Disusun oleh:
Rizki Kurniawan
Preseptor:
dr. Hj. Dewi Purnama, Sp.A., M.Kes
Klasifikasi :
0 – 3 asfiksia berat
4 – 7 asfiksia ringan
8 – 10 normal
Penilaian skor APGAR dilakukan pada menit pertama dan kelima setelah bayi
lahir, dan dapat dilanjutkan pada menit ke 5, 10, 15 dan 20 sampai skor apgar
mencapai 7. Namun penilaian APGAR tidak dapat dipakai untuk menentukan
apakah bayi baru lahir perlu resusitasi atau tidak. Nilai APGAR pada menit kelima
dan seterusnya hanya dapat digunakan untuk menentukan prognosis bayi baru lahir.
Tekanan Darah
Tekanan darah berhubungan langsung dengan usia kehamilan, usia, dan
berat badan lahir.
Saturasi Oksigen
Pengukuran saturasi oksigen bertujuan untuk mengindentifikasi adanya
kelainan secara anatomis dari defek struktur jantung yang berkaitan
dengan adanya kondisi hipoksia yang dapat meningkatkan risiko
kematian dan kesakitan pada bayi baru lahir. Pemeriksaan saturasi
oksigen dapat dijadikan skrening untuk kondisi penyakit jantung
bawaan yang bersifat sianotik. Rekomendasi skrening rutin dengan
saturasi oksigen sudah disarankan oleh American College of
Cardiology Foundation, American Heart Association, dan American
Academy of Pediatrics. Metode skrening yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
- Skrening dilakukan pada semua bayi lahir terutama saat kondisi
bayi sadar terbangun.
- Menggunakan pulse oksimetri
- Skrening dilakukan pada 24-48 jam bayi lahir
- Lakukan pemeriksaan saturasi oksigen di tangan kanan dan satu
kaki
- Cek hasilnya
Negatif Skrening
Nilai saturasi oksigen ≥ 95% pada salah satu ekstrimitas
(tangan kanan, kaki kanan/kaki kiri) dan ada perbedaan ≤ 3%
diantara tangan dan kaki.
Positif Skrening, jika didapatkan salah satu kondisi berikut:
- Nilai satutasi < 90%, di tangan kanan atau kaki
- Nilai saturasi 90-95%, di tangan kanan dan kaki pada 3
kali pemeriksaan yang berbeda setiap 1 jam
- Nilai perbedaan saturasi ≥ 3%, diantara tangan kanan dan
kaki pada 3 kali pemeriksaan yang berbeda setiap 1 jam.
Jika terjadi kondisi di atas, lakukan evaluasi komperhensif
hipoksia terutama untuk menghilangkan penyebab hipoksia
karena faktor pernapasan seperti kondisi sepsis. Jika memang
tidak ada karena faktor pernapasan, maka dilakukan
pemeriksaan penunjang ke arah jantung seperti
echocardiogram dan lakukan konsultasi/rujuk ke ahli jantung
anak.
Pemeriksaan New Ballard Score paling baik dilakukan kurang dari 12 jam
setelah lahir pada bayi dengan masa kehamilan kurang 26 minggu. Pada bayi
dengan usia kehamilan lebih dari 26 minggu, dapat dilakukan hingga 96 jam setelah
lahir. Pemeriksaan New Ballard Score terdiri dari maturitas neuromuskular dan
maturitas fisik yang kemudian hasilnya dijumlahkan untuk dapat mengetahui usia
masa kehamilan.
Penyesuaian antara umur kehamilan dan berat badan bayi baru lahir, panjang
badan serta lingkar kepala dilakukan dengan memplotkan hasil pengukuran berat
badan lahir dan perhitungan perkiraan usia kehamilan pada kurva pertumbuhan
intrauterin. Kurva pertumbuhan yang sering digunakan adalah Lubchenco (1996)
dan Fenton (2003). Namun yang umum digunakan adalah kurva Lubchenco,
sedangkan Fenton Chart meliputi bayi premature. Dari kurva tersebut kita dapat
mendapatkan hasil :
- Bayi sesuai masa kehamilan (SMK) : bayi dilahirkan dengan berat lahir
berada dalam 10-90 persentil menurut grafik Lubchenco.
- Kecil masa kehamilan (KMK) : bayi dilahirkan dengan berat lahir berada
dibawah 10 persentil menurut grafik Lubchenco.
- Besar masa kehamilan (BMK) : bayi dilahirkan dengan berat lahir berada
diatas 90 persentil menurut grafik Lubchenco.
3.3. Pemeriksaan Fisik di Ruang Rawat
Pemeriksaan fisik lengkap dan terperinci pada bayi baru lahir sebaiknya
dilakukan dalam 24 jam pertama setelah lahir untuk mendeteksi adanya kelainan
yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan dikamar bersalin. Lakukan
pemeriksaan dimulai dengan pemeriksaan yang paling tidak mengganggu pasien.
Pada saat melakukan pemeriksaan, sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang agar
dapat diperiksa secara optimal.
Ruam
- Milia.
Merupakan ruam di mana kista sebasea kecil dari keratin terlihat.
Warna kuning keputihan biasanya di dagu, hidung, dahi, dan pipi
tanpa eritema. Ini terlihat pada 33% bayi, dan kista jinak ini
menghilang dalam beberapa minggu setelah kelahiran. Miliaria
Dapat terjadi karena retensi keringat dari penutupan struktur ekrin
yang tidak lengkap.Miliaria rubra (ruam panas) melibatkan daerah
yang lebih dalam dari obstruksi kelenjar keringat.
- Hiperplasia sebasea.
Berbeda dengan milia, lesi yang timbul lebih banyak kuning dan
kadang-kadang disebut sebagai "miniatur pubertas pada bayi baru
lahir." Penyebabnya adalah paparan androgen ibu dalam rahim;
mereka jinak dan hilang secara spontan dalam beberapa minggu.
- Erythema toxicum (erythema neonatorum toxicum).
Terdiri dari banyak area kecil kulit merah dengan papula kuning-
putih di tengah. Lesi paling jelas terlihat 48 jam setelah kelahiran
tetapi dapat muncul hingga 7-10 hari. Pewarnaan papula yang
terang menunjukkan eosinofil. Ruam jinak ini, yaitu ruam paling
umum, sembuh secara spontan. Ruam ini lebih sering terjadi di
bayi cukup bulan.
- Candida albicans ruam ("ruam popok").
Tampak sebagai plak eritematosa dengan ujung-ujungnya berbatas
jelas. Badan satelit (pustula pada area kulit yang berdekatan) juga
terlihat. Biasanya terjadi di lipatan kulit . Pewarnaan gram atau
KOH 10% dari lesi menunjukkan spora ragi yang mulai tumbuh,
yang mudah diobati dengan salep nistatin atau krim dioleskan ke
ruam 4 kali sehari selama 7-10 hari.
- Dermatitis seboroik infantil.
Ruam umum biasanya terjadi pada kulit kepala “cradle cap,” area
wajah, leher, dan popok yang eritematosa dan dengan sisik
berminyak. Biasanya dapat sembuh dengan sendiri.
- Herpes simpleks.
Terlihat sebagai ruam disertai, vesikel hingga bula. Ruam paling
sering terlihat di lokasi monitor kulit kepala janin,atau bokong.
Tzanck smear mengungkapkan sel raksasa berinti banyak.
Nevi.
Muncul saat lahir, berwarna coklat atau hitam hingga kebiruan, atau
vaskular.
- Nevus simplex
Timbul karena malformasi kapiler yang biasanya terlihat di daerah
oksipital, kelopak mata, dan glabella. Lesi menghilang secara
spontan dalam tahun pertama kehidupan.
- Mongolian Spots
Bintik Mongolia adalah tanda lahir paling umum. Berwarna biru
tua atau bintik-bintik makula seperti memar ungu kebiruan
biasanya terletak di atas sakrum. Biasanya hadir dalam 90% orang
kulit hitam dan Asia, mereka terjadi pada <5% anak-anak kulit
putih dan menghilang pada usia 4 tahun.
- Hemangioma kavernosa.
Biasanya muncul sebagai mirip kista, besar, merah, atau dalam
bentuk massa tidak jelas dan dapat ditemukan di mana saja pada
tubuh. Sebagian besar dari lesi ini menurun seiring bertambahnya
usia, tetapi beberapa membutuhkan terapi kortikosteroid. Dikasus
yang lebih parah, reseksi bedah mungkin diperlukan.
Kepala
Pemeriksaan fisik pada kepala dimulai dari bentuk kepala, ukuran kepala,
luka atau memar sekunder akibat trauma lahir seperti caput succedaneum,
cephaloheatom, atau perdarahan subgalael, dan pemeriksaan transiluminasi.
Pemeriksaan pada kepala dinilai juga tulang frontal, oksipital, parietal, garis
sutura, serta fontanel.
- Makrosefal dan Mikrosefal
Penilaian makrosefal dilihat dari pengukuran lingkar kepala
“occipitofrontal” > persentil 90. Kondisi makrosefal bisa terjadi karena
variasi normal, atau hal patologis seperti hidrosefalus, hydrencephaly,
ataupun gangguan kromosom. Penilaian untuk mikrosefal dilihat dari
pengukuran lingkar kepala “occipitofrontal” < persentil 10. Kondisi
mikrosefal bisa terjadi karena adanya brain atrophy.
- Fontanel Anterior dan Posterior
Ukuran normal fontanel anterior 0,6 cm-3,6 cm dan menutup pada 24
bulan. Ukuran normal fontanel posterior 0,5 cm dan menutup pada usia
2 bulan. Kondisi fontanel anterior besar bisa merupakan sesuatu variasi
yang normal atau bisa karena masalah hipotiroid kongenital yang
biasanya ditemukan pada bayi dengan masalah tulang seperti
akondroplasia, atau bisa ditemukan pada bayi dengan masalah
kromosom seperti down syndrome. Kondisi bulging fontanel bisa
dikaitkan peningkatan tekanan intrakranial, meningitis, ataupun
hidrosefalus. Depressed fontanel biasanya ditemukan pada bayi dengan
dehidrasi. Kondisi fontanel anterior kecil bisa terjadi pada kondisi
hipertiroid kongenital, mikrosefal, ataupun craniositosis.
- Cephalic Molding
Merupakan bentuk tulang kepala tidak simetris yang bersifat sementara
dan biasanya terjadi setelah persalinan secara spontan per vaginam yang
lama. Bentuk kepala akan kembali normal dalam waktu 1 minggu.
- Caput Succedaneum
Merupakan pembengkakak pada jaringan lunak kulit kepala yang
bersifat difus/meluas melewati sutura kepala dan biasanya
menghilang dalam beberapa hari.
- Cephalhematoma
Merupakan perdarahan pada daerah sub periosteal yang tidak
melewati sutura. Cephalhematoma dapat diikuti dengan peningkatan
hematokrit dan kadar bilirubin. Sebagian besar cephalhematoma
akan sembuh dalam 2-3 minggu.
- Perdarahan subgleal
Merupakan perdarahan yang terjadi antara kulit kepala dan
tengkorak. Perdarahan dapat terjadi antara aponeurosis epikranial
dan periosteum. Perdaharan dapat melewati sutura, sampai ke
telinga dan leher. Bisa terjadi karena persalinan vakum atau forsep,
ataupun karena keadaan koagulopathy.
- Peningkatan Tekanan Intrakranial
Peningkatan tekanan intrakranial pada neonatus dapat ditandai
dengan:
- Penonjolan pada fontanel aterior
- Sutura terpisah
- Paralisis gerakan bola mata ke atas
- Venektasi vena di scalp
- Peningkatan lingkar kepala
- Kraniositosis
Merupakan kondisi penutupan dini pada ≥ 1 sutura kepala, akan
terlihat bayi dengan bentuk kepala asimetris.
- Kraniotabes
Merupakan kondisi tulang tengkorak yang tipis di sekitar garis
sutura (atas dan belakang kepala) dam hilang dalam beberapa hari
hingga beberapa minggu.
- Plagiocephaly, Brachycephaly, Anencephaly, Acrocephaly
- Plagiocephaly ditandai dengan bentuk kepala yang oblik,
asimentris dan mendatar. Kondisi ini bisa terjadi karena posisi
kepala bayi yang diam pada satu posisi, atau bisa juga karena
penutupan prematur pada sutura coronal dan lambodial.
- Brachycephaly terjadi karena penutupan prematur dari sutura
coronal dan membuat kepala tampak terlihat short broad
appreance, kondisi ini bisa dilihat pada kelainan trisomi 21
atau apert syndrome.
- Anencphaly terjadi karena anterior neural tube yang gagal
menutup dan otak mengalami malformasi. Biasanya bayi dapat
tetap hidup, tetapi banyak juga yang tidak bisa bertahan (mati
setelah lahir).
- Acrocephaly terjadi karena penutupan prematur pada sutura
coronal dan sagital. Tulang kepala terlihat menyempit dengan
bentuk kubah di atasnya. Kondisi ini dapat dilihat pada
Crouzon dan apert syndrome.
Leher
Pemeriksaan leher pada neonatus lebih mudah dilakukan saat bayi
dilakukan reflek rooting. Palpasi dimulai dari otot sternokleidomastoideus
untuk menilai pembesaran tiroid dan kista duktus tiroglosus. Kelainan yang
dapat ditemukan saat pemeriksaan leher adalah short neck, webbed neck,
higroma kistik, dan goiter.
Wajah
Pada pemeriksaan wajah dilakukan penilaian bentuk hidung, mulut, dagu
(mikrognatia), telinga, mata (hipertelorisme), dan gangguan saraf wajah.
Telinga
Pada pemeriksaan telinga dilakukan dilaksanakan penilaian kelainan bentuk
dan kelainan posisi. Struktur telinga terdiri heliks, antiheliks, tragus,
antitragus, fosa skafoid, dan kanalis aurikularis eksternal. Sindrom genetik
sering dikaitkan dengan bentuk telinga yang tidak normal. Kelainan telinga
yang dapat diketahui dari pemeriksaan fisik seperti low set ear, preauricular
skin tag,telinga berbulu, anotia, mikrotia, dan makrotia.
Mata
Bayi yang baru lahir dapat mengalami edema pada kelopak matanya dan
menghilang dalam beberapa hari kemudian. Pada pemeriksaan skelera,
normalnya berwarna putih. Kelainan yang mungkin ditemukan adalah
perdarahan sklera, sklera ikterik, dan juga blue sklera. Pemeriksaan pada
pupil dilakukan penilaian ukuran pupil bilateral, reaktivitas, dan menilai
gerakan bola mata. Dapat terjadi keadaan leukokoria yaitu pupil berwarna
putih atau terjadi opasitas pada lensa mata. Bayi baru lahir dengan kondisi
leukokoria perlu dilakukan penilaian yang lebih lanjut meliputi
kemungkinan terjadinya katarak kongenital, glaukoma, dan retinoblastoma.
Temuan lain pada pemeriksaan mata adalah epicanthal fold (lipatan kulit
pada kelopak mata bagian atas yang menutupi sudut dalam mata),
dacriosistocele (hambatan dari ujung superior dan inferior saluran
nasolakrimialis), dakriostenosis (penyempitan saluran nasolakrimalis),
hipertelorisme, nistagmus, dan ptosis.
Hidung
Pemeriksaan fisik pada hidung menilai kelainan bentuk, deformitas,
simetris atau asimetris. Bila dicurigai atresia kloaka unilateral atau bilateral
dilakukan pemeriksaan untuk menilai lubang hidung bayi dengan cara
pemasangan selang NGT. Kondisi dislokasi septum nasal dapat terjadi pada
bayi baru lahir dan memerlukan evaluasi dari bagian THT untuk
kemungkinan koreksi pada beberapa hari pertama kehidupan untuk
mencegah deformitas permanen.
Mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Dengan inspeksi
dapat dilihat adanya labioskisis dan gnatoskisis. Pemeriksaan lidah
dilakukan untuk menilai ukuran lidah, apakah didapatkan makroglasia atau
tidak. Secara palpasi dapat dideteksi terdapat high arch palate, palatoskisis,
dan dilakukan penilaian refleks hisap. Bila terdapat hipersalivasi pada bayi
baru lahir perlu dipikrkan kemungkinanatresia esofagus dengan atau tanpa
fistula trakea esofagus.
Dada
Penilaian keadaan paru dengan melakukan inspeksi, auskultasi, dan palpasi.
Pada pemeriksaan dada dilakukan penilaian bentuk dan gerakan dinding
dada. Bentuk dada normal bayi baru lahir adalah barrel shaped dan prosesus
xifoidus sering menonjol. Bentuk dada yang asimetris menunjukan adanya
udara (pneumotoraks), massa pada rongga dada, dan kerusakan pada saraf
phrenikus. Terdapat napas merintih, pernapasan cuping hidung, serta
retraksi subkostal dan interkostal menandakan adanya peningkatan upaya
bernapas. Frekuensi napas bayi baru lahir 40-60 kali/menit. Bayi dengan
frekuensi napas > 60 kali per menit terus menerus perlu diperhatikan adanya
kelainan paru, jantung, dan metabolik. Bayi baru lahir bernapas dengan
diafragma secara abdominotorakal. Bila terjadi sumbatan jalan napas akan
tampak bentuk dada mengecil dan perut membesar (paradoxical breathing).
Abdomen
Pemeriksaan abdomen pada neonatus meliputi inpeksi, auskultasi, dan
palpasi. Pada inspeksi bentuknya rata dengan dada, dapat ditemukan adanya
omphalocele, gastrochisis, dan ekstropi vesika urinaria. Pada auskultasi
dinilai suara bising usus. Pada palpasi abdomen dinilai bentuk cembung,
lembut, atau tegang. Ukuran hepar dapat dapat teraba 1-2 cm di bawah arkus
aorta kanan. Ukuran lien sedikit teraba pada ujung aorta kiri, bila teraba
lebih dari 1 cm berarti ada pembesaran. Kelainan yang mungkin ditemukan
adalah diastasis rektus abdominalis (penonjolan vertikal dari xiphoid
sampai umbilikus karena kelemahan fascia antara muskulus resktus
abdominalis, scaphoid abdomen (abdomen cekung pada hernia
diafragmatika kongenital). Kelainan yang dapat ditemui pada umbilikus
adalah hernia umbilikalis, dan hematoma umbilikal..
Tulang Belakang
Pada neonatus tulang belakang bersifat lentur ke arah dorsoventral dan
lateral. Sepanjang tulang belakang termasuk sakrum dipalpasi untuk
mendeteksi kelainan tulang belakang seperti meningokel.
Genitalia
Pemeriksaan genitalia pada bayi baru lahir penting untuk membedakan jenis
kelamin bayi. Penilaian genitalia bayi laki-laki dilakukan pemeriksaan
skrotum (warna, massa, torsi), penilaian penis (ukuran jika mikropenis yaitu
< 2SD rerata panjang berdasar usia, fimosis atau parafimosis), penilaian
meatus (hipospadia, epispadia). Penilaian genitalia bayi perempuan
dilakukan pemeriksaan labia mayor, labia minor, klitoris (normalnya
panjang < 7 mm dan lebar 4 mm), vagina, serta sekret vagina (kemerahan
karena penurunan kadar estrogen dari ibu secara tiba-tiba).
Anus
Penilaian anus bayi baru lahir penting dilakukan dengan cara memasukan
pipa orogastrik dengan kedalaman < 1 cm atau dengan mengobservasi feces
dari anus.
Ekstrimitas
Pemeriksaan anggota gerak meliputi penilaian kedua tangan, kaki, juga
menilai jari-jarinya. Beberapa kelainan yang mungkin ditemukan yaitu
syndactyly, polydactyly, brachydactyly, talipes vagus, talipes equinus,
talipes calcaneus, dan talipes varus.
- Rooting Refleks
Dilakukan dengan menyentuh kulit di sekitar bibir pada ujung mulut,
bibir atas, dan bibir bawah. Respons positif mulut akan terbuka dan
kepala menoleh ke sisi yang diragsang. Bila bibir bawah yang
dirangsang, maka mulut akan tebuka dan rahang bawah turun. Refleks
ini akan menghilang pada usia 3-4 bulan (keadaan bangun) dan 7 bulan
(keadaan tidur).
- Sucking Refleks
Refleks ini tidak ditemukan pada bayi yang baru diberi makan. Refleks
ini timbul dengan cara mengusap bibir bayi. Reaksi positif akan muncul
gerakan menghisap yang ritmis dengan bibir dan lidah. Refleks ini
menghilang pada usia 6-9 bulan. Jika refleks ini menetap maka
menandakan adanya kelainan otak yang difus.
- Galant Refleks
Dilakukan dengan cara melakukan goresan pada rusuk bayi antara iga
ke 12 dan krista iliaka. Reaksi positif jika tubuh melengkung ipsilateral
terhadap stimuli. Dalam keadaan normal, refleks ini perlahan akan
berkurang dan menghilang pada usia 3 bulan. Bila relfleks ini pesisten
menunjukan adanya defisit neurologis.
- Parachute Refleks
Refleks ini terjadi dengan memegang bayi pada posisi telungkup dan
dengan cepat bayi digerakakan mendekati meja periksa. Reaksi positif
jika bayi ektensi anggota gerak atas dan telapak tangan terbuka pada
permukaan meja untuk menahan kejatuhannya. Reaksi ini muncul pada
usia 6-9 bulan. Reaksi yang terjadi asimtetris secara terus-menerus
menunjukkan adanya hemiparesis.
REFERENSI
1. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Tuttle DJ. Neonatology : Management,
Procedures, On-Call Problems, Diseases, and Drugs. 2013.
2. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson Text
Book of Pediatrics, 20th Edition. 2016
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neonatoligi Edisi Pertama Cetakan
Keempat. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2015.
DAFTAR GAMBAR
Kelainan Ekstrimitas