Anda di halaman 1dari 24

CRS Campuran

Ansietas dan Depresi


Ali Akbar Fadlillah
Widia Astari
Wigmar Nadia Armani

Perseptor : Santi Andayani, dr., Sp.KJ


Identitas Pasien
◦ Nama : Nn. SN
◦ Tanggal lahir : 21 Agustus 1998
◦ Umur : 20 tahun
◦ Jenis kelamin : Perempuan
◦ Alamat : Geger kalong
◦ Suku bangsa : Sunda
◦ Pekerjaan : Mahasiswi
◦ Pendidikan terakhir : SMA
◦ Agama : Islam
◦ Status marital : Belum menikah
◦ Tanggal pemeriksaan : 10 Mei 2019
ANAMNESIS
◦ Keluhan Utama
Tidak bisa tidur
◦ Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sering mengalami kesulitan untuk memulai tidur
sejak 3 bulan yang lalu ketika tengah mengerjakan tugas akhir. Pasien
mengaku sering mengalami cemas tanpa alasan yang jelas, khususnya
apabila bertemu dengan orang lain. Pasien juga memiliki kekhawatiran
akan adanya nasib buruk yang menimpanya. Keluhan gelisah, sakit
kepala, mulut kering juga seringkali dialami pasien.
◦ Pasien mengaku sering cepat lelah padahal tidak melakukan apa-apa.
Pasien mengaku awalnya hanya tidak bergairah ketika mengerjakan tugas
akhir, namun lama kelamaan berkembang menjadi tidak bergairah dalam
melakukan segala hal. Sejak keluhan muncul, pasien belum pernah lagi
menjalani hobinya. Pasien mengalami kesulitan berkonsentrasi,
kepercayaan diri menurun, dan menangis tiap malam karena merasa
bersalah, takut menghadapi esok hari, dan berfikiran kenapa tidak mati saja.
Pasien mengaku takut memikirkan akan kepastian masa depannya. Selain
itu, pasien mengalami penurunan nafsu makan. Pasien mengalami
penurunan berat badan sebanyak 3 kg dalam 1 bulan terakhir.
◦ Pasien sering cemas jika bertemu orang karena takut ditanya-tanya dan
membatasi aktivitas bersama teman-temannya. Pasien masih menjalani
perawatan diri dengan baik. Pasien tidak sedang dalam pemakaian zat atau
obat-obatan tertentu. Keluhan baru pertama kali dirasakan pasien. Karena
keluhanya, pasien datang ke poli psikiatri RSHS.
Riwayat Penyakit Terdahulu
◦ Riwayat gangguan jiwa sebelumnya disangkal
◦ Riwayat trauma, kejang, penyakit fisik disangkal
◦ Riwayat alergi obat tidak diketahui.
Riwayat keluarga
◦ Riwayat gejala serupa pada keluarga disangkal
Riwayat Pribadi
Masa Dewasa
◦ Riwayat Pekerjaan: Pasien merupakan seorang mahasiswi di sebuah universitas negeri
di Bandung jurusan arsitektur
◦ Seksualitas Dewasa: Hubungan seksual belum pernah dilakukan
◦ Aktivitas Sosial: Pasien dapat berhubungan sosial dengan baik. Namun setelah pasien
sakit menjadi lebih jarang keluar kosan karena takut ditanya-tanya.
◦ Riwayat Pelanggaran Hukum: Tidak ada riwayat pelanggaran hukum
◦ Sistem Nilai: Pasien adalah orang yang taat beribadah
Formulasi Psikodinamik
Pasien adalah seorang perempuan, berumur 20 tahun, Islam, suku Sunda, pendidikan terakhir
SMA, belum menikah dan sedang menempuh pendidikan sarjana di sebuah universitas negeri di
Bandung jurusan arsitektur. Pasien tinggal di indekos di daerah kiaracondong. Lingkungan
sosiokultural pasien adalah Sunda, keadaan sosioekonomi cukup. Lingkungan kehidupan agama
Islam. Tidak ada riwayat gangguan jiwa pada keluarga. Hubungan penderita dengan keluarganya
baik.
Pasien mengaku merasa tertinggal dibanding teman-teman kuliahnya dikarenakan semasa
SMA pasien tidak mendapatkan dasar-dasar ilmu yang diperlukan untuk mendalami arsitektur.
Pasien tidak mengalami keluhan ketika awal menjalani tugas akhir, namun sejak 3 bulan lalu,
mulai terjadi perubahan pada pasien. Pada mulanya, pasien mulai kehilangan gairah dalam
pengerjaan tugas akhir. Kurang gairah ini selanjutnya berkembang ke aktivitas keseharian pasien.
Salah seorang teman pasien kemudian menyarankan pasien untuk berobat ke poliklinik psikiatri
RSHS.
STATUS FISIK
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4M6E5 = 15
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,50C
Berat badan : 44 kg
Tinggi badan : 155 cm

9
Pemeriksaan fisik :
 Paru-paru : VBS normal kanan=kiri
 Kepala wheezing (-), ronkhi (-)
: tidak ada deformitas
 Mata  Abdomen : datar, lembut
: konjungtiva tidak anemis
 Hepar/Lien : tidak teraba membesar
 Sklera : tidak ikterik
 Hidung : pernafasan cuping hidung tidak  Bising usus : (+) normal
ada  Ekstremitas : edema tidak ada
 Leher : JVP %+2 cm H2O, KGB tidak teraba
membesar
 Toraks : bentuk dan gerak simetris
 Jantung : bunyi jantung S1 S2 murni, regular

10
STATUS PSIKIATRIKUS
A.Penampilan Gambaran umum
Identifikasi pribadi Dekorum
◦ Roman muka : biasa Kebersihan : baik
◦ Kontak : ada Kerapian : baik
◦ Raport : adekuat  Kesopanan : baik
Perilaku dan aktivitas motorik Tampak sesuai usia
Normoaktif

11
B. Bicara
Spontan menjawab pertanyaan, intonasi sedang, kontinuitas relevan, produktivitas
cukup, artikulasi dan verbalisasi cukup

C. Mood dan Afek


Mood : eutimik
Afek : luas, sesuai

12
D.Pikiran dan Persepsi
1. Pembentukan Pikiran 3. Gangguan Pikiran
Bentuk pikiran : realistik Waham disangkal
Jalan pikiran : relevan  

2. Isi Pikiran 4. Gangguan Persepsi


Preokupasi, ide bunuh diri disangkal Halusinasi disangkal

13
E. Sensorium dan Kognisi
Kesadaran : kompos mentis
Orientasi : tidak terganggu
Konsentrasi dan kalkulasi : tidak terganggu
Memori : tidak terganggu
Dasar pengetahuan : baik, sesuai tingkat pendidikan
Perhatian : cukup

14
DIAGNOSIS
Diagnosis multi aksial
◦ Aksis I : DD/ Gg. Campuran anxietas dan depresi (F41.2)
◦ Aksis II : Gangguan kepribadian cemas (F60.6)
◦ Aksis III : Belum ada diagnosis
◦ Aksis IV : Masalah akademik
◦ Aksis V : GAF 70-61
TERAPI
◦ Non-farmakologi : psikoterapi suportif individu
◦ Farmakologi : Fluoxetine kapsul 10mg = 1-0-0 peroral
PROGNOSIS
◦ Ad vitam : ad bonam
◦ Ad functionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN:
GANGGUAN CAMPURAN
ANXIETAS-DEPRESI
DEFINISI
◦ Kecemasan (anxiey) merupakan keadaan individu atau kelompok
mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas
sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak
jelas, nonspesifik.
EPIDEMIOLOGI
◦ Sebanyak 2/3 dari semua pasien mengalami gejalan depresi memiliki gejala
kecemasan yang dominan , dan 1/3 memenuhi kriteria diagnostik untuk
gangguan cemas.

◦ 20% sampai 90% dari semua pasien dengan gangguan cemas mengalami
episode gangguan depresi mayor.

◦ Beberapa dokter dan klinisi memperkirakan bahwa gangguan terjadi pada


populasi sekitar 10%-50% yang biasanya ditemukan di klinik perawatan primer.
ETIOLOGI
◦ Respon hormon kortisol terhadap hormone adrenokortikotropik,
respon hormone pertumbuhan terhadap klonidin (catapres), dan
respon thyroid-stimulating hormone (TSH) dan prolaktin terhadap
thyrotropin-releasing hormone (TRH), peningkatan konsentrasi
norepinephrine metabolite (MHPG), genetic.
DIAGNOSIS (PPDGJ III)
◦ Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
sendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik yang harus ditemukan walaupun
tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran yang berlebihan.
◦ Bila ditemukan anxietas berat disertai dengan depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
◦ Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya
dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
◦ Bila gejala-gejala tersebut berkaitan dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus
digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding meliputi gangguan kecemasan dan depresi lainnya, dan
gangguan kepribadian. Gejalan gangguan cemas, kelainan dysthymic dan gangguan
depresi ringan biasanya kemungkinan besar tumpang tindih dengan gejala
gangguan cemas campur depresi (mixed anxiety disorder – depressive disorder).
Selain itu, dapat didiagnosis banding dengan gangguan somatoform dan tanda-
tanda prodromal skizofrenia. Oleh sebab itu, harus ditanyakan mengenai riwayat
psikiatri, dilakukan pemeriksaan status mental, dan dokter harus mengetahui kriteria
tertentu sehingga dapat membedakan kondisi tersebut.
TATALAKSANA
◦ Non- farmakologi dapat dilakukan psikoterapi seperti terapi kognitif atau
modifikasi perilaku.

◦ Farmakoterapi untuk gangguan campuran anxietas dan depresi bisa diberikan obat
antianxiety, obat antidepresan, atau keduanya. Diantaranya yaitu obat anxiolytic,
triazolobenzodiazepines (misalnya, alprazolam [Xanax]), buspirone (BuSpar). Selain
itu, dapat juga diberikan serotonergic antidepressants yang mungkin lebih efektif
untuk mengatasi gangguan kecemasan-depresif campuran, Venlafaxine(Effexor).

Anda mungkin juga menyukai