Anda di halaman 1dari 43

PERANAN GIGI DAN RONGGA

MULUT PADA FOKAL INFEKSI

Masykur Rahmat
PENDAHULUAN

Fokus infeksi :
Suatu daerah lokal jaringan ygterinfeksi oleh mikroorganisme
patogen, biasanya terletak dipermukaan kulit atau mukosa. (Guyton
& Woods).

Fokal infeksi :
Mengandung arti adanya penyebaran kuman atau toksinnya dari
suatu fokus dan mampu menimbulkan infeksi atau cedera dijaringan
sekitarnya atau yg jauh letaknya . (Shuster).
Fokal Infeksi merupakan kondisi
adanya mo patogen pada suatu lokasi,
darimana mo atau toksinnya
menyebar, melalui pembuluh darah,
lympha atau percontinuitatum
ketempat yang jauh (Jablonski).
• Konsep fokal infeksi in pertama kali di introduser
oleh Dr. Frank Billing pada tahun 1912.
Fokus infeksi :

• Berbagai lokasi tubuh dapat bertindak sebagai foci, yang banyak


disebut dalam berbagai literatur antara lain : tonsil, gigi geligi,
ulcerasi pada jaringan lunak mulut, sinus maksillaris, serviks,
prostat, kandung empedu dll.
Jumlah rujukan ke Poli BM dan Gilut RSUP Dr.
Sardjito, Jan. – Juli 2017, terkait Fokal Infeksi:
No. Bagian Jumlah pasien Prosentase
1. Jantung. 141 22,4 %
2. Penyakit Dalam 86 13,8 %
3. THT-KL 67 10,8 %
4. Kesehatan Anak/Tumbuh Kembang 62 10 %
5. Saraf 55 9 %
6. Mata 34 5,4 %
7. Kulit & Kelamin 30 4,8 %
8. Rehabilitasi Medik 27 4,3 %
9. Hemato-Onkologi 22 3,5 %
10. Orthopedi-Traumatologi 20 3,3 %
11. Kanker Terpadu 16 2,6 %
No. Bagian Jumlah pasien Prosentase.
12. Geriatri 15 2,5 %
13. Pulmonologi 15 2,5 %
14. Edelweis 10 1,8 %
15. Bedah (termasuk Bedah Saraf) 10 1,8 %
16. Urologi 5 0,9 %
17. Obsgyn 5 0,9 %
18. Radiology 4 0,7 %
Jumlah = 624 100 %
PENJALARAN TERJADINNYA INFEKSI SEKUNDER

Penyakit sekunder yang banyak disebut sebut dalam


literatur yang disebabkan fokus infeksi gigi dan
mulut antara lain :
Demam rematik, Rhemathoid arthritis, Endokarditis
sub akut, penyakit pada Traktus gastrointestinal,
Mata, Ginjal ,Kulit, dll
Berbagai kemungkinn penjalaran infeksi
sekunder adalah :

1. Penyebaran melalui ASPIRASI


Pus yang keluar dari fistula atau abses dapat masuk kedalam
faring dan paru paru pada waktu bernafas terutama pasien yang
bernafas melalui mulut.
2. Penyebaran melalui PENELANAN
Eksudat yang keluar secara kontinyu masuk kedalam lambung
dan duodenum. Walaupun sudah ada asam lambung sebagai barier
tetapi ada saat dimana asam lambung ini berkurang, sehingga
manifestasinnya seperti : gastritis, ulkus peptikum dan juga ulkus
deudenum
Aspirasi
Penelanan :
3. Penyebaran langsung melalui jaringan sekitar ( percontinuitatum)
Kelainan periapikal pada gigi posterior maksilla dapat secara langsung menjalar ke rongga
hidung maupun sinus maksilaris dan juga pada mata
.Penyebaran langsung ini dapat melalui tiga cara, yaitu :
a. Perluasan dalam tulang tanpa pointing. Area yg terkena terbatas dalam tulang dan bsa
menyebabkan osteomyelitis.

b. Perluasan dalam tulang dengan pointing. Perluasan tidak terbatas pada tulang, tetapi dapat
melewati tulang menuju jaringan lunak membentuk abses. Pada RA dapat terjadi abses infraorbital
dan sampai menjalar ke mata.

a. Peruasan melalui spatia (space) yang ada di daerah maksillofasial.


Pada rahang bawah dapat meluas ke spatia submandibula, sublingual maupun submental
sehingga dapat menimbulkan phlegmoon submandibula.
4. Penyebaran melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe
Bakteriemia sementara dapat terjadi setelah trauma mulut seperti
ekstraksi gigi, scalling atau gingivektomi, bahkan manipulasi ringan seperti
sikat gigi bakteriemia dapat terjadi.Umumnya hanya berlangsung sekitar 10
menit. Pada saat ini kemungkinan dapat terjadi proses infeksi sekunder,
terutama pada infeksi kronis yang telah terbukti mempunyai afinitas yang
kuat pada jaringan atau organ tertentu
• 5. Reaksi sensitisasi
Toksin atau produk kuman dalam fokus infeksi yang masuk
kedalam pembuluh darah dan limfe dapat bertindak sebagai antigen
dan membuat suatu jaringan / organ menjadi sensitif. Misal pada
kulit, sehingga bila kuman atau proteinnya kontak pada waktu
berikutnya dapat menimbulkan suatu reaksi allergi. Hiper
sensitivitas ini diduga berdasar reaksi autoimun. Demikian juga pada
kasus rhematoid arthritis.
FOKAL INFEKSI PADA RONGGA MULUT

• Rongga mulut terdiri atas jaringan lunak dan jaringan keras, yakni
gig geligi sebagai jar. keras dan seluruh mukosa rongga mulut pada
pipi, palatum, lidah, dasar mulut, bibir dan gingiva.
PUFA-TIS.
PULP /P :Karies gigi dengan atau
tanpa pulpa terbuka , crown telah ABSCESS /A : bila terdapat abses, kronis
rusak sehingga tinggal akar gigi, ada atau akut, odontogen maupun non-
atau tidak ada periapikal infeksi odontogen dlm rongga mulut (mis.
Sialolithiasis).

ULCERATION /U : Ulserasi baik


karena trauma gigi yg tajam, atau
karena stomatitis lainnya, di seluruh
rongga mulut
PERIODONTITIS; PERIOSTITIS;
PERIKORONITIS; GINGIVITIS ; / -TIS :
Adanya peradangan/infeksi dan
FISTULA /F : Fistula baik karena penyebabnya (kalkulus/plak) pada gigi
keterlibatan pulpa atau lainnya , dan jaringan pendukung gigi maupun
dengan sinus atau bukan. jaringan lunak lainnya dirongga mulut.
PUFA INDEX

• Pufa Index di temukan setelah menyadari bahwa banyak kasus pada


anak2 yang tidak dapat di survey dengan berbagai index yang ada,
terutama kasus infeksi akibat kerusakan gigi yg lama tidak dilakukan
perawatan.

• Prof. van Palenstein Helderman W dkk telah menvalidasi pada tahun


2006 untuk gigi decidui, pada tahun 2009 untuk gigi permanent.
• PUFA Index sangat tepat sebagai pelengkap dari metode Index Karies
klasik (DMF-T dll) pada para epidemiologists dan perencanaan”health
care “
PUFA-TIS merupakan modifikasi dari Index
PUFA.
PUFA .: menilai kondisi kesehatan oral dan gigi geligi,
sebagai akibat tidak adanya perawatan gigi geligi dan
oral dalam jangka panjang.

• Kelebihan :
• 1. Dapat dilaksanakan di semua daerah, terutama dinegara
berkembang, mengenai kondisi kesehatan gigi dan mulut (jaringan
sekiarnya) sebagai akibat tidak adanya perawatan dalam waktu
lama.
• 2. Simple untuk dicatat (dapat dengan visual saja)
• 3. Bisa dipakai untuk didi decidui dfan gigi permanent.
• 4. Hasilnya bisa digabung dengan sistem DMF sebagai landasan
pengambilan kebijakan.
• Kekurangan :
• 1. Karies email tidak dilakukan pencatatan.
• 2. Untuk kasus U (Ulserasi), sangat sedikit kasusnya.
• 3. Abses dan fistula, dapat dikombinasikan dengan satu kode.
• 4. Reliabilitas dan validitas hasilnya mash memerlukan diskusi dan
pembicaraan lebih lanjut.
APLIKASI KLINIS PENENTUAN FOKAL INFEKSI
BERBASIS PUFA-TIS.:

• PULP / P . 1. KARIES GIGI : Karies gigi baik pada kerusakan email


maupun dentin merupakan daerah fokus infeksi. Karena proses
karies gigi terjadi akibat adanya intervensi mikroorganisme.
Penyebaran ke organ lain dapat terjadi melalui pernafasan dan
saluran cerna.

• 2. PULPITIS (AKUT ATAU KRONIS) : Pulpitis baik akut maupun kronis


terjadi akibat invasi mikroorganisme atau toksinnya, yang masuk
melalui karies ataupun melalui foramen apikalis, yang selama ini
dikenal dengan “idiopathic pulpitis”. Mikroorganisme ini dapat
menyebar secara hematogen maupun lymphogen.
• 3. AKAR GIGI : Akar gigi yang terlihat maupun hanya tertutup
gingiva baik sebagian maupun seluruhnya sangat potensial sebagai
fokus infeksi, lebih2 bila dalam ro photo terlihat adanya periapikal
infeksi. Bila ada sisa akar gigi non infeksius yang terpendam
dalam tulang, dipandang bukan sebagai fokus infeksi.
• ULSERASI/U 4. : Semua ulcerasi pada jaringan lunak rongga
mulut baik karena iritasi gigi /akar gigi ataupun ulserasi lainnya (
stomatitis apthousa, vesikel dll.) baik akut maupun kronis
dipandang sebagai fokus infeksi
FISTULA /F.. 5. : Fistula baik karena keterlibatan pulpa atau
lainnya , dengan sinus atau bukan. Adannya fistula pada gigi impaksi
dipandang sebagai fokus infeksi, sedangkan bila tidak ada fistula
bukan fokus infeksi
ABSCESS /A . 6 : bila terdapat abses, kronis atau akut, odontogen
maupun non-odontogen dlm rongga mulut dianggap sebagai fokus
infeksi (mis. Sialolithiasis).
PERIODONTITIS; PERIKORONITIS; GINGIVITIS ; / -TIS .. 7. : Adanya
peradangan/infeksi dan penyebabnya (kalkulus/plak) pada gigi dan
jaringan pendukung gigi maupun jaringan lunak lainnya dirongga
mulut
• Recording adanya fokus infeksi tersebut dilakukan pada lembar
tersendiri sehingga akan memudahkan pada saat perawatannya .
• Proses pencatatan dan perawatan fokus infeksi ini menjadi lebih
cermat bila kita lakukan dengan menggunakan chek list yang
telah disusun berdasarkan aplikasi metode PUFA-TIS , sebelum
dikembalikan ke sejawat yang merujuk.
MANAJEMEN FOKAL INFEKSI GIGI DAN
RONGGA MULUT:
Manajemen fokus infeksi gigi dan rongga mulut didasarkan atas kondisi
infeksinya :
a. Infeksi akut atau kronis dan komorbidnya.
b. Apakah gigi tersebut masih memungkinkan untuk dilakukan
perawatan konservatif atau tidak ?.
c. Jumlah kasus fokus infeksinya berdasarkan hasil pemeriksaan
dengan PUFA-TIS.
d. Kolaborasi yang akan dilaksanakan bersama dengan bagian lain
dan langkah selanjutnya.
e. Memerlukan tindakan emergency apa tidak.
f. Perlu pemeriksaan penunjang lagi apa tidak ??
• Langkah2 untuk penatalaksanannya, secara umum sama. Hal2 yang
perlu diperhatikan untuk melakukan tindak lanjut adalah :
• 1. Apakah pasien masih mengkonsumsi obat yg tidak
memungkinkan untuk dilakukan tindakan ?
• 2. Apakah penatalaksanaan fokus infeksi ini menjadi sarat
dilakukannya perawatan dibagian lainnya ?
• 3. Apakah kondisi komorbid pasien memungkinkan untuk dilakukan
tindakan ?
• 4. Seberapa besar resiko bila dilakukan tindakan sesuai protokol
normal.
Beberapa saran :

• 1. Perlu adanya komunikasi dan kolaborasi yang memadai dalam


menangani pasien dengan fokal infeksi.
• 2. Pasien dengan persiapan operasi jantung biasanya minum obat
yg dikenal pasien dengan istilah “pengencer darah”. Penghentian
obat ini seyogyanya dikonsultasikan dengan fihak yang merujuk
apabila akan dilakukan tindakan operatif.
• 3. Pasien hamil, seyogyanya dilakukan tindakan infasif pada
trimester ke 2, kecuali apabila ada keadaan yang mendesak
berdasarkan pertimbangan bersama.
• 4. Semua tindakan untuk menangani fokus infeksi harus dilakukan
dengan penuh hati2, hindari sikap dan tindakan yang kasar dan
menimbulkan kecemasan bagi pasien, baik dari operator maupun
asistennya.
• 5. Gunakan APD yang memadai bila merawat pasien dengan komorbid
yang rentan untuk terjadinya penularan (seperti HIV, TBC , Hepatitis dan
lainnya.
• 6. Gunakan obat2 yang sesuai dengan kondisi pasien dan kasusnya.
• 7. Selalu dilakukan pemeriksaan VS, sebelum dilakukan tindakan invasif.
Beberapa RS minta untuk dilakukan pemeriksaan VS sebelum &
sesudahnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai