini pada meliputi:
ANC terfokus sangat penting dilakukan pada usia ─ Pemeriksaan biokimiawi
kehamilan yang sangat dini, dan dilanjutkan dengan ─ USG.
fetal anomalic scanning pada usia kehamilan 18-23 ─ Chorionic villus sampling (CVS).
minggu6. ─ Amniosentesis.
Penapisan pada pasangan untuk mendeteksi ─ kordosentesis.
adanya potensi untuk mengalami kelainan bawaan Perlu dilakukan konseling sebelum tes dilakukan,
pada bayi sangat penting dilakukan pada kelompok apakah itu merupakan tes skrining atau tes
pasangan yang berisiko. diagnostik. Hal ini dilakukan untuk memberikan
Prenatal screening atau prenatal kesempatan mendiskusikan:
diagnosis membantu klinisi untuk tata kelola ─ Bagaimana dan kapan tes dilakukan?
klinis untuk mendapatkan luaran kehamilan ─ Keuntungan dan kerugian dari setiap tes.
yang baik,merencanakan dan mempersiapkan ─ Setiap risiko untuk bayi yang mungkin timbul
kemungkinan komplikasi yang mungkin dari setiap tes.
terjadi,mempersiapkan pasien/keluarga secara ─ Pemeriksaan lebih lanjut yang dapat
psikologis,social,financial dan medis pada bayi baru ditawarkan setelah ibu menerima hasilnya.
lahir yang kemungkinan akan mengalami disabilitas/ ─ Apakah tes lebih lanjut akan berarti bagi ibu
kematian,membantu menetapkan apakah kehamilan dan bayi?
akan diteruskan atau tidak,dan menemukan kondisi- Beberapa jenis test yang dapat dilakukan untuk
kondisi yang akan mempengaruhi survival bayi baru skrining adalah sebagai berikut :
lahir.6 Trimester pertama:
Prinsip skrining yang penting adalah marker a. Nuchal Translucency:a
yang digunakan dapat menjangkau popoulasi target, Adalah ruang anechoic yang terletak dibelakang
harga terjangkau dan mempunyai sensistifitas yang leher janin pada umur kehamilan 11-14 minggu.
tinggi. Marker skrining yang baik bila mempunyai Bila ketebalan NT > 3 mm dicurigai kemungkinan
detection rate yang tinggi dan positip palsu yang kelainan kromosom atau down syndrom
rendah. b. Marker Biokimia:
Skrining prenatal perlu dipertimbangkan pada ibu PAPP-A (Pregnancy Associated Plasma
hamil : ─ Protein-A)
─ Mempunyai keluarga dekat atau anak yang ─ Free β hCG.
sebelumnya mengalami kondisi yang serius/ c. Analisis kromosom dengan Early
kecacatan yang diduga kelainan kromosom. Amnioscentesis( 12-14 minggu)
─ Diabetes-Hyperglikemia d. Analisis kromosom dengan Chorionic Villous
─ Wanita dengan lingkungan Hypertermia Sampling (CVS)
─ Salah satu pasangan memiliki kondisi e. Non Invasive Prenatal test ( NIPT) pada umur
yang serius yang kemungkinan menurun kehamilan 10 minggu
ke bayinya. (carier translokasi / inversi
kromosom) Trimester Kedua:
─ Kedua pasangan adalah carier dari kelainan a. USG:
gen yang sama (carier translokasi / inversi ─ Mencari tanda-tanda defect Structural
kromosom). Mayor
─ Wanita hamil pada umur 35 tahun atau lebih ─ Mencari tanda-tanda soft marker (defect
saat melahirkan. structural minor)
Buku Ilmiah Fetomaternal
392
Deteksi Dini Kelainan Bawaan : Anc Terfokus

─ Mencari tanda tanda IUGR kelainan structural, sedangkan fetal exposure


b. Marker Biokimia: akan mengakibatkan kelainan fungsional atau
─ Maternal Serum Alpha-Fetoprotein (MSAF) pertumbuhan janin terhambat.
─ Unconjugated Estriol: 5. Agent: pengaruh buruk dari paparan
─ Free β hCG. tergantung dari jenis paparan, misalnya bahan
c. Invasive Test: kimia,obat,radiasi atau panas. Selain itu untuk
─ Second trimester Amnioscentesis ( setelah dapat menimbulkan kelaianan bawaan,bahan
15 minggu) paparan harus dapat mencapai fetus melalui
─ Percutanous umbilical cord blood sampling ( sawar plasenta atau secara tidak langsung
setelah 20 minggu) melalui tubuh ibu ( misalnya radiasi).
Pada kelompok dengan paparan teratogen, 6. Dose effect: kelainan bawaan akibat paparan
penting untuk mengetahui prinsip-prinsip bahan teratogenik tergantung dari besarnya
pertumbuhan fetus yang normal dan abnormal yang dosis bahan yang bersifat teratogenik. Selain itu
terkait dengan patogenesis kelainan bawaan atau juga tergantung dari lamanya paparan.
teratogenesis. Prinsip umum dari kerangka berpikir Beberapa jenis paparan bahan teratogenik yang
kelainan bawaan yang disebabkan oleh paparan sering dilaporkan menimbulkan kelainan bawaan
teratogen adalah dengan memahami The Wilsons antara lain4,5,6,7 :
General Principles of Teratogenesis. Prinsip tersebut a. Androgen dapat menimbulkan maskulinisasi
bermanfaat untuk memahami bagaimana dan kapan janin wanita, biasanya terjadi pada paparan
paparan teratogenik dapat menimbulkan kelainan yang terjadi pada usia kehamilan 9-12 minggu
structural maupun fungsional.5 yaitu berupa pembesaran klitoris dan fusi
Adapun unsur-unsur prinsip dari Wilsons labial.
tersebut adalah sebagai berikut6 : b. Obat antiepileptic: risiko kelainan bawaan
1. Genotype of the fetus : genotype fetus ini pada bayi dari ibu yang mengkonsumsi obat
berpengaruh pada hasil interaksinya dengan anti epileptic adalah dua kali lebih sering
paparan teraotogen dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
2. Timing of Exposure: kerentanan fetus terhadap mengkonsumsi obat epilepsy, khususnya cleft
paparan bahan teratogenik tergantung dari lips, cleft palate dan heart defect. Valrpoic
tahap perkembangan fetus. Perubahan acid dan carbamzepine meningkatkan
struktur fetus paling sering terjadi pada masa risiko terjadinya Neural Tube Defect (NTD).
kritis pertumbuhan janin (critical stages of Phenitoin menghambat penyerapan folat
development), yaiu pada usia kehamilan 2-8 sehingga kadar asam folat serum rendah
minggu atau pada masa embryogenesis. Sebagai dan dapat menimbulkan kelaianan bawaan.
contoh neural tube defect terjadi pada hari ke Sekitar 10% janin akan mengalami Fetal
22 sampai ke 28 post konsepsi atau minggu ke Hydantoin Syndrome (microcephaly, growth
3 dan 4, dimana paparan harus terjadi sebelum deficiency,developmental delay,mental
atau selama periode tersebut. retardation,gambaran facial dysmorphic) pada
3. Mechanism of teratogenesis: paparan ibu hamil yang mengkonsumsi hydantoin.
teratogenik harus terjadi melalui cara dan c. Isotretinoin : obat ini adalah bahan yang
mekanisme yang specific pada sel tubuh yang merupakan teratognik yang poten. Obat ini
sedang tumbuh atau jaringan tubuh. Dua hal biasanya untuk mengobati acne. Risiko kelainan
tersebut akan menimbulkan dampak morfologi bawaan pada wanita hamil yang mengkonsumsi
dan fungsional yang berbeda. Isotretinoin sekitar 25%. Kelainan structural
4. Manifestations: apapun jenis paparannya maka yang bisa terjadi adalah kelainan kraniofacial,
manifestasi klinis akhir dari kelainan bawaan heart defect dan susunan saraf pusat.
adalah malformasi,pertumbuhan terhambat, d. Obat psikoaktif : obat jenis ini sperti
abnormalitas fungsional dan kematian janin. misalnya tranqulizer ( fetal benzodiazepine
Manifestasi kelainan sangat tergantung pada syndrome),dan lithium (polyhydrmnios)
tahap pertumbuhan janin pada saat mana e. Obat antidepressants : Imipramine adalah obat
paparan teratogenik terjadi,apakh pada masa yang paling sering menimbulkan heart defect
embrionik atau pada masa fetal. Embryonic pada janin.
exposure akan mengakibatkan terjadinya f. Obat Antikoagulan: wrfarain embryopathy
Buku Ilmiah Fetomaternal
393
Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma

bisa terjadi padibu hamil yang mengkonsumsi namun sering juga terjadi kelaianan bawaan pada
warfarin, dengan kelainan structural yaitu nasal usia resproduksi sehat sehingga fetal anomalic
hypoplasia dan abnormalitas optalmologik. scanning harus dilakukan pada semua ibu hamil.
Peningkatan risiko dapat terjadi pada paparan
dosis warfarin lebih dari 5 mg. Kesimpulan
g. Obat Thyroid dan anti thyroid : propilthiourasil
(PTU) dan metimazole dilaporkan menyebabkan Skrining kelainan genetic/prenatal diagnostic
fetal goiter. Demikian juga triiodothyronin merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan pada
dapat menyebabkan fetal hypothyroid. Iodine antenatal care. Dengan melakukan antenatal terfokus
radioaktif aman digunakan pada usai kehamilan sebagian besar kelainan genetik/kromosomal dapat
kurang dari 12 minggu. terdeteksi. Apabila diperlukan pemeriksaan Chorionic
h. Obat antihiperstensi: beberapa obat villous sampling, amniocentesis dan pemeriksaan
anithipertesi yang dapat menimbulkan darah tali pusat dapat dilakukan untuk mendapatkan
kelaianan bawaan adalah ACE inhitors dan konfirmasi diagnostik. Selama 10 tahun terakhir
Angiotensin receptor blocker. Kelainan yang ini telah diperkenalkan pemeriksaan Non Invasive
dapat terjadi adalah renal tubular dysplasia. Prenatal Testing (NIPT ) untuk menilai kemungkinan
Semua akibat dari bahan paparan diatas dapat janin mengalami kelainan kromosom,khususnya
dilakukan skrining dengan pemeriksaan ultrasongrafi trisomie 13,18 dan 21. Pemeriksaan ini lebih
pada trimester satu, dua dan tiga. Pada pemeriksaan sederhana dibandingkan dengan pemeriksaan
skrining USG perlu diketahui time table pembentukan biokimiawi (beta HCG,estriol,AFP dan PAPP–A). Tentu
organ organ janin, sehingga tidak semua kelainan saja masing-masing cara pemeriksaan mempunyai
bawaan bisa nampak pada pemriksaan USG keuntungan dan keterbatasan yang selalu harus
trimester satu. Usia kehamilan yang paling ideal menjadi pertimbangan bagi dokter dan diketahui
untuk melakukan deteksi kelainan structural janin oleh pasien dan keluarganya.
adalah pada usia kehamilan 18 sampai 23 minggu
(fetal anomalic scanning).7
Pada kelompok dengan kecurigaan kelainan REFERENSI
kromosomal, dilakukan skrining genetik dengan
tujuan untuk mengetahui seseorang atau pasangan 1. Harris BS, Bsihop K, Kemey HR, Walker
yang memiliki risiko untuk mendapatkan anak JS,Rhee E,Kuller JA. 2017. Risk Factors for Birth
dengan kelainan kromosom dan kelainan bawaan. Defects.CME Review Article. Obstetrical and
Kemungkinan terjadinya kelainan bawaan meningkat Gynecologycal Survey.
dengan meningkatnya umur ibu. Pada umur diatas 2. Kirby RS. 2017. The Prevalence of selected major
35 tahun kemungkinan bayi mengalami down birth defects in the United States. Seminars in
syndrome mencapai 1 berbanding 400 dan rasio Perinatology 41; 338-344
tersebut akan makin besar bila umur ibu lebih tua 3. Boyle B,Conkey RM,Garne E,Loane,Addor
lagi. Namun skrining hanya menggunakan parameter MC,Bakker,Bpuy PA,Gatt M,Greenlees R et
umur ibu saja mempunyai angka positip palsu yang al. 2013. Trends in te prevalence,risk and
tinggi sehingga tidak disarankan untuk melakukan pregnancy outcome of multiple births with
skrining hanya berdasarkan umur ibu. Skrining harus congenial anomaly : a registry based study in 14
dilakukan dengan kombinasi umur ibu, maternal European Countries 1984-2007.International
serum marker dan USG. 7 Journal of Obstetrics and Gynaecology.
Idealnya skrining dilakukan sebelum konsepsi, 4. Feldkamp ML,Carey JC,Byrne JLB,Krikov S,Botto
untuk menyiapkan pasangan membuat keputusan LD. 2017. Etilology and Clinical Presentaion and
reproduksinya baik dari sisi prenatal diagnostik Birth Defects : Population based study. British
maupun opsi untuk luaran kehamilan yang terkait Medical Journal.
dengan kelainan bawaan. Skrining pada saat hamil 5. Niebyl JR, Weber RB,Briggs GG. 2017 .Drugs
sebaiknya dilakukan seawal mungkin, dapat dilakukan and Environmental Agents in Pregnancy and
dengan pemeriksaan USG pada trimester satu atau Lactation : teratology,Epidemiology. Obstetrics
pemeriksaan biokimiawi dari darah ibu6,7,8,9,10,11 Normal and Problem Prgenancies. 7ed.Elsevier;
Walaupun kejadian kelainan bawaan lebih sering 136-150
terjadi pada kelompok umur berisiko/umur lanjut 6. Panduan Pelayanan Ante Natal Terfokus 2015.
Buku Ilmiah Fetomaternal
394
Deteksi Dini Kelainan Bawaan : Anc Terfokus

Jaya Kusuma AAN. Denpasar, Ed.1. Himpunan 10. Salomon LJ,Alfirevic Z,Audibert F,Kagan
Kedokteran Fetomaternal Denpasar KO,Paladini D, Yeo G. 2014. ISUOG Concensus
7. Driscoll DA, Simpson JL,Holzgreve W,Otano L. Statement on the impact of non-invasive
2017. Genetic screening and Prenatal Genetic prenatal testing (NIPT) on Prenatal Ultrasound
Diagnosis. Obstetrics Normal and Problem Practice. Ultrasound Obstetrics and Gynecology.
Pregnancies.7 ed,Elsevier; 193-215 11. Yao Y,Liao Y,Han M,Lan Li S,Luo J.2016. Two
8. Raza MZ,Sheikh A,Ahmed SS,Ali S,Ali Naqfi kinds of common prenatal screening for
SM.2012. Risk factors associated with birth Down Syndrome : a systematic review and
defects at a tertiary care centre at Pakistan. Metaanalysis. Scientifics Report.
Italian Journal of Pediatrics.
9. Norwitz ER,Levy B. 2013. Non Invasve Prenatal
Testing (NIPT) The Future Is Now. Reviews in
Obstetrics and Gynecology.vol 6,No.2.

Buku Ilmiah Fetomaternal


395
Kontroversi Imunologi Preeklamsi

Anita Deborah Anwar


Divisi Fetomaternal KSM /Dep Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk kekebalan maternal). Mekanisme menghindari


mempertahankan diri dari semua organisme ataupun penolakan sistem kekebalan tubuh ibu belum banyak
toksin yang dapat mengganggu atau merusak diketahui saat itu. Selanjutnya studi menunjukkan
jaringan dan organnya. Kemampuan ini yang disebut adanya kekebalan maternal aktif dilokasi implantasi
sebagai imunitas. 1 Pada kehamilan baik pada mausia dan ini mendukung teori dari Medawar. Sebagai
maupun hewan terdapat karakteristik yang khas konsekuensinya, sejak pengamatan awal Medawar,
yaitu sel fetus. Sel maternal dan sel fetus sebenarnya banyak penelitian dilakukan untuk menjelaskan
terdapat sistem agar saling mengenali, sehingga paradox ini, banyak yang terpusat pada bagaimana
tidak dianggap sebagai benda asing. Akan tetapi pada janin dan plasenta menekan sistem kekebalan
beberapa kasus terutama yang berhubungan dengan maternal yang aktif dan agresif. 4
komplikasi kehamilan, sistem ini tidak berjalan Pada tahun 1991, Cobern dan Main
sempurna, sehingga sel fetus dianggap benda asing mengubah kerangka konsep dari imunologi
dan menimbulkan rekasi negative dari sistem imun reproduksi maternal –placenta bukan maternal –
ibu.2, 3 fetus, dengan focus pada interaksi antara sistem
Colbern dan Main pada tahun 1991 kekebalan tubuh ibu dan plasenta daripada
mendefinisikan ulang kerangka konseptual janin. Blastokis pada perkembangan awal terbagi
imunologi reproduksi sebagai toleransi terhadap menjadi dua kelompok sel massa, inner cel mass
plasenta ibu dan bukan toleransi ibu-janin, yang menjadi embrio dan trophoectoderm embrio
memusatkan interaksi dari sistem kekebalan tubuh eksternal , yang pada akhirnya menghasilkan
ibu pada plasenta dan bukan pada janin. Embrio di plasenta. Sel dari plasenta langsung berinteraksi
Perkembangan awal terbagi menjadi dua dengan sel rahim dalam hal ini sistem imun maternal,
kelompok sel, internal, inner cell mass, yang dan sel-sel dari plasenta mempunyai kemampuan
berkembang menjadi embrio dan lapisan luar, menolak sistem imun maternal. Janin sendiri tidak
dan outer cell mass , yang menjadi trofoblas berkontak langsung dengan sel maternal. Seperti
sel dan kemudian plasenta. Sel dari plasenta adalah telah diketahui janin mengekspresikan agen major
satu-satunya bagian janin untuk berinteraksi histocompatibility complex (MHC) paternal. Sehingga
langsung dengan sel uterus ibu dan memunculkan sesuai postulat dari Medawar , fetus akan ditolak
reaksi imun. Dengan munculnya pemikiran- oleh sistem imun ibu jika dikeluarkan dari eksternal
pemikiran tentang hal tersebut maka berkembanglah trophoblast plasenta.4
pembahasa-pembahasan tentang imunologi pada
kehamilan. 3 RESPON IMUN MATERNAL TERHADAP TROFOBLAS:
Dua pertanyaan yang mendasari penelitian UTERUS HAMIL SEBAGAI TEMPAT IMUN DENGAN
tentang imunologi pada kehamilan, yaitu mengapa KEKHUSUSAN TERTENTU
tubuh seorang ibu tidak menolak kehamilannya? Atau
mengapa seorang ibu menolak kehamilannya?. Lebih Implantasi adalah proses ketika blastokist terhubung
dari 50 tahun yang lalu, seorang imunologis , Sir Peter dengan endometrium gestasional maternal (yaitu;
Medawar, mengusulkan sebuah teori, semi allograf, desidua). Selama periode ini, trofoblas semi-
mengapa janin tidak ditolak oleh sistem kekebalan allogeneic kontak secara langsung dengan darah
maternal. Dalam karya aslinya, dia menggambarkan uterus maternal dan sel imun yang dibawa darah.
“analogi allograf janin”, dimana janin dipandang Pada kebanyakan kasus, penolakan janin oleh sistem
sebagai sebuah konsepsi semi allogeneic (dibuat kekebalam maternal dicegah leh mekanisme tertentu
dari antigen ayah dan oleh karena itu asing ke sistem yang beberapa hal masih dalam penelitian.. Lima hal

Buku Ilmiah Fetomaternal


396
Kontroversi Imunologi Preeklamsi

yang perlu dibahas adalah: 4 trofoblas berkomunikasi dengan setiap sel imun
1. Efek penghalang dari plasenta. Sampai akhir dan bagaimana mereka bekerja sama. Pada tingkat
1980 an , teori paling popular dari 5 teori molekul, para peneliti mencoba memahami
tersebut adalah bahwa hambatan mekanis yang bagaimana trofoblas mengenali apa yang sedang
dibentuk oleh plasenta mencegah pergerakan terjadi dan informasi dasarnya tipe sinyal yang mana
sel kekebalan tubuh di kedua arah dari feto- yang dikirim kemudian terjadi koordinasi komponen-
maternal. Hambatan tersebut menciptakan komponen seluler pada tempat implantasi. 4
keadaan ketidaktahuan imunologis dimana Penelitian terbaru, seperti sel imun
antigen janin tidak pernah dipaparkan dan bawaan, trofoblas mengekspresikan PRR (pattern
karenanya tidak pernah terdeteksi oleh sistem recognition receptor) yang berfungsi sebagai sensor
kekebalan tubuh ibu. Pendapat yang menentang lingkungan disekitarnya. Melalui reseptor ini ,
teori ini adalah penelitian yang menunujukkan trofoblas mengenali keberadaan bakteri, virus, sel
terdapatnya sel maternal di janin serta yang akan mati, dan jaringan yang rusak melalui
terdapatnya sel –sel janin di maternal. PAMP (Pathogen-associated molecular pattern)
2. Penekanan sistemik terhadap sistem kekebalan yang terdapat dimasing- masing organisme.5 Pada
tubuh ibu selama kehamilan. Teori ini berusaha pengenalan ini , trofoblas mensekresikan sitokin-
menjelaskan tentang sistem kekebalan maternal sitokin ,yang sebaliknya, bereaksi pada sel imun
yang tersupresi menyebabkan ketidakmampuan didalam desidua (makrofag, sel T regulasi, sel NK),
menolak fetus. Ada beberapa pendapat yang yang “mendidik mereka untuk bekerja sama dalam
menyangkal teori ini, dengan alasan jika sistem mendukung fetus yang sedang berkembang.4
kekebalan maternal tersupresi hebat, maka Bagaimana dengan preeklamsi? Preeklamsi
seorang wanita hamil tidak akan bertahan merupakan kelainan pada kehamilan yang
untuk hidup. menyebabkan mortalitas dan morbiditas maternal
3. Perubahan sitokin local dan sistemik dari dan perinatal. Teori-teori tentang etiologi preeklamsi
TH1 ke TH2 dari profil sitokin. Perubahan cukup banyak ditulis di jurnal ilmiah, baik penelitian
ini bergantung pada usia kehamilan karena pada hewan coba ataupun pada manusia, beberapa
kehamilan merupakan suatu keaadaan yang pro diantaranya : plasentasi yang buruk, disfungsi endotel,
infamasi dan anti inflamasi tergantung dari usia inflamasi maternal yang berlebihan, angiogenesis
kehamilannya yang tidak baik, serta plasenta hipoksia.6-9 Secara
4. Tidak adanya molekul MHC kelas 1 pada epidemiologi menunjukkan respon imun sangat
trofoblas. Hal ini tidak seluruhnya benar karena berperan terhadap kejadian preeklamsi, diantaranya:
tetap didapatkan MHC kelas 1 pada permukaan preeklamsi terjadi paling sering pada konsepsi
maternal –fetal, akan tetapi ekspresi MHC kelas pertama kali (nuligravida), paparan semen jangka
1 ini tidak sesuai dan hipotesis menyebutkan panjang mengurangi risiko preeklamsi, frekuensi
jika jaringan fetus secara antigen immature preeklamsi pada kasus donasi gamet sangat tinggi,
sehingga tidak terprovokasi oleh sel T maternal. berkurangnya kekebalan sel T terkait penyakit HIV
5. Penekanan kekebalan local yang dimediasi oleh dihubungkan dengan rendahnya kejadian preeklamsi
sistem Fas/Fasl.4 Hiipotesis terakhir adalah pada pasien HIV.7 Nuligravida berisiko lebih tinggi
penekanan kekebalan spesifik atau mekanisme preeklamsi dibandingkan dengan multigravida, akan
regulasi selama kehamilan. Menurut hipotesis tetapi multigravida yang menikah lagi risiko terjadinya
ini, sel kekebalan yang secara spesifik mengenali preeklamsi sama dengan nuligravida. Temuan ini
paternal alloantigens dihapus dari sistem menunjukkan bahwa toleransi antigen spesifik
kekebalan tubuh maternal. Satu mekanisme paternal terinduksi selama “kehamilan pertama”,
dimana antigen paternal dikenali sel T dan sel T memori ini yang menginduksi toleransi
kemungkinan dihapus melalui induksi apoptosis antigen spesifik paternal secara cepat mengekspansi
oleh Fas / Fas ligand (FasL).4 pada kehamilan berikutnya dan menghasilkan risiko
Penelitian yang berkembang saat ini bukan maladaptasi yang rendah. Bukti epidemiologi lain
lagi mempertanyakan tentang mengapa fetus adalah paparan semen jangka panjang menurunkan
tidak ditolak oleh sistem kekebalan ibu tetapi risiko preeklamsi dan penggunaan kondom jangka
bagaimana trofoblas dan sistem imun maternal panjang berisiko preeklamsi. Pada preeklamsi sistem
bisa bersama-sama melindungi fetus dari infeksi. imun yang normal terjadi pada kehamilan berubah.
Keberhasilan kehamilan bergantung dari bagaimana Neutrophil dan monosit teraktivasi cukup tinggi, dan
Buku Ilmiah Fetomaternal
397
Anita Deborah Anwar

limfosit seperti sel NK, sel T CD 4 dan sel T CD 8 juga 8. El-Sayed AA. Preeclampsia: A review of the
teraktivasi (fig. 1). 7 pathogenesis and possible management
strategies based on its pathophysiological
DAFTAR PUSTAKA derangements. Taiwanese Journal of Obstetrics
and Gynecology. 2017;56(5):593-8.
1. Guyton AC, John E. Textbook of Medical 9. Robillard P-Y, Dekker G, Chaouat G, Scioscia M,
Physiolgy.Edisi ke 11. philadelpia: saunders Iacobelli S, Hulsey TC. Historical evolution of
elsevier; 2006. ideas on eclampsia/preeclampsia: a proposed
2. Pribadi A, Mose JC, Anwar AD. Kehamilan Resiko optimistic view of preeclampsia. J Reprod
Tinggi.Edisi. Jakarta: Sagung Seto; 2015. Immunol. 2017;123:72-7.
3. Mor G. Immunology of pregnancy.Edisi.:
Springer Science & Business Media; 2007.
4. Lockwood CJ, Iams JD, Greene MF. Creasy and
Resnik’s maternal-fetal medicine: principles and
practice.Edisi.: Elsevier Health Sciences; 2013.
5. Balasubbramanian D, Gelston CAL, Mitchell
BM, Chatterjee P. Toll-Like Receptor Activation,
Vascular Endothelial Function, and Hypertensive
Disorders of Pregnancy. Pharmacol Res. 2017.
6. Amaral LM, Wallace K, Owens M, LaMarca
B. Pathophysiology and current clinical
management of preeclampsia. Curr Hypertens
Rep. 2017;19(8):61.
7. Saito S, Shiozaki A, Nakashima A, Sakai M, Sasaki Y.
The role of the immune system in preeclampsia.
Mol Aspects Med. 2007;28(2):192-209.

Buku Ilmiah Fetomaternal


398
MANAJEMEN SHOCK HIPOVOLEMIK

Lilia Mufida

DEFINISI 2. Kegagalan sistem pompa jantung: gangguan


kontraktilitas (akibat dari iskemia, infark,
Syok hipovolemic merupakan keadaan berkurangnya miopati, miokarditis) atau aritmia mayor (VT
perfusi organ dan oksigenasi   jaringan yang atau a high degree A-V block)
disebabkan gangguan kehilangan akut dari darah atau 3. Obstruksi akibat emboli paru, tension
cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai pneumothorax atau tamponade jantung.
keadaan.Penyebab terjadinya syok hipovolemik 4. Maldistribusi aliran darah akibat hilangnya
diantaranya adalah diare, Muntah (dehidrasi),dan tonus vaskular (e/; sepsis, anafilaksis atau
trauma maupun perdarahan karena obstetri. Syok trauma spinal).
hipovolemik merupakan salah satu jenis syok dengan 1. Syok ditandai oleh ketidakseimbangan relatif
angka kejaian yang terbanyak dibandingkan syok antara suplai oksigen dan substrat dengan
lainnya. kebutuhan sel/jaringan tubuh
• Syok hipovolemik juga terjadi pada wanita 2. Lazimnya syok hanya terjadi pada kondisi suplai
dengan perdarahan karena kasus obsetri, angka oksigen menurun
kematian akibat syok hipovolemik mencapai 3. Kondisi normal: distribusi CO yg normal, DO2
500.000 per tahun dan 99% kematian tersebut lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan
terjadi di Negara berkembang. Sebagian metabolisme aerob.
besar penderita syok hipovolemik akibat 4. Oxygen reserve berperan sebagai buffer
perdarahan meninggal setelah beberapa jam bilamana terjadi penurunan DO2
terjadinya perdarahan karena tidak mendapat 5. Mekanisme kompensasi berupa peningkatan
penatalaksanaan yang tepat dan adekuat.. ekstraksi DO2 dimana VO2 relatif tetap
Sebagian besar penderita meninggal karena
tidak mendapat penganagan pada waktu yang
tepat. Penatalaksanaan syok hipovolemik yang
adekuat terutama pada fase kompensata akan
memberikan outcome yang cukup baik
• Terapi cairan yang tepat merupakan salah satu
cara untuk penatalaksanaan syok hipovolemik.
Terapi cairan yang tepat akan berdampak
pada penurunan angka mortalitas  pasien syok
hipovolemik, akan tetapi terapi cairan yang
tidak tepat akan mengakibatkan komplikasi
yang dapat membahayakan pasien misalnya
edem paru dan gangguan elektrolit. Shock Mekanisme kompensasi Syok:
terdiri dari: Sympathetic Nervous System (SNS)-Adrenal
• Syok septik 62% Response
• Syok hipovolemik 16% • SNS – Neurohormonal response Stimulated by
• Syok kardiogenik 16% baroreceptors
• Syok distributif ( lain) 4% – Increased heart rate
• Syok Obstruktif 2 – Increased contractility
Syok Obstruktif 2 – Vasoconstriction (SVR-Afterload)
Patofisiologi: – Increased Preload
Disebabkan 1 atau kombinasi dari 4 faktor berikut: • SNS - Hormonal: Renin-angiotension system
1. Berkurangnya venous return : volume sirkulasi – Decrease renal perfusi
berkurang (internal/eksternal). – Releases renin angiotension I

Buku Ilmiah Fetomaternal


399
Lilia Mufida

– angiotension II potent vasoconstriction 3. Hiperlaktatemia


& – abnormal cellular oxygen metabolism.
– releases aldosterone adrenal cortex Kadar laktat meningkat >1.5 mmol/liter (normal ± 1
– sodium & water retention mmol/liter (Gambar)
• SNS Hormonal: Antidiuretic Hormone Manajemen Shock:
– Osmoreceptors in hypothalamus Tujuan awal: Meningkatkan penghantaran Oksigen
stimulated (DO2) atau penggunaan Oksigen untuk mencegah
– ADH released by Posterior pituitary gland kerusakan sel dan organ
– Vasopressin effect to increase BP
– Acts on renal tubules to retain water Delivery Oksigen (DO2)
Stadium Shock:
DO = CO x Hb x 13,4 x SaO + (PaO x 0,003)
• Stadium kompensasi
2 2 2
– Suplai oksigen ke organ vital (otak, CO = SV x HR
jantung, ginjal) lebih diutamakan
(SV tergantung pada 3 komponen, yaitu :
– Gejala dan tanda seringkali tidak jelas
– Tonus pembuluh darah perifer dan Preload, Kontraktilitas dan Afterload)
denyut jantung meningkat
BP = SVR x CO
– Hipotensi belum terjadi
• Stadium dekompensasi
• Suport hemodinamik secara dini dan adekuat!!!
– Fungsi seluler menurun/memburuk
• Resusitasi dimulai walaupun penyebab belum
– Kegagalan fungsi organ (SSP, jantung,
diketahui
paru, ginjal, GIT, hati, hematologi,
– Etiologi dikoreksi dg segera begitu
metabolik, sistem imun)
diketahui
• Stadium terminal/irreversibel
• Pasang Kateter arteri (monitor TD / sampel lab.)
– Kerusakan organ ireversibel; intervensi
dan CVC (th/ cairan, obat2an, guide fluid therapi
tidak berguna lagi
Diagnosis berdasarkan gambaran klinis,
Komponen resusitasi: ‘VIP’ rule
hemodinamik, laboratorium.
• VENTILATION
1. Hipotensi arterial.
– Pemberian oksigen: ↑DO2 dan mencegah
– Tekanan sistolik < 90 mmHg atau MAP <
hipertensi pulmoner (monitor: AGD, pulse
70 mmHg, dengan takikardia.
oxymetri ??)
2. Gambaran klinis hipoperfusi jaringan, yang
– MV: pasien sesak berat, hipoksemia,
tampak dari 3“windows” tubuh:
asidemia persisten/memburuk (pH, <7.30).
– kutaneus (kulit dingin/berkeringat, dg
• Menurunkan: kebutuhan O2 dan LV
vasokonstriksi dan sianosis), renal (urine
afterload
output < 0.5 ml/KgBB/jam), neurologik
• Inisiasi MV → Diagnosis hipovolemia
(perubahan status mental: apatis,

disorientasi dan kebingungan)

Buku Ilmiah Fetomaternal


400
Manajemen Shock Hipovolemik

• INFUSE (Fluid Resuscitation)


– Memperbaiki microvascular blood flow
dan ↑ CO.
– Tujuan secara umum: CO mencapai
preload-independent
• Secara klinis sulit dinilai → fluid
responsiveness

2. Kecepatan pemberian cairan.


Jumlah dan lama pemberian harus
ditentukan → gunakan infusion pump.
Surviving Sepsis Campaign: rekomendasi pada
severe sepsis dan septic shock: 30 ml/KgBB
kristaloid dalam 3 jam pertama.
3. Tentukan target Fluid challange
Peningkatan tekanan arterial sistemik,
Managemen syok: Penurunan denyut jantung, Peningkatan
• Fluid Resuscitation keluaran urin
− Miskonsepsi: 4. Batas keamanan (safety limit): Nilai CVP; bukan
• Pemberian cairan harus dihentikan panduan sempurna, tapi bisa digunakan.
karena: CVP tinggi, cairan sudah
terlalu banyak diberikan. PUMP (vasoactive agents)
• Takikardi adalah tanda defisit cairan − Vasopressors
• Target sampai CVP 12 mmHg, • Indikasi pada hipotensi berat/menetap,
menyingkirkan hipovolemi setelah pemberian cairan
− fluid-challenge technique • Bisa diberikan/sesuaikan bersamaan saat
• Digunakan untuk melihat respon resusitasi cairan berlangsung.
aktual pemberian cairan • Adrenergic agonists: First line
• Membatasi risiko efek samping vasopressors; mula kerja cepat, high
potency, waktu paruh singkat dan dosis
Fluid-challenge technique mudah disesuaikan.
1. Jenis cairan. • Stimulasi masing2 tipe reseptor adrenergik
− kristaloid (toleransi baik dan murah). albumin potensial menguntungkan dan juga
untuk koreksi severe hypoalbuminemia merugikan.
mungkin bisa diterima pd pasien tertentu. − Norepinephrine
hydroxyethyl starch pd pasien sepsis • Pilihan utama: efek predominan pada
meningkatkan mortalitas dibandingkan α-adrenergic, dan efek pada β-adrenergic
Ringer’s acetate Larutan saline: kontroversi membantu menjaga CO.
pd kondisi metabolik asidosis, karena • Signifikan ↑ MAP dan sedikit ↑ HR / CO
kandungan klorida. • Dosis : 0.1 to 2.0 µg/kgBB/menit
− Dopamine
• Efek predominan β-adrenergic (dosis
rendah) dan α-adrenergic (relatif lemah,
dosis tinggi).
• Dopaminergic stimulation, efek tdk
diinginkan pada hypothalamic–pituitary
system → immunosuppression (reduksi
Buku Ilmiah Fetomaternal
401
Lilia Mufida

pelepasan prolaktin). • MAP < 65-70 mmHg, bisa dipertimbangkan pada


• Dibandingkan norepinephrine, higher perdarahan akut tanpa komplikasi neurologis.
rates of death pada pasien syok septic. Kadar Laktat
• Tidak direkomendasikan pada pasien syok 1. Peningkatan kadar laktat: tanda fungsi seluler
• Epinephrine abnormal
• stronger agent, efek predominan pd 2. Pada low-flow states, hiperlaktatemia terjadi
β-adrenergic (dosis rendah), dan efek metabolisme anaerob.
α-adrenergic (dosis tinggi) 3. Syok distributif, patofisiologi > kompleks,
• ↑ kejadian aritmia, ↓ aliran darah splanchnic meliputi glikolisis dan inhibisi pyruvate
dan ↑ kadar laktat (↑ cellular metabolism). dehydrogenase.
• Prospective, randomized studies: tidak ada 4. Terapi efektif → penurunan kadar laktat setelah
kelebihan efek dari epinephrine dibandingkan periode (beberapa jam) tertentu.
norepinephrine pd pasien syok. second-line
agent untuk kasus2 yg berat.
• Vasopressin
• Defisiensi sering dijumpai pada pasien2 dg syok
distributif yg hyperkinetic
• low-dose vasopressin dapat meningkatkan
tekanan arterial.
• The Vasopressin and Septic Shock Trial (VASST).
N Engl J Med 2008;358:877-87.
• Tambahan low-dose vasopressin pada
norepinephrine, pada pasien syok septik; Aman.
• survival lebih baik pada syok moderat yg juga
mendapatkan glucocorticoids.
• Dosis tidak lebih dari 0.04 U/menit, hanya
diberikan pada pasien dg high level of cardiac
output.
• Dobutamine Kesimpulan:
− Inotropik Pilihan untuk meningkatkan CO.
− Meningkatkan takikardia. Syok selalu dihubungkan dengan morbiditas dan
− Dosis awal bbrp mikrogram/kgBB/menit mortalitas yang tinggi
bermakna meningkatkan CO. Identifikasi yg cepat menentukan penanganan yg
− dosis > 20 µg per kilogram per minute, cepat dan tepat.
hanya memberikan sedikit tambahan Penatalaksanaan yg tepat harus didasarkan
keuntungan. pemahaman mekanisme patofisiologi yang baik.
− Dapat meningkatkan perfusi kapiler pd Terapi meliputi; koreksi penyebab dan stabilisasi
syok septik (tdk tergantung efek sistemik). hemodinamik.
• Dengan menurunkan ventricular afterload → Monitoring meliputi; evaluasi klinis, pengukuran
CO meningkat kadar laktat, dan evaluasi mikrovaskular.
• Keterbatasan: dapat menurunkan tek. Arterial
• Nitrates (dan vasodilator lain); berpotensi
memperbaiki perfusi mikrovaskular dan fungsi
selular.
Goal hemodinamik support tersebut akan
menghasilkan:
• Tekanan Arterial
• Koreksi hipotensi untuk menjamin metabolisme
sel adekuat.
• Target awal: MAP 65-70 mmHg.
• Selanjutnya sesuaikan target perfusi jaringan
(status mental, kulit, urin output)
Buku Ilmiah Fetomaternal
402
Peran Doppler Dalam Pengelolaan Kasus PJT

Yudianto Budi Saroyo


Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta

Latar Belakang didefinisikan sama dengan Kecil Masa Kehamilan


(KMK) atau Small for Gestational Age (SGA).1, 2,
Kompleksitas pertumbuhan janin masih 5
KMK merupakan kondisi berat janin < persentil-10
menjadi tantangan dalam praktek klinis obstetri. usia kehamilan pada grafik pertumbuhan sesuai
Pertumbuhan janin terhambat atau Intra uterine populasi.2, 5 Hal yang perlu diperhatikan dalam
Growth Restriction (IUGR) merupakan salah satu praktek klinis adalah tidak semua janin PJT lahir
masalah kompleks obstetri yang banyak didapatkan dengan berat < persentil-10, namun telah terjadi
hingga saat ini1 PJT menjadi masalah obstetri dinegara pertumbuhan janin suboptimal.4, 5 Pertumbuhan
berkembang dan negara tertinggal dengan insidensi janin suboptimal didapatkan pada 28-45% janin KMK
hingga 6x dibandingkan negara maju1, 2. Keterbatasan tanpa kelainan anomali yang mengalami stillbirth.5
pemahaman diagnosis, tidak dilakukannya deteksi
dini, pilihan modalitas penegakkan diagnosis serta Etiologi
keterbatasan tatalaksana mempengaruhi tingginya
morbiditas dan mortalitas keluaran janin akibat PJT.1 Kompleks maternal-fetal-placenta berperan
Akurasi penegakkan diagnosis PJT, seleksi janin risiko paling penting dalam pertumbuhan janin.2, 3, 5
PJT yang memerlukan pemantauan berkala serta Ketersediaan nutrisi serta asupan nutrisi maternal,
optimalisasi waktu kelahiran menjadi tantangan aliran darah uteroplacenta, perkembangan vili
dalam tatalaksana klinis PJT.1, 2 placenta, kapasitas vili trophoblast dan sirkulasi
Kompleks maternal-fetal-placenta berperan fetoplacenta menjadi kunci dalam menentukan
penting dalam pertumbuhan janin. Kinetik etiologi PJT.3 Ketidakseimbangan antara suplai nutrisi
pertumbuhan janin dan placenta saling berkaitan dari maternal-placenta dengan kebutuhan janin,
dan menjadi prediktor keluaran janin dan adapatasi malformasi janin, kelaianan metabolism bawaan
cardiovascular pada masa kanak-kanak.1, 3 Adanya serta kelainan kromosomal menjadi penyebab
gangguan kinetik yang mempengaruhi kompleks lain PJT.2 Kemajuan teknologi kedokteran saat ini
maternal-fetal-placenta perlu dideteksi dini untuk mengembangkan penelitian adanya kaitan gene
mencegah perburukan, menurunkan morbiditas dan polymorphism serta gangguan remodeling placenta
mortalitas.1, 3, 4. Modalitas deteksi adanya gangguan sebagai etiologi PJT.2, 3
kinetik aliran darah kompleks maternal-fetal-
placenta dilakukan melalui pemeriksaan Doppler.1, 4 Etiologi PJT6
Adanya pemeriksaan berkala doppler untuk evaluasi
placenta dan fetal pada janin risiko PJT tanpa kelainan
anomali berperan penting dalam mengetahui adanya
kondisi suboptimal intrauterine.4

Definisi

Pertumbuhan Janin Terhambat atau PJT merupakan


kondisi dimana janin gagal mencapai potensi
pertumbuhan biologis karena adanya disfungsi
placenta.3, 5 Pada beberapa literature, mendefiniskan
PJT sebagai taksiran berat janin < persentil-10 usia
kehamilan.1 Definisi ini membuat PJT dianggap
sama dengan KMK sehingga tatalaksana PJT menjadi
tidak adekuat Kondisi PJT seringkali tidak terdeteksi
ataupun tidak terdiagnosis akurat. PJT sering
Buku Ilmiah Fetomaternal
403
Yudianto Budi Saroyo

Fakto Genetik Penyebab PJT2 pada end-diastolic flow hingga absent end
diastolic atau hingga revesed. Adanya kondisi
reversed end diastolic menunjukkan gangguan
placenta tingkat lanjut dan berhubungan
dengan tingkat obliterasi > 70%. Adanya
absent ataupun reversed end diastolic flow
menunjukkan PJT berat dan oligohidramnion.
Pengukuran kuantitatif doppler A. umbilical
meliputi: Systolic/Diastolic ration (S/D) ratio,
Resistence index (RI) dan Pulsatility Index (PI).
Pada kondisi tidak terdeteksinya Absent atau
Reversed end diastolic, pengukuran doppler
dapat menggunakan S/D ratio atau PI.
Gambaran Doppler Ductus Venosus

Manifestasi Diagnostik Bermakna

Pemeriksaan sonografi biometri janin penting


dilakukan dalam pemantauan dan penegakkan
diagnosis PJT.1, 2 Deteksi dini PJT selama antenatal
serta pengawasan selama kehamilan dapat
memperbaiki keluaran janin, menurunkan
morbiditas dan mortalitas.1 Evaluasi biometri yang
perlu dilakukan,meliputi :7
a. Pemeriksaan sonografi estimasi berat janin <
persentil-10
b. Ukuran lingkar perut < persentil-5
c. Rasio HC/AC < persentil-10
d. Kurva pertumbuhan individu < persentil-10
e. Rasio panjang femur/lingkar perut > 23.5
f. Laju pertumbuhan lingkar perut < 11 mm
dalam 14 hari

Penilaian Doppler Pada PJT

Penilaian doppler pada evaluasi PJT berperan dalam


evaluasi adanya gangguan kinetik maternal-fetal-
placenta.1 Adanya hambatan dalam sistem hantaran
nutrisi dan oksigenasi meningkatkan risiko terjadinya A, Normal ductus venosus Doppler flow. Abnormal
PJT.1, 4 Pemeriksaan doppler pada kasus PJT meliputi ductus venosus Doppler waveform; B, absent; C,
:1 reversed A wave.

a. Doppler Arteri Umbilical


b. Doppler Arteri Serebri Media
Pemeriksaan doppler A. Umbilical dapat
Pada kondisi normal, sirkulasi cerebral
mendeteksi adanya resistensi perfusi darah
merupakan sirkulasi dengan impedansi
pada unit fetoplacenta. Adanya gangguan
tinggi dengan aliran berkelanjutan yang
pada maternal atau placenta, mengakibatkan
merepresentasikan fungsi cardiac. Arteri
obliterasi pada tunica muscularis arteri di stem
vili mengakibatkan adanya penurunan progresif
Buku Ilmiah Fetomaternal
404
Peran Doppler dalam Pengelolaan Kasus PJT

Gambaran Doppler Ductus Venosus A, Normal ductus venosus Doppler flow. Abnormal ductus veno
Doppler waveform; B, absent; C, reversed A wave.
cerebral media yang membawa > 80% c. Doppler Ductus Venosus
sirkulasi cerebral menunjukkan cabang Pemeriksaan doppler ductus venosus
utama sirkulus willis dan merupakan menunjukkan sirkulasi central janin dan status
pembuluh darah cerebral paling mudah fisiologis ventrikel kanan. Adanya penurunan
didapatkan untuk pemeriksan sonografi aliran, absent atau reversed flow menunjukkan
janin. Adanya fetal hypoxemia menunjukkan gangguan myocardiac dan peningkatan tekanan
adanya redistribusi central atau dikenal end diastolic dari ventrikel karena adanya
dengan Brain Sparring Effect. Adanya PI yang peningkatan afterload dari ventrikel kanan.
rendah pada pengukuran doppler A. Serebri Adanya abnormalitas doppler ductus venosus
media memunjukkan adanya redistribusi menunjukkan janin dengan kondisi PJT dengan
karena peningkatan aliran end diastolic. risiko mortalitas neonatal yang tinggi
Tanda redistribusi lainnya dapat melalui d. Doppler Arteri Uterina
penilaian Cerebroplacental Ratio (CPR): PI Aliran doppler arteri uterine normal akan
MCA/PI AU. Janin dengan brain sparring menunjukkan penurunan progresif seiring
effect berada pada < persentil-5. bertambah usia kehamilan. Hal ini karena
adanya adaptasi maternal terhadap invasi
trophoblast pada trimester 1 kehamilan.

Buku Ilmiah Fetomaternal


405
Yudianto Budi Saroyo

Gambaran Doppler Arteri Uterina

A, Normal; B, abnormal uterine artery Doppler flow

Karakteristik Penilaian Doppler1

Buku Ilmiah Fetomaternal


406
Peran Doppler dalam Pengelolaan Kasus PJT

Pada awal kehamilan, adanya notching f. Deteksi pulsasi vena umbilical menunjukkan
pada doppler arteri uterine dengan aliran kondisi preterminal
diastolic rendah menunjukkan impedansi
vascular yang tinggi. Seiring pertambahan usia Referensi :
kehamilan, impedansi vascular akan menurun
dengan adanya peningkatan diastolic dan 1. Society for Maternal-Fetal Medicine Publications
menghilangnya notching. Kondisi notching C, Berkley E, Chauhan SP, Abuhamad A. Doppler
persisten ditrimester 2 dan 3 kehamilan assessment of the fetus with intrauterine
menunjukkan adanya sirkulasi uterus abnormal. growth restriction. Am J Obstet Gynecol.
Kondisi lain, adanya PI > persentil-95 kehamilan 2012;206(4):300-8.
menunjukkan kondisi abnormal. 2. Sharma D, Shastri S, Sharma P. Intrauterine
Growth Restriction: Antenatal and Postnatal
Kesimpulan Aspects. Clin Med Insights Pediatr. 2016;10:67-
83.
Pertumbuhan janin terhambat masih menjadi 3. Burton GJ, Jauniaux E. Pathophysiology of
tantangan dalam praktek obstetri modern. Deteksi placental-derived fetal growth restriction. Am J
kondisi pertumbuhan janin suboptimal, akurasi Obstet Gynecol. 2018;218(2S):S745-S61.
diagnosis PJT, seleksi janin risiko PJT untuk evaluasi 4. Unterscheider J, Daly S, Geary MP, Kennelly
berkala, serta penentuan waktu kelahiran sangat MM, McAuliffe FM, O’Donoghue K, et al.
berperan dalam memperbaiki keluaran janin.1-3 Predictable progressive Doppler deterioration in
Beberapa hal penting yang perlu dipahami, meliputi : IUGR: does it really exist? Am J Obstet Gynecol.
a. Penentuan usia kehamilan dengan adanya USG 2013;209(6):539 e1-7.
trimester 1. Hal ini terutama bila hari pertama 5. McCowan LM, Figueras F, Anderson NH.
haid terakhir (HPHT) tidak dapat dipastikan. Evidence-based national guidelines for the
b. USG terarah untuk pemantauan serial management of suspected fetal growth
pertumbuhan pada janin risiko PJT restriction: comparison, consensus,
c. Tidak adanya penambahan pertumbuhan and controversy. Am J Obstet Gynecol.
lingkar perut dan oligohidramnion tanpa 2018;218(2S):S855-S68.
ketuban pecah dan tanpa kelainan ginjal janin 6. Brodsky D, Christou H. Current concepts in
merupakan risiko tinggi adanya PJT intrauterine growth restriction. J Intensive Care
d. Pemeriksaan Doppler perlu dilakukan Med. 2004;19(6):307-19.
dalam tatalaksana PJT dan bermakna dalam 7. Miller J, Turan S, Baschat AA. Fetal growth
menurunkan kematian janin. restriction. Semin Perinatol. 2008;32(4):274-80.
e. Adanya Absent atau Reverse end-diastolic
flow pada arteri umbilical merupakan indikasi
pemberian steroid pada janin premature dan
indikasi akhiri kehamilan pada janin matur.

Buku Ilmiah Fetomaternal


407
Biometri Janin

Isharyah Sunarno
Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

Pendahuluan janin.
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan tentang
Saat ini ultrasonografi (USG) merupakan modalitas penetapan UK dan TBJ dengan menggunakan
yang diterapkan sebagai bagian dari layanan asuhan beberapa parameter USG yang sering digunakan
antenatal(Salomon et al., 2013). Mesin USG dengan dalam praktek klinik.
harga relatif murah telah tersedia di pasaran,
sehingga sarana USG di fasilitas kesehatan tingkat Trimester Pertama
pertama dapat ditemukan di beberapa kota di
Indonesia. Sebelumnya, pemeriksaan USG diterapkan terutama
Pemeriksaan USG sangat membantu dalam untuk trimester dua dan tiga. Namun seiring dengan
tatakelola ibu hamil. Hingga saat ini belum ada perkembangan teknologi, termasuk pemindaian
kesepakatan tentang grafik rujukan dan standar transvaginal dengan frekuensi tinggi, memungkinkan
pertumbuhan janin pada semua populasi; hal diperolehnya gambaran USG trimester pertama
ini memperuncing perdebatan terkait kegagalan dengan resolusi tajam. Periode trimester pertama
membuat perbandingan langsung ukuran dan adalah saat pertama kalinya kehidupan dikonfirmasi
pertumbuhan janin. Namun demikian, pengukuran hingga UK 13 minggu + 6 hari. Istilah embrio
sonografis beberapa struktur janin, dapat digunakan untuk UK sebelum 10 minggu dan janin
menentukan dengan akurasi tinggi : usia kehamilan (fetus) pada UK setelah 10 minggu(Salomon et al.,
(UK), taksiran berat janin (TBJ), dan ada tidaknya 2013). Kantong kehamilan (Gestational Sac = GS)
kelainan beberapa organ atau bagian janin(Benson merupakan tanda pertama yang terlihat dengan
and Doubilet, 2017; Ohuma, Njim and Sharps, modalitas USG pada kehamilan dini. Sesungguhnya
2018). Gangguan pertumbuhan janin merupakan bentuk lingkaran yang dilihat oleh sonografer dan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal diidentifikasi sebagai kantong kehamilan, merupakan
baik di negara industri maupun di negara sedang kantong korionik. Kantong korionik merupakan vili
berkembang(Salomon et al., 2011). korionik yang sedang berkembang dan menyebabkan
Istilah UK, merupakan usia dari kehamilan cincin ekogenik terang yang tampak dekat kavum
yang ditetapkan berdasarkan hari pertama haid endomterium. Cairan yang terdapat didalamnya
terakhir (HPHT) (menstrual age). Selain dari istilah merupakan cairan korionik dalam perkembangan
UK berdasarkan HPHT, terdapat juga istilah UK sangat dini. Dengan USG transabdominal (TAS),
berdasarkan perkiraan tanggal konsepsi ditambah 2 GS terlihat pada UK 6 minggu; sedangkan dengan
minggu, yang disebut usia konsepsional. Berdasarkan USG transvaginal (TVS), GS terlihat pada UK 5
UK, ditetapkan taksiran persalinan (TP) (estimated minggu(Salomon et al., 2013; Benson and Doubilet,
due date = EDD atau estimated date of confinement 2017). Ibu hamil yang datang untuk pemeriksaan
= EDC) yang dihitung 40 minggu setelah UK. Pada antenatal pertama kalinya pada trimester pertama,
saat UK telah ditetapkan berdasarkan USG maupun maka usia kehamilan berdasarkan USG ditetapkan
informasi klinik, maka UK dan TP tidak disesuaikan berdasarkan mean sac diameter (MSD) dari kantong
lagi pada pemeriksaan antenatal berikutnya. UK yang kehamilan jika embrio belum tampak. MSD dihitung
ditetapkan berdasarkan HPHT memiliki kelemahan dengan menjumlahkan nilai pengukuran diameter
yaitu jika ibu tidak mengingat dengan pasti tanggal koronal dan diameter anteroposterior yang tampak
HPHT nya atau pada ibu yang memiliki siklus haid pada potongan transversal dan diameter sagital pada
tidak teratur. Oleh karena itu, penetapan UK perlu potongan longitudinal kemudian dibagi tiga. Kantong
dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG(Benson and kehamilan tampak sebagai lingkaran dengan tanda
Doubilet, 2017). Peralatan USG pada saat ini, telah intradesidual atau dikenal sebagai tanda “double
dilengkapi dengan konversi langsung penetapan sac”(Salomon et al., 2013; Benson and Doubilet,
UK dan EDD berdasarkan dari pengukuran biometri 2017).
Buku Ilmiah Fetomaternal
408
Biometri Janin

Gambar 1 Pengukuran Crown – Rump Length Gambar 2 Bidang Transtalamik untuk


(dikutip dari : Salomon dkk) pengukuran BPD, OFD, HC (dikutip
(Salomon et al., 2013) dari : Salomon dkk)(Salomon et al.,
Jika embrio sudah tampak (embryonic pole), 2011)
maka dilakukan pengukuran panjang embrio yang
diukur mulai dari puncak kepala janin hingga bagian BPD diukur dengan menempatkan kaliper
paling bawah (dasar) pantat janin(Salomon et al., paling dekat dengan probe USG pada sisi luar (outer)
2013; Benson and Doubilet, 2017). tulang calvarium dan kaliper sisi berlawanan pada
Syarat pengukuran ini adalah janin berada sisi dalam (inner) tulang calvarium; cara ini disebut
pada posisi netral, yaitu tidak hiperfleksi dan tidak “outer to inner”. OFD diukur dengan menempatkan
pula hiperekstensi. Pengukuran ini disebut Crown – kaliper pada garis tengah anterior di pertengahan
Rump Length (CRL)(Salomon et al., 2013; Benson and garis ekogenik tulang frontal ke posterior di
Doubilet, 2017). pertengahan garis ekogenik tulang oksipital. HC
Kantong kehamilan tanpa yolk sac (YS) dan diukur dengan membuat bentuk elips mengelilingi
embrio didalamnya menetapkan secara akurat UK 5 pinggir luar tulang calvarium. Pengukuran BPD,
minggu. Kantong kehamilan dengan YS tanpa embrio, OFD dan HC pada bidang yang sama, dengan syarat
menetapkan UK 5,5 minggu. Sedangkan kantong seluruh bidang aksial kepala janin tampak pada
kehamilan dengan YS dan embrio dengan diameter < monitor termasuk seluruh kepala dari tulang frontal
2 mm disertai denyut jantung janin, menetapkan UK sampai tulang oksipital(Salomon et al., 2011; Benson
6 minggu(Benson and Doubilet, 2017). and Doubilet, 2017).
AD dan AC diukur pada potongan aksial
Trimester Dua dan Tiga abdomen janin pada bidang setingkat gaster
dan bagian intrahepatik vena umbilikalis. Syarat
Pengukuran paling sering digunakan untuk potongan aksial abdomen yang tepat adalah :
menetapkan UK pada kehamilan trimester 2 dan 3 abdomen sebulat mungkin, permukaan kulit bagian
adalah Biparietal Diameter (BPD), Occipitofrontal luar abdomen seluruhnya tampak, dan penempatan
Diameter (OFD), Head Circumference (HC), kaliper akurat(Salomon et al., 2011; Benson and
Abdominal Diameter (AD), Abdominal Circumference Doubilet, 2017). engukuran AD dibuat dengan
(AC), dan Femur Length (FL)(Benson and Doubilet, melakukan dua pengukuran: anteroposterior (kaliper
2017). ditempatkan pada garis tengah anterior abdomen ke
BPD, OFD, dan HC diukur pada potongan garis tengah posterior – tepatnya di belakang tulang
aksial kepala janin pada beberapa tingkat potongan, belakang) dan transversal (kaliper ditempatkan tegak
namun yang paling sering digunakan adalah pada lurus anteroposterior pada kedua sisi abdomen
tingkat setinggi potongan bidang yang menampilkan janin)(Salomon et al., 2011; Benson and Doubilet,
thalamus kiri dan kanan, ventrikel tiga, dan cavum 2017). AC diukur dengan membuat bentuk elips
septum pellucidum, dengan calvarium dan organ- pada permukaan luar kulit abdomen(Salomon et
organ intracranial tampak simetrik pada kedua sisi al., 2011; Benson and Doubilet, 2017). AC diukur
yang dibatasi oleh falx cerebri(Salomon et al., 2011; dengan membuat bentuk elips pada permukaan luar
Benson and Doubilet, 2017). kulit abdomen(Salomon et al., 2011; Benson and
Doubilet, 2017).
Buku Ilmiah Fetomaternal
409
Isharyah Sunarno

sehingga dianjurkan untuk tidak menggunakan AC


sebagai parameter tunggal penentu UK. Semakin
bertambah UK, semakin menurun tingkat ketepatan
pengukuran parameter dalam memperkirakan UK,
sehingga pada akhir trimester tiga, ketepatan taksiran
UK dengan menggunakan parameter HC adalah
sekitar 3,5 minggu berbeda dari UK sesungguhnya.
Kesalahan pengukuran akibat pengambilan bidang
pengukuran atau penempatan kaliper tidak tepat
mengakibatkan kesalahan dalam menaksir UK dan
berat janin(Benson and Doubilet, 2017).

Taksiran Berat Badan Janin (TBJ)

Gambar 3 Pengukuran Abdominal Diameter Formula paling sering digunakan untuk mengukur
(dikutip dari : Callen) (Benson and TBJ adalah formula yang ditemukan oleh Hadlock
Doubilet, 2017) dkk (1985). TBJ paling akurat dilakukan pada usia
kehamilan akhir trimester dua dan pada trimester
PBentuk elips untuk mengukur sirkumferensia tiga. Sebelum rentang waktu tersebut, taksiran
(HC dan AC) dapat dilakukan dengan menelusuri sisi berat janin kurang akurat. Formula yang melibatkan
pengukuran kepala, abdomen, dan femur janin
memiliki kesalahan rata-rata 15% (±2 standard
deviations [SDs]). Ketepatan TBJ tidak dipengaruhi
oleh indeks massa tubuh ibu, jenis kelamin janin,
ataupun jumlah cairan ketuban. Variabilitas
intraobserver dan interobserver sangat tinggi untuk
taksiran berat janin; untuk mengatasinya maka
diterapkan teknik pengukuran dan optimalisasi
kualitas pencitraan misalnya dengan mendapatkan
landmarks anatomi yang jelas(Benson and Doubilet,
2017).
Untuk menilai apakah janin tumbuh sesuai usia
kehamilannya, digunakan persentil berat janin.
Gambar 4 Pengukuran Abdominal Circumfer- Persentil kurang dari 10 berarti janin kecil untuk
ence (dikutip dari : Callen) (Benson usia kehamilannya (small for gestational age = SGA)
and Doubilet, 2017) dan persentil lebih dari 90 berarti janin besar untuk
luar kulit kepala (HC) atau kulit abdomen (AC) janin; usia kehamilannya (large for gestational age = LGA)
cara ini dengan menggunakan perintah “trace” pada (Benson and Doubilet, 2017).
alat USG. Namun dapat juga dengan menggunakan Untuk memantau pertumbuhan janin, interval
perintah “ellipse” yang langsung membuat bentuk waktu pemeriksaan USG sekurang-kurangnya 7 hari;
elips pada gambar yang diukur. pertumbuhan janin normal pada UK 30 – 40 minggu
FL adalah pengukuran diafisis tulang adalah terjadi pertambahan rata-rata 220 gram
per minggu. Setelah UK 40 minggu pertumbuhan
femur. Epifisis tulang tidak dimasukkan kedalam
berat janin cenderung datar (plateau). Untuk
pengukuran karena hanya diafisis yang mengalami
mengevaluasi interval pertumbuhan janin, yaitu
osifikasi. Untuk memperoleh gambaran tulang dengan menghitung rata-rata pertumbuhan janin
femur yang tepat adalah dengan menempatkan (dengan menghitung selisih taksiran berat janin
femur tegak lurus terhadap pancaran USG kemudian antara dua pemeriksaan kemudian dibagi dengan
kaliper ditempatkan pada kedua sisi diafisis tulang jumlah minggu rentang waktu pemeriksaan) atau
femur(Salomon et al., 2011; Benson and Doubilet, dengan membandingkan persentil berat janin (jika
2017). persentil berat janin sama antara satu pemeriksaan
Dari semua parameter tersebut, AC merupakan dengan pemeriksaan lainnya maka pertembuhan
prediktor paling buruk untuk memperkirakan UK janin normal)(Benson and Doubilet, 2017).
Pemeriksaan USG untuk penentuan TBJ pada
Buku Ilmiah Fetomaternal
410
Biometri Janin

inpartu masih merupakan perdebatan. Stubert dkk pengambilan bidang pengukuran atau penempatan
(2018), dalam penelitian terhadap 1007 ibu dengan kaliper yang tidak tepat dapat semakin dikurangi,
kehamilan tunggal aterm, tidak merekomendasikan sehingga akurasi penentuan usia kehamilan dan
penilaian TBJ yang dilakukan pada saat admisi taksiran berat janin semakin mendekati angka
karena tidak memperbaiki hasil luaran ibu dan sesungguhnya.
janin(Stubert et al., 2018). Neonatus dengan
berat badan lahir sesuai usia kehamilannya adalah Daftar Pustaka
populasi heterogen dan di dalamnya terdapat satu
kelompok kecil janin berrisiko yang gagal mencapai 1. Benson, C. B. and Doubilet, P. M. (2017)
potensi pertumbuhannya. Pengukuran kecepatan CALLENS’S ULTRASONOGRAPHY IN OBSTETRICS
pertumbuhan AC pada trimester tiga disertai AND GYNECOLOGY. 6th edn. Philadelphia:
Elsevier Inc.
pemeriksaan doppler dan biomarker fungsi plasenta,
2. Hendrix, M. L. E. et al. (2019) ‘Reduced
memperbaiki identifikasi janin berrisiko mengalami
fetal growth velocities and the association
restriksi pertumbuhan janin(Hendrix et al., 2019). with neonatal outcomes in appropriate-for-
Mesin USG pada saat ini telah dilengkapi dengan gestational-age neonates: a retrospective
aplikasi grafik pertumbuhan janin yang dapat cohort study’, BMC Pregnancy and Childbirth.
digunakan sebagai patokan evaluasi tumbuh- BMC Pregnancy and Childbirth, 19(1), p. 31.
kembang janin. Grafik menunjukkan kurva rentang 3. Ohuma, E. O., Njim, T. and Sharps, M. C.
berat janin dengan persentilnya berdasarkan UK. (2018) ‘Current Issues in the Development
of Foetal Growth References and Standards’,
Ringkasan Reproductive and Perinatal Epidemiology.
Current Epidemiology Reports, 5(1), pp. 388–
398.
Kemajuan teknologi memungkinkan implementasi
4. Salomon, L. . et al. (2013) ‘ISUOG practice
sarana canggih, termasuk USG dalam layanan
guidelines: Performance of first-trimester fetal
kesehatan. Dengan semakin terjangkaunya harga ultrasound scan’, Ultrasound in Obstetrics and
mesin USG, memungkinkan layanan pemeriksaan Gynecology, 41(1), pp. 102–113.
kehamilan dengan USG diterapkan di fasilitas 5. Salomon, L. J. et al. (2011) ‘Practice guidelines
kesehatan tingkat pertama; diharapkan teknologi for performance of the routine mid-trimester
ini meningkatkan tatakelola asuhan antenatal. fetal ultrasound scan’, Ultrasound in Obstetrics
Pemeriksaan biometri dasar terutama bermanfaat and Gynecology, 37(1), pp. 116–126.
dalam penentuan usia kehamilan dan taksiran berat 6. Stubert, J. et al. (2018) ‘Accuracy of immediate
janin. Jika terjadi penyimpangan temuan sonografi antepartum ultrasound estimated fetal weight
dari temuan klinis dalam rentang yang relatif jauh, hal and its impact on mode of delivery and
outcome - a cohort analysis’, BMC Pregnancy
ini merupakan keadaan yang memerlukan evaluasi
and Childbirth. BMC Pregnancy and Childbirth,
lanjut kehamilan. Dengan melakukan pemeriksaan
18(1), pp. 1–8.
USG secara terus menerus, maka kesalahan akibat

Buku Ilmiah Fetomaternal


411
Congenital pulmonary airway malformation (CPAM)

Dudy Aldiansyah
Divisi Fetomaternal Obstetri- Ginekologi FK-USU,
RSUP H. Adam Malik Medan

PENDAHULUAN

Congenital pulmonary airway malformation (CPAM)


adalah kelainan perkembangan saluran pernapasan
bagian bawah. CPAM merupakan kelompok
heterogen dari lesi paru-paru kistik dan non-kistik
yang dihasilkan dari kelainan perkembangan jalan
napas dini. Lesi CPAM secara histologis ditandai
oleh area adenomatosa padat, terdiri dari struktur
tubular padat yang menyerupai bronkiolus terminal
tanpa alveoli matang. Gejala dan hasil pemeriksaan
fisik pada anak dengan CPAM tidak spesifik.
Takipnea adalah tanda yang paling umum ditemui
pada periode bayi baru lahir yang mencerminkan
gangguan pernapasan dan akhirnya akan mengalami
sianosis.1,2
Diagnosis prenatal dapat dilakukan dengan Gambar 1. Potongan transversal dari thorax fetus
menggunakan ultrasonografi. Peningkatan 25 minggu usia kehamilan yang memperlihatkan
pemakaian dan kemampuan teknis ultrasonografi adanya makrositik CPAM yang didrainase dengan
prenatal dapat mendeteksi sebagian besar kasus menggunakan double pigtail catheter 5
kelainan paru bawaan sebelum lahir. Tidak ada
gambaran diagnostik spesifik CPAM dan untuk Pertumbuhan CPAM tidak dapat diprediksi
membedakannya secara tegas dari lesi paru-paru lain antara 18-26 minggu kehamilan. Pertumbuhan
seperti emfisema lobar kongenital atau sekuestrasi tercepat terjadi antara 20-25 minggu kehamilan,
paru. Beberapa parameter diagnostik seperti masa plateu biasanya dicapai pada 25 minggu
pengukuran CVR (Volume to Head Circumference dan regresi diamati setelah 29 minggu kehamilan.
Ratio) dan MTR (Mass To Thorax Ratio) digunakan Sedangkan pada sebagian besar kasus lesi
untuk memprediksi luaran janin.3,4 mengalami resolusi sepanjang kehamilan atau tetap
tidak berubah dan mengarah ke hasil yang lebih baik.
Tinjauan Pustaka Pada janin hidrops dan pergeseran mediastinum
yang parah, janin beresiko mengalami kematian
Congenital pulmonary airway malformation intrauterin atau kematian neonatal. 5,6,7
(CPAM) adalah sekelompok kelainan paru langka Lesi CPAM secara histologis ditandai oleh area
yang mempengaruhi saluran udara, parenkim, dan adenomatosa padat yang terdiri dari struktur tubular
pembuluh darah. Kelainan ini mewakili spektrum padat yang menyerupai bronkiolus terminal tanpa
perkembangan abnormal daripada entitas patologis alveoli matang. Daerah ini sangat mirip paru-paru
diskrit yang disebabkan oleh kelainan perkembangan janin normal pada usia kehamilan 16 minggu. Ujung
paru-paru embrio pada berbagai tahap kehidupan alveoli postnatal hanya dapat diventilasi secara
intrauterin.2 Insidensi saat ini diperkirakkan 1 dari kolateral melalui pori-pori Kohn. Hal ini dianggap
12.000-15.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat sebagai abnormalitas hamartomatosa pada cabang
disebabkan oleh adanya peningkatan dari resolusi bronkial, sedangkan yang lain mendukung etiologi
USG sehingga kelainan kecil dapat ditemukan.1,5 terhambatnya perkembangan cabang bronkial janin
CPAM ditandai oleh pola jalan nafas abnormal dengan obstruksi jalan nafas. Meskipun mekanisme
selama morfogenesis percabangan paru dan seluler yang tepat terlibat patogenesisnya tidak
dibentuk oleh percabangan abnormal dari bronkiolus diketahui, banyak gen potensial yang dikaitkan
yang belum matang. dengan pembentukan kista paru-paru.8,9

Buku Ilmiah Fetomaternal


412
Congenital pulmonary airway malformation (CPAM)

Congenital pulmonary airway malformation


(CPAM) diklasifikan dan memiliki karakteristik
sebagai tipe 0-IV. Tipe 0 memiliki frekuensi 1-3%
dari kelahiran, kista kecil 0,5 cm dengan sel epitel
pseudostratif bersilia dan sel piala, terdapat tulang
rawan bronkiolar, dan semua lobus terlibat. Tipe I
dengan frekuensi 60-65% biasanya menyebabkan
gangguan pernapasan pada bayi baru lahir, beberapa
kista besar dengan 10 cm atau kista tunggal yang
dominan, lapisan epitel pseudostratif bersilia
dengan diferensiasi bronkiolar, sel mucinous pada
33% pasien dan tulang rawan pada 10% kasus, dan
hanya satu lobus yang terlibat. Tipe II: frekuensi
10-15%, bulan pertama kehidupan, beberapa kista
dengan 2,5 cm (penampilan seperti spons), lapisan
epitel kuboidal atau kolumnar bersilia, tidak adanya
sel-sel mukosa dan tulang rawan, dan keterlibatan
biasanya hanya satu lobus. Tipe III memiliki frekuensi
8% dimana janin mengalami pernapasan saat lahir, Gambar 3. Penampang transversal dari thorax janin
massa padat dengan penampilan adenomatoid dan 19 minggu usia kehamilan yang memperlihatkan
kista berukuran 1,5 cm, lapisan epitel kuboid bersilia, kelainan CPAM makrositik dengan pergeseran
tidak adanya sel mukosa dan tulang rawan, serta mediastinum berat. MTR : 26,9/42,3= 0,63
adanya keterlibatan hanya pada satu lobus atau
paru. Tipe IV memiliki frekuensi 10-15% dengan Cromblehome et al, volume to head
gangguan pernapasan bayi baru lahir, pneumotoraks, circumference ratio (CVR) yang disesuaikan dengan
pneumonia atau temuan insidental, kista perifer usia kehamilan dapat dilakukan untuk predikasi
dengan diferensiasi epitel asinar-alveolar, kista prognostik. Janin dengan CVR> 1,6 dianggap berisiko
berukuran 7 cm dan sel lapisan alveolar yang rata, lebih tinggi untuk terjadinya hidrops. Baru-baru ini
tidak ada sel mukosa dan tulang rawan, dan biasanya penelitian dari 64 kasus lesi paru-paru menemukan
hanya melibatkan satu lobus.1 rasio CVR> 1,6 memiliki sensitivitas 75% dan nilai
Diagnosis prenatal dapat dilakukan dengan prediksi positif 60%, nilai prediksi negatif 98% untuk
menggunakan ultrasound. Ultrasonografi dapat deteksi hidrops. Para penulis menyatakan bahwa
menunjukkan bukti hidrops, seperti asites janin meskipun CVR awal> 1,6 tidak dapat memprediksi
atau efusi pleura. Beberapa parameter diagnostik luaran janin yang lebih buruk secara umum, nilai titik
USG adalah pengukuran CVR ( Volume To Head potong 1,6 tidak cukup sensitif untuk menentukan
Circumference Ratio) dan MTR (Mass To Thorax janin berisiko. Nilai CVR <0,91 dianggap lebih
Ratio) berhubungan kuat dengan luaran janin.5 efektif untuk memprediksi luaran yang baik dengan
sensitivitas 89% dan nilai prediksi negatif 93%. Pada
studi kohort, janin dengan CVR <0,56 memiliki nilai
prediksi negatif 1,00 dengan sensitivitas 1,0 dan
spesifitas 0,40 memberikan luaran yang lebih baik
dan tidak membutuhkan intervensi 5
Penanda prognostik lain dideskripsikan oleh
Vu et al, yang melaporkan luaran dari 36 janin
dengan CPAM besar, termasuk 27 adalah janin
hidrops. Persentase hidrops adalah prognostik
penting menjadi luaran yang buruk pada CPAM.
Gambar 2. Penampang transversal dan Perhitungan dari mass to thorax ratio (MTR) diukur
longitudinal dari thorax fetus 19 minggu usia dengan potongan axial dari thorax janin, dan
kehamilan yang memperlihatkan kelainan CPAM memperlihatkan four chamber view dan berkorelasi
makrositik dengan pergeseran mediastinum. CVR: tinggi menjadi hidrops. Nilai titik potong MTR 0,56
2,88x1,77x2,31x0,52/16,1= 0,38 memiliki odds ratio 13,0 menjadi hydrops. Data
Buku Ilmiah Fetomaternal
413
Dudy Aldiansyah

menunjukkan efektivitas dari marker ini untuk menyarankan pembedahan dilakukan sebelum anak
memprediksi luaran dan perlu tidaknya dilakukan berusia 12 bulan untuk meningkatkan pertumbuhan
intervensi. MTR ,0,51 memiliki nilai prediksi positif kompensasi paru-paru. Bantuan pernapasan
0,54 dan nilai prediksi negatif 0,96 dan memiliki mungkin diperlukan sebelum dan sesudah reseksi.
sensitivitas 0,95 dan spesifitas 0,63. Pengukuran ini Komplikasi yang timbul akibat pembedahan harus
sangat mudah dilakukan saat melakukan scaning USG dirawat (mis. Perdarahan, infeksi, analgesia).15
dan dapat menjadi alat untuk memprediksi luaran
serta memberikan konseling terhadap keluarga.10 Kesimpulan
Risiko kematian pada janin dengan hidrops
tinggi. Indikator lain dari prognosis buruk termasuk Congenital pulmonary airway malformation
jenis lesi, dengan CPAM mikrokistik yang terkait (CPAM) adalah sekelompok kelainan paru langka
dengan hasil yang jauh lebih buruk. Ukuran yang mempengaruhi saluran udara, parenkim,
keseluruhan lesi juga telah dilaporkan sebagai dan pembuluh darah. CPAM dapat menyebabkan
prediktor penting untuk bertahan hidup; Fakta sianosis dengan faktor tambahan gangguan pada
bahwa CPAM dapat mengalami involusi dan pembuluh darah paru yang menyebabkan hipertensi
bahkan menghilang dalam rahim juga tidak dapat paru. Diagnosis prenatal dapat dilakukan dengan
disingkirkan. Polihidramnion juga dikaitkan dengan menggunakan ultrasound dengan beberapa
hasil yang lebih buruk.11,12 parameter diagnostik seperti pengukuran CVR
Gejala dan hasil pemeriksaan fisik pada anak (Volume to Head Circumference Ratio) dan MTR
dengan CPAM tidak spesifik. Takipnea adalah tanda (Mass To Thorax Ratio) . Janin dengan CVR > 1,6 dan
yang paling umum ditemui pada periode bayi baru MTR > 0,56 memiliki peningkatan risiko terjadinya
lahir yang mencerminkan gangguan pernapasan hidrops.
dan akhirnya akan mengalami sianosis. Tanda-tanda
udara yang terperangkap juga dapat ditemukan, Daftar Pustaka
termasuk deviasi trakea yang menunjukkan
pergeseran mediastinum, bunyi jantung bergeser, 1. Congenital cystic lesions of the lung. Durell, J.
dan penurunan masuknya udara pada sisi yang dan Lakhoo, K. 2, Early Hum Dev  : s.n., 2014,
sakit.4 Sianosis adalah perubahan warna kebiruan Vol. 90.
dari jaringan akibat penurunan kadar absolut 2. Congenital pulmonary airway malformation
dari hemoglobin kapiler. Sianosis sentral sering (CPAM). Nadeem, M., Elnazir, B. dan Greally, P.
disebabkan oleh masalah sirkulasi atau ventilasi 10, s.l. : Scientifia Hindawi, 2012, Vol. 29.
yang menyebabkan oksigenasi darah buruk di paru- 3. Pulmonary cystic adenomatoid malformation
paru. Sianosis berkembang ketika saturasi oksigen in an adult patient: an underdiagnosed disease.
arteri turun di bawah 85% atau 75%. Sianosis akut Métivier, A. C., et al. 4, s.l. : Rev Pneumol Clin,
dapat sebagai hasil dari sesak napas atau tersedak, 2011, Vol. 67.
dan merupakan salah satu tanda yang pasti bahwa 4. Antenatal and postnatal management of
respirasi terhambat. Foto toraks hampir selalu congenital cystic adenomatoid malformation.
dapat mengidentifikasi CPAM dengan ukuran yang Kotecha, S., et al. 3, s.l.  : Paediatr Respir Rev,
cukup untuk menyebabkan masalah klinis. Temuan 2012, Vol. 13.
yang biasa didapatkan adalah massa yang berisi 5. Prenatal Diagnosis and Evaluation of
kista berisi udara. Tanda-tanda radiologis lain yang Sonographic Predictors for Intervention and
dapat ditemukan dengan jelas adalah pergeseran Adverse Outcome in Congenital Pulmonary
mediastinum, efusi pleura dan perikardial, serta Airway Malformation, Hellmund A, Berg C,
pneumotoraks.13,14 Geipel A, Bludau M, Heydweiller A, Bachour
Reseksi CPAM pada semua anak dianjurkan H, et al. Prenatal Diagnosis and Evaluation of
untuk menghilangkan risiko komplikasi langsung Sonographic Predictors forIntervention and
seperti infeksi berulang dan pneumotoraks. Potensi Adverse Outcome in Congenital Pulmonary
buruk dari CPAM di masa mendatang. Anak dengan Airway Malformation, 2016.
CPAM asimptomatik yang didiagnosis saat antenatal 6. Congenital lung malformations. Andrade, C. F.,
dapat dikontrol selama tidak dilakukan intervensi Ferreira, H. P. dan Fischer, G. B. 2, s.l.  : J Bras
bedah karena beberapa ukuran lesi dapat berkurang Pneumol, 2011, Vol. 37.
atau sembuh tanpa intervensi. Sebagian besar 7. Sacristán, B. L. dan Pena, B. F. Bronchial Atresia
Buku Ilmiah Fetomaternal
414
Congenital pulmonary airway malformation (CPAM)

1. in Lung Diseases . NYC : Elsevier Saunder, 2012. 6. Fishman, J. A., et al. Fishman’s Pulmonary
2. Pulmonary congenital cystic adenomatoid Disease and Disorders Fifth Edition. Elsevier
malformation type I. Morelli, L. I., et al. 1, s.l. : Saunder : NYC, 2015.
Diagnostic Pathology, 2009, Vol. 2. 7. Evaluation of cyanosis in the newborn. Pammi,
3. Price, S. A. dan Lorraine, M. W. Patofisiologi M. dan Arias, M. s.l. : BMJ, 2018.
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta  : 8. Doctor the baby is blue: an approach to the
EGC, 2016. diagnosis and management. Manehem , S. 1,
4. Vu L, Tsao K, Lee H, Nobuhara K, Farmer D, s.l. : International Journal of Pregnancy & Child
Harrison M, et al. (2007) Characteristics of Birth, 2017, Vol. 3.
congenital cystic adenomatoid malformations 9. Surgical management of congenital cystic lung
associated with nonimmune hydrops and malformations in older patients. Makhija, Z., et
outcome. J Pediatr Surg 42: 1351–1356. PMID: al. 5, s.l. : Ann Thorac Surg, 2011, Vol. 91.
17706495
5. Overview of cyanosis in the newborn.
Eichenwald, E. C., Weishmen, L. E. dan Kim, M.
S. 1, s.l. : Clin Perinatol, 2017, Vol. 32.

Buku Ilmiah Fetomaternal


415
PPROM: Peran Amnioinfusion

M. Adrianes Bachnas
Divisi Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/ RS Dr. Moewardi, Solo

Pendahuluan color doppler).


5. Anastesi lokal pada tempat tusukan sebelum
Di mana peran amnioinfusion? Banyak yang tusukan dengan lidokain (khususnya untuk yang
menyangsikan keberhasilan prosedur amnioinfusion. baru pertama kali mengerjakan amnioinfusion).
Dan hingga tulisan ini dibuat memang angka 6. Durante tusukan, pantau ujung dengan
keberhasilannya tidak dapat dikatakan sonografi dan panjang jangkauan. Jangan
menggembirakan. Meski, amnioinfusion dapat melebihi jarak tusuk yang telah dihitung secara
menjadi penyambung harapan ditengah tidak adanya sonografis sebelumnya.
opsi lain yang lebih baik. Misal seorang primigravida 7. Aspirasi, pastikan bukan pembuluh darah yang
18 minggu dengan anhidramnios, riwayat infertil tertusuk.
primer 8 th hamil pasca IVF; opsi lain: diagnosis 8. Gunakan spuit injeksi 20 cc yang sudah diisi
abortus inkomplet dan terapi dilatasi, evakuasi Nacl 0.9%, sambungkan dengan needle dan
produk kehamilan, dilanjutkan kuretase. semprot untuk membuat ruangan (bila ternyata
Misal gravida 30 minggu dengan IUFD letak lintang menusuk badan akan terbentuk emfisema
taksiran berat janin 1.8 kg; opsi lain: SC. Inpartu subkutan) tarik sedikit jarum dan semprot lagi.
aterm kala 1 fase aktif pembukaan 8 selaput 9. Setelah pasti ujung jarum berada pada ruang
ketuban (-) mekoneum kental dengan deselerasi aman yang dibuat tadi dan tidak menyentuh
variabel berulang; opsi lain SC. Dan yang terakhir badan janin ataupun bangunan lain maka
misal: Multigravida nulipara 26 minggu, ketuban dilanjutkan dengan menyambungkan needle
pecah dini; opsi lain? Beberapa contoh kasus di atas dengan selang infus tetesan 25-50 cc/ menit
memperlihatkan di mana amnioinfusion memiliki hingga SDP >3 cm, bila sulit maka lakukan
tempat yang cukup rasional untuk dilakukan. pumping dengan kateter three way.

Isi

Amnioinfusion secara umum dapat digunakan


antepartum atau intrapartum, pada selaput ketuban
yang pecah atau tidak pecah, dan sebagai sarana
diagnostik atau terapi (Shin YJ, 2016). Amnioinfusion
dapat dilakukan transervikal atau trans abdominal
dengan panduan sonogragi (Fisk, 91).
Teknik untuk mengerjakan amnioinfusion
perabdominal: Gambar 1 Ukur dan eksplorasi jalur jarum untuk
1. Menggunakan panduan sonografi. menghindari mata, umbilikus, akar umbilikus.
2. Menggunakan jarum khusus (dengan echotip),
bila tidak ada dapat menggunakan jarum
epidural.
3. Ukur dengan baik jarak target ujung jarum
hingga kulit tempat tusukan (secara sonografis),
sesuaikan dengan panjang jarum masuk (seperti
fungsi sonde saat kuretase).
4. Sebelum melakukan tusukan lakukan
pemeriksaan sonografis untuk melihat janin,
hindari mata, hindari umbilikus, hindari akar
umbilikus, hindari tusukan yang terlalu tinggi
pada abdomen ibu atau terlalu rendah (gunakan
Buku Ilmiah Fetomaternal
416
PPROM : Peran Amnioinfusion

yang direkomendasikan adalah indigo karmin 1:20


ml (Fisk NM, 1991).
Amnioinfusion pada beberpa studi memperlihatkan
keuntungan dalam kasus malpresentasi dengan
oligohidramnion untuk tetap dapat melahirkan janin
dengan selamat pervaginam (Todd, 2015). Beberapa
studi melaporkan sebelum prosedur dilakukan
semisal versi luar atau versi internal, disarankan
mencegah kontraksi dengan tokolitik atau kombinasi
anastesi regional (Cluver C, 2015). Pada studi Shin YJ,
2016 Amnioinfusion membantu keberhasilan pada
kasus gagal versi luar dengan angka keberhasilan
81.8% (Shin, 2016).
Gambar 2 Tusuk terarah, pastikan panjang Amnioinfusion dalam perannya mencegah kompresi
jarum masuk dan ujung jarum, buat kantung. tali pusat berulang pada oligohidramnion ditunjukkan
pada studi meta-analisis oleh Hofmeyer, 2013,
yang mensatir 14 studi dengan hasil amnioinfusion
memperbaiki tampilan irama jantung janin secara
signifikan dua kali lebih baik (RR: 0.54). Amnioinfusion
menurunkan angka seksio sesar separuhnya (RR:
0.69), menurunkan separuh neonatus dengan Apgar
dibawah 7 pada lima menit pertama (RR: 0.54),
menurunkan kejadian fetal asidemia separuhnya
(RR: 0.40), menurunkan lama rawat neonatus lebih
dari 3 hari separuhnya (RR: 0.45), menurunkan lama
rawat ibu lebih dari 3 hari separuhnya (RR: 0.41),
menurunkan infeksi nifas separuhnya (RR: 0.50).
Angka ini sebanding antara teknik amnioinfusion
transabdominal dan transservikal (Hofmeyer GJ,
2013). Pada kasus mekoneum telah lepas, maka
Gambar 3 Amnioinfusion dilanjutkan, mulai amnioinfusion mengurangi risiko sindroma aspirasi
terlihat penambahan cairan ketuban. mekoneum secara signifikan 19% lebih rendah
(Ashvin, 2013) dan 20% lebih rendah (Asnani M,
Amnioinfusion meningkatkan 50.98 hingga 2016). Beberapa penelitian lain misalnya AMIPROM
76.79% akurasi diagnostik sonografi pada kasus menunjukkan hasil yang belum konsisten namun ada
oligohidramnion. Khususnya untuk obstruksi uropati harapan kearah baik (Roberts D, 2014).
hal ini sangat penting untuk menilai struktur dan Amnioinfusion pada KPD preterm masih kontroversial.
fungsi ginjal, menilai struktur kelainan kongenital Cairan ketuban buatan yang dimasukkan
terkait serta prognosis mortalitasnya, kemudian diekspektasikan tidak akan bertahan lama dan keluar
diputuskan melakukan atau tidak melakukan melalui sobekan selaput ketuban. Beberapa upaya
tindakan invasif serta metode tindakan (Pryde PG, seperti membuat plug untuk menyumbat kanalis
2000). Terkait dengan angka survival janin pada servikalis dengan plasma rich protein dan sebagainya
oligohidramnion di trimester dua, bila dibandingkan dicoba untuk dilakukan namun hasil masih belum
antara kelompok dengan selaput ketuban utuh memuaskan (Chin M, 2005). Mengalirkan cairan
dengan yang pecah, ternyata lebih tinggi angka amnion secara kontinyu dengan membuat kanal
survival pada kelompok selaput ketuban yang pecah khusus (AFR port system) untuk mengejar cairan
yaitu 45% berbanding 18%. pada kasus ketuban yang terus keluar dari sobekan juga belum efektif
pecah dini preterm yang sulit dibuktikan, misal (Tchirikov M, 2010; 2013; 2015). Pencegahan
pemeriksaan obstetri tidak memperlihatkan cairan hipoplasia paru serta perpanjangan usia kehamilan
keluar dari OUE serta tes lakmus yang negatif, maka hingga bayi lahir adalah target utama. Infeksi laten
memasukkan cairan dalam proses amnioinfusion yang subklinis disinyalir sebagai penyebab kegagalan,
dengan kontras dapat menjadi suatu pilihan. Cairan dengan terjadinya kontraksi yang segera muncul
Buku Ilmiah Fetomaternal
417
M. Adrianes Bachnas

meyertai hingga bayi tak dapat ditahan untuk tidak masih kontroversial namun data menunjukkan angka
lahir. Oleh karenanya memberikan antibiotik dalam keberhasilan yang lebih baik. Hasil dari penelitian
prosedur ini dapat menjadi salah satu faktor penentu kami memperlihatkan amnioinfusion dan serkalse
keberhasilan tindakan, termasuk memberikan secara signifikan meningkatkan keselamatan janin
tokolitik, kortikosteroid, serta progesteron. (RR:12x lebih tinggi), menambah lama durasi
Keberhasilan amnioinfusion pada KPD preterm kehamilan dapat bertahan (2.5 minggu, p: 0.000),
adalah bila dalam 3 hari pasca prosedur SDP dapat meningkatkan berat bayi lahir (400 g, p:0.000). Angka
dipertahankan >3 dan tidak ada klinis keluarnya keberhasilan tindakan hingga janin selamat 22.5%.
cairan secara masif maupun tanda infeksi. Tidak Indikator yang berpengaruh terhadap keberhasilan
adanya kontraksi serta nuliparitas juga merupakan adalah nuliparitas (RR:4.8), dan minimalnya kontraksi
faktor penentu keberhasilan. Serklase yang dilakukan sebelum, saat, dan sesudah tindakan (RR:2).
sebelum tindakan amnioinfusion secara teoritik

Gambar 4 Prosedur amnioinfusion kontinyu oleh Tchirikov.

Gambar 5 Prosedur Amnioinfusion-Serklase di Solo.

Buku Ilmiah Fetomaternal


418
PPROM : Peran Amnioinfusion

Kesimpulan 3. Shin YJ, Ahn HK, Han JY. Evaluation of the success
rate following amnioinfusion in pregnant
Amnioinfusion dapat menjadi salah satu opsi women undergoing external cephalic version
perbaikan luaran janin pada kasus KPD preterm, after initial failure. J Korean Soc Matern Child
meskipun angka keberhasilan dapat dikatakan Health. 2016;20(2)163-8.
rendah. Edukasi sebelum tindakan penting agar 4. Todd JS, Ahmed AN, Kristi LB, Sherif EN, Brian
pasien tidak putus harapan namun juga tidak CB. Successful external cephalic version after
berekspektasi berlebihan. preterm premature rupture of membranes
utilizing amnioinfusion complicated by fetal
Daftar Pustaka femoral fracture. Case Rep Perinat Med. 2016.
5. Cluver C, Gyte GML, Sinclair M, Dowswell T,
1. Fisk NM, Ronderos DD, Soliani A, Nicolini Hofmeyr GJ. Interventions for helping to turn
U, Vaugghan J, Rodeck CH. Diagnostic and breech babies to head first presentation when
therapeutic transabdominal amnioinfusion using external cephalic version. Cochrane. 2015
in aligohydramnios. Obstet Gynecol. 6. Hofmeyr GJ, Essilfie-Appiah G, Lawrie TA.
2001;78(2)270-8. Amnioinfusion for preterm premature rupture
2. Roberts D, Vause S, Martin W, Green P, of membranes. Cochrane. 2011
Walkinshaw, Bricker L, Beardsmore C, Shaw 7. Tchirikov M, Zhumadilov, Winarno AS,
BN, McKay A, Skotny G, Williamson P, Alfirevic Haese R, Buchmann J. Treatment of preterm
Z. Amnioinfusion in preterm premature rupture premature rupture of membranes with oligo/
of membranes (AMIPROM): a randomised anhydramnion colonized by multiresistant
controlled trial of amnioinfusion versus bacteria with continuous amnioinfusion
expectant management in very early preterm and antibiotic administrations through
premature rupture of membranes -- a pilot subcutaneously implanted intrauterine port
study. Health Technol Assess. 2014;18(21):1- system: a case report. Fetal Diagn Ther. 2015
135

Buku Ilmiah Fetomaternal


419
Fetal Heart Program at A Tertiary Center in Jakarta: One-year Surveillance

Irvan Adenin, Gatot Abdurrazak, Adly Nanda Al Fattah, Lidomon Salim,


Winda Azwani, Sjarief Rohimi
The Fetal Heart Program, Harapan Kita Women and Children’s
National Hospital, Jakarta Indonesia

Introduction Methods

Congenital heart disease (CHD) affects 8–10 per A retrospective cohort study was performed on
1000 live births.1,2 It was associated with increased singleton and multiple gestations referred by
rates of neonatal morbidity and mortality.3 Neonatal primary or secondary level hospital for detail
death occurred in 8.4% and 54.2% respectively screening. Most of referral reasons were due to the
among conotruncal defects and left ventricular finding of multiple congenital anomalies or suspicion
outflow tract defects.3 Bahtyar, et al estimated the of CHD. Maternal demographic data (maternal age
survival rate of neonates with established prenatal and gestational age), information, and neonatal
diagnosis should be 90%. However, they who were information were collected from the patient medical
not detected prenatally were estimated to have 60% records. Institutional review board approval was
of survival rate.1 obtained from Harapan Kita Women and Children’s
In this era of advance ultrasound technology, hospital ethical committee.
the prenatal diagnosis is becoming very challenging Cardiac anomalies were grouped according
among obstetrician. However, ultrasound has to the congenital heart disease classification
relatively low overall rate of detection among CHD.2 scheme proposed by Botto et al 7 to include cardiac
In United states, 16% of cardiac anomalies were defect morphology, complexity, and accompanying
screened at primary healthcare.4 In Netherland, extracardiac defects. Baby’s phenotype was reported
CHD ultrasound screening programs increased the based on other congenital anomalies found during
prenatal detection rate to 35.8–59.7%. 5 On routine detail scan. The cardiac anomalies diagnosed both
screening, the overall detection of fetal cardiac prenatally and postnatally were compared between
anomalies is 30%. 1 referral and post-natal diagnosis, and between pre-
In Indonesia, the incidence of fetal anomalies natal and post-natal diagnosis. Referral diagnosis
was ranging from 2,93 to 3,43%. CHD was considered was established by the sentence written in the
as the 6th most frequent fetal anomalies. referral letter. Pre-natal diagnosis was determined
6 Since 2017, Harapan Kita Women and
by the experienced fetal sonographer and if needed,
Children’s Hospital developed The Fetal Heart the multi-disciplinary conference was conducted
Program, a multi-disciplinary team managing the to establish the diagnosis. Post-natal diagnoses
CHD starting from pre-natal diagnosis to the post- were made by the pediatrics cardiologists. Rates of
natal management. One of the vision is assess the neonatal death, respiratory morbidity (RM), NICU
accuracy of prenatal fetal diagnosis of CHD developed admission, NICU length of stay (LOS), first and fifth
by both of obstetrician and pediatric cardiologists minute Apgar score were described for each type of
compared to post-natal ultrasound. fetal cardiac anomaly. RM was defined by the need
Botto et al 7 proposed a classification scheme for respiratory support requiring any of the following:
for CHD considering the defect type, cardiac oxygen therapy with nasal cannulae, continuous
complexity, and extracardiac anomalies. We aim positive airway pressure, ventilator use, diagnosis
to report the profile of our fetal echocardiography of respiratory distress syndrome, hyaline membrane
examination by describing the list of CHD detected disease, bradycardia, or pulmonary hypertension.
in our institution based on internationally accepted Demographic characteristics, CHD
classification, evaluating the pre-natal diagnosis classification, diagnostic accuracy, and neonatal
accuracy compared to post-natal ultrasound, and outcome were analyzed using χ2 or Fisher exact
neonatal outcomes of CHD in Harapan Kita Women test for categorical data, and using T-Test or Mann
and Children’s Hospital during the year of 2018. Whitney for numerical data. A value of P < .05
was considered significant. Statistical analysis was
performed with software (SPSS 24, IBM).

Buku Ilmiah Fetomaternal


420
Fetal Heart Program at A Tertiary Center in Jakarta: One-year Surveillance

Result

Table 1 Referred cases characteristics for fetal Table 3 Perinatal outcome of referred CHD cases in
echocardiography in Harapan Kita Women and Harapan Kita Women and Children’s Hospital during
Children’s Hospital during the year of 2018 on 73 the year of 2018.
referral case.

Mean+/-SD or Variables n, %
N=73
N (%) Weeks of gestation at birth 37.00 (24-40)
Maternal age (year) 31.08 +/- 5.63 Neonatal Mortality 15 (20.5%)
Baby’s gender NICU Admission 67 (91.8%)
Male 35 (47.90%)
Suspect sepsis 4 (5.5%)
Female 38 (52.1%)
Cyanotic 4 (5.5%)
Reason for referral
Suspected CHD 30 (41.1%) Small for gestational age 15 (20.5%)
Arrhythmia 3 (4.1%) Serious respiratory morbidity 41 (56.2%)
Other associated congenital 40 (54.8%) Kariotyping
anomalies Normal 11 (15.1%)
Amniotic fluid N/A 55 (75.3%)
Oligohydramnios 2 (2.7%) Trisomy 13 1 (1.4%)
Polihydramnios 4 (5.5%) Trisomy 18 2 (2.7%)
Associated congenital Trismoy 21 2 (2.7%)
anomalies Mos 45 XY -21 1 (1.4%)
No 53 (72.6%) Mos 45 XY -3 1 (1.4%)
CNS 5 (6.8%)
Ear/eyes 1 (1.4%)
Extremities 1 (1.4%)
Cleft Palate 1 (1.4%)
Thorax 1 (1.4%)
GI tract 5 (6.8%)
Kidney 1 (1.4%)
Other 3 (4.1%)

Table 2 Diagnosis agreement between referral, pre-natal diagnosis, and post-natal diagnosis of
referred CHD cases in Harapan Kita Women and Children’s Hospital during the year of 2018.

CHD Classification Correct referral p Correct pre-natal p


diagnosis diagnosis
N=73 N=73
Normal heart (n=10) 0 (0%) < 0.001* 3 (30%) 0.113*
Conotruncal (n=12) 1 (8.3%) 5 (41.7%)
AVSD (n=11) 3 (27.3%) 6 (54.5%)
Complex (n=5) 0 (0%) 1 (20%)
LVOTO (n=5) 2 (40%) 3 (60%)
RVOTO (n=2) 0 (0%) 2 (100%)
Septal (n=11) 4 (36.4%) 4 (36.4%)
Arrhythmias (n=9) 1 (11.1%) 7 (77.8%)
Other (n=8) 6 (75%) 7 (87.5%)
Overall 17 (23.3%) 38 (52.1%)
*Wilcoxon study, compared with post-natal diagnosis.

Buku Ilmiah Fetomaternal


421
Irvan Adenin, Gatot Abdurrazak, Adly Nanda Al Fattah, Lidomon Salim, dkk

Table 4 Neonatal mortality and serious respiratory morbidity based on the classification of CHD

Serious respiratory
Neonatal mortality
CHD Classification p morbidity p
n=15
n=41
Normal heart (n=10) 1 (6.7%) 0.66* 5 (12.2%) 0.51*
Conotruncal (n=12) 4 (26.7%) 9 (22%)
AVSD (n=11) 1 (6.7%) 6 (14.6%)
Complex (n=5) 0 (0%) 3 (7.3%)
LVOTO (n=5) 1 (6.7%) 4 (9.8%)
RVOTO (n=2) 0 (0%) 1 (2.4%)
Septal (n=11) 3 (20%) 5 (12.2%)
Arrhythmias (n=9) 3 (20%) 6 (14.6%)
Other (n=8) 2 (13.3%) 2 (4.9%)
*Chi Square

for every fetus? J Ultrasound Med. 2007


Dec;26(12):1639–41.
References
5. van Velzen CL, Clur SA, Rijlaarsdam M, Bax CJ,
Pajkrt E, Heymans MW, et al. Prenatal detection
1. Bahtiyar MO, Copel JA. Improving detection of
of congenital heart disease-results of a national
fetal cardiac anomalies: a fetal echocardiogram
screening programme. BJOG: Int J Obstet Gy.
for every fetus? J Ultrasound Med. 2007
John Wiley & Sons, Ltd (10.1111); 2015 Jan
Dec;26(12):1639–41.
27;123(3):400–7.
2. Miceli F. A review of the diagnostic accuracy of
6. Salim A, Karsono B, Wiknojosastro GH,
fetal cardiac anomalies. Australasian Journal of
Pudyastuti S, WIbawa A, WIbowo N. Diagnosing
Ultrasound in Medicine. 2015 Dec 31;18(1):3–9.
of fetal anomalies: Jakarta’s experience.
3. Parikh LI, Grantz KL, Iqbal SN, Huang C-C, Landy
Ultrasound in Obstetrics Gynecology. 2007 Sep
HJ, Fries MH, et al. Neonatal outcomes in
11;:547–653.
fetuses with cardiac anomalies and the impact
7. Botto LD, Lin AE, Riehle-Colarusso T, Malik S,
of delivery route. American Journal of Obstetrics
Correa A, The National Birth Defects Prevention
and Gynecology. 2017 Oct;217(4):469.e1–469.
Study. Seeking causes: Classifying and evaluating
e12.
congenital heart defects in etiologic studies.
4. Bahtiyar MO, Copel JA. Improving detection of
Birth Defect Res A. 2007 Oct;79(10):714–27.
fetal cardiac anomalies: a fetal echocardiogram

Buku Ilmiah Fetomaternal


422
Skrining USG Trimester 1

Eisenhower Sitanggang
Kelainan bawaan adalah abormalitas structural Pendekatan gabungan ini jauh dari sempurna dan
atau fungsional termasuk kelainan metabolic yang mempunyai sensitiviti 67 -76% untuk sindrom Down
ditemukan pada saat lahir. Defek structural dan dengankadarpositifpalsu 5 %.6 Kaedah penyaringan
abnormalitas pembentukan jaringan atau organ ini mempunyai beberapa batasan, yang paling
pada bayi baru lahir disebabkan oleh embriogenesis awal boleh dilakukan adalah 15 minggu dan untuk
yang tidak berjalan normal yang diakibatkan oleh diagnose defenitif maka dilakukan pemeriksaan
berbagai faktor genetik dan lingkungan yang terjadi amniosintetis.
pada masa kritis embriogenesis yaitu pada usia Lebih 25% Kasus sindrom Down tidak dapat
kehamilan kurang dari 8 minggu. 1 dideteksi dengan pendekatan skrining ini dan dengan
Diperkirakan 65-75 % kelainan bawaan tidak tingkat fals positif 5% dan kejadian abortus satu di
diketahui penyebabnya, sekitar 15% disebabkan antara 200 berhubungan dengan amniosentesis.
oleh single gene disorders , 5 % disebabkan Mudah dipahami bahwa pendekatan skrining
oleh abnormalitas kromosomal dan sekitar 10 % trimester kedua saat ini jauh dari sempurna dan
disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu kondisi oleh karena itu banyak minat telah diarahkan untuk
medis ibu, penyalahgunaan obat,infeksi,radiasi, melakukan skrining prenatal untuk aneuploidies ke
hipertermia,paparan zat kimia dan kondisi uterus. 1 trimester pertama dengan menggunakan pengukuran
Secara umum, angka kelainan bawaan cukup sonografi dari NT saja dan dikombinasikan dengan
besar, laporan dari Centre for Disease Control tahun penanda sonografi dan biokimia lainnya.
2008 menyatakan bahwa diperkirakan sebanyak
276.000 kematian bayi baru lahir mengalami Fetal Nuchal Translucency
kematian dalam 4 minggu pertama kehidupannya di
seluruh dunia. 2 Pada tahun 1992, Nicolaides dkk memperkenalkan
USG telah menjadi komponen penting dari istilah ‘nuchal translucency, yang ditandai sebagai
perawatan kebidanan, dengan sebagian besar pasien ketebalan ruang antara kulit dan jaringan lunak
pernah setidaknya satu pemeriksaan ultrasound di atas tulang belakang servikal janin, diukur
selama kehamilan. Kemajuan terbaru dalam dalam milimeter melalui ultrasound. USG NT telah
ultrasonografi kebidanan (USG) telah meningkatkan mendorong skrining pranatal untuk sindrom Down
pentingnya dalam mengelola kehamilan yang berisiko ke trimester pertama. Hal ini dapat diukur secara
terjadinya aneuploidi dan kelainan struktural. akurat dan reproduktif pada ultrasound antara
Skrining antenatal aneuploidi, terutama sindrom usia kehamilan 10 dan 14 minggu. Terlihat bahwa
Down mencakup penanda biokimia, USG dan tes penebalan NT dikaitkan dengan peningkatan risiko
invasif seperti sampling villus chorionic (CVS) dan sindrom Down, aneuploidies lainnya, malformasi
amniosentesis. Pada artikel ini, kami meninjau dan struktural utama. Asosiasi meningkat dengan
membandingkan modalitas penyaringan ini dengan bertambahnya ketebalan nuchal. Etiologi untuk
penekanan pada USG. Mengingat literatur terkini, akumulasinuchal ini masih diketahui secara pasti.
kita akan membahas penanda sonografi trimester Yang paling banyak dikutip adalah: defisiensi drainase
pertama yang terkait dengan aneuploidi yaitu. limfatik dan pada daerah serviks akibat, 9,10 perfusi
nuchal translucency (NT), tulang hidung dan duktus berlebihan mekanisme perlindungan sistem saraf
venosus, trikuspidal regurgitasi dalam mendeteksi pusat sebagai akibat dari pertumbuhan plasenta awal
aneuploidi. yang cepat. meningkatkan volume peredaran darah11
Pemeriksaan prenatal untuk aneuploidies dan perubahan jantung - terutama penyempitan
danterutamasindrom Down telah berkembang sejak isthmus aorta dan akibatnya meningkatkan aliran p
20 tahun yang lalu. Pada mulanya, hanya wanita yang darah pada daerah tulang servikal janin atau gagal
high risk saja yang diindikasikan untuk dilakukan jantung dengan abnorma duktus venosus.
pemeriksaan prenatal. Uji penyaringan berbilang
penanda yang paling banyak dalam trimester kedua Beberapa publikasi mempertimbangkan NT 2,5
dikenali sebagai skrin ‘quad’, panel penanda biokimia mm10,16,17 sebagai nilai skrining positif, sedangkan
yang terdiri dari pada AFP, hCG, estrioldan inhibin-A.5 mayoritas menggunakan nilai NT 3 mm. Namun,

Buku Ilmiah Fetomaternal


423
Eisenhower Sitanggang

literatur terbaru menunjukkan bahwa tidak tepat yang sensitif untuk mengidentifikasi aneuploidi
memilih satu parameter sebagai cut-off. Mereka pada populasi berisiko tinggi. Beberapa penelitian
merekomendasikan penggunaan nilai persentil ke-95 telah mengevaluasi ketebalan NT dan prevalensi
untuk usia gestasi spesifik sebagai batas atas cut-off aneuploidi dan menyarankan agar hubungan antara
untuk mendiagnosa penebalan NT. Kenaikan alami keduanya menjadi lebih kuat dengan meningkatnya
PB. ketebalan NT. Pandya dkk menemukan prevalensi
Dr Ellen Mozurkewich dan rekan penulis aneuploidi 7% pada 3 mm NT dan 70-78% pada
University of Michigan, Ann Arbor menganalisis ketebalan 8-9 mm.NT menunjukkan regresi spontan
27 studi pada pertemuan tahunan Society for pada 20 minggu. Literatur saat ini menunjukkan
Maternal-Fetal medicine, yang mencakup 1.63.450 bahwa skrining ultrasonografi NT memiliki potensi
subyek berisiko tinggi dan melaporkan bahwa yang luar biasa sebagai skrining prenatal yang kuat
pengukuran NT mengidentifikasi 78% janin dengan untuk aneuploidi.
trisomi 21, 82% dari mereka dengan trisomi 18,
90% dari mereka dengan trisomi 13 dan 96% dari Nasal Bone
mereka dengan monosom X. Nilai prediksi negatif
untuk keempat kondisi adalah 99%. Tingkat false- Ossifikasi tulang hidung pertama muncul pada CRL
positive untuk masing-masing kondisi adalah <5%. 42 mm, dan tulang hidung meningkat secara linear
Mereka menyimpulkan bahwa NT adalah penanda dengan bertambahnya usia gestasi. Janin dengan

Buku Ilmiah Fetomaternal


424
Skrining USG Trimester 1

sindrom Down memiliki wajah dengan tulang hidung pregnancy. BMJ 1988;297(6653):883-7.
kecil. Dalam sebuah penelitian yang mengevaluasi 2. Palomaki GE, Knight GJ, McCarthy J, Haddow JE,
hubungan antara hipoplasia tulang hidung dan Eckfeldt JH. Maternal serum screening for fetal
sindrom Down pada usia gestasi 11-14 minggu, nasal Down syndrome in the United States: a 1992
bone tidak ada pada 73% janin Down Syndrome survey. Am J ObstetGynecol 1993;169(6):1558-
dibandingkan 0,5% janin kromosom normal. 62.
Gambaran USG tulang hidung ini bisa didapat pada 3. Haddow JE, Palomaki GE, Knight GJ, Williams J,
pemotongan midsagital view dengan leher sedikit Pulkkinen A, Canick JA, et al. Prenatal screening
fleksi. for Down‘s syndrome with use of maternal
serum markers. N Engl J Med 1992;327(9):588-
Duktus Venosus 93.
4. Randomised trial to assess safety and
Pemeriksaan trimester pertama duktus venosus fetal outcome of early and midtrimester
sangat berguna untuk skreening aneuploidy dengan amniocentesis. The Canadian Early and Mid-
tampak normal apabila bipasik flow dan adanya trimester Amniocentesis Trial (CEMAT) Group.
reversed flow pada A wave berhubungan dengan Lancet 1998;351(9098):242-7.
aneuploidy dan kelainan pada jantung. Aadanya 5. Wald NJ, Densem JW, George L, Mu ukrishna
pelebaran NT disertai dengan A wave yang terbalik S, Knight PG. Prenatal screening for Down‘s
pada duktus venosus akan meningkan angka deteksi syndrome using inhibin-A as a serum marker.
aneuploidy. Mavrides dkk mengatakan apabila PrenatDiagn 1996;16(2): 143-53.
dikombinasi antara pulsasi duktus venosus dengan 6. Wald NJ, Kennard A, Hackshaw A, McGuire A.
pelebaran NT makan akan meningkatkan detection Antenatal screening for Down‘s syndrome. J
rate down syndrome menjadi 94% dengan likehood Med Screen 1997;4(4):181-246.
ratio test negative 0.08. 7. Brigai KW, Malone FD. First-trimester screening
for aneuploidy.ObstetGynecolClin North Am
Tanda sonografi lain pada trimester I 2004;31(1):v, 1-20.
8. Nicolaides KH, Azar G, Byrne D, Mansur
Tanda sonografi lain pada trimester 1 yakni C, Marks K. Fetal nuchal translucency:
disproporsi kantong gestasi, terlalu kecil atau terlalu ultrasound screening for chromosomal
besar, kantong amnion terlalu dekat dengan embrio, defects in rst trimester of pregnancy. BMJ
terlalu besar atau kecil dan gambaran irregules dari 1992;304(6831):867-9.
yolk sac serta gambar embrio yang tak jelas. Tanda 9. Philippe Jeanty. Lecture series on congenital
–tanda diatas sering berkaitan dengan terjadinya anomalies.
abortus spontan 10. Greco P, Loverro G, Vimercati A, Marzullo A,
Caruso G, Selvaggi L. Pathological signicance of
Kesimpulan. rst-trimester fetal nuchal oedema. PrenatDiagn
1996;16(6):503-9.
Pemeriksaan USG pada trimester I sebagai skrining 11. Von Kaisenberg CS, Nicolaides KH, Brand-Saberi
aneuploidy sangat bermanfaat dengan semakin B. Lymphatic vessel hypoplasia in fetuses with
banyaknya penelitian yang dipublikasikan belakangan Turner syndrome. Hum Reprod 1999;14(3):823-
ini. Pertanda USG yang penting antara lain NT, 6.
nasal bone, A wave duktusvenosus yang terbalik
dan mitral regurgitasi merupakan soft marker yang
perlu diamati. Angka deteksi aneuploidy semakin
meningkat apabila dikombinasikan pemeriksaan USG
dengan serum marker dan usia ibu.

Daftar Pustaka

1. Wald NJ, Cuckle HS, Densem JW, Nanchahal


K, Royston P, Chard T, et al. Maternal serum
screening for Down‘s syndrome in early
Buku Ilmiah Fetomaternal
425
Luaran Hasil Fetoskopi pada Kehamilan TTTS Tahun 2015-2019 di RSAB
Harapan Kita, Jakarta

Sulaeman Andrianto Susilo 1,2, Abburrazak Gatot2


Departement of Obstetric and Gynecology University of Indonesia
1

2
Departement of Obstetric and Gynecology, Harapan Kita Women’s and Children’s Hospital

Pendahuluan TTTS atau twin to twin transfusion syndrome merupakan salah satu komplikasi dari
kehamilan gemeli monokorion diamnion dengan pembuluh darah plasenta abnormal menghubungkan
sirkulasi kedua janin. Tindakan fetoskopi adalah terapi intrauterine dengan mengkoagulasi pembuluh darah
yang menghubungkan janin donor dan janin resipien.
Material dan metode Evaluasi dilakukan pada 26 orang pasien dengan gejala TTTS pasca fetoskopi di
Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, yang merupakan salah satu fetal center terapi di Indonesia,
dari tahun 2015 sampai 2019. Angka survival pada jumlah janin yang hidup diamati sehingga dapat terlihat
luaran dari tindakan fetoskopi di rumah sakit ini.
Hasil Subjek penelitian sebagian besar (47,3%) merupakan pasien dengan TTTS quintero III. Angka
survival janin setelah dilakukan fetoskopi dikelompokan menjadi 3; survive pada kedua janin, survive pada
salah satu janin dan kematian pada kedua janin. Didapatkan hasil sebanyak 44% dari kehamilan dengan kedua
janin survive. Sedangkan pada 36% lainnya didapatkan hanya satu janin survive dan 20% sisanya mengalami
kematian pada kedua janin. Rata rata usia kehamilan pada saat dilakukan fetoskopi adalah 24 minggu dan rata-
rata usia kehamilan saat terminasi adalah di usia 29 minggu dengan rata-rata berat janin donor 825 gram dan
janin resipien 1587 gram.
Kesimpulan Fetoskopi dengan menggunakan teknik selektif telah terlihat sebagai prosedur aman yang
dapat dilakukan sebagai managemen pada TTTS di Indonesia dengan hasil sebanding degan penelitian di luar.

Buku Ilmiah Fetomaternal


426

Anda mungkin juga menyukai