Anda di halaman 1dari 63

EPISODE DEPRESI SEDANG

(case report session)

Pembimbing:
dr. Victor Eliezer, Sp.KJ

Disusun oleh:
Shania Namie Saragih G1A222003
Mochammad Zidane Fansury G1A222005
Marlin G1A222006
Habibi Zikri G1A221079
Bab 1
Pendahuluan
Kesehatan seseorang tidak hanya ditinjau dari kesehatan fisiknya,
namun juga dari kesehatan jiwanya. Salah satu masalah kesehatan
jiwa yang umum dijumpai ialah depresi.
Depresi adalah suatu kondisi seseorang merasa sedih, kecewa saat
mengalami suatu perubahan, kehilangan, kegagalan dan menjadi
patologis ketika tidak mampu beradaptasi.
Depresi merupakan gangguan yang dapat diakibatkan oleh satu atau
lebih faktor, seperti faktor biologis, psikologis, hingga sosial.
Manifestasi klinis utama pada gangguan ini, yaitu afek depresif,
anhedonia, serta mudah lelah dan penurunan aktivitas.
Bab 2
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Ny. D
b. Tanggal lahir / Umur : 05-10-1968 / 54 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Rt. 07 Mersam
e. Agama : Islam
f. Status Perkawinan : Menikah
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
h. Pendidikan Terakhir : SD
ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis anak kandung pasien
KELUHAN UTAMA

Perasaan sedih dan bersalah yang menganggu tidur


dan makan pasien yang memberat sejak ± 1 bulan ini
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang diantar oleh anak kandungnya dengan keluhan perasaan


sedih, bersalah, sampai menganggu tidur dan makan pasien, keluhan
dirasakan sejak ± 1 tahun ini dan memberat sejak ± 1 bulan ini. Awalnya
anak ke tiga pasien yang perempuan berhenti sekolah pada tahun 2013,
padahal pasien berharap anaknya dapat memiliki pendidikan dan karir
yang baik. Menurut pasien saat ini kehidupan anak pasien tidak bahagia.
Sejak saat anak pasien tersebut menikah pada usia muda, pasien sering
kali kepikiran kehidupan anaknya dan merasa sedih sekaligus bersalah
sebagai seorang ibu. Awalnya perasaan sedih tersebut tidak terlalu
menganggu kehidupan pasien, namun dalam satu bulan terakhir,
bersamaan dengan kehidupan anak ketiga nya yang dirasakan makin
memburuk, pasien menjadi lebih sering menyalahkan diri sendiri
pasien sering kali kedapatan menangis, pasien juga merasa malas untuk
keluar rumah, padahal sebelumnya pasien diketahui aktif di lingkungan dan
hobi berbincang-bincang dengan tetangga. Menurut anak pasien, pasien juga
gampang marah, setiap kali anaknya itu pergi keluar dengan laki-laki pasien
mulai marah-marah, pasien mengatakan dia takut anaknya ini bernasib sama
dengan anak perempuan nomor tiganya. Pasien juga mengalami keluhan
penurunan berat badan dan sering merasa nyeri di daerah ulu hati, pasien
juga sering merasa cemas berlebihan. Menurut anak pasien, pasien jadi lebih
malas makan karena mengatakan tidak ada nafsu makan. Menurut anak
pasien, pasien sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit
namun hasilnya normal atau tidak terdapat kelainan pada pasien. Pasien lalu
disarankan untuk berobat ke psikiater oleh dokter RS yang merawat pasien.
Oleh karena itulah pasien datang berobat ke RSJ. Pasien baru pertama kali
ke RSJ dan belum pernah mendapat terapi pengobatan sebelumnya. Pasien
menyangkal keluhan mudah lelah. Pasien mengaku tidak ada mendengar
suara-suara yang aneh atau berhalusinasi. Pasien juga menyangkal adanya
keinginan bunuh diri. Hanya saja pasien sering merasa takut anak-anak
perempuan nya yang lain salah jalan lagi dan sering kali dihantui rasa
bersalah terhadap anak ketiganya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien belum pernah didiagnosis gangguan jiwa sebelumnya. Pasien


tidak menderita hipertensi, DM, trauma, tumor, gangguan kesadaran,
asma, HIV, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit fisik lainnya.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan ataupun obat-obatan.
RIWAYAT KELUARGA

a. Sifat/ Prilaku orang tua kandung/ pengganti Ayah dan ibu pasien
bekerja sebagai petani, jarang dirumah sehingga pasien diasuh dan
dimanja oleh ke 5 Saudara nya terutama oleh kakak yang ke-5.

b. Saudara Jumlah bersaudara enam orang dan pasien anak ke


enam.

c. Urutan bersaudara
1. LK 2. PR 3. PR
4. PR 5. PR 6. PR

d. Riwayat penyakit keluarga


-Ibu dan kakak-kakak pasien menderita hipertensi
-Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami keluhan serupa
dengan pasien
-Tidak ada riwayat gangguan jiwa di keluarga pasien
RIWAYAT PRIBADI

-Pasien dilahirkan dari keluarga kurang berada


-Tidak tamat SD
-Pasien tidak memiliki gangguan hubungan sosial
-Pasien menikah muda ± pada umur 17 tahun
-Pasien merupakan ibu rumah tangga dan memiliki 4 orang anak
perempuan
-Pasien saat ini hanya tinggal dirumah bersama suami
-Kedua orang tua pasien meninggal pada saat pasien sudah
berkeluarga
-Tidak ada keterbatasan dalam aktivitas pasien sehari-hari
-Pasien mengerjakan ibadah wajib sesuai agama nya dengan rutin
-Pasien mengatakan tidak pernah terlibat masalah hukum dan
kriminal
-Pasien mengatakan tidak pernah mengonsumsi NAPZA dan alkohol
STATUS PSIKIATRI
1) Keadaan Umum
a. Penampilan : Rapi, penampilan pasien sesuai usia
b. Kesadaran : Composmentis
c. Orientasi : Waktu baik / Tempat baik / Orang baik
d. Sikap dan Perilaku : Baik, pasien kooperatif dengan pemeriksa, kontak mata dengan
pemeriksa terarah dan pasien mampu menjawab pertanyaan dengan relevan dan baik.

2) Gangguan Berpikir
a. Bentuk Pikir : Normal, menjawab hanya jika ditanya
b. Arus Pikir : Koheren
c. Isi Pikir : Preokupasi mengenai pernikahan anak pasien
3) Alam Perasaan
a. Mood : Depresif, rasa bersalah
b. Afek : Afek terbatas, datar
c. Keserasian : Serasi

4) Persepsi
a. Halusinasi : Tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada

5) Fungsi Intelektual
a. Daya Konsentrasi : Cukup
b. Orientasi : Waktu baik / Tempat baik/ Orang baik
c. Daya Ingat
• Segera (immediate) : Baik
• Baru saja (recent) : Baik
• Agak lama (recent past) : Kurang
• Jauh (remote) : Baik
d. Pikiran abstrak : Baik

6) Pengendalian Impuls : Baik

7) Daya Nilai : Baik

8) Tilikan/Insight : VI

9) Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
a. TD : 120/80 mmHg
b. Nadi : 88 x/menit
c. RR : 20 x/menit
d. Suhu : 36,4°C
e. TB : 160 cm
f. BB : 62 kg
g. IMT : 24.21 kg/m2 (normal)
Status Generalisata
a. Kulit : dalam batas normal
b. Kepala : dalam batas normal
c. Mata : dalam batas normal
d. Hidung : dalam batas normal
e. Telinga : dalam batas normal
f. Leher : dalam batas normal

Pemeriksaan Thoraks
a. Inspeksi : pergerakan thoraks simetris
b. Palpasi : nyeri tekan (-/-), fremitus kanan = kiri
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
c. Perkusi : batas jantung dalam batas normal
d. Auskultasi : BJ I dan II regular, gallop (-), murmur (-)

Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi : cembung
b. Auskultasi : bising usus (+) normal
c. Palpasi : nyeri tekan (+) epigastrik, hepar dan lien tidak teraba
d. Perkusi : timpani

Pemeriksaan Ekstremitas
a. Superior : akral hangat, CRT < 2 detik
b. Inferior : akral hangat, edema (-/-)
Pemeriksaan Neurologis
a. GCS : E4V5M6 (15)
b. Pemeriksaan psikometrik : tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang Lainnya


Laborium Darah Rutin : tidak dilakukan 3.

Diagnosis Differential
• F32.2 episode depresif berat tanpa gejala psikotik
• F41.2 gangguan campuran anxietas dan depresi
• F43.22 gangguan penyesuaian reaksi campuran anxietas dan depresi
Diagnosis Multiaksial
1) Axis I : F32.1 Episode Depresif Sedang
2) Axis II : Z03.2 Tidak ada Diagnosis Axis II
3) Axis III : Dispepsia
4) Axis IV : Masalah dengan keluarga (anak)
5) Axis V : GAF scale 60-51

Tatalaksana
1). Farmakoterapi
• Sertraline 1x50 mg PO
• Alprazolam 0.5 mg 1x1 (malam sebelum tidur)
• Lansoprazole 1x30 mg PO (pagi sebelum sarapan)
2). Psikoterapi
• Terapi suportif (dukungan keluarga)
• Cognitive behavioural therapy
• Edukasi penyakit

Prognosis
• Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
• Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
• Quo ad Sanastionam : Dubia ad bonam
Bab 3
DEFENISI

Depresi adalah penyakit medis dengan banyak gejala,


termasuk yang gejala fisik. gangguan depresi ditandai
oleh kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan,
perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan
tidur atau nafsu makan, perasaan lelah, dan
konsentrasi yang menurun.
Gangguan depresi merupakan jenis gangguan jiwa
yang sering ditemukan dengan prevalensi seumur
hidup sekitar 15%, dengan kemungkinan mencapai
EPIDEMIOLOGI 25% pada perempuan. Rata-rata usia yang rentan
mengalami depresi ialah sekitar 40 tahunan. Hampir 50
% awitan terjadi pada usia 20-50 tahun. Gangguan
depresi berat dapat timbul pada masa kanak-kanak
atau lanjut usia.
Etiologi munculnya depresi disebabkan oleh berbagai
faktor berbeda pada setiap penderita gangguan ETIOLOGI
depresi.
1). Faktor Genetik
2). Faktor Biologis
3). Faktor Psikososial
PATOFISIOLOGI Ketidakseimbangan biogenik amine (Serotonin,
Noradrenergik dan Dopamin)
Aksis
HPA
Manifestasi
Klinis

Gejala
somatik
Gejala somatik depresi /
gejala neurovegetative.
Presentasi
Dalam -Depresi pada anak-anak dan remaja

Populasi -Depresi pada orang tua

Khusus
Kriteria
Diagnosis
Gejala utama (pada derajat ringan, Gejala lainnya :
sedang dan berat) : ● Konsentrasi dan perhatian
● Afek depresif berkurang
● Kehilangan minat dan ● harga diri dan kepercayaan diri
kegembiraan,dan berkurang
● Berkurangnya energi yang ● Gagasan tentang rasa bersalah
menuju meningkatnya keadaan dan tidak berguna
mudah lelah (rasa lelah yang ● Pandangan masa depan yang
nyata sesudah kerja sedikit suram dan pesimistis
saja) dan menurunnya aktivitas. ● Gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh
diri
● Tidur tergganggu
● Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga
tingkat keparahan tersebut diperlukan
masa sekurang-kurangnya 2 minggu
untuk penegakkan diagnosis, akan
tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa
beratnya dan berlangsung cepat.
Berdasarkan PPDGJ III

F32.0 Episode Depresif Ringan F32.1 Episode Depresif Sedang


- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 - Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3
gejala utama depresi gejala utama depresi seperti pada episode
- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala depresi ringan (F30.0)
lainnya - Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan
- Tidak boleh ada gejala berat diantaranya sebaiknya 4) dari gejala lainnya)
- Lamanya seluruh episode berlangsung - Lamanya seluruh episode berlangsung
sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu minimum sekitar 2 minggu
- Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan - Menghadapi kesulitan nyata untuk
dan kegiatan sosial yang biasa meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
dilakukannya. urusan rumah tangga

Karakter kelima : Karakter kelima :


F32.00 = Tanpa gejala somatik F32.00 = Tanpa gejala somatik
F32.01= Dengan gejala somatik F32.01 = Dengan gejala somatik
F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
- Semua 3 gejala utama depresi harus ada
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat
masih dapat dibenarkan
- Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika
gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
F32.3 Episode Depresif berat dengan Gejala Psikotik
- Episode depresi berat yang memenuhi kriteria
menurut F32.2
- Disertai waham, halusisasi atau stupor depresif.
Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetak yang mengancam, dan F32.8 Episode Depresif lainnya
pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfatorik berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat
dapat menuju pada stupor
- Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat
ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan
afek (mood-congruent).
F32.9 Episode Depresif YTT Dalam
menegakkan diagnosis gangguan depresi F.33.0 Gangguan depresif berulang, episode
berulang (F33) berdasarkan PPDGJ III, : kini ringan :
- Gangguan ini tersifat dengan episode Kriteria untuk gangguan depresif berulang
berulang dari : (F33.-) harus dipenuhi, dan episode sekarang
• Episode depresi ringan (F32.0) harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
• Episode depresi sedang (F32.1) ringan (F32.0)
• Episode depresi berat (F32.2 dan F32.2
F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini F33.2 Gangguan depresi berulang, episode kini
sedang : berat tanpa gejala psikotik :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang Kriteria untuk gangguan depresif berulang
(F33.-) harus dipenuhi, dan episode sekarang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresif harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
sedang (F32.1) berat tanpa gejala psikotik (F32.2)
F33.3 Gangguan depresi berulang, episode kini
berat dengan gejala psikotikik :
F33.4 Gangguan depresi berulang, kini dalam
Kriteria untuk gangguan depresif berulang
remisi :
(F33.-) harus dipenuhi, dan episode sekarang
Kriteria untuk gangguan depresif berulang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
(F33.-) harus dipenuhi, dan episode sekarang
berat dengan gejala psikotik (F32.3)
harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik (F32.2)
F33.8 Gangguan depresi berulang lainnya
F33.9 Gangguan depresi berulang YTT
F34.1 Distimia
Ciri esensial ialah afek depresif yang berlangsung
F33.8 Gangguan depresi berulang sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali
lainnya cukup parah untuk memenuhi kriteria ganggan
F33.9 Gangguan depresi berulang depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F
YTT 33.1
Berdasarkan
DSM V DAN
ICD 10
- Skala yang digunakan
Skala oleh klinisi.
penilaian
obyektif
untuk - Skala yang digunakan
depresi untuk diri sendiri
- Penyakit umum
Diagnosis
Banding - Demensia
- Gangguan Mental lainnya
- Gangguan Mood lainnya
Terapi
Terapi
Bab 4
ANALISIS KASUS

• Pasien datang diantar anak kandungnya dengan keluhan perasaan sedih,


bersalah, sehingga menganggu tidur dan makan pasien, keluhan dirasakan sejak
± 1 tahun ini dan memberat sejak ± 1 bulan ini. Awalnya anak ke tiga pasien yang
perempuan menikah muda dan berhenti sekolah, padahal pasien berharap
anaknya dapat memiliki Pendidikan dan karir yang baik, menurut pasien
kehidupan anaknya tidak Bahagia. Sejak saat anak pasien tersebut menikah,
pasien sering kali kepikiran kehidupan anaknya dan merasa sedih sekaligus
bersalah sebagai seorang ibu. Awalnya perasaan sedih tersebut tidak terlalu
menganggu kehidupan pasien, namun dalam satu bulan terakhir, bersamaan
dengan kehidupan anak ketiga nya yang dirasakan makin memburuk, pasien
menjadi lebih sering menyalahkan diri sendiri, dan sering kali kedapatan
menangis, pasien juga merasa malas untuk keluar rumah padahal sebelumnya
pasien diketahui aktif di lingkungan dan hobi berbincang dengan tetangga
pasien. Pasien menyangkal kalau pasien merasa muda lelah akhir akhir ini.
Menurut anak pasien, pasien gampang marah, setiap kali anaknya itu pergi
keluar dengan laki-laki dan mengatakan dia takut anak nya ini bernasib sama
dengan anak perempuan nomor tiga nya.
ANALISIS KASUS

• Keluhan pada pasien menggambarkan kriteria depresi yang


terdapat dalam PPDGJ III.
• Pada PPDGJ III episode depresi dibagi menjadi 3 gejala
utama dan 7 gejala lainnya. Gejala utama itu meliputi, afek
depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah. 7 gejala lainnya, yaitu konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan
atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur
tergganggu, dan nafsu makan berkurang.
ANALISIS KASUS

• Pada pasien terdapat 2 gejala utama dan 5 gejala


lainnya. Gejala – gejala pasien ini sudah berlangsung
lebih dari 2 minggu dan gejala ini mengganggu
aktivitas sehari-hari pasien.
• Gejala pasien bisa timbul karena ketidakseimbangan
biogenik amin pada otak. Gangguan depresi terjadi
penurunan Serotonin, Dopamin, dan noradrenergik.
• Triptofan yang merupakan prekusor serotonin akan
ikut menurun bersamaan dengan penurunan serotonin
di otak sehingga terjadi penurunan mood, penurunan
memori, atensi, dan fungsi eksekutif pada pasien
ANALISIS KASUS

• Penurunan noradrenergik akibat stressor yang


menetap menyebabkan anergia, anhedonia, dan
penurunan libido pada depresi.
• Dopamin merupakan neurotransmitter yang berperan
dalam mengatur aktivitas motorik, hedonia, dan
kognitif dari pasien sehingga penurunan hormon ini
akan menyebabkan gangguan fungsi kognitif, motorik,
dan anhedonia pada pasien dengan gejala depresi
ANALISIS KASUS

● Pasien mengalami keluhan penurunan berat badan dan


sering merasa nyeri di daerah ulu hati
● Pasien jadi lebih malas makan (tidak ada nafsu makan)
● Pasien sering merasa cemas berlebihan yang merupakan
gejala somatik yang berhubungan dengan patofisiologi
depresi dimana pada pasien depresi selain itu terjadi
perubahan neurotransmitter di otak juga mempengaruhi
aksis HPA (Hypotalamic-PituitaryAdrenal Corical) yang
mengibatkan peningkatan hormon kortisol yang diproduksi
oleh medula adrenal.
● Terganggunya HPA aksis akibat stressor yang berat
mengakibatkan terjadi perubahan di struktur otak pasien
yang memperberat gangguan kognitif dari pasien yang
mengalami depresi.
ANALISIS KASUS

● Pasien sudah melakukan pemeriksaan kesehatan di


Rumah sakit namun hasilnya tidak ada kelainan fisik.
● Pertama kali berobat ke RSJ : dieliminasi kemungkinan
pasien mengalami depresi berulang.
● Pasien menyangkal adanya abnormalitas pada persepsi
Pasien sering merasa takut kalau anak perempuan lainnya
mengalami nasib yang sama dengan anak ketiga pasien
dan sering dihantui rasa bersalah terhadap anak
ketiganya : stresor
ANALISIS KASUS

● Pasien sebelumnya diketahui aktif di lingkungan dan hobi


berbincang dengan tetangga menandakan tidak adanya
gangguan kepribadian tipe antisosial.
● Pasien mengalami trauma karena anak pasien yang ke tiga
berhenti sekolah dan menikah muda menjadi : stressor
utama
● Pasien tidak menderita hipertensi, DM, trauma kepala,
tumor, gangguan kesadaran, asma, HIV, penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakit fisik lainnya
● Tidak terdapat riwayat penyakit yang dapat mengarahkan
pada gangguan jiwa : menyingkirkan diagnosis gangguan
mental organik (F.0).
ANALISIS KASUS

● Pasien tidak pernah meminum alkohol ataupun obat-


obatan terlarang : menyingkirkan diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
(F.10)
● Pasien anak bungsu dan dimanja ole kakaknya : apabila
didapati masalah lebih mudah menjadi beban pikirannya.
● Tidak terdapat adanya riwayat keluarga yang mengalami
keluhan serupa (riwayat sakit jiwa) : menyingkirkan etiologi
penyakit pasien dari faktor genetik
● Pasien tidak tamat SD
● Suami pasien yang sering emosi dan membawa masalah
pekerjaan : beban pikiran pasien dan menjadi faktor
pendukung penyebab keluhan yang dirasakan pasien
● Pasien rutin menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
: lebih tenang dan kuat dalam menjalani lika-liku
kehidupannya
ANALISIS KASUS

● Pasien datang dalam keadaan stabil, penampilan sesuai


usia, rapi : sesuai dengan diagnosis pasien yaitu episode
depresif sedang, pasien masih mampu untuk merawat diri
sendiri tetapi menghadapi kesulitan untuk meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
● Selama autoanamnesis, pasien kooperatif, kontak mata
dengan pemeriksa terarah dan pasien mampu menjawab
pertanyaan dengan relevan dan baik, pasien hanya
menjawab jika ditanya.
● Arus pikir pasien koheren : tidak ada gangguan berpikir
● Isi pikir pasien preokupasi : terhadap pernikahan anaknya
yang merupakan pencetus gejala
● Mood pasien merasa bersalah, afek terbatas dan serasi :
menunjukkan bahwa pasien mengalami episode depresif.
ANALISIS KASUS

● Pasien tidak mengalami halusinasi dan ilusi : menunjukkan


bahwa pasien tidak mengalami gangguan psikotik
● Orientasi tidak terganggu
● Daya ingat dan pikiran abstrak pasien baik. Hal ini
menunjukkan bahwasanya pasien tidak mengalami
gangguan fungsi intelektual yang mana sebagian besar
diderita oleh pasien dengan gangguan mental organik,
seperti demensia.
● Tilikan/insight : VI, artinya pasien menyadari keadaannya,
mengetahui faktor yang menjadi penyebab gangguannya
dan sudah memantapkan diri untuk memperbaiki dirinya
dengan berobat.
ANALISIS KASUS

● Kesadaran : composmentis
● Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
dan frekuensi nafas) : dalam batas normal.
● Status gizi pasien : dalam kategori normal.
● Pemeriksaan fisik pasien (regio kepala, leher, toraks, dan
ekstremitas) : dalam batas normal.
● Pada regio abdomen : nyeri tekan epigastrik yang
mengindikasikan terdapat gangguan pada organ saluran
pencernaan.
● Nyeri epigastrik pada pasien mengarah pada dyspepsia
yang dapat timbul akibat stress atau depresi.
ANALISIS KASUS

● Aksis 1 : Episode depresif sedang (F.32.1)


● Aksis 2 : Tidak ada diagnosis
● Aksis 3 : Dyspepsia
● Aksis 4 : Masalah yang terkait dengan anaknya
(keluarga)
● Aksis 5 : GAF 60-51
ANALISIS KASUS

● Terapi dengan obat sertraline (antidepresan golongan


SSRI ) dengan dosis 50 mg 1x sehari.
● Alprazolam (benzodiazepine) dengan dosis 0,5 mg 1x
sehari pada saat malam hari.
● Lansoprazol (Obat Golongan PPI ) dengan dosis 30
mg 1x sehari pada saat sebelum Sarapan.
● Terapi supportif
● Edukasi penyakit, menyarankan kepada keluarga
untuk selalu memberikan dukungan kepada pasien,
jangan membatasi aktivitas positif yang disukai
pasien, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal yang
dapat meningkatkan stresor. Berdiskusi pada pasien
pentingnya untuk minum obat teratur dan kontrol lagi.
Bab 5
Kesimpulan

Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood (mood
depresi), kehilangan minat terhadap sesuatu yang sebelumnya menyenangkan, perasaan bersalah,
gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi. Pilihan pengobatan
untuk depresi meliputi terapi farmakologi dan psikoterapi. Setiap pasien diharapkan mendapat edukasi
yang mencakup informasi mengenai gejala yang dirasakan, pilihan pengobatan, serta prognosisnya.
Penentuan derajat depresi juga penting untuk dilakukan agar pengobatan yang diberikan kepada pasien
tepat dan efektif.
THANK YOU ☺

Anda mungkin juga menyukai