Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

ARDS, CONFIRMED COVID19, DM TYPE 2, HIPERTENSI STAGE 2,


ISCHEMIC HEPATITIS

Dibimbing oleh :
dr. Ilmaniar Prihatma A.

Disusun oleh :
dr. Aditya Wicaksono

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
RS BHAKTI ASIH BREBES
PERIODE 10 JUNI– 10 SEPTEMBER 2021

BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. K

Umur : 63 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No rekam medis : 225***

Alamat : Limbangan Wetan, Brebes

Ruang rawat : CEMARA PINUSICU COVID 19

Status care : BPJS Kesehatan

Identitas Keluarga
• Nama : Tn. N
• Umur : 35 thn
• Alamat : Limbangan Wetan
• Hubungan dengan pasien : Anak

B. Anamnesis (alloanamnesis oleh ibu pasien)

Keluhan Utama : kejang 5 menit SMRS.


Keluhan Tambahan : demam 2 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RS Bhakti Asih Brebes dengan keluhan Demam sejak 1
minggu yang lalu. Batuk berdahak (dahak warna putih kental)
,Sesak nafas, Pusing, mual, muntah, nafsu makan turun.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riw. DM (-), Riw. HT(-), Riw. Asma (-), Riw. TB (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Anak pasien memiliki keluhan batuk sebelum ibunya.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Composmentis
Kesadaran : GCS E4V5M6 (3)
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 102x / menit
Pernapasan : 30x / menit
Suhu : 37,5 o C
SpO2 : 90% (room air)
95% (NRM 15 lpm)

Kepala : Normosefali, deformitas (-)


Wajah : Simetris, edema (-), lesi purpura pada pipi kanan.
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : Meatus akustikus eksternus intak, deformitas (-), sekret (-/-),
Mulut : Bibir tampak lembab, mukosa oral basah, faring tidak hiperemis,
tonsil T1/T1
Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB leher (-), pembesaran tiroid (-)
Dada : Bentuk normal, barrel chest (-)
Paru
● Inspeksi : Gerakan napas tampak simetris, retraksi subcostal (-/-),
intercostal (-/-) , suprasternal (-/-).
● Palpasi : Gerakan napas teraba simetris, fremitus kanan dan kiri sama.
● Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
● Auskultasi : Bunyi napas vesikuler (+/+), Ronki (+/+), Wheezing (-/-).

Jantung

● Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.


● Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS III linea midclavicularis sinistra.
● Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

● Inspeksi : Tampak datar.


● Auskultasi : Bising usus (+), 8 x/menit.
● Palpasi : Teraba supel, hepar dan lien tidak teraba.
● Perkusi : Timpani di seluruh regio abdomen.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-/-/-.


Kulit : Turgor kulit kembali cepat, ikterik (-).
Punggung : Alignment vertebra tampak baik.
Genitalia : Tidak diperiksa.

Pemeriksaan neurologis
Rangsang Meningeal:
Kaku kuduk : Negatif
Tes Kernig : Negatif
Brudzinski I : Negatif
Brudzinski II : Negatif
Refleks patologis:
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Schaeffer : (-/-)
Klonus : (-/-)
Nervus Kranialis

N. I : sulit dinilai
N. II : pupil isokor 3mm/3mm, letak pupil di tengah, refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
N. III, IV, VI : kedudukan bola mata di tengah, gerak bola mata baik.
N. V : motorik dan sensorik dalam batas normal.
N. VII : wajah tampak simetris, tidak ditemukan adanya lateralisasi.
N. VIII : tidak terdapat nystagmus.
N. IX, X : suara dalam batas normal, refleks menelan (+), refleks batuk (+).
N. XI : dalam batas normal.
N. XII : lidah tidak atrofi, posisi lidah di tengah.
Motorik
Kekuatan lengan dan tungkai : 5/5/5/5
Spasme dan rigiditas : -/-/-/-
Otot : normotonus
Sensorik
Tidak dapat diperiksa
Otonom
BAK (+), BAB (+), Keringat (+)
 
Refleks fisiologis:
Bisep : ++ | ++
Trisep: ++ | ++
Patella: ++ | ++
Achilles: ++ | ++

D. Pemeriksaan Penunjang

  Unit Nilai Rujukan 25/02/2021


Darah Rutin      
Hemoglobin g/dL 12 – 18 11,9
Eritrosit Juta/µL 4 – 5,5 5,19
Leukosit /µL 4.000 – 11.000 11.730
Trombosit /µL 150.000 – 450.000 423.000
Hematokrit % 40 - 52 35,2
MCV fL 79 – 99 67,8
MCH pg 26,5 – 33,5 22,9
MCHC g/dL 31,5 – 35,0 33,8
Eosinofil % 1-4 0
Basofil % 0-1 0,2
Neutrofil segmen % 50-70 60,7
Limfosit % 20-40 24
Monosit % 2-6 15,1
Antigen SARS Cov-2 - negatif Negatif
E. Resume
An.A, laki-laki, usia 1 tahun 3 bulan, datang dengan keluhan kejang klonik
generalisata berulang sebanyak 5x dalam 8 jam SMRS. Pre ictal pasien sadar, ictal
pasien tidak sadar, dan post ictal pasien kembali sadar. Kejang didahului oleh demam
sejak 3 hari SMRS. Keluhan lain disangkal. Riwayat kejang demam 2 bulan SMRS
dan 4 bulan SMRS. Imunisasi lengkap. Riwayat kejang demam pada keluarga (ibu).
Riwayat tumbuh kembang, terdapat keterlambatan motoric dan verbal.
Pemeriksaan fisik pada keadaan umum tampak tenang, lemas. Takikardi
(163x/menit), hiperpireksia (38,3). Pemeriksaan lain dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang dengan lab ditemukan anemia mikrositik hipokrom minimal,
dengan leukositosis, dan monositosis.

F. Diagnosa Kerja
• Kejang demam kompleks ec viral infection
• Status gizi baik menurut WHO
• Status imunisasi lengkap menurut KEMENKES
• Status perkembangan sedikit terhambat disbanding seusianya menurut Milestone

G. Diagnosa Banding
• Kejang demam kompleks ec bacterial infection
• Epilepsi

H. Tatalaksana
Umum :
 Rawat dalam bangsal
 Kebutuhan cairan 1000cc/24 jam D5 1/4 NS diberikan dalam 7tpm
 Kebutuhan kalori tetap diberikan ASI dan mulai makanan lumat.
 Edukasi untuk observasi adanya kejang berulang
Khusus :
 Paracetamol (Eterfix) inj 120mg/6 jam
 Diazepam inj 5 mg prn kejang
 Fenitoin 2x25mg IV
 Asam valproate (Valpi) 2x2.5cc PO selama 1 tahun
 Fenitoin 2x25mg PO selama 7 hari
 Sanmol syr 4x1 cth
 Kontrol teratur

I. Saran Pemeriksaan
 GDS
 Elektrolit
 EEG

J. Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad malam
BAB II

ANALISA KASUS

Kejang Demam Kompleks


Keterangan Teori Kasus
Diagnosis
Anamnesis
Kejang Demam Kejang demam adalah bangkitan ✘ Usia 1 tahun 3 bulan
kejang yang terjadi ✘ Didahului demam
✘ pada anak berumur 6 bulan tinggi selama 2 hari
sampai 5 tahun SMRS
✘ mengalami kenaikan suhu ✘ Tidak ada kelainan
tubuh (suhu di atas 38C, neurologis intracranial
dengan metode pengukuran sebelum kejang
suhu apa pun)
✘ tidak disebabkan oleh
proses intrakranial.

Kejang Demam Kejang demam kompleks (salah ✘ Berulang sebanyak 5x


Kompleks satu) : dalam kurang dari 24
✘ Kejang lama (>15 menit) jam (dalam kurun
✘ Kejang fokal atau parsial waktu 8 jam)
satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial
✘ Berulang atau lebih dari 1
kali dalam waktu 24 jam
Faktor Risiko
Usia 6 bulan sampai 5 tahun Usia 1 tahun 3 bulan
Riwayat penyakit Pernah mengalami kejang baik Sudah mengalami kejang
dahulu kejang demam maupun kejang demam periode ketiga, dengan
tanpa demam. Pasien memiliki riwayat kejang demam
ambang kejang yang rendah kompleks
meskipun demam tidak terlalu
tinggi.
Riwayat keluarga Orang tua ataupun saudara kandung Ibu memiliki riwayat kejang
memiliki Riwayat kejang demam demam
maupun epilepsy
Pemeriksaan Fisik
Suhu Suhu > 38C Saat di rumah demam dirasa
tinggi hingga pasien menggigil
dan kemerahan, saat di IGD
suhu 38,3C
Neurologis Dalam batas normal sebelum dan Tidak ditemukan kelainan
sesudah kejang neurologis sebelum dan setelah
kejang
Tanda dehidrasi Mata cekung, turgor kulit Tidak ditemukan
melambat
Pemeriksaan Penunjang
Infeksi virus Leukopenia Leukositosis ringan
Monositosis Monositosis
Shift to the right Shift to the right
Kejang Demam Menyingkirkan kemungkinan Tidak diperiksa
adanya dehidrasi, hipoglikemia,
gangguan elektrolit
Prognosis
Kecacatan atau kelainan Kelainan neurologis, recognition Adanya kejang berulang
neurologis? memory dapat terjadi pada kasus
✘ kejang lama
✘ kejang berulang
✘ kejang umum maupun
fokal.
Kemungkinan ✘ Riwayat keluarga kejang ✘ Riwayat ibu kejang
berulangnya kejang demam atau epilepsy. demam saat masih kecil
demam? ✘ Usia kurang dari 12 bulan ✘ Usia kejang pertama kali
✘ Suhu tubuh kurang dari 39
derajat Celsius saat kejang saat usia <12 bulan
✘ Interval waktu yang ✘ Suhu tubuh <39 tapi
singkat antara awitan pasien sudah kejang
demam dengan terjadinya ✘ Kejang demam pertama
kejang. merupakan kejang
✘ Apabila kejang demam demam kompleks.
pertama merupakan kejang
demam kompleks.
Risiko menjadi epilepsi ✘ Terdapat kelainan ✘ Kejang demam kompleks
di kemudian hari? neurologis atau ✘ Berulang hampir 4
perkembangan yang jelas episode dalam 1 tahun.
sebelum kejang demam
pertama
✘ Kejang demam kompleks
✘ Riwayat epilepsi pada
orangtua atau saudara
kandung
✘ Kejang demam sederhana
yang berulang 4 episode
atau lebih dalam satu
tahun.
Tatalaksana
Indikasi rawat ✘ Kejang demam kompleks ✘ Kejang demam kompleks
✘ Hiperpireksia
✘ Usia di bawah 6 bulan
✘ Kejang demam pertama
kali
✘ Terdapat kelainan
neurologis
Tatalaksana kejang Tiba di rumah sakit  segera Tiba di rumah sakit  segera
pasang IV line, ambil sampel pasang IV line, ambil sampel
darah, periksa darah lengkap, darah, periksa darah lengkap,
siapkan antikonvulsan dan siapkan antikonvulsan dan
antipiretik. antipiretik.
✘ Diazepam PR 5mg ✘ Paracetamol inj.
(BB<12kg)/ 10mg 100mg/6 jam
(BB>12kg)  jika kejang ✘ Diazepam inj 3mg prn
dan belum terpasang IV
line (resepkan juga saat
pulang untuk persediaan
di rumah dan edukasi ibu).
✘ Diazepam IV 0,2-0,5
mg/kg perlahan-lahan
dengan kecepatan 2
mg/menit atau dalam
waktu 3-5 menit.
✘ Paracetamol IV 10-
15mg/kg untuk
menurunkan demam.
Pemberian obat Profilaksis intermiten diberikan ✘ Berulang hampir 4 kali
antikonvulsan intermiten pada kejang demam dengan salah ✘ Kejang terjadi pada suhu
satu faktor risiko di bawah ini: tubuh 38 derajat celcius,
✘ Kelainan neurologis berat, belum sampai 39
misalnya palsi serebral
✘ Berulang 4 kali atau lebih R/ Diazepam syr 5mg/2,5ml fl
dalam setahun No.I
✘ Usia <6 bulan S 3 dd cth 1/2

✘ Bila kejang terjadi pada R/ Paracetamol syr 120mg/5ml

suhu tubuh kurang dari 39 fl No.I

derajat Celsius. S 3 dd cth I

✘ Apabila pada episode


kejang demam
sebelumnya, suhu tubuh
meningkat dengan cepat.
Diazepam PO 0,3 mg/kg/kali atau
rektal 0,5 mg/kg/kali sebanyak 3
kali sehari. Diazepam intermiten
diberikan selama 48 jam pertama
demam.
Pemberian obat Indikasi pengobatan rumat: Pasien belum terindikasi untuk
antikonvulsan intermiten ✘ Kejang fokal diberikan intermiten namun

✘ Kejang lama >15 menit tetap diberikan karena dicurigai


mengarah pada prognosis yang
✘ Terdapat kelainan
lebih buruk dan menuju
neurologis yang nyata
epilepsy, mencegah kejang
sebelum atau sesudah
demam kompleks berulang lagi,
kejang, misalnya palsi
sehingga diberikan terapi
serebral, hidrosefalus,
tambahan intermiten untuk
hemiparesis
mencegah kemungkinan kejang
demam berulang ataupun
Asam valproat 15-40 mg/kg/hari
epilepsi.
dibagi dalam 2 dosis
Fenobarbital 3-4 mg/kg/hari
R/ Valpi syr 250mg/5ml fl No.I
dalam 1-2 dosis.
S 2 dd cth ½  SELAMA 1
TAHUN
Daftar Pustaka

1. Pedoman penatalaksanaan kejang demam UKK Neurologi IDAI 2016.

2. Pedoman penatalaksanaan status epileptikus UKK Neurologi IDAI 2016.

3. Pedoman pelayanan medis edisi 1. Kejang demam. IDAI 2009.

4. AAP. The neurodiagnostic evaluation of the child with simple febrile seizures. Pediatr
1996; 97:769-95
5. Wong V, dkk. Clinical guidelines on management of febrile convulsion. HK J pediatr;
7:143-51.

Anda mungkin juga menyukai