Anda di halaman 1dari 57

CRS CASE REPORT SESSION

TTIK+MENINGITIS TB+MENINGITIS BAKTERIAL+STATUS


EPILEPTIKUS
Nurul Pertiwi – 12100118514

Preseptor:
Mustaqim, dr. Sp.A

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSU DR SLAMET-GARUT
Identitas Pasien
Nama : An. SEP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 7 bulan
Anak ke :1
Alamat : Cikajang
Tanggal lahir : 20/1/19
Tanggal masuk RS : 15 Agustus 2019
Tanggal Pemeriksaan : 26 Agustus 2019
Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. N
Usia : 22 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Cikajang

Nama Ayah : Tn. T


Usia : 24 tahun
Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat : Cikajang
Keluhan Utama: Kejang
Pasien datang ke RSU Dr. Slamet Garut dengan keluhan kejang sejak 1 hari SMRS. Kejang
terjadi secara tiba-tiba dengan durasi kurang lebih 2 menit. Frekuensi kejang dalam 1 hari sulit
diketahui, namun ibu pasien memperkirakan kejang terjadi cukup sering sekitar lebih dari 3 kali
dalam 1 hari. Kejang terjadi dengan postur badan pasien menjadi kaku dan kedua mata
mendelik ke atas. Selama di rumah sakit, pasien sempat mengalami kaku badan lebih dari 3o
menit dengan penurunan kesadaran.
Keluhan disertai dengan demam yang datang mendahului kejang. Demamnya muncul
hangat-hangat lalu meninggi sekitar 39 derajat celcius dengan lama 14 hari dan sudah diukur
menggunakan termometer. Pasien juga sempat mengalami penurunan kesadaran dengan durasi
yang tidak diketahui sesaat setelah kejang berhenti. Pasien juga mengalami muntah-muntah
apabila diberi minum, baik ASI maupun susu formula.
Keluhan Utama: Kejang
Keluhan tidak disertai dengan adanya nyeri telinga maupun adanya sekret telinga pada
pasien. Ibu pasien juga menyangkal adanya riwayat trauma kepala sebelum timbulnya keluhan
pada pasien. Ibu pasien menyangkal adanya sesak. Demam juga tidak disertai bintik merah atau
ruam kemerahan pada wajah pasien. Ibu pasien menyangkal jika pasien mengalami diare
ataupun sembelit. Tidak ada keluhan pada BAK pasien maupun nyeri pinggang ataupun
suprapubic. Ibu pasien menyangkal adanya mimisan, gusi berdarah, bab berdarah, maupun
muntah berdarah. Ibu pasien juga menyangkal adanya nyeri kepala yang dirasakan oleh pasien.
Riwayat trauma disangkal.
Ibu pasien mengaku keadaan rumahnya hanya terdiri dari 3 jendela kecil dengan jumlah
penghuni sekitar 7 orang di dalamnya. Terkadang ayah pasien merokok di dalam rumah.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien merupakan anak pertama lahir dari Ibu P2A0. Pasien dilahirkan secara
spontan cukup bulan. Bayi langsung menangis, ketuban jernih, BB= 3,5 kg, PB
50 cm, tidak ada riwayat kuning saat lahir.
Riwayat Imunisasi
Menurut ibu pasien, pasien telah melakukan imunisasi dasar lengkap berupa:
• 0 Bulan: Hepatitis B, Polio
• 1 Bulan: BCG
• 2 Bulan: DTP
Riwayat Makan
0-6 Bulan: ASI
6- 7 Bulan: ASI + Susu Formula + Bubur Susu
Riwayat Tumbuh Kembang
Motorik Kasar
7 bulan : anak sudah bisa menggenggam benda
Motorik halus
7 bulan : mencoret-coret
Bahasa
7 bulan: dapat berbicara memanggil ayah ibunya (Ma.. Pa...)
Sosial
7 bulan : sudah dapat berinteraksi sederhana dengan senyuman atau tertawa
Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan
teman seusianya
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Sebelumnya pasien sempat dirawat di kamar NIA selama 2 minggu dengan
keluhan yang sama disertai dengan koma selama 8 hari.
Riwayat Keluarga
Ayah pasien waktu kecil pernah mengalami kejang demam tapi tidak sampai
mengalami penurunan kesadaran
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit berat
Kesasaran : Sopor
Suhu : 36,7 0C
Nadi : 128x/min regular
Respirasi : 42x/min
Antropometri
BB : 9,5 kg
PB : 73 cm
BB/PB : Median
PB/U : Median
Kesan : Status gizi baik dengan perawakan normal
Pemeriksaan Fisik
• 1. Kulit: Tidak tampak pucat, tidak sianosis, tidak jaundice, turgor <2 detik.
• 2. Otot: Atrofi (-), Hipertrofi(-)
• 3. Tulang : Deformitas (-), gibbus (-)
• 4. Sendi : Pembengkakan (-)
Pemeriksaan Fisik: Kepala
Bentuk : Simetris, ubun-ubun lunak dengan bulging (+)
Rambut : hitam , halus, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, edema (-), deformitas (-)
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), Kelopak Mata cekung (-).
Pupil : Bulat, anisokor, refleks cahaya -/-
Hidung : Simetris, epistaksis -/-, sekret -/-
Telinga : Simetris, sekret -/-
Mulut : mukosa oral basah, perdarahan gusi (-) Lidah hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1 hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Pemeriksaan Fisik: Leher
• KGB : Pembesaran KGB (-)
• Kelenjar Tiroid :Tidak ada pembesaran
• Retraksi suprasternal (-)
Pemeriksaan Fisik: Thorax
Paru
• Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal (-)
• Palpasi : Pergerakan simetris, kanan = kiri
• Auskultasi : VBS kanan = kiri, wheezing -/-, ronki +/+, stridor -/-
Jantung
• Inspeksi : iktus kordis tampak
• Palpasi : iktus kordis tampak di ICS V midclavicular line
• Perkusi : Tidak ada pembesaran jantung
• Auskultasi : Bradikardi, S1-S2 murni irreguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik: Abdomen
• Inspeksi : Datar, retraksi epigastrium (-)
• Palpasi : Lembut, turgor kembali cepat,
: Hepar, Tidak teraba
: Limpa: Tidak teraba
• Perkusi : Timpanik
• Auskultasi : Bising usus (+), normal.
Pemeriksaan Fisik
• Anogenital : Tidak diperiksa
• Ekstremitas : Bentuk simetris, deformitas (-), sianosis (-), akral hangat,
CRT <2’’
Pemeriksaan Neurologi
Rangsang meningeal Motorik : 1 1
a. Kaku kuduk :- 1 1
b. Brudzinsky I/II/III : - Sensorik : Defisit
c. Laseque :- Saraf Otak :
d. Kernig :-  CN III : Defisit
 CN IV : Defisit
 CN VII : Defisit
Refleks Fisiologis : Refleks Patologis :
• Bisep (+/+)  Babinzki (+/+)
• Trisep (+/+)  Chaddock (+/+)
• Achilles (+/+)  Openheim (+/+)
• Patella (+/+)  Gordon (+/+)
Resume
Pasien SEP laki laki (7 bulan) gizi baik dengan perawakan normal datang ke RSU
Dr. Slamet Garut dengan keluhan kejang sejak 1 hari SMRS. Kejang terjadi secara tiba-
tiba dengan durasi kurang lebih 2 menit. Frekuensi kejang dalam 1 hari sulit diketahui,
namun ibu pasien memperkirakan kejang terjadi cukup sering sekitar lebih dari 3 kali
dalam 1 hari. Kejang terjadi dengan postur badan pasien menjadi kaku dan kedua mata
mendelik ke atas. Selama di rumah sakit, pasien sempat mengalami kaku badan lebih
dari 3o menit dengan penurunan kesadaran. Ibu pasien mengaku keadaan rumahnya
hanya terdiri dari 3 jendela kecil dengan jumlah penghuni sekitar 7 orang di dalamnya.
Terkadang ayah pasien merokok di dalam rumah. Tanda-tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan refleks patologis positif.
Diagnosis Banding
Meningitis TB grade III + TTIK + Meningitis bakterialis + Status Epileptikus

Meningitis viral+ TTIK + Meningitis bakterialis + Status Epileptikus

Meningitis fungal+ TTIK + Meningitis bakterialis + Status Epileptikus


Usulan Pemeriksaan
• Darah rutin (hemoglobin, trombosit, hematokrit, leukosit,eritrosit)
• Diff count
• CSF
• CT Scan
Tatalaksana
UMUM KHUSUS
1. Bed rest (Setengah duduk 20-30 derajat) FDC 2RHZE
2. Terapi cairan BB<10 kg
BB 9,5 kg = 100x9,5 = 950 cc/hari Rifampicin 1x75 mg
950 cc/hari – 500 cc =450 cc/ hari Isoniazid 1x50 mg
450:24= 19 tpm mikro Pirazinamid 1x150 mg
Etambutol 1x200 mg

Manitol 20% 0,5-1 g/khBB i.v selama 10-30 menit tiap 4-6 jam. (9,5x0,5)-
(9,5x1) = 4,75-9,5 gr
4x9 gr

Fenobarbital
3-5 ml/kgBB/hari iv
9,5x5 = 47 ml, sediaan iv 65 ml
1x47 ml
Hasil Pemeriksaan Darah Rutin
Darah Rutin
Hemoglobin 6.6
Hematokrit 25
Lekosit 7,560
Trombosit 297,000
Eritrosit 3.85
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0
Eosinofil 1
Batang 0
Netrofil 75
Limfosit 23
Monosit 2
Hasil Follow Up 15 Agustus 2019
S Kejang (+), penurunan kesadaran (+), demam (-)
O G2M2V1, pupil anisokor, CRT <2 detik
A TTIK + meningitis grade Tb III + Meningitis
bakterialis
P NaCl 3b 100 cc dalam 15 menit, selanjutnya Nacl
3b 5 ml /jam
Ceftriaxone 2x500 mg IV
Cloxacin 4x500 mg IV
Dexamethasone 3x1 mg
Rifampisin 1x150 mg (sonde)
INH 1x100 mg (sonde)
Pirazinamid 1x250 mg (sonde)
Etambutol 1x200 mg (sonde)
ASI 10x65-70 cc (sonde)
Lumbal pungsi
CT scan
Hasil follow up 16 Agustus 2019

S Kejang (+), penurunan kesadaran (+), demam (-)


O G2M2V1, pupil anisokor, CRT <2 detik
A TTIK + meningitis grade III
P NaCl 20 tetes mikro
Ceftriaxone 2x500 mg IV
Cloxacilin 4x500 mg IV
Dexamethason 3x1 mg
Rifampicin
Isoniazid
Pyrazinamid
Etambutol

Lumbal Pungsi
Ct Scan
Hasil follow up 19 Agustus 2019
S Batuk (+)
Penurunan kesadaran (+)
O E2M2V1, pupil bulat isokor
A TTIK + meningitis grade Tb III + Meningitis
bakterialis
P Inf. Nacl 40 tetes permenit mikro
Ceftriaxone 2x500 mg IV
Cloxacilin 4x500 mg IV
Dexamethason 3x1/2 mg
Fenobarbital 2x25 mg
Pirazinamide
INH
Rifampicin
Ethambutol
Streptomisin
CT Scan
L-Bio 3x1 cth
Zinc 1x1 cth
Hasil Follow Up 20 Agustus 2019
S Kejang (-), demam (-)
O E3M3V1, pupil bulat isokor
A TTIK + meningitis grade Tb III + Meningitis
bakterialis
P Inf. Asering 40 tetes permenit mikro
Ceftriaxone 2x500 mg
Cloxacilin 4x500 mg
Dexamethason 3x1/2 mg
Fenobarbital 3x25 mg
Pirazinamide 1x350 mg
INH 1x100 mg
Rifampicin 1x120 mg
Ethambutol 1x200 mg
Streptomisin 1x200 mg
L-Bio 3x1/2 cth
Zinc 1x1 cth
Hasil Follow Up 21 Agustus 2019
S Demam (+), batuk (+), sesak (-) kejang (-)
O S: 36,8 C, N:120x/menit, RR: 32 x/menit
A TTIK + meningitis grade Tb III + Meningitis
bakterialis
P Inf. Asering 40 tetes permenit mikro
Ceftriaxone 2x500 mg
Cloxacilin 4x500 mg
Dexamethason 3x1/2 mg
Fenobarbital 2x25 mg
Pirazinamide 1x350 mg
INH 1x100 mg
Rifampicin 1x120 mg
Ethambutol 1x200 mg
Streptomisin 1x200 mg
L-Bio 3x1/2 cth
Zinc 1x1 cth
Cek elektrolit
Manitol 3x9 mg selama 5 hari
Hasil Follow Up 22 Agustus 2019
S Demam (-), batuk (+), sesak (-) kejang (-)
O S: 36,6 C, N:110x/menit, RR: 32 x/menit
C3M3V1
A TTIK + meningitis grade Tb III + Meningitis bakterialis
P Inf. Asering 40 tetes permenit mikro
Ceftriaxone 2x500 mg
Cloxacilin 4x500 mg
Dexamethason 3x1/2 mg
Fenobarbital 2x25 mg
Pirazinamide 1x350 mg
INH 1x100 mg
Rifampicin 1x120 mg
Ethambutol 1x200 mg
Streptomisin 1x200 mg
L-Bio 3x1/2 cth
Zinc 1x1 cth
LLM/ASI 8x90 cc
Manitol 9 gram IV dalam 20 menit diulang tiap 6 jam selama 48
jam
Infus Nacl 0,9 % 20 gtt/ menit
Nebulisasi ventolin
Hasil Follow Up 23 Agustus 2019

S Batuknya sudah berkurang, muntah(-), demam (-) kejang (-)


O S: 36,6C, N:150x/menit, RR:36x/menit
A meningitis grade Tb III + Meningitis bakterialis
P Inf. Nacl 0,9%tetes permenit mikro
Ceftriaxone 2x500 mg
Cloxacilin 4x500 mg
Dexamethason 3x1/2 mg
Sibital 2x25 mg
Pirazinamide 1x350 mg
INH 1x100 mg
Rifampicin 1x120 mg
Ethambutol 1x200 mg
Streptomisin 1x200 mg
L-Bio 3x1/2
LLM/ASI 8x90 cc
Manitol 3x9 gr (45 cc) 2 hari
Hasil Follow Up 24 Agustus 2019

S Batuknya (-), kejang(-), demam (-)


O K/U: lemas, tangan dan kaki kaku
S: 36,3C, N:100x/menit, RR:40x/menit
A meningitis grade Tb III + Meningitis bakterialis
P Inf. Nacl 0,9%tetes permenit mikro
Ceftriaxone 2x500 mg
Cloxacilin 4x500 mg
Dexamethason 3x1/2 amp
Sibitall 2x25 mg
Pirazinamide 1x350 mg
INH 1x100 mg
Rifampicin 1x120 mg
Ethambutol 1x200 mg
Streptomisin 1x200 mg
L-Bio 3x1/2 sach
L-zinc 1x1 cth
LLM/ASI 8x90 cc
Manitol 3x9 gr (45 cc) 2 hari
Hasil Follow Up 25 Agustus 2019

S Batuk (+), berdahak, mual muntah (-), kejang (-), demam (-),
mencret (-)
O K/U: lemas, tangan dan kaki kaku
S: 36,3C, N:100x/menit, RR:40x/menit
A meningitis grade Tb III + Meningitis bakterialis
P Inf. Nacl 0,9%tetes permenit mikro
Ceftriaxone 2x500 mg
Cloxacilin 4x500 mg
Dexamethason 3x1/2 amp
Sibitall 2x25 mg
Pirazinamide 1x350 mg
INH 1x100 mg
Rifampicin 1x120 mg
Ethambutol 1x200 mg
Streptomisin 1x200 mg
L-Bio 3x1/2 sach
L-zinc 1x1 cth
LLM/ASI 8x90 cc
Manitol 3x9 gr (45 cc) 2 hari
Hasil Follow Up 26 Agustus 2019

S Batuk (+), berdahak, mual muntah (-), kejang (-), demam (-),
mencret (-)
O K/U: lemas, sakit berat
N: 110x/menit R: 39x/menit, S:36,6, tangan dan kaki kaku
A meningitis grade Tb III + Meningitis bakterialis
P Inf. Nacl 0,9% 20 tetes permenit
Ceftriaxone 2x500 mg
Cloxacilin 4x500 mg
Dexamethason 3x1/2 amp - stop
Sibitall 2x25 mg- stop
Pirazinamide 1x350 mg
INH 1x100 mg
Rifampicin 1x120 mg
Ethambutol 1x200 mg
Streptomisin 1x200 mg
L-Bio 3x1/2 sach
L-zinc 1x1 cth
LLM/ASI 8x90 cc
Prednison
Hasil Follow Up 27 Agustus 2019

S Muntah malam hari sebanyak 1x, Demam (-), kejang (+), batuk
(+) berdahak, pilek (-), sesak (-) mencret (-), minum (+)
O K/U: lemas, sakit berat
R: 41x/menit, S:36,7, N: 110x/menit, tangan dan kaki kaku
A meningitis grade Tb III + Meningitis bakterialis
P Inf. Nacl 0,9% 20 tetes permenit
Ceftriaxone 2x500 mg
Cloxacilin 4x500 mg
Dexamethason 3x1/2 amp - stop
Sibitall 2x25 mg- stop
Pirazinamide 1x350 mg
INH 1x100 mg
Rifampicin 1x120 mg
Ethambutol 1x200 mg
Streptomisin 1x200 mg
L-Bio 3x1/2 sach
L-zinc 1x1 cth
LLM/ASI 8x90 cc
Prednison
Hasil Follow Up 28 Agustus 2019

S Kejang (-) demam (-) batuk berdahak (+), pilek (-), muntah (+)
O K/U: lemas, sakit berat
R: 40x/menit, S:36,4, N: 106x/menit, tangan dan kaki kaku
A meningitis grade Tb III + Meningitis bakterialis
P Inf. N5 0,9% 20 tetes permenit
Ceftriaxone 2x500 mg
Cloxacilin 4x500 mg
Dexamethason 3x1/2 amp - stop
Sibitall 2x25 mg- stop
Pirazinamide 1x350 mg
INH 1x100 mg
Rifampicin 1x120 mg
Ethambutol 1x200 mg
Streptomisin 1x200 mg
L-Bio 3x1/2 sach
L-zinc 1x1 cth
LLM/ASI 8x90 cc
Luminal 2x25 mg
OBSERVASI ICU
Jam S= Pasien datang ke ICU dalam kondisi tidak terimunisasi
17.00 Laringoskop LEET di ruangan tidak tidak tersedia
Perawat mengatakan : imunisasi harus dilakukan di ICU
O= E3M2V1
TD = 75/31 mmHg RR = -
HR = 120 x/menit SpO = 99%
Kepala = Pupil miosis
Reflex cahaya -/-
Thorax = Bentuk & gerak simetris
Crackles -/-, Slem +/+
Abdomen = datar
Extremitas = Akral hangat
A= Status Epileptikus + Meningitis TB grade III +
Meningitis bakterialis + TTIK (Perbaikan)
P= - Loading NaCL 3% 10 ml/jam
- Benutrion 250 ml/ 24 jam
- OGT
- Dopamin 300 mg dalam D 10% 50 cc
Kecepatan : 3ml/ jam
- Meropenem 3 x 300 mg IV
- Ceptriaxon 2 x 500 mg IV
- Dexamethson 3 x 1
- Rifampisin 1 x 150 mg
- INH 1 x 100 mg
- Pirazinamide 1 x 350 mg
- Etambutol 1 x 200 mg
- Prednison
- Ventilator
- Fenintoin Loading 200 ml dlm NaCL 0,9% 50 cc
Selama 20 menit
Selanjutnya 2 x 25 mg IV

[ICU](29 Agustus 2019)


30 Agustus 2019 -ICU
S Napas spontan (-)
O HR: 60x/menit, SpO2: 99%, edema (+), pupil miosis, reflex cahaya -/-
A MBO
P Informed concent keluarga

31 Agustus 2019 -ICU


S

O Extubasi
HR(-), RR(-), pupil midriasis bilateral, reflex cahaya -/-

A Pasien dinyatakan meninggal

P Informed concent keluarga


Hasil Lab Tanggal 15/8/19 Hasil Lab Tanggal 16/8/19 Hasil Lab Tanggal 21/8/19
Darah Rutin Hemoglobin 11.1 Natrium (Na) 127
Hemoglobin 6.6 POST TRANSFUSI? Kalium (K) 6.5
Hematokrit 25 Hematokrit 40 Klorida (CI) 99
Lekosit 7,560 Lekosit 9,690 Kalsium (Ca Bebas) 3.79
Trombosit 297,000 Trombosit 85,000
Eritrosit 3.85 Eritrosit 5.42
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0
Eosinofil 1
Batang
Netrofil
0
75
Hasil Lab Tanggal 18/8/19 HASIL
Cairan Liquor:
Limfosit
Monosit
23
2
Pandy
Nonne
POSITIF
POSITIF
LAB
Hasil Lab Tanggal 19/8/19
Glukosa C Liquor
Protein Cairan (Liquor)
61
1460
PASIEN
Hemoglobin
Hematokrit
10.0
32
Albumin (Liquor)
Jumlah Sel
990
67 SEPTIAN
Lekosit 5,880 Hitung Jenis Sel
Trombosit 252,000 PMN 79
Eritrosit 4.67 MN 21
Diagnosis Kerja
Status Epileptikus+ Meningitis TB grade III + TTIK + Meningitis bakterialis
Prognosis
• Quo ad vitam : dubia ad malam
• Quo ad functionam : dubia ad malam
• Quo ad sanationam : dubia ad malam

• Prognosis Stadium II: 25% mengalami gejala sisa


• Ditentukan dari stadium meningitis saat masuk RS dan penyulit yang terjadi
Akan ditemukan kalsifikasi intrakranial pada ⅓ penderita yang sembuh
Status Epileptikus
Teori: Pada Pasien:
Status epileptikus (SE) adalah bangkitan yang terjadi terus- Terdapat bangkitan nonkonvulsi lebih dari 30 menit dan
menerus ≥30 mnt berupa bangkitan fokal/umum, tanpa ada pemulihan kesadaran di antara 2 bangkitan
konvulsi/nonkonvulsi atau dalam 30 mnt terjadi beberapa
kali bangkitan tanpa ada pemulihan kesadaran di antara
bangkitan

Sering ditemukan pada usia ≤3 th Usia pasien 7 bulan

Keadaan yang mendasari status epileptikus pada anak


antara lain: Keadaan akut: ensefalopati (gangguan Pasien mengalami meningitis
elektrolit), ensefalitis, meningitis, perdarahan intrakranial
Keadaan kronik: malformasi otak, sindrom neurokutan,
pasca- trauma kepala, dan epilepsi (obat antiepilepsi di
bawah kadar obat darah/subterapi)

Obat-obatan yang sering digunakan untuk tatalaksana awal


yaitu diazepam, lorazepam, fenitoin, fenobarbital
Pasien diberikan sibital 2x25 mg
Meningitis TB
Teori: Pada pasien:
Meningitis tuberkulosis merupakan peradangan pada selaput otak Suhu tinggi lebih dari 7 hari
(meningen) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Ayah pasien senang merokok di dalam rumah
tuberkulosis .

Penyakit ini dapat saja menyerang semua usia, termasuk bayi dan
anak kecil dengan kekebalan alamiah yang masih rendah. Angka
kejadian tertinggi dijumpai pada anak umur 6 bulan sampai dengan Pasien berusia sekitar 6-7 bulan
4 atau 6 tahun, jarang ditemukan pada umur dibawah 6 bulan,
hampir tidak pernah ditemukan pada umur dibawah 3 bulan.

Adanya riwayat kejang atau penurunan kesadaran (tergantung


stadium penyakit), adanya riwayat kontak dengan pasien
tuberkulosis (baik yang menunjukkan gejala, maupun yang Pasien mengalami kejang, penurunan kesadaran,
asimptomatik), adanya gambaran klinis yang ditemukan pada mual muntah, ubun-ubun menonjol, distres
penderita (sesuai dengan stadium meningitis tuberkulosis). Pada pernapasan
neonatus, gejalanya mungkin minimalis dan dapat menyerupai
sepsis, berupa bayi malas minum, letargi, distress pernafasan,
ikterus, muntah, diare, hipotermia, kejang (pada 40% kasus), dan
ubun-ubun besar menonjol
Meningitis TB Pada pasien:
pemeriksaan fisik: tergantung stadium penyakit. Tanda rangsang Pasien berusia sekitar 6-7 bulan. Tidak ada kaku
meningen seperti kaku kuduk biasanya tidak ditemukan pada anak berusia kuduk
kurang dari 2 tahun

Meningitis Stadium Awal (Stadium I) Didominasi oleh gejala


gastrointestinal, tidak terlihat manifestasi neurologis, berlangsung ±2 mgg.
Anak dapat apatis atau iritabel dengan sakit kepala yang hilang muncul,
kenaikan suhu yang ringan, anoreksia, mual, muntah. Khususnya pada bayi, Pasien mengalami kejang demam, mual muntah
kejang demam merupakan gejala yang paling menonjol pada stadium ini

Stadium II Anak terlihat mengantuk dan mengalami disorientasi dengan


tanda iritasi meningen. Refleks fisiologis ↑, refleks abdominal menghilang
dan klonus. Dijumpai keterlibatan saraf kranial III, VI, dan VII Pasien mengalami defisit saraf kranial III, VI,
VII. Refleks cahay menurun. Pernapasan ireguler.
Stadium III Anak dapat dalam keadaan koma atau terdapat periode yang
hilang muncul dari penurunan kesadaran. Refleks cahaya pupil ↓. Dapat
ditemukan spasme klonik rekuren dari ekstremitas, pernapasan ireguler, dan
demam tinggi. Hidrosefalus terjadi pada ⅔ penderita yang infeksinya sudah
berjalan >3 bl dan tidak diterapi adekuat
Pada pasien:
pemeriksaan penunjang: pemeriksaan cairan serebrospinal
dan CT-scan kepala
PMN meningkat
Protein meningkat
glukosa normal
Cairan Liquor:
Pandy POSITIF
Nonne POSITIF
Glukosa C Liquor 61
Protein Cairan (Liquor) 1460
Albumin (Liquor) 990
Jumlah Sel 67
Hitung Jenis Sel
PMN 79
MN 21

CT SCAN: Hydrocephalus komunikans disertai meningeal


enhancement berlebih
CT SCAN dengan kontras: Infark, tuberkuloma, hidrosefalus
Pada pasien:
Tatalaksana Meningitis TB Rifampisin 1x150 mg (sonde)
Teori INH 1x100 mg (sonde)
Tatalaksana Pemberian obat antituberkulosis selama 12 Pirazinamid 1x250 mg (sonde)
bulan. Tatalaksana tekanan tinggi intrakranial (TTIK): Etambutol 1x200 mg (sonde)
Mengurangi edema serebri Manitol 20% 0,5–1 g/kgBB
i.v. selama 10–30 mnt tiap 4–6 jam Mempertahankan Pasien diberikan mannitol 3x9 mg selama 5 hari
fungsi metabolik otak
Mempertahankan kadar elektrolit pada keadaan normal Posisi kepala pasien disangga dengan bantal sehingga membentuk
Menghindari ↑ tekanan intrakranial Posisi penderita posisi netral dengan tinggi 20-30 derajat.
dipertahankan setengah duduk dengan meng- angkat
kepala setinggi 20–30° dan dalam posisi netral
Meningitis Bakterialis
Teori Pasien
Batasan Peradangan meningen yang disertai bukti Hasil pemeriksaan CSF pasien menunjukan adanya peristiwa shift
terdapat bakteri dalam likuor serebrospinal (LSS) to the left berupa dominasi PMN. (Infeksi bakteri akut)

Manifestasi Klinis Bervariasi bergantung pada usia, lama Pasien mengalami muntah, kejang, dan tidak ada manifestasi kaku
sakit sebelum berobat, dan daya tahan penderita kuduk (usia pasien <2tahun, penurunan kesadaran, ubun-ubun
Neonatus: gejala mungkin minimal dan menyerupai besar menonjol.
sepsis, seperti malas minum, letargi, distres pernapasan,
ikterus, muntah, diare, hipotermia, kejang (40% kasus),
ubun-ubun besar menonjol (33,3% kasus). Tanda
rangsang meningen seperti kaku kuduk biasanya tidak
ditemukan pada anak <2 th Anak lebih besar: dapat
timbul akut atau insidious, berupa demam, kejang, mual-
muntah, anoreksia, sakit kepala, nyeri punggung, fotofobi,
kaku kuduk, serta tanda gangguan status mental seperti
gelisah, letargi, dan kesadaran ↓ Manifestasi klinis lain:
defisit neurologik fokal, edema otak, paralisis saraf
kranial, syok septik, artritis septik, dll.
Meningitis Bakterialis
Teori Pasien
Diagnosis Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Bergantung Pada pasien dilakukan pemeriksaan CSF dengan predominasi PMN
pada gejala yang timbul sesuai usia. Diagnosis definitif
dengan pemeriksaan pungsi lumbal Pemeriksaan
Penunjang Analisis LSS
Warna keruh.
Protein ↑
Jumlah sel leukosit dan hitung jenis Jumlah sel leukosit
pada usia >3 bl adalah 6/mm3 dan tidak mengandung
PMN. Pada meningitis bakterialis terjadi pleiositosis,
biasanya >1.000/mm3 dengan predominasi PMN. Kadar
glukosa LSS: terjadi hipoglikorazia (kadar gula LSS
rendah
Meningitis Bakterialis
Teori Pasien

Tatalaksana
Catat masukan dan keluaran cairan Bila terjadi tekanan Pasien diberikan mannitol 3x9 mg selama 5 hari
tinggi intrakranial: peninggian kepala 30°, manitol (0,5 g) Dexamethasone 3x1/2 amp
selama 30 mnt, deksametason 10–12 mg/m2/hr terbagi
dalam 4 dosis tidak lebih dari 4 atau 5 hr

Antikonvulsan bila kejang Pasien diberikan fenobarbital 2x25 mg

Dukungan gizi melalui nasogastrik Pasien sempat terpasang OGT

Semua pasien suspected menggunakan ceftriaxone IV Pada pasien diberikan Ceftriaxone 2x500 mg
TTIK
Teori Pasien

Peningkatan tekanan intracranial merupakan komplikasi Pada pasien terjadi peningkatan tekanan intracranial yang
yang serius yang biasanya terjadi pada trauma kepala, direpresentasikan oleh bulging yang terdapat pada ubun-ubunnya
perdarahan subarahnoid, hidrosefalue, SOL, infeksi
intracranial, hipoksia dan iskemi pada otak yang dapat
menyebabkan herniasi sehingga bisa terjadi henti nafas
dan jantung

a. Trias TIK ; nyeri kepala hebat, muntah proyektil, Pasien mengalami mual muntah sehingga ASI yang telah diminum
papiledema. Bisa juga terjadi penurunan kesadaran, dikeluarkan kembali. Pasien juga mengalami penurunan kesadaran,
gelisah, iritabel. b. Gejala klinis lain: penurunan fungsi perubahan reaksi pupil.
neurologist seperti :perubahan bicara, perubahan reaksi
pupil, sensori motorik berubah, mual muntah, pandangan
kabur. c. Triad Cushing → indikasi herniasiotak, yaitu; •
Tekanan darah sistolik meningkat • Nadi besar • Nafas
ireguler

Mannitol adalah terapi utama dalam peningkatan TTIK. Pasien diberikan mannitol 3x9 mg selama 5 hari
Mannitol bekerja melalui diuresis osmotic dengan
menarik edema dari parenkim otak.

Anda mungkin juga menyukai