Oleh:
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
Universitas Jambi
Pembimbing
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report
Session (CRS) ini dengan judul “Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik”. Referat ini
merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
Terwujudnya referat ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan, dan dorongan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr.
Victor Eliezer, SpKJ selaku pembimbing yang telah memberikan arahan sehingga referat ini
dapat terselesaikan dengan baik dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata
penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam referat ini.
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................3
DAFTAR ISI...............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................6
3.1 Depresi.............................................................................................................14
3.2 Epidemiologi....................................................................................................14
3.3 Etiopatogenesis................................................................................................15
3.3.1 Etiologi.....................................................................................................15
3.3.2 Patofisologi...............................................................................................16
3.5 Diagnosa..........................................................................................................27
3.6 Tatalaksana......................................................................................................38
BAB V KESIMPULAN............................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
Depresi dan gangguan suasana hati berhubungan dengan masalah kesehatan terbesar
di dunia. Banyaknya tekanan kehidupan, stres interpersonal dan penolakan sosial, menjadi
faktor risiko terbesar mengalami depresi. Depresi adalah suatu kondisi seseorang merasa
sedih, kecewa saat mengalami suatu perubahan, kehilangan, kegagalan dan menjadi
patologis ketika tidak mampu beradaptasi. Depresi merupakan suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang secara afektif, fisiologis, kognitif dan perilaku sehingga
mengubah pola dan respon yang biasa dilakukan. Meskipun banyak pengobatan dan
perawatan yang efektif terhadap depresi, tetapi hanya sebagian yang menderita depresi
mendapat pengobatan dan tindakan pendekatan psikoterapi.
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
II. ANAMNESIS
2.1 Keluhan Utama
Pasien mengeluh sering merasa tertekan dan cemas berlebihan sejak 3 bulan SMRS
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi dengan keluhan sering merasa
tertekan dan cemas berlebihan sejak 3 bulan SMRS. Os juga mengaku merasa
rendah diri, lebih senang sendiri, bermalas malasan dan tidak bersemangat dalam
menjalani aktivitas sehari hari. Os juga mengeluh susah tidur dan sering terbangun
dari tidurnya. Os mengaku semenjak keluhan dirasakan, emosinya menjadi tidak
terkontrol, sulit konsentrasi, bahkan terkadang berfikiran untuk mengakhiri
hidupnya. Os juga mengaku kurang nafsu makan sejak beberapa bulan terakhir dan
mengalami penurunan berat badan sebanyak 8 kg selama 3 bulan terakhir, serta
sering merasakan sakit kepala. Os mengaku keluhan tersebut dirasakan sejak os
selalu memikirkan masalah skripsinya. Terkadang os juga berpikir kurang mendapat
kasih sayang dari kedua orangtuanya yang telah bercerai. Os mengaku sebelumnya
merupakan orang yang senang bersosialisasi dan bergaul, sebelumnya os juga selalu
menceritakan masalahnya ke orang terdekat. Namun sekarang os merasa bahwa
masalahnya lebih baik dipendam. Os menyangkal merasakan pernah melihat
bayangan ataupun mendengar suara dan bisikan.
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak terdapat adanya riwayat keluarga dengan gejala yang sama. Tidak ada
riwayat keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Pasien
merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Orangtua pasien bercerai saat pasien
berusia 13 tahun, pasien tinggal bersama nenek. Sedangkan adik pasien ada yang
tinggal bersama Ayah, ada yang tinggal bersama Ibu pasien.
Pasien sering disuruh mengalah ketika berkelahi dengan adiknya. Pasien sering
dipukul oleh ayahnya.
Pasien mendapatkan agama yang cukup dari orang tuanya. Saat masih kecil,
pasien sering pergi mengaji ke masjid.
g. Riwayat pekerjaan
Pasien merupakan seorang mahasiswa
h. Aktivitas sosial
j. Riwayat pernikahan
TD : 118/66 mmHg
Nadi : 77x/menit
Suhu : 36,7 C
RR : 18x/menit
3.2 Status Gizi
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 52 kg
IMT : 21,6 kg/m2 (normoweight)
3.3 Status Generalisata
Kulit : Turgor baik
Kepala : Normochepal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor (+/+).
Hidung : Deformitas (-), epistaksis (-)
Telinga : Serumen minimal, Nyeri tekan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Trakea terletak ditengah
Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, pergerakan dada simetris, retraksi
dinding dada (-), sikatriks (-)
Palpasi : Fremitus dada kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar, distensi (-), ikterik (-), sikatriks (-)
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Soepel
Perkusi : Timpani di keempat kuadran, pekak alih (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema (-/-), CRT 2detik
Inferior : Akral hangat, edema (-/-), CRT 2detik
Pemeriksaan Neurologis
GCS :15 (E4 V6 M5)
Pemeriksaan Psikometrik : Tidak dilakukan pemeriksaan
3.4 Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Laboratorium darah rutin : Tidak dilakukan pemeriksaan
a. Keadaan Umum
1. Penampilan : Pasien datang dalam keadaan pakaian rapi, penampilan
sesuai usia.
2. Kesadaran: Compos mentis
3. Orientasi
- Waktu: baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksaan berlangsung di
siang hari
- Tempat: baik, pasien dapat mengetahui bahwa ia sedang berada di
Poli Jiwa RSJD Jambi
- Orang: baik, pasien mengenal orang lain
4. Sikap dan tingkah laku : Pasien kooperatif dengan pemeriksa, kontak mata
dengan pemeriksa terarah, serta pasien mampu menjawab pertanyaan.
b. Gangguan berpikir
c. Alam perasaan
d. Persepsi
1. Halusinasi : (-)
2. Ilusi : (-)
e. Fungsi intelektual
Farmakologi
1. Sertraline 50 mg 1x sehari
Psikoterapi
1. Terapi kognitif-perilaku
2. Terapi suportif
3. Edukasi penyakit
VIII. Prognosis
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Depresi
3.2 Epidemiologi
Proporsi populasi global dengan depresi pada tahun 2015 diperkirakan sebesar
4,4% dan lebih umum terjadi pada Wanita (5,1%) dibandingkan dengan pria (3,6%). Total
individu yang hidup dengan gangguan depresi mencapai 322 juta jiwa yang sebagian
berada dikawasan asia tenggara dan wilayah barat pasifik termasuk india dan china. 1
Total estimasi individu yang hidup dengan gangguan depresi telah meningkat
sebanyak 18,1% diantara rahun 2005 sampai 2015. Hal ini merefleksikan pertumbuhan
populasi global dan sejalan dengan peningkatan gangguan depresi pada kelompok umur
yang rentan terjadi gangguan depresi. 1
Hasil riskesdas 2018 di Indonesia individu yang hidup dengan gangguan depresi
mencapai 706.689 jiwa. Gangguan depresi sudah mulai terjadi pada rentang usia remaja
(15-24 tahun), dengan prevalensi 6,2%. Pola prevalensi depresi semakin meningkat seiring
dengan peningkatan usia. Tertinggi pada usia 75 tahun keatas sebesar 8,9%, 65-74 tahun
8,0%, dan 55-64 tahun 6,5%. 2
3.3 Etiopatogenesis
3.3.1 Etiologi
Faktor penyebab dapat dibagi menjadi faktor biologis dan faktor psikosoial.
a. Faktor Biologis
Serotonin
Serotonin telah menjadi neurotransmitter amina biogenik yang paling umum
berhubungan dengan depresi. Penyusutan serotonin terjadi pada ganguan depresi
sehingga serotonergik agen menjadi pengobatan yang efektif. Identifikasi beberapa
reseptor serotonin subtipe dapat mengarahkan pada perawatan yang lebih spesifik
untuk depresi. Beberapa pasien dengan impuls bunuh diri memiliki konsentrasi
serotonin cairan serebrospinal (CSF) dan metabolit (5-hydroxyindole acetic acid [5-
HIAA]) yang rendah.3
Norepinephrine
Tingkat abnormal (biasanya rendah) dari metabolit norepinefrin (3- methoxy-4-
hydroxyphenylglycol [MHPG]) ditemukan dalam darah, urin, dan CSF dari pasien
depresi. 3
Dopamin
Aktivitas dopamin dapat berkurang pada depresi dan meningkat pada mania.Obat-
obatan yang mengurangi konsentrasi dopamin (misalnya, reserpin [Serpasil]) dan
penyakit yang mengurangi konsentrasi dopamin (misalnya, penyakit Parkinson)
dikaitkan dengan gejala depresi. Obatobatan yang meningkatkan konsentrasi dopamin,
seperti tirosin, amfetamin, dan bupropion (Wellbutrin), mengurangi gejala depresi. Dua
teori terbaru tentang dopamin dan depresi adalah bahwa jalur dopamin mesolimbik
mungkin disfungsional dalam depresi dan bahwa dopamin D1 reseptor mungkin
hipoaktif pada depresi. 3
b. Faktor psikososial
Psikoanalisis
Freud menggambarkan ambivalensi yang terinternalisasi terhadap objek cinta
(orang), yang dapat menghasilkan suatu bentuk duka cita patologis jika benda tersebut
hilang atau dianggap hilang. Dukacita ini berbentuk depresi berat dengan perasaan
bersalah, tidak berharga, dan ide bunuh diri. Kehilangan objek cinta secara simbolis
atau nyata adalah dianggap sebagai penolakan. Mania dan kegembiraan dipandang
sebagai pertahanan melawan yang mendasarinya depresi. 3
Psikodinamis
Dalam depresi, seseorang memasukan gagasan kedalam pikirannya secara tidak
sadar dan bertentangan dengan kenyataan yang mengarahkan pada perasaaan konflik
batin, rasa bersalah, kemarahan, rasa sakit, dan kebencian. Duka patologis menjadi
depresi karna perasaan konflik batin, rasa bersalah, kemarahan dan kebencian
diarahkan pada diri sendiri.
Kognitif
Triad kognitif Aaron Beck: (1) pandangan diri negatif (“segalanya buruk karena
saya jahat”); (2) interpretasi negatif dari pengalaman (“segalanya selalu menjadi
buruk”); (3) pandangan negatif tentang masa depan (antisipasi kegagalan). 3
Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan
Peristiwa kehidupan penuh tekanan yang dialami seseorang biasanya mengarahkan
pada episode pertama dari gangguan mood. Peristiwa semacam itu mungkin
menyebabkan perubahan saraf permanen yang mempengaruhi seseorang untuk episode
berikutnya dari gangguan mood. Kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun adalah
peristiwa hidup yang paling terkait dengan perkembangan depresi kedepanya. 3
3.3.2 Patofisologi
STRESOR
Hipotalamus
CRH
Hipofisi
ACTH
Korteks adrenal
Konsentrasi
kortisol ↑
Inhibisi
Stresor dan neurogenesis dan
kerentanan penurunan Simptom
biologik volume kognitif
hipokampus
Simptom depresi
Simptom depresi dan gangguan kognitif
Gangguan
neurogenesis
hipokampus
Penurunan volume hipokampus
Mood yang depresif serta hilangnya minat atau kesenangan adalah kunci
gejala depresi. Pasien dapat mengatakan bahwa mereka merasa sedih, tidak ada
harapan, bersusah hati atau tidak berharga. Untuk seorang pasien, mood yang
depresif sering memiliki kualitas yang khas yang membedakan dengan emosi
normal kesedihan atau berkabung. Pasien sering menggambarkan gejala depresi
sebagai satu penderitaan emosi yang sangat mendalam serta kadang-kadang
mengeluh tidak dapat menangis, gejala yang pulih ketika pasien membaik.5,6
Sekitar duapertiga pasien depresi berpikir untuk melakukan bunuh diri,
dan 10-15 % melakukan bunuh diri. Mereka yang baru-baru ini dirawat di rumah
sakit dengan percobaan bunuh diri atau memiliki gagasan bunuh diri memiliki
resiko seumur hidup yang lebih besar untuk berhasil melakukan bunuh diri dari
pada mereka yang belum pernah dirawat di rumah sakit. Beberapa pasien depresi
kadang-kadang tampak tidak menyadari depresi yang dialami dan tidak mengeluh
adanya gangguan mood, walaupun mereka menunjukkan penarikan diri dari
keluraga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi mereka. Hampir
semua pasien depresi 97%) mengeluh berkurangnya energi; mereka merasa sulit
menyelesaikan tugas, terganggu disekolah dan tempat kerja, serta memiliki
motivasi yang menurun untuk menangani proyeksi baru. Sekitar 80% pasien
mengeluh sulit tidur, terutama terbangun sangat dini hari (yang merupakan
insomnia terminal) serta terbangun berulang di malam hari, saat terbangun pasien
merenungkan masalahnya. Banyak pasien mengalami penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan. Tetapi pasien lain mengalami peningkatan nafsu
makan dan kenaikan berat badan dan tidur lebih lama dari biasanya. Pasien ini
digolongkan dalam DSM-IV-TR memiliki ciri atipikal. 5,6
Ansietas adalah gejala depresi yang lazim dan mengenai 90% pasien
depresi. Berbagai perubahan asupan makanan dan istirahat dapat memperburuk
penyakit medis yang telah ada, misalnya diabetes, hipertensi, PPOK dan penyakit
jantung. Gejala vegetatif lainnya adalah menstruasi abnormal dan menurunya
minat serta kinerja di dalam aktivitas seksual. Sekitar 50% pasien menunjukkan
adanya variasi gejala diurnal yang bertambah parah di pagi hari dan berkurang di
sore hari. Gejala kognitif mencakup laporan subjektif adanya ketidakmampuan
berkonsentrasi serta hendaya dalam berfikir. 5,6
Tabel 3.1 Gejala-gejala depresi4
Gambaran emosi
Gambaran kognitif
Agitasi psikomotor
a. Gambaran Umum
Retardasi psikomotorik menyeluruh merupakan gejala yang paling
lazim timbul, walaupun agitasi juga terlihat terutama pada pasien lanjut usia.
Meremas-remas tangan dan menarik-narik rambut merupakan gejala tersering
agitasi. Umumnya, pasien depresi memiliki postur tubuh yang bengkok; tidak
ada gerakan spontan, serta tatapan mata menghindar dengan memandang ke
bawah. Pada pemeriksaan klinis, pasien depresi yang menunjukkan gejala yang
nyata retardasi prikomotor dapat serupa dengan pasien skizofrenia katatonik.
Fakta ini dimasukkan dalam DSM-IV-TR sebagai gejala yang menyerupai
penyakit somatik terminal seperti kanker dan otak yang “membusuk”). Waham
dan halusinasi pada pasien dengan gangguan mood tidak kongruen tidak sesuai
dengan mood depresi. Waham yang tidak kongruen mood pada orang depresi
meliputi tema kebesaran berupa kekuatan, pengetahuan, dan rasa berharga
yang berlebihan- misalnya keyakinan bahwa seseorang disiksa karena ia
merupakan seorang juru selamat. Walaupun relatif jarang, halusinasi dapat
terjadi saat episode berat dengan ciri psikotik. 5,6
e. Isi pikir
Pasien depresi umumnya memiliki pandangan negatif mengenai dunia
dan diri mereka. Isi pikiran mereka biasanya mecakup pikiran berulang yang
tidak bersifat waham mengenai kehilangan, rasa bersalah , bunuh diri dan
kematian. Sekitar 10 persen pasien depresi memiliki gejala nyata gangguan
pikiran biasanya berupa bloking pikiran dan sangat miskin isi pikir. 5,6
f. Sensorik dan Kognisi
- Orientasi
Hampir seluruh pasien depresi masih memiliki orientasi terhadap
waktu, tempat dan orang, walaupun beberapa pasien mungkin tidak memiliki
cukup energi atau minat untuk menjwab pertanyaan mengenai hal ini selama
wawancara. 5,6
- Memori
Sekitar 50-75% pasien depresi memiliki hendaya kognitif, kadang-
kadang disebut dengan istililah pseudidemensia depresif. Pasien ini sering
mengeluh konsentrasi terganggun dan mudah lupa. 5,6
g. Kontrol impuls
Sekitar 10-15 % pasien depresi melakukan bunuh diri dan sekitar 2/3
pasien memiliki ide bunuh diri. Pasien depresi dengan ciri psikotik sering
berpikir untuk membunuh orang lain sehubungan dengan sistem wahamnya,
tetapi kebanyakan pasien depresi seringnya tidak mempunya motivasi atau
kekuatan untuk bertindak secara impulsif atau kasar. Pasien dengan gangguan
depresi berisiko lebih tinggi terhadap bunuh diri saat keadaan mereka
membaik dan memperoleh energi yang dibutuhkan untuk merancang dan
melakukan usaha bunuh diri (bunuh diri paradoks). Peresepan antidepresan
dalam jumlah besar pada pasien merupakan tindakan klinis yang tidak bijak,
terutama obat trisiklik, saat pasien di pulangkan dari rumah sakit. 5,6
h. Daya nilai dan tilikan
Daya nilai pasien paling baik di periksa dengan memperhatikan
tindakan pasien di masa lalu serta perilaku mereka saat wawancara. Tilikan
pasien depresi terhadap kelainan yang mereka alami biasanya berlebihan:
pasien melibatkan gejala, gangguan, dan masalah hidup mereka. Sulit untuk
meyakinkan pasien bahwa dapat terjadi perbaikan. 5,6
i. Taraf dapat dipercaya
Dalam wawancara dan pembicaraan, pasien depresi melebih-lebihkan
hal yang buruk dan menutupi hal yang baik. Kesalahan klinis yang sering
terjadi adalah begitu saja mempercayai pasien yang mengaku bahwa
pengobatan antidepresan sebelumnya tidak berhasil. Pernyataan meraka
mungkin salah dan mereka mencari informasi dari tempat lain. Psikiater
sebaiknya tidak melihat informasi pasien yang salah ini sebagai suatu
kebohongan yang dibuat-buat; penyampaian informasi yang membantu
mungkin mustahil pada seseorang dengan pikiran depresi. 5,6
j. Skala penilaian objektif depresi
Skala penilaian objek depresi dapat berguna dalam praktik klinik
untuk pencatatan keadaan klinis pasien depresi
Zung.
Skala penilaian depresi Zung adalah skala pelaporan 20 hal nilai normal
adalah 34 kebawah; keadaan depresi adalah 50 keatas. Nilai ini
memberikan indeks keseluruhan intensitas gejala pasien depresif, termasuk
ekspresi afektif depresi
Raskin.
Skala penilain Raskin adalah skala penilain yang mengukur keparahan
depresi pada psien, seperti yang dilaporkan pasien dan diamati pemeriksa,
dengan skala 5 poin yang mencakup tiga dimensi : laporan verbal, perilaku
yang terlihat dan gejala yang menyertai. Skala ini memiliki kisaran 3
hingga 13; nilai normal adalah 3 dan nilai depresi adalah 7 ke atas.
Hamliton.
Skala penilaian depresi halmilton (HAM-D) merupakan skala depresi yang
digunakan secara luas dengan 24 hal, yang masing-masing bernilai 0
hingga 4 atau hingga 2, dengan total nilai 0 hingga 76. Klinis
mengevaluasi jawaban pasien terhadap pertanyaan menangani rasa
bersalah, pikiran bunuh diri, kebiasaan tidur dan gejala lain depresi. Angka
didapatkan melalui penilaian klinis. 5,6
3.5 Diagnosa
Depresi ditandai dengan gejala yang umumnya terbagi dalam dua kategori:
psikologis, dan somatik (atau fisik). Yang pertama dicirikan oleh kesedihan yang
terus-menerus, yang disebut "dysphoria," dan keadaan yang terus-menerus
kekurangan kenikmatan atau kesenangan biasa dalam kegiatan yang sebelumnya
menyenangkan, disebut "anhedonia." Awalnya dikembangkan di Inggris dan sedang
diselidiki di Universitas Columbia di New York City, depresi atipikal mengacu pada
kelelahan yang ditumpangkan pada sejarah kecemasan dan fobia somatik, bersama
dengan tanda vegetatif terbalik (suasana yang lebih buruk di malam hari, insomnia,
kecenderungan untuk tidur nyenyak dan makan berlebihan). Pengalaman
menunjukkan bahwa tanda vegetatif terbalik lainnya meningkatkan minat dan / atau
hasrat seksual, meskipun tetap tidak terdeskripsikan dalam literatur ini. Tidur
terganggu pada paruh pertama malam pada banyak orang dengan gangguan depresi
atipikal, dan iritabilitas, hipersomnolen, dan kelelahan siang hari. Temperamen
pasien-pasien ini dicirikan oleh sifat-sifat yang sensitif. MAOI dan antidepresan
serotonergik tampaknya menunjukkan beberapa spesifisitas untuk pasien seperti itu,
yang merupakan alasan utama bahwa depresi atipikal dianggap serius.7
A. Lima (atau lebih) gejala berikut hadir selama periode dua minggu dan
menampilkan perubahan dari kebiasaan sebelumnya. Setidaknya satu
gejala merupakan mood tertekan atau kehilangan ketertarikan atau rasa
senang. Gejala yang dihasilkan kondisi medis tidak dihitung.
1. Perasaan tertekan pada sebagian besar waktu, hampir setiap hari,
ditunjukkan oleh laporan pribadi (contoh: merasa sedih atau kosong)
atau observasi orang lain (contoh: kelihatan takut). Catatan: Pada anak-
anak dan remaja, dapat berupa perasaan marah.
2. Kehilangan ketertarikan atau kesenangan pada sejumlah besar
aktivitas, hampir setiap hari (ditunjukkan oleh pendapat pribadi
ataupun observasi orang lain).
3. Penurunan/peningkatan berat badan atau perubahan selera makan yang
signifikan ketika tidak melakukan diet.
4. Insomnia atau hypersomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (harus dapat
diobservasi dan bukan perasaan subjektif)
6. Kelelahan atau kehilangan tenaga hampir setiap hari
7. Merasa tidak berharga atau memiliki rasa bersalah yang berlebihan
(mungkin saja bersifat delusi) hampir setiap hari.
8. Penurunan kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, sulit menentukan
pilihan, hampir setiap hari.
9. Pikiran tentang kematian yang berulang, pikiran tentang bunuh diri
yang berulang, baik tanpa rencana atau dengan rencana yang jelas
dalam bunuh diri.
B. Gejala menyebabkan kesedihan signifikan atau gangguan dalam pekerjaan,
hubungan sosial, ataupun bidang lain yang penting dalam hidup.
C. Episode ini tidak terkait dampak psikologis dari penggunaan obat-obatan.
D. Kemunculan episode ini tidak diterangkan lebih baik dengan
schizophrenia, gangguan delusi, atau psikotik disorder.
E. Tidak ada sejarah hypomanik atau manik episode.
Tabel 3.2 Karakterisasi Gangguan Depresi Mayor menurut ICD-10 dan DSM-5.7
Tabel 3.2 Karakterisasi Gangguan Depresi Mayor menurut ICD-10 dan DSM-5. 7
3.5.2 Berdasarkan PPDGJ-III
PPDGJ III, adapun gejala utama dan gejala tambahan lainnya berupa :9
- Afek depresif
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
2. Gejala lainnya :
f. Tidur tergganggu
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat. 9
berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama).
Episode depresif berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis
diatas
- Hanya sekiti kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
akan tetaou jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih
minggu
pekerjaan, atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
- Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas;
ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetak yang mengancam, dan pasien
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
- Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas
Namun, kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari
pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mental lain
(F32.0) dan
(F32.1) dan
F33.3 Gangguan depresi berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik
F34.1 Distimia
- Ciri esensial ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak
pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria ganggan
- Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-
Jika onsetnya pada usia lanjut, gangguan ini seringkali merupakan lanjutan
3.6 Tatalaksana
Pada Terapi pasien dengan gangguan mood harus ditujukan pada beberapa
tujuan. Pertama, keamanan pasien harus terjamin. Kedua, evaluasi diagnostik
lengkap pada pasien harus dilakukan. Ketiga, rencana terapi yang ditujukan tidak
hanya pada gejala saat itu tetapi kesejahteraan pasien dimasa mendatang juga
harus dimulai. Walaupun terapi saat ini yang menekankan pada farmakoterapi dan
psikoterapi ditujukan pada pasien secara individual, peristiwa hidup yang penuh
tekanan juga dikaitakn dengan meningkatnya angka kekambuhan pada pasien
dengan gangguan mood. Dengan demikian, terapi harus menurunkan jumlah dan
keparahan stressor didalam kehidupan pasien.3,6
3.6.1 Terapi Non Farmakologi
ECT adalah terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak. Metode terapi
semacam ini sering digunakan pada kasus depresif berat atau mempunyai risiko
bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat antidepresan kurang baik.
Pada penderita dengan risiko bunuh diri, ECT menjadi sangat penting karena ECT
akan menurunkan risiko bunuh diri dan dengan ECT lama rawat di rumah sakit
menjadi lebih pendek. 3,6
Pada keadaan tertentu tidak dianjurkan ECT, bahkan pada beberapa
kondisi tindakan ECT merupakan kontra indikasi. ECT tidak dianjurkan pada
keadaan :
Usia yang masih terlalu muda ( kurang dari 15 tahun )
Masih sekolah atau kuliah
Mempunyai riwayat kejang
Psikosis kronik
Kondisi fisik kurang baik
Wanita hamil dan menyusui
Psikoterapi
Tab 10 mg
Tab 25 mg
Tab 50 mg
7. Maprotiline LUDIOMIL 75-150 mg /h
Tab 75 mg
Drop 2 % 50 ml
Ampul 25-5 ml
Tab 10 mg
8. Mianserin TOLVON 30-60 mg/h
Tab 30 mg
ZOLOFT
FATRAL
9. Sertraline Tab 50 mg 50-100 mg/h
FRIDEP
NUDEP
Tab 50 mg
10. Trazodone TRAZONE 100-200mg/h
Tab 100 mg
11. Paroxetine SEROXAT Tab 20 mg 20-40 mg/h
Tab 20 mg
12. Fluvoxamine LUVOX 50-100 mg/h
Tab 50 mg
PROZAC Cap 20 mg
NOPRES Cap 20 mg
ANSI Cap 10-20 mg
13. Fluoxetine ANTIPRESTIN Cap 10-20 mg 20-40 mg/h
LODEP Cap 20 mg
KALXETIN Cap 10-20 mg
ZAC Cap 10-20 mg
ANALISA KASUS
KESIMPULAN
6. Boland R VM. Kaplan & Sadock’s Synopsis Of Psychiatry. Edisi Ke-d. 2022.
9. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-
5. Jakarta: FK Unika Atmajaya; 2013.
10. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ke-t.
Jakarta; 2007.
11. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Ke-t. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2018.