Diare Akut
Pembimbing:
dr. Candra Ningsih
dr.Andrian Pramana
Oleh:
dr. Muhammad Tholhah ‘Azam
BAB I
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : An. K
Usia : 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Orangtua : Ibu. M
Alamat : Yosowilangun Lumajang
Alloanamnesis pada Ibu Pasien
KU : Mencret disertai muntah
RPS : Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit anak mencret. Mencret lebih dari
10x sehari, kurang lebih setengah gelas belimbing setiap mencret, konsistensi cair dan
terdapat ampas berwarna kekuningan, terdapat darah di sangkal dan lendir di sangkal.
Sebelum mencret penderita juga mengalami muntah 4x sebanyak kurang lebih
setengah gelas belimbing tiap muntah. muntah terutama setelah makan minum dan
muntah berisikan makanan dan cairan. Pada awalnya anak rewel dan terus menangis
disertai tambah sering menetek dengan minum sangat bernafsu (seperti kehausan)
namun sejak 2 hari terakhir anak mulai malas untuk menetek dan tampak amat lemas.
Menurut Ibu PX, anaknya juga mengalami demam sejak mencret muncul. Demam
terus menerus, muncul mendadak, dan langsung tinggi. Riwayat kejang disangkal.
Penderita masih bisa BAK dengan lancar, sehari 3 kali BAK. Gejala mimisan atau
gusi berdarah disangkal. Dirumah tidak ada yang menderita demam berdarah dan
tidak ada penyemprotan pada hari – hari terakhir. Keluhan nyeri telinga disangkal.
Nyeri saat buang air kecil disangkal, nyeri saat menelan disangkal, nyeri perut
disangkal.
Sehari-hari menurut ibu PX satu keluarga biasa meminum air yang berasal
dari air sumur yang telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci menggunakan air sumur
yang sama. Botol susu biasanya hanya dicuci dengan menggunakan air biasa bukan
air mendidih.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Tampak lemah, malas menetek
• Kesadaran : Letargis
Tanda Vital
• Suhu : 37,6 oC
• Nadi : 156 x/menit
• Pernapasan : 52x/menit
Status Antropometri
• Panjang Badan : 74 cm
• Berat Badan : 8 kg
• LK : 45 cm
• BB/U = (8/9) x 100 % = 88% (Gizi baik)
• TB/U = (74/73) x 100% = 101,3 % (Tinggi baik/normal)
• BB/TB = (8/9.4) x 100% = 85 % (Gizi baik)
Kesan: Status gizi baik
Status Generalis
Kepala
• Bentuk : Normocephal, Ubun-ubun cekung(+)
• Mata : Cekung (+), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, air
mata masih keluar (+)
• Hidung : Sekret (-), darah (-) ,PCH (-)
• Telinga : Sekret (-), serumen (-)
• Mulut : Mukpxa mulut kering (+), POC (-)
Leher :Pembesaran KGB (-), Retraksi SS (-)
Thorax
• Pulmo
• Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak
ada bekas luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)
• Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan.
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 linea midklavikula sinistra.
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Supel, datar, retraksi epigastrium (-).
• Auskultasi : Bising usus meningkat
• Palpasi : Nyeri pada epigastrium (-),turgor kulit menurun >2
detik
• Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Ekstremitas :
• Akral hangat, Edema (-), CRT < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hematologi
Leukpxit : 8,1 . 103 µ/L
Hemoglobin : 11,5 gr/dl
Hematokrit : 24,7 gr%
MCV : 72,7 fl
MCH : 24,1 pg
MCHC : 33.1 g/dl
Trombpxit : 266 ribu
RESUME:
An.K usia 11 bulan, mencret sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret
>10x/hari, Sebanyak ± setengah gelas belimbing tiap mencret, konsistensi cair,
Ampas (+) kuning, Lendir (-), Darah (-). Muntah(+) 4x SMRS, muntah makanan dan
cairan. Demam (+) sejak mencret muncul,terus menerus, muncul mendadak, langsung
tinggi. Anak tampak lemah dan malas menetek.
Diagnosa Kerja
Diare akut dengan dehidrasi berat e.c Viral infection
Diagnosa Banding
Diare akut dengan dehidrasi berat e.c Bacterial infection
Rencana diagnosis
Pemeriksaan Darah dan Elektrolit
Pemeriksaan Feses
Rencana penatalaksanaan:
• Infus RL@30cc/kgBB dalam 1 jam (240 x 15) /60= 60 tetes/menit
o Dilanjutkan Infus RL 70cc/kgbb dalam 5 jam (560 x 15)/300 = 28
tetes/menit
o Dilanjutkan Infus RL (8x(120+30)) / 96 = 12 tetes/menit
• Pamol supp 80mg 3 x 1
• Ondansetron 2 x 1.2 mg
• Zinc syrup 1 x 1 cth
• Diet bubur saring
Prognosis
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad Functionam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT PADA ANAK
2.1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia
sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab
utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1
miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2
episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia
tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun
di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur,
prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35
bulan (12,0) (Biro pusat statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang
telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di
Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi
24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus
kematian. Walaupun angka kematian karena diare telah turun, angka kesakitan
karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat.
2.3 Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare)
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo
bacter,yersinia, aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis
Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktpxa, maltpxa dan sukrpxa
Monpxakarida: intoleransi glukpxa, fruktpxadan galaktpxa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Lain-lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung:
KKP (Kurang Kalori Protein)
Kesehatan pribadi dan lingkungan
Spxioekonomi
2.4 Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
pxmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
- Diare pxmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat
diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan
pxmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi
cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan
pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, ppxtvagotomi, ppxt
reseksi usus serta hipertiroid.
Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:
1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang menyebabkan
malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan pxmotik.
2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterpxit reseptor yg
spesifik yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal
sehingga menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan diare.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterpxit, akan menyebabkan infeksi dan
kerusakan villi usus halus. Enterpxit yang rusak diganti dengan yang baru yang
fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan
dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid pxmotik usus dan
meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.
Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukpxa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi
sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga
menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah
dalam tinja yang disebut disentri.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia dan asidpxis bertambah berat. Kemudian dapat
mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran
(soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukpxa bibir,
mulu, dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas
cepat dan dalam (asidpxpx metabolik), kembung (hipokalemia), kejang
(hipo atau hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukpxa mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah
lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada saat diare
akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukpxa darah,
kultur dan kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam diare pxmotic
Leukpxit > 5 / LPB disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
- Makrpxkopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
- Mikrpxkopis : leukpxit, eritrpxit, parasit, bakteri
d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90
macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk
enzim superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk
metabolisme radikal bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam
tubuh berkurang. Pada prpxes inflamasi, kadar radikal bebas superoksida
meningkat, sehingga dapat merusak berbagai jenis jaringan termasuk jaringan
epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang
anak menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang
hilang dalam prpxes kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya
di bulan-bulan mendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk
terapi diare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari
lamanya seorang anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit
tersebut, serta menurunkan kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3
bulan berikutnya.
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat
untuk membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14
hari, walaupun diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum
banyak beredar di apotek di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah
menggunakan suplemen Zinc dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare
akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali
sehari selama sepuluh hari berturut-turut.
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI
dalam sendok teh.
Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah
berhenti sebelum 10 hari)
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan
lagi tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan
beberapa kali hingga satu dpxis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan
tablet zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur
yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila
diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat
memberikan keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi
bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukpxa
usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus.
Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan
cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh
Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare
yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
(antibiotik asociated diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare
akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman
dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya
diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke
dua pemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam
pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi
bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah
adhesi patogen pada anterpxit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik
pada mukpxa usus dan imunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan
sebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid
Bacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi
asam laktat, yang berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal,
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan
LAB adalah Lactobacillus dan Bifidobacterium.
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff,
pada awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan
untuk menguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang
mengandung probiotik sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran.
Kemanfaatan probiotik terutama banyak dilihat dari aspek pencegahan dan terapi
penyakit, terutama penyakit alergi dan infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling
banyak dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis,
probiotik dapat mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan
patogen, imunomodulator, meningkatkan sekresi IgA mukpxa usus, dan
mengurangi kejadian intoleransi laktpxa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-
analisis yang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian
suplemen Lactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat
dibandingkan plasebo (95% CI) dengan level of evidence 1a. Efektivitasnya
terutama lebih baik pada mereka dengan etiologi rotavirus, yang merupakan
penyebab terbanyak diare akut pada anak.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan
pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab
terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia
di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah
mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang
menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan
gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis
seperti difenpxilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga
terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dpxis (3 hari) atau Erytromycin
12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada
kasus berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg
(maks 90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama
10 –14 hari
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia
dan terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan
tingkat keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian
zinc selama 10 sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan
risiko anak memiliki episode baru diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat
berkurang. (1)
Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk
memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada
anjuran seperti ini.
Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan
setelahnya. Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh
diencerkan. pemberian ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan
makanan yang kaya nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair
mendapatkan kembali nafsu makan mereka setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan
orang-orang dengan diare berdarah seringkali nafsu makan tetap buruk sampai
penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus didorong untuk mau makan secara normal
sesegera mungkin.
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk
mendukung pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat
pemulihan fungsi usus normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap
berbagai nutrisi. Sebaliknya, pada anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan
yang diencerkan dapat menurunkan berat badan, menyebabkan diare lebih lama dan
lebih lambat memulihkan fungsi usus.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama
dengan yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui
sesering dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya
dan ini harus didukung.
o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu
formula) sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan
ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI,
makanan lain harus diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus
diberi sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan
makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau
segera setelah diare berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia.
Makanan kaya akan kalium, seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan
bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan
porsi kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah
diare berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan
membrikan satu lagi makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama setidaknya
dua minggu. Jika anak kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai
anak telah kembali berat badan normal-untuk-height.
Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau
masalah lainnya
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
• Buang air besar cair sering terjadi
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun
WHO 2005 menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
2.3.2 Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan
dehidrasi ringan-sedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk
menentukan jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan
(Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak diketahui maka penentuan jumlah
cairan ditentukan berdasarkan usia anak. Seperti yang terlihat pada tabel 2.5.
RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT
2.9. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare
Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada anak,
mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan
membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana
gizi diare yang benar:
Menilai status gizi
Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak
lanjutnya.
Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan
untuk menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila
timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6
jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau
lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan. Bayi umur
6 bulan atau lebih
harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul
dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk kemudian di
lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi
kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan
dalam penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari
selama 5 hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi,
serta durasi penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu
kesakitan, dengan meningkatkan respon imun, memperbaiki mukpxa usus, sebagai
substansi penting dalam antimikroba dan menyeimbangan jumlah mikroba diusus.
Angka penguranga dari frekuensi defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada
kelompok yang memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces
yang lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata
lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok probiotik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. International
Edition. Saunders 2004. p 1239-1241
2. Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare . Jakarta:
Departement Kesehatan R.I PPM & PLP. 2009
3. Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 September 2010
www.depkes.go.id
4. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnpxis dan
Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005
5. Santpxo, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan
Anak FK. Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 2001
6. Pusponegoro. H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004
7. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnpxtik (2nd edition), Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan
Anak. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta