Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KLASIFIKASI DAN HAKIKAT BERBISNIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah …

Dosen Pembimbing

……..

Disusun oleh:

Nama :

Nim :

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan taufik
dan hidayah-NYA kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah “KLASIFIKASI DAN HAKIKAT BERBISNIS” untuk memenuhi
mata kuliah Keperawatan Jiwa. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan mudah-mudahan
sampai kepada kita selalu umatnya. Makalah ini menyajikan tentang hukum kekerasan
anak dalam rumah tangga.

Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, sepantasnyalah penulis


mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah turut membantu penyusun
dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu peyusun berharap adanya kritik dan
saran yang membangun. Penyusun berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun maupun pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dijadikan ibadah di sisi
Allah Swt.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 15 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3

A. Bisnis ............................................................................................... 3
B. Klasifikasi Bisnis .............................................................................. 4
C. Hakikat Berbisnis ............................................................................. 7
D. Etika .................................................................................................. 8
E. Antara Etika Moral dan Akhlak ........................................................ 9

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 11

A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi setiap orang, membangun sebuah kerajaan bisnis sudah barang


tentu motif utamanya adalah untuk mengharapkan keuntungan yang sebesar-
besarnya. Hal lain yang menjadi prioritas adalah bisnis bukan hanya sekadar
mengejar keuntungan, tetapi lebih pada bagaimana kehidupan bisnis atau
siklusnya dapat berjalan berkesinambungan selamanya (going concern). Banyak
contoh perusahaan yang mampu mencetak keuntungan. namun tidak mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya secara berkesinambungan. Banyak
juga kasus perusahaan atau korporasi besar yang sepertinya terlihat sehat segar
bugar, mendadak kolaps atau goyah menjadi bangkrut sehingga harus rela
diakuisisi oleh kompetitornya, atau bahkan secara tragis harus ditutup karena
tidak mampu untuk bertahan. Atau dengan pilihan lain yaitu bertahan hidup,
tetapi tidak mampu menghasilkan laba melainkan hanya sekadar untuk hidup
saja yang biasa disebut zombie company yang pada saat ini banyak sekali
terjadi.

Dalam kondisi ekonomi yang normal perusahaan akan berjalan. normal


beroperasi dengan lancar tanpa mengalami permasalahan. Sebaliknya, di saat
krisis ekonomi eksternal melanda, maka perusahaan akan terkena dampak
berupa kehilangan kendali yang menyebabkan perusahaan tersebut begitu
rentan, tidak berdaya, dan akhirnya melakukan berbagai tindakan yang sporadis,
namun hal demikian tidak mendatangkan hasil yang baik. Ketika Anda berada
sebagai pemimpin dalam sebuah bisnis maka diharuskan membuat serangkaian
bisnis plan, strategic plan, yang diawali dengan serangkaian diskusi, analisis,
meeting dan lain sebagainya. Output-nya, pengelola perusahaan harus mampu
memiliki keputusan strategis dalam penyelamatan bisnis perusahaan. Sebagai
pemimpin, Anda akan dituntut untuk berpikir keras dalam upaya-upaya yang
membawa perusahaan terbebas dari permasalahan permasalahan yang melanda.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dari tema yang diangkat berdasarkan
bahan kajian yang diperoleh diantaranya :
1. Jelaskan tentang Bisnis ?.
2. Jelaskan Klasifikasi Bisnis ?
3. Jelaskan yang dimaksud Hakikat Berbisnis ?
4. Jelaskan yang dimaksud Etika ?
5. Jelaskan mengenai antara Etika Moral dan Akhlak ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui dan memahami tentang Bisnis
2. Mengetahui dan memahami Klasifikasi Bisnis
3. Mengetahui dan memahami Hakikat Berbisnis
4. Mengetahui dan memahami Pengembangan dan Implementasi Strategi
5. Mengetahui dan memahami Etika
6. Mengetahui dan memahami antara Etika Moral dan Akhlak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bisnis

Dalam keseharian kata bisnis sudah tidak asing bagi kita. Penggunaan
kata tersebut rasanya sudah berlangsung lama sekali. entah sejak kapan
dimulainya belum diketahui dengan pastinya kata serapan itu digunakan di
Indonesia. Bisnis sebenarnya pekerjaan yang sudah tidak asing lagi kita lakukan
dan sebenarnya sudah dilakukan sejak lama oleh nenek moyang kita melalui
berbagai berita sejarah yang kita pahami. Bisnis sudah dimulai pada zaman
dahulu namun dengan terminologi yang berbeda.

Di Indonesia umumnya bisnis dipersamakan dengan bekerja sendiri atau


memiliki usaha bisa disebut juga kewirausahaan, bahkan identik dengan
perusahaan. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, bisnis merupakan suatu
organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis. lainnya,
untuk memeroleh keuntungan. Ditinjau secara historis, kata bisnis berasal dari
bahasa Inggris yang berarti "sibuk". Bisa sibuk dalam bidang individu,
organisasi, atau masyarakat. Dalam arti sibuk yaitu, sibuk dalam berkegiatan dan
pekerjaan yang menghasilkan keuntungan.

Untuk lebih memperjelas penulis mengutip dalam kamus bahasa


Indonesia bisnis berasal dari kata bisnis yaitu merupakan usaha komersial dalam
dunia perdagangan yang menyangkut bidang usaha, usaha dagang, bekerja di
bidang bisnis kepariwisataan, bisnis akuakultur, usaha budi daya air dan lain
sebagainya. Beberapa ahli mendefinisikan bisnis seperti Griffin dan Ebert
(1996) bahwa "Business is all those activities involved in providing the goods
and services needed or desired by people". Dalam hal ini bisnis sebagai aktivitas
yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh
konsumen.

Adapun Allan Afuah (2004) "Business is the organized effort of


individuals to produce and sell for a provit, the goods and services that satisfy
societies needs. The general term business refer to all such efforts within a
3
society ar within an industry. Bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan ada
dalam industri. Orang yang mengusahakan uang dan waktunya dengan
menanggung risiko dalam menjalankan kegiatan bisnis disebut entrepreneur.

B. Klasifikasi Bisnis

Seorang pakar manajemen temama yaitu Kotler (2001), mengemukakan


bahwa ada lima konsep alternatif yang mendasari suatu usaha bisnis atau
organisasi untuk melakukan kegiatan Lima konsep tersebut adalah konsep
produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, dan konsep
pemasaran masyarakat. Setiap konsep di atas memunyai orientasi yang berbeda
satu dengan yang lainnya dan merupakan rangkaian kegiatan mendistribusikan
barang atau jasa sampai pada konsumen.

Dari beberapa konsep yang ada konsep pemasaran merupakan salah satu
cara dan falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kepuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan,
konsep ini berorientasi pada konsumen. dan memandang kepuasan konsumen
adalah yang utama. Tidak salah dalam penyebutan perumpamaan di Indonesia
yang mengatakan bahwa pembeli adalah raja. Peribahasa tersebut menyatakan
ketergantungan akan suatu produk yang akan dijual oleh penjual pada si
pembeli, bahwa penjual akan melakukan segala daya dan upaya agar produknya
laku terjual di pasaran.

Ia akan memberikan pelayanan terbaik yang dimiliki untuk memuaskan


konsumen, dan yang paling penting agar konsumen tidak jera untuk kembali
menggunakan produk dan jasanya. Dengan berbagai jenis usaha yang dilakukan
dan besarnya skala perusahaan sering kali dibedakan menjadi bagian-bagian
yang memadai sesuai dengan tujuan berdirinya perusahaan. Berdasarkan badan
hukum, perusahaan pada umumnya digolongkan menjadi lima jenis menurut
kepemilikannya, yaitu sebagai berikut :

4
1. Perusahaan perorangan, adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh
seorang pengusaha dagang, perusahaan jasa, dan perusahaan industri. Segala
keuntungan dan kerugian menjadi tanggung jawab pemilik perusahaan
seorang selaku pemilik modal.
2. Firma, adalah persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih untuk
menjalankan suatu perusahaan di bawah satu nama bersama, dan para sekutu
bertanggung jawab secara tanggung menanggung.
3. Persekutuan komanditer (CV), adalah persekutuan yang didirikan oleh satu
orang atau beberapa orang sekutu yang bertindak sebagai pengurus (sekutu
aktif dan satu orang atau beberapa orang sebagai sekutu diam (yang hanya
memasukkan uang saja sebagai modal persekutuan, tetapi tidak menjadi
pengurus persekutuan tersebut).
4. Perseroan Terbatas (PT), adalah persekutuan yang berbadan hukum untuk
menjalankan perusahaan dengan modal usaha terbagi atas saham-saham.
Tanggung jawab sekutu pemegang saham terbatas, pada jumlah saham yang
dimilikinya. Jenis perusahaan ini yang paling banyak berdiri di dunia.
5. Koperasi, adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
asas kekeluargaan.

Bentuk bisnis itu sendiri terdiri dari berbagai jenis dan sebagai akibatnya,
bisnis dapat dikelompokkan dengan cara yang berbeda. Salah satu dari banyak cara
yang dapat digunakan adalah dengan mengelompokkan kegiatan berdasarkan yang
melakukan bisnis dalam menghasilkan keuntungan. Pengelompokan ini biasanya
mencirikan core bisnis dari aktivitas bidang usaha yang dilakukan.

1. Manufaktur adalah bisnis yang memproduksi produk yang berasal dari bahan
baku atau komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contoh
manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi barang fisik, seperti ban,
motor, mobil atau pipa, dan lain sebagainya.

5
2. Bisnis jasa adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible dan mendapatkan
keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan.
Contoh bisnis jasa adalah dokter, montir, konsultan, dan psikolog.

3. Pengecer dan distributor adalah pihak yang berperan sebagai perantara antara
produsen dengan konsumen. Kebanyakan toko dan perusahaan yang
berorientasi-konsumen adalah agen, distributor atau pengecer.

4. Pertanian dan usaha pertambangan adalah bisnis yang memproduksi. barang-


barang mentah, seperti tanaman atau mineral.

5. Bisnis finansial adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi dan
pengelolaan modal

6. Informasi bisnis adalah bisnis menghasilkan keuntungan terutama dari pejualan-


kembali properti intelektual (intelellectual property).

7. Utilitas adalah bisnis yang mengoperasikan layanan publik, seperti listrik dan
air, jalan tol, dan biasanya didanai oleh pemerintah.

8. Bisnis real estate adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan dengan menjual,
menyewakan dan pengembangan properti, rumah. dan bangunan.

9. Bisnis transportasi adalah keuntungan bisnis dengan memberikan barang atau


individu dari sebuah lokasi yang lain seperti travel.

Dalam suatu negara, sistem bisa saja terdiri dari beberapa subsistem, yang biasa
disebut unsut, bagian, atau komponen. Walau sistem tersebut terdiri dari berbagai unsur
atau bagian, komponen tersebut merupakan suatu kebulatan yang utuh dan padu atau
memiliki sifat wholism. Di antaranya terdapat saling ketergantungan atau hubungan
yang saling memengaruhi di antara unsur-unsur tersebut. Dalam sistem bisnis. suatu
negara, terkait beberapa unsur yang sangat saling mendukung. Unsur tersebut adalah
perekonomian dan politik negara yang biasanya menjadi arah dalam menentukan
kebijakan.

6
C. Hakikat Berbisnis

Pada tahun 1990-an Paul Ormerof (1994), seorang ekonom kenamaan yang
kritis asal Inggris menggemparkan dunia dengan. menerbitkan bukunya yang amat
kontroversi dan menghebohkan yang berjudul "The Death of Economics". Dalam
bukunya ia mengatakan bahwa Ilmu Ekonomi sudah menemui ajalnya. Tidak sedikit
pula pakar ekonomi telah menyadari makin tipisnya kesadaran moral dalam
kehidupan ekonomi dan bisnis modern. Tidak lain kemunculan buku tersebut
dikarenakan munculnya penolakan terhadap etika bisnis, dilatari oleh sebuah
paradigma klasik, bahwa ilmu ekonomi harus bebas nilai (value free),

Para golongan yang menentang berpendapat bahwa etika bisnis hanyalah


mempersempit ruang gerak keuntungan ekonomis. Padahal, prinsip ekonomi
menurut mereka adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan
demikian, pemikiran tersebut mengacuhkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan
karena bisnis. Karena konsep yang demikian membuat bisnis akan semakin
memposisikan diri pada hal yang negatif. Pelakunya dianggap mengabaikan nilai-
nilai kemanusiaan yang tidak mempedulikan keadaan sosial masyarakat yang relatif
mementingkan kepentingan dan kehidupannya sendiri.

Hakikat dalam berbisnis adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia,


organisasi ataupun masyarakat luas. Businessman (seorang pebisnis) akan selalu
melihat adanya kebutuhan masyarakat dan kemudian mencoba untuk melayaninya
secara baik sehingga masyarakat menjadi puas dan senang. Dari kepuasan
masyarakat itulah si pebisnis akan mendapatkan bukan hanya keuntungan dalam
pengembangan usahanya, namun juga kepercayaan. Beberapa orang berpendapat
bahwa kepercayaan sangat mahal harganya, bahkan lebih absolut lagi mereka
mengatakan tidak terukur nilainya oleh apa pun. Kepercayaan merupakan modal
awal yang penting dalam membina suatu hubungan.

Kepercayaan adalah hal yang sangat diperlukan dalam membina hubungan


yang lebih dalam dan erat. Untuk dapat dipercaya orang lain, Anda harus memiliki
kejujuran terlebih dahulu, jujur dalam perkataan dan dalam perbuatan. Selain
kejujuran sebagai modal utama dalam meraih kepercayaan, kepuasan juga erat

7
kaitannya dengan kepercayaan tentunya dalam kaitan Anda mengonsumsi barang
dan jasa. Bila Anda merasa puas maka Anda percaya dan tentu akan kembali
memakai produk maupun jasa yang ditawarkan.

D. Etika

Melalui etika manusia dapat berperilaku terhadap apa yang dapat diterima
maupun tidak diterima dalam keluarga, komunitas, organisasi dan masyarakat.
Sebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki ukuran yang umum (universal), tidak
berlaku untuk sebagian dari manusia, tetapi untuk semua manusia. Apa yang
ditemukan oleh etika mungkin memang menjadi pedoman bagi seseorang, namun
tujuan pertama dan utama dari etika bukanlah untuk memberi pedoman, melainkan
untuk tahu atau mengerti, lebih lanjut kemudian untuk dipraktikkan.

Dalam pendapatnya Poedjawijatna (1990), mengemukakan bahwa "etika


mencari dengan kemungkinan untuk keliru, dan kalau keliru, akan dicari lagi sampai
terdapat kebenaran." Dengan kata lain, dapat dipersepsikan bahwa etika
menempatkan posisi sebagai proses pembelajaran manusia yang seharusnya mencari
apa yang benar, tetapi bukan siapa yang benar. Secara umum di mana pun Anda
berada, sepanjang Anda masih hidup dalam berkelompok manusia maka Anda akan
menemui etika, tidak bisa menghindari etika, dan dengan terpaksa atau tidak Anda
akan ikut menjadi bagian dalam melaksanakan etika tersebut dengan konsekuensi
yang tentunya Anda pahami jika tidak turut dalam pelaksanaannya.

Etika dan moral memiliki arti yang sama, namun dalam pemakaian sehari-
harinya ada sedikit perbedaan. Moral biasanya dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai atau dikaji (dengan kata lain perbuatan itu dilihat dan dalam diri orang itu
sendiri), artinya moral di sini merupakan subjek sedangkan etika dipakai untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang ada dalam kelompok atau masyarakat tertentu
(merupakan aktivitas atau hasil pengkajian). Walau memiliki perbedaan yang
sangat minim, etika dan moral sering kali diartikan dalam konteks yang sama.

Dalam beberapa kasus di sekitar kita orang yang awam maupun yang
berpendidikan terkadang salah dalam memberikan tempat antara etika dan moral.
Bagi masyarakat etika ya moral. Namun apabila dipakai dalam penempatan kalimat

8
tertentu, terkadang maknanya akan menjadi berbeda karen pada dasarnya secara
konseptualnya pun berbeda. Pahlawan Nasional kita yang dijuluki Bapak
Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara mengartikan etika merupakan ilmu
yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semaunya,
teristimewa yang mengenai gerak/gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan
perbuatan.

E. Antara Etika Moral dan Akhlak

Pembahasan etika memang sangat menarik, namun pada sebagian orang


akan menjadi hal yang membingungkan. Semakin dalam mengkaji maka akan
menemukan hal-hal yang luas dalam segala aspek kehidupan yang selama ini tidak
kita ketahui dan pahami. Bukan hanya sekadar tertuju pada bisnis, pembahasan etika
akan lebih berkaitan dengan unsur unsur kehidupan yang lebih luas, sehingga dalam
pembelajarannya akan selalu berisikan pertanyaan yang terkadang sulit untuk
menjawabnya.

Dalam pandangan dan persepsi bagi sebagian orang di kehidupan sehari hari,
banyak sekali yang memandang antara etika, moral dan akhlak sebagai suatu kata
yang memiliki makna dan arti yang sama dan sepadan. Secara bahasa (etimologi),
kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlak (1) adalah bentuk jama', sedang
mufrad-nya adalah khuluq yang diartikan budi pekerti. Al-Ghazali mengemukakan
bahwa akhlak adalah pada dasarnya sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang, dan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan dan pemikiran.

Pernyataan dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak merupakan


sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu
ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perkataan baik, disebut akhlak yang mulia,
atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
Sebagai contoh sering dalam kehidupan sehari-hari kita mendengar kelakar dari
seseorang yang mengatakan terhadap sikap/ perbuatan seseorang yang disukai, lalu
memberikan penilaian positif/baik dengan akhlaknya terpuji.

9
Namun apabila menyatakan terhadap orang yang tidak disukai dan sering
berbuat kesalahan dan kejahatan maka dinyatakan pernyataan negatif bahwa
akhlaknya tercela. Pemakaian kata akhlak ini lebih cenderung banyak dipakai oleh
umat Islam. Karena terlalu sering menyebutkan dalam kehidupan sehari-hari, pada
akhirnya kata akhlak ini menjadi popular di masyarakat dan sudah tidak lagi
dianggap sebagai bahasa asing, melainkan bahasa serapan yang melebur menjadi
kebudayaan maupun nasional. Seperti dalam penyebutan akhlakul karimah atau
akhlak yang terpuji. Lain pula halnya dengan istilah moral. Moral merupakan suatu
tindakan yang sesuai dengan ukuran tindakan yang umum diterima oleh kesatuan
sosial atau lingkungan tertentu.

Moral berasal dari bahasa latin, yaitu dalam bentuk jamak dari mose yang
berarti adat kebiasaan. Istilah moral dan etika sama artinya, tetapi dalam pemakaian
sehari-hari ada sedikit perbedaan di antaranya. Moral atau moralitas dipakai untuk
perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang ada. Untuk lebih tegasnya dapat dikatakan bahwa yang dimaksud
moral merupakan hal yang sesuai dengan ide-ide umum, tentang tindakan manusia
mana yang baik mana yang wajar. Moral bila diposisikan lebih lanjut adalah nilai
keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh yang dalam penilaiannya
dilakukan dengan menyesuaikan budaya setempat.

Sebagai contoh bahwa budaya orang Indonesia dengan orang Amerika


sangat berbeda. Suatu hal yang menjadi tidak bermoral di Indonesia bisa jadi akan
dianggap biasa saja oleh orang Amerika, bahkan akan dianggap sebagai hal yang
patut dicontoh atau dilakukan oleh karena dianggap sebagai suatu tradisi. Seperti
halnya bagi orang Amerika dalam memanggil nama orang yang lebih tua tanpa ada
sebutan seperti Bapak, Ibu, Paman, Kakak, Kakek maupun Nenek pada saat
memanggil namanya saja. Bagi mereka hal tersebut bukan menjadi hal yang aneh
atau tidak sopan dan tabu bahkan bila lebih tinggi lagi dikatakan tidak bermoral.
Dengan persepsi antara ketiga hal tersebut di atas dapat ditegaskan bahwa etika
adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia
semuanya, terutama yang mengenai gerak-p pikiran dan rasa yang merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau


acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan
mengoperasikan bisnis yang etik. Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang
berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis
atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat
ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan
sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik
penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.

Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor


perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya perbuatan
tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi
sebaliknya, makin hari semakin meningkat.Pentingnya etika bisnis tersebut
berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup makro maupun mikro. Perspektif
makro adalah pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang
berperan lebih efektif dan efisien daripada command system dalam
mengalokasikan barang dan jasa. Perspektif mikro adalah dalam Iingkup ini
perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust.

B. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan
kerena terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami
peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada
para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami
demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aldridge, EJ. dan AS. Sutojo. 2005. Good Corporate Governance: Tata Kelola
Perusahaan yang Sehat. Jakarta: Damar Media Pustaka.

AAOIFI. 2010. Financial Accounting Standard No. 9 (FAS 9): Zakat Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, Bahrain.

Bambang Rudito, Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Indonesia. Jakarta: Rekayasa Sains.

Bentham Jeremy. 2000. An Introduction to the Principles of Morals and Legislation.


Kitchener: Batoche Books.

Bell, Danien. 1973. The Coming of Post-Industrial Society: A Venture in Social


Forecasting. New York: Basic Books.

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2004. Etika.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2013.

Pengantar Etika Bisnis. Jakarta: Kanisius.Badan Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan. 1999.

Hukum & Pembangunan 46 No. 2 (2016): 196-213. Biggs, D & Blocher, D. 1986. The
Cognitive Approach the Ethical Counseling. Albany: State University.

Collins, Jim. 2001. Good to Great, Why Some Companies Make The Leap and Other
Don't. New York: Harper Collins Publisher Inc.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di

Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Business Ethics,

Duska, Ronald F. dan Brenda S. Duska. 2005. Foundation of Accounting Ethics.


Blackwell Publishing.

Dozier, J. B., dan M. P. Miceli. 1985. "Potential predictors of whistle blowing: a


prosocial behavior perspective" Journal of Academy Management Review 10 (4): 823-
836.
12

Anda mungkin juga menyukai