Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN PENGAMATAN

KEDOKTERAN OKUPASI

INDUSTRI KERUPUK KULIT ASSYIFA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Disusun oleh :
R. Adhika Putra S 12100118065
Methia Trilaksana 12100118145
Siti Fauziyyah Utami 12100118134
Diandra Shafira 12100118108

Preseptor :
Dr. Titik Respati, drg. MSc-PH
Bea Primawati, drg..

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
UPT PUSKESMAS BOJONGSOANG
KABUPATEN BANDUNG
2018
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya Laporan Home Industry ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ieva B. Akbar, dr., AIF selaku Dekan Fakultas Kedokteran
UNISBA.
2. Titik Respati, drg., MSc.PH selaku koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran UNISBA serta sebagai perseptor bagian
3. Bea Primawati, drg. . selaku preseptor lapangan dan kepala UPT
Bojongsoang
4. Lita Ratna Rosita N., drg. selaku kepala Puskesmas Bojongsoang
5. PIRT Kerupuk Kulit ASSYIFA
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya mengingat keterbatasan dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 29 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL............................................................................................................... 4
DAFTAR SINGKATAN ................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 5
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................... 6
BAB II DESKRIPSI SINGKAT INDUSTRI ..................................................................... 8
2.1 Profil Industri ...................................................................................................... 8
2.1.1 Sejarah Industri ............................................................................................... 8
2.1.2 Geografi Wilayah ........................................................................................ 9
2.1.3 Sumber Daya Manusia .................................................................................. 10
2.1.4 Jam Kerja ...................................................................................................... 10
2.1.5 Sarana dan Prasarana .............................................................................. 11
2.1.6 Proses Pembuatan Hasil Industri............................................................. 15
2.1.7 Jaminan Kesehatan Pekerja ..................................................................... 17
BAB III LAPORAN KASUS OKUPASI ......................................................................... 30
3.1 LAPORAN KASUS OKUPASI I (Diandra Shafira) .............................................. 31
3.2LAPORAN KASUS OKUPASI II (Methia Trilaksana) .......................................... 41
3.3 LAPORAN KASUS OKUPASI III (Siti Fauziyyah U.) ......................................... 51
3.4 LAPORAN KASUS OKUPASI IV (R. Adhika Putra S.) ...................................... 65
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN................................................................................ 79
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 79
4.2 Saran ................................................................................................................. 79
LAMPIRAN....................................................................... Error! Bookmark not defined.

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Identifikasi Hazard dan Risk Assessment...............................................13


Tabel 2.2 Risk Outcome .........................................................................................18

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Denah Pabrik Kerupuk Kulit Assyifa…………………….…….. 12

Gambar 2 Tempat Pembungkusan Kerupuk Kulit……....………………… 12

Gambar 3 dan 4 Tempat Penggorengan dan Penyimpanan Kerupuk Kulit.. 13

Gambar 5 Tempat Perendaman dan Pewarnaan Kulit……………....……...13

Gambar 6 dan 7 Tempat Pemotongan Kulit...…………………………….. 14

Gambar 8 Tempat Pengeringan Kulit………………………...…………… 14

5
BAB I
RINGKASAN EKSEKUTIF

Industri kerupuk kulit Assyifa merupakan pabrik industri rumah tangga

yang sudah berdiri sejak tahun 2005. Industri kerupuk dorodok ini pada awalnya

memproduksi berbagai jenis kerupuk namun sejak tahun 2008 industri ini utama

memproduksi kerupuk kulit dan hanya sebagian kecil kerupuk jenis lainnya.

Industri ini dikelola oleh sepasang suami istri (Bapak Mastur dan Ibu Dedeh)

dimana awalnya hanya memiliki pekerja 4 orang hingga saat ini memiliki sekitar

25 orang. Pabrik industri dorokdok ini terletak di Kampung Cijeruk RT 04 RW 08

Desa Bojongsari Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung Provinsi Jawa

barat. Luas bangunan industri sekitar 40 tumbak atau 560 m2 dengan jarak tempuh

ke Puskesmas Bojongsoang sekitar 6 km.

Jumlah pekerja pada industri ini yaitu 25 orang terdiri dari 19 orang laki-

laki dan 6 orang perempuan. Masing-masing pekerja memiliki tugas yang berbeda.

Ada yang bertugas di bagian pembuatan, pengemasan, dan penjualan. Jam

operasional industri pembuat kerupuk kuit ini dimulai dari pukul 07.00-16.00 WIB

dengan waktu istrirahat menyesuaikan untuk makan siang dan sholat.

Selama proses produksi terdapat beberapa posisi yang tidak ergonomis

dimana saat proses penggorengan kerupuk pekerja akan berdiri dengan waktu yang

cukup lama. Selain itu pekerja juga tidak menggunaka alat pelindung diri (APD)

sehingga memungkinkan terjadinya penyakit akibat kerja maupun kecelakaan

akibat kerja. Saat proses pengemasan pekerja akan duduk lama dengan posisi

bersila dan sedikit membungkuk sehingga dapat menyebabkan pegal pegal dan low

back pain. Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko di lingkungan kerja yang bisa

6
menimbulkan kecelakaan kerja seperti kemungkinan luka sayat akibat pisau

pemotongan kulit, luka bakar saat proses penggorengan dan saat proses

pengemasan. Risiko terkenanya gangguan pernafasan juga dapat terjadi diakibatkan

ventilasi dirumah produksi yang tidak sesuai, adanya kandang burung, serta parkir

motor pekerja didalam ruang produksi yakni bagian pengemasan. Produksi kerupuk

kulit ini tidak menghasilkan limbah berbahaya yang dapat mencemari lingkungan

di sekitar tempat produksi.

Industri kerupuk kulit yang dimiliki oleh Bapak Mastur dan Ibu Dedeh

pegawai yang berasal dari luar kota dan tetangga sekitar. Pegawai tidak memiliki

asuransi kesehatan maupun kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) di

rumah produksi tersebut.

Berdasarkan hasil observasi masalah-masalah yang ditemukan di produksi

industri ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode Identifikasi

Hazard and Risk Assessment dan didapatkan masalah dengan risiko yaitu Low Back

Pain, Myalgia, dan Burn Injury. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat

digunakan untuk mengatasi hal tersebut diantaranya adalah proses pembuatan dan

pengemasan menggunakan APD seperti sarung tangan, apron, dan masker.

7
BAB II
DESKRIPSI SINGKAT INDUSTRI

2.1 Profil Industri

2.1.1 Sejarah Industri

Industrik kerupuk kulit Assyifa berdiri sejak tahun 2005 di Jalan Cijagra,

Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. Tiga tahun kemudian, pada tahun 2008,

Industri ini berpindah dan menetap hingga saat ini di Kampung Cijeruk, Desa

Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang. Sebelumnya pada tahun 2006, Industri

pernah beroperasi di Jalan Sukabius, Kecamatan Dayeuhkolot, Kota Bandung.

Industri ini dirintis oleh Bapak Mastus bersama istrinya, Ibu Dedeh. Pada mulanya,

industri ini beroperasi dalam memproduksi olahan kerupuk jadi. Namun, pada

tahun 2008 industri ini mulai memproduksi kerupuk kulit atau yang dikenal di

Masyarakat Sunda sebagai kerupuk dorokdok. Alasan yang diutarakan oleh sang

pemilik mengubah produksi kerupuk jadi menjadi kerupuk kulit dorokdok karena

ingin mencoba mengolah kulit yang saat itu masih jarang diolah menjadi kerupuk,

ditengah maraknya pengolahan kerupuk jadi oleh pabrik lain yang sejenis.

Bangunan yang digunakan untuk beroperasi adalah rumah Bapak Mastus

dan sekarang turut ditempati oleh pekerja pabrik rantauan. Pada awal beroperasi

pada tahun 2008, luas bangunan industri tidak seluas saat ini. Beberapa kali Bapak

Mastus mengontrak lahan disekitar bangunan pabrik, sehingga luas bangunan bisa

meluas seperti saat ini. Bangunan permanen ini digunakan untuk memproduksi

kerupuk kulit dari mulai proses perendaman kulit mentah, pemotongan kulit,

pewarnaan dan pembumbuan kulit, pengeringan kulit, penggorengan kulit,

pengemasan kerupuk, hingga pendistribusian kerupuk.

8
Industri kerupuk kulit Assyifa memiliki lima pekerja pada awal beroperasi

bersama dengan pemilik industri. Lambat laun jumlah pekerja semakin banyak

hingga mencapai 25 orang pekerja, terdiri dari 19 orang pekerja pria dan 6 orang

pekerja wanita.

Produk yang dipasarkan pada awal industri beroperasi adalah beberapa jenis

kerupuk siap saji yang diolah dari kerupuk mentah. Untuk saat ini, produk utama

yang dipasarkan adalah kerupuk kulit, namun pemilik industri masih memproduksi

dan mendistribusikan kerupuk siap saji dengan pasokan produksi yang sudah mulai

menurun.

Pemasaran dilakukan selama enam hari dari satu minggu menggunakan

sepeda motor didistribusikan ke beberapa daerah di Bandung dan sekitar Bandung.

Produk dipasarkan ke daerah Bojongsoang, Soreang, Cimahi, Rancaekek, hingga

Padalarang.

Modul yang digunakan pada awal industri beroperasi sekitar

Rp5.000.000,00. Dengan penjualan kerupuk berkisar antara Rp1.000,00 hingga

Rp3.000,00, industri ini mampu memasok keuntungan hingga Rp10.000.000,00

hingga Rp20.000.000,00 per bulan.

2.1.2 Geografi Wilayah

Industri kerupuk kulit Assyifa terletak di Kampung Cijeruk RT 04 RW 08,

Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongkoneng, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa

Barat. Luas lahan kerja pembuatan kerupuk kulit ini sekitar 40 tumbak atau 560 m2

dengan jarak tempuh ke Pustu Bojongsari sekitar 500 m dan menuju Puskesmas

Bojongsoang sekitar 6 km. Lokasi industri dekat dengan Balai Desa Bojongsari,

terletak tidak jauh dari jalan utama Desa Bojongsari. Akses jalan menuju instri ini
9
bisa dilalui oleh motor maupun mobil, namun dalam beberapa kondisi akses jalan

kerap sulit dilalui oleh mobil karena sering digunakan menjadi pasar dadakan. Letak

industri ini terletak disebelah aliran Sungai Citarum, dikelilingi oleh lahan sawah

penduduk, dan dekat dengan pemukiman penduduk.

2.1.3 Sumber Daya Manusia

Total pekerja yang aktif bekerja saat ini berjumlah 25 orang, terdiri dari 19

pekerja pria dan 6 orang pekerja wanita. Rentang usia pekerja adalah 21 hingga 50

tahun dengan mayoritas tingkat pendidikan adalah lulusan SD-SMP. Pembagian

tugas kerja antara lain 2 orang bertugas untuk merendam, mewarnai, dan

mengeringkan kulit, 6 orang bertugas untuk memotong kulit, 4 orang bertugas

untuk menggoreng kulit, 6 orang bertugas untuk mengemas kerupuk, dan 15 orang

bertugas untuk mendistribusikan kerupuk. Setiap bagian kerja dilakukan sistem

rolling sehingga satu pekerja mampu bekerja dalam 2-3 jenis bagian kerja yang

berbeda, kecuali untuk bagian pengemasan hanya dilakukan oleh pekerja wanita

tanpa dilakukan sistem rolling.

2.1.4 Jam Kerja

Pekerja mulai bekerja dari pukul 07.00 – 16.00, dengan pembagian waktu

kerja yang berbeda untuk setiap bagian pekerjaan. Bagian perendaman dimulai dari

pukul 07.00 – 08.00. Bagian Pemotongan dimulai dari pukul 07.00 – 12.00.

Selanjutnya, bagian pewarnaan dan pengeringan dimulai dari pukul 08.00 – 12.00.

Bagian penggorengan dimulai setelah bagian pemotongan dan pengeringan selesai,

dimulai dari pukul 13.00 – 16.00. Bagian pengemasan dimulai dari pukul 07.00 –

16.00. Untuk bagian pendistribusian dimulai dengan waktu yang berbeda antara

10
pukul 05.00 – 16.00, tergantung dari jarak pendistribusian kerupuk. Semakin jauh

jarak distribusi maka semakin dini waktu pekerja untuk berangkat.

Waktu istirahat kerja umunya pada pukul 12.00 – 13.00 yang digunakan

untuk makan siang dan shalat dzuhur. Akan tetapi, dalam beberapa kondisi apabila

pekerjaan lebih cepat atau lebih lama selesai, maka waktu istirahat bisa semakin

cepat atau semakin lama pula.

2.1.5 Sarana dan Prasarana

Pabrik industri dorokdok ini terletak di Kampung Cijeruk RT 04 RW 08

Desa Bojongsari Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung Provinsi Jawa

barat. Luas bangunan industri sekitar 40 tumbak atau 560 m2 dengan jarak tempuh

ke Puskesmas Bojongsoang sekitar 3 kilometer.

Alat yang dimiliki pabrik :

 Kompor (3 buah)

 Wajan besar (3 buah)

 Spatula penyaring besar (1 buah)

 Saringan untuk menabur bumbu

 Sumbu

Ruangan :

 Ruangan untuk memotong dan membungkus

 Ruangan untuk menggoreng dan menyimpan kerupuk yang sudah di

goreng

 Lahan untuk menjemur

 Ruangan untuk beristirahat


11
 Dapur

 Kamar mandi

Gambar 1 Denah Pabrik Kerupuk Kulit Assyifa

Gambar 2 Tempat Pembungkusan Kerupuk Kulit

12
Gambar 3 dan 4 Tempat Penggorengan dan Penyimpanan Kerupuk

Kulit

Gambar 5 Tempat Perendaman dan Pewarnaan Kulit

13
Gambar 6 dan 7 Tempat Pemotongan Kulit

14
Gambar 8 Tempat Pengeringan Kulit

2.1.6 Bahan Baku Pembuatan Hasil Industri

1. Kulit sapi

15
2. Pewarna makanan Tartrazine

3. Penyedap rasa Royco

16
4. Penyedap rasa Mi-won

5. Bawang putih

6. Minyak kelapan curah

2.1.7 Proses Pembuatan Hasil Industri

1. Kulit yang sudah dikirimkan dari Garut, disimpan di tempat

penyimpanan tanpa alas sehingga memungkinkan adanya kontaminasi

mikroba

17
2. Kulit kemudian direndam di dalam bak yang sudah diisi air dalam

keadaan terbuka memungkin adanya kontaminasi mikroba

3. Kemudian kulit akan dipotong menjadi potongan yang kecil dengan

posisi pekerja yang tidak ergonomis. Selain itu pekerja juga tidak

menggunakan APD sehingga dapat menimbulkan luka benda tajam.

Irisan kulit yang sudah dipotong juga tidak diletakkan pada tempat yang

higienis sehingga memungkinkan terkontaminasi mikroba.

18
4. Kulit selanjutnya di cuci kembali dimana pekerja menyuci nya dengan

posisi berdiri

5. Kulit ditiriskan kemudian diberi pewarna makanan, garam dan bawang

putih yang sudah dihaluskan. Saat proses pewarnaan pekerja tidak

menggunakan APD sehingga memungkinkan adanya iritasi pada kulit

tangan pekerja
19
6. Selanjutnya kulit di keringkan dibawah sinar matahari dimana kulit yang

dijemur ditempatkan pada lahan dekat dengan kandung burung sehingga

memungkinkan kontaminasi kotoran burung. pekerja yang

memindahkan kulit tidak menggunakan alas kaki sehingga

memungkinkan adanya trauma benda tumpul. Selain itu, pekerja

memindahkan kulit dengan posisi yang tidak ergonomis.

7. Kulit yang sudah dikeringkan selajutnya digoreng menggunakan api

kecil selama 10 jam.

8. Kemudian kulit digoreng kembali menggunakan minyak panas hingga

kerupuk mengembang. Pada saat penggorengan pekerja tidak

menggunakan pakaian tertutup dan tidak menggunakan APD sehingga

memungkinkan adanya risiko burn injury. Adanya paparan suhu tinggi

disertai ventilasi ruang yang buruk memungkinkan risiko pekerja

mengalami heat stroke.

20
9. Kerupuk kulit selanjutnya ditiriskan dan diberi bumbu perasa seperti

garam dan pecin.selama proses pemberian bumbu tersebut pekerja tidak

menggunakan APD seperti masker sehingga memungkinkan kerupuk

terkontaminasi jika pekerja bersin ataupun batuk.

10. Kemudian kerupuk kulit disimpan di dalam tempat penyimpanan

kerupuk. Pekerja memindahkan tempat tersebut dengan posisi tidak

21
ergonomis sehingga memungkinkan pekerja mengalami LBP dan

myalgia.

11. Selanjutnya kerupuk dikemas dalam kemasan kecil. Pekerja pada bagian

pengemasan duduk membungkuk tanpa sandaran dalam waktu yang

lama. Selain itu pekerja juga memiki risiko tersundut api saat

merekatkan kemasan kerupuk. Kerupuk juga berisiko terkontaminasi

oleh kotoran burung akibat tempat pengemasan bersatu dengan tempat

penyimpanan sarang burung.

22
12. Kerupuk yang sudah dikemas kemudian didsitribusikan oleh pekerja

menggunakan sepeda motor. Rata-rata pekerja medistribusikan

kerupuk selama 7-9 jam. Hal tersebut berisiko pekera mengalami

myalgi akibat adanya posisi statis dalam waktu lama.

2.1.7 Jaminan Kesehatan Pekerja

Seluruh pekerja belum memiliki asuransi kesehatan. Jika ada pekerja yang

mengalami kecelakaan akibat kerja, pekerja tersebut akan segera dibawa ke dokter.

Kotak P3K dan prosedur kesehatan keselamatan kerja tidak tersedia di tempat

produksi.

23
HAZARD RISIKO
PEKERJA Bahaya Bahaya Bahaya
Bahaya Fisika Bahaya Biologi PAK/PAHK KAK
Kimia Ergonomis Psikososial
Perendaman Kulit
Sapi Lantai licin a. Resiko jatuh

Tidak
menggunakan Trauma benda
b.
alas kaki yang tajam
tertutup
Kulit sapi yang
Food
terkontaminasi c.
poisoning
mikroba
d. Memindahkan
tumpukan kulit LBP
sapi dengan Myalgia
posisi tidak Radikulopati
ergonomis
Melakukan
perkerjaan
dalam jangka
Headache,
e. waktu yang
Stress
lama tanpa
rotasi

Pemotongan kulit Tidak


sapi memakai Vulnus
f.
sarung schisum
tangan
g. Alas duduk
tidak Resiko jatuh
ergonomis

24
HAZARD RISIKO
PEKERJA Bahaya Bahaya Bahaya
Bahaya Fisika Bahaya Biologi PAK/PAHK KAK
Kimia Ergonomis Psikososial
h. Posisi
memotong kulit
sapi dalam Myalgia
jangka waktu
yang lama
i. Posisi duduk LBP
tidak Radikulopati
ergonomis Myalgia
Pemotongan kulit
sapi
Potongan kulit
sapi yang
terkontaminasi
mikroba, Food
j.
Potongan kulit poisoning
tidak diletakan
pada wadah
yang hiegenis

Pembumbuan,
Iritasi pewarna Dermatitis
Pewarnaan Kulit k.
makanan kontak iritan
Sapi
Tidak
Pengeringan Kulit menggunakan Trauma benda
l.
Sapi alas kaki yang tajam
tertutup

25
HAZARD RISIKO
PEKERJA Bahaya Bahaya Bahaya
Bahaya Fisika Bahaya Biologi PAK/PAHK KAK
Kimia Ergonomis Psikososial
m. Posisi
LBP
mengangkat
Radikulopati
kulit tidak
Myalgia
ergonomis
Paparan
suhu
panas
dalam n. Heat stroke
jangka
waktu
lama
Pengeringan Kulit
Sapi

Kontaminasi
Food
kulit oleh o.
poisoning
kotoran burung

Tidak
Pemberian
menggu
Penyedap Rasa dan
nakan Burn Injury
Penggorengan
pakaian
Kulit Sapi
tertutup

26
HAZARD RISIKO
PEKERJA Bahaya Bahaya Bahaya
Bahaya Fisika Bahaya Biologi PAK/PAHK KAK
Kimia Ergonomis Psikososial
CO
Asap
p. poisoning
pembakaran
Burn Injury

Paparan suhu
tinggi jangka q. Heat stroke
panjang

Pemberian Berdiri dalam


Penyedap Rasa dan posisi jangka
Myalgia
Penggorengan waktu yang
Kulit Sapi lama
Sarung tangan
r.
lembab dan Dermatitis
s.
kotor

t. Posisi duduk
LBP
tidak
Myalgia
ergonomis

Pengemasan Tersulut
Kerupuk Kulit api
ketika
mengem u. Burn Injury
as
kerupuk
kulit

27
HAZARD RISIKO
PEKERJA Bahaya Bahaya Bahaya
Bahaya Fisika Bahaya Biologi PAK/PAHK KAK
Kimia Ergonomis Psikososial

Kontaminasi
Pengemasan Food
kerupuk oleh v.
Kerupuk Kulit poisoning
kotoran burung

Melakukan
Terkena
perkerjaan
api saat
Pengemasan dalam jangka Headache
merekatk w. Burn Injury
Kerupuk Kulit waktu yang Stress
an
lama tanpa
kemasan
rotasi
Paparan panas
dalam jangka
Heat Stroke
waktu yang
lama

Posisi duduk
degan tangan
Distribusi Kerupuk
memegang
Kulit
kemudi dalam
Myalgia
jangan waktu
LBP
yang lama

Distribusi Kerupuk Posisi tangan


CTS
Kulit memutar gas

28
HAZARD RISIKO
PEKERJA Bahaya Bahaya Bahaya
Bahaya Fisika Bahaya Biologi PAK/PAHK KAK
Kimia Ergonomis Psikososial
dalam jangka
waktu yang lama

Jam kerja
yang lama
tanpa Headache
dilakukan Stress
rotasi bagian
kerja

29
2.1.9 Risk Outcome

Likehood Consequence
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
1 2 3 4 5
Almost Myalgia, 10 15 20 25
Certain Stress (5)
5
Likely 4 Headache (8) Vulnus, LBP 16 20
4 (12)
Possible 3 6 Burn Injury, 12 15
3 Radikulopati
(9)
Unlikely 2 4 Food 8 10
2 Poisoning
(6)
Rare 1 Dermatitis, CO Heat Stroke 5
1 CTS (2) Poisoning (4)
(3)

Keterangan :

Berdasarkan identifikasi masalah di atas diketahui prioritas masalah dengan menggunakan


metode criteria matrx risk assesment didapatkan masalah yang telah terjadi pada pasien adalah
Low Back Pain (LBP) dan Vulnus yang merupakan significant risk.

30
BAB III
LAPORAN KASUS OKUPASI

3.1 LAPORAN KASUS OKUPASI I (Diandra Shafira)


3.1 Identitas Umum
Nama : Tn. E
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 40 Tahun
Alamat : Ciamis
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Marital : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Tanggal Pemeriksaan : 22 Oktober 2018

3.2 Anamnesis Umum


3.2.1 Keluhan Utama : Pegal – pegal di daerah pinggang dan lengan atas

3.2.2 Anamnesis Khusus


Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan adanya pegal – pegal di area pinggang.

Riwayat Pengobatan:
Pasien tidak menggonsumsi obat apapun untuk LBP.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan:


Ibu pasien mempunyai riwayat hipertensi.

Riwayat Aktivitas Sehari-hari (Makan, Minum, Olahraga, Kebiasaan):

 Setiap pekerja di berikan makan 2 x 1 oleh pemilik pabrik


 Pasien meminum kopi setiap pagi
 Pasien mengonsumsi air putih sebanyak 5 botol x 600 ml air putih
 Pasien tidak pernah olahraga

31
3.2.3 Anamnesis Okupasi
1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali bekerja sampai
sekarang, serta lama kerja di setiap pekerjaan tersebut!

Pasien sudah bekerja sejak 2008 hingga sekarang. Pasien bekerja merendam kulit
sapi, memotong kulit sapi, mewarnai kulit sapi, menjemur kulit sapi yang sudah di
potong, dan menggoreng kulit sapi yang sudah kering.
2. Uraian tugas/pekerjaan (yang dianggap berisiko untuk terjadinya keluhan):

Pasien bekerja merendam kulit sapi, memotong kulit sapi, mewarnai kulit sapi,
menjemur kulit sapi yang sudah di potong, dan menggoreng kulit sapi yang sudah
kering. Pada saat bekerja merendam kulit sapi pasien memindahkan dengan posisi
tidak ergonomis, pada saat memotong posisi duduk pasien duduk dengan posisi tidak
ergonomis selama 5 jam, pada saat mewarnai pasien tidak menggunakan sarung
tangan sehingga terjadi paparan langsung zat kimia. pada saat menggoreng bisa
menghabiskan waktu 4 jam dan dalam posisi berdiri

3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada lingkungan
kerja?
HAZARD RISIKO
PEKER Bahay
JA Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
a PAK/PAHK KAK
Fisika Biologi Ergonomis Psikososial
Kimia
Perenda
man Lantai licin x. Resiko jatuh
Kulit
Sapi Tidak
menggunak
Trauma
an alas kaki y.
benda tajam
yang
tertutup
Kulit
sapi yang
Food
terkonta z.
poisoning
minasi
mikroba
aa. Memindah
kan
LBP
tumpukan
Myalgia
kulit sapi
Radikulopat
dengan
i
posisi tidak
ergonomis
Melakukan
perkerjaan
dalam
jangka Headache,
bb.
waktu yang Stress
lama tanpa
rotasi

32
HAZARD RISIKO
PEKER Bahay
JA Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
a PAK/PAHK KAK
Fisika Biologi Ergonomis Psikososial
Kimia
Pemoton Tidak
gan kulit memakai Vulnus
cc.
sapi sarung schisum
tangan
dd. Alas duduk
tidak Resiko jatuh
ergonomis
ee. Posisi
memotong
kulit sapi
dalam Myalgia
jangka
waktu yang
lama
ff. Posisi LBP
duduk tidak Radikulopati
ergonomis Myalgia
Pemoton Potongan
gan kulit kulit sapi
sapi yang
terkonta
minasi
mikroba,
Potongan Food
gg.
kulit poisoning
tidak
diletakan
pada
wadah
yang
hiegenis
Iritasi
Pewarna pewarn
Dermatitis
an Kulit a hh.
kontak iritan
Sapi makan
an
Tidak
menggunak
Trauma
an alas kaki ii.
benda tajam
Pengerin yang
gan tertutup
Kulit
jj. Posisi
Sapi LBP
mengangka
Radikulopati
t kulit tidak
Myalgia
ergonomis
Paparan
Pengerin
suhu
gan
panas kk. Heat stroke
Kulit
dalam
Sapi
jangka

33
HAZARD RISIKO
PEKER Bahay
JA Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
a PAK/PAHK KAK
Fisika Biologi Ergonomis Psikososial
Kimia
waktu
lama

Tidak
Penggor
mengguna
engan
kan Burn Injury
Kulit
pakaian
Sapi
tertutup
Asap CO
pemba ll. poisoning
karan Burn Injury
Paparan
Penggor
suhu
engan
tinggi Heat stroke
Kulit
jangka
Sapi
panjang
Berdiri
dalam posisi
jangka Myalgia
waktu yang
lama
Sarung
tangan
Dermatitis
lembab
dan kotor

4. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami?


Adanya keluhan yang dialami disebabkan oleh pekerjaan.

3.3 Pemeriksaan Fisik


3.3.1 Kesan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

3.3.2 Tanda Vital


Tekanan Darah : 120/80
Nadi : 84
Respirasi : 24
Suhu : normal

3.3.3 BMI (Body Mass Index)


Berat Badan : 55 Kg
34
Tinggi Badan : 165 cm
BMI : 20,20 normal (Normal BMI = 18.5–24.9)

3.3.4 Status Generalis


Kepala
Mata : normal
Hidung : normal
Mulut : normal

Leher
JVP : normal
KGB : tidak ada
Kelenjar tiroid : normal

Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas atas : ICS III linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 reguler, murmur -, gallop–

Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dan bentuk simetris
Palpasi : Pergerakan kanan=kiri, pelebaran ICS -/-, vocal fremitus +/+, ekspansi
dada simetris
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : VBS kanan=kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi : Datar
35
Palpasi : lembut, nyeri tekan -, massa -, hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Perkusi : timpanik, ruang traube sonor
Auskultasi : Bising Usus (+) normal, 9-10x/menit

Atas Ka-Ki Bawah Ka-Ki


Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-

Capillary refill <2 detik Normal Normal

Kekakuan otot 5/5 5/5

Tonus Normal Normal

Atrofi Normal Normal

Tidak ada penurunan Tidak ada


Sensorik
sensorik penurunan sensorik

Neurologis

Fisiologis
Kanan kiri
Biceps + +
Triceps + +
Brachioradialis + +
Patella + +
Achilles + +

Patologis
Kanan kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaefer - -

36
3.3 Pemeriksaan Fisik Khusus
ROM : pergelangan tangan kanan dan kiri : penuh
Motorik : pergelangan tangan, dan kelima jari : normal
Sensorik : tes propioceprion : normal
Tes sensasi : normal
Hoffmann-Tinel sign ( -/-)
Phalen sign (-/-)
3.4 Resume Temuan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pasien berumur 40 tahun, pasien telah bekerja sejak 2008. Pasien bekerja di bagian
merendam, memotong, mewarnai, menjemur dan menggoreng. Pasien bekerja sejak pukul
7.00 – 16.00. Pasien mengeluhkan seringnya nyeri di bagian punggung belakang. Pasien
mempunyai riwayat penyakit magh sedangkan dari riwayat keluarga pasien ada yang
menderita hipertensi. Pemeriksaan fisik pasien tidak ditemukan kelainan apapun.
3.6 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

3.7 Body Map

3.8 Diagnosis Kerja


Low back pain

3.9 Diagnosis Diferensial

 Myalgia
 Radikulopati

37
3.10 Diagnosis Okupasional
1. Langkah 1
Diagnosis klinis: LBP
Dasarnya: Pasien merasakan sakit di punggung bawah, keluhan pasien ini sudah dirasakan
sejak lama dan keluhan tersebut timbul ketika terlalu lama bekerja atau kelelahan. Setelah di
tanyakan pasien tidak pernah terjatuh, trauma di bagian punggung bawah, riwayat penyakit
ginjal dan ISK. Pasien meringankan sakit pada punggung bawah dengan cara beristirahat atau
di pijat.
2. Langkah 2
Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap permasalahan kesehatan.
Dasarnya pajanan:

 Fisik : panasnya saat menggoreng / terkena minyak panas


 Kimia : pewarna makanan
 Biologi : mikroba yang berasar dari kulit sapid an kotoran burung
 Ergonomi/fisiologi : posisi duduk dan mengangkat yang tidak sempurna
 Psikososial : bosan
 Lainnya : Terkena benda tajam dan terkena minyak panas

3. Langkah 3
Jelaskan Evidenced Based (landasan secara teoritis) pajanan dengan penyakit yang ada
(diagnosis klinis).
Dasarnya:
Banyaknya posisi yang tidak ergonomis pada saat bekerja menimbulkan gejala yang dirasakan
pasien saat ini yaitu nyeri di bagian punggung bawah. Pekerjaan dengan beban yang berat dan
perancangan alat yang tidak ergonomis pada pekerja pabrik mengakibatkan pengerahan tenaga
berlebihan dan postur yang salah seperti memutar dan membungkuk menyebabkan risiko
terjadinya MSDs dan kelelahan dini (Sarmauly,2009)

4. Langkah 4
Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis

Ya

Dasarnya: Pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan posisi yang tidak ergonomis
sehingga menyebabkan keluhan yang di rasakan.

5. Langkah 5
Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis, bila ada sebutkan!

Dasarnya: bisa saja jika pasien duduk tidak ergonomis dan membawa barang tidak ergonomis.

38
6. Langkah 6

Apa terpajan bahaya potensial yang sama seperti di langkah 3 di luar tempat kerja?

Tidak

Dasarnya:

7. Langkah 7
Apa diagnosis klinis ini termasuk penyakit akibat kerja? penyakit akibat kerja (diperberat oleh
pekerjaan atau bukan sama sekali PAK atau butuh pemeriksaan lebih lanjut?)

Ya

Dasarnya: dikarenakan pasien telah bekerja di pabrik tersebut sejak lama dengan posisi bekerja yang
tidak ergonomis sehingga sangat memungkinkan pasien mengalami keluhan tersebut

3.11 Kategori Kesehatan (pilih salah satu)

a. Kesehatan baik
b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat disembuhkan
c. Kemampuan fisik terbatas untuk pekerjaan tertentu
d. Tidak fit dan tidak aman untuk semua pekerjaan

3.12 Prognosis

Klinik/Okupasi:

ad vitam : bonam

ad functionam : dubia ad malam

ad sanationam : dubia ad bonam

PERMASALAHAN PASIEN DAN RENCANA PENATALAKSANAAN

(Primer – Sekunder – Tersier)

Target Hasil yang


Rencana tindakan Keterangan
No Jenis permasalahan waktu diharapkan
tatalaksana

Mengajarkan pasien Keluhan


Posisi yang tidak duduk dengan posisi Jam pasien
1
ergonomis yang ergonomis dan kerja dirasakan
mengedukasi juga berkurang

39
pemilik pabrik untuk
menyediakan kursi

Memberikan pasien
APD yang di butuhkan Berkurang
dan di harapkan APD nya resiko
tersebut di pakai ketika yang
bekerja. Edukasi juga Jam menyebabkan
2 Tidak memakai APD
pemilik pabrik agar kerja kecelakaan
lebih memperhatikan kerja atau
APD yang harus di mencegah
gunakan pekerja pada PAK
saat bekerja

UPAYA INTERVENSI REDUKSI HAZARD INDUSTRI

Upaya Hierarki
No Jenis Aktivitas Intervensi
Kontrol

1 Eliminasi Tidak bisa

2 Substitusi Mengganti kayu sebagai dudukan menjadi kursi

Memindahkan barang menggunakan trolly

3 Enginering Menggunakan mesin pemotong

Menggunakan mesin yang dapat memindahkan

4 Administratif Shift kerja yang tidak terlalu lama dan rotasi yang jelas.
Menambah pekerja.

5 APD Memberikan sarung tangan karet agar tidak terpapar


secara langsung pada saat mewarnai kulit, membrikan
sarung tangan kain untuk memotong dan menggoreng
dan celemek untuk digunakan pada saat menggoreng

40
3.2 LAPORAN KASUS OKUPASI II (Methia Trilaksana)

3.1 Identitas Umum


Nama : Ny. S
Jenis Kelamin :P
Usia : 29 tahun
Alamat : Desa Cijeruk
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Marital : Menikah
Pendidikan Terakhir : SLTP
Tanggal Pemeriksaan : 22 Oktober 2018

3.2 Anamnesis Umum


3.2.1 Keluhan Utama :
Nyeri punggung
3.2.2 Anamnesis Khusus
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung bawah sejak 1 bulan yang
lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul, dirasakan memberat saat bekerja dan membaik
saat beristirahat atau diobati. Pasien mengatakan keluhannya terasa mengganggu
aktifitasnya. Pasien mengatakan keluhan juga disertai dengan adanya rasa kesemutan
yang sering dirasakan pada bagian jari-jari tangannya. Pasien menyangkal keluhan
diawali dengan benturan pada punggung bawah, nyeri menjalar kearah pinggul depan.
Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri ulu hati yang dirasakan perih, dan hilang timbul.

Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah mengobati keluhan pegalnya tersebut ke dokter, untuk
meredakan nyerinya pasien sering membeli krim oles sebagai penghangat yang dibeli
di apotek, pasien menyatakan keluhan membaik tetapi kemudian tak lama keluhan
dirasakan kembali. Untuk nyeri ulu hatinya pasien mengobati sendiri dengan obat
warung dan dirasakan membaik

41
Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan:


Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga pasien, namun rekan kerja pasien
mengalami hal yang sama seperti yang pasien rasakan.

Riwayat Aktivitas Sehari-hari (Makan, Minum, Olahraga, Kebiasaan):


- Makan : 3 kali sehari,
- Minum : 5-6 gelas per hari,
- Olahraga : tidak pernah.
- Kebiasaan : Pasien sering mengkonsumsi makanan pedas. Pasien tidak memiliki
kebiasaan merokok.

3.2.1 Anamnesis Okupasi


1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali bekerja sampai
sekarang, serta lama kerja di setiap pekerjaan tersebut!
Pengemasan selama 10 tahun.

2. Uraian tugas/pekerjaan (yang dianggap berisiko untuk terjadinya keluhan):


Pasien bertugas pada bagian pengemasan dengan lama kerja 7-8 jam perhari
dengan 1 jam untuk beristirahat. Pasien melakukan proses pengemasan dengan
posisi duduk bungkuk di lantai dalam waktu yang lama. Pasien akan melakukan
kegiatan memasukkan dorokdok ke plastik kemudian merekatkannya dengan
melewatkan kemasan diatas api.

3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada lingkungan
kerja?
Uraian Bahaya Potensial Gangguan Risiko
Kegiatan Kesehata kecelakaa
Fisik Kimi Biolog Ergonomi Psikososia n yang n kerja
a i l mungkin
terjadi

Pengemasa Terkena Duduk LBP, Burn


n api saat membungku Injury
merekatka k tanpa Myalgia
n kemasan sandaran
dalam waktu
lama

42
4. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami?
Pasien mengatakan selama proses pengemasan pasien akan duduk
membungkuk tanpa sandaran dalam jangka waktu yang cukup lama dimana hal tersebut
menyebabkan bagian tulang belakang pasien berada pada posisi yang tidak ergonomis
sehingga memungkinkan adanya nyeri punggung bawah.
Selain itu pasien mengatakan bahwa pasien melakukan kegiatan yang berulang-
ulang sehingga memungkinkan adanya rasa kesemutan yang sering pasien rasakan pada
jari-jari tangan pasien. Pasien juga sering merasakan adanya rasa pegal-pegal di mulai
dari bahu hingga ujung-ujung jari tangan pasien.

3.3 Pemeriksaan Fisik


3.3.1 Kesan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis

3.3.2 Tanda Vital


Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi :64x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : afebris

3.3.3 BMI (Body Mass Index)


Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 155 cm
BMI : 19,98

3.3.4 Status Generalis


Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-), massa (-/-)
Mulut : bibir tampak basah

Leher
JVP : tidak meningkat
KGB : tidak teraba membesar
Kelenjar tiroid : tidak teraba adanya pembesaran
43
Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea midclavicular sinistra
Perkusi : Batas kanan : ICS V parasternalis dextra
Batas kiri: ICS V linea anterior axilla sinistra
Batas atas: ICS II linea midclavicular sinistra
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru-Paru
Anterior
Inspeksi :Gerak dan bentuk simetris, warna kulit normal, jejas (-),
jaringan parut (-), ICS tidak tampak pelebaran, barrel chest (-)
Palpasi : Kulit hangat, massa (-), Nyeri tekan (-), Pelebaran ICS (-), vocal
fremitus kanan = kiri
Perkusi : Hemithorax dextra/sinistra: sonor.Batas paru hepar ICS 5 dextra,
peranjakan 1 cm
Auskultasi : VBS (+) kanan = kiri, ronchi -/- dan wheezing -/-

Posterior
Inspeksi : Bentuk dan gerakan simetris
Palpasi : Hemithoraks dekstra dan sinistra: VF normal, tidak ada pelebaran
ICS
Perkusi : Hemithorax dekstra dan sinistra : sonor
Auskultasi ; VBS (+) kanan = kiri, ronchi -/- dan wheezing -/-

44
Abdomen
Inspeksi : cembung, distensi (-), ascites (-),massa abdomen (-).
Palpasi : Massa (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Ginjal : tidak teraba pembesaran, ketok CVA (-/-)
Perkusi : Timpani, pekak samping (-), pekak pindah (-)
Auskultasi : BU (+) 7x/menit

Ekstremitas

Atas Bawah
- Edema -/- • Edema -/-
- Sianosis -/- • Sianosis -/-
- Capillary refill < 2 detik • Capillary refill < 2 detik
- Akral hangat • Akral hangat
- Muscle Strength: 5/5 • Muscle Strength: 5/5
- Tonus otot normal • Tonus otot normal
- Atrofi otot -/- • Atrofi otot -/-
- Sensorik +/+ • Sensorik +/+

Neurologis

Fisiologis
Kanan kiri
Biceps + +
Triceps + +
Brachioradialis + +
Patella
Achilles

Patologis

Patologis
Kanan kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon
Schaefer

45
3.3 Pemeriksaan Fisik Khusus
ROM : pergelangan tangan kanan dan kiri : Penuh
Motorik : pergelangan tangan, dan kelima jari : Normal
Sensorik : tes propioceprion : Normal
Tes sensasi : Normal
Hoffmann-Tinel sign (-/-)
Phalen sign (-/-)

3.4 Resume Temuan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Pasien perempuan berusia 29 tahun mengeluhkan nyeri pinggang bawah sejak
1 bulan yang lalu. Keluhan dirasa hilang timbul, muncul tidak menentu, memburuk jika
terlalu lama melakukan pekerjaan dan membaik jika di istirahatkan. Riwayat keluhan
serupa sebelumnya disangkal, riwayat terjatuh di bagian pinggang disangkal, riwayat
tekanan darah tinggi, kencing manis, dan stroke disangkal, riwayat operasi dan alergi obat
disangkal. Keluhan belum pernah diobati ke puskesmas.

3.6 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan.

3.7 Body Map

3.8 Diagnosis Kerja


Low Back Pain

46
3.9 Diagnosis Diferensial
Myalgia, CTS

3.10 Diagnosis Okupasional


1. Langkah 1
Diagnosis klinis:
Low Back Pain
Dasarnya:
Pasien mengeluhkan nyeri pinggang bawah sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasa hilang
timbul, muncul tidak menentu, memburuk jika terlalu lama melakukan pekerjaan dan membaik
jika di istirahatkan. Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal, riwayat terjatuh di bagian
pinggang disangkal, riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, dan stroke disangkal, riwayat
operasi dan alergi obat disangkal. Pasien melakukan kegiatan berulang-ulang tanpa adanya
pergantian rotasi pekerjaan.

2. Langkah 2
Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap permasalahan kesehatan.
Dasarnya pajanan:

 Fisik : Terkena suhu panas (api) saat merekatkan kemasan


 Kimia : Tidak ada
 Biologi : Kotoran burung yang beterbangan diruang pengemasan
 Ergonomi/fisiologi : Duduk membungkuk tanpa sandaran dalam waktu lama
 Psikososial : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada

3. Langkah 3
Jelaskan Evidenced Based (landasan secara teoritis) pajanan dengan penyakit yang ada
(diagnosis klinis).

Dasarnya:

Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bagian bawah merupakan sindroma klinik yang
ditandai dengan gejala utama berupa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang
punggung bagian bawah. Nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri lokal maupun radikuler
ataupun keduanya Gejala ini dapat timbul dikarenakan beberapa seperti posisi yang tidak
ergonomis yang dilakukan secara berulang.
4. Langkah 4
Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis

Pajanan cukup besar

47
Dasarnya:

- Masa kerja : 10 tahun


- Durasi kerja : 7-8 jam perhari dalam 6 hari
- Posisi kerja : duduk membungkuk tanpa sandaran

5. Langkah 5
Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis, bila ada sebutkan!

Dasarnya: Keadaan otot yang konstan dalam waktu lama akan menyebabkan rasa nyeri yang timbul.
Keadaan juga diperparah dengan tidak adanya peregangan di sela-sela bekerja. Individu tersebut juga
tidak pernah melakukan jenis pekerjaan lain selama 10 tahun bekerja di pabrik tersebut selain bagian
pengemasan dengan posisi tersebut.

6. Langkah 6
Apa terpajan bahaya potensial yang sama seperti di langkah 3 di luar tempat kerja?

Dasarnya: Tidak ada.

7. Langkah 7
Apa diagnosis klinis ini termasuk penyakit akibat kerja? penyakit akibat kerja

Dasarnya: Ya, diagnosis klinis ini termasuk dalam penyakit akibta kerja (PAK) sebab pajanan yang
diterima oleh pekerja hanya dapat ditemukan saat pekerja ada dlingkungan kerja.

3.11 Kategori Kesehatan (pilih salah satu)


a. Kesehatan baik
b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat disembuhkan
c. Kemampuan fisik terbatas untuk pekerjaan tertentu
d. Tidak fit dan tidak aman untuk semua pekerjaan

3.12 Prognosis

Klinik/Okupasi:

ad vitam : Bonam

ad functionam : Dubia ad malam

ad sanationam : Dubia ad bonam

48
PERMASALAHAN PASIEN DAN RENCANA PENATALAKSANAAN

(Primer – Sekunder – Tersier)

Jenis Target Hasil yang


Rencana tindakan Ket.
No permasalaha waktu diharapkan
tatalaksana
n

- Pemiliki
industri
dapat
menyusun
startegi
totasi
- Membuat jadwal rotasi pekerja
kerja - Pekerja
- Menyarankan pemiliki dapat
industri untuk melakukan
menyediakan kursi dan proses
Aktivitas
meja untuk melakukan pengemasan
statis dalam Jam
1 kegiatan pengemasan dengan
jangka waktu kerja
- Memberikan edukasi posisi yang
yang lama
kepada pekerja untuk lebih
menyediakan waktu ergonomis
untuk melakukan - Pekerja
peregangan disela-sela dapat
proses pengemasan mengurangi
risiko
munculnya
gejala
penyakit
akibat kerja
lainnya

- Mengurangi
Adanya - Menyarankan pemilik
risiko burn
resiko industry untuk
injury pada
kecelakaan menyediakan alat Jam
2 pekerja
akibat kerja perekat sederhana yang kerja
selama
berupa burn modern untuk proses
proses
injury pengemasan
pengemasan

49
UPAYA INTERVENSI REDUKSI HAZARD INDUSTRI

Upaya Hierarki
No Jenis Aktivitas Intervensi
Kontrol

1 Eliminasi Tidak dapat dilakukan

2 Substitusi Mengganti alat perekat tradisonal dengan alat perekat


modern

3 Enginering Menyediakan kursi dan meja untuk proses pengemasan

4 Administratif - Rotasi pekerja antar bagian


- Pembentukkan SOP jadwal kerja

5 APD - Menggunakan masker


- Menggunakan sarung tangan sehingga tidak
terpapar langsung dengan api

50
3.3 LAPORAN KASUS OKUPASI III (Siti Fauziyyah U.)

3.1 Identitas Umum

Nama : Tn. RS

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 29 tahun

Alamat : Imbanagara, Ciamis

Agama : Islam

Suku : Sunda

Status Marital : Belum Menikah

Pendidikan Terakhir : SMP

Tanggal Pemeriksaan : 22-10-2018

Anamnesis Umum

Keluhan Utama

Nyeri pada punggung atas

Anamnesis Khusus

Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung atas sejak 8 bulan yang lalu. Keluhan

dirasakan hilang timbul, dirasakan memberat saat bekerja dan membaik saat diobati.

Pasien mengatakan keluhannya mengganggu aktifitas. Pasien juga mengeluhkan

adanya nyeri ulu hati yang dirasakan perih serta ada penebalan kulit pada kedua telapak

tangannya.

51
Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah mengobati keluhan nyeri punggungnya tersebut ke dokter,

untuk meredakan nyerinya pasien sering membeli krim oles sebagai penghangat yang

dibeli di warung, pasien menyatakan keluhan membaik tetapi kemudian dirasakan

kembali saat bekerja. Untuk nyeri ulu hatinya pasien mengobati sendiri dengan obat

warung dan dirasakan membaik serta untuk penebalan kulitnya pasien mengantisipasi

menggunakan sarung tangan yang terbuat dari kain.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Tidak ada

Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan:

Ibu dari pasien memiliki riwayat hipertensi dan penyakit liver

Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga pasien, namun rekan kerja pasien

mengalami hal yang sama seperti yang pasien rasakan.

Riwayat aktifitas sehari-hari (makan, minum, olah raga, kebiasaan) :

- Makan : 3 kali sehari,

- Minum : 7-8 gelas per hari,

- Olahraga : Jarang, 2x/minggu jika terdapat waktu luang,

- Kebiasaan : Pasien meminum kopi 2-3 gelas perhari dan merokok 1 bungkus

dalam sehari

Anamnesis Okupasi

1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali bekerja sampai

sekarang, serta lama kerja di setiap pekerjaan tersebut

52
Tabel 3.1 Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Lama Bekerja

1. Pencetak wajan 8 tahun


2. Pemotong dan penggoreng kerupuk 1 tahun
kulit

2. Uraian tugas/pekerjaan (yang dianggap berisiko untuk terjadinya keluhan)

Pasien bertugas sebagai pemotong dan penggoreng kerupuk kulit

dengan lama kerja 7-8 jam perhari. 4 jam dihabiskan untuk memotong kulit sapi,dari

bagian yang besar hingga memotongnya menjadi bagian yang kecil menggunakan

pisau. Kemudian pasien dengan posisi duduk bungkuk di lantai memotong kulit sapi

untuk menjadi bagian yang kecil. Pasien juga mengangkat kulit yang sudah diberi

pewarna dan bumbu dari tempat pengeringan hingga ke tempat penggorengan

berjumlah 1-2 karung dengan berat sekitar 6-7 kg dengan posisi dipikul dengan jarak

sekitar 100 m setiap harinya.

3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada lingkungan kerja

HAZARD RISIKO
PEKER Bahay
JA Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
a PAK/PAHK KAK
Fisika Biologi Ergonomis Psikososial
Kimia
Perenda
man Lantai licin Resiko jatuh
Kulit
Sapi Tidak
menggunak
Trauma
an alas kaki
benda tajam
yang
tertutup
Kulit
sapi yang
Food
terkonta
poisoning
minasi
mikroba
Memindah
kan LBP
tumpukan Myalgia
kulit sapi Radikulopati
dengan
53
HAZARD RISIKO
PEKER Bahay
JA Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
a PAK/PAHK KAK
Fisika Biologi Ergonomis Psikososial
Kimia
posisi tidak
ergonomis
Melakukan
perkerjaan
dalam
jangka Headache,
waktu yang Stress
lama tanpa
rotasi

Pemoton Tidak
gan kulit memakai Vulnus
sapi sarung schisum
tangan
Alas duduk
tidak Resiko jatuh
ergonomis
Posisi
memotong
kulit sapi
dalam Myalgia
jangka
waktu yang
lama
Posisi LBP
duduk tidak Radikulopati
ergonomis Myalgia
Pemoton Potongan
gan kulit kulit sapi
sapi yang
terkonta
minasi
mikroba,
Potongan Food
kulit poisoning
tidak
diletakan
pada
wadah
yang
hiegenis
Iritasi
Pewarna pewarn
Dermatitis
an Kulit a
kontak iritan
Sapi makan
an
Tidak
Pengerin
menggunak
gan Trauma
an alas kaki
Kulit benda tajam
yang
Sapi
tertutup

54
HAZARD RISIKO
PEKER Bahay
JA Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
a PAK/PAHK KAK
Fisika Biologi Ergonomis Psikososial
Kimia
Posisi
LBP
mengangka
Radikulopati
t kulit tidak
Myalgia
ergonomis
Paparan
suhu
Pengerin
panas
gan
dalam Heat stroke
Kulit
jangka
Sapi
waktu
lama
Tidak
Penggor
menggu
engan
nakan Burn Injury
Kulit
pakaian
Sapi
tertutup
Asap
CO poisoning
pemba
Burn Injury
karan
Paparan
Penggor
suhu
engan
tinggi Heat stroke
Kulit
jangka
Sapi
panjang
Berdiri
dalam posisi
jangka Myalgia
waktu yang
lama
Sarung
tangan
Dermatitis
lembab
dan kotor

4. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami

Pasien mengatakan pada bagian pemotongan dilakukan selama 4 jam, dengan posisi

kerja membungkuk dan pada bagian pengangkutan dilakukan dengan posisi dipikul

pada kedua bahu dengan total berat karung sekitar 8 – 9 kg, menyebabkan bagian

pundak pasien memikul berat sehingga memungkinkan adanya nyeri punggung atas.

Selain itu pasien melakukan gerakan – gerakan berulang pada tangannya terutama

menggunakan tangan yang dominan yaitu tangan kanan sehingga pegal tangan kanan.

55
Pemeriksaan Fisik

Kesan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 72x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5◦C
BMI (Body Mass Index)
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 165 cm
BMI : 18.26
Status Generalis
Kepala
 Normocepal
 Rambut : Hitam
 Kulit wajah : Pigmentasi (-), jaringan parut (-), edema (-)
 Mata : Simetris, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-), massa (-/-)
 Mulut : mukosa oral basah

Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat.


Thorax
 Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis
sinistra
 Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas atas : ICS III linea midclavicularis sinistra
 Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 reguler, murmur -, gallop –

56
 Paru-Paru
 Inspeksi : Pergerakan dan bentuk simetris, warna kulit normal,
retraksi intercostal -, retraksi suprasternal -, retraksi
epigastrium -, barrel chest –
 Palpasi : Pergerakan kanan=kiri, pelebaran ICS hemitorax -/-,
vocal fremitus +/+, ekspansi dada simetris
 Perkusi : Sonor hemitorax dextra dan sinistra, batas paru hepar
pada ICS V dengan peranjakan 1 sela iga
 Auskultasi : VBS kanan=kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-, vokal
resonans +/+ kanan=kiri
Abdomen
 Inspeksi : Datar, jejas /j aringan parut (-), caput medusa (-), massa (–)
 Palpasi : Lembut, nyeri tekan -, massa -, hepar dan lien tidak teraba
pembesaran
 Perkusi : timpanik, ruang traube sonor
 Auskultasi : BU (+) normal

Atas kanan - kiri Bawah kanan - kiri


Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill < 2 detik Normal Normal
Kekakuan Otot 5/5 5/5
Tonus Normal Normal
Atrofi Normal Normal
Sensorik Tidak ada penurunan sensorik Tidak ada penurunan sensorik

57
Neurologis :

Fisiologis
Kiri Kanan
Biceps + +
Triceps + +
Brachioradialis + +

Patologis
Kiri Kanan
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -

55
Motorik : 5 5

Sensorik : Dalam Batas Normal

Pemeriksaan Fisik Khusus

 Motorik : pergelangan tangan (+/+), kelima jari (+/+)


 Sensorik : tes proprioception (+/+), tes sensasi (+/+)

Resume Temuan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Seorang pria berusia 29 tahun mengeluhkan pegal pada punggung atas sejak 8 bulan

yang lalu yang dirasakan saat bekerja. Pasien bekerja mengangkat beban 8-9 kg setiap

harinya dan bekerja dalam posisi duduk bungkuk selama 4 jam setiap harinya selama

1 tahun. Pasien belum pernah mengobati keluhannya ke dokter. Pada pemeriksaan fisik

tanda vital dalam batas normal.

58
Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

Body Map

Diagnosis Kerja

Muscle spasm

Diagnosis Diferensial

- Cervical radiculopathy

- Myalgia

Diagnosis Okupasi

Langkah 1

Diagnosis klinis: Muscle spasm

Dasarnya:

Pasien pria usia 29 tahun mengeluhkan pegal pada punggung atas sejak 8 bulan

59
yang lalu yang dirasakan saat bekerja. Faktor resiko terjadinya muscle spasm adalah

pasien bekerja mengangkat beban 8-9 kg setiap harinya dan buruknya posisi

ergonomis pasien saat sedang bekerja yaitu duduk bungkuk selama 4 jam setiap

harinya.

Langkah 2

Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap permasalahan

kesehatan.

Dasarnya Pajanan :

 Fisik :-

 Kimia :-

 Biologi :-

 Ergonomi : Posisi yang mengangkat beban dan duduk membungkuk

selama 4 jam sehari.

 Psikososial : jam kerja yang panjang dan frekuensi kerja yang sering

 Perilaku : -

 Lainnya :-

Langkah 3

Jelaskan Evidence based (landasan secara teoritis) pajanan dengan penyakit yang

ada (diagnosis klinis)

Dasarnya:

Pasien bekerja dari pagi hingga sore dengan posisi yang tidak ergonomis selama 4

jam.

60
1. Spasme otot

Spasme otot merupakan kontraksi involunter otot atau sekelompok otot secara

mendadak dan keras, yang disertai nyeri dan gangguan fungsi, menghasilkan

gerakan involunter dan distorsi. Spasme otot adalah kontraksi otot involunter,

dapat menyebabkan nyeri dan mengganggu mobilitas. Penyebabnya yaitu

kekurangan elektrolit, pengunaan otot yang berlebihan dan gangguan saraf.

2. Myalgia

Myalgia atau yang sering disebut nyeri otot adalah suatu istilah umum untuk

suatu gejala yang disebabkan berbagai kelainan dan kondisi medis. Penyebab

yang paling sering disebabkan oleh ketegangan (kontraksi) yang berlebihan, saat

latihan atau bekerja berat. Penyebabnya ialah overuse, injury, autoimmune,

gangguan metabolik. Gejala umum nyeri otot ini, di samping rasa sakit, adalah

pembengkakan pada otot setelah latihan yang menyebabkan nyeri yang sangat

parah, otot tampak lebih besar dari sebelumnya. Namun ini terjadi bukan karena

massa otot yang meningkat, tetapi lebih karena otot mengalami peradangan

sebagai respon terhadap kerusakan mikroskopis pada otot.

Langkah 4

Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis

Pajanan cukup besar

Dasarnya:

 Masa kerja : 1 tahun

 Durasi kerja : 4 jam perhari dalam 6 hari.

 Posisi kerja : Duduk dan mengangkat beban

61
Langkah 5

Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis, bila ada

sebutkan

Dasarnya :

Ketegangan otot pada pasien dapat disebabkan oleh tegangnya otot yang

konstan serta melakukan pekerjaan yang berulang pada posisi yang sama sehingga

akan memendekan otot-otot yang akhirnya menimbulkan nyeri. Nyeri juga dapat

timbul karena regangan yang berlebihan pada perlekatan otot terhadap tulang. Serta

diperparah tidak pernah beristirahat atau melakukan peregangan saat sedang bekerja.

Langkah 6

Apa terpajan bahaya potensial yang sama seperti di langkah 3 di luar tempat kerja ?

Dasarnya :

Tidak Terpajan

Langkah7

Apa diagnosis klinis ini termasuk penyakit akibat kerja? Bukan penyakit akibat kerja

(diperberat oleh pekerjaan atau bukan sama sekali PAK atau butuh pemeriksaan

lebih lanjut?)

Dasarnya:

Ya, penyakit penyakit pada pasien merupakan penyakit akibat kerja

Pasien mengeluhkan keluhan tersebut saat pasien sedang bekerja dengan posisi

duduk bungkuk selama lebih dari 4 jam tanpa adanya peregangan dan pasien yang

mengangkat beban berat setiap harinya.

62
Kategori Kesehatan (pilih salah satu)

a. Kesehatan baik

b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat disembuhkan

c. Kemampuan fisik terbatas untuk pekerjaan tertentu

d. Tidak fit dan tidak aman untuk semua pekerjaan

Prognosis

Klinik/Okupasi (bila ada diagnosis okupasi) :

Ad vitam : ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Permasalahan Pasien dan Rencana Penatalaksanaan

Tabel 3.5 Permasalahan Pasien dan Rencana Penatalaksanaan

No Jenis Permasalahan Rencana Tindakan Target Hasil yang diharapk Keteran


Tatalaksana Waktu an gan
1 Mengangkat beban 8 –  Menyarankan kepada Jam  Industri kerupuk
9 kg dengan posisi pemilik industri untuk kerja kulit sapi memiliki
tidak ergonomis mempertimbangkan alat bantu untuk
pengadaan alat bantu seperti gerobak
seperti gerobak.  Karyawan
 Memberikan mengetahui tentang
penyuluhan tentang posisi yang baik
posisi yang baik saat saat mengangkat
mengangkat dan dan menaruh beban
menaruh beban berat berat.

63
2 Memotong kulit sapi  Menyarankan kepada Jam kerja  Pemilik perusahaan
dengan posisi duduk pemilik industri untuk menyediakan tempat
bungkuk mempertimbangkan bekerja yang
adanya meja dan kursi ergonomis kepada
untuk kegiatan para pekerja
memotong dan  Karyawan
membersihkan daun mengetahui tentang
pisang. posisi yang baik saat
 Memberikan bekerja.
penyuluhan tentang  Keluhan berkurang
posisi yang baik dalam sehingga
bekerja dengan posisi produktifitas kerja
duduk meningkat

Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri

Tabel 3.6 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri

No Upaya Hierarki Kontrol Jenis Aktivitas Intervensi

1 Eliminasi Tidak bisa


2 Substitusi Menyediakan fasilitas kursi yang ergonomis
Menyediakan fasilitas gerobak untuk mengangkut bahan

3 Enginering Memberikan tempat bekerja yang ergonomis

4 Administratif Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya


posisi kerja yang ergonomis untuk setiap pekerja
pada seluruh proses produksi untuk mengurangi
resiko terpapar hazard dan meningkatkan
kenyamanan pegawai.
5 APD Penggunaan sarung tangan sehingga tidak terpapar langsung
panas dari penggorengan serta luka terbuka akibat benda
tajam

64
3.4 LAPORAN KASUS OKUPASI IV (R. Adhika Putra S.)

3.1 Identitas Umum

Nama : Tn. En

Jenis Kelamin : Laki - laki

Usia : 46 Tahun

Alamat : Kampung Cijeruk RT 04 RW 08, Desa Bojongsari, Kecamatan

Bojongsoang

Agama : Islam

Suku : Sunda

Status Marital : Menikah

Pendidikan Terakhir : SD

Tanggal Pemeriksaan : 22 Oktober 2018

3.2 Anamnesis Umum

3.2.1 Keluhan Utama

Pasien mengeluhkan pegal-pegal di daerah leher belakang dan pundak.

3.2.2 Anamnesis Khusus

A. Riwayat Perjalan Penyakit Sekarang

Keluhan dirasakan oleh pasien sejak satu minggu yang lalu. Terasa di bagian

belakang leher dan kedua bahu. Keluhan yang dikeluhkan pasien terjadi hilang timbul,

biasanya timbul selepas pasien bekerja. Keluhan memburuk jika tangan dan bahu diam

pada satu posisi dalam jangka waktu yang lama dan membaik jika diitirahatkan.

Keluhan tidak mengganggu aktivitas pasien sehari-hari, namun beberapa hari terakhir

65
pasien mengeluhkan sulit tidur. Selain itu, pasien mengeluhkan mati rasa dan

kesemutan pada kedua tangan yang hilang timbul.

Tidak terdapat keluhan pegal-pegal pada daerah tubuh yang lain. Tidak terdapat

keluahn nyeri atau kaku pada daerah sendi. Pasien menyangkal mengalami demam

dalam kurun waktu 1 minggu terakhir.

B. Riwayat Pengobatan

Pasien mengkonsumsi obat yang dibeli di warung, ketika keluhan timbul.

Keluhan menghilang setelah pasien mengkonsumsi obat warung. Pasien menghentikan

konsumsi obat, apabila keluhan tidak dirasakan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit lain. Pasien juga menyangkal

memiliki riwayat trauma dan operasi di bahu dan belakang leher.

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien, namun

beberapa teman pasien mengeluhkan kondisi yang sama. Pasien memiliki ibu dengan

riwayat hipertensi dan sudah meninggal.

E. Riwayat Aktivitas Sehari-hari

- Pasien biasanya makan 2 kali dalam sehari dengan kompisisi makanan yang

seimbang.

- Pasien biasa mengkonsumsi kopi setiap hari minimal satu gelas

- Pasien mengkonsumsi air putih 6-8 gelas per hari

- Pasien menyangkal merokok, namun memiliki riwayat perokok sebelumnya

- Pasien menyangkal mengkonsumsi alkohol

- Pasien jarang melakukan olahraga

66
3.2.3 Anamnesis Okupasi

1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilkukan sejak pertama kali bekerja sampai

sekarang, serta lama kerja di setiap pekerjaan tersebut!

Pasien sudah bekerja sebagai pekerja distribusi kerupuk selama 1,5 tahun. Dari

awal bekerja hingga saat ini, pasien belum pernah ditempatkan di bagian pekerjaan lain.

Pasien bekerja dari pukul 07.00 – 14.00 selama 6 hari dalam seminggu, terkadang bisa

memulai kerja dari pukul 05.00, tergantung daerah distribusi yang akan dituju.

2. Uraian tugas / pekerjaan yang dianggap berisiko untuk terjadinya keluhan!

Kegiatan pendistribusian kerupuk kulit

Pasien biasa melakukan kegiatan pendistribusian dalam jangka waktu yang

lama menggunakan sepeda motor. Dalam satu hari beliau bisa menghabiskan 7-9 jam

dengan waktu istirahat 1 jam untuk mendistribusi kerupuk kulit.

Posisi duduk dengan tangan memegang kemudi dalam waktu yang lama dapat

menyebabkan risiko keluhan pegal-pegal di daerah bahu dan belakang leher. Selain itu

paparan panas dalam jangka panjang berisiko menyebabkan terjadinya heat stroke dan

kelelahan. Posisi tangan yang digunakan untuk memutar gas dalam jangan waktu yang

lama berisiko menyebabkan kesemutan pada tangan kanan.

67
3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada lingkungan kerja!

Bahaya Potential Risiko


Jenis Pekerjaan
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial PAK / PAHK KAK

Paparan panas
Pendistribusian dalam jangka
Heat Stroke
Kerupuk Kulit waktu yang
lama
Posisi duduk
degan tangan
memegang Myalgia
kemudi dalam LBP
jangan waktu
yang lama
Posisi tangan
memutar gas
dalam jangka CTS
waktu yang
lama
Jam kerja yang
lama tanpa Headache
dilakukan rotasi Stress
bagian kerja

68
4. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami!

Pasien mulai bekerja pada pukul 07.00 – 14.00 mrndistribusikan kerupuk

menggunakan sepeda motor. Posisi pasien mengemudi sepeda motor dalam waktu lama

dapat mengakibatkan pegal pada bahu dan leher belakan. Selain itu posisi tangan pasien

memutar gas sepeda motor secara terus menerus dapat menyebabkan timbulnya

keluhan kesemutan pada tangan pasien. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara pekerjaan dengan kelihan yang dialami oleh pasien

3.3 Pemeriksaan Fisik

3.3.1 Kesan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

3.3.2 Tanda Vital

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 72 x / menit

Respirasi : 20 x / menit

Suhu : Normal

3.3.3 BMI (Body Mass Index)

Berat Badan : 60 kg

Tinggi Badan : 165 cm

BMI : 22 kg/m2 (Normal)

3.3.4 Status Generalis

Kepala

Mata : Simetris, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

bulat isokor
69
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-)

Mulut : Bibir tampak lembab

Leher

JVP : Tidak meningkat

KGB : Tidak ada pembesaran

Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

Thorax

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sinistra

Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra

Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

Batas atas : ICS III linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 reguler, murmur -, gallop–

Paru-paru

Inspeksi : Pergerakan dan bentuk simetris

Palpasi : Pergerakan kanan=kiri, pelebaran ICS -/-, vocal fremitus +/+,

ekspansi dada simetris

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : VBS kanan=kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Lembut, nyeri tekan -, massa -, hepar dan lien tidak teraba

pembesaran

70
Perkusi : Timpanik, ruang traube sonor

Auskultasi : Bising Usus (+) normal, 9-10x/menit

Ekstrimitas

Atas Ka-Ki Bawah Ka-Ki


Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-

Capillary refill <2 detik Normal Normal

Kekuatan otot 5/5 5/5

Tonus Normal Normal

Atrofi Tidak ada atrofi Tidak ada atrofi


Tidak ada penurunan Tidak ada
Sensorik
sensorik penurunan sensorik

Neurologis

Reflek Fisiologis
Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Brachioradialis + +

Refleks Patologis
Kanan kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -

3.4 Pemeriksaan Fisik Khusus

ROM : pergelangan tangan kanan dan kiri : Penuh

Motorik : pergelangan tangan, dan kelima jari : Normal

Sensorik : Tes propioceprion : Normal

Tes sensasi : Normal

71
Hoffmann-Tinel sign ( - / - )

Phalen sign ( - / - )

3.5 Resume Temuan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Pasien laki-laki berumur 46 tahun mengeluhkan pegal-pegal di daerah bahu dan

belakang leher sejak 1 minggu ya lalu. Keluhan dirasa hilang timbul, biasanya timbul

selepas bekerja. Keluhan memburuk ketika bahu dan tangan diam pada satu posisi dengan

jangan waktu yang lama dan membaik apabila diistirahatkan. Pasien bekerja 7-9 per hari

selama 6 hari setiap minggu. Pasien sudah berobat dengan obat warung kemudian

keluhannya membaik. Dilakukan pemeriksaan fisik dan hasil dari seluruh pemeriksaan

dalam kondisi normal.

3.6 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan

3.7 Body Map

3.8 Diagnosis Kerja

Myalgia a.r. Scapularis dextra-sinistra dan Cervicalis posterior

72
3.9 Diagnosis Deferensial

- Myalgia a.r. Scapularis dextra-sinistra dan Cervicalis posterior

- LBP a.r. Cervivalis

- Cervical Radiculopathy

3.10 Diagnosis Okupasional

1. Langkah 1

Diagnosis klinis : Myalgia a.r. Scapularis dextra-sinistra dan Cervicalis posterior

Dasarnya :

Pasien mengeluhkan pegal pada kedua bahu dan leher belakang sejak 1 minggu

yang lalu. Pegal terjadi hilang timbul, namun biasanya terasa selepas bekerja. Keluhan

berkurang apabila pasien bersitirahat. Faktor risiko terjadinya myalgia pada pasien yaitu

karena posisi bahu dan lengan yang statis ketika mengemudi dalam jangka waktu yang

lama sekitar 7-9 jam per hari selama 6 hari dalam satu minggu.

2. Langkah 2

Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap permasalahan

kesehatan.

Dasar pajanan :

 Fisik : Tidak ada

 Kimia : Tidak ada

 Biologi : Tidak ada

 Ergonomi : Posisi bahu dan lengan ketika mengemudi dalam kondisi statis

pada jangka waktu yang lama

 Psikososial : Tidak ada

 Lainnya : Tidak ada


73
3. Langkah 3

Jelaskan landasan terori pajan dengan penyakit yang ada

Dasarnya :

Myalgia merupakan bahasa medis dari nyeri otot, berasal dari bahasa Yunani yaitu

Myo yang berarti otot dan algos yang berarti nyeri. Oleh karena itu, myalgia berarti

nyeri pada otot atau dalam bahasa masyarakat disebut dengan pegal-pegal. Gejala

myalgia jika pada seseorang yang mengalami kelelahan biasanya hanya terbatas pada

nyeri otot yang terkena dan mungkin lemas. Nyeri otot yang timbul karena pada lokasi

tersebut otot mengalami tegang atau kaku. Beberapa Penyebab myalgia diantaranya,

terlalu banyak digunakan (overuse) yaitu aktivitas yang terlalu banyak terutama

menggunakan otot tertentu, akan menyebabkan otot tersebut menjadi nyeri, aktivitas

yang terlalu banyak tidak sebanding dengan pasokan oksigen dari pembuluh darah

sehingga terjadi penumpukan asam laktat pada otot. Asam laktat inilah yang

menyebabkan otot menjadi nyeri. Cara mencegah myalgia akibat ketegangan otot atau

aktivitas fisik, antara lain : melakukan stretching atau peregangan otot sebelum dan

sesudah aktivitas fisik, melakukan olahraga secara teratur seperti jogging atau berjalan-

jalan kecil, hindari aktivitas fisik yang konstan terlalu lama.

Pada pasien ini, faktor yang sangat menunjang terjadinya myalgia yaitu posisi bahu

dan lengan yang statis dalam waktu 7-9 jam per hari selama 6 hari dalam satu minggu.

4. Langkah 4

Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis

Pajanan cukup besar

Dasarnya :

 Masa kerja : 1,5 tahun tanpa dilakukan rotas bagian kerja


74
 Bekerja dalam waktu 7 hingga 9 jam per hari selama 6 hari dalam satu minggu

 Waktu istirahat saat bekerja satu jam diantara jam kerja

5. Langkah 5

Apa faktor individu yang berpegaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis, bila ada

sebutkan!

Dasarnya :

Kurang olahraga, kurang melakuakn aktivitas peregangan di sela-sela waktu bekerja,

kurang asupan vitamin neurotropik dari buah dan sayur.

6. Langkah 6

Apa terpajang bahaya potensial yang sama seperti di langjah 3 di luaar tempat kerja?

Dasarnya : terpajan, karena diluar aktivitas distribusi kerupuk kulit pasien masih

mengemudi sepeda motor untuk keperluan lain.

7. Langkah 7

Apa diagnosis klinis ini termasuk penyakit akibat kerja?

Ya, diagnosis klinis ini termasuk kedalam penyakit akibat kerja (PAK).

Dasarnya : pajanan diterima oleh pekerja baik ketika bekerja maupun diluar lingkungan

kerja. Akan tetapi, durasi pekerja menggunakan sepeda motor ketika bekerja lebih

banyak dibandingkan diluar lingkungan kerja.

3.11 Kategori Kesehatan

a. Kesehatan baik

b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat disembuhkan

c. Kemampuan fisik terbatas untuk pekerjaan tertentu

d. Tidak fit dan tidak aman untuk semua pekerjaan

75
3.12 Prognosis

Klinik / okupasi (bila ada diagnosis okupasi) :

Ad vitam : Bonam

Ad sanationam : Dubia ad malam

Ad functionam : Dubia ad bonam

76
3.13 Permasalahan Pasien dan Rencana Penatalaksanaan
Rencana Tindakan dan Target
No. Jenis Permasalahan Hasil yang Diharapkan Keterangan
Tatalaksana Waktu

1. Aktivitas statis dalam - Membuat jadwal rotasi kerja Jam kerja - Pemilik industri dapat
jangka waktu yang - Menyarankan kepada menyusun strategi rotasi kerja
lama pemilik industri untuk dan menyediakan mobil pick
menyediakan mobil pick up up, sehingga diharapkan
untuk mendistribusi kerupuk paparan pajanan kepada
ke daerah yang jauh pekerja bisa berkurang

2. Kurangnya waktu - Memberikan edukasi dan Jam kerja - Pekerja dapat mengantisipasi
untuk beristirahat dan mengingatkan kepada sebelum keluhan muncul,
melakukan aktivitas pekerja untuk melakukan sehingga dapat mengurasi
peregangan peregangan sebelum bekerja risiko keluhan dalam timbul
dan pada sela-sela jam kerja kembali
- Menyarankan kepada - Pemilik perusahaan dapat
pemilik perusahaan untuk membuat SOP jadwal kerja
membuat SOP jadwal kerja, secara pasti, memungkinkan
untuk memfiksasi jam memberikan waktu istirahat
istirahat pekerja dan yang cukup bagi pekerja
memastikan pekerja dapat
beristirahat di sela-sela
bekerja

77
3.14 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri
Upaya Hierarki
No Jenis Aktivitas Intervensi
Kontrol

1 Eliminasi Tidak dapat dilakukan

2 Substitusi Mengganti kendaraan untuk distribusi menggunakan


mobil pick up

3 Enginering Tidak dapat dilakukan

4 Administratif - Penggantian shift kerja


- Rolling bagian kerja
- Pembentukan SOP jadwal kerja

5 APD Tidak dapat dilakukan

78
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Gambaran umum lingkungan industri ditinjau dari segi bangunan, fasilitas, dan

peralatan produksi yang digunakan belum seluruhnya baik.

2. Perilaku hidup bersih dan sehat pekerja saat melakukan produksi kurang baik

3. Mengangkat dan memindahkan kulit sapi dengan cara yang tidak ergonomis

4. Bahan baku kulit dibiarkan terbuka memungkinkan terjadinya kontaminasi mikroba

5. Posisi pekerja duduk dalam jangka waktu yang lama dengan posisi agak

membungkuk

6. Tidak dibentuknya regulasi jadwal kerja dan rotasi bagian kerja dapat meningkatkan

risiko penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja, dan kecelakan akibat

kerja

7. Kurangnya perhatian pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja

8. Rendahnya perhatian terhadap faktor ergonomis menyebabkan timbulnya keluhan

yang dirasa mengganggu ketika bekerja

9. Pekerja belum didaftarkan sebagai peserta asuransi jaminan kesehatan pekerja

4.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka rekomendasi yang dapat

kami berikan diantaranya :

Puskesmas

1. Mendata pabrik kerupuk kulit assyifa sebagai pabrik binaan puskesmas

79
2. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pada industri-industri rumah tangga

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bojongsoang melalui kunjungan secara

rutin agar pekerja dapat mengurangi resiko bahaya kerja.

3. Mengedukasi pekerja yang belum memiliki BPJS agar segera mendaftarkan

diri sebagai anggota BPJS sehingga memiliki jaminan kesehatan individu.

4. Memberikan penyuluhan kepada pengelola industry tentang pentingnya

menjaga higiene perusahaan dan keselamatan kerja.

5. Memberikan penyuluhan hal-hal apa saja yang disebabkan oleh kecelakaan

kerja dan hal-hal yang harus dihindarinya.

Pemilik

1. Menyarankan untuk membuat kebijakan mengenai jam istirahat dan rotasi

kerja bagi pekerja

2. Seluruh individu di sekitar tempat kerja menjaga higienitas tempat kerja

dengan mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan APD dan

membersihkan ruangan kerja setelah bekerja untuk menghindari faktor risiko

terjadinya kecelakaan kerja.

3. Memberikan edukasi tentang pentingnya menggunakan APD untuk pekerja

untuk menjaga keselamatan kerja.

4. Melakukan advokasi pada pemilik industri agar memberikan pelatihan soft skill

yang merata pada setiap pekerja agar bisa dilakukannya rotasi kerja

Peneliti

1. Meningkatkan kemampuan komunikasi terutama pada pemilik industri agar

saran dan edukasi lebih diperhatikan oleh pemilik industri.

80
2. Mempelajari lebih lanjut tentang kesehatan kerja sehingga mengetahui

penyakit pekerja termasuk ke dalam penyakit akibat kerja atau bukan.

3. Melakukan observasi lebih lanjut ke industri lainnya untuk mengamati

masalah-masalah yang ada pada setiap industri yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Bojongsoang.

81

Anda mungkin juga menyukai