Disusun oleh:
Pembimbing :
Dr. Hj. Sa’adah, Sp.A
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
BAB I LATAR BELAKANG .................................................................. 4
BAB II LAPORAN KASUS……………………………………….…….. 5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 20
3.1 Definisi .................................................................................. 20
3.2 Epidemiologi ......................................................................... 20
3.3 Patofisiologi........................................................................... 20
3.4 Manifestasi ............................................................................ 22
3.5 Perjalanan Penyakit............................................................... 24
3.6 Pitfall dalam diagnosis.......................................................... 24
3.7 Kriteria Diagnosis.................................................................. 25
3.8 Pemeriksaan Penunjang......................................................... 26
3.9 Diagnosis Banding................................................................. 28
3.10 Tatalaksana............................................................................ 31
3.11 Komplikasi………………...………………………………. 32
3.12 Pencegahan……………...………………………………….. 33
BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………… 35
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 36
BAB I
LATAR BELAKANG
kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta
episode diare pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan
Bekasi
Alamat
Hubungan dengan
Ibu kandung Ayah kandung
pasien
III. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada Sabtu,
19 Februari 2022.
A. Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sebanyak 5 kali sehari, tidak
berdarah ataupun berlendir, sejak 3 hari yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 4 hari SMRS, sebanyak
kurang lebih 5 kali sehari. BAB cair disertai dengan sedikit ampas, tiap
BAB sebanyak kurang lebih seperempat gelas belimbing, warna cokelat
kehijauan, tidak berlendir, tidak disertai darah. Pasien juga muntah setiap
makan atau minum. Sejak 1 hari SMRS, pasien mengalami demam, naik
turun tidak ditentukan waktu, tidak disertai mengigil ataupun kejang.
Pasien terlihat kehausan namun masih mau minum, BAK normal, kurang
lebih 1 jam SMRS tertampung BAK kurang lebih 100 cc. Pasien juga
mengalami penurunan nafsu makan dan minum. Keluhan lain seperti
mimisan, bintik-bintik merah pada tubuh, dan nyeri pada perut disangkal.
Karena tidak kunjung membaik orang tua pasien membawa anaknya ke
RSUD Kabupaten Bekasi.
Tn. A Ny. M
An.A
Keterangan :
= Laki- laki
= Perempuan
= Pasien
G. Riwayat Pribadi:
Masalah kehamilan Tidak ada
Kehamilan
ANC Melakukan ANC sebanyak 3 kali
Tempat persalinan Klinik Bidan
Penolong persalinan Bidan
Kelahiran
Cara persalinan Normal
Usia gestasi 38 minggu
Berat lahir: 3.200 gram
Panjang badan lahir: 50 cm
Pasca lahir Keadaan bayi Lingkar kepala: 37 cm
Menangis spontan: Iya
Kelainan bawaan: Tidak ada
H. Riwayat Imunisasi:
Imunisasi Usia
Bulan Tahun
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5
Hep B 1√ 2√ 3√ 4
Polio 0 1√ 2√ 3√ 4√
BCG 1 kali√
DTP 1√ 2√ 3√ 4√ 5
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3
Influenza 1
Campak 1 2
MMR 1 2
Tifoid 1
Hep A
Varisela 1 kali
HPV
Japanese 1 2
Encephalitis
Dengue
I. Riwayat Makanan:
ASI : pasien tidak pernah konsumsi ASI karena produksi ibu
kurang
MPASI : mulai pada usia 6 bulan, yaitu bubur bubur dan buah
Makanan : saat ini pasien sudah makan bubur susu / bubur nasi
dengan lauk.
K. Riwayat Kebiasaan :
Pasien sedang dalam fase pertumbuhan dimana ia selalu memasukkan benda
apapun ke dalam mulutnya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
1. Bentuk : normochepal
2. Posisi : simetris
3. Wajah : Dalam batas normal
2. Kulit
1. Warna : Sawo matang
2. Jar. Parut : Tidak ada
3. Pigmentasi : Dalam batas normal
4. Turgor : kembali cepat
5. Ikterus : Tidak ada
6. Sianosis : Tidak ada
7. Pucat : Tidak ada
8. Rambut : Dalam batas normal
3. Mata
: Tidak ada 1. Exophthalmus
: Tidak ada 2. Enopthalmus
3. Edema kelopak : Tidak ada
4. Mata cekung : +/+
5. Konjungtiva anemi : +/+
6. Sklera ikterik : -/-
7. Pupil : isokor
8. Refleks cahaya : langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
4. Hidung
1. Bentuk : Normal
2. Napas cuping hidung : Tidak ditemukan
3. Septum deviasi : Tidak ditemukan
4. Sekret : Tidak ditemukan
5. Telinga
1. Bentuk : Normotia
2. Pendengaran : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Darah & sekret : Tidak ditemukan
6. Mulut
1. Trismus : Tidak ada
2. Faring : faring hiperemis (-)
3. Lidah : lidah tidak kotor berwarna putih, deviasi (-)
4. Uvula : Letak ditengah, tidak deviasi
5. Tonsil : T1-T1 tenang, hiperemis (-)
7. Leher
1. Trakea : Tidak deviasi
2. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
3. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
8. Paru-paru
1. Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris dalam keadaan statis dan
dinamis kanan kiri. Retraksi supraklavikula (-)
2. Palpasi : Tidak teraba kelainan dan masa pada seluruh lapang paru.
Fremitus taktil statis kanan kiri.
3. Perkusi : Terdengar sonor pada seluruh lapang paru.
4. Auskultasi : Suara dasar napas vesicular +/+, rhonki basah kasar -/-,
wheezing -/-
9. Jantung
1. Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
2. Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS VI linea midclavicula sinistra
3. Perkusi :
a. Batas jantung kanan pada ICS V linea sternalis dekstra
b. Batas jantung kiri pada ICS VI linea midclavicula sinistra
c. Batas pinggang jantung pada ICS II linea parasternalis sinistra
4. Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal regular, gallop (-) murmur (-)
10. Abdomen
1. Inspeksi : Buncit simetris
2. Auskultasi : Bising usus (+) normal
3. Perkusi : Timpani di seluruh kuadran, shifting dullness (-)
4. Palpasi : Supel, nyeri tekan pada empat kuadran (-), hepar tidak teraba
membesar, lien tidak teraba membesar, undulasi (-), kandung kemih tidak
teraba penuh.
11. Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan.
12. Ekstremitas
1. Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah kanan dan kiri
2. Edema tidak ada pada ekstremitas bawah kanan-kiri
3. Capilarry refill time 2 detik
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi 15/02/2022
Hemoglobin : 10,4 (L) Chloride : 111 (H)
Hematokrit : 32 (L)
Eritrosit : 5,26 (H)
Leukosit : 13.400
Trombosit : 332.000
Natrium : 135 (L)
Kalium : 3,0 (L)
E. Pemeriksaan Radiologi (-)
F. Diagnosis
Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
G. Diagnosis Banding
Diare akut non disentri ec virus / keracunan makanan / bakteri
H. Tatalaksana
Nonmedikamentosa
Istirahat yang cukup
Kompres air hangat
Edukasi kepada keluarga mengenai tatalaksana dan komplikasi dari
penyakit yang dialami pasien
Konsultasi dokter spesialis anak.
Medikamentosa
IVFD KAEN 3B 12 tpm
Parasetamol (Sanmol) 3 x 120 mg
Probiotik (Liprolac) 1x1
Zink syt 1x1 cth
Antiemetik (Ondansetron) 3x1
Nistatin (Nymiko) 4x1
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gastroenteritis akut atau diare akut pada anak adalah diare yang terjadi
secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang
dari 7 hari) pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang
memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali
dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
(IDAI, 2010).
B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.
Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5
% daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi
berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.
C. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu
sapi, laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh
virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
D. PATOGENESIS
Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili
dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama
laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel
vilinya menjadi matang.
Bakteri
Obat-obatan
E. PATOFISIOLOGI
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae atau virus (Rotavirus).
Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang
larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi berupa larutan hipotonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah
dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus
sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini meningkatkan volume
tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM
& PLP, 1999).
F. MANIFESTASI KLINIS
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda :
G. PENCEGAHAN
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Riwayat diare sekarang :
- Sudah berapa lama diare berlangsung
- Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
- Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah
tidak)
- Muntah (frekuensi dan jumlah)
- Demam
- Buang air kecil terakhir
- Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,
oralit)
- Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya
- Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
- Kontak dengan orang yang sakit
- Penggunaan antibiotik
b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama
c. Riwayat penyakit penyerta saat ini
d. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.
e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan
yang tidak biasa (Subagyo, 2004).
2. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaaan tinja
- Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi
- Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
- Kimia : PH, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas
b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare
yang disertai kejang), kadar uerum dan kreatinin
darah.
c. Pemeriksaan urin : urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)
I. PENATALAKSANAAN
1. Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah
dengan dosis:
Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer
asetat 100 cc/kgBB. Cara pemberian :
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai
dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
J. PEMANTAUAN
1) Terapi
Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi,
berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuh dehidrasi maka
dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya.Jika setelah 3
hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan
maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.
2) Tumbuh kembang
3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami
gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk.
4) Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan
umum dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2010).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare akut masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak di Negara
berkembang.Terdapat banyak penyebab diare akut pada
anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah
infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri
atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat
menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsorpsi.
Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga
aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah
terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama
kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah
gangguan pertumbuhan akibat diare.Diare menyebabkan
hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan dehidrasi berat.
DAFTAR PUSTAKA
24