Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh :

Dhiyan Handi Asyhari Lubis, S.Ked 04084822225167


Devitania Azzahra, S.Ked 04084822225061
Jirana, S.Ked 04084822225129

Pembimbing :
dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSJ DR. ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh :

Dhiyan Handi Asyhari Lubis, S.Ked 04084822225167


Devitania Azzahra, S.Ked 04084822225061
Jirana, S.Ked 04084822225129

Pembimbing :
dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Dr. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.

Palembang, 09 Juni 2023


Dosen Pembimbing

dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kami kekuatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus
kami yang berjudul “Skizofrenia Paranoid”. Penulisan laporan kasus ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik di KSM/Bagian
Kedokteran Jiwa RSJ Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
Melalui kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih yang
mendalam dan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penulisan laporan kasus ini, terutama kepada yang terhormat dr.
Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan
dalam penulisan laporan kasus ini.
Penulis dari laporan kasus ini menyadari bahwasanya masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan
saran untuk perkembangan yang lebih baik. Kami berharap laporan kasus ini
dapat memberikan manfaat di kemudian hari. Akhir kata, semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan meridhai segala usaha kita.

Palembang, 09 Juni 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I. LAPORAN KASUS .................................................................................. 1


1.1 Identifikasi Kasus ................................................................................ 1
1.2 Riwayat Psikiatri .................................................................................. 1
1.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya ............................................................ 3
1.4 Riwayat Kehidupan Pribadi ................................................................. 5
1.5 Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 6
1.6 Pemeriksaan Status Mental .................................................................. 8
1.7 Formulasi Diagnostik......................................................................... 10
1.8 Diagnosis Multiaksial .........................................................................11
1.9 Daftar Masalah....................................................................................11
1.10 Prognosis ...........................................................................................11
1.11 Rencana Penatalaksanaan .................................................................11

BAB II. ANALISIS KASUS ............................................................................... 13


DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 18

iv
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identifikasi Kasus


Nama : Tn. FAJ
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 34 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Perkawinan : Cerai
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : J. Supersemar no.71, Kemuning
Datang ke RS : 5 Juni 2023
Cara ke RS : Diantar keluarga, dinas sosial, ketua RT
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Asoka
DPJP : dr. Meidian Sari, Sp.KJ

1.2 Riwayat Psikiatri


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis pada tanggal 7 Juni 2023 pukul 11.00 WIB
2. Alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada tanggal 5 Juni 2023
pukul 15.00 WIB di IGD RS Ernaldi Bahar
A. Sebab Utama
Keluarga mengatakan pasien telah meresahkan karena semakin
mudah marah sejak 1 bulan yang lalu.
B. Keluhan Utama
Pasien semakin mudah marah sejak 1 bulan yang lalu
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 8 tahun lalu, Pasca 1 tahun pasien bercerai dan berpisah
dengan anak dan istri sehingga pasien sering menangis jika melihat anak
kecil karena teringat dengan anaknya. Pasien merasa sulit tidur. Pasien

1
menjadi lebih mudah marah bila ditegur oleh teman-temannya. Pasien
juga sering merusak barang-barang dirumah. Pasien sering mengoceh
dan tertawa sendiri. Pasien mengaku sering melihat bayangan hitam
yang menyuruh pasien untuk sholat. Pasien mengaku sebagai utusan dari
Nabi Muhammad SAW. Pikiran bunuh diri tidak ada. Pasien mengaku
mulai mengonsumsi kembali narkoba jenis sabu. Pasien sempat dirawat
inap di RS Ernaldi Bahar dengan diagnosis episode depressif berat
dengan gejala psikotik.
3 tahun yang lalu pasien kembali dirawat di RS Ernaldi Bahar
karena sering mengamuk. Pasien juga mengalami gejala seperti pertama
kali dibawa ke rumah sakit. Pasien kemudian dirawat inap selama 1
minggu dan dijadwalkan kontrol rutin setiap bulan. Pasien rutin
mengonsumsi obat dan terlihat membaik. Pasien dirawat dengan
diagnosis psikotik akut dengan gejala skizofrenia.
1 tahun yang lalu pasien tidak lagi mengonsumsi obat karena
pasien merasa sudah merasa sembuh dan tidak mau kecanduan obat.
Menurut ibu pasien, putus obat juga disebabkan oleh keterbatasan biaya
sehingga tidak lagi mengambil obat pasien.
3 bulan yang lalu keluarga mengatakan pasien mulai mengalami
perubahan sikap yaitu semakin mudah marah, mulai gelisah kembali,
sulit tidur dan tidak mau mandi, sering mengoceh sendiri dan teriak-
teriak di malam hari. Pasien juga sering memukul ibunya apabila
keinginannya tidak terpenuhi. 1 bulan yang lalu pasien semakin sering
mengamuk tanpa sebab. Pasien sering tidur di teras rumah dan
melempar warga yang lewat menggunakan batu dan mengejar warga
dengan batang kayu. Pasien juga sering mengaku bahwa dirinya sebagai
utusan Nabi Muhammad SAW.
2 minggu yang lalu, pasien semakin sering merusak barang-barang
dirumah apabila keinginannya tidak terpenuhi. Pasien juga mulai
meresahkan meresahkan warga sekitar karena sering masuk ke dalam
rumah tanpa sepengetahuan pemilik rumah untuk mengintip namun

2
tidak mengambil barang-barang. Pasien kemudian dibawa oleh keluarga,
dibantu oleh dinas sosial dan ketua RT ke IGD RS Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan untuk mendapatkan pemeriksaan dan
tatalaksana lebih lanjut.

1.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya


A. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
- 8 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di bangsal RS Ernaldi Bahar
untuk pertama kalinya selama 1 minggu dengan diagnosis episode
depresif berat dengan gejala psikotik. Keluhan membaik dan pasien
rutin kontrol selama beberapa bulan.
- 3 tahun yang lalu pasien kembali dirawat di bangsal RS Ernaldi
Bahar selama 1 minggu dengan diagnosis psikotik akut dengan
gejala skizofrenia berulang.
B. Riwayat Kondisi Medis Umum
1. Riwayat hipertensi tidak ada.
2. Riwayat diabetes melitus tidak ada.
3. Riwayat asma tidak ada.
4. Riwayat trauma tidak ada.
5. Riwayat kejang tidak ada.
6. Riwayat alergi obat tidak ada.
C. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien merupakan perokok aktif sejak umur 13 tahun. Dalam
sehari pasien dapat menghabiskan 1 bungkus rokok. Pasien juga pernah
menggunakan ganja jenis sabu 8 tahun yang lalu karena tidak bisa tidur.
D. Timeline Perjalanan Penyakit Pasien

3
Mei 2015 Agustus 2020 Maret 2023

• 1 tahun pasca • Pasien kembali • pasien mulai


bercerai dengan dirawat karena mengalami perubahan
istrinya pasien sering mengamuk sikap
mulai mengalami • Pasien • pasien semakin
perubahan mengalami gejala mudah marah, mulai
perilaku seperti seperti kembali gelisah, sulit
tampak gelisah, sebelumnya tidur dan tidak mau
dan marah-marah, • Pasien kemudian mandi,
pasien tidak bisa dirawat inap • Pasien sering
tidur, pasien juga selama 1 minggu mengoceh sendiri dan
mulai tidak mau dan dijawdalkan teriak-teriak di malam
mandi. Pasien kontrol rutin hari.
juga merasa setiap bulan.
bahwa dirinya Pasien rutin
utusan Nabi mengonsumsi
Muhammad SAW obat dan terlihat
• Pasien dirawat di membaik.
RSEB selama 1
minggu,
kemudian pasien
dipulangkan dan
dijadwalkan
kontrol rutin

Mei 2023 Juni 2023

• pasien sering mengamuk • Pasien semakin sering merusak barang-


tanpa sebab. barang dirumah apabila keinginannya
• Pasien sering tidur di teras tidak terpenuhi.
rumah dan melempar warga • Pasien sering masuk ke dalam rumah
yang lewat menggunakan tanpa sepengetahuan pemilik rumah
batu dan mengejar warga untuk mengintip namun tidak
dengan batang kayu. mengambil barang-barang.
• Pasien mengaku bahwa
dirinya sebagai utusan Nabi
Muhammad SAW.

4
1.4 Riwayat Kehidupan Pribadi
A. Riwayat Premorbid
1. Bayi: Menurut keluarga, pasien lahir spontan, cukup bulan
(pervaginam, ditolong oleh bidan).
2. Anak: Menurut keluarga, tumbuh kembang pasien baik. Pasien
sehari-hari tinggal dengan kedua orang tua, dan 2 saudara
kandungnya.
3. Remaja: Pasien merupakan orang yang mudah bergaul, memiliki
banyak teman.
B. Situasi Hidup Sekarang
Pasien saat ini tidak bekerja. Pasien tinggal dirumah orang tuanya.
C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala yang sama tidak ada. Riwayat
keluarga dengan
gangguan gangguan
jiwa lainnya jiwa
tidaklainnya
ada. tidak ada.

Keterangan:
: Pasien bernama Tn. FAJ usia 34 tahun
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal dunia

D. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SMP, pasien belum bisa
melanjutkan sekolahnya karena faktor ekonomi keluarga.
E. Riwayat Pekerjaan
Sebelum sakit, pasien bekerja sebagai pedagang.

5
F. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dan memiliki satu orang anak, namun sudah
bercerai sejak 9 tahun lalu.
G. Agama
Pasien beragama Islam
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Saat ini, pasien tidak bekerja. Pasien tinggal dirumah orang tuanya.
Kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh orang tuanya. Kehidupan
ekonomi pasien menengah ke bawah.
I. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terkena kasus hukum ataupun berurusan dengan
pihak berwajib sebelumnya.

1.5 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu, 7 Juni 2023
A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda Vital : TD: 121/70 mmHg, N: 95x/menit, RR:
20x/menit,T: 36,6oC
B. Status Lokalis
1. Kepala dan Leher : normosefali, konjungtiva palpebra pucat (-/-),
sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), pupil bulat isokor 3mm/3mm,
mulut kering (-/-), pembesaran KGB (-/-), pembesaran kelenjar tiroid
(-/-)
2. Thoraks : vesikuler (+/+) normal, wheezing (-), ronkhi (-), BJ I dan
II normal, murmur (-), gallop (-)
3. Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal
4. Ekstremitas : akral hangat, tremor (-/-), edema (-/-), pucat (-/-),
sianosis (-/-), CRT < 2 detik

6
C. Status Neurologikus
1. GCS : 15
• E : Membuka mata spontan (4)
• V : Bicara spontan (5)
• M : Gerakan sesuai perintah (6)
2. Fungsi sensorik:
• Pemeriksaan raba halus : tidak ada kelainan.
• Pemeriksaan rasa nyeri : tidak ada kelainan.
• Pemeriksaan sensasi tekanan : tidak ada kelainan.
3. Fungsi motorik:
• Trofi otot : eutrofi.
• Tonus otot : eutoni.
• Kekuatan motorik ekstrimitas : 5/5 dan 5/5.
4. Sindrom ekstrapiramidal:
• Parkinsonisme: rigiditas (-), tremor (-)
• Akatisia (-).
5. Refleks fisiologis:
• Refleks bisep : normal (+2).
• Refleks trisep : normal (+2).
• Refleks patella : normal (+2).
• Refleks achilles : normal (+2).
6. Refleks patologis:
• Tanda Babinski : (-)
• Tanda Chaddock : (-)
• Tanda Oppenheim : (-)
• Tanda Gordon : (-)
• Tanda Schaffer : (-)
7. Gejala Rangsang Meningeal : Tidak ada
8. Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : Tidak ada

7
1.6 Pemeriksaan Status Mental
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 34 tahun, pada saat
wawancara pasien menggunakan baju berwarna hitam tidak
berlengan, celana training berwarna hitam dan tidak menggunakan
alas kaki. Pakaian tampak tidak rapi. Perawatan diri tampak kurang.
Penampilan sesuai usia dengan perawakan cukup tinggi, rambut
panjang tidak rapi berwarna hitam dan kulit berwarna sawo matang.
2. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Tenang (normoaktif)
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Kontak mata dengan pemeriksa ada dan kooperatif terhadap
pemeriksa saat dilakukan pemeriksaan.
B. Kesadaran dan Kognisi
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Perhatian :
a. Memusatkan : Adekuat
b. Memperhatikan : Adekuat
c. Mengalihkan : Adekuat
4. Orientasi :
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
5. Daya Ingat : Baik
6. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca dan
menulis.
7. Kemampuan visuospasial : Pasien dapat menjelaskan
perjalanan dari rumah ke RS
Ernaldi Bahar.

8. Kemampuan menolong diri sendiri : Kurang baik, pasien tidak

8
mandi selama 3 bulan,
namun mampu untuk makan,
minum sendiri.
C. Mood dan Afek
1. Mood : Eutimik
2. Afek : Luas
D. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kecepatan : Normal
3. Intonasi : Jelas
4. Artikulasi : Jelas
5. Produksi suara : Baik dan Lancar
E. Gangguan Persepsi
1. Ilusi tidak ada.
2. Halusinasi Visual ada.
3. Halusinasi Auditori ada.
4. Halusinasi Olfaktori tidak ada.
F. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : Koheren
a) Kontinuitas : Kontinu
b) Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikiran
- Ada waham kebesaran
- Ada waham kendali tought insertion dan tought control
- Tidak ada derealisasi dan depersonalisasi
G. Daya Nilai
1. Penilaian Realita : RTA Terganggu
2. Tilikan : Derajat V

9
1.7 Formulasi Diagnostik
Aksis I :
- Berdasarkan hasil anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan
pemeriksaan, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran,
dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu
penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan
dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan
bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
- Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan,
tidak terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat
dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi, serta
orientasi yang masih baik, sehingga pasien ini bukan penderita
Gangguan Mental Organik (F0).
- Berdasakan hasil anamnesis, riwayat perjalanan penyakit pada pasien ini
ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita berupa adanya
halusinasi dan waham maka pasien ini menderita gangguan psikotik
(F20-F29). Gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan gangguan
isi pikir berupa waham kebesaran dan waham kendali yang telah
berlangsung selama satu bulan, sehingga termasuk kedalam skizofrenia
paranoid (F.20.0)
Aksis II :
- Pada diagnosis multiaksial aksis II belum dapat ditegakkan
Aksis III :
- Pada diagnosis multiaksial aksis III terdapat masalah kulit yaitu pitriasis
versikolor
Aksis IV :
- Pada pasien untuk aksis IV terdapat masalah dengan keluarga, dan
lingkungan sosial, ekonomi, dan putus obat
Aksis V :
- Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale
saat di bangsal yaitu 50-41.

10
1.8 Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F20. Skizofrenia paranoid.
Aksis II : Belum dapat ditegakkan
Aksis III : Pitiriasis versikolor
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga, ekonomi, lingkungan
sosial, dan putus obat
Aksis V : GAF scale 50-41 (saat pemeriksaan).
1.9 Daftar Masalah
A. Organobiologik
- Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.
- Tidak ada kelainan medis umum pada pasien.
B. Psikologik
- Pasien masih mengalami waham kebesaran
- Pasien masih mengalami waham kendali
- Pasien masih mengalami halusinasi auditorik
- Pasien masih mengalami halusinasi visual
- Pasien pernah gaduh gelisah.
- Pasien tidak dapat mengurus diri sendiri.
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien sekarang sulit berinteraksi dengan orang di sekitar
lingkungannya. Pasien tidak memiliki penghasilan dan menggantungkan
hidupnya pada kedua orang tuanya, sehingga termasuk sosioekonomi
kurang mencukupi.
1.10 Prognosis
- Quo ad Vitam : dubia ad bonam
- Quo ad Functionam : dubia ad bonam
- Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
1.11 Rencana Penatalaksanaan
A. Psikofarmaka
- Risperidon 2 x 2 mg P.O
- Trihexyphenidyl 2 x 1 mg P.O

11
- Mikonazole 2% salep 3x1 UE
B. Psikoterapi
Suportif
- Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakitnya dan
rencana pengobatan.
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi
penyakit
- Mengisi waktu luang dengan beribadah dan melakukan hobi.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur sesuai cara
pemakaian obat.
Kognitif
- Menerangkan pada keluarga tentang gejala penyakit pasien yang
timbul kembali akibat pemakaian obat yang tidak teratur.
- Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara
berpikir yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap
masalah yang dihadapi.
- Membantu pasien dalam memperbaiki persepsinya yang sebelumnya
palsu atau tidak benar sehingga pasien lambat-laun memahami
bahwa apa yang didengarnya merupakan halusinasi dan tidak nyata
dalam kehidupannya sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan
keluarga maupun masyarakat.
Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien
disertai dorongan untuk merawat pasien sehingga tercipta dukungan
sosial dalam lingkungan yang kondusif dan membantu penyembuhan
pasien.
Religius
- Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai
ajaran agama yang dianutnya.

12
BAB II
ANALISIS KASUS

Tn. FAJ, laki-laki usia 34 tahun, beragama Islam, cerai dan tidak bekerja
datang ke IGD Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang pada 5 Juni 2023. Pasien
datang dibawa oleh keluarga, dinas sosial, dan ketua RT. Wawancara dan
observasi dilakukan pada tanggal 7 Juni 2023 pukul 10.00 WIB di Bangsal Asoka
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Palembang. Pasien memiliki tingkat
kesadaran compos mentis dan kooperatif sehingga dapat dianamnesis.
Berdasarkan hasil wawancara autoanamnesis dan alloanamnesis, pada pasien ini
ditemukan adanya gangguan pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang bermakna
serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disabiliti (hendaya) dalam
kehidupan sosial sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan
jiwa.
Berdasarkan anamnesis tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam
tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Hal ini dapat menjadi
dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0). Dari
anamnesis ditemukan adanya riwayat penggunaan zat tertentu dan sudah berhenti
serta tanda pemakaiannya tidak ditemukan. Sehingga hal ini tidak dapat mengarah
kepada diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F.10). Dari
riwayat perjalanan penyakit, pada pasien ditemukan gangguan psikotik (F20-F29)
yang ditunjukkan dengan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
dan gangguan isi pikir berupa waham kebesaran dan waham kendali yang telah
berlangsung selama satu bulan. Temuan ini dapat mengarahkan kita kepada
diagnosis skizofrenia paranoid (F.20.0)
Berdasarkan data yang didapatkan dari autoanamnesis dan alloanamnesis,
diagnosis pasien mengarah ke skizofrenia. Pasien dibawa ke Rumah Sakit Ernaldi
Bahar karena semakin mudah marah, mengamuk tanpa sebab, sering mengoceh
dan teriak sendiri di malam hari, memukul ibu kandung pasien serta merusak

13
barang jika keinginannya tidak dipenuhi, masuk ke rumah warga sekitar dan
melempar warga yang lewat menggunakan batu atau mengejar warga yang lewat
dengan batang kayu sehingga meresahkan orang disekitarnya. Pasien juga sering
mengaku bahwa dirinya sebagai utusan Nabi Muhammad SAW. Pada pemeriksaan
status mental, ditemukan adanya hendaya dalam menilai realita, yaitu adanya
halusinasi auditorik dan terdapat waham kebesaran dan waham kendali. Pada
pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan
organobiologik sehingga kemungkinan gangguan mental organik dapat
disingkirkan.
Berdasarkan PPDGJ-III, seseorang bisa dikatakan skizofrenia jika memiliki
minimal 1 gejala dari:
1. Thought echo atau thought insertion or withdrawal atau thought
broadcasting.
2. Delusion of control atau delusion of influence atau delusion of passivity atau
delusional perception.
3. Halusinasi auditorik.
4. Waham-waham menetap jenis lainnya misal merasa memiliki kekuatan atau
kemampuan di atas manusia biasa.
Dari 4 gejala tersebut pasien ini memiliki 2 gejala yang memenuhi yaitu waham
kendali dan kebesaran serta gejala halusinasi auditorik dan visual. Pada kasus
terdapat waham kendali dimana pasien merasa dikendalikan untuk berobat oleh
seseorang yang ada dipikirannya dan waham kebesaran dengan pengakuan pasien
bahwa dirinya diangkat menjadi utusan nabi Muhammad SAW. Untuk halusinasi
auditorik berupa pasien mendengar suara bisikan di telinganya, yang mengajak
pasien untuk dapat saling berkomunikasi dengan suara tersebut, dan untuk
halusinasi visual pasien dapat melihat wujud orang yang sedang berkomunikasi
dengannya. Selain itu diagnosis skizofrenia juga dapat ditegakkan apabila
sedikitnya terdapat dua gejala dibawah ini:
1. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap

14
2. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan
3. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu,
fleksibilitas cerea, negatiavitsme, mutisme dan stupor
4. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; namun harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.
Dari 4 gejala tersebut pasien ini memiliki 2 gejala yang memenuhi yaitu
halusinasi yang menetap berupa halusinasi auditorik dan visual serta gejaja-gejala
negatif. Gejala negatif pada pasien yaitu sikap pasien yang jarang bicara, respons
emosional menumpul yang ditunjukkan dengan sikap pasien yang tidak segan
untuk menyakiti orang tua dan tetangga pasien.
Diagnosis multiaksial didapatkan bahwa aksis I yaitu skizofrenia paranoid.
Hal ini mengacu kepada pedoman diagnostik PPDGJ-III yaitu pasien dikatakan
memiliki skizofrenia paranoid jika:
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
- Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit,
mendengung, atau bunyi tawa
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol
- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan,
dipengaruhi, atau “passivity”, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam adalah yang paling khas
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

15
katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol.
Berdasarkan PPDGJ-III pasien memiliki gejala tambahan yang memenuhi
kriteria skizofrenia paranoid yaitu adanya waham kebesaran. Waham kebesaran
adalah kepercayaan keliru yang meyakini bahwa orang yang mengalaminya punya
kemampuan, kekayaan atau popularitas yang tidak biasa. Pasien merasa dirinya
adalah utusan nabi Muhammad SAW.
Pada diagnosis multiaksial aksis II belum dapat ditegakkan. Pada diagnosis
multiaksial aksis III ditemukan adanya masalah kulit yaitu ptiriasis versikolor. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya higenitas pasien yang tergambar dari
jarangnya pasien untuk membersihkan diri/mandi. Pada pasien untuk aksis IV
terdapat masalah dengan keluarga (cerai), keterabatasan ekonomi, putus obat,
psikososial dan lingkungan lainnya. Pada aksis V didapatkan Global Assessment
of Functioning (GAF) Scale saat dilakukan pemeriksaan yaitu 50-41 yaitu
disabilitas berat, gejala/masalahnya berat dan mulai muncul hendaya
(ketidakmampuan melakukan sesuatu secara mandiri) fungsi sosial, pekerjaan dan
psikologis sudah mulai jelek.
Pengobatan farmakoterapi yang diberikan oleh DPJP berupa antipsikotik.
Pada risperidone 2 mg dua tablet dan pemberian trihexyphenidyl 2 mg satu tablet.
Pemberian risperidone pada kasus digunakan sebagai antipsikotik untuk pasien.
Risperidone merupakan salah satu APG-II atau yang juga dikenal sebagai
antipsikotik golongan atipikal, disebut atipikal karena obat ini sedikit
menyebabkan reaksi ekstrapiramidal. Mekanisme kerja obat APG-II ini berafinitas
terhadap “Dopamine D2 Receptors” (sama seperti APG-I) dan juga berafinitas
terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin- dopamine antagonist),
sehingga efektif terhadap gejala positif maupun gejala negatif.
Saat ini APG-II dapat dikatakan lini pertama pada orang dengan skizofrenia
karena jarang menimbulkan efek samping ekstrapiramidal syndrome. Pada
dasarnya, sebuah obat APG-II satu tidak terbukti lebih unggul dibanding lainnya
secara signifikan, namun pemberian risperidone dibandingkan obat-obat APG-II
lain memiliki kelebihan yakni efek samping sedasi dan peningkatan berat
badannya lebih rendah. Risperidon merupakan antagonis kuat baik terhadap

16
serotonin dan reseptor dopamin D2. Risperidone mempunyai afinitas kuat
terhadap alfa-1 dan alfa-2 tetapi afinitas terhadap beta-reseptor dan muskariniknya
rendah. Walaupun dikatakan merupakan antagonis D2, tapi kekuataannya jauh
lebih rendah dari haloperidol sehingga efek samping ekstrapiramidal nya juga
lebih rendah. Pada pasien juga diberikan obat Trihexyphenidyl 2 mg dua tablet
yang merupakan obat golongan antimuskarinik untuk mengatasi gejala
ekstrapiramidal seperti tremor, kejang, kekakuan, dan kemampuan kontrol otot
yang lemah akibat penggunaan obat antipsikotik yang diberikan pada pasien ini.
Selain diberikan obat-obat terapi medikamentosa pasien juga diberikan terapi
non-medikamentosa yang terdiri dari psikoterapi dengan memberi dukungan dan
perhatian kepada pasien dan menjelaskan kepada pasien agar pasien dapat
membagikan perasaannya kepada keluarga, menyarankan pasien untuk mengisi
waktu luang dengan kegemaran pasien yang bermanfaat, memotivasi pasien agar
minum obat secara teratur. Psikoedukasi dengan memberikan dukungan dan
pengertian bahwa keadaan yang dirasakan pasien merupakan bagian dari
penyakitnya dan bisa disembuhkan, menjelaskan kepada pasien pentingnya
minum obat teratur agar yang mengganggu bisa sembuh. Selain itu, diberikan juga
penjelasan kepada keluarga tentang penyakit pasien sehingga diharapkan keluarga
dapat berpartisipasi dalam membantu dan mendukung kesembuhan pasien,
menekankan pentingnya kontrol dan minum obat teratur walau pasien sudah boleh
pulang sehingga diharapkan keluarga turut serta bekerja sama dalam berjalannya
program terapi. Bimbingan keagaman yang diberikan untuk pasien ini adalah
edukasi, agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang
dianutnya, yaitu menjalankan sholat lima waktu, menegakkan amalan sunnah
seperti mengaji, berdzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.
Prognosis pada pasien ini secara keseluruhan dapat baik ataupun buruk. Hal
ini dikarenakan dari gangguan perilaku yang berlangsung sejak usia 26 tahun,
faktor pencetus yang jelas, onset kronis, riwayat sosioekonomi yang buruk, telah
menikah dan berkeluarga namun sudah bercerai, dan berjenis kelamin laki-laki.
Namun pasien masih diuntungkan dengan tidak ada keluarga yang menderita
skizofrenia, dan tidak ada kelainan medis umum yang mebahayakan pasien.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesia PDSKJ. Konsensus Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia.


Jakarta: Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa; 2011.
2. Stepnicki P, Kondej M, Kaczor AA. Current Concepts and Treatments of
Schizophrenia. Molecules. 2018 Aug 20;23(8):2087.
3. World Health Organization. Schizophrenia https://www.who.int/news
room/fact-sheets/detail/schizophrenia.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Skizofrenia (Gangguan
Mental Kronis).https://dinkes.sumselprov.go.id/2019/06/skizofrenia-
gangguan mental-kronis/.
5. Maslim, R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkasdari PPDG-JIII
dan DSM-5. Jakarta 2013: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya.
6. Badan Narkotika Nasional. Ringkasan Eksekutif Survei
Nasional Perkembangan Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia Tahun
2011.
7. American Psychiatric Association. Diagnosis dan statistical manual of
mental disorders (DSM IV TR). Washington DC: APA; 2000.
8. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott; Ruiz, Pedro.
Comprehensive textbook of psychiatry 10th Edition. United States of
America: Wolters Kluwer; 2017.
9. Ganti, L., Kaufman, M.S., Blitzstein, S.M., 2016. First Aid for the
Psychiatry clerkship- 4th edition, Australasian
Psychiatry. https://doi.org/10.3109/00048676909159272.
10. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanti G, editor. Buku Ajar
Psikiatri. Edisi ke-3. Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2017. H.184-222.
11. Patel KR, Cherian J, Gohil K, Atkinson D. Schizophrenia: overview and
treatment options. P T. 2014 Sep;39(9):638–45.

18

Anda mungkin juga menyukai