Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus

“First Unprovoked
Seizure”
Oleh:
Harishal Aryaputra

Pembimbing:
dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2018
IDENTITAS

• Nama : An. AA
• Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Maret 2016
• Usia : 1 tahun 10 bulan
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Jl. Merah Jambu, Jakarta Utara
• Tanggal MRS : 29 Januari 2018
• Ruangan : Paviliun Badar Kamar 09
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
BAB cair sejak 2 hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN

Muntah (+), Kejang (+)

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


An. A datang ke igd RSIJ Jakarta dengan keluhan BAB cair sebanyak ± 3 kali
per hari sejak 2 hari SMRS. Konsistensi Cair (+), ampas (-), lendir (+), dan
darah (-). Muntah ± 15 kali sejak 2 hari SMRS. Muntah setiap makan dan
minum. Nafsu makan menurun dan minum sedikit. 1 hari SMRS, OS kejang
sebanyak 3x. Kejang pertama terjadi pada jam 08.00 pagi, kejang kedua terjadi
pada jam 10.00 pagi, dan kejang ketiga terjadi pada jam 12.00 siang. Kejang
selama ±1 menit dengan keadaan mata mendelik keatas, kedua tangan
tertekuk dan kaku, setelah kejang os sadar. Demam (-). Batuk dan pilek
disangkal. BAK normal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Belum pernah mengalami kejang sebelumnya.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

• Riwayat kejang demam dan epilepsi disangkal.

RIWAYAT PENGOBATAN

Tidak pernah mengkonsumsi obat jangka panjang


RIWAYAT KEHAMILAN IBU

Ibu melakukan ANC rutin dilakukan ke dokter, rutin


mengkonsumsi buah dan sayur serta vitamin dan selama hamil
ibu tidak pernah sakit ataupun terinfeksi virus

RIWAYAT PERSALINAN IBU

OS Lahir dengan normal, cukup bulan, langsung menangis, dan tidak


ada sianosis dan riwayat kuning (-), keadaan sehat.
BB lahir = 2900 gr
PB lahir = 47 cm
RIWAYAT POLA MAKAN

Pola makan teratur 3x sehari.

RIWAYAT IMUNISASI

KESAN: Imunisasi
dasar lengkap
sesuai usia
RIWAYAT PERKEMBANGAN

Personal sosial : sudah dapat membuka pakaian sendiri


Motorik halus : menyusun balok
Bahasa : memanggil mama papa
Motorik kasar : menendang bola
Kesan : Perkembangan sesuai usia

RIWAYAT ALERGI
Tidak ada alergi obat, makanan, cuaca maupun debu.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

An. AA tinggal bersama ayah dan ibunya di rumah dengan


ventilasi baik dan sinar matahari cukup.
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM

Tampak sakit sedang

KESADARAN

Composmentis

TANDA VITAL

• Nadi : 102 x/mnt


• Pernapasan : 21 x/mnt
• Suhu : 37,1oC (suhu dibangsal)
STATUS ANTROPOMETRI

• BB sebelum sakit : 12 kg
• BB ketika sakit : 12 kg
• TB : 78 cm

STATUS GIZI

• BB/U = 12/12,4 x 100% = 96 % (Gizi Baik)


• TB/U = 78/86 x 100% = 90 % (Mild Stunting)
• BB/TB = 12/11 x 100% = 109 % (Gizi Baik)
Kesan : Gizi Baik
STATUS GENERALIS

Wajah : normofacia, sawo matang, tidak ada edema, luka dan tidak pucat
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut (tidak rontok).
Kepala : Normocephal, ubun-ubun sudah tertutup dan tidak cekung atau
cembung.
Mata : Cekung (-/-), kering (-/-), edema palpebra (-/-),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor.
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-).
Telinga : Normotia, sekret (-/-).
Mulut : stomatitis (-), perdarahan (-), gigi dalam batas normal.
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), Tonsil (T1/T1), permukaan licin.
Bibir : Mukosa bibir lembab.
Lidah : lidah kotor (-), lidah tremor (-).
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-).
Paru-paru:
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat retraksi dinding thorax, tidak terdapat bagian
dinding thorax yang tertinggal saat inspirasi, tidak terdapat tanda
tanda peradangan.
Palpasi : Vocal fremitus di kiri dan kanan.
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing ( -/- )
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidah teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ 1 & 2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan di 4 kuadran (-), turgor cepat kembali
Perkusi : Timpani
Limpa : Splenomegali (-)
Hepar : Hepatomegali (-)

Ekstremitas atas
Akral : Hangat
Edema : -/-
Sianosis : -/-
RCT : <2 detik

Ekstremitas bawah
Akral : Hangat
Edema : -/-
Sianosis : -/-
RCT : <2 detik
Kelenjar Limfa : Pembesaran limfa (-)
Anus dan rectum : Tidak terdapat tanda-tanda peradangan dan tidak terdapat
adanya perdarahan.
Genitalia : Fimosis (-), tidak terdapat tanda-tanda peradangan.
Kulit : Tidak pucat, tidak sianosis, turgor kembali cepat.
Status Neurologis : GCS: 15
Reflek fisiologis (+)
Reflek patologis (-)
Tanda Rangsang Meningeal (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal Nama Hasil Satuan Nilai KET
Pemeriksaan Normal
Minggu, Hematologi
28 Januari 2018
Hemoglobin 11.0 g/dL Pr: 11 -15 Lk : 13-18
Hematokrit 36 % Lk: 40-50 Pr:36-42
Leukosit 8.900 /mm3 4000 – 10.000
Trombosit 449.000 /mm3 150.000 – 500.000
Eritrosit 4.9 Juta/uL 4.50 – 5.50

Hitung Jenis

Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 0-3
Netrofil batang 3 % 1-6
Netrofil segmen 63 % 50-70
Limfosit 28 % 20-40
Monosit 6 % 2-8
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal Nama Hasil Satuan Nilai KET


Pemeriksaan Normal
Senin, Diabetes
29 Januari 2018
Gula Darah Sewaktu 95 mg/dL < 180

Elektrolit

Natrium 131 mmol/l 136 – 146


Kalium 3.13 mmol/l 3.50 – 5.10
Chlorida 101 mmol/l 98 - 106

Fungsi Hati

SGOT 42 u/L < 40


SGPT 32 u/L < 38
RESUME
An. A datang ke igd RSIJ Jakarta dengan keluhan BAB cair sebanyak ± 3 kali per hari sejak 2 hari SMRS.
Konsistensi Cair (+), ampas (-), lendir (+), dan darah (-). Muntah ± 15 kali sejak 2 hari SMRS. Muntah setiap
makan dan minum. Nafsu makan menurun dan minum sedikit. 1 hari SMRS, OS kejang sebanyak 3x. Kejang
pertama terjadi pada jam 08.00 pagi, kejang kedua terjadi pada jam 10.00 pagi, dan kejang ketiga terjadi pada
jam 12.00 siang. Kejang selama ±1 menit dengan keadaan mata mendelik keatas, kedua tangan tertekuk dan
kaku, setelah kejang os sadar.

Pem. Fisik:
Nadi : 102x /menit
Napas : 21x /menit
Suhu : 37,1ºC
Abdomen: Cembung, kembung

Pem. Lab:
Hemoglobin : 11.0 g/dL
Hemaktorit : 36 %
Natrium : 131 mmol/l
Kalium : 3.13 mmol/l
SGOT : 42 u/l
ASSESMENT

• Diare
• Vomitus
• Intake Sulit
• Seizure
DIAGNOSA KERJA

Diagnosis Klinis : Diare akut tanpa dehidrasi, First


Unprovoked Seizure
Diagnosis Gizi : Gizi Baik
Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
Diagnosis Perkembangan : Perkembangan sesuai usia
TERAPI

 IVFD K3B + 20 mEq/kcl 10 tpm


 Ondancentron IV 3x1 mg
 Phenitoin IV 2x30 mg
 Paracetamol Syrup 3x1 cth (Jika demam)
 Lacto B 2x1 sc
 Zink tab 1x1 tab
 Stesolid Supp 5 mg (Jika kejang)
 Rencana pemeriksaan EEG
FOLLOW UP
Hari / Tanggal S O A P

30 Januari 2018. Kejang (-), Muntah (-), Suhu: 36,50C First Terapi
Jam 06.00 nafsu makan membaik Nadi: 106 x/menit Unprovoked dilanjutkan
dan minum banyak. Napas: 32 x/menit Seizure, Diare
BAB 5x hari ini, ampas Kepala: Ubun-ubun tertutup, akut tanpa
(+), lendir (+), darah (-) tidak cekung dehidrasi
Mata: Cekung (-/-), kering (-/-)
Mulut: Bibir lembab
Abdomen: BU (+) meningkat,
turgor cepat kembali

Hari / Tanggal Nama Pemeriksaan Hasil


30 Januari 2018. EEG • EEG dalam batas normal
Jam (tidak diketahui) • Tidak terdapat gelombang
epilepticform
FOLLOW UP
Hari / Tanggal S O A P

31 Januari 2018. Kejang (-), muntah (-), Suhu: 36,40C First • Terapi dilanjutkan
Jam 06.00 nafsu makan baik dan Nadi: 102 x/menit Unprovoked • Rencana
minum banyak. BAB Napas: 30 x/menit Seizure pemeriksaan
2x konsistensi padat. Kepala: Ubun-ubun tertutup, laboratorium
tidak cekung (elektrolit)
Mata: Cekung (-/-), kering (-/-) • Rencana pulang
Mulut: Bibir lembab jika hasil
Abdomen: BU (+) normal, turgor laboratorium
cepat kembali normal

Hari / Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


Rujukan
31 januari 2018. Elektrolit
Jam 17.30 Natrium (Na) Darah 141 mEq/L 135 – 147
Kalium (K) Darah 4.6 mEq/L 3.5 – 5.0
Chlorida (Cl) Darah 110 mEq/L 94 - 111
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan

• Kejang merupakan salah satu gangguan neurologis yang paling


sering ditemui pada pasien anak
• Sebagian besar kejang terjadi pada masa anak-anak dengan
perkiraan 2-3% anak mengalami kejang sebelum berumur 16
tahun
• Kejang dapat terjadi dengan atau tanpa provokasi
Definisi

An. A, berusia 1 tahun 10


• First Unprovoked Seizure adalah bangkitan kejang atau bulan. Kejang sebanyak 3x.
beberapa bangkitan kejang dalam 24 jam yang terjadi Kejang pertama terjadi pada
tanpa adanya faktor pencetus. jam 08.00 pagi, kejang
kedua terjadi pada jam
• Berdasarkan American Academy of Neurology, FUS 10.00 pagi, dan kejang
didefinisikan dengan menggunakan kriteria dari the ketiga terjadi pada jam 12.00
International League Against Epilepsy (ILAE) yaitu siang. setelah kejang os
sadar. Demam (-). Batuk dan
rangkaian kejang pada seorang anak berumur lebih pilek disangkal.
dari 1 bulan disertai pulihnya kesadaran diantara
kejang dan tidak diketahui adanya faktor pemicu
terjadinya kejang seperti demam, trauma kepala,
infeksi sistem saraf pusat, tumor, atau kelainan
metabolik seperti hipoglikemia serta obat-obatan.
Epidemiologi

• Sebuah penelitian berbasis populasi terhadap insiden First


Unprovoked Seizure menunjukkan bahwa terdapat 25.000
sampai 40.000 anak per tahun di Amerika Serikat mengalami
FUS.
Etiologi

Hasil pemeriksaan elektrolit


• Penyebab dari FUS belum diketahui dan pada An. A:
dikatakan tanpa pencetus jika tidak
ditemukan penyebab kejang yang biasanya Natrium : 131 mmol/l
Kalium : 3.13 mmol/l
terjadi pada anak seperti hipogklikemia,
hipokalsemia, gangguan elektrolit,
paparan toksin, infeksi sistem saraf pusat,
trauma, tumor, iatrogenik seperti pada
terbutalin dosis tinggi, klorpromazin, obat-
obat imunosupresan, dan lain-lain.
Klasifikasi Kejang

• First
Kejang Unprovoked
Iatrogenik Seizure

• Acute Symptomatik Seizure


/ Provoked Seizure
Kejang • Remote Symptomatic
Simtomatik Seizure
Patofisiologi

• Terjadinya suatu kejang melibatkan berbagai macam aspek


selular atau biokimiawi seperti gangguan fungsi kanal ion, level
neurotransmiter, fungsi reseptor neurotransmiter, atau
metabolisme energi yang mengganggu eksitabilitas neuron
sehingga menimbulkan kejang
Diagnosis

• ANAMNESIS
• Jumlah episode kejang dalam 1 hari? 1 hari SMRS, OS kejang sebanyak 3x.
Kejang pertama terjadi pada jam 08.00
• jika berulangnya
• PEMERIKSAAN kejang, jarak antara
FISIK Kesadaran:
pagi,
Composmentis
kejang kedua terjadi pada jam
• Pemeriksaan
• Demam
kejang pertamapenunjang
dengandikerjakan
kejang
Suhu : 37,1ºC
10.00: Normocephal,
pagi, dan kejang ketiga terjadi
Kepala ubun-ubun sudah
sesuai indikasi kesadaran
dan klinis pasien seperti Pemeriksaan Lab:
pada jamtertutup
12.00 siang. Kejang selama ±1
• Penurunan
terakhir? Na: 131
menit, mmol/l
dengan
dan tidak
keadaan
cembung
mata
pemeriksaan
• Tanda-tanda
jenis kejang?laboratorium, Mata: refleks cahaya (+/+), pupilmendelik
isokor
perdarahan intrakranial K : 3.13
keatas, keduammol/l
tangan
Status Neurologis : tertekuk dan kaku,
elektroensefalografi
• Gejala intoksikasiatau
durasi kejang? danpemeriksaan setelah
lainnya GCS: 15 kejang os sadar.
MRI. Pemeriksaan EEG:
• Deskripsi periode postiktal? Reflek fisiologis (+)
EEG dalam batas normal
Reflek patologis (-)
Tidak terdapat gelombang epilepticform
Tanda Rangsang Meningeal (-)
Faktor Risiko Berulangnya Kejang
EEG dalam batas normal
Tidak terdapat
gelombang epilepticform

Kelainan neurologis dan gambaran EEG epilepticform

An. AA berusia 1 tahun 10


Umur saat kejang bulan

Kejang selama ±1 menit


Tipe kejang
dengan keadaan mata
mendelik keatas, kedua
Riwayat epilepsi dalam keluarga tangan tertekuk dan kaku

Riwayat kejang demam dan


epilepsi disangkal
Penatalaksanaan

• Penatalaksanaan FUS adalah penanganan pada saat serangan


kejang
• Pada pasien yang mengalami serangan kejang, prioritas utama
adalah mengatasi kejang, pakaian dilonggarkan dan posisi
anak dimiringkan untuk mencegah aspirasi serta menjaga agar
jalan napas tetap terbuka.
• Tatalaksana kejang pada FUS sesuai dengan algoritme
tatalaksana status epileptikus pada anak
Indikasi Pemberian Obat Anti-Epilepsi

• Rekomendasi dari American Academic of Neurology tahun


2003 yaitu keputusan untuk memberikan pengobatan OAE atau
tidak pada pasien anak dengan FUS harus berdasarkan
pertimbangan risiko berulangnya kejang tersebut, dan
mempertimbangkan risiko akan pengobatan OAE jangka
panjang yaitu meliputi aspek kognitif, tingkah laku, faktor fisik
maupun psikososial.
Prognosis

• Pada pasien anak dengan FUS tanpa pengobatan OAE tidak


terdapat perbedaan fungsi kognitif antara pasien FUS dengan
saudara kandung yang tidak mengalami FUS

Anda mungkin juga menyukai