Anda di halaman 1dari 8

Pemeriksaan sensorik

PEMERIKSAAN SENSORIK DAN INTENSITAS NYERI


Lokalisasi lesi dalam sistem saraf :
1. Lesi kortikal / Lobus parietal:
 - Streognosis,
 - Grafestesia,

 - Sensasi posisi,
 - Lokalisasi titik / inattention.

2. Lesi Sub kortikal (Kapsula Interna, GangliaBasalis, thalamus)


 - Gangguan tusuk jarum,
 - Gangguan Raba.

3.Lesi pada batang otak :


 - Penurunan sensasi nyeri
 - Penurunan sensasi suhu,

 - Refleks kornea.

4.Lesi pada Medulla Spinalis :


 -Gangguan sensasi nyeri tusuk jarum,
 -Gangguan Rasa getar.

a. Lesi Transversal total.


Hyperestesi pada bagian atas dan hilang pada bagian bawah.
b. Separuh dari medulla spinalis,
Hilangnya posisi sendi dan getaran pada sisi yang sama dengan lesi dan hilangnya rasa nyeri dan
suhu pada sisi yang berlawanan .
c. Medulla spinalis sentral.
Hilangnya sensasi rasa sakit dan suhu pada tingkat lesi.
d. Columna posterior
Hilangnya posisi sendi dan getaran dengan modalitas nyeri dan suhu yang masih utuh,
e. Sindrom spinalis anterior,
Hilangnya rasa nyeri dan suhu dibawah tingkat lesi, dengan posisi sendi dan getaran yg masih
normal.
 Penyebab umum dari adanya Lesi :
 Lesi Saraf tunggal : (N. Medianus, N. Ulnaris, N. Radialis).

Neuropati akibat saraf terjepit.


 Lesi Multipel Saraf Tunggal :

Vaskulitis , Neuropati yg lebih difus.


 Lesi Saraf perifer : DM, Defisiensi Vit. B1, GBS.
 Lesi pada Med. Spinalis :
Trauma, Kompresi medulla spinalis oleh tumor.
 Lesi pada batang otak :
 Stroke pada batang otak.

 Gangguan thalamus dan kortikal:


 Stroke, trauma, tumor otak.

PEMERIKSAAN SENSORIK :
 Diseluruh bagian tes sensorik, pasien perlu kita ajari terlebih dahulu mengenai tes yg
akan dilakukan. Kemudian lakukan tes tersebut. Akhirnya cek apakah pasien telah
mengerti dan melakukan tes tersebut dengan semestinya. Untuk semua tes, mulailah dari
daerah yang mengalami gangguan sensorik ke daerah yang normal.

 LENGAN :

Terdapat 4 nervus yang sering terganggu di lengan, yaitu : N. Medianus, N. Ulnaris, N. Radialis,
N. Aksilaris.
 TUNGKAI :
Defisit sensorik pada seseorang lebih sering terlihat pada nervus-nervus berikut :
 nervus kutaneus lateralis, (paha bag. Dpn dan samping).
 nervus peroneus communis (betis depan, samping, dan sebagian belakang)
 Nervus femoralis (paha depan bagian medial sampai ke tungkai bawah.
 Nervus ischiadicus (paha belakang bag. Tengah sampai ke tungkai bawah).

 TES SENSORIK PRIMER :

 RABA HALUS:

Gunakan sepotong kapas, beberapa orang lebih menyukai menggunakan ujung jari. Sentuhkan
kapas tersebut diatas kulit.
Cobalah untuk mengulangi rangsangannya.
Peragakan – dengan kedua mata pasien terbuka, tunjukkan padanya bahwa anda akan meraba
kulitnya. Mintalah pasien mangatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan.
TES – perintahkan pasien untuk menutup matanya, lakukan tes pada daerah kulit yang
bermasalah.
• TES NYERI:
Roda bergerigi atau rader sering digunakan Dr. Wartenberg, bisa juga dengan menggunakan
peniti atau jarum tajam dan tumpul.
• Peragakan – Tunjukkan kepada pasien apa yg anda kerjakan, Jelaskan bahwa anda ingin agar
pasien memberitahukan apakah jarum yang dirasakan tajam atau tumpul. Sentuh area yang
terganggu dengan jarum dan kemudian sentuh dengan jarum tumpul pada area yg sehat.
• TES – mintalah pasien menutup kedua matanya kemudian beri rangsangan tajam dan tumpul
secara acak, dan perhatikan respon pasien.
• Dermatom – Pada lesi radiks saraf, timbul area penurunan sensasi yang terbatas pada distribusi
segmental. Area kulit yang dipersarafi oleh radiks spesifik dinamai dermatom.
• Baal - Sering pasien mengeluh area baal. Pasien harus diinstruksikan untuk melukiskan area ini
dengan satu jari tangan. Kemudian pemeriksa harus menempatkan peniti di pusat area baal
merangsang ke arah luar sampai pasien memperhatikan rasa nyeri, dengan cara ini batas
kehilangan sensorik dapat ditentukan.
• TES SENSASI SUHU:
Isi tabung dengan air hangat dan dingin.
Peragakan – “ saya mau anda mengatakan sesuatu jika saya sentuh anda dengan tabung yang
panas atau dingin. Sentuhkan secara acak tabung air panas dan dingin pada tangan, kaki atau
daerah kulit yang terganggu.
• TES PROPRIOSEPSI (Indera posisi)
Propriosepsi harus dites pada jari tangan dan kaki bilateral dengan memegang sisi lateral phalanx
distal, sementara bagian proksimal phalanx dipertahankan tetap. Mula-mula tes ini dijelaskan
kepada pasien dengan matanya terbuka pemeriksa memperlihtakan apa artinya “keatas” dan
“kebawah”. Kemudian pasien menutup mata & pemeriksa menggerakkan phalanxnya keatas dan
kebawah. Pasien hrs menjawab apakah sendinya ke atas atau ke bawah.
• SENSASI RASA GETAR :
Gunakan garpu tala 128 Hz. Garpu tala dengan frequensi yg lebih tinggi (256 atau 512 Hz) tidak
adekuat.
Peragakan – Pastikan pasien mengerti bahwa dia akan merasakan getaran, dengan memukulkan
garpu tala dan meletakkannya diatas sternum atau dagu.
TES –mintalah pasien menutup matanya, tempatkan garpu tala pada tonjolan tulang, tanyakan
pasien dapat merasakan getaran tersebut.
Letakkan pada sendi metatarsal falangeal, malleolus medialis, tuberositas tibialis, spina iliaka
anterior superior, di lengan dan pada ujung jari, masing-masing sendi interfalangeal, pergelangan
tangan, siku dan bahu. Bila sensasi bagian distal normal, tes tidak perlu dilakukan pada bagian
proksimal
• PEMERIKSAAN SENSORIK SEKUNDER :
• Streognosis :
Identifikasi taktil obyek dinamai sebagai streognosis. Banyak jenis obyek yang lazim dapat
digunakan seperti uang logam, penjepit kertas, kunci atau kancing baju. Obyek yg tidak diakrabi
harus dihindari. Ketidak mampuan mengenal suatu obyek dinamai astereognois atau agnosia
taktil.
• Grafestesia :
Ketidakmampuan mengenal angka atau huruf yang dituliskan pada kulit dinamai grafestesia.
Angka sekitar 1 cm tingginya digambarkan pada bantalan jari tangan dengan menggunakan
pensil.
Kehilangan kemampuan membedakan angka atau huruf dikenal sebagai grafenestesia.
• Diskriminasi dua titik :
Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujungdisebut
diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua
titik pada tingkat derajat pemisahan ber-variasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dpt
dibedakan pd ujung jari tangan, 30-40mm dpt dibedakan pada dorsum pedis. Tes dpt
menggunakan kompas, jepitan rambut.
• Sensory inattention.
Mintalah pasien untuk mengatakan kepada anda bagian mana yang anda sentuh (baik dengan
kapas ataupun dengan jarum). Sentuhlah pada bagian kanan dan kemudian pada bagian kirinya.
Jika pasien dpt membedakan masing-masing secara terpisah, kemudian sentuhkan kedua bagian
pada saat yg sama.
Pengertian Nyeri :
• Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
• Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Fisiologi Nyeri :
• Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh
yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,
secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak
bermielin dari syaraf perifer.
INTENSITAS NYERI :
• Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang
berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan
tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Pengukuran intensitas nyeri :
1. Skala Intensitas nyeri Deskriptif :

2. Skala Intensitas Nyeri Numerik:


3.

Skala nyeri Analog visual :

4.
Pengukuran Nyeri Wong Baker :
5. Verbal Descriptive Scale ( VDS)
— Pengukuran derajat nyeri dengan tujuh skala, yaitu nilai :
1 = Tidak nyeri
2 = Nyeri sangat ringan
3 = Nyeri ringan
4 = Nyeri tidak begitu berat
5 = Nyeri cukup berat
6 = Nyeri berat
7 = Nyeri hampir tak tertahankan
— Skala Lima Tingkat
merupakan parameter pengukuran derajat nyeri dengan memakai 5 skala, yaitu derajat :
0 = Tidak nyeri, tidak ada rasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas
1 = Minimal, istirahat tidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama, berat dan
pada penekanan kuat terasa sakit
2 = Ringan, rasa sakit terus menerus atau kadang-kadang timbul, tetapi masih dapat diabaikan
/tidak menganggu. LGS normal, pada peneka nan kuat terasa sakit, fleksi dan ekstensi sakit.
3 = Sedang, keluhan seperti pada derajat 2, ditambah keluhan tersebut menganggu aktivi tas dn
LGS terganggu.
4 = Berat, nyeri menyulitkan lansia hampir tak tertahankan dan gerakan fleksi/ekstensi hampir
tidak ada/tidak mampu.
Daftar Pustaka :
1. Fuller Geraint. Panduan Praktis Pemeriksaan Neurologis. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2008
2. Weiner L. Howard et al. Buku Saku Neurologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2001.
3.Scherokman et.al. Tes-Tes Diagnostik dalam Neurologi.Penerbit Hipokrates Cet. IV 1996.
4. Suharto, RPT,M.Kes. Instrumen Pengukuran Fisioterapi. Poltekkes Makassar. 2005.
5. Tamsuri Anas, Konsep & Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
6. Gaus Syafruddin, Manajemen Nyeri,Bag. Anestesiologi, Perawatan Intensif dan Manajemen
Nyeri. FK UNHAS. 2008
7. Irfan, Pengukuran Nyeri. www.daenkpedro.blogspot.com. 2008
8. www.qittun.blogspot.com. Konsep Nyeri.2008

Anda mungkin juga menyukai