KEJANG DEMAM
Oleh :
dr. Khairunnisa Hendra Putri
Pembimbing :
dr. Freddy Wayan S.
dr. Sunaryo
2016
BAB I
PRESENTASI KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. R.J
Umur
: 2 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Lahir
: 20 Mei 2014
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Tn. T
Pekerjaan Ayah
: Wiraswasta
Nama Ibu
: Ny. W
Pekerjaan Ibu
Alamat
: Sidorejo
Tanggal masuk
: 22 Juni 2016
ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh melalui aloanamnesis terhadap ibu pasien.
A. Keluhan Utama
Kejang
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien demam, demam
mendadak tinggi. Demam disertai batuk, tidak ada pilek, tidak disertai
muntah dan sesak napas.
Kurang lebih 1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang, kejang
terjadi seluruh tubuh. Kejang tonik klonik, mata melirik ke atas. Kejang
berlangsung 1 kali selama 5 menit. Setelah kejang berhenti, pasien
menangis. Kemudian oleh keluarga, pasien dibawa ke IGD RSUD Curup.
Di IGD pasien tidak kejang tetapi masih demam. BAK dan BAB lancar.
: disangkal
: (+) ayah
Riwayat epilepsi
: (-)
: Bidan
Frekuensi
: Trimester I
: 1x/ 1 bulan
Trimester II
: 2x/ 1 bulan
Trimester III
: 2x/ 1 minggu
II
III
IV
1.
BCG
2.
DPT
bulan
3 bulan
4 bulan
3.
Polio
2 bulan
3 bulan
4 bulan
bulan
4.
Campak
2 hari
5.
Hepatitis
2 bulan
3 bulan
bulan
Lahir
Kesimpulan : imunisasi dasar lengkap sesuai Depkes, tidak sesuai IDAI 2010
I.
Motorik Kasar
Mengangkat kepala
: 3 bulan
: 4 bulan
Duduk sendiri
: 6 bulan
Berdiri sendiri
: 11 bulan
Berjalan
: 13 bulan
Bahasa
Bersuara aah/ooh
: 2,5 bulan
: 8,5 bulan
Motorik halus
Memegang benda
: 3,5 bulan
Personal sosial
Tersenyum
: 2 bulan
Mulai makan
: 6 bulan
Tepuk tangan
: 9 bulan
Kesan
2. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan
diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya sekali sehari satu
potong (siang hari).
3. Usia 8-12 bulan : nasi tim 3 kali sehari satu mangkok kecil dengan sayur
hijau/wortel, lauk ikan /tempe, dengan diselingi dengan ASI jika bayi
masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.
4. Usia 1 tahun - sekarang : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan
sayur bervariasi dan lauk ikan, ayam /tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali
sehari. ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk
jumlah menyesuaikan.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup
M. Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu penderita tidak mengikuti program KB.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan umum
: sedang
Derajat kesadaran
: kompos mentis
Status gizi
Tanda vital
BB
: 12 kg
TB
: 90 cm
Nadi
Pernafasan
Suhu
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Tenggorok
Leher
Lymphonodi
: Retroaurikuler
Submandibuler
Thorax
: tidak membesar
: tidak membesar
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: tampak datar
Auskultasi
: BU (+) normal
Perkusi
: tympani
Palpasi
: nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor
kembali cepat.
Urogenital
Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Wasting
-
Sensorik
: (+2/+2)
R. Triseps
: (+2/+2)
R. Patella
: (+2/+2)
R. Archilles
: (+2/+2)
+4 +4
+4 +4
:(-/-)
:(-/-)
R. Oppeinheim : ( - / - )
Meningeal Sign :
Kaku kuduk
:(-)
Brudzinsky I
:(-)
Brudzinsky II
:(-)
Kernig sign
:(-)
V. RESUME
Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien demam, demam
mendadak tinggi. Demam disertai batuk, tidak ada pilek, tidak disertai muntah
dan sesak napas.
Kurang lebih 1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang, kejang terjadi
seluruh tubuh. Kejang tonik klonik, mata melirik ke atas. Kejang berlangsung 1 kali
selama 5 menit. Setelah kejang berhenti, pasien menangis. Kemudian oleh keluarga,
pasien dibawa ke IGD RSUD Curup. Di IGD pasien tidak kejang tetapi masih demam.
BAK dan BAB lancar.
Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai umur dan sesuai Depkes. Riwayat
perkembangan dan pertumbuhan baik. Riwayat pemeliharaan prenatal baik. Riwayat
kelahiran, lahir spontan dengan usia kehamilan 38 minggu, pemeliharaan postnatal baik.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum sedang, komposmentis dan gizi
kesan baik. Pemeriksaan
120x/menit, RR: 32x/menit, T= 38,2 oC, pemeriksaan neurologi dalam batas normal.
Status gizi secara antropometris (WHO, 2000) : gizi baik. Pemeriksaan laboratorium
tanggal 22 Juni 2016 didapatkan, Hb: 9,5 g/dl ; Ht 28,5% ; Leukosit 8.900 ; Trombosit
234.000 ; diff count 0/3/0/62/29/6.
VI.
DAFTAR MASALAH
1. Demam
2. Kejang (1 kali, kejang 5 menit, setelah kejang, pasien menangis)
3. Faring hiperemis
VII.
DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
Faringitis Akut
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Edukasi
2. O2 nasal 2 lpm
3. IVFD RL 1100cc/hari
Medikamentosa
Bolus pelan Diazepam 5mg (IV) jika kejang
Drip Paracetamol flash 3 x 120 mg selama 15 menit (IV)
Ambroxol syr 3 x 1 cth (PO)
Monitoring
1. KU dan VS per 4 jam
2. Awasi timbulnya kejang
Planning
1. Elektrolit
2. Lumbal Pungsi Pemeriksaan LCS
X.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
LEMBAR MONITORING
Tanggal
22/06/201
Jam
14.0
Pemeriksaan
S : Tidak
kejang,
Terapi
panas
Diazepam 5 mg (IV)
berkurang
jika kejang
TV : HR = 120 x/1
3 x 120 mg selama 15
RR = 32 x/1
menit (IV)
Tidak
berkurang
kejang,
panas
(PO)
Paracetamol syr 3 x 1
cth (PO)
Ambroxol syr 3 x 1 cth
(PO)
TV : HR = 114 x/1
RR = 36 x/1
23/06/201
02.0
Paracetamol syr 3 x 1
cth (PO)
Ambroxol syr 3 x 1 cth
(PO)
RR = 32 x/1
06.0
Paracetamol syr 3 x 1
cth (PO)
Ambroxol syr 3 x 1 cth
(PO)
RR = 38 x/1
S = 36,7 oC (per axiler)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. KEJANG DEMAM
1.)
DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.1
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam
adalah suatu kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan
dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya
infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.3 Anak yang pernah kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang
demam.1,3 Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 4 minggu (1
bulan) tidak termasuk kejang demam.1,3
Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan
kejang berulang tanpa demam.2 Definisi ini menyingkirkan kejang yang
disebabkan penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis atau ensefalopati.
Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis yang berbeda dengan kejang
demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai susunan saraf pusat. 3 Bila
anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau epilepsi
yang kebetulan terjadi bersama demam. 2
2. EPIDEMIOLOGI
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika
Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20%
kasus merupakan kejang demam kompleks. Anak laki-laki lebih sering dari
pada perempuan dengan perbandingan 1,21,6:1.6,7
Pendapat para ahli tentang usia penderita saat terjadi bangkitan kejang
demam tidak sama. Pendapat para ahli terbanyak kejang demam terjadi pada
waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Menurut The
American Academy of Pediatrics (AAP) usia termuda bangkitan kejang
demam 6 bulan.6 Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun hampir 2 - 5%.2,10
Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia
6 bulan sampai dengan 22 bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi
terjadi pada usia 18 bulan.7Sekitar 30% pasien akan mengalami kejang
demam berulang dan kemudian meningkat menjadi 50% jika kejang pertama
terjadi usia kurang dari 1 tahun. Sejumlah 935% kejang demam pertama kali
adalah kompleks, 25% kejang demam kompleks tersebut berkembang ke arah
epilepsi.
3. KLASIFIKASI
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua8 :
a. Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang
demam sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang demam.
b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :
1.)
2.)
Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial
3.)
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain
itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara
kandung, perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak dalam
perawatan khusus, dan kadar natrium rendah.
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor
resiko berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam
adalah 80% sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya
kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya kelainan
neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama,
kejang demam kompleks, riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara
kandung. Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian
epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan
kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49% (Level II-2). Kemungkinan menjadi
epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang
demam
5. ETIOLOGI
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang
menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang
paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan
atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, bronkitis, dan infeksi
saluran kemih (Soetomenggolo, 2000).
6. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan air. Sel
dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah
lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida
(Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.9
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium
maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak
selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup
rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya),
gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.1,9,10
Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian
anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam
yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa. Kejang demam dapat diikuti hemiparesis sementara (Hemeparesis
Tood) yang berlangsung beberapa jam sampai hari. Tetapi kejang yang
berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan
kerusakan permanen dari otak.4 Bangkitan kejang yang berlangsung lama
lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama. Kejang berulang dalam
24 jam ditemukan pada 16% pasien (Soetomenggolo, 2000).
8.
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1.) Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab
demam diluar susunan saraf pusat.
2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi
dalam keluarga.
3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya.
b.
c.
Pemeriksaan Penunjang
1.) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada
kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis
dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.5
2.)
3.)
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak
direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada
keadaan kejang demam tidak khas misalnya kejang demam kompleks
pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.5
4.) Pencitraan
Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography
scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan
neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil
edema.5
9. DIAGNOSIS BANDING
Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya
meningitis atau ensefalitis. Pungsi lumbal terindikasi bila ada kecurigaan
klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti ototis media tidak
menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika
maka perlu pertimbangan pungsi lumbal. 2
10.
PENATALAKSANAAN
KETERANGAN :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan diberikan
berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
2.
Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan
NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.6
Tidak
ditemukan
bukti
bahwa
penggunaan
antipiretik
bulan,
sehingga
penggunaan
asam
asetilsalisilat
tidak
dianjurkan.2,3,5
2. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -60%
kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8
jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan
menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 2539% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat
demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
c. Pemberian Obat Rumat
1. Indikasi Pemberian obat Rumat
Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan
ciri sebagai berikut (salah satu) ;
-
Kejang fokal
b.
c.
jarang.
Kejang
demam
pasca
imunisasi
tidak
memiliki
13. PROGNOSIS
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan.8 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini
biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik
umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.5,9
BAB III
ANALISIS KASUS
Diagnosis kejang demam kompleks pada kasus ini berdasarkan :
a. Anamnesis
-
kejang (1 kali, tidak berulang kurang dari 24 jam, lama kejang 4 menit,
setelah kejang pasien menangis)
b. Pemeriksaan fisik
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius FKUI. Jakarta.
2. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB Sauders.Philadelpia.
3. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta
4. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta
5. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI. Jakarta.
6. Saing B. Faktor pada kejang demam pertama yang berhubungan dengan terjadinya kejang
demam berulang (Studi selama 5 tahun). Medan: Balai Penerbit FK-USU, 1999:1-44.
7. Lumbantobing SM. Kejang demam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI, 1995;1-52.
8. ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34:592-8.