Oleh :
Anggun C. (K1B1 20 051)
Melaha Ray Sampebulu (K1B1 20 052)
Murni Safitri M. (K1B1 20 053)
Aduniaty Choirunnisa (K1B1 20 054)
Rita Rukmiyanti (K1B1 20 055)
PEMBIMBING:
dr. Arimaswati, M. Sc
dr. Arimaswati, M. Sc
NIP. 19821213 200912 2 003
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
kasus ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan kasus ini
sebagai tugas dalam rangka menyelesaikan stase ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu kedokteran komunitas dengan judul “Low Back Pain Pada Pegawai Negeri
Sipil Dengan Riwayat Kerja Bangunan”
Penulis tentu menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan
kasus ini, supaya nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing dalam penulisan laporan
kasus ini.Demikian, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................3
D. Manfaat....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Low Back Pain.......................................................................................5
B. Penyakit Akibat Kerja...........................................................................16
BAB III LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien...................................................................................30
B. Anamnesis Pasien...............................................................................30
C. Pemeriksaan Fisik...............................................................................31
D. Pemeriksaan Penunjang......................................................................33
E. Anamnesis Okupasi............................................................................33
F. Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit yang dialami..........................34
G. Resume................................................................................................34
H. Diagnosis Okupasi..............................................................................35
I. Penatalaksanaan..................................................................................39
J. Prognosis.............................................................................................40
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan...............................................................................................41
B. Saran......................................................................................................41
iv
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................41
LAMPIRAN.....................................................................................................47
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri menurut International Association for the Study of Pain (IASP)
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial sebagai suatu fenomena
perseptual dan sensual serta penting bagi tubuh untuk terlindung dari cedera
sehingga manusia dapat bertahan hidup (Swleboda, 2013).
Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang timbul akibat pengaruh
lingkungan kerja atau yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini
disebabkan karena di tempat kerja terdapat faktor-faktor yang dapat
mengancam keselamatan pekerja, yaitu faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi,
dan psikologi. Salah satu PAK yang dapat ditimbulkan adalah Musculoskeletal
Disorders (MSDs). Sebagian besar MSDs yang terkait dengan pekerjaan
adalah gangguan kumulatif yang dihasilkan dari paparan berulang terhadap
beban intensitas rendah atau tinggi selama periode waktu yang lama.
(Lalupanda, 2019).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan gangguan
muskuloskeletal merupakan gangguan pada otot, tendon, sendi, ruas tulang
belakang, saraf perifer, dan sistem vaskuler yang dapat terjadi secara tiba-tiba
dan akut maupun secara perlahan dan kronis. Musculoskeletal disorders
(MSDs) merupakan permasalahan kesehatan global karena prevalensinya yang
tinggi pada pekerja. Kesehatan dan keselamatan pekerja seharusnya
diutamakan namun pada kenyataanya kejadian MSDs tetap tinggi (Sekaaram,
2017). MSD akibat kerja, banyak dilaporkan dan ditemukan terutama pada
tenaga kerja yang melakukan kerja fisik seperti mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik, menahan beban, gerak janggal yang melewati lingkup
gerak sendi, gerak otot statis, dan masa istirahat yang tidak cukup. MSD akan
muncul apabila terjadi peningkatan beban kerja, baik secara fisik maupun
nonfisik.
1
2
yang tidak alami dapat menyebabkan kerusakan struktur tubuh. Setiap tempat
kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi
kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat
kerja. Potensi bahaya dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan
terhadap tenaga kerja yang terpapar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bahaya potensial Low Back Pain pada Pegawai Negeri Sipil
Dengan Riwayat Kerja Bangunan ?
2. Bagaimana mengidentifikasi penyakit Low Back Pain sebagai penyakit
akibat kerja pada Pegawai Negeri Sipil Dengan Riwayat Kerja Bangunan?
3. Apa rencana penatalaksanaan Low Back Pain pada Pegawai Negeri Sipil
Dengan Riwayat Kerja Bangunan?
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi bahaya potensial Low Back Pain pada Pegawai Negeri
Sipil Dengan Riwayat Kerja Bangunan
2. Mengidentifikasi penyakit Low Back Pain sebagai penyakit akibat kerja
pada Pegawai Negeri Sipil Dengan Riwayat Kerja Bangunan
3. Mengetahui rencana penatalaksanaan Low Back Pain pada pada Pegawai
Negeri Sipil Dengan Riwayat Kerja Bangunan
D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah :
1. Manfaat Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran okupasi
b. Mampu melakukan penilaian bahaya potensial dan mampu melakukan
pendekatan diagnosis penyakit akibat kerja (PAK)
2. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar memberikan
penanganan kepada pasien LBP secara holistik, terpadu, paripurna dan
4
2. Epidemiologi
International Labour Organization (ILO) pada tahun 2013 menyatakan
bahwa setiap 15 detik terdapat 1 orang pekerja di dunia meninggal akibat
kecelekaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat pekerjaan. WHO
melaporkan Musculosceletal Disorder’s (MSDs) adalah penyakit akibat kerja
yang paling banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60% dari semua
penyakit akibat kerja. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2013, angka
5
6
4. Patofisiologi
Low Back Pain (LBP) sering terjadi pada daerah L4-L5 atau L5-S1,
dimana pada daerah tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal
kehilangan refleks sensoriknya maka refleks tendon dalam berkurang dan
kelemahan otot terjadi (Fauci, 2008). LBP mekanik banyak disebabkan oleh
rangsang mekanik yaitu penggunaan otot yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi
pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau postur tubuh yang salah
untuk jangka waktu yang cukup lama dimana otot-otot di daerah punggung
akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang normal atau pada
saat aktivitas yang menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-
otot punggung bawah. Penggunaan otot yang berlebih dapat menimbulkan
iskemi atau inflamasi. Setiap gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan
menambah spasme otot sehingga gerak punggung bawah menjadi terbatas
(Ramadhani, 2015)
Faktor mekanik juga berperan menyebabkan LBP mekanik, diantaranya
postur tubuh yang buruk, fleksibilitas yang buruk, otot penyusun vertebra yang
lemah, dan exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat. Postur
tubuh yang buruk seperti sikap berdiri membungkuk ke depan, tidak tegak,
kepala menunduk, dada datar, dinding perut menonjol dan punggung bawah
sangat lordotik dapat memperparah kejadian LBP mekanik. Keadaan ini
9
membuat titik berat badan akan jatuh ke depan, sehingga punggung harus
ditarik ke belakang dan akan menimbulkan hiperlordosis lumbal. Fleksibilitas
yang buruk karena kurangnya olahraga membuat fleksibilitas sendi-sendi dan
ekstensibilitas jaringan ikat menjadi kurang baik sehingga mudah sekali
mengalami penarikan dan peregangan pada pergerakan yang sebenarnya
kurang berarti.
5. Faktor penyebab
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya LBP antara lain faktor
individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Menurut Andini (2015)
faktor penyebab dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor berikut ini:
a. Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang
dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun yang berupa
kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, dan
pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas dan elastisitas
pada tulang dan otot menjadi berkurang sehingga meningkatkan resiko
timbulnya gejala LBP. Penelitian yang dilakukan Garg dalam Andini
(2015) menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35- 55 tahun dan
semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
b. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan laki-
laki, Hal ini terjadi secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah
daripada pria selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
c. Indeks Masa Tubuh
Seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Semakin berat
badan bertambah, tulang belakang akan tertekan dalam menerima beban
10
6. Klasifikasi
Berdasarkan durasi gejalanya yaitu :
a. Akut
LBP akut merupakan nyeri yang timbul selama enam minggu atau kurang.
Hal ini ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan
rentang waktu hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh.
b. Subakut
Subakut LBP subakut merupakan nyeri yang dirasakan selama enam
sampai dengan 12 minggu.
c. Kronik
LBP kronik merupakan nyeri yang timbul lebih dari 12 minggu.
LBP mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi
statis (duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan pada sudut
lumbosakral (sudut antara segmen vertebra L5 dan S1 yang sudut
normalnya 30° - 40°) dan menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan.
Peningkatan sudut lumbosakral dan pergeseran titik pusat berat badan
tersebut akan menyebabkan peregangan pada ligamen dan kontraksi otot
otot yang berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang normal
sehingga dapat terjadi strain atau sprain pada ligamen dan otot-otot di
daerah punggung bawah yang menimbulkan nyeri.
b. Mekanik Dinamik
LBP mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal
pada struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat
melakukan gerakan. Beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologik
dan toleransi otot atau ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan-
gerakan yang tidak mengikuti mekanisme normal dapat menimbulkan LBP
mekanik, seperti gerakan kombinasi (terutama fleksi dan rotasi) dan
repetitif, terutama disertai dengan beban yang berat
8. Tatalaksana
a. Tatalaksana Medis
a) Terapi Non Farmakologis
b) Terapi Non Farmakologis
1) Pasien dianjurkan berolahraga kemudian dievaluasi lebih lanjut jika
pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari- hari dalam 4-6
minggu. Peran latihan fisik dalam pengobatan sakit punggung :
a. Perenggangan leher : untuk melepaskan tekanan
b. Leg extension : untuk perut dan tungkai (Sailaja, 2015).
2) Pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2- 3 hari pertama
untuk mengurangi nyeri.
14
c)Terapi Farmakologis
1) Asetaminofen
Penggunaan asetaminofen dengan dosis penuh (2 sampai 4g per
hari) sebagai terapi lini pertama didukung oleh bukti-bukti yang
kuat dan beberapa pedoman terapi (rekomendasi A). Harus
diketahui bahwa pada pasien dengan riwayat alkoholisme, sedang
puasa, memiliki penyakit liver, mengonsumsi obat tertentu
(terutama antikonvulsan) atau orang tua yang lemah, toksisitas hati
dapat terjadi pada dosis yang direkomendasikan. Selanjutnya,
toksisitas asetaminofen meningkat secara substansial jika
dikonsumsi bersamaan dengan dengan inhibitor siklooksigenase-2
spesifik (COX-2) atau obat-obat anti-inflamasi (NSAID).
2) Obat Anti Inflamasi (NSAID)
Hampir pada sebagian besar pengobatan direkomendasikan NSAID.
Mempertimbangkan manfaat dibandingkan efek samping, American
Geriatrics Society merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai
terapi lini pertama dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-
asetil (kolin magnesium trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan
memiliki lebih sedikit efek samping gastrointestinal dibandingkan
15
Anamnesis umum
Usia penderita dapat membantu dalam menemukan penyebab potensial
nyeri punggung. Beberapa penyebab yang lebih sering pada usia muda
(Spondilitis ankilosa, sindrom reiter), sedangkan yang lain pada usia lebuh
tua (stenosis spinal, polimialgia reumatika).
Jenis kelamin juga dapat membantu. Beberapa penyakit yang lebih sering
pada lelaki (Spondiloartropati), yang lain lebih sering pada wanita
(fibromialgia, osteoporosis).
17
Anamnesis Nyeri
Lokasi : kebanyakan nyeri punggung terbatas di pada daerah lumbosakral,
Onset : nyeri pinggang mekanik mempunyai onset yang berhubungan dengan
aktifitas fisik dan biasanya berlangsung singkat (beberapa hari sampai
beberapa minggu) sedangkan nyeri punggung medik onsetnya lambat tanpa
faktor presipitasi yang jelas dan sering berlangsung lama (beberapa minggu
sampai beberapa bulan)
Sifat nyeri : nyeri radikuler ke paha atau lutut biasanya berhubungan
dengan dengan nyeri referral dari unsur-unsur tulang belakang (otot ligamen
atau sendi). nyeri redikuller biasanya neurogenik dan menunjukan adanya
patologik. Nyeri ini terjadi karena tekanan pada satu cabang saraf yang
ditandai dengan penurunan sensibilitas motorik dan reflex.
Nyeri rujukan adalah nyeri yang diproyeksikan ke organ lain, misalnya
nyeri pada sendi posterior dirasakan penderita di daerah bokong, paha bagian
belakang, lutut sering sampai tungkai bawah tapi jarang sampai telapak kaki.
Nyeri ini bertambah jika tulang digerakkan, tetapi bisa juga terus menerus,
adakalanya hanya dalam posisi tertentu nyeri bertambah hebat. Kedua nyeri
ini mudah dibedakan dengan melakukan bloking pada faset dimana spasme
otot segmen di dapat. Beli nyeri hilang berarti kita berhadapan dengan nyeri
rujukan atau sebaliknya.
Riwayat pekerjaan
Perlu ditanyakan riwayat pekerjaan pasien, apakah ada hubungan gejala
dengan pekerjaannya sekarang. Pekerjaan yang paling sering menimbulkan
keluhan LBP diantaranya mengangkat dan atau memutar sambil memegang
benda berat, operasi mesin yang bergetar, duduk lama (misalnya pengemudi
truk jarak jauh, patroli polisi), keterlibatan dalam tabrakan kendaraan serta
riwayat jatuh.
2) Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen
mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai
segmen L4 maka m. tibialis anterior akan menurun kekuatannya.
Pemeriksaan yang dilakukan :
a) Kekuatan Fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki,
ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh penderita melakukan
gerakan fleksi dan ekstensi, sementara pemeriksaan menahan
gerakan tadi.
b) Perhatikan atrofi otot
c) Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang
bersifat halus) pada otot – otot tertentu.
3) Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun atau menghilang pada lesi motor neuron
bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung
bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon dari segmen yang
terkena akan menurun atau menghilang
a) Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat
berbaring atau duduk dengan tungkai menjuntai), 15 tendo patela
dipukul dengan palu refleks. Apabila ada reaksi ekstensi tungkai
bawah, maka refleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-L5,
refleksi ini negatif.
b) Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut
dalam posisi fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai yang satunya,
dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian
tendo achiles dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar fleksi maka
refleks achiles positif. Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini
negatif.
Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu
menegakkan diagnosa LBP antara lain :
21
3) Tes Sicard
Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari
kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka
nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari
pantat sampai ujung kaki.
4) Tes Patrick
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis low back pain
adalah dengan menggunakan pemeriksaan radiologi (x-ray, computed
tomography, atau magnet resonance imaging). Tes ini sering menunjukkan
perubahan tulang belakang (vertebrae) atau ruang antara tulang belakang
(cakram) (Chou, 2011).
mendadak tak terduga menerima beban kerja fisik berat. Lamanya waku kerja
berkaitan dengan keadaan fisik tubuh pekerja. Pekerjaan fisik yang berat akan
mempengaruhi kerja otot, kardiovaskuler, sistem pernapasan, dan lainnya.
Mekanisme kerja statis juga mengakibatkan terhambatnya aliran darah ke
organ yang bekerja dan menyebabkan kelelahan (Judana dan Sastrowirjo
dalam Markam dkk, 2002).
Jika pekerjaan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa istirahat,
kemampuan tubuh akan menurun dan dapat menyebabkan kesakitan pada
anggota tubuh, salah satunya adalah pada bagian punggung (Suma’mur,
2014). Apabila jam kerja melebihi dari ketentuan tersebut akan ditemukan
hal-hal seperti penurunan kecepatan kerja, gangguan kesehatan, angka
absensi karena sakit meningkat, yang dapat mengakibatkan rendahnya tingkat
produktivitas kerja (Tarwaka dkk, 2014).
g. Diagnosis okupasi
28
masuk pajanan ke dalam tubuh, dan alat pelindung diri harus nyaman
dipakai. Ingat, alat pelindung diri harus digunakan oleh diri sendiri, bukan
untuk bersama-sama (Soemarko, 2012).
30
31
2. Uraian Tugas
Tabel 3. Uraian Tugas Pasien
Jam Kegiatan
12.00-12.30 ISHOMA
30
31
paha. Keluhan ini sering dirasakan pasien sejak 6 bulan yang lalu yang
hilang timbul namun memberat dalam ± 5 hari terakhir. Nyerinya terus
menerus. Pasien juga mengeluh bertambah nyeri bila sedang berbaring dengan
posisi terlentang. Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti rasa tertusuk-
tusuk dan kram-kram.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Status generalisata dalam batas normal, status lokalisasi nyeri ditemukan
ditemukan pada daerah lumbal menjalar ke arah paha, tidak ada tanda fraktur.
Status neurologis Tn. D didapatkan kekuatan otot tidak ada tahanan gerak
dari setiap perlakuan dalam melihat adanya kelainan pada otot dan tes laseque
didapatkan nyeri (+) yang menjalar ke arah paha.
H. Diagnosis Okupasi
1. Diagnosis Klinis
Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita LBP (Low Back Pain)
2. Bahaya Potensial Dasar
Tabel 5. Bahaya Potensial Dasar di tempat kerja
Biologi Tidak ada
Kimia Debu batu, semen dan pasir
Fisika Suhu udara panas
Ergonomi Posisi berdiri membungkuk terlalu lama, mengangkat bahan
bangunan.
Psikososial Kurang istirahat
Akan tetapi, interaksi antara pekerja dengan alat dan lingkungan kerjanya
bisa memberikan dampak negatif bagi manusia. (Haikal, 2018).
Penelitian menyatakan bahwa Faktor risiko ergonomi yang
ditemukan terkait dengan LBP adalah total jam per minggu kerja, duduk
postur saat mengemudi dan cukup ruang kerja. Terjadi nyeri lebih sering
pada saat posisi berdiri membungkuk dan tegak karena pada posisi ini
otot-otot erektor spina lebih sering berkontraksi sehingga lebih cepat
terjadi ketegangan yang berlebihan. Mobilitas dan fleksibilitas juga
berkurang pada ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Hal yang
sama terjadi pada jaringan ikat di vertebra, yang bila terjadi gangguan
akan menyebabkan nyeri. Secara struktural, jaringan ikat terdiri dari tiga
golongan komponen; sel, serat, dan substansia dasar. Berbeda dari jaringan
lain yang mempunyai komponen utama sel, unsur pembentuk utama dari
jaringan ikat ialah matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri dari
kombinasi berbagai serat protein (kolagen, retikulin, elastin) dan
substansia dasar. Serat-serat ini, terutama serta kolagen, membentuk tendo,
aponeurosis, simpai organ, dan membran pembungkus sistem saraf pusat
(meningen) (Wijayanti dkk, 2019).
Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi
yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal dapat menyebabkan
kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien
sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Termasuk ke dalam posisi
janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,
berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi
statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area
tubuh seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah yang paling
sering mengalami cedera. (Andini, 2015)
Pekerja pada industri bangunan mendapat keluhan LBP akibat
posisi kerja yang buruk dalam mengangkat beban, serta para pekerja
memiliki kebiasaan memposisikan tubuh yang salah ketika bekerja
misalnya, ketika mengangkat beban ada gerakan membungkuk dan
33
dengan masa kerja <4 tahun. Semakin lama kerja seseorang dapat menyebabkan
terjadinya kejenuhan pada daya tahan otot dan tulang secara fisik maupun psikis.
(Koesyanto, 2013).
Tn. D telah bekerja sambilan sebagai pekerja bangunan untuk membangun
rumahnya selama kurang lebih 14 tahun dengan jumlah jam pajanan 8-9 jam/hari.
Saat bekerja mengharuskan pasien berdiri membungkuk dalam waktu yang lama
dan banyak getaran yang dirasakan secara berulang yang dapat menyebabkan
cedera trauma kumulatif. Pada BRIEF Survey didapatkan hasil posisi tangan
kanan dan kiri risiko rendah, bahu kanan dan kiri risiko rendah, leher risiko
sedang dan punggung risiko tinggi sehingga berisiko menimbulkan keluhan
muskuloskeletal. Kesimpulan : pajanan cukup menimbulkan keluhan pasien.
7. Diagnosis Okupasi
Penyakit Low Back Pain (LBP) yang dialami oleh Tn. D bukan
merupakan penyakit akibat kerja. Hal ini dikarenakan, selain faktor
pekerjaan, terdapat beberapa faktor individu yang dapat mempengaruhi
penyakit pasien.
I. Penatalaksanaan
36
1. Medikamentosa
a. Ibuprofen 400 mg 2x1
b. Vitamin B Kompleks 1x1
c. Vitamin B1 500 mg 1x1
2. Okupasi
a. Istirahat yang cukup
b. Mengurangi durasi kerja
c. Melakukan peregangan sebelum dan setelah bekerja
d. Memperhatikan posisi ergonomik
e. Makan makanan yang bergizi
f. Olahraga teratur
g. Menggunaan baju pengaman(korset)
h. Kurangi mengangkat beban berat
J. Prognosis
Prognosis kondisi TN. D tergantung dari banyak aspek diantaranya upaya
pencegahan terhadap penyebab yang dapat menjadi pencetus LBP dan
pengobatan penyakit sehingga prognosisnya adalah:
Ad vitam : Ad Bonam
Ad functionam : Ad Bonam
Ad sanationam : Ad Bonam
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan karena
pekerjaan atau lingkungan kerjanya. Pada kasus ini (Tn. D) didiagnosis
sebagai Low Back Pain (LBP) dan bukan termasuk penyakit akibat kerja.
2. Bahaya potensial yang terdapat pada pekerja bangunan antara lain:
Biologi : Tidak ada
Kimia : Debu batu, semen dan pasir
Fisika : suhu panas
Ergonomi : Posisi kerja statis (berdiri membungkuk), mengangkat
beban berat,
Psikosial : kurang istirahat
B. Saran
1. Bagi penulis agar menambah pengetahuan mengenai kedokteran okupasi
dan penilaian bahaya potensial di lingkungan kerja.
2. Bagi tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
pada pasien LBP terutama yang dialami pekerja.
3. Bagi pasien lebih memperhatikan kesehatannya dengan mengetahui
bahaya potensial di lingkungan kerjanya dan diharapkan dapat
mengurangi kegiatan yang dapat memicu munculnya gejala LBP.
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Andini, F. 2015. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. Jurnal MAJORITY
4(1): 12-19
Anggraika P, Apriany A, Pujiana D. 2019. Hubungan Posisi Duduk dengan
Kejadian Low Back Pain (LBP) pada Pegawai Stikes. Jurnal Aisyiyah
Medika 4(1): 1-10.
Aprilia, L., Solichin, Puspitasari, S.T. 2021. Gambaran Keluhan Low Back Pain
(LBP) pada Pekerja Menjahit dengan Pengukuran Visual Analog Scale
(VAS) Sport Science and Health 3(3): 117-127
Astuti, Rahmaniyah Dwi. 2007. Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan Beban
Angkat Terhadap Keluhan Musculusceletal.
https://www.google.co.id/ejournal. Diakses pada tanggal 6 Juni 2020.
Ayuningtyas, Santie. 2012. Hubungan antara masa kerja dan resiko terjadinya
Nyeri Punggung Bawah pada karyawan PT. Krakatau Steel di Cilegon
Banten. Universitas Muhammadiyah Surakarta .
Chenny, Meliyanti. 2012. Hubungan Sikap Tubuh Dan Shift Kerja Dengan
Gangguan Otot Punggung Bawah (Low Back Pain) Terhadap Pekerja
Bagian Produksi Kelapa Sawit (PKS) Luwu I PTPN XIV Burau Tahun
2012. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Chou R, Qaseem A, Owens DK. 2011. Radiology Test for Patients with Low
Back Pain: High-Value Health Care Advice from the America College
of Physicians. Annals of Internal Medicine. 154:181-90.
Firdaus, Oktri Muhammad. Sutrio. 2011. Analisis Pengukuran RULa dan REBA
Petugas Pada Pengangkatan Barang di Gudang dengan Menggunakan
Software Ergointelligence (Studi Kasus: Petugas Pembawa Barang di
Toko Dewi Bandung). Universitas Widyatama
Fitriani, NA., Febri EBS, dan Andari, D. 2017. Hubungan Antara Overweight
dengan Nyeri Punggung Bawah di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Periode
Januari-Desember Tahun 2013. Saintika Medika 11 (1) :39-44
Fitrina, R. 2018. NYERI PUNGGUNG BAWAH (LBP), yankes kemenkes RI.
Available at: http://yankes.kemkes.go.id/read-low-back-pain-lbp-
5012.html Accessed: 15 Juni 2021
Haikal M, Wijaya S M. 2018. The Risk of Low Back Pain (LBP) in Workers with
Whole Body Vibration (WBV) Exposures. Journal Agromedicine 5(1):
529-533.
Huldani D. 2012. Nyeri Punggung. J Kedokt Univ Lambung Mangkurat, 1(5): 21-
25
Koesyanto, H. 2013. Masa Kerja Dan Sikap Kerja Duduk Terhadap Nyeri
Punggung. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9 (1) (2013) 9-14.
Lalupanda, E.Y., Rante, S.D.T., Dedy, M.A.E. 2019. Hubungan Masa Kerja
Dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Penjahit Sektor Informal
Di Kelurahan Solor Kota Kupang. Cendana Medical Journal 18(3)
44
Munir S. 2012. Analisis Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Bagian Final
Packing Dan Part Supply Di Pt. X. 2012; Cendana Medical Journal ,
46(5):1-7.
Netter Fh. Atlas Of Human Anatomy 25 Th Edition [Internet]. 2014 [Cited 2020
June 13]. Available From:
Http://Netterreference.Com/Elsevier/Netter_S_Clinical_Anatomy/B/Book
d etails/34
Rahmat N,dkk. 2019. Hubungan Lama Duduk dan Sikap Duduk Terhadap
Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Penjahit Rumahan di Kecamatan
Tasikmadu. Journal of Health Science and Prevention 3(2): 79-85.
45
Swleboda, P., et.al. 2013. Assessment of Pain: Types, Mechanism, and Treatment.
Ann Agric Environ Med, 1:2-7.
Wijayanti, F., Oktafany, M., Ramadhian, R., Saftarina, F., Canias E. 2020.
Kejadian Low Back Pain (LBP) pada Penjahit Konveksi di Kelurahan
Way Halim Kota Bandar Lampung. Jurnal Medula, 8(2):82-87.
World Health Organization. 2013. Low Back Pain. Priority Medicines for Europe
and The World. 81: 671-6
Lampiran Dokumentasi
(Anamnesis Pasien)