Vertigo
Disusun untuk melengkapi tugas Program Internsip Dokter Indonesia di Rumah Sakit
Oleh
Pendamping
RS BHAYANGKARA
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini. Laporan kasus ini disusun sebagai
rangkaian Program Internsip Dokter Indonesia.
Laporan kasus ini berjudul “Vertigo”, semoga laporan kasus ini dapat
memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu
kedokteran.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.
Penulis
PENDAHULUAN
Vertigo adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya atau rasa
berputar yang khayal dengan disorientasi ruang yang biasanya menimbulkan gangguan
keseimbangan .Penderita merasa dirinya berputar atau lingkungan nya yang bergerak
mengelilinginya. Penderita yang lain merasa dirinya seperti ditarik atau dalam keadaan
ketidakseimbangan.
Keluhan dari pasien dapat berupa rasa berputar, atau tempat di sekitarnya bergerak
atau perasaan bahwa mereka mengelilingi sekitarnya dan tidak dapat menentukan
tempatnya. Beberapa orang menggambarkan perasaan tertarik kearah lantai atau kea rah
satu sisi ruangan. Sukar untuk memfokuskan penglihatan dan merasa tidak enak untuk
membuka mata selam serangan. Disertai pula dengan mual muntah, keringatan dan dada
berdebar-debar.
Anamnesis merupakan bagian pemeriksaan yang paling penting untuk penderita
vertigo, oleh sebab itu diperlukan anamnesis yang cermat dan banyak memerlukan waktu,
selain itu juga diperlukan pemeriksaan fisik diantaranya pemeriksaan Keseimbangan,
pemeriksaan pendengaran, serta pemeriksaan neurologi lain. Penatalaksanaan padda
kasus vertigo umumnya merupakan pengobatan simptomatis tetapi pada beberapa kasus
juga dapat ditambahkan dengan melakukan fisioterapi.
BAB II
LAPORAN KASUS
Keluhan Utama
Pusing berputar dirasakan semakin memberat sejak 1 jam sebelum masuk
Rumah Sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pusing berputar dirasakan semakin memberat sejak 1 jam sebelum masuk
Rumah Sakit. Pusing berputar sudah dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Mual dirasakan
sejak 1 hari yang lalu, muntah ada sejak 1 hari yang lalu, frekuensi > 10x, isi air.
BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah memiliki riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
Riwayat DM, HT , dan Penyakit jantung disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama
2.3 Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Somnolen
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 76 kali/menit, reguler
Frekuensi Pernapasan : 19 kali/menit, SpO2: 100%
Suhu : 36,7oC
2. Status Lokalis
Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
fisik
Kepala Normocephal, warna rambut hitam, penyebaran rambut merata,
tidak mudah dicabut
Mata Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Hidung Deviasi septum -/-, Sekret -/-, hiperemis -/-
Telinga Normotia, deformitas -/-, liang telinga lapang +/+, sekret -/-
Mulut Oral hygiene baik, oral trush -, gigi palsu -, faring hiperemis -,
tonsil T1/T1
Leher Trakea di tengah, tiroid tidak teraba, JVP 5+2 cmH20 pembesaran
KGB(-), nyeri tekan (-)
Paru
I Pergerakan dada simetris, retraksi otot interkosta (-)
P massa (-) , pembesaran KGB (-), vokal fremitus simetris di kedua
lapang paru
P Sonor dikedua lapang paru, batas paru kanan-hepar MCL ICS 5,
batas paru kiri-lambung AAL ICS 5
A Vesikular(+/+), ,ronki -/-, wheezing -/-
Jantung
I Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
P Teraba pulsasi Ictus Cordis di ICS V linea midclavicularis sinistra
P Batas jantung kanan linea sternalis dextra ICS 3-5
Batas jantung kiri ICS V linea midclavicularis sinistra,
Pinggang jantung pada ICS 2 Parasternalis sinistra.
A BJ S1-S2 reguler normal, gallop -, murmur - .
Abdomen
I datar, massa (-)
A BU (+) meningkat
P supel, nyeri tekan epigastritum (-), hepar dan lien tidak teraba,
P balotement (-), NT suprapubik (-)
Timpani, shifting dullness (-)
Kulit Tidak kering, turgor baik, bercak kemerahan (-), decubitus (-),
memar dan bekas luka (-)
Genitalia tidak diperiksa
eksterna
Ekstremitas CRT <3 detik, akral hangat (+/+), edem pitting (-/-),
palmar eritem (-/-) sianosis -/-, clubbing finger -/-,
Status neurologikus:
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : - Kernig :-
Brudzinsky I : - Brudzinsky II : -
Laseque :-
Tanda peningkatan TIK
Muntah proyektil :-
Sakit kepala progresif : -
Nervi Kranialis
N. I : Penciuman baik
N.II : Penglihatan baik
N.III, IV, VI : Bola mata bisa digerakkan ke segala arah, nistagmus (-)
N.V : Mengunyah, sensorik baik
N.VII : Bisa menutup mata, menggerakkan dahi, bersiul, dan rasa
2/3 lidah depan normal
N. VIII : Suara bisikan +/+, Rinne test +/+, Swabach normal,
Weber sama kiri dan kanan, Tinitus (-)
N. IX : Rasa 1/3 lidah belakang normal
N. X : Bisa menelan, artikulasi baik
N. XI : Bisa menoleh dan mengangkat bahu kanan dan kiri
N. XII : Lidah bisa dikeluarkan, tremor (-)
Koordinasi : - Romberg test (+) : pasien oyong ketika berdiri
- Stepping test tidak bisa dilakukan karena pasien sangat
pusing
- Past Pointing : tidak bisa menunjukkan secara tepat suatu
objek
Motorik
Kekuatan : 555/555
555/555
Tonus : eutonus
Sensorik
Sensibilitas kasar dan halus baik
Fungsi Otonom
Miksi dan defekasi baik
Sekresi keringat ada
Reflek fisiologis
Biseps : +/+ Triseps : +/+
KPR : +/+ APR : +/+
Dinding perut : +
Reflek patologis
Babinsky :-/- Chadok : -/-
Oppenheim : -/- Gordon : -/-
Schaefer : -/- Hoffman : -/-
Fungsi luhur : dalam batas normal
1. Laboratorium
Tanggal 5-11-2018
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Darah lengkap
Hemoglobin 13,4 g/dL 13.0~18.0
Leukosit 7.100 /mm3 4.000~10.000
Trombosit 260.000 /mm3 150.000~450.000
Hematokrit 43 % 40.0~52.0
Eritrosit 2,75 Juta/mm3 4,5~6,5
MCV 81,9 fl 81~99
MCH 25,3 pg 27,0~31,0
MCHC 31,3 g/dl 31~37
1. Medikamentosa
- IVFD RL 16 tts/i
- Ketorolac 3% 1 ampul/ 8 jam
- Metoclopramid 1 ampul/ 8 jam
- Flunarizin syrup 3x5 cc
2. Non-medikamentosa
- Observasi Ruangan
- Bed Rest
- Monitor tanda vital
Follow up
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi1
Definisi vertigo menurut Cowers (1893) adalah setiap gerakan atau rasa
gerakan tubuh penderita atau objek-objek di sekitar penderita yang bersangkutan
dengan kelainan sistem keseimbangan (ekuilibrium).
2. Patofisiologi1
Vertigo yang sistematis, yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem
vestibular (yaitu labirin, nervus VIII atau inti vestibularis):
1. Telinga
~ Bagian luar : serumen, benda asing.
~ Bagian tengah : retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta,
otitis media dengan efusi labirintis, kolesteatoma, rudapaksa dengan
perdarahan.
~ Bagian dalam :
Labirintis akuta toksika Trauma
Serangan vaskular Alergi
Hidrops labirin (morbus Meniere) Mabuk gerakan
Vertigo postural
2. Nervus VIII
~ Infeksi : meningitis akuta, meningitis TB, meningitis basilaris luetika
~ Trauma
~ Tumor
3. Inti vestibulum (batang otak)
Infeksi (meningitis, ensefalitis, abses otak), trauma, perdarahan, trombosis arteria
serebeli postero-inferior, tumor, sklerosis multipel.
4. Gejala klinis
Sentral
Gejala Perifer
5. Pemeriksaan Pendengaran
Garpu tala
Audiometri
6. Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
Umumnya merupakan pengobatan simptomatis. Beberapa obat yang dapat
diberikan antara lain sebagai berikut (2,3) :
1. antikolinergik/parasimpatolitik
2. antihistamin
3. penenang minor dan mayor
4. simpatomimetik
5. vasodilator
B. Fisioterapi
Tujuan fisioterapi pada penderita vertigo adalah untuk mempercepat tumbuhnya
mekanisme kompensasi atau adaptasi sistem vestibula terhadap gangguan yang terjadi.
Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu dengan memberikan rangsangan secara bertahap
namun intensif terhadap vestibuli, visus dan proprioseptif. Beberapa cara latihan untuk
penderita vertigo adalah :
~ Latihan gerakan tubuh dengan posisi kepala, leher dan mata tetap (stationer)
~ Mata dan kepala bergerak mengikuti objek yang bergerak.
~ Latihan dengan sejenis alat pembangkit nistagmus.
~ Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis.1,2
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan seorang laki-laki, umur 21 tahun dengan diagnosis klinik Vertigo
dengan diagnosis sekunder Nyeri kepala sekunder. Diagnosa ditegakkan berdasarkan
anamnesa berupa adanya pusing disertai pandangan berputar semakin memberat sejak 1
jam sebelum masuk rumah sakit. Pusing timbul tiba-tiba, makin lama makin hebat, tidak
berkurang walaupun pasien sudah duduk maupun berbaring. Pusing tidak dipengaruhi
oleh perubahan kepala. Pasien masih sadar ketika pusing, anggota badan tidak terasa
lumpuh atau susah digerakkan tapi pasien tidak bisa berdiri karena oyong. Pusing disertai
mual dan muntah.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg. Dari pemeriksaan
neurologi tidak ditemukan nistagmus, gangguan pendengaran, kemudian ditemukan
adanya gangguan koordinasi berupa Romberg test (+) dan Past Poiting terganggu.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, ditegakkan diagnosa klinik Vertigo.
Diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya berupa pemeriksaan kadar kolesterol, HDL,
LDL, rontgen kepala dan servikal, Tes kalori dan EEG untuk lebih memastikan diagnosa
vertigo dan penyebabnya.
Penatalaksanaan pasien adalah dengan terapi umum berupa bedrest total selama 1-2
hari dan pemberian diet yang baik untuk mengatasi mual dan muntah yang berlebihan.
Kemudian terapi khusus berupa IVFD RL 20 tetes/menit, drip metoclopramid 1 ampul/8
jam, injeksi ketorolac 3% 1 ampul/8 jam, Flunarizin 3 x 5cc. Fisioterapi dapat dilakukan
setelah gejala akut mereda dengan tujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan
keseimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2000.
3. Lumbantobing SM. Vertigo tujuh keliling. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2001.
4. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: PT. Dian Rakyat; 2000. Hlm 163-
167.
Arsyad Soepardi, Efiaty, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung tenggorokan Kepal
& Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hlm 94- 101.