KEJANG DEMAM
Pendamping :
dr. Candra Ningsih
Penyusun :
dr. Try Artita Puji Rahayu
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
KEJANG DEMAM
Laporan Kasus dengan judul “Kejang Demam” telah diperiksa dan disetujui
Pendamping
ii
KATA PENGANTAR
Bhayangkara Lumajang.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi rekan dokter internsip
pembaca.
iii
DAFTAR ISI
2.2 Epidemiologi................................................................................... 18
iv
2.3 Faktor Resiko ................................................................................. 18
2.8 Tatalaksana.................................................................................... 26
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
TINJAUAN KASUS
BB/TB : 11 kg/85 cm
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
1.2.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis ayah dan ibu
pasien pada tanggal 13 Maret 2021 pukul 03.30 WIB di IGD RS
Bhayangkara Lumajang.
1
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kejang (-)
Asma (-)
Alergi (-)
Riwayat Antenatal :
Saat hamil ANC rutin di bidan, tidak pernah sakit saat hamil.
Riwayat tekanan darah tinggi saat hamil (-)
2
Konsumsi obat-obatan selama hamil (-)
Konsumsi jamu (-).
Riwayat Persalinan :
Riwayat Gizi :
3
Riwayat Sosial:
Vital Sign :
SpO2 : 98 %
Nadi : 115 x/min
RR : 28 x/min
Suhu Aksila : 38,2 oC
BB/TB : 11 kg/85 cm
Kepala :
• A/I/C/D : -/-/-/-
4
• Telinga : cairan keluar dari telinga (-)
Thorax :
Pulmo:
Cor :
Abdomen :
5
Ekstremitas :
+ + - -
Genitalia :
Pemeriksaan Neurologi
- GCS : 456
- Meningeal Sign: kaku kuduk (-), brudzinsky I/II (-/-), kernig sign
(-)
- Motorik:
- Sensorik: dbn
Status Gizi
• Berat badan : 11 kg
• Tinggi badan: 85 cm
6
Gambar 1. 1 Kurva BMI for Age Girls WHO Child Growth Standarts untuk pasien An. CM
7
1.2.3 Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 13 Maret 2021 pukul 06.30 WIB
Darah Lengkap
• Hb : 11,2 g/dL
• Leukosit : 21.200 /mm3
• Eritrosit : 4,21 /mm3
• Gra% : 71 %
• Lym% : 16 %
• Mid% : 5%
• Trombosit : 303.000 /mm3
• PCV : 33,5 %
Kimia klinik
• GDA Stik : 172 mg/dl
• SGOT : 31 ul
• SGPT : 16 ul
Elektrolit
• Kalium : 3,31 mmol/L
• Natrium : 135,71 mmol/L
• Chlorida : 97,63 mmol/L
Golongan darah + Rhesus
• Golongan darah + Rhesus : O (+)
Widal
• Thypi O : (-)
• Thypi H : (-)
• Parathypi A : (-)
• Parathypi B : (-)
8
1.3. Resume
An.CM, perempuan usia 1 tahun 7 bulan
Datang dengan keluhan habis kejang
Kejang 1x, ± 5 menit
Demam 3 hari SMRS
Batuk (+) 1 hari SMRS
Penurunan nafsu makan
Sudah diberi obat antikejang 1x di klinik melalui dubur
Pemeriksaan fisik : A/I/C/D -/-/-/-; mata cowong (-); faring hiperemi
(+); thorax dalam batas normal; abdomen dalam batas normal;
ekstremitas dalam batas normal; pemeriksaan neurologis (tanda
rangsang meningeal, refleks fisiologis, refleks patologis) dalam
batas normal.
Pemeriksaan penunjang : darah lengkap leukositosis, kimia darah
dalam batas normal
1.5. Diagnosis
Kejang Demam Sederhana ec. Faringitis Akut
1.7. Planning
Diagnosis
Darah lengkap
Urine lengkap
9
Terapi
Infus D5 1/4 NS 1000cc/24 jam
Inj. Paracetamol 3 x 120 mg
Diazepam 10 mg rektal jika terjadi kejang lagi
1.8. Monitoring
Keluhan pasien dan gejala
Vital sign
Kejang berulang
DL
1.9. Edukasi
Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai diagnosis, etiologi,
perjalanan penyakit, pemeriksaan, terapi, komplikasi, dan prognosis
pada pasien.
Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan (memasang infus, pemberian obat, pengambilan
darah, dll).
Edukasi kepada orang tua tentang beberapa hal yang harus
dikerjakan bila kembali kejang
o Tetap tenang dan tidak panik
o Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
o Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala
miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan
sesuatu ke dalam mulut.
o Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
o Tetap bersama pasien selama kejang
o Berikan diazepam rektal. Dan jangan berikan bila kejang
telah berhenti
10
o Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5
menit atau lebih
o Edukasi kepada keluarga bahwa kejang dapat timbul kembali
jika pasien panas. Oleh karena itu, keluarga pasien harus
sedia obat penurun panas, termometer, dan kompres hangat
jika pasien panas.
o Dan perlu dijelaskan alasan pemberian obat rumatan adalah
untuk menurunkan resiko berulangnya kejang.
1.10. Prognosis
Dubia ad bonam
1.11. Follow Up
11
tidak tampak
Pal : Iktus kordis
tidak kuat angkat,
thrill (-)
Aus : S1S2
tunggal, gallop (-),
murmur (-)
Pulmo :
Ins : Normochest
simetris
Pal : Simetris
Aus : vesikuler, wh
-/-, rh -/-
-Abdomen :
Ins : Flat
Aus : BU (+)
normal
Pal : Supel, hepar
dan Lien tidak
teraba
-Extremitas :
AHKM, edem (-),
CRT < 2 dtk
14-03-2021 pukul -KU: sakit ringan -KDS Terapi :
06.00 WIB -Kesadaran : CM, -Faringitis Akut • Infus D5 ¼ NS
- Demam turun GCS 456 1000 cc/24 jam
- Kejang (-) -Vital sign : • Injeksi paracetamol
12
- makan minum T ax : 36,5 oC 120 mg
mau Nadi : 102 x/mnt • Injeksi cefotaxim
-Batuk berkurang RR : 24 x/menit 300 mg
Monitoring :
-K/L :
A/I/C/D:-/-/-/-, - keluhan pasien
faring hiperemi (-) - TTV
Pembesaran KGB
(-)
-Thorax :
Cor :
Ins : Iktus kordis
tidak tampak
Pal : Iktus kordis
tidak kuat angkat,
thrill (-)
Aus : S1S2
tunggal, gallop (-),
murmur (-)
Pulmo :
Ins: Normochest
simetris
Pal : Simetris
Aus : vesikuler, wh
-/-, rh +/+
-Abdomen :
Ins : Flat
13
Aus : BU (+)
normal
Pal : Supel, hepar
dan Lien tidak
teraba
-Extremitas :
AHKM, edem (-),
CRT < 2 dtk
-K/L :
A/I/C/D:-/-/-/-,
faring hiperemi (-)
Pembesaran KGB
(-)
- Thorax :
Cor :
Ins : Iktus kordis
tidak tampak
Pal : Iktus kordis
14
tidak kuat angkat,
thrill (-)
Aus : S1S2
tunggal, gallop (-),
murmur (-)
Pulmo :
Ins : Normochest
simetris
Pal : Simetris
Aus : vesikuler, wh
-/-, rh +/+
-Abdomen :
Ins : Flat
Aus : BU (+)
normal
Pal : Supel, hepar
dan Lien tidak
teraba
-Extremitas :
AHKM, edem (-),
CRT < 2 dtk
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
sementara dan tiba – tiba yang merupakan hasil dari aktivitas listrik
klonik, atonik)
2. Drooling
3. Eye-rolling
wajah
16
a. Kejang demam sederhana (harus memenuhi semua kriteria berikut)
Berlangsung singkat
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
- EEG normal
17
Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri tersebut diatas
2.2 Epidemiologi
tahun. Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan
kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering pada laki-
laki. 1
demam. Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua
satu kali rekurensi atau lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali
rekurensi atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, usia
18
Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya
epilepsi dalam keluarga, lamanya demam saat awitan kejang dan lebih
2.4 Patofisiologi
untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang
terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah
ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka
19
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada
permukaan sel.
keturunan.6
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui
tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah
20
terjadi pada suhu 38oC sedangkan pada anak dengan ambang kejang
yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 oC atau lebih. Dari
lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam
tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
21
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak
suhu yang cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai
serangan tonik klonik. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti
kekakuan fokal.3,4
kurang dari 8% yang berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang
beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat
22
berlangsung lama biasanya lebih sering terjadi pada kejang demam
yang pertama.3
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
luar SSP.6
c. Pemeriksaan Penunjang
23
Dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu
4.) Pencitraan
24
Diagnosis kejang demam sederhana ditegakkan berdasarkan
yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf Anak IKA FKUI-RSCM Jakarta,
yaitu:
kejang demam, dengan adanya gejala kejang pada suhu badan yang
tinggi serta tidak didapatkan gejala neurologis lain dan anak segera
sadar setelah kejang berlalu. Tetapi perlu diingat bahwa kejang dengan
suhu badan yang tinggi dapat pula tejadi pada kelainan lain, misalnya
25
2.7 Diagnosis Banding
2.8 Tatalaksana
waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg. Obat yang praktis
dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam
berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama
26
Diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di
epileptikus7.
27
b. Pemberian obat pada saat demam
1. Antipiretik
tiap 4-6 jam7. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
2. Antikonvulsan
60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg
setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan
28
- Kejang lama > 15 menit
- Kejang fokal
dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi
50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada
3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat diberikan
29
2.9 Edukasi
tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa
yang diantaranya :
baik
mulut.
berhenti.
30
g. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit
atau lebih.5
2.10 Prognosis
kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama
atau kejang berulang baik umum atau fokal. Kematian karena kejang
31
BAB 3
PEMBAHASAN
didapatkan gerakan abnormal yaitu kaku pada seluruh tubuh dan kedua
dan pasien tidak menangis pada saat kejang kemudian menangis setelah
kejang (tidak sadar pada saat kejang). Sehingga dapat dikatakan bahwa
diakibatkan oleh adanya infeksi saluran napas atas. Hal ini sesuai dengan
susunan saraf pusat atau ketidak seimbangan elektrolit akut. Kejang demam
biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, dengan usia
anak di bawah 5 tahun. Usia pasien saat ini adalah 1 tahun 7 bulan.
Demam. Pada pasien ini durasi kejang kurang lebih 5 menit, hanya 1x
tidak berulang dalam 24 jam, berhenti sendiri. Posisi pasien pada saat
kejang adalah kaku seluruh tubuh, kedua mata mendelik ke atas, tangan
mengepal, tidak terdapat busa yang keluar dari mulut. Hal ini sesuai dengan
32
penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun
para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis
jam. Pada pasien ini diberikan 3x120 mg dan diberikan diazepam rektal 10
33
DAFTAR PUSTAKA
310-314.
Sauders.Philadelpia.
Jakarta
5. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak
2. FKUI. Jakarta.
Anak Indonesia.
34